Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas: Menyempurnakan sebuah Mitokondria*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas: Menyempurnakan sebuah Mitokondria*"

Transkripsi

1 Editorial Norma Pendidikan dan Penelitian Terintegrasi di Universitas: Menyempurnakan sebuah Mitokondria* Farid Anfasa Moeloek Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pendahuluan Pertanyaan mendasar yang saya sampaikan disini adalah: apa visi dan misi pendidikan serta penelitian dalam menghadapi peradaban manusia pada abad ke-21 di Universitas Indonesia saat ini? Pertanyaan tersebut sulit saya jawab. Beberapa waktu yang lalu kita pernah menjawabnya: UI akan membawa misi sebagai universitas riset. Apakah hanya sampai sebatas itu? Di Muktamar Ikatan Dokter Indonesia XXV, 7 Oktober 2003, Balikpapan, 1 saya pernah membayangkan apa yang akan terjadi di dalam pelayanan dunia kedokteran di abad ke-21 ini? Sebagai bayangan dalam dunia pendidikan dan penelitian kedokterannya, saya sampaikan: Pergeseran norma, dan perilaku kemanusiaan kini dan di masa datang, akan senantiasa bergeser dinamis. Hal itu terjadi karena terbawa kemajuan ilmu yang menyangkut bukan hanya ilmu kedokteran, genetika, dan * Disampaikan pada Rapat Dewan Wali Amanat Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Indonesia, di Kampus UI Depok, 28 Juli 2009 teknologinya saja; namun juga perubahan sosial, pengembangan intelektual kesisteman dan pengaturan manajemen kemasyarakatan baik di daerah/nasional, regional dan internasional. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hukum yang lebih beradab, desakan ekonomi yang bervariasi, perdagangan komersial dan kapital 2 yang bersinggungan dan tidak jarang berbentur dengan kemanusiaan, komputerisasi dan telekomunikasi modern serta informasi elektronik yang maya. Semua itu akan menyertai dan tetap membawa sebutan dokter yang baik ; dokter yang menjalankan tugas profesinya dalam kaidah etika profesi yang baik pula. Etika Kedokteran pun akan bergeser dinamis dengan bergesernya bentuk budaya yang berkembang di masyarakat. Mungkinkah nanti di masa mendatang telah dibuka mall genetics sebagai bentuk perseroan, minimal kooperasi kedokteran untuk merangkai kesempurnaan genetik, sebagai ekspresi genetik pesanan bayi yang diidamkan oleh seorang gadis atau seorang pemuda single parent sebagai ekspresi kasih sayang manusia abad itu. Itulah pergeseran dari kemajuan dan peradaban manusia di zamannya! Seperti juga yang diramalkan oleh Naissbitt et al, 3 bahwa nantinya akan terjadi 397

2 dialog besar yang tidak dapat dihindari, sebagai pergeseran lebar dari alam pikir manusia, masing-masing dalam ilmu normatif dan empiris, antara agama dan ilmu pengetahuan meskipun agamawannya adalah ilmuwan dan ilmuwannya adalah agamawan. Masih adakah paradoks pada saat itu? Sebagai pembunuh anak-anak kita masa kini? Masih banyakkah diare pada saat itu, atau tuberkulosis, atau malaria? Masih adakah tatapan hampa dari mata kering bayi yang tidak lagi sanggup menangis, hanya untuk mengisap puting susu ibunya yang telah kerontang pula? Ilmu kedokteran didapat dengan penyelenggaraan pendidikan akademik dan penelitian yang sebagian besar dikembangkan dengan pendekatan empirik. Di lain pihak ilmu kedokteran dapat pula dikembangkan dalam pendidikan ilmu terapan/applied science dan penelitian/applied research yang bersifat interdisiplin. Saat ini gambaran dokter yang baik sebagian disebutkan dan dilukiskan sebagai the five stars doctors yang berperan sebagai the agent of change dan berfungsi, berkemampuan, berkompetensi sebagai: care provider, decision maker, communicator, community leader dan sebagai manager. 1 yang di dalamnya senantiasa ada ranah etika, sebagai perilaku dalam menjalankan keprofesiannya. Bagaimana dengan ilmu lain yang dikembangkan dalam bentuk pendidikan dan penelitian di Universitas Indonesia ini? Saya yakin tidak berbeda banyak dengan pendidikan dan penelitian di bidang ilmu kedokteran. Ada pendidikan jalur akademik dan ada pula pendidikan jalur profesi/applied science dan applied research-nya yang senantiasa perlu dikawal oleh kode etik masing-masing, yang dinamis pula sifatnya. Ilmu Pengetahuan Apa sesungguhnya ilmu pengetahuan itu? Ilmu pengetahuan adalah alam terkembang ini, nyata atau maya, sebagai jawaban (sementara) atas berbagai fenomena fisik, sosial dan budaya yang ada dan berkembang di dalamnya. Pengetahuan pertama yang didapat manusia adalah pada saat seseorang mulai dapat menyampaikan pertanyaan dan ia mendapat jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut. Sebagian besar kita mempunyai anak, keponakan, cucu, yang mulai menyampaikan pertanyaan saat mereka berusia 2 tahun. Ini apa Bu?...Itu apa Kak?; yang kemudian dijawab, ini kursi, itu meja dstnya. Jawaban kursi dan meja itulah yang merupakan pengetahuan pertama yang didapatnya sebagai manusia. Demikianlah, ia akan terus bertanya dan mendapat jawaban dari orang tuanya atau gurunya atas pertanyaannya yang semakin sulit dijawab. Mengapa kapal laut dapat terapung atau mengapa pesawat udara dapat terbang? Pertanyaan tersebut kadang kala perlu dijelaskan dalilnya atau kaidahnya atau hukumnya seperti hukum Boyle, hukum Archimedes, rumus Einstein dsbnya; sehingga ia dapat menerima jawaban atas pertanyaan tersebut secara rasional. Dalam pendidikan akademik, siswa/mahasiswa diwajibkan untuk menulis skripsi atau tesis atau disertasi, maka pada awal penelitiannya ia harus dapat memformulasikan pertanyaan, dari berbagai fenomena atau keganjilan (sebagian dirumuskan dalam bentuk masalah) yang dikehendaki ada jawabannya karena belum pernah ada jawabannya. Pembimbingnya sekalipun belum dapat menjawab dengan pasti pertanyaan tersebut. Dengan menggunakan metode yang telah disepakati oleh peer tertentu, hasil penelitian tersebut adalah jawaban atas pertanyaan itu; dapat berbentuk dalil, tesis, atau hukum tertentu. Kumpulan atau produk atas pertanyaan/masalah dan jawabannya tersebut, dengan menggunakan metode yang dibenarkan oleh peer-nya, disebut sebagai ilmu pengetahuan yang sifatnya benar untuk sementara waktu karena pada dasarnya keberadaan tesis (fakta) dapat diikuti dengan antitesis (fakta baru), empiris atau normatif yang kemudian dapat bersintesis dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan suatu metode tertentu (metode ilmiah) yang dibenarkan oleh peer-nya. Ilmu termasuk bagian dari pengetahuan manusia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan bagi manusia dan alam lingkungannya, diejawantahkan dalam bentuk teknologi. Lahirlah berbagai ilmu terapan yang sering disebut sebagai applied science antara lain ilmu kedokteran klinik, ilmu manajemen (ada perbedaan antara ilmu manajemen sebagai keilmuan murni dan ilmu manajemen sebagai keilmuan terapan), psikologi (ada psikologi sebagai keilmuan murni dan ada psikologi sebagai keilmuan terapan). Masih banyak lagi, termasuk bidang keilmuan lain seperti ilmu teknik, hukum, dan ilmu sosial lainnya. Sejarah perkembangan ilmu memang panjang, tercatat dimulai sejak filsafat Thales tentang kosmologi dan astronomi, fisika, geometri, sampai dengan logika yang dikembangkan oleh Aristoteles. Sampai abad ke-20 ini, telah berkembang filsafat analitik berbagai ilmu baru, berbagai cabang matematika, dan logika modern..; ataukah pasca modern sekalipun. Penggolongan Pengetahuan Menurut Pendidikan Untuk tujuan simplifikasi dalam menjawab fenomena atau pertanyaan di atas, maka lebih baik penggolongan pengetahuan untuk maksud pendidikan dibagi atas bidang: 1. Ilmu Alamiah, 2. Ilmu Sosial, dan 3. Ilmu Pengetahuan Budaya. Obyek kajian pada ilmu alamiah adalah alam semesta berikut benda alamnya (termasuk manusia dalam bentuk fisik). Obyek kajian ilmu sosial adalah manusia dengan alam pikirnya yang senantiasa berkembang dinamis. Obyek kajian ilmu pengetahuan budaya adalah citra dan atau karya manusia dengan berbagai nilai, bentuk dan peradabannya. Pendekatan (approach) dari ilmu alamiah bersifat 398

