BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Damoerin, dkk (2011), menguji pengaruh cerucuk dalam skala laboratorium dengan media tanah komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkuatan tanah dengan cerucuk pada tanah komposit. Penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh panjang dan diameter cerucuk terhadap tegangan deviator (deviator stress) terhadap regangan (strain). Hasil penelitian disimpulkan, penambahan cerucuk memberikan pengaruh pada peningkatan nilai kohesi (c ) dan penurunan nilai sudut geser ( ). Penggunaan cerucuk panjang menghasilkan nilai kohesi terbesar pada tanah komposit. Yudiawati dan Marzuki (2011), melakukan pengujian lapangan dengan menggunakan pondasi bujursangkar lebar (B) = 1 m dan diameter cerucuk 5 cm. Pengujian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi jarak, variasi panjang cerucuk, dan variasi luas area cerucuk terhadap penurunan. Hasil pemberian cerucuk di sekitar area pondasi meningkatkan daya dukung pondasi dan mengurangi penurunan yang terjadi. Hadi, 1990 dalam Muhrozi 2011 melakukan penelitian studi daya dukung tiang cerucuk pada model skala kecil difokuskan pada daya dukung pondasi telapak bercerucuk dengan ukuran 20 x 20 cm 2. Penelitian ini menggunakan alat vane shear test untuk mengukur kohesi tanah akibat pemasangan cerucuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tiang cerucuk yang lebih dekat/pendek serta jumlah cerucuk yang semakin banyak akan menyebabkan terjadinya peningkatan daya dukung pondasi telapak yang cukup besar ( 31 Oktober 2012). Putra, dkk (2009), melakukan penelitian laboratorium dengan menggunakan cerucuk bambu diameter 0,3 cm dan panjang 7,5 cm 15 cm. Penelitian ini didasarkan pada variasi panjang dan diameter cerucuk serta pengaruh model pemasangan cerucuk, yaitu secara horisontal dan vertikal dan dimasukkan dalam 4

2 5 alat kuat tekan bebas (unconfined strength test). Berdasarkan hasil penelitian kekuatan cerucuk vertikal lebih baik dari horisontal, makin panjang dan rapat cerucuk maka kekuatan makin tinggi, serta kadar air makin rendah ( diakses 6 Juli 2013). Tjandra (2009), melakukan penelitian perkuatan pondasi lama akibat pembangunan pondasi baru. Penelitian ini didasarkan pada pengaruh galian yang dilakukan dekat bangunan lama. Pondasi lama pada penelitian ini berupa pondasi telapak dan pondasi tiang. Perkuatan yang dipakai adalah Cylinder Type Sheet Pile (CTSP). Berdasarkan hasil penelitian pemasangan CTSP pada pondasi bangunan lama akan secara signifikan mengurangi penurunan yang terjadi pada pondasi footing dan pondasi tiang ( 18 Juli 2013). Prawono, dkk (1999), melakukan penelitian sudut penyebaran beban pada tanah lempung. Penelitian dimodelkan dalam skala laboratorium, dimana tanah lempung diisi dalam sebuah drum dan dilapisi pasir urug di atasnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa sudut penyebaran beban tergantung dari pasir urug yang dipakai, semakin padat pasir urug semakin besar sudut penyebaran yang terjadi ( 18 Juli 2013). 1.2 Tanah Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikelpartikel dapat berisi air, udara ataupun keduanya. Proses pelapukan batuan atau proses geologi lainnya yang terjadi di dekat permukaan bumi membentuk terjadinya tanah. Wesley (2012) membagi dua jenis tanah, yaitu: 1. Tanah residu (residual soil) Tanah yang terbentuk langsung oleh pelapukan kimiawi pada tempat pembentukannya di atas batuan asal.

3 6 2. Tanah yang terangkut (transported soil) Tanah yang dibawa oleh air sungai karena tererosi dan kemudian mengendap lapisan demi lapisan. Istilah pasir, lempung, lanau atau lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas ukuran butiran yang telah ditentukan dan untuk menggambarkan sifat tanah yang khusus. Kebanyakan jenis tanah terdiri dari banyak campuran, atau lebih dari satu macam partikel. Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel lempung saja, akan tetapi dapat bercampur dengan butiran-butiran ukuran lanau maupun pasir, dan mungkin terdapat campuran bahan organik. Ukuran partikel tanah bervariasi dari lebih besar 100 mm sampai dengan lebih kecil dari 0,001 mm (Hardiyatmo, 2011) Penyelidikan Tanah Tujuan penyelidikan tanah di lapangan adalah memperoleh informasi tentang kondisi bawah permukaan dan sifat-sifat mekanis atau keteknikan dan sifat-sifat fisik termasuk kemampuan memikul beban dari material alam yang digunakan untuk struktur suatu bangunan teknik sipil (Hendarsin, 2003). Salah satu cara dari penyelidikan tanah, yaitu cara pengeboran. Pengeboran dilakukan untuk mendapatkan contoh dari tanah yang dapat diperiksa secara visual maupun diamati pada laboratorium. Salah satu metode pengeboran yang lazim digunakan adalah metode bor tangan (hand bor). Menurut Wesley (2012), bor tangan mempergunakan berbagai macam auger pada ujung bagian bawah dari serangkaian stang-stang (rods) bor. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Bor tangan dapat menembus sampai 10 m tapi umumnya kedalaman bor maksimum 6 sampai 8 m. Pada tanah yang lunak sampai sedang, bor tangan dapat mencapai kedalaman sekitar 5 m tanpa kesulitan. Menurut Hendarsin (2003), ada berbagai macam bentuk mata bor salah satunya mata bor bentuk Iwan. Bentuk mata bor Iwan terdiri dari dua keping plat baja lengkung, pada bagian atasnya disambung membentuk tabung, tetapi dengan bukaan yang berlawanan sama sekali. Pada bagian bawah terdiri dari dua pisau

4 7 menyerupai jari-jari tangan renggang yang berfungsi sebagai pemotong dan juga penahan keluarnya tanah dari auger. Pengikat pegangan atau tambahan dipasang pada bagian atas penyambung. Bentuk dari bor tangan ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1 Bor Tangan Bentuk Iwan (Hendarsin, 2003) Klasifikasi Tanah Sifat-sifat tanah menjadi suatu hal yang penting karena berhubungan dengan kekuatan tanah, usaha mengkorelasikan hasil-hasil uji klasifikasi sederhana dengan tetapan-tetapan tanah diperlukan guna menyelesaikan masalah-masalah perencanaan secara praktis. Masalah-masalah ini antara lain penentuan penurunan bangunan, penentuan kecepatan air dalam uji koefisien permeabilitas, dan menentukan kuat geser tanah. Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering digunakan, yaitu Unified Soil Classification System dan AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials). Sistem-sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran, batas cair dan indeks plastisitas. Klasifikasi unified biasa dipakai dalam perencanaan bangunan sedangkan AASHTO lebih banyak digunakan pada jalan raya. Pada sistem unified, tanah diklasifikasikan ke dalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50% lolos saringan nomor 200, dan sebagai tanah berbutir halus (lanau/lempung) jika lebih dari 50% lolos saringan nomor 200. Dalam Tabel 2.2 ditunjukkan nilainilai tipikal porositas (n), angka pori (e), kadar air (w), berat kering ( d ), dan berat basah ( b ) untuk tanah asli (Terzaghi, 1943 dalam Hardiyatmo 2010).

