BAB II GAMBARAN UMUM PENGAWASAN LALU LINTAS ORANG DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM PENGAWASAN LALU LINTAS ORANG DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 42 BAB II GAMBARAN UMUM PENGAWASAN LALU LINTAS ORANG DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA 2.1. Kedaulatan Negara Dan Pengawasan Orang Asing Prinsip kedaulatan negara (state sovereignty) merupakan salah satu prinsip penting didalam hukum internasional, bahkan termasuk salah satu prinsip atau doktrin jus cogen yaitu suatu norma yang diterima sebagai norma dasar hukum internasional dan diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan sebagai suatu norma yang tidak boleh dilanggar. 32 Jadi prinsip kedaulatan negara tegasnya bahwa dilarang melakukan campur tangan terhadap keberadaan negara lain. Negara yang berdaulat memiliki hak-hak lain berupa kekuasaan : 33 a. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik; b. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing; c. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya di negara lain; d. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya. Dalam pelaksanaan fungsi keimigrasian berkaitan dengan prinsip kedaulatan negara khususnya dalam menerapkan prinsip absolute sovereignty yang 32 Haspion Irman, 22 September 2014, Peningkatan Pengawasan terhadap Orang Asing, Makalah Disampaikan Pada Sosialisasi Penegakan Hukum Keimigrasian Bagi Warga Negara Asing Yang Menyalahgunakan Izin Keimigrasian, Denpasar- Bali. 33 M. Iman Santoso, 2007, Perspektif Imigrasi, dalam United Nation Convention Against Transnational Organized Crime, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta (Selanjutnya disebut M. Iman Santoso I), hal., 40

2 43 dikemukan oleh Jean Bodin yang menjadi dasar suatu negara untuk menolak kedatangan atau keberadaan seorang asing di wilayahnya, dan kaitannya dengan peran serta fungsi keimigrasian dalam melaksanakan kedaulatan mutlak ini berhak menolak kedatangan atau keberadaan seorang asing di wilayahnya dan hal ini tidak dapat diintervensi oleh negara atau pihak lain, serta adanya hak eksklusif dari negara berdaulat. Konsep Kedaulatan menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah (Hak teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial tersebut dalam artian negara mempunyai hak kekuasaaan penuh untuk melaksanakan hak teritorialnya dalam batas-batas wilayah negara yang bersangkutan. 34 Aspek penting yang terkandung dalam kedaulatan adalah konsep yurisdiksi atau kewenangan dan kewenangan untuk pengawasan lalu lintas orang yang masuk, keluar dan tinggal dari dan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia merupakan kewenangan dari Keimigrasian, dimana dalam hal ini kewenangan keimigrasian merupakan manifestasi dari kedaulatan negara yang dituangkan dalam bentuk Pengawasan Lalu-lintas Orang dan Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dalam Yurisdiksi Republik Indonesia. Prosedur keimigrasian yang ditetapkan merupakan operasionalisasi dari politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) sehingga orang asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian dimana dalam pelaksanaan tugas keimigrasian 34 M. Iman Santoso, 2004, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi Dan Ketahanan Nasional, UI- Press, Jakarta (Selanjutnya disebut M. Iman Santoso II) hal., 11

3 44 keseluruhan aturan hukum keimigrasian ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu WNI (Warga Negara Indonesia) ataupun WNA (Warga Negara Asing). Berdasarkan kedaulatan yang dimiliki suatu negara maka kewenangan yang dimiliki meliputi kewenangan legislatif, kewenangan administratif dan kewenangan yudisial. Dalam perkembangannya ketiga kewenangan tersebut diakui sebagai tiga lingkungan yurisdiksi, yaitu : Jurisdiction to prescribe Merupakan kewenangan negara dalam menetapkan suatu peraturan perundang-undangan serta menetapkan berlakunya hukum nasional terhadap kejahatan yang membahayakan kepentingan negara atau warga negara yang bersangkutan. 2. Jurisdiction to adjudicate Merupakan kewenangan negara untuk melaksanakan penuntutan dan mengadili kejahatan yang membahayakan kepentingan negara atau warga negara yang bersangkutan. 3. Jurisdiction to enforce Merupakan kewenangan negara untuk menerapkan peraturan perundangundangan nasional terhadap yang membahayakan kepentingan negara atau warga negara yang bersangkutan. Dalam kerangka hubungan Internasional permasalahan yurisdiksi negara dapat timbul dalam masyarakat internasional karena masing-masing negara merupakan anggota yang berdaulat, dan di samping itu hubungan yang berlaku dalam masyarakat internasional terjadi melalui batas-batas suatu negara. Relevan 35 M. Iman Santoso II, hal., 12

4 45 dengan hal tersebut bahwa dalam melaksanakan fungsi Keimigrasian khususnya fungsi keamanan negara, imigrasi berperan sebagai penjaga pintu gerbang negara, karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Indonesia, fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan wilayah Indonesia merupakan kewenangan instansi imigrasi dan dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang meliputi TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) dan pos lintas batas. Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. 36 Kedaulatan tertinggi berada pada negara, tetapi kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-batasnya, ruang berlaku kekuasaaan tertinggi dibatasi oleh batas wilayah negara itu, artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi didalam batas wilayahnya. Jadi pengertian kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi mengandung bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi mengandung dua pembatasan penting dalam dirinya yaitu: 37 1) Kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu 2) Kekuasaan itu berakhir ketika kekuasaan suatu negara lain dimulai. 36 Yudha Bhakti Ardiwisastra, 1999, Imunitas Kedaulatan Negara di ForumPengadilan Asing, edisi pertama, PT. Alumni, Jakarta, hal., 29 s/d Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, PT Alumni, Bandung, hal.,

5 Kewenangan Keimigrasian Mengatur Orang Masuk, Keluar, Dan Tinggal Dari Dan Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Politik (kebijakan) imigrasi mencakup dua hal yaitu Pengawasan tentang berbagai hal mengenai lalu lintas orang yang masuk, keluar dan tinggal dari dan ke dalam wilayah suatu negara serta pengawasan berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di suatu negara. Berdasarkan hukum internasional pengawasan ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara hukum. 38 Secara normatif TPI merupakan tempat yang dilegalisasi oleh Menteri Hukum dan HAM sebagai pintu gerbang negara Indonesia. Sebagai jalur resmi, TPI memiliki kedudukan hukum (legal standing) yang sah di mata hukum. Sehingga setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Peran penting aspek keimigrasian dalam tatanan kehidupan kenegaraan akan dapat terlihat dalam pengawasan keluar masuknya orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, Pemberian Izin Keimigrasian serta pengawasan Keimigrasian tentang keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di wilayah Republik Indonesia Ramadhan K.H dan Abrar Yusra, 2005, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum Dan HAM, Jakarta, Hal., M. Iman Santoso II, hal., 4

6 47 Pengawasan terhadap orang asing yang masuk atau keluar wilayah RI berlaku ketentuan dan peraturan keimigrasian Indonesia, antara lain: Setiap orang asing yang masuk dan keluar wilayah negara RI adalah sah apabila mendapat izin masuk atau izin keluar dari Pejabat Imigrasi yang bertugas melakukan pemeriksaan di TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) 2. Setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah negara RI harus mempunyai surat perjalanan atas namanya yang sah dan berlaku 3. Pejabat Imigrasi berwenang memeriksa setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia 4. Pejabat Imigrasi berwenang menolak atau memberi izin masuk atau keluar wilayah Negara Walaupun telah memenuhi persyaratan, tidak diberikan izin masuk kepada orang asing apabila : a. Tidak dikehendaki masuk dan berada di Indonesia; b. menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum; c. diduga akan menyelenggarakan perbuatan asusila dan atau perbuatan lain yang bertentangan dengan moral, agama atau kebiasaan di Indonesia; 40 John Sarodja Saleh, 2008, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Jakarta, hal. 65

7 48 d. patut diduga tidak dapat meneruskan perjalanan atau tidak akan mendapat izin masuk ke negara lain atau izin kembali ke negara asal tempat tinggalnya; e. tidak cukup mempunyai biaya hidup bagi diri sendiri dan atau keluarganya selama berada di Indonesia; f. memberikan keterangan tidak benar untuk memperoleh atau memiliki visa atau surat perjalanan palsu atau dipalsukan; g. berusaha menghindarkan diri dari hukuman di negara lain karena kejahatan yang juga dapat dipidana menurut hukum di Indonesia. Pengawasan lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia dipertegas dan diatur dalam pasal 8 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian ditentukan bahwa Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku. Ayat (2) ditentukan setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang- Undang ini dan perjanjian internasional. Demikian juga dalam Pasal 9 ayat (1) ditentukan bahwa Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, dan pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah. Pengawasan lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia ditetapkan harus melalui TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) yaitu Pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas batas dan tempat yang bukan Tempat

8 49 Pemeriksaan Imigrasi yang difungsikan sebagai tempat pemeriksaan Keimigrasian berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Imigtrasi. Pelanggaran atas ketentuan ini dikatagorikan sebagai tindakan memasuki wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar masuk wilayah tidak melalui TPI, atau melalui TPI namun tidak melalui pemeriksaan petugas Imigrasi di TPI, merupakan tindakan yang dapat dipidana. 41 Dalam pasal 9 ayat (3) ditentukan bahwa dalam hal terdapat keraguan atas keabsahan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan Keimigrasian. Selain itu hukum keimigrasian yang bersifat internasional tidak hanya mengatur lalu lintas orang masuk, keluar ataupun pengawasan terhadap orang asing, tetapi juga mengatur tentang pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia. Berdasarkan kebijakan selektif (selective policy) maka institusi imigrasi Indonesia memiliki landasan operasional dalam menolak atau mengizinkan orang asing, baik dari segi masuk, keluarnya orang asing dan keberadaannya, maupun kegiatannya di Indonesia. Kebijakan selektif (selective policy) tersebut menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia, sehingga diatur masuknya orang asing ke dalam wilayah Indonesia, demikian juga bagi orang asing yang memperoleh Izin Tinggal di wilayah Indonesia harus sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Sehingga berdasarkan kebijakan selektif tersebut serta dalam rangka melindungi kepentingan nasional, maka hanya orang asing yang 41 M. Iman Santoso II, Op.Cit. hal., 19

9 50 memberikan manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum diperbolehkan masuk dan berada di wilayah Indonesia serta diberikan izin tinggal sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia Pengawasan Terhadap Keberadaan Dan Kegiatan Orang Asing Selama Berada Di Wilayah Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Pengertian Keimigrasian adalah hal-ihwal lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka tegaknya kedaulatan negara. Dengan demikian, menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 terdapat tiga unsur penting yaitu ; 1. Lalu Lintas Orang, pengawasan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia; 2. Pengawasan, pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di wilayah Republik Indonesia, tentang keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di wilayah Republik Indonesia. 3. Kedaulatan, merupakan kekuasaan tertinggi dalam negara, dalam konteks keimigrasian, kedaulatan negara mengarah pada Yurisdiksi negara atau wilayah kewenangan hukum dalam hal ini hukum keimigrasian, dimana yurisdiksi tersebut merupakan kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian

10 51 implementasi kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam batasbatas wilayahnya akan tetap melekat pada negara berdaulat 42 Dari uraian definisi dan unsur-unsur tersebut, maka dalam implementasinya, keimigrasian di Indonesia menjalankan 3 fungsi atau yang dikenal sebagai Tri Fungsi Imigrasi yaitu : a. Imigrasi sebagai aparatur pelayanan masyarakat; b. Imigrasi sebagai aparatur sekuriti; c. Imigrasi sebagai aparatur penegak hokum; Fungsi Keimigrasian merupakan bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Institusi Imigrasi menempati posisi utama dan strategis dalam konteks pengendalian dan pengawasan orang asing. Pengawasan orang asing di Indonesia meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Orang asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan keberadaan dan kegiatannya. Orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian bagi orang asing memiliki keterbatasan jangka waktu, sesuai dengan visa yang dimilikinya. Dengan demikian orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian yang sah dan masih berlaku, serta memiliki keterbatasan dalam melakukan kegiatan di Indonesia. Pengawasan atas keberadaan dan kegiatan orang asing dilakukan agar mereka tidak melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut 42 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 1999, Hukum Inernational, Bunga Rampai, Bandung, hal.,16

11 52 diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum dan kesejahteraan masyarakat serta agar tidak melakukan pelanggaran Keimigrasian. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa, Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di TPI, ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin masuk, dan setelah orang asing tersebut diberikan izin masuk, kemudian diberikan izin tinggal yang seusai dengan visa yang dimilikinya, selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing tersebut. 43 Prosedur keimigrasian yang ditetapkan merupakan operasionalisasi dari politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) sehingga orang asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian dimana dalam pelaksanaan tugas keimigrasian keseluruhan aturan hukum keimigrasian ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu WNI (Warga Negara Indonesia) ataupun WNA (Warga Negara Asing). Pengawasan keimigrasian diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, yaitu Pasal 66 ayat (2) ditentukan Pengawasan Keimigrasian meliputi: 43 M. Iman Santoso II, hal., 21

12 53 a. pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan b. pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia. Pelaksanaan Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing ditentukan dalam pasal 68 ayat (1) yaitu Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dilaksanakan pada saat permohonan Visa, masuk atau keluar, dan pemberian Izin Tinggal dilakukan dengan: pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;penyusunan daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan; c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia; d. pengambilan foto dan sidik jari; dan e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam Pasal 69 ayat (1) ditentukan untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri membentuk tim pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah. Pengawasan Keimigrasian terhadap orang asing diatur juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6

13 54 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, dimana dalam pasal 172 ayat (4) ditentukan Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dilakukan pada saat: a. permohonan Visa; b. masuk atau keluar Wilayah Indonesia; c. pemberian Izin Tinggal; dan d. berada dan melakukan kegiatan di Wilayah Indonesia. Pelaksanaan pengawasan Keimigrasian diatur dalam pasal 173 dan dilakukan oleh: a. Direktur Jenderal, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di pusat; b. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di provinsi; c. Kepala Kantor Imigrasi, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di kabupaten/kota atau kecamatan; dan d. Pejabat Imigrasi yang ditunjuk atau Pejabat Dinas Luar Negeri, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di luar Wilayah Indonesia. Dalam pasal 174 (ayat 1) Pengawasan Keimigrasian terdiri atas: a. pengawasan administratif; dan b. pengawasan lapangan ( dalam ayat (2) ditentukan bahwa pengawasan lapangan dapat bersifat terbuka dan/atau tertutup). Dalam Pasal 180 ayat (1) Pengawasan administratif terhadap Orang Asing dilakukan dengan: a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi mengenai: 1. Pelayanan Keimigrasian bagi Orang Asing;

14 55 2. Lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia; 3. Orang Asing yang telah mendapatkan keputusan pendetensian; 4. Orang Asing yang dalam proses penentuan status Keimigrasian dan/atau penindakan Keimigrasian; 5. Orang Asing yang mendapatkan izin berada di luar Rumah Detensi Imigrasi setelah terlampauinya jangka waktu pendentesian; dan 6. Orang Asing dalam proses peradilan pidana. b. penyusunan daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan; dan c. pengambilan foto dan sidik jari Dalam pasal 181 ditentukan bahwa Pengawasan lapangan terhadap Orang Asing dapat dilakukan dengan: a. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, meliputi pengecekan: 1. keberadaan Orang Asing; 2. kegiatan Orang Asing; dan 3. kelengkapan Dokumen Perjalanan atau Izin Tinggal yang dimiliki. b. melakukan kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, berupa: 1. melaksanakan kewenangan Keimigrasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 2. melakukan koordinasi antar instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait dengan pengawasan Keimigrasian.

15 56 Dalam hal pengawasan lapangan ditunjuk Pejabat Imigrasi untuk melaksanakan pengawasan dengan perintah tertulis oleh Pejabat yang berwenang dan terhadap orang asing yang mengajukan permohonan izin tinggal atau berada dan melakukan kegiatan di wilayah Indonesia dapat dilakukan pengawasan administrasi dan pengawasan lapangan hal ini diatur dalam pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dalam aturan yang baru ini pengawasan keimigrasian (Pasal 189) meliputi: (1) Pengawasan Keimigrasian selain dilakukan terhadap warga negara Indonesia dan Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (2), juga dilakukan terhadap Penjamin. (2) Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan hanya bagi Penjamin dari Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas atau Izin Tinggal Tetap. Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin yang berbentuk Korporasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai: a. Dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; b. Keberadaan dan kegiatan Orang Asing; c. Domisili Korporasi; dan d. Kesanggupan bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing serta pemulangan ke negara asal jika Orang Asing tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

16 57 Sedangkan Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin yang bukan Korporasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai: a. dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan b. kesanggupan bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing serta pemulangan ke negara asal jika Orang Asing tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan lapangan terhadap Orang Asing dapat dilakukan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah Indonesia, meliputi pengecekan: a. Keberadaan orang asing; pelanggaran terhadap keberadaan orang asing meliputi Tinggal dan berada di wilayah Indonesia lewat waktu (Over stay) dari izin tinggal yang dimiliki, dokumen palsu atau pemalsuan identitas, serta masuk secara ilegal atau berada secara ilegal di Indonesia. b. Kegiatan Orang Asing; pelanggaran terhadap kegiatan orang asing meliputi bekerja tanpa izin atau penyalahgunaan izin keimigrasian, melakukan kegiatan illegal dan melakukan tindakan kriminal (crime) di wilayah Indonesia, 3.2. Dokumen Keimigrasian Dokumen Keimigrasian adalah Dokumen Perjalanan Republik Indonesia, dan Izin Tinggal yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (Paspor) diperlukan untuk

17 58 melakukan perlintasan antarnegara, paspor memuat identitas pemegangnya serta negara yang mengeluarkan dan juga menunjukkan identitas kewarganegaraan pemegangnya, oleh karena itu negara yang mengeluarkan berkewajiban memberi perlindungan hukum dimanapun pemegang paspor itu berada. Selain itu kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mengijinkan pemegang paspor berlalu secara leluasa, memberi bantuan, dan perlindungan kepadanya didalam melintasi batas suatu negara. 44 Dalam artian Dokumen Perjalanan Republik Indonesia atau paspor berfungsi sebagai Dokumen Perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti kewarganegaraan Republik Indonesia dari pemegang Paspor yang bersangkutan pada saat berada di luar Wilayah Indonesia. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia merupakan dokumen negara artinya dokumen yang setiap saat dapat ditarik kembali apabila diperlukan untuk kepentingan negara. Dokumen itu bukanlah surat berharga sehingga Dokumen Perjalanan Republik Indonesia tidak dapat digunakan untuk hal yang bersifat perdata, antara lain dijadikan jaminan utang. Dokumen Keimigrasian selain paspor adalah Izin tinggal, izin Tinggal merupakan izin yang diberikan kepada Orang Asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di wilayah Indonesia. Izin tinggal yang diberikan berdasarkan visa yang dimiliki oleh orang asing, dan pemberian Izin tinggal di Indonesia untuk orang asing dibatasi dan disesuaikan dengan maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia, sehingga orang asing yang berada di 44 M. Iman Santoso II, hal., 16

18 59 Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya Pelayanan Keimigrasian bagi Warga Negara Indonesia Salah satu fungsi keimigrasian adalah memberikan pelayanan keimigrasian, selain fungsi penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan keimigrasian bagi WNI (Warga Negara Indonesia) adalah pemberian Dokumen Perjalanan Republik Indonesia terdiri atas Paspor dan SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor). Dasar Hukum Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (Paspor) antara lain : a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian BAB IV Pasal 24 sampai dengan Pasal 33; b. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian; Paspor adalah merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada Warga Negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antar negara yang berlaku selama jangka waktu tertentu. Sedangkan Surat Perjalanan Laksana Paspor adalah Dokumen pengganti paspor yang diberikan dalam keadaan tertentu yang berlaku selama jangka waktu tertentu. Paspor terdiri atas : 1. Paspor Diplomatik Diterbitkan bagi Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan tugas

19 60 yang bersifat diplomatik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 37 ayat (1) ditentukan bahwa : Paspor Diplomatik diberikan untuk warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan untuk tugas yang bersifat diplomatik. Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : Presiden dan Wakil Presiden; Ketua dan Wakil Ketua Lembaga Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menteri, Pejabat setingkat Menteri, dan Wakil Menteri; Ketua dan wakil ketua lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang; Kepala perwakilan diplomatik, kepala perwakilan konsuler republik Indonesia, pejabat diplomatik dan konsuler; atase pertahanan dan atase teknis yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Luar Negeri dan diperbantukan pada Perwakilan Republik Indonesia; pejabat Kementerian Luar Negeri yang menjalankan tugas resmi yang bersifat diplomatik di luar Wilayah Indonesia; dan utusan atau pejabat resmi yang ditugaskan dan ditunjuk mewakili Pemerintah Republik Indonesia atau diberikan tugas lain yang menjalankan tugas resmi dari Menteri Luar Negeri di luar Wilayah Indonesia yang bersifat diplomatik. Selain diberikan kepada warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Paspor diplomatik juga dapat diberikan kepada: isteri atau suami Presiden dan Wakil Presiden beserta anakanaknya; isteri atau suami dari warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, yang mendampingi suami atau isterinya dalam rangka perjalanan untuk tugas yang bersifat diplomatik; isteri atau suami dari para pejabat yang ditempatkan di luar Wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dan huruf f beserta anak-anaknya yang berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun, belum kawin, belum bekerja, dan masih menjadi tanggungan yang tinggal bersama di wilayah akreditasi; atau kurir diplomatik.

20 61 2. Paspor Dinas diberikan bagi Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan dinas yang tidak bersifat diplomatik. (diatur dalam Pasal 25 ayat (2) UU nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 43 ayat (2) dijelaskan bahwa paspor dinas diberikan kepada WNI : Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; Anggota lembaga negara sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pejabat negara yang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Anggota lembaga yang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Isteri atau suami dari warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang ditempatkan di luar Wilayah Indonesia beserta anaknya yang berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun, belum kawin, belum bekerja, dan masih menjadi tanggungannya yang tinggal bersama di wilayah akreditasi; Petugas yang bekerja pada Perwakilan Republik Indonesia atau rumah Perwakilan Republik Indonesia beserta isteri atau suaminya, berdasarkan kontrak kerja dengan Kementerian Luar Negeri; Warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka tugas resmi pemerintah; Warga negara Indonesia yang berdasarkan pertimbangan Pemerintah Republik Indonesia perlu diberikan; dan Orang tua dari warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf e jika tinggal di wilayah akreditasi. 3. Paspor Biasa diterbitkan untuk Warga Negara Indonesia. Paspor Biasa terdiri atas Paspor biasa elektronik dan Paspor biasa nonelektronik. Paspor biasa berlaku paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan kecuali masa berlaku Paspor biasa yang diterbitkan bagi anak berkewarganegaraan

21 62 ganda terbatas tidak boleh melebihi batas usia anak tersebut untuk menyatakan memilih kewarganegaraannya. 4. Surat Perjalanan Laksana Paspor terdiri dari : Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia, dikeluarkan bagi Warga Negara Indonesia dalam keadaan tertentu jika paspor biasa tidak dapat diberikan. (Namun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi tanggal 09 Mei 2014 nomor IMI-1360.GR tahun 2014, SPLP untuk WNI sudah tidak diterbitkan lagi); Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing, dikeluarkan bagi Orang Asing yang tidak mempunyai Dokumen Perjalanan yang sah dan negaranya tidak mempunyai perwakilan di Indonesia. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing diberikan dalam hal : Atas kehendak sendiri keluar Wilayah Indonesia sepanjang tidak dikenai Deportasi; Repatriasi dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing diberikan apabila yang bersangkutan memiliki : - izin untuk masuk kembali ke negara tempat berangkat dari instansi yang berwenang; - tiket untuk berangkat dan tiket untuk kembali; dan penjamin di Indonesia

22 63 5. Surat Perjalanan lintas batas atau pas lintas batas Dapat dikeluarkan bagi Warga Negara Indonesia yang berdomisili di wilayah perbatasan Negara Republik Indonesia dengan Negara lain sesuai dengan perjanjian lintas batas. Setiap Warga Negara Indonesia hanya diperbolehkan memegang 1 (satu) Dokumen Perjalanan Republik Indonesia yang sejenis atas namanya sendiri yang masih berlaku Pelayanan Keimigrasian bagi Warga Negara Asing Pelayanan Keimigrasian bagi Warga Negara Asing telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dalam pasal 74 ditentukan persyaratan persyaratan dan tata cara permohonan, jenis kegiatan, dan jangka waktu penggunaan visa. Pelayanan Keimigrasian bagi WNA (Warga Negara Asing) meliputi pelayanan pemberian: (1) Visa; (2) Tanda Masuk dan Tanda Keluar; (3) Izin Tinggal. Visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggalnya. Setiap Orang Asing yang

23 64 masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-undang ini dan perjanjian internasional. Oleh karena itu setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki Visa serta memiliki Dokumen Perjalanan (Paspor) yang sah dan masih berlaku jika hendak masuk atau keluar Wilayah Indonesia. (1) Visa terdiri atas : 1) Visa Diplomatik Diberikan kepada Orang Asing pemegang paspor diplomatik dan paspor lain untuk masuk Wilayah Indonesia guna melaksanakan tugas yang bersifat diplomatik. 2) Visa Dinas Diberikan kepada Orang Asing pemegang paspor dinas dan paspor lain yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka melaksanakan tugas resmi yang tidak bersifat diplomatik dari pemerintah asing yang bersangkutan atau organisasi internasional. 3) Visa Kunjungan Diberikan kepada Orang Asing yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial, budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain.

24 65 4) Visa Tinggal Terbatas Diberikan kepada Orang Asing : Sebagai rohaniawan, tenaga ahli, pekerja, peneliti, pelajar, investor, lanjut usia, dan keluarganya serta Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga Negara Indonesia, yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia untuk bertempat tinggal dalam jangka waktu yang terbatas. Dalam rangka bergabung untuk bekerja di atas kapal, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah perairan nusantara, laut territorial, landas kontinen, dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang keimigrasian ditentukan bahwa Pemberian Visa diplomatik dan Visa dinas merupakan kewenangan Menteri Luar Negeri dan dalam pelaksanaannya dikeluarkan oleh pejabat dinas luar negeri di Perwakilan Republik Indonesia. Sedangkan Pemberian Visa kunjungan dan Visa tinggal terbatas merupakan kewenangan Menteri Hukum dan HAM RI, hal ini diatur dalam pasal 40 dimana visa ini diberikan dan ditandatangani oleh Pejabat Imigrasi di Perwakilan RI di Luar Negeri. Menurut Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian yaitu pada Pasal 42, permohonan Visa dapat ditolak apabila pemohon : a. Namanya tercantum dalam daftar penangkalan; b. Tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku; c. Tidak cukup memiliki biaya hidup bagi dirinya dan/atau keluarganya selama berada di Indonesia; d. Tidak memiliki tiket kembali atau tiket terusan untuk melanjutkan perjalanan ke Negara lain;

25 66 e. Tidak memiliki izin masuk kembali ke Negara asal atau tidak memiliki visa ke Negara lain; f. Menderita penyakit menular, gangguan jiwa, atau hal lain yang dapat membahayakan kesehatan atau ketertiban umum; g. Terlibat tindak pidana transnasional yang terorganisasi atau membahayakan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan/atau termasuk dalam jaringan praktik atau kegiatan prostitusi, perdagangan orang, dan penyelundupan manusia. Kebijakan penetapan bebas visa hanya bagi negara yang juga dapat memberikan fasilitas bebas visa kepada warga negara Indonesia (asas timbal balik/resiprokal) yang dituangkan dalam bentuk perjanjian bilateral, dan bagi orang asing yang telah memperoleh fasilitas BVKS (Bebas Visa Kunjungan Singkat) diberikan kesempatan yang terbatas dengan diberi perpanjangan waktu untuk tetap tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan dan jangka waktu tertentu, adapun 15 negara yang mendapatkan fasilitas bebas visa kunjungan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015 Tentang Bebas Visa Kunjungan sehingga ada 13 (tiga belas) negara tertentu dan 2 (dua) negara pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu mendapatkan bebas visa kunjungan antara lain: Thailand; Malaysia; Singapore; Brunei Darussalam; Philipina; Chili; Maroko; Peru; Vietnam; Ekuador; Kamboja; Laos; dan Myanmar dan 2 (dua ) pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu yaitu negara Hongkong SAR (Hongkong Spesial Administration Region); Macao SAR ( Macao Spesial Administration Region). Untuk mendapatkan fasilitas bebas visa kunjungan dari 15 negara tersebut diatas diberlakukan ketentuan :

26 67 1. Dapat melakukan kunjungan dalam rangka tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, wisata, bisnis, keluarga, jurnalistik atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. 2. Dapat masuk dan keluar ke wilayah Indonesia melalui seluruh TPI (Tempat Pemeriksaa Imigrasi dan diberikan cap tanda masuk Bebas Visa Kunjungan Singkat. Syarat untuk mendapatkan bebas visa tersebut diatas Paspor harus valid minimal 6 (enam) bulan dari tanggal kedatangan, Memiliki tiket pulang-pergi, tidak dapat diperpanjang (Non extendable) dan tidak dapat dialihstatuskan menjadi izin tinggal lainnya, serta berlaku selama waktu 30 (tiga puluh) hari, Selain kebijakan tersebut diatas diberikan kemudahan terhadap 75 negara tertentu untuk mendapatkan bebas visa kunjungan wisata sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015 antara lain : Afrika Selatan, Aljazair, Amerika Serikat, Angola, Argentina, Austria, Azerbaijan, Bahrain, Belanda, Belarusia, Belgia, Bulgaria, Ceko, Denmark, Dominika, Fiji, Finlandia, Ghana, Hongaria, India, Inggris, Irlandia, Islandia, Italia,, Jepang, Jerman, Kanada, Kazakhstan, Kirgistan, Kroasia, Korea Selatan, Kuwait, Latvia, Lebanon, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Maladewa, Malta, Meksiko, Mesir, Monako, Norwegia, Oman, Panama, Papua New Guinea, Perancis, Polandia, Portugal, Qatar, Republik Rakyat Tiongkok, Rumania, Rusia, San Marino, Saudi Arabia, Selandia Baru, Seychelles, Siprus, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss,

27 68 Taiwan, Tanzania, Timor Leste, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Vatikan, Venezuela, Yordania, Yunani dan dengan ketentuan: a. Hanya dapat melakukan kunjungan dalam rangka wisata; b. Dapat keluar masuk wilayah Indonesia melalui 9 (sembilan) TPI meliputi : 1) TPI Bandar Udara : a) Soekarno-Hatta, di Jakarta; b) Ngurah Rai, di Bali; c) Kualanamu, di Medan; d) Juanda, di Surabaya; e) Hang Nadim, di Batam; 2) TPI Pelabuhan Laut : a) Sri Bintan Pura, di Tanjung Pinang; b) Batam Center, di Batam; c) Sekupang, di Batam; d) Tanjung Uban, di Tanjung Uban. Kebijakan yang lain dari pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi wisatawan mancanegara yaitu pemberian Visa On Arrival (VOA) yang diberikan kepada 65 negara. antara lain: Afrika Selatan, Aljazair, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Belanda, Brazilia, Bulgaria, Ceko, Cyprus, Denmark, Emirat Arab, Estonia, Fiji, Finlandia, Hongaria, India, Inggris, Iran, Irlandia, Islandia, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Kuwait, Laos, Latvia, Lisya,

28 69 Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Maladewa, Malta, Meksiko, Mesir, Monako, Norwegia, Oman, Panama, Perancis, Polandia, Portugal, Qatar, RRC (cina), Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Selandia Baru, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss, Taiwan, Timor Leste, Republik Rakyat Tiongkok, Tunisia dan Yunani. Penerapan kebijakan pemberian Visa selain untuk alasan keamanan dan hukum keimigrasian juga merupakan lambang otoritas pemerintah atas pemberian izin bagi siapa-siapa saja WNA yang berhak masuk kewilayah dan untuk keperluan apa saja. Oleh sebab itu penetapan bebas visa sebaiknya dilakukan secara resiprokal, karena hal ini juga menyangkut harkat dan martabat Pemerintah RI dalam rangka perlindungan teritorial Indonesia melalui pelaksanaan kebijakan dan fungsi keimigrasiannya. MenurutUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Bagian Kelima mengenai Area Imigrasi Pasal 22 Ayat 1, 2, 3, dan 4 disebutkan: 1) Setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi ditetapkan suatu area tertentu untuk melakukan pemeriksaan Keimigrasian yang disebut dengan area imigrasi. 2) Area imigrasi merupakan area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh penumpang atau awak alat angkut yang akan keluar atau masuk Wilayah Indonesia atau pejabat dan petugas yang berwenang. 3) Kepala Kantor Imigrasi bersama-sama dengan penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas menetapkan area imigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 4) Penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas dapat mengeluarkan tanda untuk memasuki area imigrasi setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Imigrasi.

29 70 Yang dimaksud dengan Area Imigrasi adalah suatu area di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, yang dimulai dari antrean pemeriksaan keimigrasian pada keberangkatan sampai dengan alat angkut atau dari alat angkut sampai dengan konter pemeriksaan keimigrasian pada kedatangan. Area Imigrasi sangat penting, ini sering disebut sebagai steril area atau dianggap sebagai wilayah interrnasional dalam artian sempit dimana didalam area tersebut dapat ditentukannya status seseorang apakah telah meninggalkan/ keluar wilayah Indonesia atau telah masuk wilayah Indonesia. Sebagai area internasional yang ditandai oleh garis kuning (yellow line), area imigrasi memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan kedaulatan suatu negara. Walaupun hanya sebatas garis imajiner, area imigrasi memiliki representasi kewibawaan dari negara tersebut, dimana Kepala Kantor Imigrasi bersamasama dengan penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas menetapkan area imigrasi, oleh karenanya area imigrasi memiliki kedudukan hukum (legal standing) yang jelas dan harus dihargai. 45 (2). Tanda Masuk Adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga Negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan masuk Wilayah Indonesia. Tanda Masuk diatur dalam pasal 44 UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Tanda masuk tersebut merupakan bukti sah secara hukum bagi orang yang melintas dan masuk ke 45 Alvin Syahrin M, 2014, Menakar Eksistensi Area Imigrasi di Indonesia, Tim Wijaya Kusuma BhumiPura, Jakarta, hal., 40

30 71 wilayah Republik Indonesia. Tanda masuk tersebut diberikan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) baik di pelabuhan udara, pelabuhan laut, perbatasan negara (border) dan tempat lain yang ditentukan, dalam hal ini Tanda Masuk dapat diberikan di atas alat angkut pesawat udara maupun kapal laut. Hubungan antara Kedaulatan dan Keimigrasian akan sangat tampak pada saat diberikannya Keputusan Tanda Masuk kepada seseorang yang akan memasuki wilayah Republik Indonesia. Keputusan pemberian Tanda Masuk merupakan bentuk dari hak kedaulatan negara dalam menerima atau mengusir seseorang. Sehingga keputusan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dapat dianalogikan sebagai keputusan mutlak suatu negara terhadap individu dalam rangka menjaga kedaulatan yang dimilikinya. Dalam UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, ini terdapat perubahan yang berkaiatan dengan penangkalan, bahwa saat ini untuk Warga Negara Indonesia sudah tidak diberlakukan penangkalan, karena dirasakan melanggar hak asasi seseorang. Bahwa seorang warga negara mempunyai hak untuk memasuki negaranya sehingga berkaitan dengan pemberian tanda masuk, maka bagi warga negara Indonesia pasti akan diberikan tanda masuk selama membawa dokumen perjalanan yang sah. (3) Izin Tinggal Adalah izin yang diberikan kepada Orang Asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di Wilayah Indonesia. Setiap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Tinggal

31 72 dan Izin Tinggal tersebut diberikan kepada Orang Asing sesuai dengan Visa yang dimiliki nya, namun terhadap Orang Asing yang sedang menjalani penahanan untuk kepentingan proses penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan atau menjalani pidana kurungan atau pidana penjara di lembaga pemasyarakatan, sedangkan izin tinggalnya telah lampau waktu, Orang Asing tersebut tidak dikenai kewajiban memiliki Izin Tinggal. Izin Tinggal terdiri atas: a. Izin Tinggal Diplomatik Diberikan kepada Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa Diplomatik. b. Izin Tinggal Dinas diberikan kepada Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa Dinas. c. Izin Tinggal Kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan atau anak yang baru lahir di Wilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah dan/atau ibunya pemegang Izin Tinggal kunjungan. Izin Tinggal Kunjungan berakhir karena pemegang Izin Tinggal Kunjungan : 1. Kembali ke Negara asalnya; 2. Izinnya telah habis masa berlaku; 3. Izinnya beralih status menjadi Izin Tinggal terbatas; 4. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk; 5. Dikenai Deportasi atau; 6. Meninggal dunia. d. Izin Tinggal Terbatas diberikan kepada : 1. Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa Tinggal Terbatas; 2. Anak yang pada saat lahir di Wilayah Indonesia ayah dan/atau ibunya pemegang Izin Tinggal Terbatas; 3. Orang Asing yang diberikan alih status dari Izin Tinggal Kunjungan; 4. Nahkoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah perairan dan

32 73 wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 5. Orang Asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia; 6. Anak dari Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga Negara Indonesia. Izin Tinggal Terbatas berakhir karena pemegang izin terbatas : a. Kembali ke Negara asalnya dan tidak bermaksud masuk lagi ke Wilayah Indonesia; b. Kembali ke Negara asalnya dan tidak kembali lagi melebihi masa berlaku izin masuk kembali yang dimilikinya; c. Memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia; d. Izinnya telah habis masa berlaku; e. Izinnya beralih status menjadi Izin Tinggal Tetap; f. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk; g. Dikenai Deportasi; h. Meninggal dunia. e. Izin Tinggal Tetap diberikan kepada : 1. Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas sebagai rohaniawan, pekerja, investor, dan lanjut usia; 2. Keluarga karena perkawinan campuran; 3. Suami, istri, dan/atau anak dari Orang Asing pemegang Izin Tinggal tetap 4. Orang Asing eks warga Negara Indonesia dan eks subjek anak berwarganegaraan ganda Republik Indonesia; Izin Tinggal Tetap dapat berakhir karena pemegang Izin Tinggal Tetap : a. Meninggalkan Wilayah Indonesia lebih dari 1 (satu) tahun atau tidak bermaksud masuk lagi ke Wilayah Indonesia; b. Tidak melakukan perpanjangan Izin Tinggal Tetap setelah 5 (lima) tahun; c. Memperoleh kewarganegaraan Republik indonesia; d. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk; e. Dikenai tindakan deportasi; f. Meninggal dunia. Dalam hal ITAP (Izin Tinggal Tetap) WNA berakhir maka orang asing atau sponsor di Indonesia harus Izin Tinggal Tetap dibatalkan karena pemegang Izin Tinggal Tetap :

33 74 1. Terbukti melakukan tindak pidana terhadap Negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang - undangan; 2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan Negara; 3. Melanggar pernyataan integrasi; 4. Mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa izin kerja; 5. Memberikan informasi yang tidak benar dalam pengajuan permohonan Izin Tinggal Tetap; 6. Orang Asing yang bersangkutan dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian; 7. Putus hubungan perkawinan Orang Asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia karena perceraian dan/atau atas putusan pengadilan, kecuali perkawinan yang telah berusia 10 (sepuluh) tahun atau lebih Pengawasan Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Kebijakan Pengawasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing Indonesia sebagai salah satu anggota WTO (World Trade Organization) telah sepakat dan menyetujui bahwa pasar bebas khususnya untuk sektor perdagangan barang (goods) dan jasa (services) dikawasan negara-negara ASEAN sudah dimulai pada tahun 2003, sedangkan dikawasan Asia Pasifik diberlakukan mulai 2010 dan untuk kawasan dunia pada tahun Terkait hal tersebut diatas tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Asing yang masuk ke Indonesia, karena kebutuhan modal dan teknologi serta tenaga terampil, sehingga untuk melindungi Tenaga Kerja Lokal, telah ditetapkan berdasarkan asas kebutuhan dan keberadaan tenaga kerja asing sesuai ditetapkan berdasarkan atas permintaan dari Pengguna tenaga kerja. Ancaman globalisasi terhadap masuknya tenaga kerja asing dan bahkan peningkatan jumlah tenaga kerja asing dipasar kerja nasional akan semakin kompleks, bukan hanya merupakan ancaman kepada tenaga kerja indonesia di segmen labor shortage (pasar kerja terampil dan pendidikan relatif tinggi) namun

34 75 juga kepada tenaga kerja indonesia pada segmen labor surplus (pasar kerja tidak terampil dengan pendidikan relatif rendah). 46 Oleh karena itu kebijakan yang perlu diterapkan oleh pemerintah terkait dengan penggunaan tenaga kerja asing harus tetap mengacu pada prinsip selektivitas (selektive policy) dan satu pintu (One Gate Policy), dengan tujuan agar kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap masalah keamanan ( security) dan berkurangnya kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, maka penggunaan TKA harus mempertimbangkan asas dalam sistem penilaian kelayakan penggunaan tenaga kerja asing yang meliputi : 47 a. Asas Hubungan Bilateral dimana pada prinsipnya penggunaan TKA dipertimbangkan sepanjang TKA yang akan dipekerjakan berasal dari negara yang mempunyai hubungan bilateral dengan negara Republik Indonesia; b. Asas Sponsorship bahwa TKA yang dapat bekerja di Indonesia hanya atas permintaan penggunan atau pemberi kerja artinya bahwa TKA tersebut tidak diperbolehkan bekerja secara mandiri; c. Asas Manfaat yang dapat dirinci antara lain sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi Pada prinsipnya penggunaan TKA harus membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. 2. Perluasan Kesempatan Kerja Penggunaan TKA harus mampu menciptakan kesempatan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga kerja Indonesia, artinya sebagai Multiplier effect terhadap perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal. 3. Keseimbangan Pendapatan 46 Sumarprihatiningrum C., 2006, Penggunaan Tenaga Kerja di Indonesia, HIPSMI (Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia, Jakarta, hal., Ibid., hal., 54

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133, 2015 HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 PERUBAHAN KEDELAPAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Keenam. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01-GR TAHUN 2010 TENTANG VISA KUNJUNGAN SAAT KEDATANGAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01-GR TAHUN 2010 TENTANG VISA KUNJUNGAN SAAT KEDATANGAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01-GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG VISA KUNJUNGAN SAAT KEDATANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Keimigrasian. Visa. Saat Kedatangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Keimigrasian. Visa. Saat Kedatangan. No.12, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Keimigrasian. Visa. Saat Kedatangan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01-GR.01.06

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1697, 2014 KEMENKUMHAM. Izin Tinggal. Pemberian. Perpanjangan. Penolakan. Pembatalan. Prosedur Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2016 HUKUM. Keimigrasian. Kunjungan. Bebas Visa. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 No.1052, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01.IZ TAHUN 2005.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01.IZ TAHUN 2005. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01.IZ.01.10 TAHUN 2005. TENTANGPERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau ke luar wilayah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 Bulan : Januari 2012 Lokasi pengambilan tiket masuk No Negara Asal 1 Afrika Selatan 3 1 4 4 3 7 - - - 11 2 Amerika Serikat 258 315

Lebih terperinci

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5409 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 68) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN I. UMUM Dalam memasuki milenium ketiga, yang ditandai dengan bergulirnya globalisasi di seluruh sektor kehidupan

Lebih terperinci

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi Deportasi suatu istilah pinjaman berasal dari bahasa Inggris deportation

Lebih terperinci

PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS

PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS Dasar hukum : Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH KANTOR IMIGRASI PEMALANG Jln. Perintis Kemerdekaan 110, Beji,Taman, Pemalang Telepon (0284)-325010 Faksimili (0284)-324219 SMS Gateway: 08112622121

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI KOMITE NASIONAL FASILITASI (FAL) UDARA DISCOVERY KARTIKA PLAZA HOTEL 28 AGUSTUS 2017

RAPAT KOORDINASI KOMITE NASIONAL FASILITASI (FAL) UDARA DISCOVERY KARTIKA PLAZA HOTEL 28 AGUSTUS 2017 RAPAT KOORDINASI KOMITE NASIONAL FASILITASI (FAL) UDARA DISCOVERY KARTIKA PLAZA HOTEL 28 AGUSTUS 2017 Hongky Juanda Kasubdit Tempat Pemeriksaan Imigrasi UU NO. 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PP NO.

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1054, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. KPP APEC. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KARTU PERJALANAN PEBISNIS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN MEMPEROLEH VISA DAN IZIN MASUK

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN MEMPEROLEH VISA DAN IZIN MASUK RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN MEMPEROLEH VISA DAN IZIN MASUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

9 Oktober 2013 Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian

9 Oktober 2013 Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian Implementasi PP No. 31 Tahun 2013 Guna Pemberian Izin Keimigrasian kepada TKA dan pelaksanaan Implementasi Aplikasi Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda dan Pemohonan Fasilitas Keimigrasian 9 Oktober

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Calling Visa. Penetapan Negara. Pemberian Visa. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMORM.HH-01.GR.01.06

Lebih terperinci

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Indeks: ADMINISTRASI. HANKAM. KEHAKIMAN. Imigrasi. Warganegara. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 9/1992, KEIMIGRASIAN *7973 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 9 TAHUN 1992 (9/1992) Tanggal: 31 MARET 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/33; TLN NO.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA No.1833, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb No.2061, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Visa Tinggal Terbatas. Permohonan dan Pemberian. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) FRAKSI-FRAKSI DPR RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis

BAB I PENDAHULUAN. Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 Pulau. Kepulauan Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba No.641, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengawasan Keimigrasian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KEIMIGRASIAN

Lebih terperinci

PEMROSESAN IZIN TINGGAL BAGI WARGA NEGARA ASING MAHASISWA, PENELITI DAN TENAGA KERJA ASING BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh Wawan Anjaryono,SE,MH

PEMROSESAN IZIN TINGGAL BAGI WARGA NEGARA ASING MAHASISWA, PENELITI DAN TENAGA KERJA ASING BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh Wawan Anjaryono,SE,MH PEMROSESAN IZIN TINGGAL BAGI WARGA NEGARA ASING MAHASISWA, PENELITI DAN TENAGA KERJA ASING BIDANG PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh Wawan Anjaryono,SE,MH Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta DASAR HUKUM Undang-undang

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan hasil statistik kunjungan wisatawan mancanegara diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada setiap tahunnya. Peningkatan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN 1 (satu) tahun ~ pidana penjara paling lama Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya yang

Lebih terperinci

WIS MAN ANALISIS KUNJUNGAN ATAWAN CANEGARA PADA KAWASAN 3 GREAT ANALISIS ISU-ISU STRATEJIK P E R I O D E J A N U A R I S E P T E M B E R

WIS MAN ANALISIS KUNJUNGAN ATAWAN CANEGARA PADA KAWASAN 3 GREAT ANALISIS ISU-ISU STRATEJIK P E R I O D E J A N U A R I S E P T E M B E R ANALISIS KUNJUNGAN WIS MAN ATAWAN CANEGARA PADA KAWASAN 3 GREAT ANALISIS ISU-ISU STRATEJIK ASDEP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN Gedung Sapta Pesona Lt. 21 Jalan Medan Merdeka Barat

Lebih terperinci

LIST OF COUNTRIES TOURIST VISA EXEMPTION 30 (THIRTY) DAYS

LIST OF COUNTRIES TOURIST VISA EXEMPTION 30 (THIRTY) DAYS English CONSULATE GENERAL OF THE REPUBLIC OF INDONESIA FRANKFURT LIST OF COUNTRIES TOURIST VISA EXEMPTION 30 (THIRTY) DAYS 1. South Africa 26. Japan 51. Qatar 2. Algeria 27. Federal Republic of 52. the

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ.01.10 TAHUN 1995 TENTANG TATACARA PEMBERIAN, PERPANJANGAN, PENOLAKAN DAN GUGURNYA IZIN KEIMIGRASIAN I. PENDAHULUAN a. Maksud dan Tujuan.

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN STANDAR BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017 KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN Direktorat Jenderal Imigrasi 2017 Latar Belakang Pasal 1 angka 1 pada UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yaitu Keimigrasian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN SINGKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang asing yang masuk wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan peraturan keimigrasian merupakan atribut yang sangat penting dalam menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan IV dan Januari Desember Tahun 2017 Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN IV DAN JANUARI - DESEMBER 2017:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR BIAYA OPERASIONAL GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BANTEN TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR BIAYA OPERASIONAL GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BANTEN TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR BIAYA OPERASIONAL GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BANTEN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG WARGA NEGARA ASING,VISA KUNJUNGAN, TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN DAN DEPORTASI. A. Warga Negara Asing Warga negara asing merupakan seseorang yang tinggal dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474]

UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474] UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN [LN 1992/33, TLN 3474] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 48 Setiap orang yang masuk atau ke luar wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan oleh Pejabat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI DALAM MENDUKUNG FASILITASI (FAL) UDARA

KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI DALAM MENDUKUNG FASILITASI (FAL) UDARA PAPARAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI DALAM MENDUKUNG FASILITASI (FAL) UDARA Rapat Koordinasi Komite Nasional Fasilitasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA EFEKTIVITAS SANKSI DEPORTASI TERHADAP TINDAK PIDANA OVERSTAY WARGA NEGARA ASING DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sri Sutarwati 1) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta Abstrak Era globalisasi

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR oleh Pattun Nababan I Gusti Ngurah Wairocana Edward Thomas Lamury Hadjon Bagian Hukum

Lebih terperinci

PT.PRESSTI ASIA INDONESIA

PT.PRESSTI ASIA INDONESIA PT.PRESSTI ASIA INDONESIA HUBUNGI : RUSWANDI MOBILE: 085360472726 /087880708027 Specialist Import Door To Door PT.PRESSTI ASIA INDONESIA Jl. Raya Lenteng Agung Kv 22 No.20 Jakarta Tel : (62 21) 7888 6595Fax

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL Isu imigran ilegal yang terus mengalami kenaikan jumlah di Indonesia yang juga turut menimbulkan dampak tersendiri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK INTERNASIONAL Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Latar Belakang Perkembangan transaksi perdagangan barang dan jasa lintas negara Pemberlakukan hukum pajak di masing-masing negara

Lebih terperinci

KAPAL KAPAL KERETA BUS UDARA LAUT API

KAPAL KAPAL KERETA BUS UDARA LAUT API LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR : 82 TAHUN 2014 TANGGAL : 19 DESEMBER 2014 TENTANG : PERJALANAN DINAS Jenis dan Kelas Angkutan Pejabat Negara dan Pegawai Negeri Sipil NO. URAIAN KAPAL KAPAL KERETA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG: SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjut ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.hukumonline.com PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.368, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Luar Negeri. Pengungsi. Penanganan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

KESIAPAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI SALAH SATU SISTEM ANTISIPASI ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE (NEW EMERGING DAN RE-EMERGING)

KESIAPAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI SALAH SATU SISTEM ANTISIPASI ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE (NEW EMERGING DAN RE-EMERGING) KESIAPAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI SALAH SATU SISTEM ANTISIPASI ANCAMAN EMERGING INFECTIOUS DISEASE (NEW EMERGING DAN RE-EMERGING) OLEH: HERMANSYAH SIREGAR 1. Fungsi Keimigrasian; 2. Antisipasi ancaman emerging

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba No.603, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Bebas Visa Kunjungan. TPI Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TEMPAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1994 TENTANG SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan lebih lanjut ketentuan Pasal

Lebih terperinci