3 empiris, ilmu sosial bersifat normatif dan juga dapat bersifat empiris, sedangkan ilmu pengetahuan budaya bersifat normatif. Sering didengar penggolongan ilmu dalam bentuk ilmu keras (hard sciences) dan ilmu lunak (soft sciences). Ilmu alamiah disebut ilmu keras atau disebut juga science. Ilmu sosial-budaya disebut sebagai ilmu lunak atau disebut juga scholar. Istilah scholar belum ada padanannya yang tepat dalam bahasa Indonesia. Di USA, mereka yang menyelesaikan pendidikannya dalam bentuk science biasanya mendapat gelar MSc, mereka yang menyelesaikan pendidikannya dalam bentuk scholar mendapat gelar MA. Tidak ada perbedaan nilai di antara gelar MSc dan MA; pendekatan keilmuan dan pendidikannya saja yang membedakan kedua gelar tersebut. Keluaran/outcome hard sciences adalah apa yang sesungguhnya, sedangkan keluaran/outcome soft sciencies adalah apa yang sebaiknya. Sebagai contoh: desain sayap pesawat terbang sesungguhnya harus melintang/memanjang ke samping, bukan memanjang ke atas. Arsitektur istana itu sebaiknya seperti ini, bukan seperti itu. Semua jawaban (sementara) atas fenomena empiris dan atau normatif dari bidang ilmu tersebut dapat disebut sebagai pengetahuan (ilmu). Dengan memperhatikan uraian di atas, maka pada hakekatnya kegiatan ilmu, termasuk bidang pendidikan dan penelitian adalah menyusun teori, hukum, dalil, kaidah, rumus, yang (relatif) benar dan berlaku umum untuk kemanfaatan atau penyelesaian masalah tertentu yang sebagian dapat diejawantahkan dalam bentuk ilmu terapan/applied science. Pengertian Cabang Ilmu dan Disiplin Ilmu Cabang ilmu atau disiplin ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang berada dalam ruang lingkup yang jelas dan dibenarkan oleh asas-asas yang dianggap benar. Pengetahuan tersebut diperoleh dengan cara atau metode atau prosedur tertentu. Berbagai Pengertian dalam Pendekatan Berbagai Disiplin Ilmu Multidisplin ilmu, merupakan pengertian dari suatu penelitian atau pendidikan yang melibatkan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan, yang masing-masing displin berdiri sendiri. Contoh: kesehatan dapat dikaji dari berbagai disiplin yang berdiri sendiri seperti ilmu kedokteran, ilmu sosial, ilmu administrasi, antropologi, ilmu perilaku/psikologi, ilmu pengetahuan budaya, dll. Inter-disiplin, yang mempunyai pengertian sebagai pengetahuan didapat dari paduan beberapa cabang ilmu pengetahuan. Contoh: ilmu kedokteran yang merupakan paduan berbagai cabang ilmu fisika, biokimia, biologi, parasitologi, ilmu sosial, ilmu komunikasi dalam satu kesatuan pikir/paradigma, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ilmu ekologi lingkungan pun pada saat ini merupakan interdisiplin-ilmu. Ilmu yang termasuk di dalamnya paduan antara berbagai cabang ilmu seperti ekologi, ilmu hukum, ilmu administrasi, biologi, ilmu teknik, dsbnya; yang merupakan satu kesatuan pikir/paradigma yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Lintas disiplin, diartikan sebagai pengetahuan yang melampaui batas dari cabang ilmu pengetahuan tertentu, tanpa bermaksud menciptakan cabang ilmu pengetahuan baru. Contoh: penelitian dalam bidang psikologi, dapat meminjam berbagai teori dalam ilmu kedokteran untuk menjelaskan fenomena tertentu dalam penelitian psikologi. Penelitian dalam ilmu kedokteran dapat meminjam berbagai teori dalam ilmu sosial untuk menjawab fenomena tertentu. Transdisiplin, sebagai pengertian dari suatu kerangka teori yang mencakup lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Contoh, dalam kajian ketahanan nasional, adanya kerangka teori baru dari berbagai macam disiplin ilmu untuk menjelaskan fenomena tertentu, misalnya terorisme, trafficking, dan banyak yang lainnya. Pendekatan Sistem dalam Mencari Jawaban dari suatu Fenomena Sampai saat ini cara pikir kita banyak dipengaruhi cara pikir linier sebagai kaidah hubungan sebab-akibat. Satu sebab dapat terjadi satu akibat atau satu sebab dapat terjadi banyak akibat atau banyak sebab dapat terjadi satu akibat, dan atau kemungkinan lainnya yaitu banyak sebab dapat terjadi banyak akibat. Kaidah itu melahirkan uji statistik uni dan multivariat untuk mencari kemaknaan hubungan antara sebab dan akibat tersebut. Pada kenyataannya, suatu kejadian atau peristiwa atau fenomena tertentu, adalah puncak dari sebuah gunung es yang di dasarnya terdapat pola dan masing-masing pola mempunyai struktur yang saling berinteraksi dan berinterelasi di antara unsur-unsur yang membentuk pola dan struktur tersebut. Cara pikir yang terakhir itu disebut system dynamics atau dynamic thinking. Perubahan pola, struktur, dan unsur dapat menggeser pola atau struktur lain, baik bersifat positif atau negatif. System thinking, adalah cara memandang masalah atau peristiwa atau kejadian sebagai sebuah sistem; yaitu memandang masalah, peristiwa, atau kejadian secara menyeluruh dan adanya keterkaitan antar unsur dari sistem atau disebut juga sebagai emerging discipline for understanding complexity and change. Way of Thinking Pada pameran lukisan yang bergengsi, saya pernah melihat sebuah lukisan indah mengenai fauna (gajah, jerapah, kambing, rusa, dll) termasuk manusia sedang berkohabitasi. Saya bertanya di dalam hati, apa persepsi para pengunjung pada lukisan yang indah itu? Apakah lukisan tersebut melukiskan pornografi, seni, atau melukiskan lingkungan hidup? Mungkin salah satu diantaranya; namun seandainya di antara pengunjung tersebut ada ahli biologi, mungkin dia 399

