BAHAN DAN METODE HASIL. adalah satu menit. Hasil yang diperoleh berupa frekuensi tingkah laku yang muncul selama pengamatan (Martin & Bateson 1993).
|
|
- Herman Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3 BAHAN DAN METODE Objek penelitian Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur dihuni oleh tiga kelompok monyet ekor panjang, yaitu kelompok Depan, kelompok Belakang, dan kelompok Arboretum. Objek penelitian yang digunakan adalah monyet ekor panjang kelompok Depan dengan jumlah 45 individu dari total individu sebanyak 49 individu (survei tanggal 14 Juli 2008). Selain monyet ekor panjang, objek penelitian yang digunakan ialah satu ekor beruk yang hidup berkelompok dengan monyet ekor panjang kelompok Depan. Beruk ini terdapat di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur sejak tahun 2004 dan merupakan hasil pelepasan dari pemiliknya. Total objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah 46 individu. Alat Alat-alat yang digunakan adalah teropong binokuler, termometer, Global Positioning System (GPS), alat pencatat waktu (jam), kertas koran, penjepit kayu, plastik, dan kamera digital. Metode Penelitian Habituasi. Proses ini bertujuan untuk membiasakan hewan terhadap kehadiran pengamat dengan pemberian pakan, sehingga pengamatan dapat lebih mudah dilakukan. Setelah itu, dilakukan identifikasi terhadap individu-individu yang ada dengan cara memberi nama tiap individu berdasarkan ciriciri fisik seperti raut muka, warna rambut, ukuran tubuh, bentuk kepala, bentuk tubuh maupun cacat pada tubuh. Ad libitum sampling. Pengamat mencatat sebanyak mungkin tingkah laku individu dari anggota kelompok yang teramati. Hasil yang diperoleh berupa durasi dan frekuensi tingkah laku yang teramati selama pengamatan dalam suatu kelompok (Martin & Bateson 1993). Focal animal sampling. Pengamat mengamati tingkah laku dari individu tertentu atau individu fokus yang pertama kali terlihat dalam suatu kelompok. Metode ini digunakan untuk mengetahui individu lain yang terlibat dalam interaksi aktivitas makan dengan individu fokus. Hasil yang diperoleh berupa durasi tingkah laku yang muncul selama pengamatan (Martin & Bateson 1993). Scan sampling. Pengamat mengamati tingkah laku individu yang pertama kali terlihat dalam interval waktu yang telah ditentukan. Interval waktu yang digunakan adalah satu menit. Hasil yang diperoleh berupa frekuensi tingkah laku yang muncul selama pengamatan (Martin & Bateson 1993). Metode Identifikasi Tumbuhan 1. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat jenis tumbuhan yang dikonsumsi monyet pada saat monyet sedang melakukan aktivitas makan. 2. Wawancara dengan pegawai Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur yang telah mengetahui nama lokal dari tumbuhan yang menjadi sumber makanan monyet. 3. Pengambilan spesimen tumbuhan. Bagian tumbuhan yang diambil adalah bagian tumbuhan yang ditemukan di lapangan yaitu berupa buah, daun, batang, dan bunga, kemudian dicatat nama lokal dari tumbuhan tersebut. 4. Identifikasi jenis tumbuhan, dengan cara mencocokkan spesimen yang dikoleksi dengan gambar-gambar yang ada di buku Heyne 1987; Sastrapradja & Afriastini 1980; Duistermaat 2005; dan Boo et al HASIL Jumlah Individu dalam Kelompok Pada saat survei pertama tanggal 19 Maret 2008, kelompok Depan berjumlah 50 individu dan pada saat survei terakhir tanggal 14 Juli 2008 berjumlah 49 individu. Survei dilakukan sebanyak 5 kali selama penelitian. Kelompok Depan terdiri atas 6 jantan dewasa, 13 betina dewasa, 5 jantan muda, 6 betina muda, 16 juvenil, dan 3 bayi. Pada saat survei tanggal 14 Juni 2008, kelompok Belakang yang teramati berjumlah 15 individu dengan komposisi 3 jantan dewasa, 3 betina dewasa, 2 jantan muda, 3 betina muda, 3 juvenil, dan 1 bayi. Kelompok Arboretum yang teramati pada saat survei tanggal 14 Juni 2008 berjumlah 15 individu. Total individu yang terdapat pada Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur adalah 79 individu. Hirarki Sosial Individu dalam Kelompok Jumlah individu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 individu dengan komposisi 6 jantan dewasa, 13 betina dewasa, 5 jantan muda, 6 betina muda, 13 juvenil, dan 3 bayi. Aktivitas makan berhubungan dengan hirarki sosial individu dalam kelompok. Individu yang berada pada hirarki sosial tinggi akan mempunyai peluang yang lebih besar dalam mendapatkan makanan dibandingkan
2 4 dengan individu yang berada pada hirarki sosial rendah (Tabel 1). Tabel 1 Hirarki sosial sebagian individu Hirarki Sosial Individu Jantan* Individu Betina* Alfa ky agl Beta adk rsa, nn Gama ig mm, cnt, bnn Teta rb, asp mps, pn, lla Keterangan: *= hasil identifikasi terhadap individu monyet yaitu berupa inisial pemberian nama. Aktivitas Makan Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok Depan banyak terjadi pada pagi hari (pukul ) dan sore hari (pukul ), serta sedikit pada siang hari (pukul ). Pola tersebut terjadi jika cuaca normal, tetapi jika hujan dan angin kencang maka aktivitas makan akan menurun. Aktivitas makan dimulai saat monyet ekor panjang turun dari pohon tidur (pohon yang berada di core area, digunakan sebagai tempat beristirahat pada malam hari) di sekitar lapangan utama. Kelompok ini akan bergerak ke daerah sekitar lapangan utama dan kafetaria untuk mencari makanan dan biasanya aktivitas ini berlangsung mulai pukul WIB. Kelompok ini akan tetap berada di sekitar lapangan utama untuk melakukan aktivitas hariannya. Di sekitar lapangan utama terdapat pohon glodokan (Polyalthia longifolia), krai payung (Filicium decipiens), dan tanjung (Mimusops elengi) yang sering dijadikan tempat bermain oleh juvenil. Aktivitas makan kembali terlihat pada pukul WIB di sekitar tepi lapangan yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan seperti jukut pait (Axonopos compressus) yang merupakan sumber makanan penting bagi kelompok ini. Monyet ekor panjang kemudian akan bergerak ke tepi jalan raya Cibubur pada pukul untuk melanjutkan kembali aktivitas makan yang berasal dari alam maupun dari pengunjung. Pada sore hari biasanya banyak pengunjung yang memberi pakan berupa kacang. Aktivitas ini berlangsung sampai pukul dan kelompok ini akan kembali ke pohon tidur yang terletak di hutan sekitar lapangan utama. Pohon yang dijadikan sebagai pohon tidur adalah pohon saga (Adenanthera pavonina). Apabila monyet kesulitan untuk mendapatkan sumber pakan di hutan sekitar lapangan utama, maka pada pagi hari sekitar pukul WIB kelompok ini akan bergerak ke arah danau sampai tempat pemancingan untuk mencari makanan. Aktivitas ini biasanya berlangsung dari pukul WIB, kemudian monyet ekor panjang akan bergerak kembali ke hutan tepi lapangan utama untuk beristirahat dan melakukan aktivitas menelisik (grooming). Tetapi apabila di hutan sekitar lapangan utama dan danau tidak terdapat makanan yang mencukupi, maka pada pagi hari sekitar pukul kelompok ini akan bergerak ke arah PT. Madu Pramuka untuk mencari makanan dari alam dan sisa pengunjung. Di tempat tersebut terdapat pohon kersen (Muntingia calabura) dan pohon kapuk (Ceiba pentandra) yang merupakan salah satu sumber pakan monyet. Monyet ekor panjang akan melakukan aktivitas makan sampai sekitar pukul 10.00, kemudian akan bergerak ke dalam hutan yang berada di sekitar PT. Madu Pramuka dan kembali melakukan aktivitas makan pada pukul WIB. Kelompok ini kemudian akan bergerak ke arah jalan raya Cibubur sekitar pukul WIB. Aktivitas makan kelompok Depan dimulai ± pukul dan berakhir pada pukul di sekitar jalan raya Cibubur. Alur pergerakan monyet ekor panjang kelompok Depan dapat dilihat pada Gambar 2. Aktivitas harian monyet ekor panjang berakhir sekitar pukul WIB. Daerah jelajah monyet ekor panjang kelompok Depan, kelompok Belakang, dan kelompok Arboretum dapat dilihat pada Gambar 3. Aktivitas makan monyet ekor panjang selama bulan Maret-Juli dengan metode ad libitum sampling dan focal animal sampling, yaitu sebesar 9.01% dari total aktivitas harian kelompok tersebut (Tabel 2). Aktivitas makan yang teramati lebih banyak dilakukan oleh individu dewasa (3212 scan atau 85%) daripada individu juvenil (584 scan atau 15%). Aktivitas makan beruk yang teramati lebih sedikit. Beruk lebih sering tidak tampak sehingga jarang terlihat berada pada monyet kelompok Depan. Berdasarkan pengamatan, beruk lebih banyak melakukan aktivitas diam atau beristirahat daripada melakukan aktivitas makan.
3 5 10 U 9 8 d 6 a b 7 c 1 a e Skala 1: Sumber : buperta.com Gambar 2 Peta alur pergerakan M. fascicularis di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta Keterangan : 1. Lapangan Utama 2. Danau 3. Pemancingan 4. Arboretum 5. Graha Wisata 6. PT. Madu Pramuka 7. Perkemahan Putri 8. Jalan tol Jagorawi 9. Perkemahan Putra 10. Lapangan Terbang a b c d e Jalan Arah Pergerakan Daerah sekitar lapangan utama Kafetaria Daerah tepi jalan raya Cibubur Daerah PT. Madu Pramuka Daerah sekitar danau dan pemancingan
4 6 10 U Skala 1: Sumber : buperta.com Gambar 3 Peta daerah jelajah M. fascicularis di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta Keterangan : 1. Lapangan Utama 2. Danau 3. Pemancingan 4. Arboretum 5. Graha Wisata 6. PT. Madu Pramuka 7. Perkemahan Putri 8. Jalan tol Jagorawi 9. Perkemahan Putra 10. Lapangan Terbang : Jalan : Daerah jelajah Kelompok Depan : Daerah jelajah Kelompok Belakang : Daerah jelajah Kelompok Arboretum
5 7 Tabel 2 Persentasi aktivitas harian monyet ekor panjang selama bulan Maret-Juli 2008 Aktivitas Total Jumlah Persentasi Aktivitas (kali) (%) Bergerak Diam atau istirahat Makan Bermain Allogrooming (menelisik yang dilakukan berpasangan) Autogrooming (menelisik yang dilakukan sendiri) Mounting (kawin) Agonistik (perkelahian) Presenting (pengangkatan ekor yang dilakukan oleh betina) Inspeksi (pemeriksaan alat kelamin betina oleh jantan) Minum Alarm call (sinyal peringatan) Non-copulatory mounting (penaikan) Total Jenis Makanan Monyet ekor panjang di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur mengkonsumsi dua jenis makanan, yaitu makanan alami dan makanan yang berasal dari pengunjung (non alami). Jenis makanan dari alam yang banyak dikonsumsi monyet ekor panjang adalah tunas daun awi tali (Gigantochloa apus) 34.65%, jukut pait 22.50%, dan buah beringin (Ficus benjamina) 6.96% (Tabel 3). Jenis makanan yang banyak dikonsumsi monyet ekor panjang yang berasal dari pengunjung (non alami) adalah makanan sisa pengunjung 28.78% dan kacang 15.07% (Tabel 4). Secara keseluruhan, makanan alami lebih banyak dikonsumsi yaitu sebanyak 74.22% daripada makanan non alami yaitu sebanyak 25.78% dari total makanan yang dikonsumsi. Periode penelitian ini dilakukan pada peralihan musim hujan ke musim kemarau (Mei-Juni). Tunas daun awi tali dan jukut pait banyak dikonsumsi pada bulan Maret dan April, sedangkan buah-buahan banyak dikonsumsi pada bulan April dan Juni. Buahbuahan yang banyak dikonsumsi antara lain beringin, kersen, dan jambu biji (Psidium guajava). Tabel 3 Persentasi jenis makanan alami selama bulan Maret-Juli 2008 Nama lokal Nama ilmiah Suku Frekuensi (kali) Persentasi (%) Awi tali Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz Gramineae Jukut pait Axonopus compressus (Swartz.) P. Beauv. Gramineae Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Akasia Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. Mimosaceae Jukut jampang Eleusine indica (L.) Gaertn. Gramineae Kersen Muntingia calabura L. Elaeocarpaceae Brambangan Aneilema malabaricum (L.) Merr. Commelinaceae Pohon kupu-kupu Bauhinia purpurea L. Caesalpiniaceae Serangga* Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae Kapuk Ceiba pentandra Gaertn. Bombacaceae Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Babawangan Fimbristylis miliaceae (L.) Vahl. Cyperaceae Nangka Artocarpus heterophyllus Lmk. Moraceae Onyam Antidesma ghaesembilla Gaertn. Euphorbiaceae Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Ketapang Terminalia catappa L. Combretaceae Jukut sauheum Setaria palmifolia (Wild.) Stapf. Gramineae Hevea brasiliensis (Willd. ex A.L. Karet Euphorbiaceae Juss.) Muell. Arg. Keterangan: * = serangga yang dikonsumsi monyet ekor panjang adalah semut dan belalang.
6 8 Tabel 3 Lanjutan Nama lokal Nama ilmiah Suku Frekuensi Persentasi (kali) (%) - Centrosema pubescens Benth. Fabaceae Foxtail palm Wodyetia bifurcata Irvine. Palmae Tanjung Mimusops elengi L. Sapotaceae Kelapa Cocos nucifera L. Palmae Jambu bol Eugenia malaccensis L. Myrtaceae Lamtoro Leucaena leucocephala (Lamk.) De Wit. Mimosaceae Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pinang sepuluh Ptychosperma macarthurii (H. Wendl. c x Veitch) H. Wendl ex Palmae Hook.f. Calingcing Oxalis barrelieri L. Oxalidaceae Soka Ixora paludosa Kurz. Rubiaceae Sirsak Annona sp. Annonaceae Damar Agathis dammara Foxw. Araucariaceae Seuseureuhan Piper aduncum L. Piperaceae Macaranga tanarius Mull. Arg. Euphorbiaceae Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Jeruk manis Citrus sinensis (L.) Osbeck Rutaceae Jukut domdoman Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin. Gramineae Cicak Lainnya Total Tabel 4 Persentasi jenis makanan non alami selama bulan Maret-Juli 2008 Nama lokal Nama ilmiah Suku Frekuensi (kali) Persentasi (%) Makanan sisa pengunjung Kacang tanah Arachis hypogaea L. Papilionaceae Roti Nasi Gorengan Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Makanan ringan Ubi jalar Ipomoea batatas Lamk. Convolvulaceae Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Jambu air Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston Myrtaceae Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Nangka Artocarpus heterophyllus Lmk. Moraceae Semangka Citrulus vulgaris Schrad. Cucurbitaceae Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae Kedondong Spondias dulcis Forst. Anacardiaceae Kelapa Cocos nucifera L. Palmae Kecapi Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Meliaceae Kelengkeng Euphoria longana Lamk. Sapindaceae Timun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae Jeruk manis Citrus sinensis (L.) Osbeck. Rutaceae Singkong Manihot esculenta Crantz. Euphorbiaceae Lainnya Total Jenis makanan yang dikonsumsi oleh beruk sama dengan yang dikonsumsi oleh monyet ekor panjang. Selama pengamatan, beruk lebih banyak mengkonsumsi bunga kupu-kupu dan buah beringin, serta sedikit mengkonsumsi tunas daun awi tali. Durasi Makan Waktu yang dibutuhkan oleh monyet individu dewasa untuk makan lebih lama dibandingkan individu juvenil. Hal ini disebabkan juvenil dan bayi lebih banyak bergerak dan menghabiskan waktunya untuk
7 9 bermain daripada melakukan aktivitas makan. Selama pengamatan, waktu yang dibutuhkan oleh monyet ekor panjang untuk satu kali aktivitas makan mencapai waktu minimum 1 menit dan waktu maksimum 34 menit (Tabel 5). Selama pengamatan, aktivitas makan beruk lebih sedikit dan waktu yang dibutuhkan oleh beruk untuk satu kali aktivitas makan mencapai waktu minimum 1 menit dan waktu maksimum 8 menit. Tabel 5 Kisaran durasi makan selama Maret Juli 2008 Individu Durasi makan (menit) Dewasa 1-10 Juvenil 1-34 Pengaruh suhu dan cuaca terhadap aktivitas makan Aktivitas makan monyet ekor panjang dan beruk di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur dipengaruhi oleh suhu udara dan cuaca. Pada saat suhu udara rendah (24 o C) monyet ekor panjang dan beruk biasanya akan berjemur di pohon-pohon yang tinggi terlebih dahulu untuk memanaskan tubuh mereka sebelum melakukan aktivitas harian. Pada saat suhu udara tinggi (36 o C) monyet ekor panjang dan beruk lebih memilih untuk beristirahat di bawah pohon yang rindang atau melakukan aktivitas menelisik sambil menunggu suhu udara turun. Suhu udara di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur mencapai suhu minimum 24 o C pada pagi hari dan suhu maksimum 36 o C pada siang hari (Tabel 6). Tabel 6 Rata-rata kisaran suhu udara bulan Maret-Juli 2008 Waktu Rata-rata kisaran suhu Pagi 24 o C-30 o C Siang 28 o C-36 o C Sore 26 o C-30 o C Aktivitas monyet juga menurun pada saat hujan dan angin kencang. Pada saat hujan dan angin kencang monyet lebih memilih untuk beristirahat atau melakukan aktivitas menelisik, tetapi perubahan aktivitas tidak terlalu terlihat apabila hujan turun tidak terlalu lama dan tidak terlalu deras. Perubahan aktivitas makan tidak terlihat nyata pada waktu pengamatan di bulan Mei dan Juni. Aktivitas makan yang terlihat di bulan Mei sebanyak 485 scan dengan satu hari hujan dan di bulan Juni sebanyak 481 scan dengan tidak ada hari hujan (Tabel 7). Waktu pengamatan masing-masing adalah 17 hari. Hal ini disebabkan oleh pengamatan yang memasuki musim kemarau sehingga tidak banyak aktivitas makan yang dilakukan oleh monyet. Tabel 7 Pengaruh hari hujan terhadap aktivitas makan Bulan Hari hujan Frekuensi (scan) Waktu pengamatan (hari) Maret April Mei Juni Juli Total PEMBAHASAN Hirarki Sosial Individu dalam Kelompok Menurut Soeratmo (1979) dalam Suprihandini (1993), hirarki sosial terbentuk akibat terdapat perbedaan kualitas individu dalam kelompok. Individu yang mempunyai kualitas tertentu dan lebih unggul daripada individu lain disebut dominan (Ray 1999). Monyet yang dominan menempati urutan hirarki paling atas, sedangkan yang kurang dominan menempati urutan hirarki yang lebih rendah. Pada umumnya, individu jantan lebih dominan dibandingkan individu betina (Napier & Napier 1985). Waktu makan pun mempunyai pola yang berdasarkan hirarki. Individu yang berada pada hirarki paling atas akan makan terlebih dahulu, kemudian diikuti individu lain sesuai urutan hirarki. Juvenil monyet rhesus (M. mulatta) dari induk berhirarki tinggi akan lebih mudah mendapatkan makanan dibandingkan juvenil dari induk berhirarki rendah (Peláez et al. 2000). Aktivitas Makan Aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok Depan yang teramati selama bulan Maret-Juli 2008 sebesar 9.01% dari total aktivitas harian, sedangkan waktu yang dihabiskan untuk bergerak dan beristirahat masing-masing 42.71% dan 37.35%. Aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok Pancalikan di Cagar Budaya Ciung Wanara selama Mei-Juni 2005 sebesar 20.72%. Waktu yang dihabiskan untuk bergerak dan beristirahat masing-masing sebesar 31.08% dan 26.95% (Yudanegara 2006), sedangkan aktivitas makan monyet ekor panjang kelompok Pancalikan periode Juni-Agustus 2006 sebesar 21.91% dari total
AKTIVITAS MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI BUMI PERKEMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA. Oleh: HILDA FARIDA G
i AKTIVITAS MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI BUMI PERKEMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA Oleh: HILDA FARIDA G34104048 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
Lebih terperinciBAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama
13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama dan di bawah program PT. Taman Safari Indonesia didampingi oleh Bapak Keni Sultan,
Lebih terperinciLampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat
Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat No Jenis Jumlah D ratarata (cm) (Kg/L.jalan) Karbon Serapan CO 2 1 Palem Raja (Oreodoxa
Lebih terperinciLampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg)
Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg) 1 2 3 4 5 Total Biomassa (Kg/Jalur) Lampiran 2. Data Nilai Berat Jenis Tanaman No. Jenis Famili
Lebih terperinciLampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang
48 Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang No Jenis Jumlah D ratarata (cm) (Kg/L.jalan) Karbon Serapan CO 2 1 Palem Raja
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan. Lampiran 2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Taman Beringin a.
Lampiran 1. Perhitungan dan Karbon Tersimpan Contoh : Diketahui Angsana (Pterocarpus indicus) yang memiliki berat jenis 0,65 gr/cm 3 terdapat pada RTH Ahmad Yani dengan diameter 40 cm, maka nilai biomassa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jumlah Waktu dan Frekuensi Grooming Monyet Ekor Panjang Pelaku pada perilaku grooming monyet ekor panjang adalah Jantan Dewasa (JD), Betina Dewasa (BD),
Lebih terperinciSTUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG
STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG Sri Sumarni Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : sri_nanisumarni@yahoo.co.id
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai
Lebih terperinciPREFERENSI MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI GUNUNG MERU PADANG SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH DEWI APRIANI NIM.
PREFERENSI MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI GUNUNG MERU PADANG SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH DEWI APRIANI NIM. 11010272 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciGROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA
Pola Perilaku Berselisik... (Moh Galang Eko Wibowo) 11 POLA PERILAKU BERSELISIK (GROOMING BEHAVIOUR) MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis, RAFFLES 1821) DI SUAKA MARGASATWA PALIYAN, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Foto Objek Fokal Orangutan Dalam Penelitian Individu jantan dewasa Individu jantan remaja Individu betina dewasa Individu betina dewasa bersama anaknya Lampiran
Lebih terperinciTabel Lampiran 1: Daftar spesies yang ditemukan di masing-masing lokasi observasi
LAMPIRAN Tabel Lampiran 1: Daftar spesies yang ditemukan di masing-masing lokasi observasi Lokasi Obs Desa Kampung Pinang, Pinang, Pinang, Pinang, Pinang, Pinang, Pinang, Nama Ekoregion Ekosistem Komunitas
Lebih terperinciMuhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D
PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015 di Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton, Bandar Lampung. Peta
Lebih terperinciAktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura
ISSN: 2252-3979 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura Feeding Activity of Long Tail Monkey (Macaca
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Blok Kali Jernih, Tanggamus, Lampung. Waktu penelitian berlangsung selama 3 bulan antara bulan Januari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pada penelitian deskriptif ini, peneliti berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
Lebih terperinciREKOMENDASI Peredam Kebisingan
83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1 1. Akar tumbuhan selalu tumbuh ke bawah. Hal ini dipengaruhi oleh... Cahaya matahari Tekanan udara
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa
64 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis dan sintesis, memberikan gambaran bahwa kawasan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa
19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung
Lebih terperinciInventarisasi Jenis Pohon di Kawasan Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan (Pusbindiklat) Peneliti - LIPI untuk Menunjang Faktor Keselamatan
Inventarisasi Jenis Pohon di Kawasan Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan (Pusbindiklat) Peneliti - LIPI untuk Menunjang Faktor Keselamatan I PUTU GEDE P. DAMAYANTO 1*, RADEN PRAMESA NARAKUSUMO 1,
Lebih terperinciNo Nama Lokal Nama Ilmiah Famili
Lampiran 1. Daftar jenis vegetasi Hutan alam TWA Gn. Pancar, Kebun bambu, Kebun campuran, Pekarangan dan RTH Publik Area Sentul City pada Hulu DAS Kali Bekasi No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Hutan Alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu kawasan dengan sarana pendukung seperti perkantoran, kawasan industri, sekolah, rumah ibadah, pusat-pusat
Lebih terperinciDaerah Aliran Atas: Pohon: -Pinus (Pinus mercusii) Semak: -Pakis (Davillia denticula) -Kirinyu (Cromolaena odorata) -Pokak
Daerah Aliran Atas: Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro: Vegetasi tepi sungai berupa semak campuran pepohonan yang tumbuh di atas tebing curam (20 m). Agak jauh dari sungai terdapat hutan Pinus (Perhutani);
Lebih terperinciPedoman Wawancara Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kecamatan Alor Tengah Utara Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur I. TINGKAT PENGGUNAAN TUMBUHAN OBAT A.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin
27 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Rumput
TINJAUAN PUSTAKA Hijauan Pakan Ternak Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan leguminosa yang digunakan sebagai pakan ternak (Hartadi et al., 1993). Wilkins (2000) menyatakan bahwa hijauan
Lebih terperinci1 Sapi 80 2 Kambing Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang Ternak kambing adalah ternak ruminansia yang mendomiasi atau paling banyak dipelihara di Desa Cigobang karena disamping peternakan yang turuntemurun
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Spesies Kutu Putih
11 HSIL DN PEMHSN Keanekaragaman Spesies Kutu Putih Pada penelitian ini ditemukan 20 spesies kutu putih yang menyerang 23 jenis tanaman buah-buahan (Tabel 2 ), yaitu: Dysmicoccus brevipes (Cockerell),
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)
Lebih terperinciSTUDI KERAGAMAN TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI
STUDI KERAGAMAN TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Lebih terperinciIdentifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of Medan City)
Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of City) Hafsah Purwasih 2, Siti Latifah 3, Asep Sukmana 4 1 Bagian dari skripsi
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan
Lampiran 1. Perhitungan dan Contoh Diketahui : RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika dengan luas 1,911 Ha Berat Jenis Jabon (Anthocephalus cadamba ) adalah 0,42 gr/cm 3 Diameter Jabon (Anthocephalus
Lebih terperinciKeanekaragaman Tanaman Buah di Pekarangan Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Bogor
B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 8, Nomor 1 Januari 2007 Halaman: 43-47 Keanekaragaman Tanaman Buah di Pekarangan Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Bogor Fruit of plant diversity at home-garden
Lebih terperinciPROFIL VEGETASI PEKARANGAN DI DESA JABON MEKAR, KECAMATAN PARUNG, BOGOR
PROFIL VEGETASI PEKARANGAN DI DESA JABON MEKAR, KECAMATAN PARUNG, BOGOR Budi Prasetyo (budi-p@mail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT Jabon Mekar village is well-known by people as the central of fruit
Lebih terperinciManfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :
BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mega Bird and Orchid farm, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini melibatkan objek yang diberikan berbagai perlakuan. Objek pada penelitian ini ialah
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian studi perilaku dan pakan Owa Jawa (Hylobates moloch) di Pusat Studi Satwa Primata IPB dan Taman Nasional Gunung
Lebih terperinciSTUDI DENDROLGIS JENIS-JENIS POHON DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
Ni Kade A. D. Aryani, dkk., Studi Dendrologs Jenis-Jenis 215 STUDI DENDROLGIS JENIS-JENIS POHON DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG Ni Kade A.D. Aryani, Yudhistira A.N.R. Ora Fransiskus
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Resort Pemerihan, TNBBS pada bulan. WWF Indonesia (World Wide Fund for Nature Indonesia).
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Resort Pemerihan, TNBBS pada bulan Januari sampai Februari 2014, bekerja sama dan di bawah program WWF Indonesia (World Wide
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia
Lebih terperinciINVENTARISASI JENIS DAN TINGKAT KESEHATAN POHON PELINDUNG DI KOTA PALU, SULAWESI TENGAH ABSTRACT
Biocelebes, Juni 2017, hlm. 40-45 ISSN-p: 1978-6417 Vol. 11 No. 1 INVENTARISASI JENIS DAN TINGKAT KESEHATAN POHON PELINDUNG DI KOTA PALU, SULAWESI TENGAH Hendro 1, Miswan 1, Ramadhanil Pitopang 1 1) Jurusan
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh Moh Galang Eko Wibowo
POLA PERILAKU BERSELISIK (GROOMING BEHAVIOUR) MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis, RAFFLES 1821) DI SUAKA MARGASATWA PALIYAN, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciLAMPIRAN A. A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono. B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani
LAMPIRAN A A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani VEGETASI UNTUK MEREDUKSI POLUSI B Angsana (Pterocarpus indicus) Dapat mereduksi 0.5937 (µg/g) polutan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan
Lebih terperinciAKTIVITAS MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) KELOMPOK PANCALIKAN DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS, JAWA BARAT
AKTIVITAS MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) KELOMPOK PANCALIKAN DI SITUS CIUNG WANARA, CIAMIS, JAWA BARAT Oleh : Angga Yudanegara G34101018 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Lebih terperinciPENGARUH KONDISI EKOSISTEM DARAT KORIDOR SUNGAI TERHADAP DANAU RAWA PENING
JRL Vol. 4 No.2 Hal 81-86 Jakarta, Mei 2008 ISSN : 2085-3866 PENGARUH KONDISI EKOSISTEM DARAT KORIDOR SUNGAI TERHADAP DANAU RAWA PENING E. Hanggari Sittadewi Peneliti Madya Pada Pusat Teknologi Lahan,
Lebih terperinciA. Struktur Akar dan Fungsinya
A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis
Lebih terperinciInventarisasi Jenis Tumbuhan Pangan Lokal pada Masyarakat Ambaidiru Distrik Kosiwo, Kabupaten Yapen Waropen
JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: xxx - xxx Volume 1, Nomor 1 April 2009 Halaman: 36 41 Inventarisasi Jenis Tumbuhan Pangan Lokal pada Masyarakat Ambaidiru Distrik Kosiwo, Kabupaten Yapen Waropen FALI SEMBORI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, karena dalam penelitian ini, Lepidoptera yang menjadi variabel tidak diberi perlakuan khusus
Lebih terperinciBERDASAR ADA TIDAKNYA BANTANG
MORFOLOGI BATANG SIFAT UMUM umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi buku-buku dan pada buku-buku inilah
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Amsyari, F Prinsip Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Mutiara. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Affandi, M. J. 1994. Pengembangan Hutan Kota dalam Kaitannya dengan Pembangunan Wilayah di Kotamadya Bandar Lampung. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. Amsyari, F. 1977. Prinsip Prinsip
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3). B. Alat dan Objek Penelitian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. dilakukan dari bulan Mei hingga Juni Peneliti. mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan.
BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Juni 2015. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan. Adapun lokasi yang dijadikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) 2.1.1. Klasifikasi Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut (Napier dan Napier, 1967): Filum
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu satu bulan di grid vector O11, M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai
Lebih terperinciDINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG
DINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG PLANT COMMUNITIES DYNAMICS IN THE LIMIT ECOSYSTEMS OF GUNUNG AMBANG NATURE RESERVE Hendra Amon 1), Johny Tasirin ) dan Martina
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan
Lebih terperinciBAB. Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya
BAB 2 Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya Pada hari Minggu, Nina dan Siti pergi ke rumah Dimas. Di sana, mereka melihat Dimas sedang bekerja membantu ayah Dimas memindahkan bibit mangga yang dibeli ayahnya
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA DAN KLASIFIKASI BUAH
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI BUAH Arti Botani organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium) disebut buah sejati Arti Pertanian tidak terbatas yang terbentuk
Lebih terperinciPEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA
1 PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA Sahri Maida Sinaga, Utomo Pranoto, Hadi Surono, Archaitra Nadila A. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang
23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survai, yaitu pengambilan sampel semut pada tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif,
Lebih terperinci065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI
2cB8 065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan
66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi pohon kota dilakukan pada tiga jalur jalan arteri di Kota Jakarta Pusat. Jalur arteri tersebut yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan Angkasa. Berdasarkan
Lebih terperinciGambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)
57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya
Lebih terperinciHASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.
2 lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. Identifikasi rayap Identifikasi rayap menggunakan rayap kasta prajurit. Rayap kasta prajurit mayor digunakan untuk mengidentifikasi
Lebih terperinciCiri-ciri Spermatohyta
Ciri-ciri Spermatohyta Memiliki biji Memiliki jaringan pengangkut (xylem dan Floem) Dibedakan atas Gymnospermae (berbiji terbuka), dan Angiospermae (Berbiji tertutup) Gymnospermae (berbiji terbuka) berbiji
Lebih terperinciMETODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan
III. METODE PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan di Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat (Gambar 6) pada bulan Mei
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xiii INTISARI...xiv
Lebih terperinciJMSC Tingkat SD/MI2017
I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik wilayah jelajah mencakup dua aspek, yaitu tipe ekosistem beserta kondisi habitatnya dan populasi monyet ekor panjang di Pulau Tinjil. Berikut ini merupakan penguraian
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3.Tujuan
Lebih terperinciB. Pengetahuan Masyarakat Tabel 1 Kuesioner untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang Terbuka Hijau
65 65 66 Lampiran 1 Lembar Kuesioner A. Identitas Responden 1. Jenis kelamin a. Pria b. wanita 2. Umur a. 20-30 tahun c. 41-50 tahun e. > 60 tahun b. 31-40 tahun d. 51-60 tahun 3. Pendidikan Terakhir a.
Lebih terperinciAdawiyah et al., Jenis-jenis Tumbuhan Berkayu... 11
Adawiyah et al., Jenis-jenis Tumbuhan Berkayu... 11 JENIS-JENIS TUMBUHAN BERKAYU DAN PEMANFAATANNYA OLEH SUKU MADURA DI PULAU GILI KETAPANG PROBOLINGGO (WOODY PLANT SPECIES AND IT'S USED BY MADURESE IN
Lebih terperinciPERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO
Kampus Kreatif Sahabat Rakyat PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO Anita Mayasari, Diah I. D. Arini, Melkianus S. Diwi, Nur Asmadi Ostim Email : anita.mayasari11@gmail.com
Lebih terperinciBUAH SEJATI. Buah sejati 1. Tugas II Nama : Nurlindah Mkamun Nim : Kelas : Pendidikan Biologi
BUAH SEJATI Buah sejati adalah buah yang terbentuk dari bakal buah saja dan karena buah ini biasanya tidak diselubungi oleh bagian-bagian lainnya, maka dinamakan juga buah telanjang (fructus nudus). Buah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012 di penangkaran rusa dalam kawasan Hutan Penelitian (HP) Dramaga milik Pusat Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, bekerja sama dan di bawah program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengandesain tujuan utama untuk membuat
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City
21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang
A. Karakteristik Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian minat masyarakat untuk membeli sayur dan buah di Pasar Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang dilakukan di tiga wilayah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
29 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) monokultur dan kebun campuran di Desa Seputih Jaya Kecamatan Gunung
Lebih terperinciAktivitas Harian Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara
Aktivitas Harian Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara Saroyo 1), Sri Supraptini Mansjoer 2), Rudy C. Tarumingkeng 2), Dedy Duryadi Solihin 2) dan Kunio
Lebih terperinciPERBANDINGAN AKTIVITAS HARIAN DUA KELOMPOK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO-BATUANGUS, SULAWESI UTARA
PERBANDINGAN AKTIVITAS HARIAN DUA KELOMPOK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO-BATUANGUS, SULAWESI UTARA Deidy Katili 1) dan Saroyo 1) 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk
Lebih terperinci