APLIKASI GAME THEORY DALAM PENGELOLAAN HUTAN LESTARI MENGGUNAKAN LANDSCAPE GAME

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI GAME THEORY DALAM PENGELOLAAN HUTAN LESTARI MENGGUNAKAN LANDSCAPE GAME"

Transkripsi

1 i APLIKASI GAME THEORY DALAM PENGELOLAAN HUTAN LESTARI MENGGUNAKAN LANDSCAPE GAME NOVAN INDRA PRADANA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ii APLIKASI GAME THEORY DALAM PENGELOLAAN HUTAN LESTARI MENGGUNAKAN LANDSCAPE GAME NOVAN INDRA PRADANA E Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 iii RINGKASAN NOVAN INDRA PRADANA (E ): Aplikasi Game Theory Terhadap Pengelolaan Hutan Lestari Menggunakan Landsccape Game. Dibimbing oleh HERRY PURNOMO dan EFI YULIATI YOVI. Sumber daya hutan merupakan salah satu jenis sumber daya alam yang memiliki permintaan tinggi. Tanpa adanya perencanaan dan kebijakan yang baik dalam pemanfaatannya, maka kelestarian hutan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, para stakeholder di dalam hutan harus mampu menilai dampak jangka panjang maupun jangka pendek dari sebuah strategi pengelolaan hutan. Model simulasi merupakan pendekatan yang digunakan ketika sistem yang akan diteliti sangat besar dan kompleks. Landscape Game merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi pengelolaan hutan yang diharapkan mampu menemukan sebuah strategi pengelolaan sumber daya hutan yang lestari. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan metode simulasi dalam pengelolaan hutan serta menemukan strategi terbaik dalam mengelola hutan. Selain itu, manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran kepada para stakeholder tentang dampak dari penerapan sebuah strategi pengelolaan hutan. Data penelitian ini dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan diskusi terhadap para pemain Landscape Game. Terdapat empat golongan pemain dalam penelitian ini. Golongan pertama adalah mahasiswa, golongan kedua adalah perusahaan kehutanan (Perum Perhutani KPH Kendal), golongan ketiga adalah praktisi kehutanan (CIFOR dan Wageningen University) dan yang terakhir adalah golongan stakeholder kehutanan di Bogor. Berdasarkan hasil penelitian, permainan pertama bersama mahasiswa dan dosen dimenangkan oleh pemain C dengan keuntungan 481Þ. Pada permainan kedua bersama empat mahasiswa, permainan dimenangkan oleh pemain C dengan total keuntungan 308Þ. Pada permainan ketiga bersama tiga mahasiswa, permainan dimenangkan oleh pemain C dengan total keuntungan 481Þ. Pada permainan keempat bersama Perum Perhutani KPH Kendal, permainan dimenangkan oleh pemain D dengan total keuntungan 336Þ. Pada permainan kelima di CIFOR, permainan dimenangkan oleh pemain D dengan total keuntungan 308Þ. Permainan terakhir dimainkan oleh stakeholder kehutanan di Bogor. Permainan ini dimenangkan oleh pemain D Perhutani KPH Bogor dengan total keuntungan 270Þ. Permainan yang memiliki nilai produktivitas lahan terbesar adalah permainan pertama 1216Þ. Permainan yang memiliki nilai kelestarian lahan terbesar adalah permainan kelima (+12). Strategi terbaik dalam penelitian ini ketika seorang pemain berinvestasi hutan tanaman rakyat baik jati atau sengon pada lahan mozaik, dan pembalakan hutan, karbon serta ekowisata pada lahan inti atau tepi. Game Theory dapat dijadikan alat untuk mencari tahu bagaimana strategi dan cara pikir setiap aktor yang terlibat dalam konflik. Selain itu dari teori tersebut dapat ditemukan sebuah strategi yang mengarah ke pembentukan institusi baru, aturan baru, ataupun menguatkan yang telah ada. Kata Kunci: Game Theory, Simulasi, Landscape Game.

4 iv SUMMARY NOVAN INDRA PRADANA (E ): Application of Game Theory toward Sustainable Forest Management Using Landscpe Game. Under guidance of HERRY PURNOMO and EFI YULIATI YOVI. Forest resources are one of the natural capital that have high demand. With the absence of good planning and policy regarding the use of forest, the forest sustainability will not be achieved. Therefore, stakeholders in the forest must be able to assess the long-term and short-term impacts of a forest management strategy. The simulation model is approach that can be used when the system is very large and complex. Landscape Game is a tool that can be used to perform simulation of forestry management and is expected to be able to find a sustainable forest resource management. The research aims to introduce simulation method in forest management as well as find the best strategy in managing landscape. In addition, the benefits of this research is to provide an overview for stakeholder the impact of application of forest management strategies. Data of this study were collected through direct observations and discussions with the Landscape Game player. There were four groups of player and were played six time. The first group were students from Bogor Agricultural University, the second group was the state owned forestry company (Perum Perhutani KPH Kendal), the third group was forestry the practitioners (CIFOR and Wageningen University), and the last group was combination among the forest stakeholder in Bogor (KPH Bogor, NGO, Bogor Forestry Departement, LMDH) The study result shown that the first game who played by student and lecturer was won by player C with total profit 481Þ. The second game who played by four students was won by player C with a total profit of 308Þ. In the third game with Three sudents the game was won by the player C with a total profit of 481Þ. The fourth game was played by Perum Perhutani KPH Kendal, this game won by player D with a total profit of 336Þ. On the fifth game which played in CIFOR, the game won by players B with a total profit 319Þ. The last game was played by combination among the forest stakeholder in Bogor. This game was won by player D with 270Þ. The game that has biggest land productivity value is the first game (1216Þ). The game that has biggest land sustainability values is the fifth game (+ 12). The best strategy in this games are when all player invest teak and other plantation on the mosaics land. In the other side, forest logging, carbon and ecotourism are the best strategy at the forest core and forest edge. Game Theory is an innovative tool that can be used to develop a coordinated strategy among different actors. Such strategy may also lead to the development of new institutions, new rules and revitalize existing ones. Keywords: Game Theory, Simulation, Landscape Game.

5 v Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomer Pokok : Aplikasi Game Theory dalam Pengelolaan Hutan Lestari Menggunakan Landscape Game : NOVAN INDRA PRADANA : E Menyetujui : Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Dr. Ir. Herry Purnomo M. Comp NIP Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Tanggal Lulus:

6 vi PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Game Theory dalam Pengelolaan Hutan Lestari Menggunakan Landscape Game adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Novan Indra Pradana E

7 vii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kendal, Jawa Tengah pada tanggal 23 November 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Triyanto, S.Sos, dan Ibu Titik Mulyati, S.Pd. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1993 di TK Bustanul Atfal V, Sukorejo, Kendal. Tahun 1994 melanjutkan pendidikan di SDN 01 Pagersari, Kendal dan lulus tahun 2001, kemudian pada tahun 2001 memulai jenjang pendidikan di tingkat SMP di SMPN 1 Sukorejo, Kendal dan lulus tahun Tahun 2007 penulis lulus dari SMAN 1 Kendal dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menjalani pendidikan akademik di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi staf Divisi Budaya dan Olahraga BEM KM IPB tahun , staf divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM FAHUTAN tahun , staf divisi Media dan Komunikasi Himpunan Profesi FMSC (Forest Management Student Club) , Ketua Himpunan Profesi FMSC (Forest Management Student Club) tahun dan Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Daerah asal Kendal (Fokma Bahurekso Kendal) tahun Penulis juga pernah menjadi panitia Temu Manajer 2009 dan Ketua Forester Cup Selain itu penulis pernah mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang-Papandayan tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2010 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Erna Djuliawati II, Kalimantan Barat selama periode Maret - April Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Aplikasi Game Theory Terhadap Pengelolaan Hutan Lestari Menggunakan Landscape Game di bawah bimbingan Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp dan Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc.

8 i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Aplikasi Game Theory dalam Pengelolaan Hutan Lestari Menggunakan Landscape Game. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta Triyanto, S.Sos, dan Titik Mulyati, S.Pd, adik Renda Faizal Rachman, serta seluruh keluarga atas perhatian, kasih sayang, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis, 2. Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp, selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Efi Yuliati Yovi selaku pembimbing kedua skripsi atas saran, kritik, bimbingan dan arahan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini, 3. Segenap staf CIFOR, khususnya Rika Harini Irawati atas bantuan dan dukungannya, 4. Administratur KPH Kendal, Administartur KPH Bogor, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Ketua LMBH Ciawi, Ketua LMDH Kendal, atas bantuan dan dukungannya, 5. Seluruh pemain permainan Landscape Game yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan, masukan dan waktunya, 6. Keluarga besar Fahutan IPB khususnya Keluarga Manajemen Hutan angkatan 44 atas dukungan, keceriaan dan kekeluargaannya, 7. Keluarga besar Fokma Bahurekso Kendal atas dukungan, kebersamaan dan kekeluargaannya, 8. Sahabat penulis, Nia W, Azizah S, Ayu, A Gofir, Angga PS, Qorihah I, Pristy S, Dinda T dan Niken, atas dukungan, motivasi dan bantuan yang diberikan kepada penulis, 9. Rekan seperjuangan, Dewanti Prabowo dan Adi Asrullah Daulay atas bantuan, kebersamaan dan bantuannya, 10. Teman-teman wisma Combi, Amboro R, Mudo S, Bagus A, fitrianto N, Rudi E, Dheni M, Hariadi P, Fikri B dan Rio atas segala motivasi dan kebersamaannya,

9 ii 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2012 Penulis

10 iii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat Penelitian... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam: Hutan Game Theory Keseimbangan Nash Role-Playing Game Landscape Game Teori Penilaian Sumber Daya Alam... 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kerangka Berpikir Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Jenis Data, Metode Pengumpulan Data, Sumber Data, dan Manfaat Data... 12

11 iv 3.6 Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Golongan Mahasiswa Golongan Perusahaan Hutan Golongan Praktisi Kehutanan Internasional Golongan Stakeholder Kehutanan di Bogor (KPH Bogor, Dinas Kehutanan Bogor, LMDH, Akademisi) Pembahasan Jenis Investasi Pemain dan Peraturan Pemerintah Nilai Produktivitas dan Kelestarian Lahan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Investasi Penerapan Teori Penilaian Sumber Daya Alam Aplikasi Game Theory dalam Dunia Nyata BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 59

12 v DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Metode pengumpulan data Hasil permainan bersama empat stakeholder mahasiswa dan dosen Hasil permainan bersama empat stakeholder mahasiswa Hasil permainan bersama tiga stakeholder mahasiswa Hasil permainan bersama empat stakeholder petugas lapangan Perhutani Hasil permainan bersama CIFOR dan Wageningen University Hasil permainan bersama stakeholder kehutanan di Bogor (KPH Bogor, Dinas Kehutanan Bogor, LMDH, Akademisi) Nilai produktivitas dan kelestarian lahan... 40

13 vi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Papan permainan Landscape Game...8

14 vii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jenis investasi dalam permainan Landscape Game Ringkasan secara umum motivasi stakeholder mahasiswa dalam memilih jenis investasi Ringkasan secara umum motivasi stakeholder perusahaan kehutanan dalam memilih jenis investasi Ringkasan secara umum motivasi stakeholder praktisi kehutanan internasional dalam memilih jenis investasi Ringkasan secara umum motivasi stakeholder kehutanan di Bogor dalam memilih jenis investasi... 65

15 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki permintaan tinggi. Permintaan tersebut menyebabkan terjadinya eksploitasi hutan secara besarbesaran dan luas sehingga dapat berdampak buruk terhadap kelestarian hutan. Agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah, aktivitas pengelolaan hutan harus terlebih dahulu melalui proses perencanaan untuk mengkaji berapa banyak kayu yang akan dipanen dan ditinggalkan sebagai stok tegakan. Selain itu, harus ada sebuah kebijakan yang dapat diterima oleh semua pihak dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan. Pengelolaan sumber daya hutan yang lestari harus sesuai dengan tujuan perencanaan. Para pemangku kepentingan di dalam hutan harus mampu menilai dampak jangka panjang maupun pendek dari penerapan sebuah kebijakan dan strategi pengelolaan. Pada umumnya, dampak dari penerapan sebuah kebijakan dan strategi pengelolaan akan memakan waktu yang lama, oleh sebab itu digunakan sebuah model yang disebut model simulasi. Model ini merupakan pendekatan yang digunakan ketika sistem yang akan diteliti sangat besar dan kompleks (Purnomo et al. 2009). Simulasi umumnya melibatkan proses pengembangan representasi yang disederhanakan dari situasi sebenarnya, sehingga pemangku kepentingan dapat membayangkan masa depan dari aktivitas yang dilakukannya saat ini. Landscape Game merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk melakukan simulasi. Landscape Game diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai pengelolaan sumber daya hutan yang lestari. Secara konseptual, Landscape Game menggunakan Game Theory sebagai dasar pengembangan yang mampu memformulasikan sebuah strategi, solusi, dan pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan terbaik dalam sebuah interaksi yang melibatkan banyak pemangku kepentingan.

16 2 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan simulasi pengelolaan sumber daya hutan menggunakan Landscape Game. 2. Memahami pengelolaan hutan yang lestari. 3. Memberikan pembelajaran mengenai apa yang dapat terjadi terhadap suatu bentang alam dan pendapatan pemain (pemangku kepentingan), apabila diterapkan berbagai strategi dan kebijakan. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan perspektif bahwa dalam pengelolaan hutan, dapat dilakukan penyerderhanaan sistem dengan mekanisme simulasi. 2. Aplikasi Game theory dalam pengelolaan sumber daya hutan. 3. Menyediakan model bagi para pemangku kepentingan untuk mempelajari dampak atas berbagai kegiatan dan penerapan kebijakan pada suatu bentang alam.

