BAB I PENDAHULUAN. Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol menayangkan kecurangan-kecurangan oknum pedagang dalam proses produksi daganganya. Contohnya pada tayangan Reportase Investigasi episode Es Pisang Ijo Berbahaya. Tim Reportase Investigasi melihat adanya gerak-gerik oknumoknum pedagang es pisang ijo yang memanfaatkan moment ramadhan untuk meraup keuntungan. Dalam penelusurannya, tim Reportase Investigasi menemukan adanya praktik penggunaan bahan pengawet seperti borak dan pewarna tekstil dalam proses pembuatan es pisang ijo. Penggunaan bahan pengawet seperti boraks sejatinya sudah menjadi rahasia umum. Boraks adalah suatu senyawa yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Efeknya pada tubuh manusia bila dikonsumsi adalah dapat menyebabkan mual, muntah darah, gangguan pada ginjal dan lambung. Dalam praktiknya di lapangan, dengan menggunakan boraks, adonan yang digunakan untuk melapis pisang pada es pisang ijo, akan tahan lama. Sedangkan untuk campuran pewarna tekstil, para oknum biasa menggunakannya untuk menekan biaya produksi dengan menggunakan pewarna tekstil pada adonan pelapis pisang sebagai pengganti pewarna makanan. Tim Reportase Investigasi lalu berusaha melanjutkan penelusurannya, dengan mengikuti aktivitas dan

2 2 berinteraksi langsung dengan oknum penjual es pisang ijo tersebut. Dengan menyamarkan sosok dan suara oknum, tim berusaha menguak bagaimana proses produksi berjalan. Lalu setelah mendapatkan hasilnya, tim Reportase Investigasi menampilkan solusi dengan menampilkan seorang chef restoran yang akan menjelaskan bagaimana memilih antara es pisang ijo yang baik dan es pisang ijo yang mengandung bahan pengawet berbahaya. Sebenarnya masalah penggunaan bahan pengawet berbahaya seperti boraks pada jajanan pasar tradisional sudah sangat sering ditayangkan di Reportase Investigasi Trans Tv. Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 1 Januari 2006 silam, Reportase Sore menayangkan sebuah berita tentang Kasus Bakso Tikus. Dilanjutkan dengan penayangan secara ekslusif dan lebih mendalam melalui program Reportase Investigasi. Berita yang ditayangkan di acara ini mengungkapkan fakta bahwa ternyata selama ini terdapat praktik penjualan bakso yang terbuat dari daging tikus. Daging tikus tersebut dicampur dengan daging sapi, sehingga modal awal yang harus dikeluarkan untuk membuat bakso tidak banyak, dan keuntungan yang didapat dari hasil penjualan bakso tersebut lebih besar. Banyak pihak yang mengecam atas tayangan tersebut, di antaranya para pedagang bakso. Terlebih lagi, tayangan bakso tikus tersebut waktunya berdekatan dengan isu bakso yang menggunakan bahan pengawet seperti boraks dan formalin. Mereka merasa dirugikan, karena setelah penayangan acara tersebut, banyak orang yang merasa enggan untuk makan bakso karena takut bakso yang mereka makan merupakan bakso yang menggunakan campuran

3 3 daging tikus. Para pedagang yang tidak menggunakan daging tikus pun terkena dampaknya, yaitu dagangan mereka menjadi tidak laku. Selain itu, banyak pihak pula yang meragukan bahwa tayangan bakso tikus merupakan kejadian yang nyata. Tayangan itu memperlihatkan adegan si penjual bakso tikus menangkap, memotong-motong dan kemudian meraciknya untuk kemudian disantap. Ada hal menarik dari rentetan setiap tayangan Reportase Investigasi Trans TV, khususnya pada pemberitaan makanan yang berbahan pengawet berbahaya. Tayangan Reportase Investigasi di Trans Tv dinilai sering merugikan pedagan kaki lima serta bisnis usaha kecil. Hal itu dikarenakan, tayangan ini selalu menyorot kecurangan pedagang-pedagang kecil, mulai dari tukang siomay yang memakai ikan dari selokan, tukang bakso yang menggunakan daging kucing dan pengawet boraks, sampai pada kecurangan pedagang dalam hal timbangan. Tapi Trans TV sangat jarang menyorot kecurangan bisnis berskala menengah ke atas, seperti restoran dan supermarket ( TribunNews.com). Dalam keseharian nya, berita bukanlah peristiwa yang atau fakta yang riil. Berita merupakan produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam menyiarkan sebuah berita, media massa tentunya akan menyaring berita tersebut terlebih dahulu. Secara selektif, gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan (Rakhmat, 1985:229). Eriyanto (2009:122) menyebutkan Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan

4 4 cara tertentu kepada khalayak. Namun banyak fenomena yang sesungguhnya penting dan seharusnya diketahui oleh masyarakat diembargo oleh kekuasaan dan sebaliknya, banyak fakta kecil yang tidak penting justru di blow up oleh media massa, dan direproduksi secara berlebihan dalam arti melampaui apa yang dibutuhkan khalayak. Maka terjadilah ketimpangan antara realitas yang sebenarnya terjadi dengan pemberitaan di media. Karena proses penyaringan dan reproduksi tersebutlah, media bukanlah sekadar saluran yang bebas. Media merupakan subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan (Eriyanto, 2009:23). Konstruksi sebuah realitas yang dilakukan oleh media didasari oleh pandangan konstruktivis bahwa realitas yang ada di dunia ini sebenarnya bersifat plural. Hal ini disebabkan bahwa dalam menafsirkan suatu hal, setiap orang selalu menafsirkannya dengan cara yang berbeda, tergantung dari pengalaman, preferensi pendidikan, atau lingkungan sosial yang telah dialami oleh masingmasing individu. Bingkai (frame) adalah strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak media

5 5 massa. Framing merupakan metode analisis teks yang melihat bagaimana berita tersebut dikonstruksikan oleh media. Robert N. Entman melihat framing ke dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penojolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu tertentu (Eriyanto, 2002:186). Seleksi isu disini berkaitan dengan pemilihan fakta. Aspek memilih fakta tidak dapat dilepaskan dari bagaimana fakta itu dipahami oleh media. Ketika melihat suatu peristiwa, wartawan mau tidak mau memakai kerangka konsep dan abstraksi dalam menggambarkan realitas. Sedangkan penonjolan aspek tertentu dari suatu isu berkaitan dengan proses penulisan fakta, yakni pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak. Bahasa yang digunakan dalam penulisan berita dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak, atau dengan kata lain bahasa tersebut dapat membatasi perspektif seseorang dalam melihat perspektif lain dan mengarahkan bagaimana khalayak harus memahami suatu peristiwa. Asumsi awal penulis ialah realitas yang dibangun Reportase Investigasi Trans Tv sebagai sebuah media massa dalam pemberitaan kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional yang terkesan menampilkan citra buruk pedagang-pedagang kecil pasar tradisional. Di tengah mewabahnya food court, supermarket, Reportase Investigasi seolah membangun realitas sosial bahwa lapakan cepat saji seperti food court dan supermarket adalah solusi terbaik untuk menghindari para pedagang kecil yang nakal. Di food court dan supermarket, konsumen tidak lagi harus dikhawatirkan oleh masalah

6 6 kebersihan makanan yang dijual dan kebersihan tempat dia membeli. Penulis melihat konstruksi realitas di atas bisa jadi dipicu oleh adanya kepentingan besar yang sedang bermain. Asumsi kedua yakni dengan berdalih mencerdaskan masyarakat sebagai konsumen, Reportase Investigasi hadir sebagai sebuah produk jurnalisme investigasi yang mengandalkan penelusuran langsung mulai dari pra produksi sampai pasca produksi yang dilakukan oleh oknum yang mengaku pedagang. Senjata andalan Reportase Investigasi yang cukup dikenal masyarakat adalah investigasi langsung dan hasil uji laboratorium. Senjata andalan inilah yang seringkali mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Senjata ini pula yang kerap kali menjadi titik tolak opini yang akan berkembang masyarakat. Bayangkan apabila semua masyarakat merespon positif tayangan ini hanya dari kedua senjata tersebut, bukan tidak mungkin asumsi penulis mengenai konstruksi realitas Reportase Investigasi akan sangat merugikan pedagang-pedagang kecil, khususnya pasar tradisional. Dengan metode Analisis Framing dari Entman dan Gamson, penulis berusaha mengerti dan menafsirkan konstruksi realitas Reportase Investigasi dalam kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional dengan jalan menguraikan bagaiamana Trans Tv dalam membingkai kasus tersebut, dan juga berusaha melihat bagaimana ideologi media ini mengkonstruksi tayangan nya, apakah memang ada upaya media ini yang berusaha melakukan pembusukan karakter pasar tradisional dengan menampilkan

7 7 oknum pedagang yang melakukan kecurangan di tiap jajanan yang dijual, yang merugikan bahkan membahayakan konsumen, ataukah media ini hanya sematamata menyajikan tayangan yang menghebohkan masyarakat, guna menarik mata masyarakat untuk menontonnya dan menaikkan rating tayangan tersebut. Dengan mengacu pada penjelasan di atas, penulis ingin mengangkat sebuah skripsi dengan judul : Analisis Framing Pemberitaan Penggunaan Bahan Pengawet Berbahaya Pada Jajanan Pasar Tradisional Dalam Program Reportase Investigasi Trans Tv B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Reportase Investigasi Trans Tv membingkai pemberitaan jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya? 2. Bagaimana kecendrungan Reportase Investigasi Trans Tv dalam memberitakan kasus jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya? C. Tujuan dan Kegunaan Peneletian 1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

8 8 a) Pembingkaian Reportase Investigasi Trans Tv terhadap pemberitaan jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya b) Kecendrungan Reportase Investigasi Trans Tv dalam pemberitaan kasus jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya 2. Kegunaan Penelitian a) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sekaligus menambah referensi pengembangan ilmu komunikasi studi analisis media dalam hal ini framing tentang penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional. b) Kegunaan Praktis Penelitian ini adalah diharapkan mempunyai manfaat bagi mahasiswa, juga bagi jurusan ilmu komunikasi, serta dari pihak Reportase Investigasi Trans TV itu sendiri. Lebih jelasnya dapat diperinci sebagai berikut : 1. Memberi acuan kepada penulis dan yang ingin mengetahui program Reportase Investigasi Trans TV dalam mengkonstruksi isu penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional.

9 9 2. Untuk pembuatan skripsi guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 3. Menunjukkan framing (bingkai) pemberitaan yang dilakukan oleh Reportase Investigasi Trans TV sehingga bisa menjadi masukan bagi pekerja media serta menggiring masyarakat menjadi penonton yang cerdas. D. Kerangka Konseptual Media massa pada dasarnya melakukan konstruksi terhadap realitas yang ada. Upaya media massa ialah melakukan perekayasaan sehingga terbentuk realitas yang baru dari realita yang ada dan nyata. Dalam pandangan konstruksionis, media massa tidak akan pernah bisa lepas dari pemaknaan realitas. Dalam pandangan konstruksionisme, berita bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang rill atau sebenarnya. Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu baik dalam maupun luar realitas tersebut. Realitas sosial itu mempunyai makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan diberi makna secara subjektif oleh individu. Jadi individu mengonstruksi realitas sosial dan merekonstruksikannya dalam dunia nyata serta memantapkan realitas itu berdasarkan pandangan subjektif individu. Konstruksi juga sangat erat dengan kepentingan, masyarakat selalu berupaya mengenalkan diri mereka melalui hal-hal yang mereka miliki. Menurut Berger dan Luckmann (dalam Bungin, 2010: 7), realitas sosial adalah

10 10 pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Dalam hal ini, realitas dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dalam bentukan tertentu. Hasilnya pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas berita. Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai kontruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger, bersama Thomas Luckman (Eriyanto, 2009:13). Ia banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas. Tesis utama dari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Sebaliknya, manusia adalah hasil

11 11 atau produk dari masyarakat. Seseorang baru menjadi seorang pribadi yang beridentitas sejauh ia tetap berada dalam masyarakatnya. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan. Berger dalam Eriyanto (2009:14) menyebutnya sebagai momen. Ada tiga tahapan peristiwa. Pertama, eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke tempat di mana ia berada. Kedua, objektivitas, yakni hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan ekstrenalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektifitas ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya, atau kebedayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia. Setelah dihasilkan, baik benda atau bahasa sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang objektif. Bahkan ia dapat menghadapi manusia sebagai penghasil dari produk kebudayaan. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada di luar kesadaran manusia, ada di sana bagi setiap orang. Realitas objektif itu berada dengan kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang.

12 12 Ketiga, internalisasi. Proses internalisasi lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. makna bukanlah sesuatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. (Eriyanto, 2002:41) Media massa sampai saat ini berpotensi menciptakan hipperrealitas (hiperreality), yakni suatu upaya media dalam melakukan perekayasaan terhadap

13 13 makna sehingga memungkinkan terjadinya realitas semu di balik sejumlah pemberitaan yang ada. Oleh karena itu, persoalan yang terdapat dalam media tidak dapat bersifat netral. Antonio Gramsci dalam Sobur (2009:30) melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di sisi lain, media dapat menjadi alat penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas isu publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat perlawanan terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi sarana perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan. Wacana media dalam banyak kasus, terutama pemberitaan media yang berhubungan dengan peristiwa yang melibatkan pihak dominan akan selalu disertai dengan penggambaran buruk bagi yang kurang dominan. (Sobur, 2009:36). John Hartley dalam Eriyanto (2002: 131) menjelaskan bahwa narasi berita hampir mirip dengan sebuah novel atau fiksi, dimana di dalamnya ada pahlawan dan ada pula penjahat. Demikian juga dalam cerita fiksi, pahlawan baru ada kalau ada penjahat, begitupula sebaliknya, penjahat ada pahlawan akan menghentikannya. Untuk melihat bagaimana pemberitaan Reportase Investigasi Trans TV terhadap kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional, salah satu cara yang bisa digunakan untuk menangkap cara media membangun realitas beritanya ialah dengan menggunakan analisis framing.

14 14 Analisis framing adalah sebuah alat atau metode yang dapat digunakan untuk melihat cara media dalam menampilkan sebuah berita untuk khalayak dan sangat tepat untuk melihat keberpihakan, atau kecenderungan sikap politik sebuah media dalam pemberitaannya. Pada dasarnya analisis framing dipahami dan banyak digunakan dalam penelitian sebagai salah satu teknik analisis isi. Tetapi dalam perkembangannya, analisis framing telah berubah menjadi seperangkat teori yang mana sejumlah pakar komunikasi memahaminya sebagai salah satu pendekatan untuk bagaimana penguasa dibalik teks media membentuk pesan. Secara metodologi, analisis framing memiliki perbedaan yang sangat mencolok dengan analisis isi (content analysis). Analisis isi dalam studi komunikasi lebih menitikberatkan pada metode penguraian fakta secara kuantitatif dengan mengkategorisasikan isi pesan teks media. Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu muncul; seperti, apa saja yang diberitakan oleh media dalam sebuah peristiwa? Tetapi, dalam analisis framing yang ditekankan adalah bagimana peristiwa itu dibingkai (Eriyanto 2009:3). Oleh karena itu, dalam menganalisa pemberitaan Reportase Investigasi Trans TV mengenai penggunaan bahan pengawet pada jajanan pasar tradisional, penulis melihat analisis framing adalah metode yang tepat dalam melakukan penelitian. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati

15 15 strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna. Selain itu, metode ini juga dipakai untuk menganalisis isi media agar lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Entmant, dalam Eriyanto (2009: 163) melihat framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya. Menurut William Gamson dalam Eriyanto (2002: 217), dalam pandangannya wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu dan perstiwa. Pendapat umum tdiak cukup kalau hanya didasarkan pada data survai khalayak. Data-data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan bagaimana media mengemas dan menyajikan suatu isu. Sebab, bagaimana media menyajikan suatu isu menentukan bagaimana khalayak memahami dan mengerti suatu isu. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika memilah isu dan menyajikan nya. Cara pandang itulah pada akhirnya menentukan fakta yang akan diambil, bagian mana yang ditayangkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut. Gamson dan Mondigliani menyebut cara pandang tersebut sebagai kemasan (package).

16 16 Skema Kerangka Konseptual Pemberitaan Reportase Investigasi Trans TV tentang jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya Analisis Framing Model Robert N. Entman: - Define Problems - Diagnose Causes - Make moral judgement - Treatment Recomendation William A.Gamson: Visual Image Hasil Frame Pemberitaan Jajanan Pasar Tradisional berbahan pengawet berbahaya Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konseptual E. Definisi Operasional 1. Analisis Framing ialah salah satu cara menganalisis teks media untuk atau mengetahui cara Trans TV khususnya dalam program Reportase Investigasi dalam mengangkat isu penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional dan aspek apa yang ingin ditonjolkan dari peristiwa/isu tersebut. Analisis framing yang digunakan adalah analisis dari Robert Entman dan William A. Gamson. Konsep Entman digunakan untuk mengidentifikasi masalah, melihat penyebab masalah tersebut, dan

17 17 argumentasi yang diusung media dalam menyikapi masalah tersebut. Sedangkan konsep William A. Gamson digunakan sebagai metode analisis pendukung, dengan melihat makna-makna visual seperti gambar dan ilustrasi yang mendukung pemaknaan wacana yang diangkat oleh media. 2. Pemberitaan Penggunaan Bahan Pengawet Berbahaya pada Jajanan Pasar Tradisional merupakan laporan tentang adanya penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional yang telah mengalami proses penyuntingan dari redaksi dan ditayangkan ke publik melalui Trans TV melalui program Reportase Investigasi 3. Reportase Investigasi Trans TV merupakan salah satu program berita Trans TV yang mengangkat isu-isu yang berkembang di masyarakat seperti kasus penggunan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional dan pemberitaan nya disajikan melalui proses penelusuran secara mendalam. F. Metode Penelitian 1. Obyek dan waktu penelitian Objek penelitian ini adalah Tayangan Reportase Investigasi mengenai pemberitaan kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya pada makanan selama bulan Oktober hingga Desember Adapun tayangan-tayangan yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Kenyalnya siomay berbahaya (6 Oktober 2012)

18 18 2. Jajanan pasar pengundang kanker (10 November 2012) 3. Hati-hati cuanki berbakteri (8 Desember 2012) 4. Bahaya dibalik warna (9 Desember 2012) 5. Waspada daging bakso babi (16 Desember 2012) Waktu penelitian selama bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati Bogdan & Taylor dalam Moeloeng (2002: 3). Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata/gambar dan bukan angkaangka. Hal ini dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu (Moeloeng, 2002: 6). Format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik

19 19 realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. (Bungin, 2010: 68). 3. Metode Analisis Metode analisis framing pemberitaan Trans Tv dalam program Reportase Investigasi tentang jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya, sesuai dengan keempat struktur dalam perangkat framing model Robert Entman yaitu : Problem Identification atau difine problems. Langkah pertama dalam menganalisa suatu teks atau agenda pemberitaan yang dibentuk oleh media pada awalnya mengidentifikasi dan memahami masalah sehingga pada akhirnya memutuskan untuk mengangkat persoalan tersebut ke depan khalayak. Singkatnya, bagaimana suatu peristiwa dilihat?, sebagai apa?, atau sebagai masalah apa?. Casual Interpretation atau Diagnosa causes, yaitu membingkai siapa aktor penyebab masalah. Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?, apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Setelah dua tahapan di atas, Entman juga mengurai Moral Evaluation dibalik berita, yaitu proses telaah yang dilakukan untuk merumuskan landasan pembenaran atau argumentasi secara moral demi menguatkan struktur gagasan yang telah dibangun. Gagasan

20 20 tersebut menurut Entman harus berhubungan secra emosional dengan khalayak. Kemudian terakhir, Treatment Reccomendation, yaitu tahapan merumuskan kehendak akhir dari seorang jurnalis atau media untuk menuntaskan sebuag peristiwa. Dilengkapi dengan analisis dari William A. Gamson dengan mengambil salah satu dari beberapa perangkat framingnya yaitu Visual Image, yang analisisnya lebih mengutamakan berupa gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang disampaikan. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah diperoleh melalui pengamatan terhadap tayangan Reportase Investigasi yakni data audio visual (video) dari pemberitaan Trans TV mengenai kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional. Untuk melengkapi data primer penelitian, maka ditunjang dengan berbagai referensi atau sumber dokumentasi seperti buku-buku jurnal, laporan penelitian dokumen-dokumen, makalah dan surat kabar serta berbagai informasi dari media online / internet.

21 21 5. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis framing berdasarkan model Robert Entman dengan keempat elemen analisisnya dan sebagai pendukung analisis media TV yaitu salah satu elemen dari model William A. Gamson yakni Visual Image. Analisis framing merupakan salah satu cara menganalisis media untuk mengetahui realitas yang dikonstruksi atau dibingkai oleh media. Dalam kaitan dengan permasalahan penelitian ini, analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana Reportase Investigasi Trans TV membingkai pemberitaan kasus jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya. Melalui analisis ini ingin diketahui seperti apa realitas yang dikonstruksi oleh Reportase Investigasi Trans TV dalam menyajikan pemberitaannya mengenai kasus penggunaan bahan pengawet berbahaya pada jajanan pasar tradisional. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluar (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari

22 22 isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih, dari isu bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Sumber : Eriyanto, 2009:187 Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Define Problems (pendefinisian masalah) Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah) Make moral judgement (membuat keputusan moral) Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Eriyanto, 2002: 188 Bagaimana suatu peristiwa /isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah? Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah? Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame / bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan.

23 23 Diagone causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Contoh gerakan mahasiswa, kalau wartawan memaknai demonstrasi mahasiswa sebagai upaya pertahanan diri, dalam teks berita bisa dijumpai serangakaian pilihan moral yang diajukan. Misalnya disebut dalam teks, mahasiswa adalah kelompok yang tidak mempunyai kepentingan, dan berjuang di garis moral. Element framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Analisis framing dari Entman dalam kasus pemberitaan jajanan pasar tradisional berbahan pengawet berbahaya dalam program Reportase Investigasi Trans TV diperkuat dengan menggunakan salah

24 24 satu perangkat analisis framing dari Gamson yakni Visual image. Karena membahas bentuk gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan bahkan bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan, sehingga lebih mendekati terhadap objek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme bukanlah hal yang baru, tetapi menjadi aktual kembali terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak mulai kuat berhembus setelah rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum (Pemilu) tanggal 9 Juli 2014 adalah kompetisi pemilihan presiden sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoristisuntuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jasse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh banyak negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan telah menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosial Konsep framing berdasarkan dari Teori Konstruksi Sosial, itulah sebabnya mengapa teori Kontruksi Sosial ini digunakan dalam penelitian ini. Teori Konstruksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat 44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi

Lebih terperinci

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Modul Perkuliahan IX Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing Fakultas 09ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah suatu Frame of Meaning (Servaes, 1993 : 79). Paradigma sering disebut juga pendekatan, persfektif, metode atau teori. Kita mengenal tiga kategori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori yang membedakan dengan media konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis nyaris bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam berbagai aspek, paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari. Ia merupakan suatu kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat dan Jenis Penelitian Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan deskriptif, Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Massa Komunikasi massa merupakan proses organisasi media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism

BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism BAB III METODOLOGI 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisnya. Paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.  dan  dengan mengamati teks online BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini, objek penelitian dilakukan terhadap dua media yaitu www.tempo.co dan www.suara-islam.com dengan mengamati teks online pemberitaaan RUU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Judul penelitian ini adalah : Konstruksi Nilai Rancangan Pesan ESQ 165 Dalam Pembangunan Karakter Indonesia Emas (Analisis Framing Program Indonesia Emas

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS II.I MEDIA MASSA DAN KONSTRUKSI REALITAS Teori yang dikembangkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman yaitu, seorang pakar sosiologi ini berpandangan bahwa realitas tidak dibentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa Definisi komunikasi Massa yang dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI Oleh : ARIS SAPTAHADI 0543010011 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Sosial Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif dimana, penelitian memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empirik

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada dasarnya penelitian itu merupakan usaha menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 pada skh Lampung Post,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI.

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI. Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana penelitian ini berusaha melihat konstruksi realitas sosial yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

LOGO Oleh: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si

LOGO Oleh: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA DAN KONSTRUKSI SOSIAL Oleh: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si 1. Teori Stimulus Respon (Dennis McQuail) Efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Elemen utama dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social

BAB II URAIAN TEORITIS. komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Media Massa dan Konstruksi Sosial Realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial dalam proses komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tabel.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, peneliti harus belajar dari peneliti lain untuk menghidari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula

BAB I PENDAHULUAN. Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula Israel menciptakan malapetaka terhadap warga Palestina, khususnya Umat Muslim. Pengusiran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa 2.2 Framing

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa 2.2 Framing BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa Media massa dapat diartikan sebagai sarana pembawa pesan kepada khayalak. Media massa terdiri dari media cetak berupa koran dan majalah serta media elektronik berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik antara dua institusi Negara seperti penyerangan Markas Polres oleh TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya sepanjang 10

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

BAB II URAIAN TEORITIS. teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah BAB II URAIAN TEORITIS Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat konsrtuksi dari iklan. Menurut Bogdan dan Taylor bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Onong Uchyana Effendy (2003) meemberikan pengertian bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan penelititan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Betapa tidak, kegiatan dimaksud selalu hadir di tengah-tengah masyarakat sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Betapa tidak, kegiatan dimaksud selalu hadir di tengah-tengah masyarakat sejalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah lama dikenal manusia di dunia ini. Betapa tidak, kegiatan dimaksud selalu hadir di tengah-tengah masyarakat sejalan dengan

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS) KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS) ABSTRAK Skripsi ini berjudul Konstruksi Berita Pelanggaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Teori yang digunakan 2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa Televisi sebagai suatu bentuk media massa memiliki karateristik tersendiri yang berbeda dengan media massa lainnya. Bentuk

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA 1Pratiwi Asri, 1 Abdurrahman Jemat, M.S. 1Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci