Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN"

Transkripsi

1 Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN PENGARUH KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI, AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PELAPORAN KEUANGAN TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN DANA ZAKATPADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) DI JAWA BARAT 1 Nunung Nurhayati, 2 Sri Fadilah, 3 Affandi Iss, 4 Magnaz Lestira Oktaroza 1,2,3 4 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung nunungunisba@yahoo.co.id,srifadilah71@yahoo.com Abstrak: Fenomena yang terjadi saat ini potensi penerimaan zakat yang ada tidak sesuai dengan realisasi dana zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat (BAZ). Sementara realisasi penerimaan dana zakat yang diperoleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pun masih jauh dari potensi yang ada.salah satu rendahnya potensi penerimaan dana zakat adalah rendahnya kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan Objek penelitian adalah Kualitas Informasi Akuntansi, Akuntabilitas, Transparansi Pelaporan keuangan dan Tingkat Penerimaan dana Zakat.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan metode eksplanatory Reseach. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kuesioner, wawancara dan dokumentasi, analisis data menggunakan analisis jalur. Hasil Penelitian dan pembahsan, menunjukkan pengaruh kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan terhadap penerimaan dana zakat sebesar 74,7 %. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh factor yang lain sebesar 25,3%. Kata kunci: Akuntabilitas, Transparansi, Laporan Keuangan dan Zakat 1. Pendahuluan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang tentang pengelolaa zakat menjadi payung hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan zakat di Indonesia, sebagai upaya untuk mendukung fakta bahwa Indonesia adalah negara yang penduduk muslimnya terbesar di dunia, yaitu berjumlah 80% dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia adalah sebesar 180 juta penduduk muslim yang memiliki kewajiban zakat baik zakat fitrah dan zakat maal (Eri Sudewo, 2008 dalam Sri Fadiah, 2011), Sedangkan fenomena yang terjadi saat ini potensi penerimaan zakat yang ada tidak sesuai dengan realisasi dana zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat. Tabel 1 Potensi dan Realisasi Dari tahun 2009 s.d 2013 No. Periode Potensi Zakat (Triliyun) Realisasi dalam Triliyun Rupiah , , , , ,5 Sumber: Baznaz.go.id, Data Islamic Development Bank (IDB) PIRAC 577

2 578 Nunung Nurhayati, et al. Berdasarkan data di atas terlihat perkembangaan dari tahun ke tahun penerimaan dana zakat semakin meningkat walaupun penerimaan dana zakat masih 1% dari potensi yang ada. Begitupun yang terjadi di Badan Amil Zakat (BAZ) kabupaten dan Kota yang ada di Jawa Barat dibawah naungan BAZNAS Pusat, yang selama ini menerima dana dari para muzaki yang berada pada lingkungan pegawai negeri (PNS), perorangan atau masyarakat yang ada disekitar daerahnya masing-masing, dalam sistem pengelolaan dana zakatpun harus bersifat akuntabel, transparan dan memberikan informasi yang berkualitas sehingga menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan BAZ daerah, yang pada akhirnya tingkat penerimaan dana zakat akan semakin meningkat. Berdasarkan data dari BAZNAZ di Propinsi Jawa Barat, bahwa BAZNAS yang terdapat di Jawa Barat terdiri dari 26 BAZNAS, yang terdiri dari 9 BAZNAS Kota dan 17 BAZNAS Kabupaten.Untuk menunjang kelancaran kegiatan pengelolaan dana zakat yang ada di BAZNAS Kota dan BAZNAS kabupaten, yang berkaitan dengan pelaporan keuangan sebagai bentuk akuntabel dan transparansi maka dibutuhkan system yang terintegrasi untuk memudahkan dalam pembuatan laporan keuangan yang tepat waktu dan tepat sasaran sehingga informasi yang dihasilkan sangat berkualitas, akuntable dan transparan, yang pada akhirnya tingkat penerimaan dana zakat BAZNAS kota dan kabupaten yang ada di wilayah propinsi Jawa barat semingkin meningkat. 2. Studi Pustaka 2.1 Kualitas Informasi Akuntansi Untuk lebih memahami mengenai kualitas informasi akuntansi, berikut ini penulis akan menguraikan terlebih dahulu dari kualitas informasi. menurut Mc Leod dalam Azhar Susanto (2009: 40) kualitas ionformasi sebagai berikut: Informasi dikatakan berkualitas apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut: Akurat, relevan, tepat waktu dan lengkap. Menurut Sofyan Sapri Harahap (2006;97) kualitas informasi akuntansi dilihat secara umum memiliki empat dimensi kualitas informasi yaitu : Akurat, relevan, tepat waktu dan lengkap. 2.2 Akuntabilitas Dari berbagai definisi akuntabilitas yang telah dipaparkan dapat disimpukan bahwa akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban atas segala aktivitas dan kegiatan organisasi yang dituangkan dalam bentuk pelaporan keuangan oleh pihak yang diberi tanggung jawab kepada pemberi amanah untuk mencapa tujuan organisasi dalam periode tertentu. Jadi, suatu entitas dapat dikatakan accountable jika mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut, dan memungkinkan pihak luar (misalnya legislative, auditor, atau masyarakat secara luas) mereview informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil tindakan korektif (Nurkholis, 2001:67). Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan. Meskipun demikian, informasi keuangan berfungsi memberikan dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan, informasi akuntansi merupakan alat melaksanakan akuntabilitas secara efektif, bukan tujuan akhir itu sendiri (Ahmad, 2006:63). Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

3 Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi, Akuntansibilitas dan Transparansi Pelaporan Transparansi Transparansi dalam konteks penyelenggaraan pelayanan publik adalah terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan secara memadai dan mudah dimengerti. (Ratminto, Winarsih, Hidayat, 2005:8). Transparansi merupakan salah satu prinsip dalam perwujudan good governance.transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.artinya, informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.transparansi mengisyaratkan bahwa laporan tahunan tidak hanya dibuat tetapi juga terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat.shende dan Bennet (dalam Mulyana, 2006:4) mengatakan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan keadilan merupakan atribut yang terpisah.dari uraian yang telah disampaikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas dan transparansi keuangan entitas publik merupakan upaya pertanggungjawaban entitas publik yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan entitas tersebut kepada publik secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan anggapan bahwa publik telah mengetahui informasi tersebut. Meskipun akuntabilitas dan transparansi merupakan atribut yang terpisah, namun pelaksanaan akuntabilitas memerlukan adanya suatu transparansi. Menurut (Tapanjeh,2009:563 dalam Rizky, 2013:32) mengemukakan bahwa konsep transparansi dalam Islam adalah: (1) Organisasi bersifat terbuka kepada muzaki. (2) Informasi harus diungkapkan secara jujur, relevan, tepat waktu dapat dibandingkan dan meliputi segala hal yang terkait dengan informasi yang akan diberikan, dan (3) Pemberian informasi juga perlu dilakukan secara adilkepada semua pihak yang membutuhkan informasi. 2.4 Tingkat Yang dimaksud penerimaan dana adalah penambahan sumber daya organisasi yang berasal dari donasi dan atau hasil penempatan sementara pengelolaan dana, yang dapat berupa kas atau non kas, sedangkan penerimaan donasi dapat berupa zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, kafarat, atau donasi lain yang tidak bertentangan dengan ketentuan syari'ah. Adapun penerimaan dana berdasarkan karakteristiknya menurut Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat 2009 (PA OPZ:2009) dapat dikelompokkan menjadi: (1) Penerimaan dana berdasarkan sumber, dan (2) Penerimaan berdasarkan program. Kejelasan arah, originalitas dan kemanfaatan dari suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti akan terlihat dengan jelas apabila peneliti mampu menelusuri secara mendalam beberapa penelitian yang dilakukan sekarang. 3. Objek Penelitian Objek penelitian adalah Kualitas Informasi Akuntansi, Akuntabilitas, Transparansi Pelaporan keuangan dan Tingkat Penerimaan dana Zakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan metode penelitian eksplanatori Reseach. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari 26 BAZNAS yang ada di Jawa barat yang terdiri dari 9 BAZNAS kota dan 17 BAZNAS kabupaten. Sedangka sampel yang diambil adalah 21 BAZNAS. Sebelum pengolahan data dilakukan maka instrumen penelitan akan diuji dulu tingkat validitas dan reliabilitasnya. Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dan menganalisis data hasil penelitian. ISSN ,EISSN Vol 4, No.1, Th, 2014