17 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam: Hutan Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan lingkungannya, karena hal tersebut merupakan sebuah hubungan mutualisme dalam tatanan keseimbangan alam dan kehidupannya (balancing ecosystem). Menurut pengertian umumnya, alam atau sumber daya alam adalah potensi sumber daya yang terkandung di dalam bumi baik berupa tanah air maupun lainnya yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kepentingan manusia (Jaya 2004). Salah satu jenis sumber daya alam yang terdapat di Indonesia adalah hutan tropis yang memiliki luas terbesar ketiga di dunia dengan cadangan minyak, gas alam, emas, tembaga, dan mineral lainnya. Hutan Indonesia merupakan kawasan hutan hujan tropis yang terbesar di Asia-Pasifik, yaitu Km 2 (Jaya 2004). Namun dalam kenyataanya, pengelolaan sumber daya hutan masih harus dihadapkan pada beberapa masalah. Masalah tersebut antara lain adalah konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan atau pertambangan, eksploitasi hutan yang berlebihan, pengabaian kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan perebutan hak milik lahan hutan. Akibat dari adanya masalah-masalah tersebut, sumber daya hutan tidak dapat berfungsi secara optimal sebagai sistem lingkungan yang penting bagi penyangga kehidupan di bumi. Meskipun demikian, persoalan tentang pengelolaan sumber daya hutan, kurang mendapat perhatian dari para pengambil keputusan. Terdapat beberapa alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi oleh sumber daya hutan di Indonesia, salah satunya adalah menggunakan pendekatan Game Theory. Pendekatan ini digunakan karena sumber daya hutan memiliki beberapa kriteria khusus. Kriteria yang pertama adalah terdapat banyak stakeholder yang saling terkait satu dengan lainnya dalam aktivitas pengelolaan hutan. Setiap stakeholder tersebut memiliki kepentingan yang berbeda sehingga rentan terhadap konflik. Kriteria yang kedua adalah output yang dihasilkan dari hutan dapat menjadi sumber pendapatan yang besar, sehingga membuat sumber

18 4 daya hutan menjadi sesuatu yang menarik untuk dimiliki dan diperebutkan. Kriteria yang ketiga adalah masalah tata batas yang dapat mengarah terjadinya konflik lokal, regional bahkan internasional (Albiac dan Soriano 2008). 2.2 Game Theory Menurut Neumann and Morgenstern (1953), Game Theory adalah cabang matematika terapan yang sering dipakai dalam konteks ekonomi. Namun, mulai pertengahan abad kedua puluh, prinsip, konsep dan metodologi pada Game Theory telah berhasil diaplikasikan kedalam beberapa bidang lain. Bidang tersebut antara lain bidang politik, teknologi, sumber daya alam, hukum, kedokteran, dan lainnya. Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, Game Theory tidak hanya bisa digunakan untuk menganalisa masalah secara teoritis sesuai dengan hubungan antar masalah tersebut, namun juga bisa digunakan sebagai alat yang secara analitis memberikan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan. Manfaat dari adanya Game Theory adalah kita dapat melihat interaksi antar pemain dan hubungan saling ketergantungan antar pemain serta keterkaitan strategi yang mereka gunakan. Sebuah permainan strategis akan dicapai ketika seorang aktor memilih strategi yang dapat memaksimalkan keuntungan, berdasarkan strategi yang dipilih aktor lainnya. Secara ringkas teori ini menyediakan pendekatan permodelan formal terhadap situasi ekonomi, sosial, dan lingkungan mengenai bagaimana seorang aktor mengambil keputusan setelah berinteraksi dengan aktor lain. Game Theory dapat menjelaskan suatu paradoks yang cukup terkenal, yakni bagaimana seseorang dapat bekerjasama dalam masyarakat apabila masing-masing dari mereka cenderung berkompetisi dan berusaha untuk menjadi seorang pemenang. Terdapat beberapa istilah di dalam Game Theory (Turocy and Stengel 2001), antara lain adalah: 1. Individualisme Pengertian individualisme adalah keinginan setiap pemain atau aktor untuk memenangkan permainan karena adanya persaingan dengan pemain yang lain.

19 5 2. Rasionalitas Rasionalitas adalah tindakan rasional yang diambil dan diputuskan oleh seorang pemain berdasarkan informasi yang lengkap dari lingkungannya. Seorang pemain dikatakan rasional jika ia berusaha untuk bermain dengan cara-cara tertentu untuk memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri. 3. Saling Ketergantungan Saling ketergantungan adalah salah satu ciri paling mencolok dalam sebuah permainan. Hal ini disebabkan karena semua pemain berada pada suatu bentang lahan yang sama, sehingga hal ini menyebabkan hasil permainan dari seorang pemain bergantung pada pilihan strategi pemain lain. 4. Strategi Pengertian strategi adalah serangkaian pilihan terbaik bagi seorang pemain terhadap suatu keadaan dalam keseluruhan permainan. 2.3 Keseimbangan Nash Menurut Nash (1953), salah seorang pelopor Game Theory, menunjukkan perbedaan antara permainan kooperatif dan non-kooperatif. Pengertian permainan kooperatif adalah kondisi ketika masing-masing pemain saling bekerjasama secara terikat dan memikirkan bagaimana suatu sumber daya dapat dibagi secara adil. Permainan non-kooperatif memperbolehkan kerjasama dilakukan, namun lebih mengacu kepada bagaimana seseorang dapat mencapai tujuannya sendiri atas dasar interaksinya dengan orang lain. Hasil dari kondisi ini adalah suatu keseimbangan (equilibrium), yang disebut sebagai keseimbangan Nash. Selain menjelaskan mengenai teori kooperatif dan non-kooperatif, keseimbangan Nash juga menjelaskan mengenai strategi optimal yang dapat dilakukan oleh seorang pemain terhadap strategi optimal yang dikeluarkan oleh pemain lain. Ketika seorang pemain memilih untuk menggunakan strategi yang tidak optimal, maka permainan tersebut tidak bisa dikatakan mencapai keseimbangan. Keseimbangan Nash dalam sebuah permainan, dapat diidentifikasi setidaknya menggunakan dua langkah, yang pertama adalah mengidentifikasi strategi optimal seorang individu atau pemain yang merupakan bentuk respon

20 6 terhadap strategi yang mungkin dilakukan oleh pemain lain. Kedua adalah ketika semua pemain bermain menggunakan strategi optimal yang mereka miliki (Romp 1997). 2.4 Role-Playing Game Role-playing game adalah sebuah mekanisme yang dirancang khusus untuk melihat interaksi antar pemain atau aktor sesuai dengan peran yang mereka mainkan dalam sebuah simulasi permainan (Cooper et al. 1999). Melalui mekanisme ini, seseorang dapat mengamati peran apa yang sebenarnya dimainkan, bagaimana tindakan dan keputusan pemain tersebut berdampak terhadap perilaku dan keputusan pemain lain, dan dampak keputusan tersebut terhadap keputusan yang menyangkut lingkungan. Selama permainan, setiap pemain diperbolehkan untuk bertindak secara kolektif, untuk ikut ambil bagian dalam menciptakan suatu lembaga atau aturan baru di antara pemain, atau untuk bekerjasama satu dengan lainnya. Ketika permainan berakhir, setiap pemain dapat menganalisis tindakan serta mengambil pelajaran kemudian membandingkan permainan tersebut ke dunia nyata. Permainan simulasi mempunyai beberapa bentuk, bentuk yang pertama adalah bentuk realitas eksplisit. Bentuk ini memiliki arti bahwa ketika permainan menyajikan situasi nyata aktor dan sumber daya alam. Bentuk kedua adalah bentuk realita implisit yang berarti permainan merupakan versi penyederhanaan dari aktor dan sumber daya alam. Terakhir adalah bentuk dunia virtual, yang memiliki arti bahwa permainan tidak selalu terkait dengan isu para aktor dan sumber daya alam pada dunia nyata. (ComMod 2009). 2.5 Landscape Game Terdapat beberapa alat simulasi yang merupakan hasil dari penurunan konsep Game Theory, antara lain adalah MAS (Multi Agent Simulation), CORMAS (program yang khusus diciptakan untuk melihat interaksi dalam pengelolaan sumber daya alam), INRM (Integrated Natural Resource Management). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Landscape Game. Alasan penggunaan game sebagai media dikarenakan anggapan bahwa game adalah suatu pendekatan yang efisien untuk bekerja dengan para pemangku

21 7 kepentingan, sehingga proses simulasi menjadi lebih sederhana dan dapat berfokus pada permainan tersebut. Selain itu, game memenuhi beberapa syarat dalam interaksi antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan. Syarat tersebut antara lain adanya strategi yang digunakan, adanya pemain atau aktor, adanya arena dan adanya peraturan yang harus diikuti. Landscape Game sendiri merupakan sebuah permainan yang fun, peduli lingkungan dan sensitif terhadap kebijakan pemerintah dan pasar. Permainan ini dilakukan di atas sebuah bentang alam (landscape) yang terdiri atas tutupan lahan alami dan buatan yang terdiri atas hutan inti, hutan tepi, dan lahan mosaik sebagai sebuah kesatuan ekosistem. Dijelaskan oleh Chomitz (2007), setiap bentang alam memiliki ciri dan kerentanan tersendiri terhadap faktor luar, karakteristik dari jenis-jenis bentang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hutan inti (forest core) memiliki ciri terdapat banyak hutan dengan sedikit penduduk dan sebagian besar adalah penduduk asli serta adanya sejumlah tekanan terhadap sumber daya kayu. Selain itu hutan inti memiliki jarak lebih dari enam kilometer di luar lahan mosaik. 2. Jenis lahan berikutnya adalah hutan tepi (forest edge). Jenis ini memiliki tekanan untuk terjadinya penggundulan hutan dan degradasi lahan hutan cukup tinggi, serta pengawasan sering kali tidak efektif karena aksesbilitas yang mudah. Hutan ini berada di luar wilayah lahan mosaik, tetapi tidak lebih dari enam kilometer jaraknya dari lahan mosaik. Definisi ini didasarkan pada jarak rata-rata kasar aktivitas pengambilan sumber daya hutan oleh rumah tangga atau pertanian berpindah di sekitar pemukiman. 3. Lahan mosaik (mosaic land) adalah lahan dengan kepemilikan yang biasanya didefinisikan atas kepadatan penduduk yang tinggi, letaknya lebih dekat dengan pasar dan sering kali pengelolaan hutan alaminya tidak dapat bersaing (dari sudut pandang pemilik lahan) dengan pertanian atau perkebunan. Investasi pada jenis ini pada umumnya adalah lahan pertanian, campuran antara hutan dan pertanian, dan bagian bagian kecil dari hutan yang dikelilingi oleh lahan pertanian. Jadi domain ini terdiri dari atas hutan-hutan mosaik yang dikelilingi

22 8 lahan-lahan pertanian yang luas. Berikut adalah gambar Landscape Game, lahan atau sel yang berwarna kuning adalah jenis lahan mozaik, warna hijau muda adalah lahan hutan tepi dan lahan dengan warna hijau tua adalah lahan hutan inti. Gambar 1 Papan permainan Landscape Game (Purnomo 2008). Dibutuhkan strategi untuk memenangkan permainan Landscape Game ini, karena permainan ini memadukan konsep manajemen bentang alam yang berkelanjutan, konservasi, Game Theory, dan kegembiraan. Strategi yang digunakan pemain nantinya harus dapat memaksimalkan keuntungan pemain dan pada saat yang bersamaan juga harus memperhatikan keragaman bentang alam, penyerapan karbon untuk mencegah pemanasan global dan penciptaan tenaga kerja. Strategi yang digunakan pemain erat kaitannya dengan kebijakan yang berlaku ketika permainan berlangsung. Kebijakan pada permainan ini merupakan gambaran simulasi dari kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam oleh manusia. Kebijakan manusia dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan lingkungan sosial pengambil kebijakan.

23 9 2.6 Teori Penilaian Sumber daya Alam 1. Teori Naturalis Teori ini menjelaskan bahwa dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam, manusia tidak boleh sampai menimbulkan kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan. Segala sesuatu benda yang berada pada sebuah komunitas biotik memiliki hak untuk dijaga keberadaannya, keberlanjutannya, dan keindahannya. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang bagaimana sumber daya alam tidak bisa dimanfaatkan secara sembarangan oleh manusia. 2. Teori Libertarian Teori ini menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan baik dan lestari jika dikelola oleh manusia dengan kepemilikan individu yang jelas. Selain itu, menurut pencetus teori ini, Robert Nozick dalam Nozick (1974), pemberian hak secara individu akan membentuk kesejahteraan sosial secara keseluruhan karena kekayaan akan terdistribusi dengan baik melalui sistem pajak. Teori ini juga menjelaskan bahwa setiap individu dapat memanfaatkan sumber daya alam secara bebas untuk kesejahteraan manusia asalkan terdapat legalitas dan terjadi akad jual beli antara pemain dan pemerintah. 3. Teori Rawlsian Teori selanjutnya adalah teori Rawlsian yang dicetuskan oleh John Rawls dalam Rawls (1971). Teori ini merupakan kebalikan dari teori yang dikemukakan oleh Nozick meskipun terdapat kesamaan, yakni obyek utamanya adalah menyejahterakan manusia. Menurut teori ini, kesejahteraan sosial dalam teori ini hanya akan dapat dicapai jika pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan prinsip kepemilikan secara umum atau bersama sehingga keadilan sosial akan diperoleh melalui distribusi kekayaan yang merata.

24 10 4. Teori Utilitarian Teori ini dicetuskan oleh Davis Hume dan disempurnakan oleh Stuart Mill dalam Mill (1906). Teori ini menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus mempertimbangkan kesejahteraan secara sosial yang merupakan agregasi dari utilitas individu dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Teori ini termasuk kedalam teori ekonomi modern yang mengatakan bahwa sumber daya alam harus dimanfaatkan sebesar mungkin untuk kesejahteraan manusia dengan waktu selama mungkin.

25 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember Tempat dilakukannya pengambilan data untuk penelitian ini adalah Institut Pertanian Bogor, CIFOR (Center of International Forestry Research), Perum Perhutani Kabupaten Kendal dan Perum Perhutani Kabupaten Bogor (BKPH Ciawi). 3.2 Kerangka Berpikir Sebagai properti publik, hutan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ekosistem hutan dapat menyediakan barang dan jasa lingkungan untuk kelangsungan hidup bagi manusia, oleh sebab itu banyak pihak yang berusaha menguasai hutan menjadi hak milik pribadi. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kepentingan antar aktor di sekitar hutan yang bisa berdampak negatif terhadap hutan. Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan sebuah strategi pengelolaan hutan yang memperhatikan kelestarian ekosistem dan kesejahteraan sosial serta keuntungan bagi semua pihak. Strategi ini diharapkan dapat diamati melalui metode simulasi menggunakan Landscape Game. 3.3 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Satu set Landscape Game b) Alat tulis c) Kamera/ Camcorder d) Kalkulator e) Stopwatch f) Tally sheet Objek yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah para pihak yang berhubungan langsung dengan hutan dan yang tidak berhubungan langsung dengan hutan.

26 Metode Pengambilan Data Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi, yaitu teknik mengumpulkan data melalui pengamatan langsung terhadap permainan Landscape Game. Pemilihan pemain dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dan diharapkan dapat mewakili pemangku kepentingan yang berhubungan dengan hutan. Jumlah total pemain yang diambil untuk keperluan penelitian adalah 39 pemain Jenis Data, Metode Pengumpulan Data, Sumber Data, dan Manfaat Data Tabel 1 Metode pengumpulan data Jenis Data Metode Pengambilan Sumber Data Manfaat Data Data Pencatatan, Responden (Mahasiswa IPB, Mengetahui jenis investasi Primer. Pengamatan, Diskusi. staf Perum Perhutani KPH Kendal dan KPH Bogor, peserta pelatihan dari Wageningen University, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Akademisi, serta LMDH Ciawi dan Kendal). pemain, motivasi pemain melakukan investasi, latar belakang pendidikan dan pekerjaan, serta pemenang dalam permainan tersebut. Data primer yang diambil dari pengamatan terhadap permainan meliputi : 1. Data mengenai latar belakang pendidikan dan pekerjaan pemain. 2. Data mengenai latar belakang pemain untuk melakukan suatu investasi atau tidak. 3. Data mengenai jumlah kekayaan yang dimiliki oleh setiap pemain (lambang Þ dibelakang angka memiliki arti poin). 4. Data mengenai perubahan bentang alam, apakah semakin lestari atau semakin rusak. Data tersebut dikumpulkan setelah semua pemain melangkah sesuai aturan permainan Landscape Game, sebagai berikut: 1. Permainan ini idealnya dimainkan oleh tiga sampai enam pemain yang terdiri dari empat aktor berperan sebagai pemain, satu aktor lainnya

27 13 berperan sebagai bankir dan aktor terakhir berperan sebagai pengambil keputusan atau pemerintah. Petugas bank dan pemerintah dapat dimainkan oleh satu orang, mengingat tugas bank hanya mengatur arus keluar masuk uang dalam permainan. Sebelum permainan dimulai, pemain dan pemerintah membuat kesepakatan mengenai lamanya waktu untuk bermain, pada umumnya diperlukan waktu 90 menit untuk pemula dan 60 menit untuk yang sudah biasa. 2. Setelah ditentukan enam orang atau lima orang yang akan bermain dan telah memilih warna simbol yang akan digunakan, petugas bank akan membagikan uang kepada setiap pemain dengan jumlah yang sama rata, yakni 100Þ (lambang Þ dibelakang angka memiliki arti poin). Pemerintah dalam permainan ini mendapatkan uang sebesar 200Þ untuk menjalankan kebijakannya. 3. Setelah para pemain menentukan siapa yang akan melangkah terlebih dahulu, pemain harus mengawali permainan secara acak. Hal ini dilakukan dengan melempar sebuah dadu di atas bentang alam yang diberi nomor 1 sampai 100. Jika dadu tersebut jatuh pada sel atau lahan nomor 10, maka pemain tersebut memulai permainan dari sel tersebut (sel nomor 10), begitu juga dengan pemain lainnya. 4. Setelah itu setiap pemain harus bergerak menuju sel nomor 100. Permainan ini dipandu tiga buah dadu yang berperan sebagai clock, apabila seorang pemain melempar dadu dan mendapatkan jumlah angka pada dadu tersebut berjumlah 13, maka pemain tersebut akan melangkah sebanyak 13 langkah. Apabila seorang pemain melempar dadu kemudian mendapatkan jumlah angka pada dadu tersebut berjumlah 18 maka dia mendapatkan kesempatan untuk melempar sekali lagi. 5. Ketika seorang pemain berada pada sebuah zona atau sel lahan inti, tepi atau mozaik, ragam investasi dapat dilakukan dengan biaya tertentu (Lampiran 1). Beberapa lahan hanya cocok untuk investasi dengan jenis tertentu, seperti tambang dan air minum. Selain itu terdapat beberapa sel yang berisi hukuman atau denda, yaitu sel fire nomor 37 dan 80

28 14 serta sel landslide nomor 43. Jika pemain berada pada sel dengan simbol sustainability (nomor 18 dan 84), maka pemain tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk mengambil satu kartu dari tumpukan kartu kelestarian dan mendapatkan sejumlah uang seperti yang tertera pada kartu tersebut. Pemain harus mengambil kartu pada tumpukan dan harus membayar sejumlah uang dengan nominal yang tertera pada kartu jika pemain berada pada sel dengan simbol badai nomor 48. Seorang pemain harus membayarkan sejumlah uang kepada bank untuk dapat berinvestasi, setelah itu petugas bank akan memberikan sertifikat bukti kepemilikan lahan yang berisi penjelasan mengenai tipe investasi, biaya, keuntungan, dan hipotek. Setelah itu pemain harus membuat tanda investasi pada lahannya dengan simbol yang telah disediakan sesuai dengan macam investasinya dan warna yang dipilih pemain tersebut. 6. Petugas bank akan membayarkan hasil investasi pemain setelah seorang pemain menyelesaikan satu putaran. Satu putaran adalah seratus langkah yang diperlukan untuk bergerak dari tempat awal pemain berinvestasi sampai kembali lagi ke tempat tersebut. Diperlukan investasi kembali atau reinvestasi untuk beberapa tipe investasi, seperti pada investasi sengon, jati, pembalakan hutan, dan kelapa sawit. Jumlah yang harus dibayarkan saat reinvestasi pertama dan seterusnya adalah 5Þ lebih rendah dari investasi pertama karena keterbatasan infrastruktur. Untuk sel ekowisata keuntungan didapat dari setiap pemain yang berada atau melewati lahan tersebut. 7. Apabila seorang pemain berada pada sel milik pemain lain atau yang berbatasan dengan tersebut, maka pemain dapat melakukan negosiasi dengan pemilik lahan untuk dapat membeli atau bekerjasama pada sel tersebut. 8. Selama permainan berlangsung, pemerintah mengamati perilaku pemain dan menganalisis perubahan bentang alam. Pemerintah dapat membuat kebijakan, memberi insentif dan disinsentif pada seorang pemain karena memilih investasi tertentu selama permainan

29 15 berlangsung atau sebelum permainan dimulai. Setiap pemain dapat membuat usulan kebijakan kepada pemerintah. Dalam permainan ini pemerintah diharapkan bersifat adil kepada seluruh pemain (Purnomo 2008). 3.6 Analisis Data Data yang dikumpulkan diidentifikasi dan dianalisis secara deskriptif serta diolah dengan tabulasi. Analisis deskriptif ini menguraikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ditemukan secara mendetail berdasarkan kecukupan informasi. Hasil data yang sudah terkumpul diinterpretasikan dalam bentuk teks naratif, dan tabel untuk kemudian dibahas mengenai strategi terbaik yang dilakukan oleh tiap pemain untuk memenangkan permainan dengan tetap memperhatikan kelestarian alam. Pada akhir permainan, semua stakeholder akan melakukan identifikasi mengenai kondisi dari bentang alam tersebut, apakah setelah dikelola oleh para stakeholder dan ditetapkannya aturan pemerintah, bentang alam tersebut akan berubah menjadi lebih baik atau buruk.