5 8 Tabel 2.1 Nilai-nilai Tipikal n, e, w, d, dan 1943 dalam Hardiyatmo 2010) b untuk Tanah Asli (Terzaghi, Macam Tanah n (%) E w (%) d kn/m 3 b kn/m 3 Pasir seragam, tidak padat Pasir seragam, padat Pasir berbutir campuran, tidak padat Pasir berbutir campuran, padat Lempung lunak sedikit organik Lempung lunak sangat organik ,85 0,51 0,67 0,43 1,90 3, ,3 17,5 15,9 18, ,9 20,9 19,9 21,6 15,8 14,3 1.3 Cerucuk Bambu Bambu merupakan jenis tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Bambu biasanya dapat hidup dan tersebar di daerah Asia Pasifik, Afrika dan Amerika (pada garis 46 º LU sampai 47º LS). Bambu dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim lembab dan panas ( 3 Agustus 2012). Data teknis mengenai sifat fisik bambu adalah sebagai berikut: 1. Penyusutan bambu yang ditebang pada musim hujan sampai keadaan kering udara adalah pada arah longitudinal sebesar 0,2 0,5 %, arah tangensial sebesar % dan arah radial sebesar %. 2. Berat jenis bambu kering udara adalah 0, Kuat lekat antara bambu kering dengan beton berkisar antara 2 4 kg/cm 2. Sifat-sifat mekanik bambu adalah sebagai berikut: 1. Tegangan tarik kg/cm Tegangan tekan kg/cm Tegangan lentur kg/cm Modulus elastisitas kg/cm 2. Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan rumah atau gedung, bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, dan bangunan lainnya.

6 9 Menurut Yudiawati dan Marzuki (2011), bangunan-bangunan yang ada di Banjarmasin banyak menggunakan kayu galam sebagai cerucuk. Penggunaan ini karena Kalimantan Selatan mempunyai deposit tanah lunak yang besar hingga ketebalan 25 m. Cerucuk bambu merupakan bambu yang dipotong dengan panjang tertentu dan dipancang (tidak menggunakan alat berat) ke dalam tanah lunak dengan maksud agar kapasitas dukung tanah bertambah. Perilaku cerucuk bambu yang memotong bidang geser tanah di bawah pondasi merupakan salah satu fungsi dari pondasi tiang yang selain menahan gaya guling juga meneruskan beban ke dalam tanah. Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman teknis mengenai syarat cerucuk yang digunakan untuk mendukung pondasi. Syarat ini dijelaskan dalam Tabel 2.2 Persyaratan Cerucuk Kayu ( Departemen Pekerjaan Umum, 1999). Tabel 2.2 Persyaratan Cerucuk Kayu ( 31 Oktober 2012) Uraian Persyaratan Diameter Minimum 8 cm, maksimum 15 cm Panjang Minimum 3,5 m, maksimum 6 in Kelurusan Cukup lurus, tidak belok dan bercabang Kekuatan Minimum kelas kuat II PKKI 1973 Tegangan Minimum kelas kuat III untuk mutu A PKKI Kapasitas Dukung Pondasi Dangkal Pondasi dangkal adalah pondasi yang dalam mendukung beban bangunan hanya mengandalkan tahanan ujungnya saja, karena tahanan gesek dindingnya kecil. Dalam perencanaan pondasi tanah akan mengalami keruntuhan. Keruntuhan tanah adalah suatu fase dimana kekuatan tanah terlampaui seiring dengan bertambahnya deformasi akibat penambahan beban. Berdasarkan hasil uji model, (Vesic, 1963 dalam Hardiyatmo, 2011) membagi mekanisme keruntuhan pondasi menjadi tiga macam seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.2, yaitu:

7 10 Gambar 2.2 Pola Keruntuhan Pondasi (Hardiyatmo, 2011). 1. Keruntuhan geser umum Keruntuhan geser umum adalah keruntuhan pondasi terjadi menurut bidang runtuh yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Keruntuhan ini (Gambar 2.2 a) terjadi dalam waktu yang relatif mendadak, diikuti dengan penggulingan pondasi. 2. Keruntuhan geser lokal Tipe keruntuhan ini (Gambar 2.2 b) hampir sama dengan tipe keruntuhan geser, namun bidang runtuh yang terbentuk tidak sampai mencapai permukaan tanah. Dalam tipe keruntuhan geser lokal, terdapat sedikit penggembungan tanah di sekitar pondasi, namun tidak terjadi penggulingan pondasi.

8 11 3. Keruntuhan penetrasi Pada keruntuhan ini (Gambar 2.2 c), dapat dikatakan keruntuhan geser tanah tidak terjadi. Akibat beban dan kondisi tanah yang lunak, pondasi menembus tanah ke bawah. Baji tanah yang terbentuk di bawah dasar pondasi hanya menyebabkan tanah menyisih dan bidang runtuh tidak terjadi sama sekali Analisis Terzaghi Analisis kapasitas dukung (Terzaghi, 1943 dalam Hardiyatmo, 2011) didasarkan pada anggapan-anggapan, sebagai berikut: 1. Pondasi berbentuk memanjang tak terhingga, 2. Tanah di bawah dasar pondasi homogen, 3. Berat tanah di atas dasar pondasi digantikan dengan beban terbagi rata sebesar po= Df, 4. Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan, 5. Dasar pondasi kasar, 6. Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier, 7. Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan elastis dan bergerak bersama-sama dengan dasar pondasi, 8. Pertemuan antara sisi baji dan dasar fondasi membentuk sudut sebesar sudut gesek dalam tanah ( ), 9. Berlaku prinsip superposisi. Analisis kapasitas dukung menurut Terzaghi ditunjukkan seperti dalam Gambar 2.3. Gambar 2.3 Analisis Kapasitas Dukung Menurut Terzaghi (Hardiyatmo, 2011).

9 12 Kapasitas dukung ultimit (ultimit bearing capacity) (qu) didefinisikan sebagai beban maksimum per satuan luas di mana masih dapat mendukung beban tanpa mengalami keruntuhan. Kapasitas dukung ultimit dinyatakan dalam Persamaan 2.1. q u Pu...(2.1) A dengan: q u P u A : kapasitas dukung ujung ultimit (kn/m²), : beban ultimit (kn), : luas pondasi (m²). Persamaan umum kapasitas dukung Terzaghi seperti dalam Persamaan 2.2. q u = c 2 N c + Df N 1 q + 0,5 2 BN...(2.2) dengan: q u : kapasitas dukung ultimit (kn/m 2 ), c 2 : kohesi tanah di bawah dasar pondasi (kn/m 2 ), 1 2 D f B : berat volume tanah di atas dasar pondasi (kn/m 2 ), : berat volume tanah di bawah dasar pondasi (kn/m 3 ), : kedalaman pondasi (m), : lebar atau diameter pondasi (m), N c,n q,nγ : faktor kapasitas dukung. a. Pengaruh bentuk pondasi Pengaruh bentuk-bentuk pondasi yang lain Terzaghi memberikan pengaruh faktor bentuk terhadap kapasitas dukung ultimit yang didasarkan pada analisis pondasi memanjang sebagai berikut: 1. Pondasi bujur sangkar: q u = 1,3cN c + p o N q + 0,4 BN...(2.3) 2. Pondasi lingkaran: q u = 1,3cN c + p o N q + 0,3 B N...(2.4)

10 13 3. Pondasi empat persegi panjanag: q u = cn c (1+0,3B/L) + p o N q + 0,5 B N (1-0,2 B/L)...(2.5) dengan: q u : kapasitas dukung ultimit (kn/m 2 ), c : kohesi tanah (kn/m 2 ), p o : tekanan overburden pada dasar pondasi (kn/m 2 ), : berat volume tanah yang dipertimbangkan terhadap kedudukan D f B L muka air tanah (kn/m 3 ), : kedalaman pondasi (m), : lebar atau diameter pondasi (m), : panjang pondasi (m). Faktor kapasitas dukung N c, N q, dan N bergantung pada sudut gesek dalam ( ) tanah di bawah dasar pondasi. Nilai-nilai faktor kapasitas dukung N c, N q,dan N dijelaskan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Dukung N c, N q,dan N γ (Hardiyatmo, 2011) Keruntuhan geser umum Keruntuhan geser lokal N c N q Nγ N c N q Nγ ,7 7,3 9,6 12,9 17,7 25,1 37,2 52,6 57,8 95,7 172,3 258,3 347,6 1,0 1,6 2,7 4,4 7,4 12,7 22,5 36,5 41,4 81,3 173,3 287,9 415,1 0,0 0,5 1,2 2,5 5,0 9,7 19,7 35,0 42,4 100,4 297,5 780,1 1153,2 5,7 6,7 8,0 9,7 11,8 14,8 19,0 23,7 25,2 34,9 51,2 66,8 81,3 1,0 1,4 1,9 2,7 3,9 5,6 8,3 11,7 12,6 20,5 35,1 50,5 65,6 0,0 0,2 0,5 0,9 1,7 3,2 5,7 9,0 10,1 18,8 37,7 60,4 87,1

11 14 b. Pengaruh muka air tanah Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air dan kedudukan air tanah, Terzaghi juga memperhitungkan pengaruh muka air tanah. Beberapa kondisi muka air tanah ditunjukkan dalam Gambar 2.4. Gambar 2.4 Pengaruh Muka Air Tanah pada Pondasi (Hardiyatmo, 2011). 1. Gambar 2.4a, menunjukkan muka air tanah terletak sangat dalam jika dibandingkan dengan lebar pondasi atau z B. Untuk kondisi ini, nilai dalam suku ke-2 dan ke-3 dari persamaan umum kapasitas dukung pondasi dipakai atau b d. Parameter kuat geser yang digunakan dalam hitungan adalah parameter kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif (c dan ). 2. Bila muka air tanah terletak di atas atau sama dengan dasar pondasi (Gambar 2.4b), maka yang dipakai dalam suku persamaan ke-3 harus γ, karena zona geser terletak di bawah pondasi sepenuhnya terendam air. Pada kondisi ini, nilai p o pada suku persamaan ke-2, menjadi: p o = γ + (D f d w ) + d b w...(2.6) dengan, γ = γ sat - γ w dan d w = kedalaman muka air tanah. Jika muka air tanah berada di permukaan atau kedalaman muka air tanah=0, maka pada suku persamaan ke-2 dan ke-3 dipakai berat volume apung (γ ). 3. Gambar 2.4c, terlihat bahwa muka air tanah terletak pada kedalaman z di bawah dasar pondasi (z B), nilai pada suku persamaan ke-2 digantikan dengan bila tanahnya basah, dan b bila tanahnya kering. Oleh karena d massa tanah dalam zona geser sebagian terendam air, yang diterapkan dalam persamaan kapasitas dukung suku ke-3 dapat didekati dengan,

12 15 ' ' = rt + (z/b)( - b )...(2.7) dengan, = berat volume tanah rata-rata. rt Untuk tanah yang berpermeabilitas rendah, analisis kapasitas dukung kritis terjadi pada kondisi jangka pendek atau segera sesudah selesai pelaksanaan. Untuk itu, analisis harus didasarkan pada kondisi tak terdrainase dengan menggunakan parameter-parameter tegangan total (c u dan u). Untuk tanah yang berpermeabilitas tinggi, karena air dapat terdrainase, maka kedudukan kritisnya harus didasarkan pada kondisi terdrainase, yaitu dipakai parameter-parameter tegangan efektif (c dan ) Analisis Skempton untuk Pondasi pada Tanah Lempung Menurut Skempton (1951) dalam Hardiyatmo (2011) mengusulkan persamaan kapasitas dukung ultimit pondasi yang terletak pada lempung jenuh dengan memperhatikan faktor bentuk dan kedalaman pondasi. Pada sembarang kedalaman pondasi empat persegi panjang yang terletak pada tanah lempung, Skempton menyarankan pemakaian faktor pengaruh bentuk pondasi (S c ) yang ditunjukkan dalam Persamaan 2.8. S c = (1 + 0,2B/L)...(2.8) dengan B : lebar, dan L : panjang pondasi. Faktor kapasitas dukung N c untuk bentuk pondasi tertentu diperoleh dengan mengalikan faktor bentuk S c dengan N c pada pondasi memanjang yang besarnya dipengaruhi pula oleh kedalaman pondasi (D f ). Pondasi di permukaan (D f = 0) N c(permukaan) = 5,14 untuk pondasi memanjang...(2.9) N c (permukaan) = 6,20 untuk pondasi lingkaran dan bujur sangkar...(2.10) Pondasi pada kedalaman 0 D f 2,5 B N c = Df 1 0,2 N c(permukaan)...(2.11) B

13 16 Pondasi pada kedalaman D f 2,5B N c = 1,5 N c (permukaan)...(2.12) Faktor kapasitas dukung Skempton (1951) merupakan nilai fungsi dari D f /B dan bentuk pondasi. Untuk pondasi empat persegi panjang dengan panjang L dan lebar B, kapasitas dukung dihitung dengan mengalikan N c pondasi bujur sangkar dengan faktor: 0,84 + 0,16 B/L...(2.13) Pondasi empat persegi panjang, kapasitas dukung ultimit dinyatakan dengan Persamaan 2.14 dan Persamaan 2.15 untuk kapasitas dukung ultimit netto: q u = (0,84 + 0,16 B/L)c u N c(bs) + D f...(2.14) Kapasitas dukung ultimit netto: q un = (0,84 + 0,16 B/L)c u N c(bs)...(2.15) dengan: q u : kapasitas dukung ultimit (kn/m 2 ), q un : kapasitas dukung ultimit netto (kn/m 2 ), c u : kohesi tanah pada kondisi undrained (kn/m 2 ), N c : faktor kapasitas dukung Skempton, N c(bs) : faktor kapasitas dukung N c untuk pondasi bujur sangkar. Tanah yang berpermeabilitas rendah, untuk tinjauan stabilitas jangka pendek, air akan selalu berada di dalam rongga butiran tanah saat geseran berlangsung. Karena itu, untuk tanah kohesif yang terletak di bawah muka air tanah, yang digunakan dalam perencanaan kapasitas dukung selalu dipakai sat, serta tidak terdapat gaya angkat ke atas akibat tekanan air di dasar pondasi (Giroud et al., 1973 dalam Hardiyatmo, 2011) Faktor Aman Faktor aman didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya kapasitas dukung tanah terhadap beban struktur yang terjadi di atasnya. Faktor aman sering dipakai sebagai kriteria dalam perencanaan pondasi, terutama untuk melihat apakah pondasi aman terhadap bahaya keruntuhan tanah. Faktor aman yang

14 17 digunakan sebagai acuan adalah F=3. Penentuan besarnya faktor aman seperti dalam Persamaan qu F...(2.16) q dengan: F : faktor aman, q u : kapasitas dukung ultimit netto (kn/m 2 ), q : beban struktur (kn/m 2 ). 1.5 Kapasitas Dukung Pondasi Tiang dalam Tanah Kohesif Kapasitas Dukung Tiang dalam Tanah Kohesif Kapasitas dukung kelompok tiang tidak selalu sama dengan kapasitas dukung pondasi tiang tunggal yang berada dalam kelompoknya. Hal ini terjadi jika tiang dipancang dalam lapisan pendukung yang mudah mampat atau dipancang pada lapisan tanah yang tidak mudah mampat, namun di bawahnya terdapat lapisan lunak. Kondisi ini, stabilitas kelompok tiang tergantung dari dua hal, yaitu kapasitas dukung tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang dan pengaruh penurunan konsolidasi tanah yang terletak di bawah kelompok tiang. Kapasitas dukung kelompok tiang dinyatakan dalam Persamaan Q g dengan, Q g = 2D(B + L)c + 1,3 c b N c BL...(2.17) : kapasitas ultimit kelompok tiang (kn), c : kohesi tanah di sekeliling kelompok tiang (kn/m 2 ), D : kedalaman tiang di bawah permukaan tanah (m), c b : kohesi tanah di bawah kelompok tiang (kn/m 2 ), L : panjang kelompok tiang (m), N c : faktor kapasitas dukung. Kapasitas ultimit tiang yang dipancang dalam tanah kohesif, adalah jumlah tahanan gesek sisi tiang dan tahanan ujungnya. Besar tahanan gesek tiang tergantung dari bahan dan bentuk tiang.

15 18 Tahanan ujung ultimit dinyatakan dalam Persamaan Q b = A b c u N c...(2.18) dengan, Q b : tahanan ujung bawah ultimit (kn), A b : luas penampang ujung bawah tiang (m 2 ), c u : kohesi tak terdrainasi (kn/m 2 ), N c : faktor kapasitas dukung. Tahanan gesek ultimit dinyatakan dalam Persamaan Q s = α c u A s...(2.19) dengan, Q s : tahanan gesek bawah ultimit (kn), : faktor adhesi, A s : luas selimut tiang (m 2 ), c u : kohesi tak terdrainasi (kn/m 2 ). Untuk menentukan tahanan gesek tiang yang dipancang di dalam tanah lempung digunakan faktor adhesi ( ) tiang pancang menurut McClelland, 1974 dalam Hardiyatmo, Faktor adhesi tiang pancang ditunjukkan dalam Gambar 2.5. Gambar 2.5 Faktor Adhesi Tiang Pancang (McClelland, 1974, dalam Hardiyatmo 2011).

16 Efisiensi Tiang dalam Tanah Kohesif Kapasitas dukung tiang gesek (friction pile) dalam tanah lempung akan berkurang jika jarak tiang semakin dekat. Beberapa pengamatan menunjukkan, kapasitas dukung total dari kelompok tiang gesek, khususnya tiang dalam tanah lempung, sering lebih kecil daripada hasil kali kapasitas dukung tiang tunggal dikalikan jumlah tiang dalam kelompoknya. Besarnya kapasitas dukung total menjadi tereduksi dengan nilai reduksi yang tergantung dari ukuran, bentuk kelompok, jarak, dan panjang tiang. Nilai pengali terhadap kapasitas dukung ultimit tiang tunggal dengan memperhatikan pengaruh kelompok tiang, disebut efisiensi tiang (E g ) (Hardiyatmo (2011). Persamaan efisiensi tiang menurut Converse-Labare formula dapat dilihat dalam Persamaan 2.20 : ( n' 1) m ( m 1) n E g = 1 90mn...(2.20) dengan, E g m : efisiensi kelompok tiang, : jumlah baris tiang, n : jumlah tiang dalam satu baris, θ s d : arc tg d/s, dalam derajat, : jarak pusat ke pusat tiang (m), : diameter tiang (m). Kapasitas dukung ultimit kelompok tiang: Q g = E g n Q u...(2.21) dengan, E g Q g Q u n : efisiensi kelompok tiang, : beban maksimum kelompok tiang yang menyebabkan keruntuhan (kn), : beban maksimum tiang tunggal yang menyebabkan keruntuhan (kn), : jumlah tiang dalam kelompok.

17 Analisis Beban Analisis beban dalam pondasi dangkal digunakan anggapan bahwa pelat pondasi merupakan struktur yang kaku sempurna, berarti pelat pondasi tidak mengalami deformasi akibat beban yang bekerja. Struktur tanah merupakan bahan bergradasi, sehingga tanah dianggap tidak mampu menahan gaya tarik (menerima tegangan tarik). Tanah hanya mampu menerima tegangan desak, sedangkan besarnya tegangan di masing-masing titik pada pelat pondasi, sebanding dengan penurunan yang terjadi pada pelat pondasinya (Suryolelono, 2004). Berikut dijelaskan beban-beban yang harus ditopang dalam analisis pondasi, yaitu: 1. Beban titik Sentris (P) Jenis beban ini berupa beban kolom, atap, lantai dan dinding yang disalurkan atau didukung oleh kolom bawah dari suatu bangunan. Beban titik sentris merupakan resultan gaya-gaya vertikal yang bekerja pada bangunan tersebut. 2. Beban terbagi rata Beban ini dapat berupa beban di atas lantai bawah, beban pelat pondasi itu sendiri atau beban tanah yang ada di atas pelat pondasi. 3. Kombinasi Beban Jumlah keseluruhan beban dari beban titik sentris ditambah dengan beban terbagi rata. 1.7 Analisis Tegangan Regangan Tegangan (stress) didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan yang bekerja (P) pada benda dengan luas penampang benda (A). Regangan (strain) didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan ( ) dengan modulus elastisitas (E). Persamaan tegangan-regangan ditunjukkan dalam Persamaan 2.22 dan Persamaan P =...(2.22) A dengan: σ : tegangan (kn/m 2 ), P : tekanan (kn),

18 21 A : luas penampang (m 2 ). =...(2.23) E dengan: : regangan (%), E : modulus elastisitas tanah (kn/m 2 ), : tegangan (kn/m 2 ). Kurva hubungan tegangan-regangan ditunjukkan dalam Gambar 2.6 Gambar 2.6. Kurva Hubungan Tegangan-Regangan ( 21 November 2013). Menurut Nasution (2009), terdapat tiga daerah pada kurva teganganregangan: 1. Daerah Elastis Dimulai dari titik 0 (nol) pada kurva, yang berarti pertambahan panjang adalah nol pada saat beban nol, dan dibatasi dengan batas proposional. Material pada daerah ini mengikuti hukum Hooke sampai tegangan mencapai batas proposional. 2. Daerah Strain Hardening Daerah strain-hardening (penguatan regangan) ditandai dengan adanya peningkatan tegangan pada kurva tegangan-regangan, yang berarti diperlukan

19 22 adanya peningkatan tegangan untuk tiap pertambahan regangan.tegangan maksimum pada kurva disebut dengan regangan tarik batas atau kuat batas (ultimate strength). 3. Daerah Rupture Daerah Rupture (runtuh) merupakan daerah dimana perpanjangan terjadi dengan beban yang berkurang, sampai akhirnya material putus. Modulus elastisitas tanah berhubungan dengan kemampuan membentuk kembali susunan tanah akibat regangan yang disebabkan beban di permukaan tanah. Modulus elastisitas tanah ditunjukkan dalam Tabel 2.4. Tabel 2.4 Modulus Elastisitas Tanah (Hardiyatmo, 2011) Macam Tanah E (kn/m2) Lempung Sangat lunak Lunak Sedang Keras Berpasir Pasir Berlanau Tidak padat Padat Pasir dan kerikil Padat Tidak padat Lanau Loess Serpih Penyebaran Tambahan Tegangan Metode Boussinesq Menurut Boussinesq (1885) dalam Hardiyatmo (2011), menyatakan tambahan tegangan vertikal akibat beban titik dianalisis dengan meninjau sistem tegangan pada koordinat silinder. Tambahan tegangan menurut Boussinesq ditunjukkan dalam Gambar 2.7. Anggapan-anggapan yang dipakai dalam teori Boussinesq adalah:

20 23 1. Tanah merupakan bahan yang bersifat elastis, homogen, isotropis, dan semi tak terhingga. 2. Tanah tidak mempunyai berat. 3. Hubungan tegangan-regangan mengikuti hukum hooke. 4. Distribusi tegangan akibat beban yang bekerja tidak bergantung pada jenis tanah. 5. Distribus tegangan simetri terhadap sumbu vertikal (z). 6. Perubahan volume tanah diabaikan. 7. Tanah tidak sedang mengalami tegangan sebelum beban diterapkan. Gambar 2.7 Tambahan Tegangan Menurut Boussinesq (Hardiyatmo, 2007). Tambahan tegangan dan faktor pengaruh I B ditunjukkan dalam Persaman 2.24 dan Persamanan 2.25: Q z = IB...(2.25) 2 z dengan: z : tambahan tegangan vertikal pada kedalaman z (kn/m 2 ), Q r z : beban total (kn), : jarak titik tinjauan beban (m), : kedalaman (m).

21 I B = 2 1 ( r / z) 2 5 / 2...(2.26) dengan; I B : faktor pengaruh beban titik Boussinesq Analisis Tegangan-Regangan pada Pondasi Menggunakan Plaxis 8.2 Plaxis 8.2 merupakan program yang berbasis pada analisis dengan menggunakan metode elemen hingga (finite element method). Program ini dimaksudkan sebagai alat bantu analisis dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan ilmu geoteknik. Plaxis 8.2 dapat memodelkan masalah geoteknik dalam bentuk digitalisasi sehingga dapat memberikan alternatif desain serta penerapan teknologi tepat guna. Plaxis 8.2 memungkinkan pengguna memasukkan data yang berhubungan dengan analisis dengan menyediakan prosedur input serta output sebagai hasil dari data yang dimasukkan. Output data antara lain dapat berupa perpindahan total, tegangan-regangan, serta deformasi tanah yang kesemuanya dapat dijelaskan dengan gambar berikut nilai output maupun kurva dari analisis data. Tampilan utama dari Plaxis 8.2 ditunjukkan seperti dalam Gambar 2.8. Gambar 2.8. Tampilan Utama Plaxis 8.2.

22 25 Analisis tegangan-regangan dua dimensi menggunakan Plaxis 8.2 terdiri dari 4 (empat) tahapan pelaksanaan sebagai berikut: 1. Plaxis input, berisikan semua fasilitas untuk meng-input hal atau interface yang diperlukan pada saat melakukan pemodelan. a. Pemodelan geometri Pertama-tama dilakukan pengaturan global dengan lingkaran (axysimetri) dengan jenis elemen segitiga dengan 15 nodal. Model axy-simetri digunakan untuk sruktur berbentuk lingkaran dengan penampang radial yang kurang lebih seragam dan kondisi pembebanan mengelilingi sumbu aksial, dimana deformasi dan kondisi tegangan diasumsikan sama disetiap arah radial. Dilakukan penggambaran batasan geometri lapisan tanah. Batasan penggambaran geometri horisontal berjarak 5b (lebar pondasi) dari titik pusat pondasi. Untuk batasan vertikalnya adalah 8b (lebar pondasi) dari dasar pondasi. Penggambaran model geometri diterapkan kondisi batas standar, arah sumbu y adalah perletakan rol sedangkan pada arah sumbu x adalah perletakan sendi. Pemodelan geometri ditunjukkan seperti dalam Gambar 2.9. Gambar 2.9. Pemodelan Geometri Pondasi Sumuran-Telapak Cerucuk Bambu.

23 26 b. Material Model material tanah yang digunakan adalah Mohr-Coulomb, yaitu model elastis-plastis sempurna dengan menggunakan 5 (lima) buah parameter dasar berupa modulus Young (E), angka Poisson (v), kohesi (c), sudut geser ( ) dan sudut dilatansi ( ). Jenis perilaku material yang dipilih adalah perilaku takterdrainase sehingga tekanan air pori berlebih akan terbentuk. Untuk material pondasi menggunakan model material linear elastis dengan tipe material non porous. Jendela input parameter material tanah ditunjukkan dalam Gambar Kumpulan data material yang digunakan dapat di pindahkan (drag) ke bidang gambar dan dilepaskan pada komponen geometri yang diinginkan. Gambar Jendela Kumpulan Data Material a. Penyusunan jaring elemen Setelah model geometri telah didefinisikan secara lengkap dan sifatsifat material telah diaplikasikan keseluruh klaster dan obyek sruktur, maka geometri harus dibagi menjadi elemen-elemen untuk melakukan perhitungan. Penggunaan warna berbeda pada tiap lapisan merupakan cara agar material tanah dapat diidentifikasikan secara jelas. Hasil penggunaan jaring elemen hingga ditunjukkan dalam Gambar 2.11.

24 27 Pasir Lempung Pasir padat berlanau Pasir padat Pasir sedang berlanau Pasir sangat padat Gambar Hasil Generated Mesh Elemen Hingga. d. Kondisi awal Kondisi awal terdiri dari dua buah modus, yaitu modus untuk menghitung tekanan air dan modus untuk spesifikasi dari konfigurasi geometri awal. Secara pra-pilih, garis phreatik global diletakkan pada dasar model geometri, dan akan segera digantikan jika garis phreatik yang baru diaplikasikan. Kondisi tegangan awal sebelum diberi pembebanan merupakan tegangan efektif awal sebelum dikalkulasi seperti dalam Gambar Gambar Hasil Initial Stress sebelum dikalkulasi.

25 28 2. Plaxis Calculation, berisikan semua fasilitas pengoperasian program kalkulasi. Dalam analisis tegangan-regangan elastis plastis digunakan tipe kalkulasi plastis, namun untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dapat digunakan analisis update mesh yang membutuhkan waktu yang lama dalam me-running perangkat lunak Plaxis. Plaxis Calculation ditunjukkan dalam Gambar Gambar Jendela Perhitungan. 3. Plaxis Output, berisikan semua fasilitas untuk mengetahui hasil dari input data dan perhitungan elemen hingga. Palxis Output berupa tegangan, ditampilkan jaring elemen yang mengalami tegangan dalam bentuk shading (warna). Menu tegangan memuat tampilan kondisi tegangan secara visual dalam model elemen hingga, tampilannya berupa tegangan arah aksial atau arah lateral. Vertical total stresses merupakan tegangan yang terjadi pada arah aksial beban terhadap pondasi. Vertical total stresses yang merupakan output dari Plaxis ditunjukkan dalam Gambar Untuk memperoleh gambaran mengenai distribusi nilai-nilai tertentu dalam tanah ditampilkan keluaran berupa suatu potongan. Potongan ini berupa Cross Section (A-A). Cross Section ditunjukkan seperti dalam Gambar 2.15.

26 29 Tegangan kecil Tegangan sedang Tegangan besar Gambar 2.14 Vertical Total Stresses dari Palxis Output A A B B Gambar 2.15 Titik Cross Section (A-A)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Penentuan lapisan tanah di lokasi penelitian menggunakan data uji bor tangan dan data pengujian CPT yang diambil dari pengujian yang pernah dilakukan di sekitar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

PENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G)

PENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G) PENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G) Marti Istiyaningsih 1, Endah Kanti Pangestuti 2 dan Hanggoro Tri Cahyo A. 2 1 Alumni Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

KAPASITAS DUKUNG TIANG

KAPASITAS DUKUNG TIANG PONDASI TIANG - Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam, mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, dan bangunan dermaga. - Pondasi tiang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1. DAFTAR ISI Judul Pengesahan Persetujuan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN Halaman i ii iii iv i vi vii iiii xii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO) KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO) Abdul Samad Mantulangi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

BAB III DAYA DUKUNG TANAH

BAB III DAYA DUKUNG TANAH BAB III DAYA DUKUNG TANAH Dari uraian pada Bab I disebutkan bahwa suatu fondasi akan aman apabila : Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban fondasi masih dalam batas yang diijinkan. Tidak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2 DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) Ronald P Panggabean NRP : 0221079 Pembimbing : Ir. Herianto

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Distribusi Tegangan Dalam Tanah Berbagai cara telah digunakan untuk menghitung tambahan tegangan akibat beban pondasi. Semuanya menghasilkan kesalahan bila nilai banding z/b

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daya Dukung Pondasi Tiang Pondasi tiang adalah pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu

Lebih terperinci

KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza.

KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza. KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza. H NRP : 0221105 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir, M.sc FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya, maka secara langsung kebutuhan akan lahan sebagai penunjang kehidupan pun semakin besar. Pada kota-kota

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Fondasi Plat / Fondasi Dangkal Fondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang fondasi dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada kondisi tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Material Uji Model Pengujian karakteristik fisik dan mekanis tanah dilakukan untuk mengklasifikasi jenis tanah yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bowles (1991) berpendapat bahwa tanah dengan nilai kohesi tanah c di bawah 10 kn/m 2, tingkat kepadatan rendah dengan nilai CBR di bawah 3 %, dan tekanan ujung konus

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23%

PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23% PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23% Jemmy NRP : 0021122 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv

DAFTAR ISI. i ii iii iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI Abstract Intisari i ii iii iv vi ix x xii xiii xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih

Lebih terperinci

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS

PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS PERKUATAN TANAH LUNAK PADA PONDASI DANGKAL DI BANTUL DENGAN BAN BEKAS Sumiyati Gunawan 1 dan Ferdinandus Tjusanto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Kapasitas Dukung Tanah Tanah harus mampu mendukung dan menopang beban dari setiap konstruksi yang direncanakan diatas tanah tersebut tanpa suatu kegagalan geser dan

Lebih terperinci

STUDI GERAKAN TANAH AKIBAT PEMANCANGAN TIANG FONDASI (SQUARE PILE) STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA SUPADIO PONTIANAK

STUDI GERAKAN TANAH AKIBAT PEMANCANGAN TIANG FONDASI (SQUARE PILE) STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA SUPADIO PONTIANAK STUDI GERAKAN TANAH AKIBAT PEMANCANGAN TIANG FONDASI (SQUARE PILE) STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA SUPADIO PONTIANAK Erna Yulianti 1), Indrayani 2) Abstrak Pertumbuhan penumpang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL BERDASARKAN DATA LABORATORIUM

ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL BERDASARKAN DATA LABORATORIUM ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 16, No. 1, Mei 2016: 1-100 ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH FONDASI DANGKAL BERDASARKAN DATA LABORATORIUM Anwar Muda Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional II Kalimantan

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR NOTASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii v ix xii xiv xvii xviii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parameter Tanah 3.1.1 Berat Jenis Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar 29). Untuk menentukan tipikal tanah dapat dilihat dari Tabel 3.1. Tabel 3.1

Lebih terperinci

III. KUAT GESER TANAH

III. KUAT GESER TANAH III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi topografi maupun kondisi geologi yang berbeda-beda pada setiap pulau. Pada satu pulau, jenis tanah maupun

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KAPASITAS TARIK MODEL PONDASI TIANG BAJA UJUNG TERTUTUP PADA TANAH KOHESIF

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KAPASITAS TARIK MODEL PONDASI TIANG BAJA UJUNG TERTUTUP PADA TANAH KOHESIF PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP KAPASITAS TARIK MODEL PONDASI TIANG BAJA UJUNG TERTUTUP PADA TANAH KOHESIF Tri Adiya Putra NRP : 9921044 Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir. MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

Pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit.

Pondasi yang mendukung bebannya secara langsung, seperti: pondasi telapak, pondasi memanjang dan pondasi rakit. REKAYASA PONDASI I JENIS PONDASI Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnyasendiri kepada dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak

Lebih terperinci

VII. Penurunan. Pertemuan XI, XII, XIII. VII.1 Pendahuluan

VII. Penurunan. Pertemuan XI, XII, XIII. VII.1 Pendahuluan Pertemuan XI, XII, XIII VII. Penurunan VII.1 Pendahuluan Jika tanah dibebani maka akan terjadi penurunan (settlement), penurunan akibat beban ini terdiri dari penurunan segera dan penurunan konsolidasi.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1 93 LAMPIRAN 2 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK EC7 DA1 C1 (UNDRAINED) 94 LAMPIRAN 3 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

PENURUNAN PONDASI TELAPAK YANG DIPERKUAT KOLOM KAPUR

PENURUNAN PONDASI TELAPAK YANG DIPERKUAT KOLOM KAPUR PENURUNAN PONDASI TELAPAK YANG DIPERKUAT KOLOM KAPUR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Oleh: RAKHMATULLAH AMSRI D 100 130

Lebih terperinci

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah DAFTAR ISI SAMPUL... i PENGESAHAN PROPOSAL PROYEK AKHIR... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv LEMBAR HAK CIPTA DAN STATUS... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii INTISARI... ix ABSTRACT...

Lebih terperinci

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta)

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta) PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta) Anita Widianti, Dedi Wahyudi & Willis Diana Teknik Sipil FT Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KORELASI ANTARA KEPADATAN RELATIF TANAH PASIR TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT PADA MODEL PONDASI TIANG PANCANG PIPA TERBUKA DENGAN DIAMETER TERTENTU YANWARD M R K NRP : 0521026 Pembimbing :

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pasir (dia. 30 cm) Ujung bebas Lempung sedang. Lempung Beton (dia. 40 cm) sedang. sedang

Pasir (dia. 30 cm) Ujung bebas Lempung sedang. Lempung Beton (dia. 40 cm) sedang. sedang Tiang Mendukung Beban Lateral Pondasi tiang sering harus dirancang dengan memperhitungkan beban-beban horizontal atau lateral, Jika tiang dipancang vertical dan dirancang untuk mendukung beban horizontal

Lebih terperinci

MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS

MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 7 MODUL 7 TAHANAN FONDASI TERHADAP GAYA ANGKAT KE ATAS Fondasi menara (tower) sering menerima gaya angkat ke atas

Lebih terperinci

9/14/2016. Jaringan Aliran

9/14/2016. Jaringan Aliran Jaringan Aliran Jaringan aliran merupakan kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial. Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir butir air akan bergerak dari bagian hulu kebagian

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM Penimbunan pada tanah dengan metode drainase vertikal dilakukan secara bertahap dari ketinggian tertentu hingga mencapai elevasi yang diinginkan. Analisis penurunan atau deformasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau

Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL PADA TANAH LUNAK DI DAERAH DENGAN MUKA AIR TANAH DANGKAL (STUDI KASUS PADA DAERAH SUWUNG KAUH)

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL PADA TANAH LUNAK DI DAERAH DENGAN MUKA AIR TANAH DANGKAL (STUDI KASUS PADA DAERAH SUWUNG KAUH) ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL PADA TANAH LUNAK DI DAERAH DENGAN MUKA AIR TANAH DANGKAL (STUDI KASUS PADA DAERAH SUWUNG KAUH) I Gusti Ngurah Putu Dharmayasa 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TANAH Tanah adalah bagian terluar dari kulit bumi yang biasanya dalam keadaan lepas - lepas, lapisannya bisa sangat tipis dan bisa sangat tebal, perbedaannya dengan lapisan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH Yeremias Oktavianus Ramandey NRP : 0021136 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA Adriani 1), Lely Herliyana 2) ABSTRAK Jalan lingkar utara adalah daerah yang berjenis tanah rawa atau tanah lunak maka untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, pada penelitian ini parameter tanah dasar, tanah timbunan, dan geotekstil yang digunakan adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI KELOMPOK TIANG BOR AKIBAT BEBAN AKSIAL PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

ANALISIS KAPASITAS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI KELOMPOK TIANG BOR AKIBAT BEBAN AKSIAL PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA ANALISIS KAPASITAS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI KELOMPOK TIANG BOR AKIBAT BEBAN AKSIAL PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA Rolan Rolando NRP : 0021132 Pembimbing Tugas Akhir: Herianto Wibowo,Ir.,MT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di

I. PENDAHULUAN. bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pandangan teknik sipil, tanah merupakan akumulasi partikel mineral, bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv PERNYATAAN... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah pendukung merupakan salah satu aspek utama dalam bidang geoteknik terutama pada lapisan tanah

Lebih terperinci

III. Distribusi Tegangan Dalam Tanah.

III. Distribusi Tegangan Dalam Tanah. Pertemuan IV, V, VI III. Distribusi Tegangan Dalam Tanah. III.1 Umum Hitungan tegangann-tegangan yang terjadi didalam tanah berguna untuk analisis ; tegangan regangan (stress strain) pada tanah penurunan

Lebih terperinci

struktur pondasi. Berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik

struktur pondasi. Berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondasi berfungsi untuk menyalurkan atau mentransfer gaya-gaya yang bekerja pada struktur bangunan yang didukungnya ke lapisan tanah pendukung. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

I. Tegangan Efektif. Pertemuan I

I. Tegangan Efektif. Pertemuan I Pertemuan I I. Tegangan Efektif I.1 Umum. Bila tanah mengalami tekanan yang diakibatkan oleh beban maka ; Angka pori tanah akan berkurang Terjadinya perubahan-perubahan sifat mekanis tanah (tahanan geser

Lebih terperinci

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DI BAWAH PONDASI DANGKAL

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DI BAWAH PONDASI DANGKAL PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DI BAWAH PONDASI DANGKAL GATI SRI UTAMI DWI AYU DAMAYANTI JURUSAN TEKNIK SIPIL ITATS ABSTRAK Daya dukung tanah di bawah pondasi dangkal dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fondasi Tiang Setiap bangunan sipil, seperti gedung, jenbatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan, menara, dan sebagainya harus mempunyai fondasi yang dapat mendukungnya.

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL M. Iskandar Maricar 1 1 Jurusan.Teknik Sipil, Unhas, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN vii DAFTAR ISI vi Halaman Judul i Pengesahan ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii DEDIKASI iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 2.1.1 Material Geosintetik Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya

Lebih terperinci

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BERITA ACARA... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Jatinegara, Jakarta Timur. Rusun tersebut ditargetkan selesai akhir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai : 1. Secara umum tanah terdiri dari tiga bahan, yaitu

Lebih terperinci

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 2 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juni 2017 Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

Lebih terperinci

KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL. (berdasarkan sifat dan karakteristik tanah)

KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL. (berdasarkan sifat dan karakteristik tanah) KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL STATIC PILE CAPACITY (berdasarkan sifat dan karakteristik tanah) KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL Berdasarkan cara tiang meneruskan beban ke tanah dasar 1. End Bearing/Point

Lebih terperinci

STUDI STABILITAS SISTEM PONDASI BORED PILE PADA JEMBATAN KERETA API CIREBON KROYA

STUDI STABILITAS SISTEM PONDASI BORED PILE PADA JEMBATAN KERETA API CIREBON KROYA STUDI STABILITAS SISTEM PONDASI BORED PILE PADA JEMBATAN KERETA API CIREBON KROYA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL OLEH

Lebih terperinci

DESAIN PONDASI TELAPAK DAN EVALUASI PENURUNAN PONDASI ENDRA ADE GUNAWAN SITOHANG

DESAIN PONDASI TELAPAK DAN EVALUASI PENURUNAN PONDASI ENDRA ADE GUNAWAN SITOHANG DESAIN PONDASI TELAPAK DAN EVALUASI PENURUNAN PONDASI TUGAS AKHIR Oleh : ENDRA ADE GUNAWAN SITOHANG 07 0404 130 BIDANG STUDI GEOTEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan material, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi BAB IV PERENCANAAN PONDASI Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi yaitu pondasi tiang pancang dan pondasi tiang bor dengan material beton bertulang. Pondasi tersebut akan

Lebih terperinci

BAB IV PONDASI TELAPAK GABUNGAN

BAB IV PONDASI TELAPAK GABUNGAN 6 BAB IV PONDASI TEAPAK GABUNGAN Pondasi telapak gabungan digunakan dengan alasan-alasan sebagai berikut: a) Jarak antara dua kolom atau lebih terlalu dekat, sehingga bila dipakai pondasi terpisah akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN Sesty E.J Imbar Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi O. B. A. Sompie Dosen Pasca Sarjana Program Studi S2

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS) Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan

Lebih terperinci

REKAYASA PONDASI 1. Pondasi adalah bagian terendah dari struktur bangunan yang meneruskan beban bangunan ketanah atau batuan yang ada dibawahnya.

REKAYASA PONDASI 1. Pondasi adalah bagian terendah dari struktur bangunan yang meneruskan beban bangunan ketanah atau batuan yang ada dibawahnya. REKAYASA PONDASI 1 Pondasi adalah bagian terendah dari struktur bangunan yang meneruskan beban bangunan ketanah atau batuan yang ada dibawahnya. Rekayasa pondasi atau Teknik pondasi adalah suatu upaya

Lebih terperinci

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG 0. 0.4 ± 0.0 0. 0.8 30 KN I 3. m.0 0.3 30 KN.0.7 m m 9 m II II 0.7 m. m Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 0. m. Tiang pancang dari beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tanah merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lain-lain. Tanah yang akan dijadikan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pondasi berfungsi untuk memindahkan beban-beban pada struktur atas ke tanah dasar. Fungsi ini berlaku secara baik bila kestabilan pondasi terhadap

Lebih terperinci

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan DAFTAR NOTASI Sci = pemampatan konsolidasi pada lapisan tanah ke-i yang ditinjau Hi = tebal lapisan tanah ke-i e 0 = angka pori awal dari lapisan tanah ke-i Cc = indeks kompresi dari lapisan ke-i Cs =

Lebih terperinci