V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON
|
|
- Yanti Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON 5.1. Pasar Fisik Indonesia Wilayah sentra utama produksi kakao terdapat di kawasan Indonesia bagian Timur, meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Dari ketiga provinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan sentra perkebunan kakao rakyat terbesar yang memberikan kontribusi besar terhadap komoditi kakao Indonesia. Total luas areal perkebunan kakao rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat sekitar hektar dengan total produksi ton per tahun, dan produktivitas 953,60 kilogram per hektar per tahun (BPS 2009). Di Provinsi Sulawesi Selatan, kakao merupakan komoditas unggulan utama dibandingkan jenis tanaman perkebunan lainnya. Adapun kabupaten sentra produksi kakao meliputi Luwu Utara, Mamuju, Bone, Polmas, Luwu, dan Pinrang. Khusus untuk kabupaten Luwu, luas arealnya tercatat hektar, produksi ton per hektar per tahun, dan produktivitas 994 kilogram per hektar per tahun (BPS 2009). Jenis tanaman kakao yang diusahakan di Indonesia sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berdasarkan wawancara dengan ketua Askindo, sekitar 96 persen produksi kakao Indonesia diekspor, sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan baku industri cokelat dalam negeri. Kakao umumnya diekspor dalam bentuk biji yang belum difermentasikan. Mekanisme penjualan hasil kakao di Sulawesi Selatan umumnya dengan cara transaksi spot. Transaksi ini dilakukan sebagai berikut, para petani di Makassar memiliki akses langsung ke pedagang (pengumpul). Sebagian besar dari petani dapat menjual hasil panen kakao secara bebas (tanpa ikatan) dengan pedagang dan beberapa yang lainnya melakukan penjualan kepada pedagang langganan karena terikat pinjaman dengan pedagang yang bersangkutan. Terlepas 45
2 dari hal tersebut, petani setempat tidak banyak punya pilihan dalam pemasaran, kecuali ke pedagang pengumpul tersebut (Iqbal dan Azmi 2006). Mayoritas petani di Makassar relatif bebas memilih pedagang (pengumpul) yang menurut mereka menawarkan harga tertinggi. Namun, dibalik itu posisi tawar mereka lemah karena harga secara dominan ditetapkan oleh pedagang. Kakao di tingkat petani umumnya dibeli oleh pedagang pengumpul, pedagang antar kota, atau pedagang perantara. Para pedagang ini berfungsi sebagai perantara petani dengan pabrik cokelat atau eksportir coklat. Di Sulawesi Selatan secara umum tataniaga kakao dapat digambarkan sebagai berikut: P E T A N I Pengumpul Antarkota Usaha Dagang Perantara Pengumpul Eksportir Industri Biji Kakao Hasil Olahan Biji Kakao Konsumen Luar Negeri Konsumen Dalam/Luar Negeri Gambar 5. Tataniaga Kakao Indonesia Sumber: Askindo Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang secara langsung terkait dengan perdagangan internasional yang sifatnya kompetitif. Pada umumnya kakao dari Sulawesi Selatan memiliki keunggulan spesifik, yaitu 46
3 kandungan lemaknya tidak mencair bila disimpan pada suhu kamar dan mempunyai titik leleh yang tinggi sehingga cocok untuk blending. Akan tetapi keterbatasan teknologi yang dimiliki petani dapat menyebabkan kalah bersaingnya komoditas ini dalam liberalisasi (globalisasi) ekonomi Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Askindo dibentuk pada tanggal 18 Februari 1989 melalui Kongres Pembentukan Asosiasi Kakao Indonesia di Jakarta. Kongres dihadiri sekitar 172 peserta yang terdiri dari produsen, pengolah, pabrikan, dan pedagang. Selain itu, sekitar 25 orang peninjau yang terdiri atas pejabat berbagai instansi, peneliti, dan perorangan juga hadir dalam kongres ini. Kongres ini juga berhasil menyusun Dewan Pengurus Pusat Askindo untuk masa bakti Pada awalnya, gagasan untuk mendirikan asosiasi dicetuskan dalam Pekan Dagang dan Pengembangan Kakao II yang diadakan tanggal November 1984 di Surabaya. Kemudian setelah sekian lama terbentuklah Panitia Persiapan Pembentukan Asosiasi Kakao Indonesia pada tanggal 11 April 1988 di Jakarta. Askindo beranggotakan pengusaha kakao dari tingkat hulu hingga hilir sekitar 150 perusahaan. Askindo memiliki 6 cabang di seluruh Indonesia diantaranya adalah (1) Cabang Sumatera Utara meliputi: Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat, (2) Cabang Lampung meliputi: Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi, (3) Cabang Jakarta meliputi: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, (4) Cabang Jawa Timur meliputi: Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, dan Timor Timur, (5) Cabang Sulawesi meliputi seluruh provinsi di Sulawesi, (6) Cabang Maluku meliputi: Maluku dan Irian Jaya. Sedangkan kepentingan kakao di Kalimantan ditangani langsung oleh DPP Askindo. Program kerja Askindo antara lain menyangkut usaha menempatkan kakao Indonesia pada kedudukan yang lebih baik di pasaran dunia dan mengembangkan iklim usaha kakao yang sehat termasuk mengembangkan hubungan kerja antar perusahaan kakao yang serasi serta membantu meningkatkan usaha petani kakao. Kegiatan yang dilakukan oleh Askindo antara lain sebagai wadah komunikasi, konsultasi, dan koordinasi antar pengusaha kakao dan dengan pemerintah, menyebarluaskan informasi mengenai hal yang terkait dengan komoditi kakao 47
4 Indonesia, memperluas hubungan kerjasama internasional, memperjuangkan kepentingan kakao Indonesia dalam forum perdagangan internasional, membantu usaha peningkatan mutu kakao Indonesia, memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal peraturan perundangan yang berkaitan dengan produksi dan tataniaga cokelat, membantu pelaksanaan kepastian hukum dan kepastian usaha dari pengusaha kakao, membantu penyelesaian perbedaan pendapat antar pengusaha kakao dengan pihak lain, menyelenggarakan pendidikan, penyuluhan, latihan, seminar, kunjungan kerja, dan penerbitan serta kegiatan lain yang bermanfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan anggota, melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan aspirasi dan kepentingan pengusaha kakao Pasar Berjangka New York New York Board of Trade (NYBOT) didirikan tahun 1870 dan memiliki kantor pusat di New York, Amerika Serikat. Pada tahun 2006 NYBOT diambil alih oleh Intercontinental Exchange (ICE) yang merupakan pasar perdagangan komoditi fisik di kota New York. Sejak penggabungan usaha tersebut dilakukan NYBOT merupakan perusahaan privat dan sekaligus menjadi anak perusahaan dibawah naungan Intercontinental Exchange. NYBOT juga memiliki beberapa anak perusahaan antara lain New York Cotton Exchange (NYCE) dan Coffe Sugar and Cocoa Exchange (CSCE) yang sekarang keduanya berfungsi sebagai divisi dari NYBOT. Perdagangan di lantai bursa NYBOT diatur oleh suatu badan independen dari pemerintah Amerika yang bernama Commodity Futures Trading Commision. New York Board of Trade (NYBOT) adalah bursa komoditi yang dilengkapi dengan transaksi penentuan harga domestik dan internasional bagi produk pertanian. Komoditas yang diperdagangkan di bursa ini antara lain kakao, kopi, katun, etanol, bubur kayu (wood pulp), gula domestik dan dunia, serta jus jeruk (konsentrat beku). Salah satu komoditas unggul yang diperdagangkan di NYBOT adalah kakao sehingga harga kakao dunia mengacu pada bursa ini. Kakao yang diperdagangkan di bursa ini adalah biji kakao tanpa proses fermentasi. NYBOT berfungsi dalam menyediakan dan menyebarkan informasi harga kepada para anggotanya di seluruh dunia. Mekanismenya adalah pada saat 48
5 terjadi transaksi di lantai perdagangan NYBOT, maka harga akan segera dikirim kepada para pedagang yang ditunjuk dan kemudian akan menunjukkan data tersebut ke seluruh dunia. Perdagangan yang terjadi di bursa berjangka NYBOT terdiri dari perdagangan spot dan perdagangan forward. Namun, perdagangan yang diutamakan pada bursa ini adalah dengan memperdagangkan kontrak berjangka komoditi dengan transaksi forward. Kontrak berjangka ini dilakukan dengan menyusun standar perjanjian kontrak legal dengan satu-satunya variabel yang dapat dinegosiasi yaitu harga, sehingga harga menjadi hal yang sangat penting didalam perdagangan berjangka. Kakao merupakan komoditas yang rentan terhadap volatilitas harga tinggi, untuk itulah bursa ini dibuat agar para pedagang dapat bernegosiasi secara terbuka dan adil serta beberapa risiko fluktuasi harga dapat dikelola secara lebih efektif. Selain itu, kontrak berjangka ini juga berfungsi untuk mengunci harga sebagai antisipasi perubahan harga di masa depan. Negara pemasok biji kakao unfermented terbesar untuk pasar berjangka NYBOT adalah negara Indonesia dan Amerika Latin Pasar Berjangka London London International Financial Futures Exchange (LIFFE) merupakan bursa komoditi berjangka di London, Inggris yang didirikan oleh Sir Brian Williamson. Saat ini LIFFE merupakan bagian dari NYSE (New York Stock Exchange) Euronext setelah pengambilalihan oleh Euronext pada Januari 2002 dan merger Euronext dengan New York Stock Exchange (NYSE) pada April NYSE Euronext merupakan pusat perdagangan dengan nilai bisnis yang diperdagangkan terbesar di Eropa dan terbesar kedua di seluruh dunia. NYSE Euronext menaungi lima pasar Eropa derivatif yaitu Amsterdam, Brussels, Lisbon, London, dan Paris. Komoditi unggulan yang diperdagangkan di LIFFE sama seperti di NYBOT yaitu kakao, hanya saja grade kakao yang diperjualbelikan di bursa London ini berkualitas lebih tinggi dibanding bursa New York karena kakao yang diperdagangkan adalah biji kakao yang sudah difermentasi. Selain itu, mata uang yang dipakai kedua bursa ini berbeda, kontrak pada bursa NYBOT diperdagangkan dalam dollar Amerika Serikat sedangkan kontrak di bursa LIFFE 49
6 menggunakan poundsterling. Perdagangan yang terjadi pada bursa berjangka LIFFE terbagi dua yaitu spot dan forward dengan mekanisme perdagangan yang sama seperti di NYBOT. Kontrak berjangka kakao hanya diperdagangkan pada bursa berjangka NYBOT untuk biji kakao unfermented dan LIFFE untuk biji kakao fermented. Mekanisme pembentukan harga terjadi ketika para partisipan pasar membandingkan harga berjangka sekarang terhadap harga spot untuk menentukan harga kakao di lantai bursa. Mekanisme ini merupakan proses dimana para pedagang mengadakan negoisasi kontrak termasuk penentuan harga, kualitas barang dagangan, waktu penyerahan barang, dan tempat pengiriman serta syarat dan kondisi pembayaran. Proses negoisasi pembentukan kontrak berjangka harus dijalankan dengan cara yang transparan sehingga semua pihak yang terlibat di dalam perdagangan berjangka dapat menyampaikan dan menerima informasi pasar dengan sempurna. Oleh karena itu, pasar berjangka berfungsi sebagai penjamin harga yang mengindikasikan kegiatan lindung nilai (hedging), dimana risiko yang terjadi di pasar spot dapat dikurangi. Negara pemasok biji kakao fermented untuk pasar berjangka LIFFE diantaranya adalah Pantai Gading, Ghana, Nigeria, dan Afrika International Cocoa Organization (ICCO) International Cocoa Organization (ICCO) merupakan sebuah organisasi global yang beranggotakan seluruh pelaku bisnis kakao, baik itu negara produsen dan konsumen kakao di seluruh dunia. ICCO terletak di London dan didirikan pada tahun Organisasi ini bertujuan meningkatkan dan memperkuat upaya pembangunan serta kerjasama internasional yang berkaitan dengan perekonomiana kakao dunia, terutama dalam stabilisasi harga demi kepentingan anggotanya. ICCO beranggotakan kelompok negara produsen antara lain Brazil, Cameroon, Pantai Gading, Ghana, Nigeria, Ecuador, dan kelompok negara konsumen seperti Kanada, Jepang, Norwegia, Uni Soviet, Swiss, dan masyarakat Eropa. Setiap anggota ICCO diwajibkan membayar iuran organisasi tahunan dan penyediaan dana untuk buffer stock. Kerjasama internasional kakao diatur dalam Persetujuan Kakao Internasional (ICA) pertama, dimulai tahun 1972 dan berakhir 50
7 tahun Sedangkan ICA kedua berlaku dari tahun 1987 hingga Perbedaan ICA I dan II adalah dimasukannya ketentuan ekonomi yang pada ICA I belum ada. Ketentuan ekonomi tersebut memungkinkan ICCO menetapkan pengaturan supply kakao dunia melalui penetapan kuota. Indonesia bukan merupakan negara anggota ICCO, tetapi Indonesia akan aktif dalam berbagai pertemuan ICCO untuk memantau dan mengkaji perkembangan organisasi tersebut. Alasan Indonesia untuk tidak bergabung dalam ICCO antara lain dalam pasar bebas kakao, Indonesia akan mampu bersaing di pasaran internasional karena keunggulan komparatif yang dimiliki. Selain itu, berdasarkan hasil analisis sementara disimpulkan bahwa dampak diberlakukannya ICA II belum banyak perbedaan, dan selama beberapa tahun mendatang prospek pemasaran kakao diperkirakan masih baik. Saat ini pemasaran kakao tidak ditangani oleh ICCO, tetapi ditentukan oleh pasar berjangka komoditi kakao terbesar di dunia yaitu bursa NYBOT dan LIFFE. Dengan demikian manfaat Indonesia untuk ikut serta bergabung menjadi anggota ICCO belum jelas. Disamping itu, Indonesia juga belum siap dengan berbagai instrumen jika menjadi anggota dan membayar iuran tahunan yang cukup besar. Walaupun Indonesia dikenakan pungutan sebesar US$ 30 per ton dalam ekspor kakao karena bukan anggota ICCO, tetapi hal ini masih lebih menguntungkan dibanding bila menjadi anggota ICCO. 51
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Secara umum sektor pertanian pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP-I) dapat dinilai telah berhasil melaksanakan peran-peran konvensionalnya, seperti : a)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Kakao
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Kakao Kakao seperti sejumlah minuman dan rempah-rempah eksotik, pada awalnya merupakan minuman mewah di pengadilan Aztec. Raja Aztec Montezuma yang dilaporkan
Lebih terperinciPe n g e m b a n g a n
Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 9 Jember 68118 Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu
Lebih terperincipendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor
8 II. Tinjauan Pustaka 1.1. Kakao Dalam Usaha Pertanian Dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam, namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fluktuasi dan Volatilitas Harga Fluktuasi merupakan istilah yang mengacu pada ketidakstabilan, ketidaktetapan, guncangan, kelabilan, dan perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Lebih terperinciTRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON
TRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON SKRIPSI RESTIKA RADITIA AULIA H34080049 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan Indonesia yang cukup potensial. Di tingkat dunia, kakao Indonesia menempati posisi ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa
Lebih terperinciINTEGRASI PASAR DAN DAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA A R I Y O S O A
INTEGRASI PASAR DAN DAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA A R I Y O S O A 14104520 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau instrumen keuangan dengan harga tertentu
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar 67% kopinya
Lebih terperinciAnalisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional
Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional COMPETITIVENESS ANALYSIS OF COCOA BEANS (Cocoa beans) INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Nurul Fitriana, Suardi Tarumun,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kakao Menurut Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat (2009), tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciVII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat
VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai
Lebih terperinciPASAR LELANG KOMODITAS
PASAR LELANG KOMODITAS Memperpendek Mata Rantai Perdagangan trade with remarkable % 100 INDONESIA Daftar Isi 2 Kata Pengantar Pasar Lelang Komoditas 3 4 Payung Hukum Pelaksanaan Pasar Lelang Komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi
Lebih terperinciV KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO
V KERAGAAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO 5.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kakao Indonesia Pentingnya pengembangan agroindustri kakao di Indonesia tidak terlepas dari besarnya potensi yang dimiliki,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang
Lebih terperinciVI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT
67 VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT Kebijakan pemerintah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor atau melindungi produk dalam negeri agar dapat bersaing dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang positif bagi perkembangan bisnis coklat di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin Meningkatnya Konsumsi Coklat diindonesia dari tahun ketahun merupakan suatu hal yang positif bagi perkembangan bisnis coklat di Indonesia, dikarenakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia (+ 3,4 juta hektar pada tahun 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad modern hampir semua orang mengenal cokelat, merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan
Lebih terperinciPROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI BHINEKA TUNGGAL IKA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Komoditas Kakao di Indonesia Penelusuran tentang sejarah tanaman kakao melalui publikasi yang tersedia menunjukkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya tanaman obat adalah salah satu cara penglolaan tanaman obat untuk mendatangkan keuntungan. Pembangunan ekonomi Indonesia bertumpu pada bidang pertanian dan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF RIYALDI, 1997, Analisis Peluang Pasar Serta Implikasinya Pada Strategi Pemasaran Dan Pengembangan Industri Pengolahan Kakao Indonesia, dibawah bimbingan Ujang Sumarwan dan Yayah K.
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biaya transaksi muncul akibat kegagalan pasar (Yeager, 1999: 29-30). Menurut Stone et al. (1996: 97), pasar yang selalu berjalan tanpa biaya apapun (costless) karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ANALISIS PEMBEBASAN BEA MASUK BIJI KAKAO
LAPORAN AKHIR ANALISIS PEMBEBASAN BEA MASUK BIJI KAKAO PUSAT KEBIJAKAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA
PERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Oleh: Tahlim Sudaryanto dan Sri Hery Susilowatio Abstrak Produksi kakao ciunia telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah bagi suatu negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Banyak keuntungan yang
Lebih terperinciV. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA
59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia
41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITI KAKAO
ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i
Lebih terperinci111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA
111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA 7.1. Pola Optimal Pemasaran Bahan Mentah Karet 7.1.1. Pemasaran TBR I Sebagian besar bahan mentah karet yang dihasilkan Indonesia adalah untuk dijual ke luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.
Lebih terperinciAGRIBISNIS KAKAO DAN PRODUK OLAHANNYA BERKAITAN DENGAN KEBIJAKATAN TARIF PAJAK DI INDONESIA
Perkebunan dan Lahan Tropika ISSN: 2088-6381 J. Tek. Perkebunan & PSDL Vol 1, No 2, Desember 2011, hal 23-30 AGRIBISNIS KAKAO DAN PRODUK OLAHANNYA BERKAITAN DENGAN KEBIJAKATAN TARIF PAJAK DI INDONESIA
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk Studi mengenai jeruk telah dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya oleh Sinuhaji (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Usahatani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia (1997-1998) terutama bagi Indonesia, memberikan pelajaran yang sangat berharga bahwa para pelaku ekonomi pada sektor pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam berlimpah tentunya memiliki peluang dan potensi untuk menciptakan sistem industrialisasi yang baik dengan cara mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa dan negara yang ingin maju khususnya dalam bidang ekonomi. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cokelat merupakan hasil olahan dari biji tanaman kakao (Theobroma cacao)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cokelat merupakan hasil olahan dari biji tanaman kakao (Theobroma cacao) yang dapat dijadikan makanan ataupun minuman. Cokelat telah melewati sejarah yang panjang sejak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia
Lebih terperinciMengembangkan pasar produk gula kelapa organik bersertifikat
Mengembangkan pasar produk gula kelapa organik bersertifikat Manisnya potensi gula kelapa SNV yakin program ini bisa meningkatkan kehidupan ribuan petani gula kelapa di Indonesia. Gula kelapa memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), *
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan luas sebesar 1.910.931,32 yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan berragam. Salah satu sumber daya alam yang dimiliki Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi
1 I. PENDAHULUAN A Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia memiliki salah satu tanaman perkebunan yang mampu bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi di dunia, Indonesia
Lebih terperinci