30 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi empat golongan yang berbeda, yakni mahasiswa dan dosen, perusahaan kehutanan (Perum Perhutani KPH Kendal), praktisi kehutanan internasional dan golongan stakeholder kehutanan di Bogor (Perum Perhutani KPH Bogor, akademisi, LMDH, Dinas Kehutanan Bogor). Dilakukan tiga kali ulangan pada golongan mahasiswa, perusahaan kehutanan satu kali ulangan, praktisi kehutanan internasional satu kali ulangan dan campuran satu kali ulangan. Diharapkan dengan pengulangan ini akan dapat dilihat pola atau kecenderungan dalam mengelola hutan Golongan Mahasiswa Permainan ini dimainkan oleh mahasiswa dan dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pemilihan mahasiswa sebagai responden disebabkan karena beberapa alasan. Alasan yang pertama adalah karena mahasiswa dianggap dapat meningkatkan kualitas dari permainan. Selain itu mahasiswa dianggap memiliki keterampilan berpikir secara kritis dan mampu secara bebas mengekspresikan ide-ide tentang masa depan suatu sumber daya alam (Colella 2000). Permainan Landscape Game bersama mahasiswa dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan pemain yang berbeda setiap ulangannya. Permainan pertama dan kedua dimainkan oleh enam pemain, sedangkan pada pengulangan ketiga dimainkan oleh empat pemain. Perbedaan jumlah pemain ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbandingan jumlah pendapatan setiap pemain pada akhir permainan dan bagaimana kondisi lahan setelah permainan berakhir Permainan Pertama Permainan pertama berlangsung selama 90 menit dan melewati dua kali putaran. Permainan ini dimainkan oleh enam aktor yang terdiri atas empat aktor berperan sebagai stakeholder yang langsung berhubungan dengan hutan, satu aktor berperan sebagai pemerintah yang mengatur jalannya permainan, dan satu aktor berperan sebagai bankir yang mengatur aliran uang. Pemain B, C, dan D

31 17 memiliki dasar ilmu kehutanan, sedangkan pemain A memiliki dasar ilmu ekonomi. Pemain C pada permainan ini menjadi pemenang dengan total keuntungan sebesar 481Ϸ, yang terdiri atas 144Ϸ aset dan 337Ϸ uang tunai. Pemain yang berada pada peringkat kedua adalah pemain A dengan total keuntungan 454Ϸ yang terdiri atas 167Ϸ aset dan 320Ϸ uang tunai. Selain mendapatkan keuntungan, pemain ini juga harus membayar hutang kepada bank sebesar 33Ϸ. Pemain B menempati urutan ketiga dengan total keuntungan sebesar 400Ϸ yang terdiri atas 231Ϸ aset dan 224Ϸ uang tunai. Pemain ini juga harus membayar hutang kepada bank sebesar 55Ϸ. Pada urutan keempat terdapat pemain D yang memiliki total keuntungan sebesar 278Ϸ. Total keuntungan tersebut terdiri atas 59Ϸ aset dan 219Ϸ uang tunai. Produktivitas setiap pemain pada permainan Landscape Game ini dihitung berdasarkan total keuntungan setiap pemain dikurangi dengan modal awal setiap pemain (100Þ). Produktivitas lahan dalam setiap permainan didapatkan dari hasil penjumlahan produktivitas setiap pemain. Produktivitas terbesar pada permainan ini dimiliki oleh pemain C, yaitu sebesar 381Þ, disusul oleh pemain A dengan 357Þ, pemain B dengan 300Þ dan pemain D dengan 178Þ. Nilai total produktivitas lahan pada permainan ini adalah 1216Þ yang merupakan hasil dari penjumlahan produktivitas setiap pemain (lambang Þ dibelakang angka memiliki arti poin). Pemerintah pada permainan ini mengeluarkan beberapa aturan, antara lain pajak penghasilan untuk investasi pembalakan hutan, pertambangan dan biofuel. Selain mengeluarkan pajak, pemerintah juga memberikan insentif kepada pemain. Salah satu bentuk insentifnya adalah memberikan potongan harga sebesar 1Ϸ kepada pemain yang berinvestasi karbon pada lahan hutan inti atau hutan tepi. Selain itu, pemerintah juga mengharuskan para pemain untuk membayar lebih mahal 5Ϸ untuk jenis investasi yang berada dekat dengan jalan. Terdapat sebuah keputusan dari pemerintah yang dianggap kontroversial oleh para pemain dalam permainan ini, yakni dilarangnya melakukan privatisasi terhadap sumber daya air. Jenis investasi, aset, serta keuntungan para pemain dapat dilihat pada Tabel 2.

32 18 Tabel 2 Hasil permainan bersama empat mahasiswa dan dosen Pemain/ aktor A Pemain/ aktor B Pemain/ aktor C Pemain/ aktor D Investasi Jenis Jenis Jenis Jenis Nilai Nilai Nilai Nilai Investasi Investasi Investasi Investasi Investasi J 50 S (2) 50 S (3) 75 E 21 S (2) 50 A (2) 34 K (5) 25 A 17 KS 16 E (3) 21 PH (3) 21 KS 16 E (2) 14 KS 16 KS 16 PH (2) 14 PH 7 K (3) 15 E 7 B 5 PH 7 Aset Uang Hutang Denda Total 457Þ 400Þ 481Þ 278 Þ Produktifitas 357 Þ 300Þ 381Þ 178 Þ Keberlanjutan Ket: J:Jati, S:Sengon, KS:Kelapa sawit, E:Ekowisata, PH:Pembalakan hutan, B:Biofuel, A:Akasia, K:Karbon, ( ): Jumlah Investasi, Þ: Poin Permainan Kedua Sebelum permainan dimulai, para pemain telah membuat kesepakatan bahwa permainan ini akan berakhir ketika setiap pemain mencapai titik awal dimulainya permainan untuk kedua kali. Sama dengan permainan pertama, permainan kali ini dimainkan oleh enam pemain yang terdiri atas empat aktor berperan sebagai pemain yang berhubungan langsung dengan hutan dan dua aktor lagi berperan sebagai pemerintah dan bank. Permainan ini dimenangkan oleh pemain B dengan total keuntungan sebesar 414Ϸ yang terdiri atas 123Ϸ aset dan 291Ϸ uang tunai. Setelah pemain B, pada urutan kedua terdapat pemain C dengan total keuntungan sebesar 365Ϸ yang terdiri atas 127Ϸ aset dan 308Ϸ uang tunai. Pemain yang berada pada urutan ketiga adalah pemain D. Pemain ini memiliki total keuntungan sebesar 346Ϸ yang terdiri atas 95Ϸ aset dan 271Ϸ uang tunai. Selain itu, pemain ini harus membayar hutang kepada bank sebesar 70Ϸ. Pemain A menempati posisi terakhir pada permainan ini dengan total keuntungan sebesar 313Ϸ yang terdiri atas 102Ϸ aset dan 211Ϸ uang tunai. Pada permainan ini, pemain B memiliki produktivitas terbesar dengan 314Þ, disusul oleh pemain C dengan 265Þ. Pada urutan ketiga terdapat pemain D dengan 246Þ dan pemain D pada posisi keempat dengan 213Þ.