4 mempunyai pikiran dan persepsi lain. Pikirannya mungkin menerawang ke ilmu yang sedang ditekuninya, yaitu tentang mitokondria (pada hewan), dan klorofil (pada tumbuhtumbuhan). Mitokondria menghasilkan ATP, kemudian dengan proses aerobik, osmotik, elektrik, kimia, enzimatik, dan lain-lain dapat membangkitkan energi di dalam sel tersebut. Disinilah awal kekuatan (energi) yang membuat kemampuan proses kohabitasi itu dapat terjadi, yang dilukiskan di lukisan yang indah itu. Proses tersebut terjadi di dalam ukuran nano (10-9 ) dan sangat mungkin nantinya dapat dijelaskan dalam ukuran dan bentuk yang lebih kecil lagi, mungkin dalam ukuran pico (10-12 ) atau ukuran femto (10-15 ), atau lebih kecil lagi, atto (10-18 ). Lihat Gambar 1. Sebagai konsekuensinya, saat ini sulit membagi klasifikasi ilmu pengetahuan, antara monodisplin ilmu, interdisiplin, dan multidisplin ilmu, karena energi yang berawal dari proses di sitoplasma itu merupakan pengetahuan yang kompleks yang tidak lagi dibatasi oleh klasifikasi ilmu yang lazimnya dijelaskan dalam pengajaran konvensional. Bahkan saat ini energi sebagai subyek telah berkembang dalam bentuk pengetahuan sosial, seperti manajemen, ekonomi, hukum dan sebagainya. Mitochondrial activity is primary to product ATP. It should be in aerobic condition, change chemical metabolic energy in cytoplasm to ATP, energy that easily use by cell, for not only osmotic activity, but also cell mechanic, electric, and also chemical activity. This ATP production has been made by oxidative phosphorylation enzymes which has been known as respiration chain enzyme. There are 5 respiration chain enzyme complexes that may be impaired, complex I,II,III,IV,V. berada di bawah permukaan gunung es itu, yang unsur dan strukturnya saling berkaitan, berinteraksi dan berinter-relasi satu dengan yang lainnya (lihat gambar 2.) Cara pikir lama dengan pendekatan seperti pemecahan masalah atau problem solving, lambat laun mulai ditinggalkan karena dianggap terlambat atau reaktif sifatnya. Cara pikir skenario atau scenario planing dianggap sebagai cara pikir antisipatif, ke depan sifatnya atau proaktif, untuk dapat memperkecil masalah atau menghilangkan masalah. Memahami Kejadian Kejadian Pola Fenomena Gunung Es Struktur Gambar 2. Fenomena Gunung Es Tengok saja masalah lingkungan hidup, yang sebagian besar saat ini diantisipasi dalam bentuk pendekatan model skenario (mental model) sebelum masalah tersebut benarbenar terjadi. Dengan demikian antisipasi suatu kejadian atau masalah tertentu sudah dapat diprediksi pada hari ini. Keputusan penting (termasuk kebijakan tertentu) sudah dapat dibuat hari ini. Kita sudah dapat memprediksi besaran suatu masalah atau kejadian yang dapat direduksi (yang diharapkan) sesuai dengan model skenario yang kita buat dalam kurun waktu tertentu. Seandainya struktur tersebut adalah mitokondria yang rusak atau defek, yang tidak dapat menghasilkan energi lagi, maka mental model adalah pendekatan, upaya atau usaha untuk memperbaiki mitokhondria yang rusak atau defek tersebut (lihat gambar 3.) Gambar 1. Mitokhondria sebagai Sumber Energi Kembali kepada ilmu pengetahuan nano di atas. Sulit dibayangkan apabila elemen atau unsur yang membangun struktur di dalam sitoplasma tersebut mengalami pergeseran atau perubahan, atau dengan perkataan lain terjadi defek sistem di dalam struktur sitoplasma itu. Mungkinkah ini yang disebut kiamat? Tidak ada lagi energi di dalam kehidupan ini. Pengetahuan inilah yang membangkitkan para ilmuwan untuk membangun cara berpikir baru (relatif baru) yang disebut sebagai system thinking. Pada saat sebelumnya suatu masalah, peristiwa atau kejadian hanya dipandang sebagai puncak gunung es (the tip of the iceberg) belaka. Kita masih jarang mengkaji pola dan struktur kejadian yang Gambar 3. Mental Model 400

5 Dengan pendekatan sistem sebagai alat berpikir kita dapat berpikir lebih obyektif, berwawasan lebih luas dengan melihat keterkaitan antara satu atau beberapa fenomena dengan fenomena lainnya. Bukan hanya terpaku, terjebak pada keterkaitan yang pendek, yaitu sebab-akibat tunggal di alam semesta ini, termasuk kehidupan di masyarakat. Seorang ahli pikir sosiologi terkemuka Talcott Parson, 5,6 dengan konsep sistem ini membuat teori tentang keterkaitan, interaksi dan atau interrelasi antara sistem organisme, kepribadian, sosial, dan sistem budaya yang disebutnya action theory (teori aksi). Dengan menggunakan teori aksi tersebut, ia dengan jelas memperlihatkan keterkaitan antara manusia, sistem di dalam dan di luar tubuh manusia, termasuk kepribadian manusia itu sendiri, atau sekelompok manusia (masyarakat), dan budaya. Dengan menggunakan teori itu, ia lebih mudah menjelaskan apa yang sesungguhnya disebut sakit (sick role). Dengan mempelajari sistem dan keterkaitan di antara sistem tersebut, maka konsep sakit dalam arti fisik atau kehidupan bermasyarakat lebih mudah dipahami. Sesungguhnya terdapat keterkaitan, interaksi dan atau interrelasi, antara sakit fisik (organisme) dan sakit pada sistem lain di luar tubuh manusia dan sebaliknya. Gambar 4. Tuhan (Agama) Sistem Budaya Pengetahuan Budaya Sistem Sosial Kepribadian Organisma/ Manusia Ilmu-ilmu Sosial Psikologi Ilmu Mikro-/Biologi Ilmu Tubuh Manusia/ Ilmu Kedokteran Keterkaitan dalam Bentuk Sistem Antara Organisme, Kepribadian, Sistem Sosial, Budaya, Agama, dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Lahirnya berbagai disiplin atau cabang ilmu pengetahuan dapat pula dikaji dari konsep sistem. Sistem organisme (manusia) melahirkan ilmu genetika, mikrobiologi atau ilmu tubuh manusia sebagai sumber ilmu kedokteran. Sistem kepribadian melahirkan psikologi, sistem sosial melahirkan ilmu-ilmu sosial, dan sistem budaya melahirkan pengetahuan budaya (lihat gambar 4). Etika dalam Pendidikan dan Penelitian Ilmu etika merupakan bagian dari ilmu filsafat. Pengertian ilmu filsafat sesungguhnya diartikan sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi, mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya, daripada segala yang ada di alam semesta, ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. Ilmu etika itu sendiri, yang merupakan bagian ilmu filsafat, didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari asas akhlak dan moral. Akhlak dalam pengertian budi pekerti, watak atau tabiat seseorang. Moral diartikan sebagai ajaran tentang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan seseorang, atau sekelompok orang, yang berhubungan pula dengan akhlak, kewajiban, dsbnya. Pendidikan akhlak adalah pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan budi pekerti. Etiket berbeda dengan etika. Etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan sehari-hari, yang dapat menggambarkan budaya seseorang, peradaban seseorang atau sekelompok orang. Pengertian kode etik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aturan tata susila, sikap, dan akhlak. Dapat tertulis, belum atau tidak tertulis dan dapat merupakan sebuah konvensi. Kode etik banyak dilatarbelakangi oleh budaya manusia yang bersifat dinamis. Ada 7 sistem budaya yaitu: 1. Sistem ilmu pengetahuan, 2. Sistem teknologi, 3. Sistem sosial, 4. Sistem ekonomi, 5. Kesenian, 6. Bahasa dan 7. Religi. Ke 7 sistem budaya manusia itu, baik kedalaman dan keluasannya, akan menggambarkan budaya fisik, perilaku, dan budaya abstrak manusia, yang terus menerus berubah secara dinamis dan dipengaruhi oleh kedalaman dan keluasani masing-masing dari ke-7 kesisteman tersebut. 7 Ada baiknya etika dipelajari dan didiskusikan pada setiap proses pendidikan dan penelitian akademik, serta proses pendidikan dan penelitian profesi di universitas ini. Mungkin pula diberikan etiket untuk para siswa dan mahasiswanya. Penutup Kembali ke penggolongan pengetahuan menurut pendidikan untuk maksud pendidikan yang dibagi atas bidang: 1. Ilmu alamiah, 2. Ilmu sosial, dan 3. Ilmu pengetahuan Budaya ada turunan bidang ilmu yang dilahirkannya, antara lain: 1. Ilmu alamiah, 2. Ilmu kesehatan, 3. Ilmu perilaku, 4. Ilmu sosial, 5. Ilmu ekonomi, 6. Ilmu hukum, 7. Ilmu teknik, 8. Ilmu (ekologi)-lingkungan, 9. Ilmu pengetahuan budaya, 10. Bidang kajian (multidisiplin), dan 11. Ilmu Terapan masingmasing dengan program studinya. Rancangan turunan di atas dan masing-masing program studinya perlu disempurnakan dalam bentuk kesepakatan yang dibuat oleh peer masing-masing karena ilmu pengetahuan nyata atau maya merupakan bentuk yang tidak 401

6 berbatas dan tidak berujung. Pendidikan sarjana biasanya mono-disiplin atau dapat inter-disiplin; pendidikan pascasarjana dapat dalam bentuk mono-disiplin, multi-disiplin, inter-disiplin, lintas-disiplin, atau trans-disiplin keilmuan. Disinilah keunikan pendidikan pascasarjana; sebuah program studi dapat diasuh oleh banyak ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Di samping pendidikan pascasarjana jalur akademik, perlu dikembangkan pendidikan pascasarjana jalur profesi sebagai bentuk dari applied science. Pendidikan pascasarjana jalur profesi tidak jarang diasuh dan dikawal oleh peer yang dalam ikhwal ini adalah organisasi profesi, agar tetap dijaga mutu, harkat dan martabatnya oleh profesi yang mengawalnya. Inilah sesungguhnya yang disebut universitas. Saya usul agar para dosen dan pendidik di sebuah universitas berada di dalam koordinasi rektorat, sehingga cukup fleksibel untuk mendidik dan mengajar dari satu program studi ke program studi lain yang membutuhkannya. Tentu dibutuhkan rumah tempat mengembangkan keilmuannya sendiri; dalam sebuah departemen, laboratorium, atau bagian tertentu. Kita perlu menyempurnakan mitokondria universitas untuk menjalankan fungsi universitas dengan lebih baik lagi. Kita perlu membuat mental model untuk menyempurnakan struktur (organisasi dan manajemen) universitas, seperti alam terkembang memberi pelajaran kepada kita semua. Sebagaimana mitokondria menjalankan fungsinya untuk menciptakan energi dalam bentuk struktur. Struktur ciptaan- NYA. Daftar Pustaka 1. Moeloek FA. Dokter Indonesia, sebagai: advokator, profesional, dan agent of change. Muktamar IDI XXV, Balikpapan, 7-11 Oktober Commision on Macroeconomics and Health Working Paper No. WG:10 (WHO). Globalization and Health: a framework for analysis and action, May Naisbitt J, Naisbitt N, Philips D. High tech, high touch: technology and our search for meaning. High Tech High Touch Inc, Moeloek FA. The five star doctors, sebagai the agent of change, Kuliah Umum: Memperingati 150 tahun Pendidikan Dokter di Indonesia Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Parsons T. Social system and the evolution of action theory, the free press. London: Collier Macmillan Pub; Parsons T. Action theory and the human condition, the free press. London: Collier Macmillan Pub; Koentjaraningrat. Pengantar anthropologi, pokok-pokok etnologi II. Jakarta: Bineka Cipta; SS 402

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, PEMBUKAAN PERTEMUAN NASIONAL MENTERI KESEHATAN EVALUASI DAN PERENCANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TAHUN 2016 TANGERANG, 9 MEI 2016 Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Salam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJADJARAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BIOLOGI DASAR Bab 1 PENDAHULUAN TIM DOSEN BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 Definisi biologi Biologi (bios hidup + logos ilmu): ilmu

Lebih terperinci

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. PENGERTIAN ETIKA ETIKA Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi Etika Sebagai subjek : Untuk menilai apakah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN. Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd*

EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN. Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd* EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd* Etika berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika berkaitan erat dengan perkataan

Lebih terperinci

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 008/Peraturan/MWA-UI/2005 TENTANG NORMA KURIKULUM PENDIDIKAN PROFESI DI UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI

Lebih terperinci

TAHAPAN PENYUSUNAN KURIKULUM

TAHAPAN PENYUSUNAN KURIKULUM TAHAPAN PENYUSUNAN KURIKULUM Analisis SWOT Program studi (Scientific vision) Tracer Study / Need Assessment (Market signal) (1) (2) (3) Profil Lulusan Kompetensi Lulusan Bahan kajian (4) (6) Membentuk

Lebih terperinci

PENTINGNYA ETIKA PROFESI

PENTINGNYA ETIKA PROFESI Apakah etika, dan apakah etika profesi itu PENTINGNYA ETIKA PROFESI Muhammad Sholeh Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa KEPUTUSAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 002/SK/MWA-UI/2008 TENTANG NORMA UNIVERSITAS RISET Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA. By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA. By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR S-1 UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO HAKIKAT IPA By Nurratri Kurnia Sari, M. Pd HAKEKAT SAINS SCIENCE (SAINS) ILMU PENGETAHUAN ALAM ILMU ALAMIAH INTEGRASI

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Dyson, L. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Bina Ilmu. Habib Mustopo, M. 1983. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya. Usaha Nasional. Hartoko,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 292/P/SK/HT/2008 TENTANG GELAR DAN SEBUTAN LULUSAN PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS GADJAH MADA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 292/P/SK/HT/2008 TENTANG GELAR DAN SEBUTAN LULUSAN PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 292/P/SK/HT/2008 TENTANG GELAR DAN SEBUTAN LULUSAN PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Maind map rangkuamn ke 2

Maind map rangkuamn ke 2 Sejarah ilmu pegetahuan Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan

Lebih terperinci

PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI 1. AZAS ILMIAH ILMU SOSIAL

PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI 1. AZAS ILMIAH ILMU SOSIAL 1 PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN 1. AZAS ILMIAH MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI ILMU SOSIAL 2 LANJUTAN 2. KAIDAH ILMIAH Mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat

Lebih terperinci

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. Ilmu sosial terdiri dari berbagai ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Menurut objeknya ilmu dikelompokan menjadi

Lebih terperinci

BAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi

BAB I Pengantar PLSBT. Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar PLSBT Dosen : Elly M. Setiadi BAB I Pengantar Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) Bab ini memberikan dasar pemahaman tentang latar belakang lahirnya PLSBT, ruang lingkup

Lebih terperinci

Filsafat IPA Scientific Attitude

Filsafat IPA Scientific Attitude Filsafat IPA Scientific Attitude Dosen: Prof. Dr. Suyono, M.Pd Nama kelompok: 1. Khimayaturrosyida arfi 12030234003 / kimia A 2012 2. Fenty wiyana puspita 12030234207 / kimia A 2012 3. Firdas aviantri

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

ILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 ILMU ALAMIAH DASAR Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Menurut Anda, apakah dasar munculnya sains? Ketidakpuasan terhadap penjelasan mitos

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI Pertemuan 1 Defri Kurniawan Pengertian Etika Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Menurut

Lebih terperinci

TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY)

TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) Pendidikan Tinggi sebagai Masyarakat Ilmiah Sebelum mengkaji lebih jauh tentang tata krama akademik, kita kaji terlebih

Lebih terperinci

III. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. DANNER SAGALA, S.P., M.Si.

III. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM. DANNER SAGALA, S.P., M.Si. III. PERKEMBANGAN DAN PENEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DANNER SAGALA, S.P., M.Si. Contents Metode Ilmiah Sebagai Dasar IPA Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA dan Pengembangannya Metode

Lebih terperinci

TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) Pendidikan Tinggi sebagai Masyarakat Ilmiah

TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) Pendidikan Tinggi sebagai Masyarakat Ilmiah TATA KRAMA AKADEMIK DAN KODE ETIK GURU 1 Oleh: Dr. Achmad Dardiri (Dosen FIP UNY) Pendidikan Tinggi sebagai Masyarakat Ilmiah Sebelum mengkaji lebih jauh tentang tata krama akademik, kita kaji terlebih

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN Keputusan Rektor Unhas Nomor : 16890/UN4/KP.49/2012 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN MENIMBANG : 1. bahwa untuk menciptakan

Lebih terperinci

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU

Mulyo Wiharto Axiology Keilmuan AXIOLOGY KEILMUAN. Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU AXIOLOGY KEILMUAN Oleh: Mulyo Wiharto Dosen Fisioterapi UIEU mulyo.wiharto@indonusa.ac.id ABSTRAK Setiap ilmu pengetahuan memiliki aspek ontology, epistemology dan axiology. Ontology berbicara tentang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 032/SK/K01-SA/2002 TENTANG NILAI-NILAI INTI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 032/SK/K01-SA/2002 TENTANG NILAI-NILAI INTI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 032/SK/K01-SA/2002 TENTANG NILAI-NILAI INTI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : (a) bahwa Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Modul ke: 11 ETIK UMB Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER AFIYATI SSi., MT. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA Materi 11 Etiket Pribadi ETIKA & ETIKET Pengertian ETIKA Dari segi etimologis, etika berasal dari

Lebih terperinci

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI)

LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) LEARNING OUTCOME (CAPAIAN PEMBELAJARAN) PROGRAM STUDI S1, S2 DAN S3 ILMU LINGKUNGAN ASOSIASI PROGRAM STUDI ILMU-ILMU LINGKUNGAN INDONESIA (APSILI) PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SIKAP 1. Bertakwa kepada

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS I. PENGERTIAN A. ETIKA YUNANI ETHOS KEBIASAAN/KESUSILAAN INGGRIS ETHIS ETIKA Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai karakter yang ada pada diri anak bangsa seperti rasa peduli terhadap etika dan sopan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL DAFTAR RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL DAN PENJELASANNYA 1. Rumpun Fisika, Kimia dan

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI Kompetensi Subkompetensi Indikator Esensial Deskriptor A. Memiliki kompetensi kepribadian sebagai pendidik B. Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 027/K13/PP/2007. Tentang

SALINAN KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 027/K13/PP/2007. Tentang SALINAN KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 027/K13/PP/2007 Tentang PENETAPAN MAYOR PADA PROGRAM PENDIDIKAN PASCASARJANA KURIKULUM SISTEM MAYOR-MINOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA

UNIVERSITAS AIRLANGGA UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5914042, 5914043, 5912546, 5912564 Fax (031) 5981841 Website : http://www.unair.ac.id ; e-mail : rektor@unair.ac.id SALINAN PERATURAN

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

MANUAL MUTU AKADEMIK KATA PENGANTAR

MANUAL MUTU AKADEMIK KATA PENGANTAR 1 MANUAL MUTU AKADEMIK KATA PENGANTAR Penjaminan mutu akademik Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah adalah tanggungjawab seluruh sivitas akademika. Agar arah kegiatan penjaminan mutu akademik di FKH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Kimia

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Kimia Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Doktor Kimia Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode Dokumen

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

TUNTUTAN BIOLOGI SEBAGAI BASIC SCIENCE DALAM MENJAWAB TANTANGAN PERKEMBANGAN ILMU SERTA MENGEJAWANTAHKANNYA DALAM KURIKULUM

TUNTUTAN BIOLOGI SEBAGAI BASIC SCIENCE DALAM MENJAWAB TANTANGAN PERKEMBANGAN ILMU SERTA MENGEJAWANTAHKANNYA DALAM KURIKULUM TUNTUTAN BIOLOGI SEBAGAI BASIC SCIENCE DALAM MENJAWAB TANTANGAN PERKEMBANGAN ILMU SERTA MENGEJAWANTAHKANNYA DALAM KURIKULUM Bambang Irawan Program Studi Biologi, FST, Universitas Airlangga SURABAYA bamir1955@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA ETIKA PROFESI (di-copy-paste bulat-bulat dari: http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/ ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI.ppt Copyright 2011-2015 marnotanahfpub Theme by NeoEase, modified by DataQ.

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA?

BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA? BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA? Oleh: Roniyus MS, S.Si., M.Si. (Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung) Tak Kenal Maka Tak Cinta Ada sebuah pepatah yang terkenal di negeri ini yaitu tak kenal maka

Lebih terperinci

Visi, Misi dan Tujuan

Visi, Misi dan Tujuan Visi, Misi dan Tujuan FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2011 Visi, Misi dan Tujuan Kode Dokumen : 0040001000 Revisi : 4 Tanggal : 6 Juni 2011 Diajukan oleh : Dekan ttd Prof. Ir.Sumeru Ashari,M.Agr.Sc.,Ph.D Dikendalikan

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SCIENCE (I.P)

ILMU PENGETAHUAN SCIENCE (I.P) ILMU PENGETAHUAN SCIENCE (I.P) I. ASPEK ANTOLOGI ( BEING, WHAT, WHO) 1. DEFENISI I.P a. Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat

Lebih terperinci

REVOLUSI MENTAL DAN PENDIDIKAN PASCASARJANA

REVOLUSI MENTAL DAN PENDIDIKAN PASCASARJANA SAMBUTAN REKTOR ITB pada PERESMIAN PENERIMAAN MAHASISWA PASCASARJANA BARU ITB SEMESTER 2 TAHUN AKADEMIK 2014/2015 REVOLUSI MENTAL DAN PENDIDIKAN PASCASARJANA Aula Barat, Kampus ITB, 15 Januari 2015 Yang

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

PENGERTIAN ETIKA PROFESI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Mata Kuliah: Etika Profesi Sarjana Magister Teknik Mesin Semester 5 & 7 Kampus F1 (F144) Jl. Kol. Pol. Pranoto Kelapa Dua Depok Disampaikan oleh: Yunus Triyonggo, PhD., CAHRI.

Lebih terperinci

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata

APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 APA KOMPETENSI DOSEN SEBAGAI PENDIDIK? Sunaryo Kartadinata 1 1. Standar Kompetensi Dosen yang diangkat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi kemanusiaan, mempunyai keterkaitan dengan masalah kehidupan manusia, dan segala problematikanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

MOMENTUM & IMPULS RENCANA PROGRAM PENGAJARAN. Kelas / Semester : XI /I KOMPETENSI INTI. : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Mata Pelajaran RENCANA PROGRAM PENGAJARAN : Fisika Kelas / Semester : XI /I Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : MIA : Momentum dan Impuls : 12 Jam Pelajaran KOMPETENSI INTI KI 1 KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

BIOLOGI UMUM MA303 3 SKS TUJUAN MATA KULIAH

BIOLOGI UMUM MA303 3 SKS TUJUAN MATA KULIAH BIOLOGI UMUM MA303 3 SKS OLEH : AMMI SYULASMI, DKK TUJUAN MATA KULIAH Mahasiswa dapat memahami dan mengkomunikasikan konsep-konsep dan Prinsip - prinsip dasar biologi secara menyeluruh SUMBER Baker,J.B.W

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

DIKTAT PENDIDIKAN SAINS. Asri Widowati, M.Pd

DIKTAT PENDIDIKAN SAINS. Asri Widowati, M.Pd DIKTAT PENDIDIKAN SAINS Asri Widowati, M.Pd Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Yogyakarta 2008 A. Tujuan BAB I HAKIKAT SAINS 1. Mahasiswa mengetahui pengertian sains menurut berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undang-undang

Lebih terperinci

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 1 Keberadaan Sosiologi Hukum Dalam Konteks Ilmu Hukum Kecenderungan Ilmu hukum dititik beratkan pada sifat

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

: Tiga Asas Luhur dalam Kehidupan Manusia Terdiri dari 2 kegiatan belajar. 1. Asas Keutuhan Watak dan Asas Kesusilaan 2. Asas Keadilan.

: Tiga Asas Luhur dalam Kehidupan Manusia Terdiri dari 2 kegiatan belajar. 1. Asas Keutuhan Watak dan Asas Kesusilaan 2. Asas Keadilan. ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Etika Administrasi Pemerintahan merupakan penggabungan dari 2 bidang pengetahuan, yaitu filsafat dan ilmu administrasi publik. Kedua bidang pengetahuan itu cukup sulit

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

Review pertemuan II. Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Kealaman Dasar (IAD)

Review pertemuan II. Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Kealaman Dasar (IAD) Ilmu Kealaman Dasar (IAD) Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Pertemuan ke-3 Review pertemuan II Hakekat manusia dan sifat keingintahuannya. Perkembangan fisik,sifat dan pikiran manusia

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL I. UMUM Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Materi 2/13/2017. Tujuan. Kegiatan

ILMU ALAMIAH DASAR. Materi 2/13/2017. Tujuan. Kegiatan Tujuan ILMU ALAMIAH DASAR Al. Maryanto, M.Pd. Jurusan Pendidikan IPA FMIPA UNY Margosari RT 15/08 Pengasih Kulon Progo / 081802651746 maryanto.al@gmail.com allesius_maryanto@uny.ac.id Mahasiswa mempunyai

Lebih terperinci

SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI

SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI 1. ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS SK MENDIKNAS RI No:127/D/O/2009 Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email : sekretariat@stikesmuhkudus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

A. Dari segi metodologi:

A. Dari segi metodologi: Lampiran 1 UNSUR-UNSUR PEMBEDA ANTARA DENGAN SEBAGAI BAGIAN DARI RUMPUN ILMU HUMANIORA UNSUR Cakupan Ilmu dan Kurikulum Rumpun Ilmu Agama merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran Agama, Filsafat, Ilmu, Teori, dan Penelitian Kuliah 2 Metodologi Ilmu Pemerintahan Dosen: Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.A. Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 006/SK/MWA-U1/2004 TENTANG : KURIKULUM PENDIDIKAN AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA.

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 006/SK/MWA-U1/2004 TENTANG : KURIKULUM PENDIDIKAN AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA. KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 006/SK/MWA-U1/2004 TENTANG KURIKULUM PENDIDlKAN AKADEMIK UNIVERSITAS INDONESIA MAJELIS WALl AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang : a. bahwa Universitas

Lebih terperinci

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 518/P/SK/HT/2008 TENTANG SEKOLAH VOKASI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan dan memajukan program pendidikan

Lebih terperinci

Etika Dan Filsafat Komunikasi

Etika Dan Filsafat Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Etika Dan Filsafat Komunikasi PokokBahasan : Etika & Moral Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Fakultas Ilmu Periklanan MK 85009 Komunikasi (Marcomm) 04 Abstract Komunikasi

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup biokimia, sejarah perkembangan ilmu biokimia, bidangbidang

Lebih terperinci

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran Oleh: Dr. Marzuki PUSAT PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN KULTUR LPPMP - UNY 12/05/2015 1 RIWAYAT PENDIDIKAN BIODATA SINGKAT S1 dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

FILSAFAT ADMINISTRASI

FILSAFAT ADMINISTRASI FILSAFAT ADMINISTRASI IA merupakan hasil pemikiran dan penalaran manusia yg disusun berdasarkan rasionalitas dan sistematika yg mengungkapkan kejelasan ttg objek forma, yaitu pemikiran untuk menciptakan

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

SEMILOKA NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DAN PERAN DOKTER LAYANAN PRIMER

SEMILOKA NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DAN PERAN DOKTER LAYANAN PRIMER SEMILOKA NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DAN PERAN DOKTER LAYANAN PRIMER Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Jakarta, 29 April 2013 1 I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH TIM PENYUSUN KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

PENGERTIAN ETIKA PROFESI PENGERTIAN ETIKA PROFESI Kuliah ke 1 MK: Etika Profesi Sumber materi: Syailendra Reza IR,. S.Sos; dan Dr. I Wayan S. Wicaksana PENGERTIAN ETIKA Etika merupakan falsafah moral dan pedoman cara hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

Komunikasi dan Etika Profesi

Komunikasi dan Etika Profesi Komunikasi dan Etika Profesi Modul ke: Pendahuluan Fakultas Ilmu Komputer Puji Catur Siswipraptini, ST, MTI 08976757065 pujicatur@yahoo.com Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Penilaian

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Kode Etik Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa

Lebih terperinci

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style PP 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Permendikbud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang terutama untuk menghadapi masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya

Lebih terperinci

PENGETAHUAN FILOSOFIS

PENGETAHUAN FILOSOFIS Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 PENGETAHUAN FILOSOFIS Mata Kuliah: Filsafat Ilmu Sosial Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Secara Harfiah: Berasal dari bahasa Yunani philein artinya cinta dan sophia

Lebih terperinci

Profil Lulusan Program Studi Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN

Profil Lulusan Program Studi Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN Profil Lulusan Program Studi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN BADAN PENJAMIN MUTU UNIVERSITAS UNIVERSITAS UDAYANA 2012 KATA PENGANTAR Atas berkah dan rahmat-nya, Tuhan

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci