BAB I PENDAHULUAN. perbuatan hukum adalah kecakapan. (telah berusia 21 tahun) dan berakal sehat. 2 Orang-orang yang dianggap
|
|
- Suhendra Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batas usia merupakan salah satu syarat penting dalam melakukan suatu perbuatan hukum. KUHPerdata Pasal 1320 menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian adalah sepakat karena mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Berkaitan dengan batas usia, dalam syarat sahnya perjanjian yang notabene merupakan syarat sahnya melakukan suatu perbuatan hukum adalah kecakapan. Cakap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sanggup melakukan sesuatu 1, sedangkan cakap hukum adalah cakap dalam melakukan suatu perbuatan hukum yaitu orang dewasa menurut hukum (telah berusia 21 tahun) dan berakal sehat. 2 Orang-orang yang dianggap tidak cakap menurut hukum ditentukan dalam Pasal 1330 KUHPerdata, yaitu orang yang belum dewasa dan orang yang ditaruh di bawah pengampuan. Dengan demikian seseorang yang dengan niatan untuk sah dalam melakukan tindakan yang berakibat hukum yang sempurna adalah orang yang cakap hukum. Agar orang setiap kali akan melakukan suatu perjanjian tidak perlu menyelidiki terlebih dahulu apakah lawan janjinya tersebut cakap bertindak atau tidak, maka oleh undang-undang ditetapkan 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia online, 2 Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsong, 2007, Hukum Dalam Ekonomi, Ctk. Kedua, Grasindo, Jakarta, hlm.8 1
2 2 sekelompok orang-orang, yang dimasukkan dalam kelompok mereka yang cakap, yaitu orang sudah dewasa dan sebaliknya sekelompok orang yang tidak cakap bertindak, yaitu mereka yang belum dewasa dan orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan. 3 Ketentuan mengenai batas usia kedewasaan seseorang berbedabeda di setiap lingkup pengaturannya yang disesuaikan dengan kepentingan dalam bidang-bidang tersebut. KUHPerdata sebagai Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang merupakan cikal bakal pengaturan mengenai hukum keperdataan di Indonesia menyebutkan, usia dewasa adalah 21 tahun diatur dalam Pasal 330 KUHPerdata. Pasal ini menyebutkan bahwa, belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tak lebih dahulu telah kawin. Namun apabila dikaji lebih jauh lagi batasan usia dewasa 21 tahun tersebut yang berasal dari Pasal 330 KUHPerdata, sebenarnya Pasal tersebut tidak mengatur batas usia dewasa, tapi mengatur kebelum dewasaan, disebutkan belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Disusul dengan lahirnya Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang menimbulkan suasana baru dalam Hukum Keluarga di Indonesia, karena Undang-undang tersebut tidak hanya mengatur tentang bidang perkawinan saja, tetapi juga termasuk mengatur tentang Hukum Keluarga seperti status anak, kedewasaan serta tanggung jawab orang tua 3 J. Satrio, 1999, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, Citra Aditya Bakti, Bandung,, hlm. 55
3 3 terhadap anak dan anak terhadap orang tua, dan tentang perwalian anak. Meskipun dalam pelaksanannya Undang-undang ini masih memerlukan sebuah peraturan pelaksana untuk mengaturnya, tetapi Undang-undang ini sudah cukup untuk dijadikan sebagai dasar-dasar Hukum Keluarga Nasional. Undang-undang Perkawinan ini menyebutkan dalam Pasal 47 bahwa, anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Pasal ini mengartikan bahwa apabila seorang anak yang belum mencapai setidaknya umur 18 (delapan belas) tahun maka, seorang tersebut masih dianggap sebagai anak dibawah umur atau belum dewasa yang masih dibawah kekuasaan orang tua atau memerlukan perwalian. Terlepas dari KUHPerdata dan Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang batasan usia dewasa seseorang dalam melakukan perbuatan hukum, terdapat beberapa Undangundang lainnya yang turut mengatur mengenai batasan usia dewasa, yaitu Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014, Pasal 39 (1) huruf a, menyebutkan bahwa penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut, paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah. UUPA (Undang-undang Pokok Agraria) dalam SK Mendagri Dirjen Agraria Direktorat Pendaftaran Tanah (Kadaster) Nomor Dpt. 7/539/7-77, menyebutkan mengenai soal dewasa dapat diadakan pembedaan dalam:
4 4 1. Dewasa politik, misalnya adalah batas umur 17 tahun untuk dapat ikut Pemilu; 2. Dewasa seksuil, misalnya adalah batas umur 18 tahun untuk dapat melangsungkan pernikahan menurut Undang-Undang Perkawinan yang baru; 3. Dewasa hukum. Dewasa hukum dimaksudkan adalah batas umur tertentu menurut hukum (tertentu) yang dapat dianggap cakap bertindak dalam hukum. Berbeda dengan peraturan dalam Hukum Islam mengenai kedewasaan. Hukum Islam mengenal, usia dewasa dengan istilah baligh. Prinsipnya, seorang laki-laki yang telah baligh jika sudah pernah mimpi basah (mengeluarkan sperma). Berbeda dengan seorang perempuan disebut baligh jika sudah pernah menstruasi. Nyatanya, cukup sulit memastikan pada usia berapa seorang lelaki bermimpi basah atau seorang perempuan mengalami menstruasi. Dalam rangka mengatasi hal tersebut, menurut pendapat A. Djazuli, Koordinator Tim Penyusun Draft Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), memandang bahwa harus adanya pemberian batasan usia untuk kepastian hukum, sebab hal ini berkaitan kecakapan hukum. 4 Dilihat dari contoh peraturan mengenai batasan usia dewasa seseorang diatas, dapat diketahui adanya perbedaan mengenai batasan umur usia dewasa. Perbedaan tersebut mengacu pada setiap kepentingan 4 A. Djazuli, diakses tanggal 20 Januari 2015.
5 5 individu atau kelompok yang berbeda-beda. Namun perbedaan ketentuan batasan kedewasaan seseorang tersebut berdampak pada perbuatan hukum itu tersendiri. Secara hukum, mengenai batasan kedewasaan seseorang mengakibatkan tidak adanya keseragaman dalam penentuan batasan umur kedewasaan dan menyebabkan adanya benturan dalam penyelesian masalah hukum. Masalah hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah dalam hal benturan kepentingan dalam pembuatan akta Notaris dan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Mengenai batasan umur kedewasaan di bidang Notaris jelas diatur dalam Pasal 39 (1) huruf a UUJN yaitu usia 18 tahun atau telah menikah, sedangkan dalam bidang PPAT sejauh ini belum menentukan dan menetapkan batasan umur kedewasaan seseorang dalam hal membuat akta PPAT. Hal ini menyebabkan dimungkinkannya terjadinya benturan parameter usia dewasa khususnya dalam pembuatan Akta Pertanahan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan kapasitas pejabat tersebut sebagai Notaris dan PPAT. Namun pada tanggal 26 Januari 2015 Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN telah mengeluarkan Surat Edaran nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan. Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN ini ditetapkan bahwa batas usia dewasa untuk dapat melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan adalah 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin. Telah diterbitkannya surat edaran tersebut
6 6 maka benturan kepentingan dalam hal pembuatan akta notaris dan PPAT tersebut diharapkan sudah tidak terjadi lagi. Permasalahan yang dirasa akan timbul dengan diterbitkannya surat edaran BPN ini adalah, bagaimana bentuk akibat yang timbul bagi kepentingan-kepentingan yang merupakan pelaksana dari peraturan dalam surat edaran BPN tersebut dalam hal pembuatan akta PPAT terutama bagi PPAT yang belum menerapkan peraturan sesuai dalam SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tersebut. Perihal baru diterbitkannya Surat Edaran oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN tersebut yakni SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015, maka dirasa akan terlihat berbagai macam permasalahan yang akan ditemukan dalam proses penerapannya di Indonesia khususnya di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Permasalahan tersebut tertuju pada SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN yang merupakan peraturan terbaru yang diterbitkan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN tentang batas usia dewasa dalam rangka pelayanan pertanahan. Dengan adanya permasalahan tersebut diatas, maka penulis menganggap hal ini menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
7 7 1. Bagaimanakah pelaksanaan SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan dalam pembuatan akta-akta PPAT oleh PPAT di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana akibat hukum pada PPAT di Kabupaten Sleman yang belum menerapkan peraturan SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan penulis, terdapat 2 (dua) penelitian yang berkaitan dengan PENGARUH BERLAKUNYA SE MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN NOMOR 4/SE/I/2015 TERHADAP PELAKSANAAN PENGALIHAN HAK-HAK ATAS TANAH PADA PROFESI PPAT DI KABUPATEN SLEMAN yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu: 1. ENYDA, 2010, Peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Mitra Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam Pendaftaran Tanah, Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Rumusan Masalah:
8 8 a. Bagaimana peranan PPAT sebagai mitra BPN dalam melaksanakan pendaftaran tanah? b. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh PPAT sebagai mitra BPN untuk pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah di Kota Padang? c. Apakah usaha-usaha yang dilakukan oleh PPAT dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah di Kota Padang? Hasil Penelitian: Secara yuridis peranan PPAT sebagai mitra BPN tidak diatur, PPAT hanya berperan apabila diminta oleh pihak Kantor Pertanahan adapun mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh PPAT sebagai mitra BPN adalah adanya ketidak setujuan diantara anggota apabila tanah peralihan tersebut merupakan tanah adat, tidak adanya kesepakatan mengenai jumlah uang jasa PPAT antara pemilik tanah dan Pejabat Pembuat Akta Tanah, pihak yang melakukan pengalihan hak atas tanah belum melaksanakan kewajibannya dalam hal pembayaran pajak, belum seragamnya persepsi tentang peraturan peralihan hak atas tanah oelh beberapa lembaga, seperti Kantor Pertanahan, PPAT, dan Kantor Pelayanan Pajak. Usaha-usaha yang dilakukan oleh PPAT dalam mengatasi kendala-kendala tersebut adalah menyerahkan cara penyelesaian kepada seluruh pihak.
9 9 2. Muhammad Ferial, 2009, Pelaksanaan PengawasanTerhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah oleh Badan Pertanahan Nasional di Kota Makassar, Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Rumusan Masalah: a. Apakah pengawasan PPAT oleh BPN di Kota Makassar telah terlaksana sesuai dengan peraturan yang berlaku? b. Faktor-faktor apakah yang menjadi kendala bagi BPN dalam melaksanakan pengawasan terhadap PPAT di Kota Makassar? Hasil Penelitian: Pengawasan yang dalam hal ini berbentuk pemeriksaan, dilakukan oleh BPN dan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di Kota Makassar terhadap PPAT tidak dilakukan sesuai dengan apa yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku karena, tidak dilakukan secara periodik dan menyeluruh, sementara telah diatur dalam melakukan pengawasan dalam bentuk pemeriksaan di kantor PPAT harus dilakukan BPN secara menyeluruh dan periodik. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor penghambat yaitu minimnya dana yang disediakan oleh BPN di Kota Makassar sebagai biaya operasional dalam pelaksanaan pengawasan, sumber daya manusia yang membidangi ke-ppat-an dalam Kantor Pertanahan dan BPN sangat kurang di
10 10 Kota Makassar, dan manajemen waktu pada Kantor Pertanahan dan BPN di Kota Makassar belum tertata rapi sehingga menjadi sulit dalam membagi pengerjaan didalam dan diluar Kantor Pertanahan dan BPN. Pada tesis ini yang menjadi kesamaan ialah pelaksanaan pengawasan Badan Pertanahan Nasional (Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN) terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah dan untuk mengetahui fakor-faktor yang menjadi penghambat bagi pelaksanaan pengawasan oleh Badan Pertanahan Nasional (Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN) terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah yang menjadi dasar pembahasan dalam thesis ini. Namun terdapat perbedaan mengenai waktu, objek penelitian, dan pembahasannya. Perbedaan teresebut yaitu penelitian ini dilakukan sebelum diterbitkannya SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan yang merupakan dasar penetapan batas usia dewasa dalam melakukan perbuatan hukum dalam hal ini membuat akta tanah, sedangkan penelitian yang akan dibuat oleh penulis adalah penerapan dan kesiapan bagi Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN dan PPAT dalam pembuatan akta pengalihan hak atas tanah setelah diterbitkannya SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN tersebut. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan dan dibandingkan dengan judul- judul tersebut diatas, penelitian mengenai Pengaruh Berlakunya SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015
11 11 Terhadap Pelaksanaan Pengalihan Hak-Hak Atas Tanah Pada Profesi PPAT di Kabupaten Sleman, belum pernah dilaksanakan oleh peneliti lain. Dengan demikian penulis berpendapat bahwa penelitian ini adalah asli. Namun demikian, sekiranya pernah dilakukan penelitian-penelitian terdahulu yang mengangkat mengenai Pengaruh Berlakunya SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan Terhadap Pelaksanaan Pengalihan Hak-Hak Atas Tanah Pada Profesi PPAT di Kabupaten Sleman, dan penelitian-penelitian terdahulu tersebut jelas sangat bermanfaat bagi penelitian ini, besar kemungkinan bahwa pada bagian tertentu pada penelitian ini juga merupakan kelanjutan dari penelitian tersebut. Penulis mengharapkan penelitian ini dapat melengkapinya. D. Tujuan Penelitian Penulis mengidentifikasikan beberapa tujuan dari penelitian tesis ini, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan PPAT di Kabupaten Sleman dalam menerapkan peraturan yang telah diatur dalam SE Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan pada akta tanah yang dibuat oleh PPAT. 2. Untuk mengetahui akibat hukum apa yang akan diterima oleh PPAT yang tidak menerapkan SE Menteri Agraria dan Tata
12 12 Ruang/Kepala BPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang Batasan Usia Dewasa Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan dalam akta PPAT yang dibuatnya. E. Manfaat Penelitian Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan bagi ilmu pengetahuan maupun pembangunan masyarakat luas, dengan kata lain penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kegunaan akademik maupun kegunaan praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan b. Salah satu usaha untuk memperbanyak wawasan dan pengalaman serta menambah pengetahuan tentang bidang ke-ppat-an c. Dapat bermanfaat dalam mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya di samping itu dapat digunakan sebagai pedoman penelitian yang lain. 2. Manfaat Praktis a. Dapat menjadi masukkan bagi pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan hukum khususnya dalam hal pengesahan Surat Edaran serta masukkan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN pada khususnya dalam
13 13 menjalankan jabatannya untuk mengatur pelaksanaan jabatan PPAT yang merupakan mitra BPN dalam hal pertanahan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa, dosen, PPAT dan pembaca lain yang tertarik maupum berkepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di bidang ke-ppat-an.
BAB I PENDAHULUAN. batasan usia dewasa. Berbagai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan, perlu adanya kejelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan manusia lain dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peralihan hak atas tanah merupakan suatu perbuatan hukum yang dilakukan dengan tujuan untuk mengalihkan hak kepemilikan atas tanah dari pemiliknya kepada pihak
Lebih terperinciKEBERAGAMAN PENGATURAN BATAS USIA DEWASA SESEORANG UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
KEBERAGAMAN PENGATURAN BATAS USIA DEWASA SESEORANG UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Agustinus Danan Suka Dharma Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak milik atas tanah sangat penting bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat yang sedang membangun ke arah perkembangan industri. Tanah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Fungsi tanah begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah merupakan modal bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan hal yang sangat kompleks karena menyangkut banyak segi kehidupan masyarakat. Setiap orang hidup membutuhkan tanah, baik sebagai tempat tinggal maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan disegala bidang ekonomi oleh masyarakat memerlukan dana yang cukup besar. Dana tersebut salah satunya berasal dari kredit dan kredit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada sebagian orang, tanah dianggap sesuatu yang sakral karena adanya keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati pula tanah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari hubungan manusia lainnya hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan mahkluk sosial. Interaksi atau hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan pejabat umum yang kedudukannya sangat dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari suatu perbuatan hukum
Lebih terperinciini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya tanah bagi setiap bangsa di dunia semakin penting, hal ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai peranan yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan dengan tegas, dalam Pasal 1 angka 3, bahwa Indonesia adalah Negara yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Pada tahun 2015 Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pelayanan Terpadu Sidang Keliling Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai anak sah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status anak dalam hukum keluarga dapat dikategorisasikan menjadi dua macam yaitu: anak yang sah dan anak yang tidak sah. Pertama, Definisi mengenai anak sah diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini dapat terbilang cukup pesat, khususnya pada sektor perekonomian.indonesia adalah contoh negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS
PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS Bambang Eko Mulyono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan. ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian merupakan instrumen penting dalam membangun negara yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan tetapi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian di Indonesia semakin berkembang dari waktu ke waktu, banyak masyarakat yang mencoba peruntungannya dalam dunia usaha, salah satunya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. antar warga negara, yakni antara individu satu dengan individu yang lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum 1 yang menganut pada keyakinan dan keteguhan bahwa kekuasaan negara harus tunduk dan dijalankan atas dasar hukum. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau salah satunya sudah meninggal, maka anak yang masih di bawah umur
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak merupakan harapan orang tua untuk meneruskan keturunan dan kehidupannya. Orang tua hidup dan bekerja demi anak keturunannya. Kesemuanya itu digunakan demi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1 Hal itu menegaskan bahwa pemerintah menjamin kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bertambahnya jumlah pejabat umum yang bernama Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak asing lagi dengan keberadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Tanah dimaknai sebagai sumber kehidupan bagi manusia karena disinilah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki posisi yang sangat strategis dan sebagai kebutuhan yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan manusia bersentuhan dengan tanah.
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di Indonesia terkait dengan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia di setiap tahunnya, maka berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial guna mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam perkembangannya membentuk organisasi atau badan sosial guna mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut, sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pokok permasalahan utama. Instruksi Gubernur tersebut pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Instruksi Gubernur DIY PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 yang berisikan larangan kepemilikan bagi WNI nonpribumi / WNI keturunan menjadi pokok permasalahan utama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998
Lebih terperinciARTIKEL. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) OLEH : PUTRI TANIA CLARIZKA NIM :
0 SYARAT UMUR UNTUK MELAKSANAKAN PERKAWINAN DAN MENGHADAP NOTARIS DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBUATAN PERJANJIAN KAWIN ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata rumah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mahal, padahal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kebijakan pemerintah terhadap jabatan notaris, bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Negara R.I. tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau mendasar. Faried Ali menjelaskan :... Manusia pada hakikatnya menghendaki keteraturan baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris sebagai pejabat umum merupakan salah satu organ Negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisnis perumahan di perkotaan maupun di pinggiran merupakan sektor yang sangat menjanjikan. Dewasa ini banyak orang yang membeli rumah di perumahan untuk
Lebih terperinciBAB I. Kepastian Hukum Pengaturan Tata Cara Pengisian Blanko Akta Pejabat. Pembuat Akta Tanah di Indonesia
BAB I Kepastian Hukum Pengaturan Tata Cara Pengisian Blanko Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah di Indonesia A. Latar Belakang Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial. Artinya setiap manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain, bahkan sejak manusia lahir, hidup dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesepakatan-kesepakatan di bidang ekonomi. Kesepakatan-kesepakatan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Transaksi bisnis, dewasa ini sangat berkembang di Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi untuk melakukan suatu transaksi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun pengangkutan barang barang dan hasil
Lebih terperinciialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah
2 suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dasar pertimbangannya ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Landasan hukum terhadap eksistensi atau keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 1998
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap persepsi yang berbeda, perbedaan-perbedaan tersebut dapat pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah, tanah merupakan lapisan terluar permukaan bumi yang selalu menjadi perdebatan, ketika esensi akan tanah tersebut menjadi obyek sengketa terhadap persepsi yang
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :
PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh : DAYA AGENG PURBAYA ABSTRAKSI Masyarakat awam kurang mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah permukaan bumi yang dalam penggunaannya meliputi juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah adalah permukaan bumi yang dalam penggunaannya meliputi juga sebagian tubuh bumi yang ada di bawahnya dan sebagian dari ruang yang ada di atasnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris (negara pertanian) yang sebagian besar masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhannya dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok akan berusaha agar tatanan kehidupan masyarakat seimbang dan menciptakan suasana tertib, damai, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciSURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017
SURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia adalah negara yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Setiap orang sangat mendambakan dan menghargai suatu kepastian, apalagi kepastian yang berkaitan dengan hak atas sesuatu benda miliknya yang sangat berharga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum. berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat memerlukan kepastian hukum. Selain itu, memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, seiring meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pewarisan adalah proses peralihan harta kekayaan dari seseorang yang telah meninggal dunia sebagai pemberi kepada para ahli warisnya sebagai penerima. 1 Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem hukum. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hal yang sangat diperlukan adalah ditegakkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum perdata mengenal mengenal tentang adanya alat-alat bukti. Alat bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu mempunyai berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya dimana kebutuhan tersebut kadangkala bertentangan dengan kebutuhan dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD) 1945, Pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada tanah. Dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, antara lain sebagai tempat tinggal, tempat untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan manusia dan tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. 1 Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan dengan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan tanah diselenggarakan atas dasar peraturan perundangundangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan mengenai waris merupakan persoalan yang tidak dapat dilepaskan dari masalah yang terkait dengan bukti sebagai ahli waris. Bukti sebagai ahli waris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktifitas bisnis merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik di bidang hukum, ekonomi, sosial dan politik. Dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat untuk menetap, tetapi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebutan SV UGM terbentuk berdasarkan Peraturan Rektor UGM No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada atau yang dikenal dengan sebutan SV UGM terbentuk berdasarkan Peraturan Rektor UGM No. 518/P/SK/HT/2008 tentang Sekolah Vokasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanah merupakan salah satu sumber daya alami penghasil barang dan jasa, tanah merupakan kebutuhan yang hakiki dan berfungsi sangat penting bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai keperluan semakin meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan
Lebih terperinci