33 19 Nilai total produktivitas lahan pada permainan ini adalah 1038Þ yang merupakan hasil dari penjumlahan produktivitas setiap pemain (lambang Þ di belakang angka memiliki arti poin). Pemerintah mengeluarkan beberapa aturan dalam permainan ini, antara lain pajak untuk investasi pembalakan hutan ditetapkan sebesar 10% dan memberikan insentif kepada pemain yang berinvestasi karbon dan ekowisata. Jenis investasi, aset, serta keuntungan para pemain dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil permainan bersama empat stakeholder mahasiswa Pemain/ aktor A Pemain/ aktor B Pemain/ aktor C Pemain/ aktor D Investasi Jenis Jenis Jenis Jenis Nilai Nilai Nilai Investasi Investasi Investasi Investasi Nilai Investasi J 50 J 50 J 50 J 50 E (3) 21 S 25 K (4) 20 E (3) 21 KS 16 K (4) 20 KS (2) 36 K (2) 10 K (3) 15 E (2) 14 PH (2) 14 PH (2) 14 PH (2) 14 E 7 Aset Uang Hutang Denda Total 313 Þ 414 Þ 365 Þ 346Þ Produktivitas 213 Þ 314 Þ 265 Þ 246Þ Kelestarian Ket: J:Jati, S:Sengon, KS:Kelapa sawit, E:Ekowisata, PH:Pembalakan hutan, B:Biofuel, A:Akasia, K:Karbon, ( ): Jumlah Investasi, Þ: Poin Permainan Ketiga Pengulangan permainan Landscape Game yang ketiga dimainkan oleh empat pemain. Keempat pemain ini terdiri atas tiga pemain yang bermain sebagai stakeholder di lapangan dan satu pemain lagi berperan ganda menjadi petugas bank sekaligus pemerintah. Permainan ini berlangsung selama 90 menit dengan dibantu menggunakan tiga dadu sebagai indikator waktu. Permainan ini dimenangkan oleh pemain C dengan total keuntungan sebesar 584Ϸ yang terdiri atas 166Ϸ aset dan 418Ϸ uang tunai. Pemain A dengan total keuntungan sebesar 524Ϸ yang terdiri atas 197Ϸ aset dan 479Ϸ uang tunai menempati posisi kedua. Selain itu, pemain ini harus membayar hutang dan denda dari pemerintah sebesar 152Ϸ. Posisi terakhir pada permainan ini adalah pemain

34 20 B. Pemain ini memiliki total keuntungan sebesar 377Ϸ yang terdiri atas 195Ϸ aset dan 232Ϸ uang tunai. Pemain B harus mengeluarkan uang sebesar 50Ϸ untuk membayar hutang kepada bank. Pemain yang memiliki produktivitas tertinggi pada permainan ini adalah pemain C dengan 484Þ, disusul oleh pemain A dengan 424Þ. Pada posisi terakhir terdapat pemain B dengan 277Þ. Nilai total produktivitas lahan pada permainan ini berjumlah 1185Þ yang merupakan hasil dari penjumlahan produktivitas setiap pemain (lambang Þ di belakang angka memiliki arti poin). Pemerintah pada permainan ini mengeluarkan beberapa aturan, di antaranya aturan mengenai pelarangan melakukan pembalakan hutan di sekitar sumber air dan enclave. Selain itu, pemerintah juga memberikan potongan harga terhadap pemain yang memilik investasi akasia karena pemerintah membutuhkan banyak bahan baku untuk produksi kertas. Jenis investasi, aset, serta keuntungan para pemain dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil permainan bersama tiga stakeholder mahasiswa Pemain/ aktor A Pemain/ aktor B Pemain/ aktor C Investasi Jenis Investasi Nilai Jenis Investasi Nilai Jenis Investasi Nilai Investasi J 50 KS (2) 32 S 50 A (2) 34 Pr 30 KS (2) 32 E (5) 35 A 17 Pr 30 PH (4) 28 K (3) 15 K (4) 20 S 25 E (2) 14 E (4) 20 K (5) 25 PH 7 PH (2) 14 B 5 B (2) 10 Aset Uang Hutang 42 - Denda Total 524Þ 377Þ 584Þ Produktivitas 424Þ 277Þ 484Þ Kelestarian Ket: J:Jati, S:Sengon, KS:Kelapa sawit, E:Ekowisata, PH:Pembalakan hutan, B:Biofuel, A:Akasia, K:Karbon, Pr:Pertambangan, ( ): Jumlah Investasi, Þ: Poin. Selain perhitungan total keuntungan dan produktivitas lahan, pemain dan pemerintah juga melakukan perhitungan terhadap perubahan kelestarian lahan. Perubahan lahan ini didasarkan pada perubahan tutupan lahan, yakni ketika lahan

35 21 tersebut mengalami perubahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan tidak bervegetasi maka akan mendapatkan nilai (+1). Contoh dari aktivitas ini adalah kegiatan penanaman lahan belum bervegetasi. Sebaliknya, perubahan lahan dari lahan bervegetasi menjadi tidak bervegetasi akan mendapatkan nilai (-1) karena dianggap merusak lahan. Contoh aktivitas ini adalah kegiatan pembalakan hutan. Selain kedua hal tersebut, lahan yang tidak mengalami perubahan diberikan nilai 0. Salah satu dari aktivitasnya adalah ekowisata. Pada pengulangan pertama bersama mahasiswa dan dosen, nilai kelestarian lahan mendapatkan jumlah (+9) yang berasal dari penjumlahan nilai kelestarian dari setiap pemain. Ketika permainan dilakukan pada pengulangan kedua bersama mahasiswa, kelestarian lahan mendapatkan nilai total (+2). Selanjutnya, pada pengulangan ketiga bersama empat mahasiswa, kelestarian lahan mendapatkan nilai total (+6) Golongan Perusahaan Hutan Sebagai salah satu instansi yang sudah lama melaksanakan kegiatan pengusahaan hutan tanaman jati di Indonesia, Perum Perhutani KPH Kendal dianggap memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai salah satu responden dalam penelitian ini. Selain itu, Perum Perhutani KPH Kendal juga telah mendapat sertifikat pengelolaan hutan yang lestari dari FSC. Simulasi pengelolaan hutan menggunakan Landscape Game ini dimainkan oleh staf serta petugas lapangan Perum Perhutani KPH Kendal. Terdapat enam aktor yang bermain dalam permainan ini, empat aktor berperan sebagai stakeholder yang langsung berhubungan dengan hutan, satu aktor berperan sebagai pemerintah, dan yang terakhir berperan sebagai bankir. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain penetapan pajak untuk semua jenis investasi dan memberikan insentif kepada pemain yang mendukung kegiatan pelestarian hutan. Jenis dan jumlah pajak yang harus dibayarkan pemain kepada pemerintah antara lain pajak pembalakan hutan sebesar 5%, pajak karbon sebesar 3%, dan pajak ekowisata sebesar 2%. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan aturan mengenai pelarangan berinvestasi kelapa sawit di sekitar pemukiman. Permainan ini dimenangkan oleh pemain D yang memiliki total keuntungan sebesar 336Ϸ. Jumlah tersebut terdiri atas 156Ϸ aset, 300Ϸ uang tunai, selain harus membayar hutang dan denda sebesar 120Ϸ kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam: Hutan Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan lingkungannya, karena hal tersebut merupakan sebuah hubungan mutualisme dalam tatanan

Lebih terperinci

Petunjuk Pemakaian Permainan Bentang Alam

Petunjuk Pemakaian Permainan Bentang Alam Petunjuk Pemakaian Permainan Bentang Alam Permainan ini menghadirkan dinamika kompetisi lahan, kebijakan dan dan kelestarian bentang alam Landscape Game ini dikembangkan oleh Herry Purnomo dengan kontribusi

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KAJIAN KELESTARIAN TEGAKAN DAN PRODUKSI KAYU JATI JANGKA PANJANG KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR CHRISTINA BASARIA S.

KAJIAN KELESTARIAN TEGAKAN DAN PRODUKSI KAYU JATI JANGKA PANJANG KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR CHRISTINA BASARIA S. KAJIAN KELESTARIAN TEGAKAN DAN PRODUKSI KAYU JATI JANGKA PANJANG KPH BOJONEGORO PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR CHRISTINA BASARIA S. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR Oleh : YULI HERNANTO H 24076139 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT. SARI BUMI KUSUMA UNIT SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH) IRVAN DALI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN MARLIA PRATIWI.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. RINGKASAN RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah

Lebih terperinci

Pertanyaan. 1. Apa itu etika? 2. Apa itu ekonomi? 3. Apa sumberdaya dan lingkungan? 4. Dan, bagaimana mereka semua berhubungan?

Pertanyaan. 1. Apa itu etika? 2. Apa itu ekonomi? 3. Apa sumberdaya dan lingkungan? 4. Dan, bagaimana mereka semua berhubungan? Pertanyaan 1. Apa itu etika? 2. Apa itu ekonomi? 3. Apa sumberdaya dan lingkungan? 4. Dan, bagaimana mereka semua berhubungan? Etika Etika adalah batasan yang dibebankan masyarakat atasnya anggota Etika

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.

ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6. ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN PETERNAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN POTENSI HIJAUAN PAKAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMPROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 SKRIPSI NENENG LASMANAWATI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH MADIUN SKRIPSI

POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH MADIUN SKRIPSI POTENSI EKOWISATA PADA KEGIATAN PEMULIAAN POHON DI PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH MADIUN SKRIPSI RIMSA LUSIANA MANALU BUDIDAYA HUTAN/051202033 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Oleh : PUTRI SINAMBELA 071201035/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KOPERASI HUTAN JAYA LESTARI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROPINSI SULAWESI TENGGARA L. BINTANG SETYADI B. DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT.

PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. i PENYUSUNAN TABEL TEGAKAN HUTAN TANAMAN AKASIA (Acacia crassicarpa A. CUNN. EX BENTH) STUDI KASUS AREAL RAWA GAMBUT HUTAN TANAMAN PT. WIRAKARYA SAKTI GIANDI NAROFALAH SIREGAR E 14104050 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN LYZA WIDYA RUATININGRUM DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI (Shorea spp.) PADA AREAL PMUMHM DI IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama KALIMANTAN TIMUR YULI AKHIARNI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA : STUDI KASUS DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER (PT.

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA : STUDI KASUS DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER (PT. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA : STUDI KASUS DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA SUMBER UTAMA TIMBER (PT. PSUT) JAMBI WELLY DWI WAHYUNI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KOMPETENSI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI KPH NGANJUK PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

ANALISIS ASPEK KOMPETENSI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI KPH NGANJUK PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR ANALISIS ASPEK KOMPETENSI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI KPH NGANJUK PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR NIAM WAHIDI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA. Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (Crude Palm Oil) INDONESIA Oleh : RAMIAJI KUSUMAWARDHANA A 14104073 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PERANAN KESEIMBANGAN NASH DALAM TEORI PERMAINAN SKRIPSI BREDTY MAULINA SINAGA 050813011 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PERANAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN VARIABEL-VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA OLEH ZAINAL MUTTAQIN H14102105 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Ketiadaan hak kepemilikan (property right) pada sumberdaya alam mendorong terjadinya

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H

KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TANGERANG PERIODE 2003-2007 OLEH ADHITIA KUSUMA NEGARA H14052528 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA SKRIPSI OLEH : DAVID UCOK SAGALA /081202061 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT

ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ESTIMASI NILAI PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP HARGA LAHAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT GARNA YUANA SUHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN HUTAN MANGROVE BERBASIS SILVOFISHERY DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG

IDENTIFIKASI DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN HUTAN MANGROVE BERBASIS SILVOFISHERY DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG IDENTIFIKASI DAMPAK PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN HUTAN MANGROVE BERBASIS SILVOFISHERY DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI Oleh: Indah Pratiwi Panggabean 101201002 PROGRAM

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT.BA) (PERSERO) TBK - UNIT PRODUKSI OMBILIN (UPO) DAN TAMBANG BATUBARA TANPA IZIN (PETI) TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI OMBILIN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI DI WILAYAH KABUPATEN KLUNGKUNG MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI SKRIPSI

ANALISIS EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI DI WILAYAH KABUPATEN KLUNGKUNG MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI PUPUK BERSUBSIDI DI WILAYAH KABUPATEN KLUNGKUNG MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI SKRIPSI OLEH : NI WAYAN ERNI FEBRIANI 1111305011 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara

ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara ANALISIS PROFITABILITAS SISTEM BAGI HASIL PETERNAKAN AYAM BROILER Kasus PT Kusuma Niaga Persada Nusantara SKRIPSI FERI ANDRIASTUTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

SISTEM PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PADA BERBAGAI KELAS KELOMPOK PETERNAK DI KABUPATEN CIAMIS SKRIPSI ELIS NURFITRI

SISTEM PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PADA BERBAGAI KELAS KELOMPOK PETERNAK DI KABUPATEN CIAMIS SKRIPSI ELIS NURFITRI SISTEM PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PADA BERBAGAI KELAS KELOMPOK PETERNAK DI KABUPATEN CIAMIS SKRIPSI ELIS NURFITRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH Oleh : FITRI MEGA MULIANTI A14104042 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Oleh: RINDA JULIARANI NPM. 12144200091 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci