BAB IV KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Tujuan Kebijakan Perdagangan Internasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Tujuan Kebijakan Perdagangan Internasional"

Transkripsi

1 BAB IV KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kebijakan perdagangan internasional diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah perdagangan internasional dari /ke negara tersebut. Tujuan Kebijakan Perdagangan Internasional Tujuan kebijakan perdagangan internasional yang dijalankan oleh suatu negara dapat dirumuskan sebagai berikut : Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk atau negatif dan dari situasi/ kondisi ekonomi / perdagangan internasional yang tidak baik atau tidak menguntungkan. Melindungi kepentingan industri di dalam negeri. Malindungi lapangan kerja (employment). Menjaga keseimbangan dan stabilitas neraca perbayaran internasional. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil. Menjaga stabilitis nilai tukar atau kurs valas. Kebijakan Ekspor Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa nagara. Kebijakan perdagangan internasional di 18

2 bidang ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut : 1. Kebijakan Ekspor di dalam Negeri Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak untuk barang-barang tertentu. (pajak crude palm oil -CPO) Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk mendorong peningkatan ekspor barang tertentu. Penetapan prosedur ekspor yang relatif mudah. Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor. Pembentukan asosiasi eksportir. Larangan/ pembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO oleh Menperindag. 2. Kebijakan Ekspor di luar Negeri Pembentukan International Trade Cetre (ITPC) di bergagai negara, Jepang (Tokio), Eropa, Asdam lain-lain. Pemanfaattan General System of Preferency (GSP), yaitu fasilitas keringan bea masuk yang diberikan negara-negara industri untuk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. Menjadi anggota Commodity Association of Producer, seperti OPEK dan lain-lain. Menjadi anggota Commodity Agreement Between Producer and Consumer, seperti ICO (International Coffee Organization), MFA (Multifibre Agreement) dan lain-lain. Kebijakan Impor Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dijalankan suatu negara, 19

3 baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi/ mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut : I. Kebijakan Tariff Kebijakan Tariff dalam bentuk bea masuk dapat dibedakan berdasarkan tinggi randahnya pembebanan Tariff, sebagai berikut : Tariff rendah, yaitu antara 0 % - 5 % dikenakan pada bahan kebutuhan pokok dan vital seperti beras, mesin vital, alat-alat militer dan lain-lain. Tariff sedang, yaitu antara 6 %- 20 % dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri. Tariff tinggi, yaitu di atas 20 % dikenakan untuk barangbarang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. Sistem Tariff Dalam pelaksanaan pembebanan Tariff dilakukan dengan cara sebagai berikut : Bea Nilai (Ad valorem Tariff) Bea masuk (BM) impor ditentukan dengan tingkat prosentase tertentu dari nilai barang yang di impor. Contoh : Nilai impor = $100, Tariff = 10 %, Kurs = Rp ,00/US $. 20

4 Jumlah Tariff = $100 x Rp ,00 x 10 % = Rp ,00. Bea Spesifik (Spesific Tariff) Bea masuk impor ditentukan berdasarkan jumlah ukuran fisik dari barang yang di impor. Contoh : Semen = Rp.3.000,00 per ton Sepatu = Rp ,00 per pasang Bea Campuran (Compound Tariff) Bea masuk impor ditentukan berdasarkan kombinasi kedua Tariff di atas. Tujuan dan Fungsi Tariff 1. Menurut tujuannya, kebijakan bea masuk dapat dibedakan sebagai berikut : a. Tariff Proteksi, yaitu pengenaan Tariff bea masuk yang tinggi untuk membatasi impor barang tertentu. b. Tariff Revenue, yaitu pengenaan Tariff bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara. 2. Menurut fungsinya, kebijakan Tariff bea masuk dibedakan sebagai berikut : a. Fungsi mengatur (regulerend), yaitu untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/ industri dalam negeri. b. Fungsi budgeter, sebagai salah satu sumber penerimaan negara. c. Fungsi demokrasi, penetapan besarnya Tariff bea masuk melalui persetujuan DPR. d. Fungsi pemerataan, untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional, contoh bea masuk barang mewah. 21

5 Efek Tariff Dampak dikenakan Tariff terhadap seuatu barang tertentu berakibat terhadap beberapa hal sebagai berikut : Grafik 1 : Analisis Efek-efek Tariff S P0 E0 = Autarki P2 a b P1 f e d c E1 = Free Trade D O Q1 Q3 Q0 Q4 Q2 Keterangan : Harga P0 dan titik keseimbangan E0 adalah perekonomian autarki : Tidak ada ekspor dan impor. Produksi DN = konsumsi DN = OQ0 Harga P1 dan titik keseimbangan E1 adalah perekonomian free trade : Produksi DN = OQ1 Konsumsi = OQ2 Impor = Q1Q2 Karena produksi turun dari OQ0 menjadi OQ1, maka pemerintah memberikan proteksi Tariff bea masuk sebesar P1P2. Dampak Tariff P1P2 tersebut adalah : Harga akan naik dari P1 ke P2 Konsumsi DN akan turun dari Q2 ke Q4 Produksi DN akan naik dari Q1 ke Q3 22

6 Pemerintah akan mendapat penerimaaan sebesar segiempat abde Redistribusi income (subsidi dari konsumen ke produsen) sebesar P1P2 af Cost of protection (kerugian neto konsumen) sebesar aef + bdc Impor turun dari Q1Q2 menjadi Q3Q4 II. Kebijakan Non Tariff Kebijakan non Tariff adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional. Secara garis besar kebijakan non Tariff dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Pembatasan spesifik a. Larangan impor secara mutlak b. Pembatasan impor (quota import) c. Peraturan teknis impor produk tertentu d. Peraturan kesehatan (karantina) e. Perizinan impor f. Embargo g. Hambatan pemasaran h. dll. 2. Peraturan Bea cukai a. Prosedur impor b. Penetapan harga pabean c. Penetapan kurs valas dan pengawasan devisa d. Consulate formalities e. Regulasi pengepakan dan labelling f. Tes standar kualitas g. Pungutan administrasi 23

7 h. Klasifikasi Tariff 3. Pengaruh Pemerintah a. Kebijakan pengadaan pemerintah b. Subsidi ekspor c. Kebijakan anti Tariff dan dumping d. Deversifikasi perdagangan Quota Impor Quota adalah suatu kebijakan yang dilakukan dengan cara membatasi jumlah impor atau dengan kata lain menentukan jumlah maksimum barang yang boleh di impor. Menurut ketentuan GATT/ WTO sistem quota ini hanya dapat digunakan dalam hal sebagai berikut : Dalam perlindungi hasil pertanian. Dalam menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Dalam melindungi kepentingan ekonomi nasional. Macam-macam quota impor : Efek-efek Quota Unilateral Quota, yaitu sistem quota yang ditetapkan secara sepihak (tanpa negosiasi). Bilateral Quota, yaitu sistem quota yang ditetapkan atas kesepakatan ke dua belah fihak. Tariff Quota, yaitu pembatasan impor yang dilakukan dengan mengkombinasikan sistem Tariff dan sistem quota. Mixing Quota, yaitu pembatasan impor bahan baku tertentu untuk melindungi industri dalam negeri. Dampak diberlakukan quota impor sama halnya dengan dampak diberlakukan Tariff impor, akan tetapi pemerintah tidak mendapatkan 24

8 penerimaan berupa pajak, namun justru yang menerima adalah pihak pemegang/ pemilik quota atau supplier (importir yang monopoli), karena terjadi selisih harga yang relatif tinggi antara harga pembelian dari LN dengan harga penjualan di DN. Grafik 2 : Analisis Efek-efek Quota S P0 E0 = Autarki P2 a b P1 f e d c E1 = Free Trade D O Q1 Q3 Q0 Q4 Q2 Keterangan : Harga P0 dan titik keseimbangan E0 adalah perekonomian autarki : Tidak ada ekspor dan impor. Produksi DN = konsumsi DN = OQ0 Harga P1 dan titik keseimbangan E1 adalah perekonomian free trade : Produksi DN = OQ1 Konsumsi = OQ2 Impor = Q1Q2 Karena produksi turun dari OQ0 menjadi OQ1, maka pemerintah memberikan proteksi quota impor sebesar Q3Q4. Dampak Tariff P1P2 tersebut adalah : Harga akan naik dari P1 ke P2 Konsumsi DN akan turun dari Q2 ke Q4 25

9 Produksi DN akan naik dari Q1 ke Q3 Pemegang quota (importir) akan memperoleh keuntungan sebesar abde Redistribusi income (subsidi dari konsumen ke produsen) sebesar P1P2 af Cost of quota protection (kerugian neto konsumen) sebesar aef + bdc Impor turun dari Q1Q2 menjadi Q3Q4 Kelemahan Sistem Quota Impor Sifatnya tidak transparan. Jika quota diberikan kepada perorangan atau perusahaan swasta, maka yang mendapat keuntungan hanya orang pribadi atau perusahaan yang mendapat quota tersebut. Dapat menimbulkan distorsi pasar berupa monopoli yang akan merugikan masyarakat konsumen. Subsidi Kebijakan subsidi adalah merupakan kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industri dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lainnya dengan tujuan sebagai berikut : Menambah produksi dalam negeri Mempertahankan jumlah konsumen dalam negeri Menjual dengan harga yang lebih murah daripada produk impor. 26

10 Grafik 3 : Analisis Subsidi Impor S0 S1 P2 B E P1 A C F D O Q1 Q3 Q2 Keterangan : Pada keadaan persaingan (free trade)/ tanpa subsidi : Harga P1, produksi DN sebesar OQ1 Konsumsi Dn sebesar OQ2 Impor sebesar Q1Q2 Jika pemerintah ingin menaikkan produksi Dn dari Q1 ke Q3, maka : Secara teoritis produsen akan bersedia menaikkan produksinya jika harga naik dari P1 ke P2. Supaya produksi naik tetapi harga tidak naik, maka pemerintah memberikan subsidi harga sebesar P1 P2 atau BC. Dengan subsidi P1P2 tersebut maka: # Produksi DN naik dari OQ1 ke OQ3 # Impor turun dari Q1Q2 menjadi Q2Q3 # Konsumen tetap bayar dengan harga P1 # Produsen menerima pembayaran harga P2 Kelebihan Subsidi : Subsidi biasanya diberikan untuk barang-barang kebutuhan pokok. Subsidi biasanya bersifat transparan dan dapat dikontrol oelh masyarakat. 27

11 Dumping Kebijakan suatu diskriminasi harga secara internasional (international price discrimination) yang dilakukan dengan menjual suatu komoditi di pasar internasional dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan dibayar konsumen di dalam negeri Ada tiga tipe dumping : Persistant dumping, yaitu kecenderungan monopoli yang berkelanjutan dari suatu perusahaan dipasar domestik untuk memperoleh profit maksimum dengan menetapkan harga yang lebih tinggi di dalam negeri daripada di luar negeri Predatory dumping, yaitu tindakan perusahaan untuk menjual barang di luar negeri lebih murah untuk sementara (temporary) bsehingga menggusur atau mengalahkan perusahaan lain dari persaingan bisnis, setelah dapat memonopoli pasar, barulah harga kembali dinaikkan untuk mendapat profit maksimum. Sporadic dumping, yaitu tindakan perusahaan dalam menjual produkya di luar negeri dengan harga yang lebih murah secara pecara poradis dibandingkan dengan harga di dalam negeri karena adanya surplus produksi di dalam negeri Po P1 Dumping di Pasar USA S P2 D O R M N S 28

12 Dumping Besi Baja Korea selatan di pasar USA : Keadaan semula pada harga Po produksi baja USA sebesar OM, konsumsi ON sehingga impor MN Korea melakukan politik dumping dengan menurunkan harga menjadi P1, sehingga produksi USA turun menjadi OR konsumsi OS sehingga impor menjadi naik menjadi RS Dumping sampai harga P2, dimana sudah lebih rendah dengan harga pokok produksi baja USA sehingga produksi baja USA bangkrut dan produksi baja korea memonopoli di pasar USA Dalam kasus di atas tentu USA dirugikan dengan tindakan dumping (unfair trade practice) yang dilakukan Korea, sesuai dengan ketentuan WTO maka USA berhak melakukan tindakan anti-dumping (anti dumping duties) 29

13 BAB V KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Kerjasama ekonomi internasional sampai saat sekarang berkembang pesat baik itu bersifat bilateral, yaitu kerjasama ekonomi dua negara maupun bersifat multilateral, yang melibatkan banyak negara di dunia. Berikut akan dibahas organisasi dan kerjasama internasional mapun regional di kawasan tertentu. a. Organisasi Multilateral Regional Organisasi Multilateral Regional adalah organisasi kerjasama ekonomi perdagangan yang anggotanya terdiri dari beberapa negara di kawasan tertentu. Contohnya BENELUX (Belgia, Nederland, Luxemburg), ASEAN (Association of South East Asian Nation), AFTA (Asean Free Trade Area), APEC (Asian Pasific Economic Coorporatioan), EFTA ( European Free Trade Area), NAFTA (Nort American Free Tade Area), EEC (European Economic Community) dan lainnya. 1). BENELUX Merupakan gabungan negara-negara Belgia, Nederland, Luxemburg yang meliputi kerjasama meningkatkan perdagangan antar anggota dan mengurangi atau menghilangkan hambatanhambatan seperti tarif atau bea pabean dan lainnya. Tujuan dibentuknya Benelux adalah : Tariff community, yaitu kesepakatan mengurangi bea impor atau tarif bagi anggotanya dan sepakat untuk menggunakan tarif tertentu bagi negara lain di luar anggota. 30

14 Customs Union, Antara negara anggota tidak ada tarif dan terhadap negara lain ada kesepakatan tarif. Full Economic Union, yaitu antara negara anggota tidak ada lagi hambatan-hambatan perdagangan dan akhirnya bebas perdagangan 2). PBE (Pasar Bersama Eropa) BPE adalah suatu organisasi yang didirikan oleh enam negara Eropa yang mempunyai maksud merealisasikan cita-cita terbentuknya apa yang disebut European Economic Community (EEC) atau Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Dorongan utama terbentuknya MEE adalah kebulatan tekat yang disertai kepercayaan yang kokoh terhadap terbentuknya suatu kesatuan Eropa dalam bentuk Federasi yang diyakini golongan-golongan Eropa. Alasan-alasan membentuk PBE : Secara geografis dan ekonomis, negara Belanda, Jerman, Belgia, Italia, dan Luxemburg merupakan satu kesatuan dan memiliki sumber daya yang melimpah di Eropa barat. Secara psikologis, mereka adalah negara-negara yang kalah perang dan saat kritis negara-negara tersebut tidak berdaya terhadap konsentrasi kekuatan dunia. 3). EEC (European Economic Community) Merupakan perhimpunan yang didirikan tahun 1958 berdasarkan perjanjian Roma, Italia yang bersama dalam PBE. Negara anggota EEC terdiri dari : 31

15 (1). Belanda (2). Belgia (3). Luxemburg (4). Perancis (5). Jerman (6). Italia (7). Ingris (8). Irlandia (9). Denmark (10). Norwegia (11). Yunani (12). Spanyol Tujuan EEC adalah untuk menyusun polotik perdagangan bersama dan mendirikan daerah perdagangan bebas antar negara-negara Eropa barat. Di dalam EEC tersebut terdapat perlakukan diskriminatif terhadap negara luar anggota terutama di bidang produk pertanian. 4). ASEAN (Association of South East Asian Nation) Asean didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 berdasarkan Bangkok Declaration atas prakarsa lima nagara, yaitu Indonesia (Adam Malik), Filipina (Narsisco Ramos), Malaysia (Tun Abdul Razak), Thailand (Thanat Khoman) dan Singapura (S. Rajaratnam). Kemudian menyusul negara lain yang hendak menjadi anggota Asean adalah Brunei, Vietnam, Laos, Komboja dan Myanmar.Tujuan dibentuknya Asean adalah meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan sosial budaya, antar negaranegara Asia Tenggara. Dalam perjalanannya dalam bidang perdagangan di nagaranegara Asean kurang menggembirakan dan lambat, maka dalam KTT Asean ke IV di Singapura tanggal Januari 1992, telah ditandatangani Skema CEPT (Agreement on Common Effective Preferenctial Tariff) yaitu merupakan skema CEPT untuk AFTA 32

16 5). AFTA (Asean Free Trade Area) Organisasi kerjasama ekonomi regional yang anggotanya terdiri dari sepuluh negara Asean, yaitu : Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Philipina, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar. Latar belakang pembetukan AFTA : Adanya perubahan eksternal, yaitu masa transisi terbentuknya tatanan dunia baru (blok-blok perdagangan, perkembangan negara-nagara komunis, pasca perang dingin, semakin ketat persaingan pasar internasional) Perubahan internal, yaitu adanya kemajuan ekonomi negaranegara anggota selama 10 tahun terakhir (pertumbuhan ekonomi yang tinggi). Menggalang persatuan regional untuk menigkatkan posisi dan daya saing. Dalam pertemuan puncak tanggal Desember 1995 di Bankok, para pimpinan ASEAN menegaskan kembali komitmennya, bahwa AFTA akan dilaksanakan secara penuh selambat-lambatnya pada tahun Pada tahun 2003 nanti seluruh negara ASEAN melakukan perdagangan bebas, arus perdagangan, uang pembayaran dan faktor penunjang lainya bebas keluar masuk dalam wilayah ASEAN, hanya dengan hambatan 0 % - 5 % dan tidak ada lagi hambatan non tarif. Sebagai langkah awal dari pelaksanaan AFTA tersebut maka disepakati 15 produk industri yang dipercepat penurunan tarifnya menjadi 0% - 5%, yaitu semen, pupuk, pulp, tekstil, perhiasan dan permata, perabot dari kaya dan rotan, barang kulit, plastik, obat-obatan, elektronika, 33

17 kimia, produk karet, minyak nabati, gelas keramik, dan katoda tembaga. 6). APEC (Asian Pasific Economic Coorporatioan) APEC adalah organisasi kerjasama ekonomi regional di kawasan Asia Pasific yang anggotanya berjumlah 18 negara, yaitu : (1). Australia (2). Amerika Serikat (3). Brunei (4). Cile (5). Cina (6). Filipina (7). Hongkong (8). Indonesia (9). Jepang (10). Kanada (11). Korea Selatan (12). Malaysia (13). Meksiko (14). Selandia Baru (15). Papua Nugini (16). Singapura (17). Taiwan (18). Thailand Gagasan pertama terbentuknya APEC diusulkan oleh PM Australia dan PM Jepang dalam forum kerjasama ekonomi Asia Pasific di Australia tahun Jepang adalah raksasa ekonomi dunia yang kali ini baru mengikuti menjadi anggota APEC. Semenjak gagasan perhimpunan APEC muncul, maka berturutturut setiap tahun diadakan pertemuan konsultasi kepala negara anggota APEC. Pertemuan I di Canberra Australia, 1989 Pertemuan II di Singapura, 1990 Pertemuan III di Seoul Korea Selatan, 1991 Pertemuan IV di Bankok Thailand, 1992 Pertemuan V di Seatle USA,

18 Pertemuan VI do Bogor Indonesia, 1994 Pertemuan VII di Osaka Jepang, 1995 Pertemuan VIII, di Manila Philipina, 1996 Pertemuan IX di Vancouver Kanada, 1997 Pertemuan terakhir di Shanghai Cina, 2001 Pertemuan-pertemuan tersebut membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan tersebut. Pertemuan terakhir dilaksanakan pada bulan Oktober 2001 yang lalu di Shanghai Cina. Pokok-pokok Shanghai yang dihasilkan antara lain mengenai memperluas visi APEC, agenda APEC harus lebih menekankan kerjasama antara para menteri keuangan guna memperbaiki pengaturan ekonomi. Mengintruksikan para pejabat untuk mengidentifikasikan tindakan konkrit untuk mempermudah perdagangan, Setuju untuk lebih memajukan kebijakan perdagangan guna memacu pertumbuhan ekonomi baru. Tahun ini, (2001) para pejabat akan saling tukarmenukar informasi dan pertimbangan terhadap target dan strategi APEC untuk pertemuan 2002 di Meksiko, dan setuju untuk memperkuat hubungan bilateral dan multilateral negara-negara anggota. Tujuan pokok APEC adalah melakukan liberalisasi perdagangan dan investasi, serta meningkatkan pemanfaatan SDA dan kualitas SDM untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Untuk mencapai tujuan tersebut APEC telah menyusun agenda leberalisasi secara bertahap, yaitu : Tahun 2010 : Liberalisasi perdagangan dan investasi di antara negara industri maju di kawasan Asia Pasifik. Tahun 2020 : 35

19 Liberalisasi perdagangan dan investasi di antara seluruh negara di kawasan Asia Pasifik. 7). EFTA ( European Free Trade Area) EFTA adalah organisasi kerjasama ekonomi regional di kawasan Eropa yang anggotanya adalah ; Belanda, Belgia, Luxemburg, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Austria, Iceland, Irlandia, Portugal, Turki, dan Yunani. Dalam kerjasamanya dimungkinkan melakukan penghapusan internal tariff, tetapi negara-negara anggota bebas mengadakan kebijakan perdagangan masing-masing negara terhadap negara ketiga. Komoditi yang diekspor Indonesia ke negara kawasan Eropa antara lain : Tembakau ke Bremen, Teh ke Anwerpen, Kopra ke Jerman, Kina ke Belanda, Karet ke Jerman Italia Prancis, tapioka ke Jerman, Minyak kelapa Sawit ke Belanda, Italia, Belgia, dan Jerman. 8). NAFTA (Nort American Free Tade Area) Merupakan blok perdagangan yang bersifat eksklusif di kawasan Amerika Utara (USA, Kanada, Meksiko). NAFTA akan melakukan perdagangan bebas di kawasannya pada tahun Jadi arus lalu lintas barang dagangan dan faktor penunjang yang berasal dari negara anggota bebas masuk dalam wilayah NAFTA, tanpa hambatan non tarif. Latar Belakang Pembentukan NAFTA Adanya perubahan global baik ekonomi, perdagangan dan informasi. 36

20 Perubahan internal, yaitu kemajuan ekonomi negara-negara anggota. Hasil kerjasama blok lainnya yang kurang menggembirakan. Menggalang persatuan regional untuk meningkatkan posisi dan daya saing dan memperkecil defisit perdagangan negara anggota. 9). COLOMBO PLAN Colombo Plan juga disebut Plan for Cooperative Economic Development of South and South East Asia, yaitu adalah rencana kerjasama untuk pengembangan ekonomi di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Colombo Plan didirikan di Srilangka tanggal 9-14 Januari 1950 dan dihadiri oleh negara-negara persekmamuran Inggris (Common Wealth). Tujuan Colompo Plan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di Asia Selatan dan Asia Tenggara melalui penyusunan dan pelaksanaan rencana kerjasama internasional. Bentuk bentuk bantuan Colombo Plan adalah sebagai berikut : Pinjaman dan sumbangan untuk proyek-proyek nasional. Bahan makanan, pupuk tanaman, dan barang-barang konsumsi. Alat-alat perlengkapan (mesin, angkutan, laboratorium) Jasa tenaga ahli. Pendidikan dan latihan ketrampilan dalam berbagai bidang. b. Organisasi Multilateral Internasional Organisasi multilateral internasional adalah organisasi kerjasama perdagangan internasional yang anggotanya terdiri dari hampir 37

21 seluruh negara di dunia. Contohnya GATT/WTO, UNCTAD, dan lainya. 1). GATT ( General Agreement on Trade and Tariff) Merupakan organisasi internasional mengenai persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan yang didirikan berdasarkan Havana Charter pada tahun Tujuan dari organisasi ini adalah meningkatkan arus perdagangan internasional dengan prinsipprinsip pokok dalam GATT Clause, yaitu sebagai berikut : a). Prinsip pasar dunia yang terbuka (liberalisme perdagangan) b). Prinsip Free Trade, yaitu prinsip perdagangan bebas dan adil dengan menghilangkan /mengurangi berbagai hambatan perdagangan internasional, baik yang berssifat tariff barrier (TB) maupun Nontariff Barrier (NTB). c). Prinsip Reprositas (timbal balik) dan non diskriminasi yang dikenal sebagai Most Favorised Nation Clause (MFNC), yaitu prinsip multilateral dalam perlakuan hubungan ekonomi/ keuangan/ perdagangan internasional. d). Prinsip non-diskriminasi (nation treatment clause), yaitu prinsip memberi perlakuan yang sama terhadap produk luar negeri maupun produk dalam negeri. Misalnya PPN yang sama. e). Anti proteksionisme dalam segala bentuk, anti dumping dan anti subsidi. Dalam prekteknya penyimpangan, proteksionisme terjadi dan umumnya dilakukan oleh negara industri maju, dan sangat merugikan negara-negara yang sedang berkembang. Bentuk proteksionisme antara lain : Pembatasan quota hasil produksi negara sedang berkembang. Dumping oleh negara maju terutama Jepang. 38

22 Pemberian subsidi produk pertanian dan subsidi ekspor hasil pertanian oleh MEE. Perlakuan terhadap negara sedang berkembang dengan tarif yang tinggi. Perlakuan diskriminatif dalam pelayanan pelabuhan dan sistem pembayaran. Perundingan GATT : untuk mengurangi /menghilangkan berbagai hambatan perdagangan baik TB maupun NTB telah dilakukan : Jenewa Swiss tahun 1947 Annecy, Prancis tahun Torquay, Inggris tahun Jenewa, tahun Putaran Dillon, Jenewa tauhn Putaran Kenendy, Jenewa tahun Putaran Tokyo, Jepang tahun Putaran Uruguay, tahun Marakesh, Maroko tahun 1994 Putaran Uruguay diselenggarakan dengan tujuan memperlancar arus perdagangan dan investasi internasional dengan menghilangkan / mengurangi hambatan TB dan NTB. Hasil subtansi putaran Uruguay adalah sebagai berikut : Masalah akses pasar (market access). Masalah penyempurnaan aturan main GATT. Penyempurnaan kelembagaan GATT dengan membentuk WTO (Word Trade Organization), yang berlaku 1 Januari Masalah-masalah baru seperti, TRIM s (Trade Related Investment Measures) atau HAKI (hak atas kekayaan intelektual), GATS 39

23 (General Agreement on Trade Service) atau ketentuan perdagangan produk jasa. Pada pertemuan di Marakesh, Maroko 15 April 1994 yang dihadiri oleh 115 negara, nama GATT diubah menjadi Word Trade Organization (WTO) dan mulai berlaku tanggal 1 Januari Dalam pelaksanaannya, perdagangan bebas (free trade) dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesepakatan, dan perdagangan bebas secara penuh direncanakan berlaku tahun 2020 yang akan datang. 2). UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development) Merupakan suatu organisasi yang didirikan PBB tahun 1964, dengan tujuan menigkatkan kerjasama perdagangan dan pembangunan diantara kelompok negara industri maju (NIM) dan negara-negara yang sedang berkembang (NSB). Hasil penting dalam sidang UNCTAD adalah sebagai berikut : General System of Preferency (GSP), yaitu suatu fasilitas preferenci dalam bentuk keringanan bea masuk yang diberikan NIM terhadap produk-produk industri manufaktur dari negara yang sedang berkembang (NSB). Common fund, yaitu dana bersama yang diusahakan UNCTAD untuk menjaga stabilitas harga internasional, sehingga dapat diperoleh stabilitas penerimaan ekspor NSB atas produk primer yang harganya sensitif. c. Organisasi di Bawah PBB Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) mempunyai lembaga-lembaga ekonomi internasional untuk menjebatani hubungan antar negara-negara di dunia. Lembaga-lembaga tersebut antara lain : 40

24 1). IBRD (International Bank for Recontruction and Development). IBRD atau Bank Dunia, yaitu lembaga ini didirikan pada tanggal 27 Desember 1945 dan berkedudukan di Washington, USA. Indonesia menjadi anggota IBRD tahun Tujuan dibentuk IBRD adalah memberikan pinjaman dengan bunga relatif murah kepada berbagai negara untuk mendorong pembangunan ekonomi, namun tetap berdasarkan profit oriented. 2). IMF (International Monetary Fund) IMF atau Dana Moneter Internasional didirikan tanggal 27 September Tujuan pokok IMF adalah ingin meningkatkan bisnis internasional guna meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat di negara anggota. 3). UNDP (United Nations Development Program) UNDP atau organisasi pembangunan PBB adalah badan PBB yang memberikan sumbangan untuk membiayai program-program pembangunan terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang. 4). UNINDO (United Nations Industrial Development Organization). UNINDO atau Organisasi Pembangunan Internasional PBB didirikan pada tanggal 24 Juli 1967 dan berkedudukan di Wina, Austria. Tujuan utama dari lembaga ini adalah untuk meningkatkan pembangunan di bidang industri bagi negaranegara yang sedang berkembang. 5). IDA (International Development Association). IDA dikenal dengan Organisasi Pembangunan Internasional PBB yang didirikan untuk tujuan memberikan pinjaman kepada negara- 41

25 negara yang sedang berkembang, dengan bunga yang relatif murah jika dibanding dengan IBRD. 6). FAO (Food and Agriculture Organization). Merupakan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB yang didirikan pada tanggal 16 Oktober 1945dan berkedudukan di Roma, Italia. Organisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan mutu persediaan pangan, dan membantu negara-negara yang kekurangan pangan. 7). ILO (International Labor Organization). Merupakan Organisasi Perburuhan Internasional PBB yang didirikan pada tanggal 11 April 1949 dan berkedudukan di Jenewa, Swis. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk memperjuangkan nasib dan hak-hak kaum buruh 8). IFC (International Finance Coorperation). IFC atau Kerja sama Keuangan Internasional yang didirikan di Washington tanggal 24 Juli 1956, dengan tujuan memberikan penjaman kepada pengusaha-pengusaha swasta dan membantu pengalihan investasi luar negeri ke negara-negara yang sedang berkembang. 42

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Rikky Herdiyansyah SP., MSc Pengertian Kebijakan Ek. Internasional Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN-BADAN KERJASAMA EKONOMI KERJA SAMA EKONOMI BILATERAL: antara 2 negara KERJA SAMA EKONOMI REGIONAL: antara negara-negara dalam 1 wilayah/kawasan KERJA SAMA EKONOMI

Lebih terperinci

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional. By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional By: Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 02 Sesi KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Kalimantan Barat, Oesman Sapta Odang menilai Indonesia

Lebih terperinci

perdagangan, industri, pertania

perdagangan, industri, pertania 6. Organisasi Perdagangan Internasional Untuk mempelajari materi mengenai organisasi perdagangan internasional bisa dilihat pada link video berikut: https://bit.ly/2i9gt35. a. ASEAN (Association of South

Lebih terperinci

URAIAN MATERI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

URAIAN MATERI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kerjasama adalah kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam hal perniagaan atau semacamnya.

Lebih terperinci

BAB 16 KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Kata Kunci

BAB 16 KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Kata Kunci BAB 16 KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Pada bab ini kalian akan mempelajari tentang kerja sama ekonomi internasional. Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan kalian mampu

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

ii Ekonomi Internasional

ii Ekonomi Internasional Pendahuluan ii Ekonomi Internasional Daftar Isi iii EKONOMI INTERNASIONAL Oleh : Lia Amalia Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2007 Hak Cipta 2007 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Internasional

Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Internasional Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu: 1. mendeskripsikan konsep dan kebijakan perdagangan internasional; 2. menganalisis kerja sama ekonomi internasional; 3. mengevaluasi dampak kebijakan perdagangan

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi,

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 35 Materi Minggu 5 Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional 5.1. Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional Kebijakan ekonomi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN LINGKUNGAN ORGANISASI & DESAIN Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Genderang perang dagang yang ditabuh oleh Amerika Serikat (AS) meresahkan banyak pihak. Hal ini akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang membatasi

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL GLOBAL TRADING SYSTEM 1. Tarif GATT (1947) WTO (1995) 2. Subsidi 3. Kuota 4. VERs 5. ad. Policy 6. PKL NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA NEGARA ATAU KELOMPOK NEGARA TRADE BARRIERS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

Sessi. Dosen Pembina:

Sessi. Dosen Pembina: Sessi Lingkungan Perdagangan Internasional yang Dinamis Dosen Pembina: Mumuh Mulyana Mubarak, SE. http://moebarak.wordpress.com Dengan Ekonomi Global Tercipta Pasar Dunia yang Kompetitif Terbentuk Pasar-pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BISNIS GLOBAL. Kata kunci : Bisnis, perdagangan, global

BISNIS GLOBAL. Kata kunci : Bisnis, perdagangan, global BISNIS GLOBAL Mislan Sihite Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia ABSTRAK Perusahaan yang akan memasuki pasar global sudah tentu harus memahami seluk-beluk berbisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016 No. 57/10/17/Th. VII, 3 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 18,26 juta. Nilai Ekspor ini mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap

Lebih terperinci

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg

Market Brief. Peluang Produk Sepeda di Jerman. ITPC Hamburg Market Brief Peluang Produk Sepeda di Jerman ITPC Hamburg 2015 I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... II I. PENDAHULUAN... 1 A. Pemilihan Produk... 1 B. Profil Geografi Jerman... 1 II. POTENSI PASAR NEGARA JERMAN...

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara dianggap sebagai proses alokasi sumber daya ekonomi antar negara dalam rangka meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947

Conduct dan prosedur penyelesaian sengketa. GATT terbentuk di Geneva pada tahun 1947 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 6 GENERAL AGREEMENT on TARIFF and TRADE (GATT) A. Sejarah GATT Salah satu sumber hukum yang penting dalam hukum perdagangan internasional

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional. ABSTRAK Indonesia telah menjalankan kesepakan WTO lewat implementasi kebijakan pertanian dalam negeri. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam deregulasi (penyesuaian kebijakan) yang diterbitkan

Lebih terperinci

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747

T R A D E. Grafik 7.1/Figure 7.1. Volume Impor 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,247 3,507 3,067 2,627 1,747 Trade T R A D E Grafik 7.1/Figure 7.1 Volume Ekspor dan Impor Menurut Pelabuhan di Jawa Barat Volume of Imports by Port in Jawa Barat (Ton/Tons) 2006 20100 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 000 4,247

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL 4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL 4.1. Konsep Kebijakan Kebijakan dapat diartikan sebagai peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan, baik besaran maupun

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari RESUME Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari penandatanganan Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture/AoA) oleh pemerintahan Indonesia yaitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L PERDAGANGAN INTERNASIONAL PIEw13 1 KEY QUESTIONS 1. Barang-barang apakah yang hendak dijual dan hendak dibeli oleh suatu negara dalam perdagangan internasional? 2. Atas dasar apakah barang-barang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu fenomena yang dalam kurun waktu terakhir ini berkembang pesat mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok ekonomi dan perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT OKTOBER No. 67/12/61/Th. XIX, 1 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR OKTOBER MENCAPAI US$84,85 JUTA Nilai ekspor Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan

Lebih terperinci

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI No. 43/08/61/Th. XVIII, 3 Agustus A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MENCAPAI US$53,35 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL. World Bank, IMF, ADB, Eurobank

LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL. World Bank, IMF, ADB, Eurobank LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL World Bank, IMF, ADB, Eurobank WORLD BANK WORLD BANK = Bank Dunia = IBRD = International Bank for Reconstruction and Development Beroperasi 25 Juni 1946 Anggota awal 44 negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... v. HALAMAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR ISI... xii. DAFTAR TABEL... xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi DAFTAR ISTILAH...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET No. 32/50/61/Th. XIX, 3 Mei A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$38,86 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI No. 50/09/61/Th. XIX, 1 September A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI MENCAPAI US$29,00 JUTA Nilai ekspor Kalimantan Barat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014 Untuk Keperluan Intern Kemenperin Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan A. Ekspor Impor Bulan Total ekspor bulan adalah sebesar US$ 15,35 miliar (dengan perincian ekspor non migas US$ 12,88

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci