BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yodium Yodium adalah bahan baku pembuatan hormon Tiroksin (T4), sedangkan tempat pembuatannya adalah di dalam kelenjar tiroid. Produksi Triiodotironine (T3) tergantung dari hormon tiroksin (T4). Pada kondisi defisiensi Yodium, Hyphothalamus akan merangsang produksi TSH untuk menstimulasi kelenjar tiroid memproduksi hormon T1, T2, T3, T4. Tiroid beradaptasi pada saat defisiensi yodium tergantung fleksibilitas kelenjar tiroid pada setiap tahap metabolisme yodium dan pada kemampuan untuk meningkatkan efisiensi melalui stimulasi TSH. Yodide adalah elektron tunggal negatif sebagai komponen hormon tiroksin pada mamalia. Yodium terdapat dalam makanan dalam bentuk yodide, yang secara umum berikatan dengan asam amino. Yodide diserap usus dengan cepat dan diasimilasi oleh kelenjar Tiroid untuk digunakan dalam produksi hormon tiroksin. Jalur ekskresi yodium melalui urin. Yodium dalam urin adalah indikator akurat yang menggambarkan asupan yodium harian (Tom Brody, 1994, dalam Rusnelly, 2006). Asupan yodida dengan kadar μg/hari secara esensial tidak menyebabkan keracunan, tapi asupan lebih dari 2 gram (2000 μg/hari) dapat mengganggu produksi hormon tiroksin. Selain itu orang-orang dalam kondisi defisiensi yodium dalam jangka waktu lama dan penderita gondok yang membutuhkan asupan yodium apabila jumlah asupan yodium terlalu tinggi dapat menyebabkan hipertiroid (Zimmermann, 2000). 6

2 Absorpsi Yodium Yodium diabsorpsi dalam bentuk Iodida, sedangkan ekskresi dilakukan melalui ginjal dan jumlahnya tergantung dari jumlah konsumsi. Pada makanan hewani hanya separuh dari yodium yang dikonsumsi dapat diabsorpsi sebab bentuk ikatannya organik. Di dalam darah, yodium terdapat dalam bentuk bebas dan terikat protein. Pada orang dewasa yang sehat mengandung mg yodium, 70-80% diantaranya berada di kelenjar tiroid. Di dalam kelenjar ini yodium digunakan untuk mensintesis hormon T3 dan T4 jika diperlukan serta kelenjar ini harus menangkap 60 µg yodium sehari guna memelihara persediaan tiroksin melalui transport aktif atau pompa yodium yang diatur langsung oleh hormon TSH dan hormone tirotrofin (TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus pada kelenjar pituitary guna mengatur ekskresi tiroid. Hormon tiroksin kemudian dibawa ke sel-sel sasaran dan hati yang kemudian pecah dan bila diperlukan yodium dapat kembali digunakan. Adanya hormon tiroksin dalam darah diatur oleh hipotalamus melalui pengontrolan hormon TSH. Kelebihan yodium terutama akan dikeluarkan melalui urin dan sebagian kecil juga dikeluarkan melalui feses yang berasal dari empedu (Almatsier, 2010). Gambar 2. 1 Metabolisme Yodium Sumber : Greenspan (2004) dalam Gunung (2007)

3 8 Gambar 2.1 menunjukkan metabolisme yodium dalam tubuh pada individu sehat dengan asupan yodium sebesar 500 mcg/hari. Hampir seluruh yodium di ekskresikan melalui urin (485 mcg atau 97%) dan hanya sebagian kecil (12 mcg atau 3% diekskresikan melalui feses. Dan pada individu yang sehat, jumlah konsumsi yodium dianggap sama dengan jumlah ekskresi yodium Fungsi Yodium Hormon yang merupakan bagian integral dari yodium adalah T3 dan T4, yang memiliki fungsi sebagai pengatur pertumbuhan dan perkembangan. Setiap kecepatan sel yang menggunakan oksigen diatur oleh hormon tiroksin dan merangsang metabolisme hingga 30%. Selain mengatur pertumbuhan dan perkembangan hormon tersebut sangat membantu dalam mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein dan absorpsi karbohidrat dari saluran cerna kemudian dalam sintesis kolesterol darah (Almatsier, 2010) Sumber Yodium Yodium sebagian besar berasal dari laut, salah satu contoh bahan makanan tersebut adalah garam beryodium yang merupakan makanan dengan fortifikasi yodium, ikan, rumput laut, sarden, tuna, kerang, salmon, dan udang. Ganggang laut juga merupakan makanan yang kaya akan yodium. Kelebihan yodium akan disekresikan melalui urin, keracunan akan terjadi jika asupan terus-menerus berlebihan. Kelebihan asupan yodium pada penggunaan suplementasi dan pengobatan, dapat menurunkan fungsi tiroid. Kelebihan yodium juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid seperti halnya kekurangan

4 9 yodium, selain itu kelebihan yodium juga dapat menyebabkan tertutupnya jalan pernafasan sehingga menimbulkan sesak nafas (Almatsier, 2010). Angka kecukupan yodium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2. 1 Kecukupan Yodium Yang Dianjurkan Golongan Umur AKI* (mg) Golongan Umur AKB (mg) 0-6 bl 90 Wanita : bl th th th th th th th th 150 Pria th th th th th 150 Hamil : th th 150 Menyusui : th bl th bl + 50 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 (Almatsier, 2010) *Angka Kecukupan Yodium Penyebab Defisiensi Adapun faktor risiko penyebab timbulnya masalah GAKY adalah rendahnya kandungan yodium pada air minum (0,89-1,47 ppm). Tingginya tingkat konsumsi makanan misalnya umbi-umbian yang mengandung zat goitrogenik, cara pengolahan ikan yang menurunkan kadar yodium serta penggunaan garam yang tidak beryodium ataupun yang kurang memenuhi syarat. Selain itu khususnya pada daerah dataran tinggi, banyaknya kasus GAKY dapat disebabkan karena rendahnya kandungan yodium dalam air dan tanah yang disebabkan oleh banjir sehingga yodium terbawa ke dataran rendah (Bachtiar, 2009).

5 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Kekurangan yodium yang menyebabkan gondok telah diketahui sejak lama. Pada awalnya gondok endemik disama artikan dengan GAKY, namun saat ini, karena gondok merupakan sebagian kecil dari spektrum GAKY maka Iodine defisiensi disorder (IDD) atau gangguan akibat kekurangan yodium yang merupakan istilah tepat untuk menggambarkan akibat defisiensi yodium (Bachtiar, 2009). Defisiensi yodium disebabkan karena kurangnya asupan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Ion yodida dioksidasi oleh sinar matahari menjadi yodium elemental yang mudah menguap, sehingga setiap tahun kurang lebih ton yodium berpindah dari laut kedaratan. Konsentrasi yodida di air laut lebih kurang 50 µg per liter. Masalah berkurangnya yodium pada tanah menimbulkan berkurangnya semua bentuk yodium dalam tanah yang tumbuh sehingga kerusakan lingkungan akan membuat lingkungan yang kaya yodium menjadi berkurang (Hetzel, 2004). Masalah GAKY sebagian besar timbul didaerah pegunungan karena kandungan yodium dalam air dan tanah yang rendah atau tidak mengandung yodium sama sekali. Rendahnya kandungan yodium dalam tanah dan air dipegunungan disebabkan oleh banjir sehingga yodium terbawa kedataran rendah atau pantai (Hetzel dan Maberly, 1986, dalam Rusnelly, 2006). Spektrum GAKY seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai stadium. Rangkaian gangguan spektrum GAKY dapat dilihat pada Tabel 2.2

6 11 Tabel 2.2 Spektrum GAKY Tahap Perkembangan Bentuk Gangguan Fetus Aborsi, lahir mati, gangguan kongenital, kretin neurologic, defisiensi mental, bisu, tuli, diplegia spartika, mata juling, kretin hipitiroid : kerdil, def. mental, hipotiroid, defek psikomotorik. Neonatus Kenaikan mortalitas perinatal, hipotiroid neonatus, retardasi mental dan perkembangan fisik. Anak dan Dewasa Kenaikan mortalitas bayi, retardasi mental dan perkembangan fisik. Dewasa Gondok dengan komplikasi Semua Umur Goiter, hipotiroid, fungsi mental terganggu. Sumber. WHO/UNICEF/ICCIDD (2001) Kretin endemik merupakan akibat defisiensi yodium berat pada masa fetal, dan merupakan indikator klinis penting bagi GAKY. Yang dimaksud dengan daerah endemik adalah daerah yang sebagian besar penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok, dengan klasifikasi 1) daerah GAKY berat, bila TGR 30%, 2) daerah GAKY sedang, bila TGR 20-29,9%, 3) daerah GAKY ringan, bila TGR 5-19,9%, 4) daerah Non-endemik, TGR 5% (WHO/ICCIDD 1997, dalam Rusnelly, 2006). 2.3 Tanda-tanda Klinis Kekurangan Yodium Secara umum dampak dari GAKY berupa pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, kretinisme, kegagalan reproduksi dan kematian. Adanya kekurangan atau defisiensi yodium pada janin dapat menimbulkan insiden lahir mati, aborsi ataupun cacat lahir, menimbulkan kretinisme endemis, terjadi kemunduran saraf misalnya tuli, kemunduran mental dan diplegia spatik. Kemudian apabila defisiensi terjadi pada anak, maka puncak kejadian GAKY akan terjadi pada usia remaja, dan terjadinya gangguan kinerja belajar dan kecerdasan. Kelainan-kelainan klinis kekurangan yodium telah diuraikan diatas, kelainan tersebut sangat beragam pada setiap individu maupun setiap daerah dan terdapat dua

7 12 kelainan yang paling menonjol yaitu pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan kretin endemik (Gunung, 2007) Pembesaran kelenjar tiroid (goiter) Goiter merupakan salah satu tanda klinis dari kekurangan yodium yang mengakibatkan produksi tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) menurun. Penurunan T4 dalam darah merangsang kelenjar hipofise untuk mensekresikan thirotrofin Thyroid Stimulating Hormone (TSH), kemudian TSH akan bekerja untuk meningkatkan mekanisme pompa yodium dalam memproduksi hormon tiroksin. Peningkatan ini menyebabkan terjadinya hyperplasia sel-sel tiroid kemudian terjadi pembesaran kelenjar tiroid (goiter) atau biasa disebut gondok. Apabila terjadi defisiensi secara terus menerus, kelenjar tiroid akan tidak mampu dalam mengkompensasi kekurangan yodium. Kemudian tubuh akan mengalami kekurangan hormon tiroksin sehingga terjadi hipotiroidi yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan mental Kretin endemik Kretin endemik terdiri dari dua jenis berdasarkan tanda-tanda dan gejalagejala yang tampak lebih menonjol. 1. Kretin miksedematosa, merupakan jenis kretin dengan gejala hipotiroid berat, otot-otot abdominal yang lemah, fungsi usus yang kurang aktif, reflek tendon yang terhambat, dan tanda-tanda klasih hipotiroidi lainnya. 1. Kretin neurologik, merupakan jenis kretin yang memiliki tanda-tanda menonjol berupa terhambatnya perkembangan mental, bisu, tuli, dan tidak dijumpai tanda-

8 13 tanda hipotoroidi. Pada penderita ini, tinggi penderita terlihat normal, otot-otot dan fungsi usus tidak terganggu. 2.4 Parameter Pengukuran Status GAKY Parameter pengukuran status GAKY merupakan kumpulan metode yang digunakan utnuk menentukan keadaan kekurangan yodium. Beberapa parameter pengukuran status GAKY adalah Total Goiter Rate (TGR), Yodium urin, Ultrasonografi, Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Total Goiter Rate (TGR) Salah satu cara pengukuran TGR atau gondok adalah dengan cara palpasi. Pengukuran masa tiroid dengan palpasi merupakan metode standar untuk menilai prevalensi GAKY. Ukuran tiroid lebih tepat pada penilaian dasar berat ringannya GAKY dan juga berperan dalam penilaian dampak jangka panjang dari pemantaun program (WHO, 2001). Keuntungan metode Palpasi adalah tidak membutuhkan biaya mahal dan relatif mudah dilakukan oleh orang yang sudah di training dan tidak bersifat invasif, kekurangannya adalah bersifat objektif. Klasifikasi grade palpasi gondok ada pada Tabel 2.3 Tabel 2.3 Klasifikasi Gondok Grade Keterangan 0 Tidak Teraba dan Tidak Terlihat 1 Tidak Terlihat pada posisi leher normal tapi teraba 2 Terlihat apabila menelan dan ketika posisi leher normal Sumber : WHO 2001 Adapun kriteria epidemiologi hasil pengukuran prevalensi GAKY dengan metode palpasi pada anak sekolah dasar masuk kategori ringan apabila TGR 5,0% 19,9%, prevalensi gondok 20,0%-29,9% masuk kategori sedang, prevalensi gondok 30, 0% masuk kategori berat (WHO, 2001).

9 Yodium Urin Sebagian besar yodium yang diserap tubuh dapat dilihat di urine karena eksresi yodium urin menggambarkan asupan yodium harian. Secara individu eskresi yodium dapat berubah tergantung konsumsi makanan setiap hari. Studi menunjukkan secara meyakinkan profil konsentrasi yodium pagi hari atau sewaktu pada anak atau orang dewasa merupakan penilaian adekuat nutrisi yodium pada populasi. Sampel urine selama 24 jam sulit di peroleh dan tidak perlu (WHO, 2001, dalam Rusnelly, 2006). Tingkat kepercayaan indikator ini sangat tinggi, dan specimen urine mudah diperoleh. Metode pemeriksaan yodium urine tidak sulit untuk dipelajari atau digunakan tapi membutuhkan ketelitian untuk menghindari kontaminasi yodium pada semua tahap pemeriksaan, khususnya di wilayah laboratorium, peralatan laboratorium terutama gelas dan reagen di khususkan untuk pemeriksaan ini. Secara umum jumlah urin 0,5-1 ml sudah cukup sebagai bahan pemeriksaan meskipun ini tergantung dari metode yang digunakan. Sampel dapat di simpan di laboratorium satu bulan atau lebih tanpa perlu refrigator, suhu dingin lebih diutamakan untuk menghindari bau urin. (WHO, 2001). Kriteria epidemiologi yodium urin pada anak sekolah dasar selengkapnya pada Tabel 2.4. Tabel 2. 4 Kriteria Kadar Yodium Urin Pada Anak SD Median urinary Iodine (µg/l) Intake yodium Dampak <20 Tidak cukup Defisiensi yodium berat Tidak cukup Defisiensi yodium sedang Tidak cukup Defisiensi yodium ringan Adekuat Optimal Lebih dari cukup Berisiko hipertiroid >300 Kelebihan Berisiko merugikan kesehatan (hipertiroid, autoimun tiroid disease) Sumber : WHO, 2001

10 Ultrasonografi Metode ini aman tidak bersifat invasif. Hasil pemeriksaan sangat signifikan dibandingkan TGR dalam memonitor program kontrol yodium dimana volume Thyroid diharapkan mengecil. Di masa mendatang Ultrsonografi dipertimbangkan untuk digunakan secara luas untuk menilai GAKY (IDD). Berat alat antara kg dengan panjang gelombang 7,5 MHz dan harga sekitar $ Membutuhkan listrik dan operator terlatih (WHO, 2001) Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Kelenjar Pituitary mengeluarkan TSH sebagai respon konsentrasi dari kadar T4 di sirkulasi darah. TSH meningkat ketika T4 rendah, menurun bila T4 meningkat. Defisiensi yodium ditandai dengan rendahnya kadar T4 dalam darah dan meningkatnya TSH. Jadi penderita defisiensi yodium pada populasi umumnya mempunyai serum TSH lebih tinggi meskipun pemeriksaan nilai TSH cukup akurat pada orang dewasa namun tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin sebagai data survey (WHO, 2001) TSH pada bayi adalah indikator yang baik untuk kondisi defisiensi yodium. Kadar homon tiroksin pada bayi mengandung yodium lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa ini karena pertukaran yodium yang tinggi. Pertukaran tinggi bukanlah hal yang berlebihan pada keadaan defisiensi yodium, sebab terjadi peningkatan stimulasi tiroid oleh TSH. Prevalensi bayi dengan serum TSH meningkat merupakan indikator akut defisiensi yodium pada populasi, juga sebagai bukti bahwa defisiensi yodium berefek langsung pada pertumbuhan otak (WHO, 2001).

11 Hemoglobin (Hb) Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin juga merupakan protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009). Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat di dalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001, dalam Rusnelly, 2006) Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar Hb merupakan ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 % (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sulit ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.

12 17 Tabel 2. 5 Batas Kadar Hemoglobin Kelompok Umur Nilai (gr/dl) Anak usia 6 bulan - 5 tahun 11,0 Anak usia 5-11 tahun 11,5 Anak usia tahun 12,0 Wanita dewasa 12,0 Wanita hamil 11,0 Laki-laki 13,0 Sumber. Indicators for assessing Iron Deficiency and Strategies for Its Prevention, WHO/UNICEF, UNU dalam FKM UI Fungsi Hemoglobin Hemoglobin di dalam darah memiliki fungsi yang sangat vital, yaitu membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen yaitu menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Almatsier, 2010). Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh, mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar, membawa karbondioksida dari jaringanjaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah kecukupan besi dalam tubuh serta metabolisme besi dalam tubuh.

13 18 1. Kecukupan Besi dalam Tubuh Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh, yaitu berupa senyawa besi fungsional, besi cadangan dan besi transpor. Besi dalam tubuh tidak terdapat dalam bentuk logam bebas, tetapi selalu berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan merusak jaringan yang memiliki sifat seperti radikal bebas (Bakta, 2006). Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada penurunan prestasi belajar (Rusnelly, 2006). 2. Metabolisme Besi dalam Tubuh Besi adalah trace element yang sangat penting oleh tubuh. Di alam besi terdapat dalam jumlah yang cukup berlimpah. Dari segi evolusinya, sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari nabati,

14 19 khususnya pada daerah tropik, tetapi perangkat besi tidak mengalami evolusi yang sama sehingga menimbulkan banyak defisiensi besi (Bakta, 2006). Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Bakta, 2006; Almatsier, 2010). Selain kedua faktor tersebut menurut Gibson (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi hemoglobin adalah : 1. Variasi biologis Variasi biologis berpengaruh terhadap konsentrasi hemoglobin. Konsentrasi hemoglobin cenderung lebih rendah pada malam hari daripada pagi hari, kira-kira bisa mencapai 10 g/l. 2. Umur dan jenis kelamin Umur dan jenis kelamin adalah faktor penting yang menentukan konsentrasi hemoglobin, khususnya bagi yang berusia muda. Nilai hemoglobin pada jenis kelamin yang berbeda, terlihat jelas pada anak usia 6 bulan. Anak laki-laki

15 20 mempunyai konsentrasi hemoglobin yang lebih rendah dari anak perempuan. Pada tahap kehidupan selanjutnya, perempuan mempunyai nilai hemoglobin lebih rendah setelah usia 12 tahun. Level hemoglobin pada laki-laki selama masa remaja dipengaruhi oleh hormon testosteron dan usia kematangan seksual. Pada orang dewasa, konsentrasi hemoglobin pada laki-laki rata-rata sekitar 20 g/l lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perbedaan nilai hemoglobin yang berhubungan dengan jenis kelamin tersebut semakin berkurang dengan bertambahnya usia. 3. Ras Ras mempengaruhi konsentrasi hemoglobin. Orang-orang keturunan Afrika mempunyai nilai hemoglobin 5-10 g/l lebih rendah dari Caucasians, terlepas dari umur, pendapatan, atau defisiensi zat besi. Hal tersebut mungkin dipengaruhi faktor genetik. 4. Kehamilan Kehamilan menyebabkan peningkatan pada volume plasma dan masa sel darah merah. Ekspansi terbesar terjadi pada volume plasma sehingga hemoglobin menjadi cair. Akibatnya, konsentrasi hemoglobin menurun. Hal tersebut semakin jelas pada akhir trimester kedua kehamilan. Setelah itu, selama trimester ketiga, konsentrasi hemoglobin secara berangsur-angsur naik. 5. Ketinggian Ketinggian menghasilkan adaptasi tubuh terhadap tekanan oksigen yang lebih rendah dan menurunkan kejenuhan oksigen dalam darah. Hal ini semakin berpengaruh pada ketinggian di atas 1000 meter. Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin meningkat secara berangsur-angsur seiring dengan meningkatnya ketinggian.

16 21 6. Anemia defisiensi zat besi Anemia defisiensi zat besi terjadi di akhir tahapan defisiensi zat besi saat cadangan zat besi habis. Hemoglobin adalah alat ukur yang tidak sensitif terhadap defisiensi zat besi sehingga konsentrasi hemoglobin turun hanya pada saat akhir tahapan defisiensi zat besi. 7. Defisiensi mikronutrien tertentu Defisiensi mikronutrien tertentu dihubungkan dengan anemia dan kadar hemoglobin yang rendah. Defisiensi mikronutrien tersebut meliputi defisiensi vitamin A, B6, B12, riboflafin, asam folat, dan tembaga. 8. Infeksi parasit Infeksi parasit seperti protozoa penyebab malaria (Plasmodium falciparum) dapat menyebabkan konsentrasi hemoglobin rendah dengan pemecahan sel darah merah dan penekanan produksi sel darah merah yang baru. Selain itu, cacing (seperti cacing tambang dan cacing pipih) juga dapat menyebabkan rendahnya nilai hemoglobin sebagai hasil dari kehilangan darah dan zat besi. 9. Keadaan penyakit tertentu Penyakit tertentu dapat mempengaruhi konsentrasi hemoglobin. Nilai hemoglobin yang rendah dapat disebabkan oleh infeksi kronik dan peradangan. Penyakit kronik yang dapat mempengaruhi konsentrasi hemoglobin diantaranya HIV-AIDS, perdarahan, dan gizi kurang akibat kekurangan energi-protein. 10. Merokok Hal ini dihubungkan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah yang menyebabkan peningkatan level karboksihemoglobin.

17 Metode pemeriksaan hemoglobin Metode untuk menentukan kadar hemoglobin saat ini banyak macamnya. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Pemilihan metode yang tepat tergantung pada keadaan serta fasilitas yang tersedia (Sihadi & Sawira,1995, dalam H.M Nae, 2011). 1. Sianmethemoglobin langsung Berbeda dengan metode kertas lakmus, metode sianmethemoglobin ini memerlukan peralatan dan pereaksi khusus tetapi hasil yang diperoleh lebih teliti. Metode sianmethemoglobin ini sangat dianjurkan oleh WHO (1968) karena sampai saat ini dinilai dapat menghasilkan data yang paling teliti. Kelemahannya adalah ketergantungan pada alat spektrophotometer yang masih terbatas pada instansi tertentu selain sukarnya pemeliharaan fotoometernya sendiri, alat ini relatif sulit dibawa ke lapangan dan sangat tergantung pada listrik. Di samping itu, fasilitas lain yang diperlukan dalam penyiapan larutan, listrik dengan voltase yang stabil biasanya sulit tersedia di lapangan. 2. Sianmethemoglobin tidak langsung Metode ini merupakan pengembangan metode sianmethemoglobin sebagai usaha untuk mengatasi kelemahannya. Penetapan kadar Hb dengan metode ini di lapangan sangat praktis karena darah yang akan diperiksa di laboratorium tidak dalam bentuk cair. Apabila pelaksanaan pengambilan darah di lapangan dalam waktu yang relatif lama, sampel darah yang telah diteteskan dalam kertas dapat dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim ke laboratorium lewat pos.

18 23 3. Metode Sahli Prinsipnya sama dengan metode kertas lakmus yaitu membandingkan warna secara visual tetapi memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Berbeda dengan metode sianmethemoglobin, peralatan yang digunakan sangat sederhana, ringan, sehingga memungkinkan dibawa ke lapangan, dan tidak tergantung pada listrik ataupun batrei. Metode Sahli masih dianggap subjektif karena pembandingan warna dilakukan secara visual. 4. Metode Hemocue Metode ini merupakan pengembangan metode penentuan Hb secara spektrophotometer. Metode Hemocue berdasarkan pengukuran optical density pada kuvet yang mempunyai kapasitas volume sebesar 10 mikroliter oleh sinar yang berasal dari lampu yang berjarak 0,133 mililiter sampai pada dinding paralel celah optis tempat kuvet berada. Alat penentuan kadar hemoglobin dengan metode Hemocue ini ringan dibawa, praktis, dapat menggunakan batrei, tidak tergantung listrik, dan hasilnya dapat langsung diketahui pada saat itu juga. Pemilihan metode penetapan kadar Hb yang akan digunakan tergantung berbagai pertimbangan, diantaranya tujuan atau keperluan penetapan Hb, misalnya untuk penelitian jelas memerlukan metode yang lebih teliti. Di samping itu, juga tergantung pertimbangan biaya karena ada beberapa metode walaupun teliti tetapi peralatan dan bahan pereaksi harganya relatif mahal. Situasi dan kondisi lapangan juga mempengaruhi pemilihan metode seperti ada tidaknya sarana listrik, jauh tidaknya lapangan dan laboratorium dan lain-lain.

19 Besi (Fe) Jumlah zat besi dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, status gizi, status kesehatan dan jumlah zat besi cadangan. Zat besi dalam tubuh berkombinasi dengan protein sehingga mampu menerima atau melepaskan oksigen atau karbondioksida Absorpsi Zat Besi (Fe) Penyerapan zat besi terjadi dalam lambung dan usus bagian atas yang masih bersuasana asam, banyaknya zat besi dalam makanan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh tergantung pada tingkat absorpsinya. Tingkat absorpsi zat besi dapat dipengaruhi oleh pola menu makanan atau jenis makanan yang menjadi; sumber zat besi. Misalnya zat besi yang berasal dari; bahan makanan hewani dapat diabsorpsi sebanyak 20-30% sedangkan zat besi yang berasal dari bahan makanan tumbuhtumbuhan hanya sekitar 5 % (Rasmaliah, 2004). Rasmaliah (2004) juga menjelaskan bahwa protein nabati maupun protein hewani tidak meningkatkan absorpsi zat besi. Tetapi bahan makanan yang disebut meat factor seperti daging, ikan dan ayam, yang ada dalam menu makanan walaupun dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan absorpsi zat besi. Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia kurang besi Fungsi Zat Besi (Fe) Di dalam tubuh zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen yang terdapat dalam bentuk

20 25 hemoglobin, myoglobin atau cytochrome. Untuk memenuhi kebutuhan guna pembentukan hemoglobin, sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah akan dimanfaatkan kembali kemudian kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan. Selain fungsi tersebut diatas, zat besi juga berperan dalam proses respirasi yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlibat di dalam reaksi oksidasi-reduksi. Fungsi lain dari zat besi adalah meningkatkan kemampuan belajar sebab zat besi dapat meningkatkan fungsi otak. Kemudian zat besi juga memiliki peran penting dalam metabolisme energi, sistem kekebalan tubuh dan pelarut obat-obatan serta membantu kelenjar tiroid dalam penyerapan atau pengikatan yodium dalam tubuh manusia (Rasmaliah, 2004; Almatsier, 2010) Sumber Zat Besi (Fe) Sumber besi yang baik terdapat dalam makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan, selain itu telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah merupakan sumber besi yang baik. Disamping jumlah, kualitas besi dalam makanan juga harus diperhatikan atau biasa disebut ketersediaan biologik (bioavaibility). Pada umumnya ketersediaan biologik yang tinggi ada pada di dalam daging, ayam dan ikan. Ketersediaan biologik yang sedang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi contohnya adalah bayam. Contoh lain dari jenis makanan yang mengandung ketersediaan biologik yang sedang adalah kacang-kacangan dan serealia (Almatsier, 2010). Angka kecukupan besi sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada Tabel. 2.6

21 26 Tabel 2. 6 Angka kecukupan besi yang dianjurkan Golongan Umur AKB* (mg) Golongan Umur AKB (mg) 0-6 bl 0,5 Wanita : bl th th th th th th th th 26 Pria th th th th th 15 Hamil : th 13 Trimester I th 13 Trimester II th 13 Trimester III th 13 Menyusui : 0-6 bl bl + 6 Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 (Almatsier, 2010) *Angka Kecukupan Besi 2.7 Hubungan Zat Besi (Fe) dengan Yodium (I) Besi sebagai mineral mikro yang esensial dan paling banyak ditemukan di dalam tubuh memiliki beberapa fungsi yang sangat penting yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Dalam tubuh manusia dewasa besi dapat ditemukan 3-5 g (Almatsier, 2010). Sedangkan yodium merupakan salah satu jenis mineral mikro yang jumlahnya sangat sedikit di dalam tubuh tetapi memiliki fungsi yang penting dimana sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mental. Besi mempengaruhi metabolisme tiroid dalam tubuh manusia, dimana sekitar 75% yodium ada di dalam kelenjar tiroid (Almatsier, 2010). Defisiensi besi akan menurunkan aktivitas enzim tyroid peroksidase (TPO) yang mengandung heme dan berfungsi sebagai katalisator dalam sintesis hormon tiroksin. Sehingga akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid. Di samping itu defisiensi besi juga dapat

22 27 mempengaruhi efek suplementasi yodium didaerah endemik GAKY (Normawati, 2010). Pada tahun 2000 Zimmerman membuktikan bahwa kekurangan Fe dapat menyebabkan terganggunya metabolisme tiroid dalam tubuh manusia. Adanya hubungan kadar Hb dalam darah dengan status GAKY diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Normawati, et al (2010) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian GAKY dan anemia, serta subjek yang mempunyai kadar Hb < 20 gr/dl memiliki risiko 2.9 kali menderita GAKY. Sehingga secara tidak langsung juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mental khususnya pada pertumbuhan anak. Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan untuk bangsa Indonesia khususnya untuk zat besi dan yodium dapat dilihat pada Tabel 2.7 Tabel 2. 7 AKG Rata-rata yang Dianjurkan untuk Anak SD (per orang per hari) Kelompok Umur (tahun)` Besi (mg) Yodium (mcg) Anak Laki-laki Perempuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang ditimbulkan cukup serius dengan spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) 1. Pengertian Gangguan akibat kurang Yodium (GAKY) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Kekurangan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yodium merupakan zat mineral mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid dan berguna untuk proses metabolisme di dalam tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah gizi diantaranya yaitu kekurangan yodium dan kekurangan yodium dapat diderita orang pada setiap kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Lebih terperinci

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) Kelompok 8 Noer Rafidah Ramli (K 111 11 297) Nur Asizah (K 111 11 298) Ramdani (K 111 11 301) Rahmawati Mustamin (K 111 11 303) Febi Riska (K 111 11) Outline Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu

Lebih terperinci

Apa yang dimaksud dengan Yodium?

Apa yang dimaksud dengan Yodium? UPAYA MENINGKATKAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM DI PROVINSI BALI MELALUI KEBIJAKAN BERWAWASAN KESEHATAN : SURAT EDARAN GUBERNUR BALI NOMOR : 440/2541/KESMAS.DISKES, TANGGAL 16 FEBRUARI 2015 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah. kelenjar gondok, kekurangan yodium dapat mempengaruhi kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah. kelenjar gondok, kekurangan yodium dapat mempengaruhi kecerdasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan akibat kekurangan Yodium (GAKY) adalah salah satu dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah kesehatan yang masih membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin merupakan pigmen yang mengandung zat besi terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru- paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yodium merupakan trace elements yang dibutuhkan tubuh sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh kekurangan yodium, pembentukan hormon

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Kurang zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena jumlah penderitanya masih lebih dari 100 juta jiwa (Untoro, 2004). Zat gizi mikro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan yang serius mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur 6-12 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas 2013 menunjukan proporsi nilai ekskresi yodium urin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Departemen Kesehatan (2000) menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di antaranya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Haemoglobin 1. Definisi Haemoglobin Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan konjungsi protein, sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoporphyrin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi. Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi. Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara maju dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan perlu dikaji secara kompleks. Salah satu masalah kesehatan yang saat ini menjadi perbincangan

Lebih terperinci

LYDIA NURVITA RACHMAWANTI J

LYDIA NURVITA RACHMAWANTI J HUBUNGAN ANTARA PEMILIHAN DAN PENYIMPANAN GARAM BERYODIUM DENGAN STATUS YODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA SELO, KECAMATAN SELO BOYOLALI JAWA TENGAH Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, mengingat selain luasnya cakupan penduduk yang menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur. Kriteria anemia berdasarkan WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gaky Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yodium merupakan zat yang esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau Mineral Mineral Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan (tubuh tidak dpt memproduksi) Fungsi Sebagai katalisator

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

GIZI MIKRO. Diferensiasi Sel

GIZI MIKRO. Diferensiasi Sel GIZI MIKRO VITAMIN A Fungsi Penglihatan Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di dalam mata retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menjadi salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada ibu hamil a. Definisi anemia pada ibu hamil Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam darah dibawah normal. Sebagian besar anemia

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia secara klinis didefinisikan sebagai tidak cukupnya massa sel darah merah (hemoglobin) yang beredar di dalam tubuh. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patofisiologi Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya mulai dari dasar faring yang mengadakan profilasi dan invaginasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr % pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

MANFAAT ZAT BESI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK

MANFAAT ZAT BESI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK MANFAAT ZAT BESI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK Dr Darwin Pangaribuan Dosen Universitas Lampung Bahan presentasi Seminar Perawat dan Guru Balai Keratun 6 Juni 2010 Disamping itu kekurangan gizi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Fungsi Yodium Proses Metabolisme Yodium

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Fungsi Yodium Proses Metabolisme Yodium 5 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Yodium terdapat di tanah dan di laut dalam bentuk iodida. Tahun 1811 yodium ditemukan dalam ganggang laut oleh Bernard Courtois. Iodida berasal dari kata iode yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal masa sebelum menjelang persalinan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak

Lebih terperinci

AYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO BELA DWI NURDITIA

AYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO BELA DWI NURDITIA MAKALAH NUTRISI IODINE Disusun oleh: AYUNINGTYAS GALUH PURWANDITYO 12613052 BELA DWI NURDITIA 12613144 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Kalium Iodat atau KIO3 adalah serbuk berwarna putih dan tidak berbau serta mempunyai berat molekul 214,00. kalium iodat mudah larut dalam air dan berfungsi mengatur keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin a. Metabolisme besi Zat besi normal dikonsumsi 10-15 mg per hari. Sekitar 5-10% akan diserap dalam bentuk Fe 2+ di duodenum dan sebagian kecil di jejunum. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan.

Lebih terperinci