4 580 Nunung Nurhayati, et al. Analisis hubungan kausal (sebab-akibat) diantara variable-variabel yang ada dalam paradigm penelitian dilakukan dengan menggunakan analysis jalur (path analysis). 4. Pembahasan Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antar sesama variabel independen, maka nilai koefesien korelasi yang diperoleh dikonsultasikan ke tabel interpretasi koefesien korelasi berikut. Tabel 2 Pedoman Pengkalsifikasian Koefesien Korelasi No Interval Koefesien Korelasi Tingkat Hubungan 1 0,00 0,199 Sangat Rendah 2 0,200 0,399 Rendah 3 0,400 0,599 Sedang 4 0,600 0,799 Kuat 5 0,800 1,00 Sangat Kuat Variabel independen pada penelitian ini terdiri dari kualitas informasi akuntansi (X1), Akuntabilitas Pelaporan keuangan (X2), Transparansi Pelaporan keuangan (X3). Dalam rangka menjawab hipotesis pertama tentang hubungan diantara variabel independen dan menjawab tujuan pertama dari penelitian ini maka dilakukan analisis hubungan antar variabel. Berikut disajikan hasil perhitungan koefesien korelasi diantara ketiga variabel independen yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 3 Korelasi antar variabel Independen Variabel X1 X2 X3 X1 1,0000 0,759 0,690 X2 0,759 1,0000 0,866 X3 0,690 0,866 1,0000 Berdasarkan nilai koefesien korelasi yang ada pada tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat korelasi antara variable independen, yaitu kualitas informasi akuntansi terhadap Akuntabilitas (X2) sebesar 0,750, sedangkan kualitas informasi akuntansi ke transparansi pelaporan keuangan sebesar 0,690, dan korelasi antara akuntabilitas dan transparansi sebesar 0,866. Jadi korelasi antar variable independen masuk kategori kuat, dengan arah positif, artinya kualitas informasi akuntansi yang baik cenderung diikuti dengan peningkatan akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan 4.1 Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi, Akuntabilitas dan Transparansi Pelaporan Keuangan Terhadap Tingkat Pada sub struktur paradigma penelitian mengkaji pengaruh kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan Transparansi pelaporan keuangan terhadap Tingkat penerimaan Dana zakat, baik secara bersama-sama/simultan maupun secara parsial.. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefesien jalur dari asing-masing variabel independen terhadap tingkat penerimaan dana zakat sebagai berikut: Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

5 Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi, Akuntansibilitas dan Transparansi Pelaporan Tabel 4 Koefsien Jalur masing-masing Variabel Independen Terhadap Tingkat VARIABEL KOEFESIEN JALUR T hitung X1 (pyx1) 0,559 2,367 X2(pyX2) -0,548-1,371 X3(pyX3) 0,866 2,341 R 2 = 74,7% Dari hasil uji statistik tabel di atas diperoleh hasil perhitungan bahwa secara bersama-sama (simultan) ketiga variabel independen (kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan) memberikan kontribusi /pengaruh sebesar terhadap tingkat penerimaan dana zakat di BAZNAS sepropinsi Jawa barat sebesar 74,7 %, sementara sisanya sebesar 25,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar ketiga variabel independen yang diteliti. Hal ini membuktikan bahwa 74,72 % tingkat penerimaan dana zakat ditentukan oleh kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan di BAZNAS baik tingkat kabupaten dan kota yang ada di propinsi Jawa Barat.. 1 Rx1x2= 0,759 X1 Py1x1= 0,559 0,298 Rx1x3= 0,690 X2 Py1x2= - 0,548 Y Rx2x3= 0,866 X3 Pyx3= 0,866 Gambar 1 Diagram Jalur Kualitas Informasi akuntansi, Akuntabilitas dan Transparansi pelaporan keuangan Terhadap Tingkat Penerimaan dana Zakat. Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dana zakat yang telah dibangun dan dikembangkan di Badan Amil Zakat khususnya di Propinsi Jawa Barat Pengujian Koefesien Jalur Secara Simultan Hasil penelitian ini selaras dengan temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa akuntabilitas dan transparansi berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dana zakat, sehingga hasil penelitian ini menyiratkan bahwa kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dana zakat di BAZNAS. Dimana pengaruh ke tiga variabel tersebut cukup ISSN ,EISSN Vol 4, No.1, Th, 2014

6 582 Nunung Nurhayati, et al. besar, oleh karena itu perlu didukung terus adanya perubahan pada pengembangan sistem informasi dalam rangka menghadapi menumbuhkan kepercayaan yang semakin tinggi dari para muzaki atau para pengguna lainnya. Akan tetapi adanya pengaruh ketiga variabel ini yang sedemikian besar memberikan makna tersendiri bagi pengembangan sistem informasi yang ada di BAZNAS kabupaten dan kota untuk lebih meningkatkan kembali sistem yang akan digunakan Pengujian Koefesien Jalur Secara Parsial Karena hasil pengujian secara simultan menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transaparansi pelaporan keuangan terhadap tingkat penerimaan dana zakat, selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial. Untuk menguji koefesien jalur masing-masing variabel independen digunakan statistik uji t yang dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada tingkat kekeliruan 5% dan derajat bebas 17 pada pengujian dua arah Pengaruh Kualitas informasi akuntansi terhadap tingkat penerimaan dana zakat Tabel 5 Hasil Uji Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi Terhadap Tingkat Koef Jalur T hitung T tabel (dk 17) Ho Ha 0,559 2,367 2,110 Ditolak Diterima Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh koefesien jalur sebesar 0,559 dengan nilai t hitung variabel kualitas informasi akuntansi (2,367) lebih besar dari t tabel (2,110). Karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka pada tingkat signifikan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas informasi akuntansi terhadap tingkat penerimaan dana zakat pada BAZNAS kabupaten dan kota di propinsi Jawa Barat. Koefesien jalur yang bertanda positif menunjukkan bahwa kualitas informasi akuntansi memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat penerimaan dana zakat, artinya kualitas informasi akuntansi yang baik akan meningkatkan tingkat penerimaan dana zakat. Tabel 6 Besar Pengaruh Kualitas Informasi akuntansi Terhadap Tingkat penerimaan Dana Zakat Pengaruh X1 terhadap Y1 Langsung : (0,559) x (0559) = 0,3125 (31,25%) Tidak langsung Melalui X2 : (0,559) x 0,0,759 x (-0,548) = -0,23251 (-23,25%) Melalui X3 = (0,559) x 0,690 x (0,866) = 0,3340 (33,40%) TOTAL 0,414 (41,4%) Secara langsung kualitas informasi akuntansi memberikan pengaruh langsung sebesar 31,25% terhadap tingkat penerimaan dana zakat. Kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan dua variabel independen lainnya sebesar 10,15 %. Secara total kualitas informasi akuntansi mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat penerimaan dana zakat sebesar 41,4 % Pengaruh Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Terhadap Tingkat Tabel 7 Hasil Uji Pengaruh Akuntabilitas Pelaporan keuangan Terhadap Tingkat Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

7 Pengaruh Kualitas Informasi Akuntansi, Akuntansibilitas dan Transparansi Pelaporan Koef Jalur T hitung T tabel (dk 17) Ho Ha -0,548-1,371 2,110 Diterima Ditolak Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh koefesien jalur sebesar -0,548 dengan nilai t hitung variabel akuntabilitas pelaporan keuangan (-1,371) lebih kecil dari t table (2,110). Karena t hitung lebih kecil dari t tabel, maka pada tingkat signifikan 5% diputuskan untuk menerima Ho dan menolak Ha. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari akuntabilitas pelaporan keuangan terhadap tingkat penerimaan dana zakat pada BAZ kabupaten dan kota di propinsi Jawa Barat. Tabel 8 Besar Pengaruh Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Terhadap Tingkat penerimaan Dana Zakat Pengaruh X2 terhadap Y1 Langsung : (-0,548) x (-0,548) = 0,300 (30 %) Tidak langsung Melalui X1 : (-0,548) x 0,759 x (0,559) = (-23,25%) Melalui X3 = (-0,548) x 0,866 x (0,866) = (-41,09%) TOTAL (34,32 %) Secara langsung akuntabilitas pelaporan keuangan memberikan pengaruh langsung sebesar 30 % terhadap tingkat penerimaan dana zakat. Kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan dua variabel independen lainnya sebesar - 34,32%. Secara total akuntabilitas secara langsung maupun tidak langsung tidak berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dana zakat sebesar -34,32 %. Tidak adanya pengaruh akuntabilitas pelaporan keuangan terhadap tingkat penerimaan dana zakat dikarenakan pelaporan keuangan BAZNAS kabupaten dan kota yang ada di propinsi jawa Barat,dikarnakan sebagian besar BAZNAS kabupaten dan kota tidak setiap bulan memberikan laporan kepada para muzaki, melainkan memberikan laporan periodik setiap tiga bulan sekali kepada beberapa instansi, BAZNAS Pusat dan anggota Dewan Pengaruh Tansparansi Pelaporan Keuangan Terhadap Tingkat Tabel 9 Hasil Uji transparansi pelaporan keuangan Terhadap Tingkat Koef Jalur T hitung T tabel (dk 17) Ho Ha 0,866 2,341 2,110 Ditolak Diterima Berdasarkan hasil pengujian di atas diperoleh koefesien jalur sebesar 0,866 dengan nilai t hitung variabel transparansi pelaporan keuangan(2,341) lebih besar dari t tabel (2,110). Karena t hitung lebih besar dari t tabel, maka pada tingkat signifikan 5% diputuskan untuk menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari transparansi terhadap tingkat penerimaan dana zakat pada BAZNAS kabupaten dan kota di propinsi Jawa Barat.Koefesien jalur yang bertanda positif menunjukkan bahwa transparansi pelaporan keuangan memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat penerimaan dana zakat, artinya transparansi pelaporan keuangan yang baik akan meningkatkan tingkat penerimaan dana zakat. ISSN ,EISSN Vol 4, No.1, Th, 2014

8 584 Nunung Nurhayati, et al. Tabel 10 Besar Pengaruh Transparansi Pelaporan Keuangan Terhadap Tingkat penerimaan Dana Zakat Pengaruh X3 terhadap Y1 Langsung : (0,866) x (0,866) = 0,74999 (74,99 %) Tidak langsung Melalui X1 : (0,866 x 0,690x (0,559) = 0,3340 (33,402%) Melalui X2 = (0,866) x 0,866 x (0,548) = -0,4109 (-41,09) TOTAL 0,( 67,30%) Secara langsung transparansi pelaporan keuangan memberikan pengaruh langsung sebesar 74,99 % terhadap tingkat penerimaan dana zakat. Kemudian secara tidak langsung karena hubungannya dengan dua variabel independen lainnya sebesar 25,1%. Secara total Transparansi Pelaporan keuangan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat penerimaan dana zakat sebesar 67,30%. Dari hasil pengujian hipotesis secara keseluruhan/simulta mengisyaratkan bahwa penerapan kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan berpengaruh secara signifian terhadap tingkat penerimaan dana zakat. Sehingga hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan dan penerimaan dana zakat pada Badan Amil Zakat (BAZ) kabupaten dan Kota di propinsi Jawa Barat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan mempunyai hubungan yang cukup erat dan signifikan dengan arah positif. Hubungan antara kualitas informasi akuntansi dengan akuntabilitas maupun transparansi mempunyai hubungan yang kuat. Kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan baik secara simultan maupun secara parsial terhadap tingkat penerimaan dana zakat. Secara simultan pengaruh kualitas informasi akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan sebesar 74,7%, sedangka besarnya pengaruh secara parsial yang tertinggi adalah transparansi (76,3%), kualitas informasi akuntansi (41,4%) dan akuntabilitas sebesar (-34,32%). Kualitas Informasi Akuntansi, akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan yang ada di BAZ di jawa Barat masih belum memadai yang disebabkan karena masih rendahnya kapabilitas personal sistem informasi akuntansi, serta sumber daya lainnya dan belum profesional para pengelola dana zakat serta masih rendahnya dukungan manajemen puncak dalam arti para bupati, walikota maupun kepala instansi pemerintah. Daftar Pustaka Eri Sadewo, Manajemen Zakat. Institutr Manajemen Zakat (IMZ), Media jurnal dan Empowerment Vol 1 Agustus 2008, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) Jakarta: 27 Mc Leod, Raymond Jr & George P Schell,2007, Management Information System,Person Education Inc, New Jersey Rizky,Khaerani, 2013 pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Kualitas lembaga Amil Zakat, Undip Semarang Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu) dan berkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari segi bahasa, zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari segi bahasa, zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ditinjau dari segi bahasa, zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu keberkahan, al-namaa pertumbuhan dan perkembangan, ath-thaharatu kesucian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat penting, karena dalam pandangan Islam setiap individu harus secara layak di tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan dalam konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar.  melansir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. www.bisnis.com melansir bahwa Badan Amil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan kemiskinan masih menjadi salah satu problematika utama yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu secara finansial. Zakat menjadi salah satu rukun islam keempat setelah puasa di bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk menyediakan /memproduksi barang-barang publik. Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan PENERAPAN METODE WEBQUAL DALAM PENGUKURAN KUALITAS LAYANAN WEBSITE PERGURUAN TINGGI

1. Pendahuluan PENERAPAN METODE WEBQUAL DALAM PENGUKURAN KUALITAS LAYANAN WEBSITE PERGURUAN TINGGI Prosiding SnaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 PENERAPAN METODE WEBQUAL DALAM PENGUKURAN KUALITAS LAYANAN WEBSITE PERGURUAN TINGGI 1 Siti Sa uda, dan 2 Nyimas Sopiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini, sebagai fakta bahwa 80% dari 220 juta penduduk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini, sebagai fakta bahwa 80% dari 220 juta penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan zakat cukup tinggi, beberapa tahun terakhir ini, sebagai fakta bahwa 80% dari 220 juta penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Simpulan Akuntabilitas di Badan Amil Zakat masih dalam kategori cukup baik. Penelitian ini menemukan bahwa: 1. Badan amil zakat, infaq sudah sesuai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu dibuat UU No. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu dibuat UU No. 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi Zakat Pertumbuhan BAZ dan LAZ yang selama ini semakin bertambah dan berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu dibuat UU No. 38 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk di kaji adalah mengenai kepercayaan muzakki terhadap lembaga amil zakat. Zakat sebagai salah satu rukun islam mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga amil zakat, Rumah Zakat tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era demokrasi dalam melaksanakan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Lampiran 8 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi dalam operasional usahanya. Pencatatan ini sering disebut dengan akuntansi atau pembukuan. Pencatatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi deklarasi yang disebut dengan Millenium Declaration Goals (MDG s) di New York. Deklarasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertanggungjawaban keuangan daerah, sistem lama yang selama ini digunakan oleh Pemda yaitu Manual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari rukun Islam. Zakat merupakan pilar utama dalam Islam khususnya dalam perannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para penganut sistem ekonomi kapitalisme berpendapat bahwa inti masalah ekonomi adalah masalah produksi. Mereka berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat dekade terakhir ini, pemerintah terus berupaya melakukan perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme pengelolaan keuangan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrument pemerataan pendapatan khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor publik di Indonesia semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik baik di pusat maupun di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntabilitas 2.1.1.1 Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Secara demografi dan kultural, bangsa Indonesia merupakan bangsa dengan mayoritas masyarakat beragama islam sehingga memiliki potensi yang besar dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia Secara demografi mayoritasnya beragama Islam dan setiap muslim mempunyai kewajiban untuk membayar zakat. Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib ditunaikan oleh umat muslim atas harta kekayaan seorang individu yang ketentuannya berpedoman pada Al-Qur an

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. No Unit Kerja Jumlah Karyawan. 1 Haurpugur 8. 2 Cipaku Cicalengka Cibereum 7.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. No Unit Kerja Jumlah Karyawan. 1 Haurpugur 8. 2 Cipaku Cicalengka Cibereum 7. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan BRI Cabang Majalaya dengan jumlah populasi 196 orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi amal, lembaga pendidikan dan lain-lain memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 9 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Negara untuk memperhatikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Ucapan Terima Kasih... ii Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Ucapan Terima Kasih... ii Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... i DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Ucapan Terima Kasih... ii Daftar Isi... v Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xii BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan keuangan daerah dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah dan penyelenggaraan

Lebih terperinci

METODE DAN MEDIA SOSIALISASI AKUNTANSI PADA UKM DI KOTA PALEMBANG

METODE DAN MEDIA SOSIALISASI AKUNTANSI PADA UKM DI KOTA PALEMBANG Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 METODE DAN MEDIA SOSIALISASI AKUNTANSI PADA UKM DI KOTA PALEMBANG 1 Nelly Masnila, 2 Yuliana Sari, 3 Sandrayati 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

Keywords: User competence, leadership style, and performance of accounting information system.

Keywords: User competence, leadership style, and performance of accounting information system. PENGARUH KOMPETENSI PENGGUNA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (Survei Perusahaan Asuransi Kota Bandung) ¹Wita Yunita, ²Nunung Nurhayati, ³Magnaz L.Oktaroza ¹.²,³ Prodi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 15 TAHUN 20085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Kondisi ini memiliki keuntungan tersendiri bagi proses pembangunan menuju masyarakat muslim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menjawab suatu permasalahan yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

Pengaruh Etika Organisasi dan Good University Governance terhadap Kinerja Organisasi (Survey pada Institut di Kota Bandung)

Pengaruh Etika Organisasi dan Good University Governance terhadap Kinerja Organisasi (Survey pada Institut di Kota Bandung) Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Pengaruh Etika Organisasi dan Good University Governance terhadap Kinerja Organisasi (Survey pada Institut di Kota Bandung) 1 Winni Puspitasari, 2 Sri Fadillah, 3 Kania

Lebih terperinci

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS... DAFTAR ISI LEMBAR JILID... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii ABSTRACT... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sentralisasi kekuasaan dan keuangan negara pada masa sebelum era reformasi telah banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membantu pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat. pendistribusian dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membantu pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat. pendistribusian dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Adapun objek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banjarnegara yang merupakan salah satu propinsi di Jawa Tengah, dimana di Kabupaten Banjarnegara ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu bentuk konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat kepada pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah tidak dapat dielakkan lagi. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

Lebih terperinci

Prosiding Akuntansi ISSN:

Prosiding Akuntansi ISSN: Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga zakat adalah lembaga yang berada ditengah-tengah publik sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik. BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh secara simultan Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa variabel bebas yakni religiusitas (X 1 ), gaji (X 2 ) dan kepercayaan (X 3 )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai mekanisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi unsur pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi unsur pokok BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Hukum zakat adalah wajib (fardhu) yang dilaksanakan oleh kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2000 berdampak meningkatnya tuntutan masyarakat akan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Lebih terperinci

PEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA

PEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA PEMERINGKATAN (RATING) LPZ DI INDONESIA Oleh Hertanto Widodo Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid Abidin & Mimin Rukmini)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian penyajian laporan keuangan SKPD, aksesibilitas laporan keuangan SKPD, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. Tehnik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survei

BAB. III METODE PENELITIAN. Tehnik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survei 42 BAB. III METODE PENELITIAN 3.1. Teknik Penelitian Tehnik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survei dengan pengambilan data langsung pada subjek penelitian melalui kuisioner.

Lebih terperinci

Title: The Variables that Affect Compliance of Muslim Merchants for Zakat Maal in the District of Cianjur

Title: The Variables that Affect Compliance of Muslim Merchants for Zakat Maal in the District of Cianjur Title: The Variables that Affect Compliance of Muslim Merchants for Zakat Maal in the District of Cianjur PUSAT KAJIAN STRATEGIS BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (PUSKAS BAZNAS) Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR 3.1 Sejarah Singkat Kantor UPZ Kecamatan Tanggeung BAZ kabupaten Cianjur asal mulanya adalah Lembaga Kesejahteraan Umat,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 10 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 04 Tahun 2008 Seri : D Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi telah memberikan peluang bagi perubahan cara-cara pandang terhadap pembangunan nasional dari cara pandang yang berorientasi pada pemerataan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat muslim Indonesia sebenarnya memiliki potensi strategis yang layak dikembangkan menjadi salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan audit internal dan penerapan Good Corporate Governance (GCG). Studi empiris pada BUMN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi obyek

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi obyek BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah Pengaruh Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembagalembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA Istutik (2013) meneliti mengenai penerapan standar akuntansi Zakat Infak/Sedekah (PSAK: 109) pada pertanggungjawaban keuangan atas aktivitas penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 23 SERI E.23 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif ditambah dengan adanya ekonomi ASEAN. Ekonomi ASEAN tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif ditambah dengan adanya ekonomi ASEAN. Ekonomi ASEAN tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari masa ke masa terasa semakin kompetitif ditambah dengan adanya ekonomi ASEAN. Ekonomi ASEAN tersebut akan menambah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan fundamental yang tengah dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang diukur dengan Return On Equity (ROE) dan nilai pasar sebagai X2 yang diukur

BAB III METODE PENELITIAN. yang diukur dengan Return On Equity (ROE) dan nilai pasar sebagai X2 yang diukur BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini ada 3 variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas adalah profitabilitas sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisis Regresi Linear Berganda Dalam Analisa Hubungan Produktivitas Kerja dan Penjualan Perusahaan Dengan Kepuasan Kerja di PT. MAPPING JAKARTA ini digunakan metode analisis

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 1 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan persoalan-persoalan ritual saja tapi juga menyentuh aspek-aspek. kehidupan yang lain, seperti ekonomi, politik, dan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dengan persoalan-persoalan ritual saja tapi juga menyentuh aspek-aspek. kehidupan yang lain, seperti ekonomi, politik, dan hukum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negeri dengan penduduk muslim terbesar didunia. Penduduk yang beragama islam mencapai kurang lebih 80% dari 220 juta jiwa penduduk indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 61 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004 PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa mengeluarkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN PENDANAAN DI YOGYAKARTA. Fein Suwira A.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN PENDANAAN DI YOGYAKARTA. Fein Suwira A. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN PENDANAAN DI YOGYAKARTA Fein Suwira A. Fenyta Dewi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH DI KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik perusahaan besar, usaha kecil dan menengah, maupun lembaga-lembaga pemerintah selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini

Lebih terperinci

Cipmawati Mohune Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo ABSTRACT

Cipmawati Mohune Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo ABSTRACT PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAERAH (SIMDA) TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gorontalo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang umum.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 1.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian peneliti. Objek penelitian merupakan sesuatu yang kita ukur tetapi apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 berisi tentang perlunya dilaksanakan Otonomi Daerah. Otonomi daerah

Lebih terperinci

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu praktek akuntansi merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis, tetapi dalam entitas nirlaba ilmu dan praktek akuntansi tidak begitu diperhatikan (Simanjuntak

Lebih terperinci