ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) PEMBUKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) PEMBUKAAN"

Transkripsi

1 ANGGARAN DASAR ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) Bismillahirrahmanirrahim PEMBUKAAN Manusia dianugerahi potensi diri dan hikmah tertinggi yang membuatnya lebih mulia dari mahkluk lain. Karena itu, manusia wajib bersyukur dengan memanfaatkan atau mendarmabaktikan seluruh potensi diri melalui perjuangan membangun masyarakat, bangsa, dan ummat manusia yang cerdas, makmur, sejahtera, berkarakter, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ilmuwan yang tergabung dalam Asosiasi Pendidik dan Peneliti Bahasa dan Sastra (Appi-Bastra) dalam kedudukannya sebagai abdi Tuhan Yang Mahakuasa, dan warga negara Republik Indonesia yang sadar akan besarnya tantangan perubahan kehidupan nyata yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa pada masa yang akan datang perlu mengembangkan peluang dan merumuskan pemikiran, konsep, gagasan, dan rekayasa teknologi tepat guna sekaligus mengupayakan pemecahan permasalahan strategis lokal, nasional, regional, dan global secara konkret dan bijaksana. Dalam rangka mewujudkan aspirasi tersebut, menjadi kenyataan dan dengan memohon taufiq dan hidayah Tuhan Yang Maha Kuasa, para ilmuwan Indonesia yang berprofesi pendidik dan peneliti khususnya bidang pendidikan bahasa dan sastra bersepakat untuk bersatu dalam suatu wadah pengabdian dengan membentuk Asosiasi Pendidik dan Peneliti Bahasa dan Sastra (Appi-Bastra) yang diatur dalam bab-bab dan pasal-pasal Anggaran Dasar sebagai berikut. BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Asosiasi ini bernama Asosiasi Pendidik dan Peneliti Bahasa dan Sastra dan disingkat Appi-Bastra. (2) Appi-Bastra berkedudukan dan berkantor pusat di Gedung K-1 Pascasarjana Unesa Kampus Ketintang, Surabaya. (3) Appi-Bastra dapat memindahkan kantor pusat dan membuka kantor cabang atau perwakilan di tempat lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia. BAB II VISI DAN MISI Pasal 2 Visi Appi-Bastra berkomitmen tinggi untuk mendarmabaktikan segenap potensi diri dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan membangun karakter bangsa Indonesia, serta menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan. Pasal 3 1

2 Misi (1) Berperan aktif dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mendorong pembangunan pendidikan sebagai sarana meningkatkan kualitas peradaban manusia. (2) Mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, dan produktif yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan secara mandiri. (3) Meningkatkan potensi diri serta bersama-sama komponen bangsa yang lain membangun masyarakat Indonesia madani yang maju. (4) Ikut serta secara aktif membangun bangsa dan negara dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (5) Berperan aktif dalam memajukan masyarakat yang memahami budaya bangsa dan memiliki kemampuan praktik retorika yang prima untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang santun, berakhlak mulia, dan berkarakter yang kuat. BAB III KEGIATAN Pasal 4 Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Appi-Bastra melakukan kegiatan sebagai berikut. (1) Menyelenggarakan penelitian ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah dalam menjawab berbagai permasalahan pendidikan, bahasa, dan/atau sastra. (2) Menyelenggarakan pelatihan dalam bidang pendidikan, bahasa, dan/atau sastra untuk memberdayakan masyarakat. (3) Menyelenggarakan seminar, serasehan, simposium, diskusi, dan kegiatan ilmiah lainnya tentang pendidikan, bahasa, dan/atau sastra. (4) Menyediakan jasa konsultasi dalam bidang penelitian, pendidikan, bahasa, dan/atau sastra. (5) Menyelenggarakan satuan-satuan pendidikan yang terkait dengan bahasa dan/atau sastra yang berstandar nasional Indonesia dan berkualitas global. (6) Menyelenggarakan penerbitan buku, jurnal, majalah, dan/atau media massa lain baik cetak maupun elektronik. (7) Menyelenggarakan kerjasama di bidang penelitian, pendidikan dan pelatihan, serta kegiatan ilmiah lainnya dengan badan-badan lain baik pemerintah maupun swasta, di dalam maupun di luar negeri. (8) Menyelenggarakan kegiatan atau usaha lain yang bermanfaat bagi kemajuan Appi- Bastra dalam rangka mewujudkan visi dan misi Appi-Bastra. BAB IV ORGAN ASOSIASI Pasal 5 (1) Appi-Bastra mempunyai organ yang disusun secara lengkap, dan dijelaskan fungsi serta tugas pokok masing-masing organ secara tersendiri dari Anggaran Dasar ini. (2) Anggota organ adalah perseorangan yang berprofesi pendidik dan peneliti bahasa dan/atau sastra. (3) Setiap anggota organ tidak boleh merangkap sebagai anggota organ lain dalam Appi- Bastra kecuali untuk keperluan khusus istimewa atas persetujuan Dewan (4) Seseorang yang dinyatakan bersalah dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota organ Appi-Bastra yang menyebabkan kerugian bagi Appi-Bastra, masyarakat atau negara berdasarkan putusan Appi-Bastra, dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi anggota organ Appi-Bastra. 2

3 Pasal 6 Dewan Pembina (1) Appi-Bastra dibina oleh Dewan Pembina yang terdiri atas Dewan Pendiri dan bisa ditambah paling sedikit satu orang anggota Dewan Pembina lain. (2) Yang dapat diangkat menjadi Dewan Pembina adalah orang perseorangan yaitu (a) pendiri Appi-Bastra atau yang ditunjuk oleh pendiri sebagai wakilnya apabila pendiri adalah badan hukum; (b) seorang yang berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina dinilai memiliki dedikasi tinggi atau berjasa dalam mencapai visi dan misi Appi-Bastra. (3) Dewan Pembina memiliki kepemimpinan kolektif kolegial. (4) Masa jabatan Dewan Pembina tidak ditentukan lamanya. (5) Keanggotaan Dewan Pembina berakhir karena hal-hal berikut: (a) meninggal dunia; (b) mengundurkan diri atas permintaan sendiri; (c) diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Dewan (6) Apabila karena sebab tertentu Appi-Bastra tidak lagi memiliki anggota Dewan Pembina, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan tersebut wajib diangkat anggota Dewan Pembina berdasarkan keputusan rapat gabungan Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus Pusat dan disahkan dalam sidang umum. Pasal 7 Wewenang Dewan Pembina (1) Mengubah Anggaran Dasar Appi-Bastra. (2) Mengangkat dan memberhentikan Dewan Pengurus, Dewan Pengawas, dan Dewan Kehormatan (ad hoc). (3) Menetapkan kebijakan umum Appi-Bastra berdasarkan Anggaran Dasar Appi-Bastra. (4) Mengesahkan program kerja, rancangan anggaran tahunan, dan laporan tahunan Appi- Bastra yang disiapkan oleh Dewan Pengurus Pusat. (5) Menyetujui penggabungan atau pembubaran Appi-Bastra. Pasal 8 Rapat Dewan Pembina (1) Rapat Dewan Pembina diadakan setiap tahun sekali dan disebut sebagai rapat tahunan. Rapat tahunan ini diadakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah akhir tahun buku. (2) Dalam rapat tahunan, Dewan Pembina mengesahkan laporan tahunan Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus Pusat sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan Appi-Bastra untuk tahun yang akan datang. (3) Dewan Pembina dapat pula mengadakan rapat setiap waktu apabila dianggap perlu oleh tiga orang anggota Dewan Pembina atau atas permintaan dua orang anggota Dewan Pengurus Pusat dan satu orang anggota Dewan Pengawas. (4) Panggilan untuk rapat Dewan Pembina harus dilakukan dengan surat atau paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan menyebutkan hari, tanggal, waktu dan tempat rapat serta keterangan singkat tentang hal-hal yang akan dibicarakan. (5) Rapat Dewan Pembina dipimpin oleh Ketua Dewan Apabila Ketua tidak hadir atau berhalangan, rapat dipimpin oleh seorang ketua yang ditunjuk dari Dewan Pembina yang dipilih oleh dan dari antara anggota Dewan Pembina yang hadir. (6) Kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar, rapat Dewan Pembina adalah sah apabila lebih dari ½ (satu perdua) jumlah anggota Dewan Pembina hadir atau diwakili 3

4 dalam rapat. Anggota Dewan Pembina dapat diwakili dalam rapat hanya oleh anggota Dewan Pembina lainnya dengan surat kuasa. (7) Semua keputusan rapat Dewan Pembina diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. (8) Apabila keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu perdua) jumlah anggota Dewan Pembina kecuali apabila ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. (9) Setiap anggota Dewan Pembina berhak mengeluarkan 1 (satu) suara ditambah 1 (satu) suara untuk setiap anggota Dewan Pembina yang diwakilinya dalam rapat. (10) Segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat harus dibuatkan notulen rapat yang wajib ditandatangani oleh ketua rapat dan oleh seorang anggota Dewan Pembina yang ditunjuk oleh rapat untuk maksud itu; penandatanganan tersebut tidak disyaratkan apabila notulen rapat dibuat oleh notaris. (11) Dewan Pembina dapat pula mengambil keputusan yang sah dan mengikat tanpa menyelenggarakan rapat, dengan ketentuan semua anggota Dewan Pembina telah diberi tahu secara tertulis tentang usul yang bersangkutan dan semua menyetujui dengan menandatangani usul tersebut. Pasal 9 Dewan Pengawas (1) Dewan Pengawas terdiri atas paling sedikit satu orang; apabila diangkat lebih dari satu orang Dewan Pengawas, satu orang di antaranya dapat diangkat sebagai ketua. (2) Dewan Pengawas diangkat oleh Dewan Pembina berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan tidak mengurangi hak Dewan Pembina untuk sewaktu-waktu memberhentikan Dewan Pengawas. Dewan Pengawas tidak dapat diangkat untuk lebih dari 2 (dua) masa jabatan berturut-turut. (3) Masa jabatan Dewan Pengawas berakhir apabila (a) meninggal dunia; (b) diberhentikan berdasarkan keputusan rapat; (c) telah berakhir masa jabatannya. (4) Dewan Pengawas berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan maksud itu secara tertulis kepada Dewan Pembina paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri yang dikehendaki. (5) Apabila karena sebab tertentu jabatan Dewan Pengawas kosong, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan harus diadakan rapat Dewan Pembina untuk mengisi kekosongan tersebut. (6) Masa jabatan seorang yang diangkat untuk mengisi kekosongan adalah sisa masa jabatan Dewan Pengawas yang digantikannya. (7) Apabila jabatan Ketua Dewan Pengawas kosong, selama belum diangkat penggantinya, satu orang Dewan Pengawas yang diangkat berdasarkan rapat Dewan Pengawas menjalankan tugas sebagai ketua Dewan Pengawas atas persetujuan Dewan Pasal 10 Kewajiban Dewan Pengawas (1) Dewan Pengawas bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan Dewan Pengurus dalam menjalankan kegiatan Appi-Bastra serta memberikan nasihat kepada Dewan Pengurus baik diminta maupun tidak. 4

5 (2) Dewan Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan Appi-Bastra. (3) Dewan Pengawas baik bersama-sama maupun masing-masing setiap waktu berhak memasuki halaman, bangunan, ruangan, dan tempat lain yang digunakan dan dikuasai oleh Appi-Bastra serta memeriksa keuangan, pembukuan, surat bukti, keadaan kas Appi-Bastra serta berhak mengetahui semua tindakan dan kebijakan Dewan Pengurus. (4) Dalam melaksanakan tugas, Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Dewan Pasal 11 Wewenang Dewan Pengawas (1) Dewan Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota Dewan Pengurus dengan menyebutkan alasan dan disetujui Dewan (2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara, wajib dilaporkan secara tertulis kepada Dewan (3) Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak laporan diterima, Dewan Pembina wajib memanggil anggota pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri dalam rapat Dewan (4) Dalam waktu terhitung 7 (tujuh) hari sejak tanggal rapat untuk membela diri sebagaimana dimaksud dalam ayat 3, Dewan Pembina wajib memutuskan hal-hal berikut: (a) mencabut keputusan pemberhentian sementara; (b) memberhentikan anggota pengurus yang bersangkutan. (5) Apabila Dewan Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan/atau ayat 4 pasal ini, pemberhentian sementara tersebut menjadi batal karena hukum. Pasal 12 Rapat Dewan Pengawas (1) Dewan Pengawas wajib mengadakan rapat paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh salah satu Dewan Pengawas yang memberitahukan kehendak mereka secara tertulis kepada ketua Dewan Pengawas dengan menyebutkan dalam permintaan itu hal-hal yang ingin dibicarakan dalam rapat. (2) Panggilan untuk rapat Dewan Pengawas harus dilakukan dengan surat tercatat atau paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan menyebutkan hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat serta keterangan singkat tentang hal-hal yang akan dibicarakan. (3) Rapat Dewan Pengawas dipimpin oleh Ketua, apabila Ketua Dewan Pengawas tidak hadir atau berhalangan, karena sebab apapun yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka rapat dipimpin oleh salah satu anggota Dewan Pengawas yang dipilih oleh dan dari antara Dewan Pengawas yang hadir. (4) Rapat Dewan Pengawas sah apabila lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah Dewan Pengawas hadir atau diwakili. Dewan Pengawas dapat diwakili dalam rapat hanya oleh Dewan Pengawas lainnya dengan surat kuasa. (5) Semua keputusan rapat Dewan Pengawas diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah dalam rapat. Setiap Dewan Pengawas dalam rapat berhak 5

6 mengeluarkan 1 (satu) suara ditambah 1 (satu) suara untuk setiap Dewan Pengawas yang diwakili dalam rapat. (6) Segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat harus dibuat notulen rapat yang wajib ditanda tangani oleh ketua rapat dan salah seorang Dewan Pengawas yang ditunjuk oleh rapat untuk maksud itu. Penandatanganan tersebut tidak disyaratkan apabila notulen rapat dibuat oleh notaris. Dewan Pengawas dapat pula mengambil keputusan yang sah dan mengikat tanpa menyelenggarakan rapat, dengan ketentuan semua Dewan Pengawas telah diberitahu secara tertulis tentang usul yang bersangkutan, dan semua menyetujui dengan menandatangani usulan tersebut dan disetujui Dewan Pasal 13 Dewan Pengurus (1) Dewan Pengurus Appi-Bastra sedikit-dikitnya terdiri atas (a) ketua; (b) sekretaris; (c) bendahara. (2) Dewan Pengurus diangkat oleh Dewan Pembina berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dengan tidak mengurangi hak dari Dewan Pembina untuk sewaktu-waktu memberhentikan Dewan Pengurus. Dewan Pengurus tidak dapat diangkat untuk lebih dari 2 (dua) masa jabatan berturut-turut. (3) Keanggotaan Dewan Pengurus berakhir karena (a) meninggal dunia; (b) mengundurkan diri atas permintaan sendiri; (c) diberhentikan berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina; (d) telah berakhir masa jabatannya. (4) Dewan Pengurus berhak mengundurkan diri dari jabatan dengan memberitahukan mengenai maksud itu secara tertulis kepada Dewan Pembina, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran diri yang dikehendaki. (5) Apabila oleh sebab apapun juga, jabatan Dewan Pengurus kosong, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya kekosongan harus diadakan rapat Dewan Pembina untuk mengisi kekosongan tersebut. (6) Masa jabatan dari seorang yang diangkat untuk mengisi kekosongan adalah masa jabatan anggota pengurus yang digantikan. Pasal 14 Kewajiban Dewan Pengurus (1) Dewan Pengrurus berkewajiban melaksanakan kepengurusan Appi-Bastra demi mencapai visi dan misi Appi-Bastra dengan memperhatikan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dewan Pengurus mengatur seperlunya dalam Aanggaran Rumah Tangga (ART) semua hal yang tidak atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan membuat peraturan yang dipandang perlu dan berguna untuk Appi-Bastra dengan persetujuan Dewan (3) ART tersebut baru berlaku setelah mendapat persetujuan dari Dewan (4) ART tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar Appi-Bastra. (5) Dewan Pengurus wajib melaporkan semua tindakan dan kegiatan yang telah dilaksanakan secara tertulis setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Dewan Pembina dan/atau setiap kali diminta oleh Dewan 6

7 (6) Dalam setiap rapat tahunan, Dewan Pengurus menyampaikan laporan tahunan yang telah diketahui oleh Dewan Pengawas yang berkenaan dengan segala tindakan dan kegiatan Appi-Bastra untuk tahun buku yang bersangkutan. Pasal 15 Wewenang Dewan Pengurus (1) Ketua dan/atau Wakil Ketua bersama-sama dengan Sekretaris dan Bendahara berhak mewakili Appi-Bastra di dalam dan di luar pengadilan dan karenanya berhak untuk melakukan segala tindakan baik yang mengenai pengurusan maupun mengenai pemilikan kecuali (a) membuat pinjaman uang guna atau atas tanggungan Appi-Bastra atau meminjamkan uang Appi-Bastra kepada pihak lain tanpa persetujuan Dewan Pembina, (b) membeli atau dengan cara lain mendapatkan, menjual atau melepaskan hak atas barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak yang mempunyai nilai yang melampaui suatu jumlah yang ditetapkan Dewan Pembina, (c) membebani harta kekayaan Appi-Bastra (baik bergerak maupun tidak bergerak) tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Dewan (2) Pengurus Appi-Bastra tidak boleh membebani kekayaan Appi-Bastra untuk kepentingan pihak lain atau mengikat Appi-Bastra sebagai penanggung hutang (borg atau avalist). (3) Surat keluar Dewan Pengurus harus ditandatangani oleh Ketua bersama-sama dengan Sekretaris. (4) Dewan Pengurus berhak mengangkat satu orang atau lebih sebagai pelaksana Unit Pelaksana Teknis yang menjalankan kegiatan sehari-hari dari Appi-Bastra. Dalam menjalankan kegiatan tersebut pelaksana kegiatan bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus. (5) Tindakan Dewan Pengurus yang melampaui wewenang mereka sebagaimana diatur dalam AD Appi-Bastra, adalah tidak sah dan karenanya menjadi tanggung jawab secara pribadi, baik bersama-sama maupun secara tanggung renteng. (6) Anggota pengurus tidak berwenang mewakili Appi-Bastra apabila (a) terjadi perkara di depan pengadilan antara Appi-Bastra dengan anggota Dewan Pengurus yang bersangkutan, (b) anggota Dewan Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan Appi-Bastra, (c) dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud diatas, Appi-Bastra akan diwakili anggota Dewan Pengurus lain yang ditentukan oleh Dewan Pembina, (d) dalam hal tidak terdapat pengurus lain, Appi-Bastra akan diwakili oleh seorang yang ditentukan oleh Dewan Pasal 16 Rapat Dewan Pengurus (1) Dewan Pengurus wajib mengadakan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan pada setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Ketua Dewan Pengurus atau apabila diminta oleh paling sedikit 3 (tiga) orang anggota Dewan Pengurus yang memberitahukan kehendak itu dengan tertulis kepada Ketua. (2) Panggilan untuk rapat pengurus harus dilakukan dengan surat tercatat atau paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum rapat diadakan dengan menyebutkan hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat serta keterangan singkat tentang hal-hal yang akan dibicarakan. (3) Rapat pengurus dipimpin oleh Ketua, apabila Ketua tidak hadir atau berhalangan karena sebab apapun yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka rapat dipimpin oleh seorang yang dipilih oleh dan dari antara anggota Dewan Pengurus yang hadir. (4) Rapat Dewan Pengurus sah, apabila rapat dihadiri atau diwakili paling sedikit lebih dari ½ (satu perdua) dari jumlah anggota Dewan Pengurus. 7

8 (5) Semua keputusan rapat Dewan Pengurus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. (6) Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu perdua) jumlah suara yang dikeluarkan secara sah dalam rapat. (7) Setiap anggota Dewan Pengurus berhak mengeluarkan 1 (satu) suara ditambah 1 (satu) suara untuk setiap anggota Dewan Pengurus yang diwakilinya dalam rapat. (8) Segala yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat harus dibuatkan notulen rapat yang wajib ditandatangani oleh Ketua rapat dan oleh seorang anggota pengurus yang ditunjuk oleh rapat untuk maksud itu. Penandatanganan tersebut tidak disyaratkan apabila notulen rapat dibuat oleh notaris. (9) Dewan Pengurus dapat pula mengambil keputusan yang sah dan mengikat tanpa menyelenggarakan rapat, dengan ketentuan semua anggota Dewan Pengurus telah diberitahu secara tertulis tentang usul yang bersangkutan dan semua anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas menyetujui dengan menandatangani usulan tersebut. BAB V TAHUN BUKU Pasal 17 (1) Tahun buku Appi-Bastra dimulai awal Januari sampai dengan akhir Desember tiaptiap tahun. Pada akhir bulan Desember tiap tahun, buku-buku Appi-Bastra ditutup. (2) Pengurus diwajibkan untuk menyusun secara tertulis laporan tahunan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun buku. (3) Laporan tahunan memuat sekurangnya (a) laporan keadaan dan kegiatan Appi-Bastra selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai; (b) laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan. (4) Transaksi yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi Appi-Bastra. (5) Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas. Dalam hal terdapat anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengawas yang tidak menandatangani laporan tersebut maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasan secara tertulis. (6) Laporan tahunan disahkan oleh Dewan Pembina dalam rapat tahunan Dewan (7) Pengesahan atas laporan tahunan oleh rapat Dewan Pembina dalam ayat 5 di atas berarti pemberian pelunasan dan pembebasan kepada Dewan Pengurus atas pengurusan dan kepada Dewan Pengawas atas pengawasan yang dilakukan dalam tahun buku yang lampau, sepanjang tindakan tersebut tecermin dari laporan tahunan. BAB VI PENGUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 18 (1) Keputusan untuk mengubah Anggaran Dasar Appi-Bastra sah apabila diputuskan dalam rapat Dewan Pembina yang dihappi-bastrari oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Dewan (2) Keputusan rapat yang dimaksud dalam ayat 1 harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil dengan pemungutan suara berdasarkan suara paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari seluruh anggota Dewan Pembina yang hadir dan/atau diwakili dalam rapat. 8

9 (3) Dalam hal korum sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak tercapai, maka rapat Dewan Pembina kedua dapat diselenggarakan paling cepat 3 (tiga) hari setelah rapat pertama. (4) Rapat Dewan Pembina kedua sah, apabila dalam rapat hadir atau diwakili lebih dari ½ (satu perdua) anggota Dewan Pembina dan keputusan tersebut sah, apabila diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. (5) Dalam hal keputusan secara musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan persetujuan suara terbanyak dari anggota Dewan Pembina yang hadir atau diwakili dalam rapat. (6) Perubahan anggaran dasar Appi-Bastra yang meliputi visi, misi, nama dan kegiatan Appi-Bastra harus mendapat persetujuan semua Dewan Pendiri. BAB VII PENGGABUNGAN Pasal 19 (1) Penggabungan asosiasi atau organisasi kemasyarakatan lain dengan Appi-Bastra dapat dilakukan yang mengakibatkan asosiasi atau organisasi kemasyarakatan yang menggabungkan diri menjadi bubar dan seluruh aset serta kewajiban beralih kepada Appi-Bastra. (2) Penggabungan asosiasi atau organisasi kemasyarakatan lain dengan Appi-Bastra dapat dilakukan dengan memperhatikan (a) ketidakmampuan asosiasi atau organisasi kemasyarakatan tersebut melaksanakan kegiatan tanpa Appi-Bastra; (b) asosiasi atau organisasi kemasyarakatan yang akan menggabungkan diri mempunyai kegiatan yang sejenis dengan Appi-Bastra; (c) asosiasi atau organisasi kemasyarakatan yang menggabungkan diri tidak pernah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan anggaran dasarnya, ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (3) Pengurus asosiasi atau organisasi kemasyarakatan yang akan menggabungkan diri dan Dewan Pengurus Appi-Bastra menyusun rancangan penggabungan dengan persetujuan Dewan Pengawas untuk diajukan kepada Dewan (4) Rapat Dewan Pembina menyetujui hal-hal sebagai berikut (a) penggabungan; (b) pancangan penggabungan; (c) rancangan akta penggabungan; (d) pengubahan anggaran dasar jika perlu. (5) Rapat Dewan Pembina dimaksud dalam ayat 4 sah apabila dalam rapat hadir atau diwakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) dari anggota Dewan (6) Semua keputusan harus diambil berdasarkan musyawarah dalam mufakat. (7) Dalam hal keputusan secara musyawarah dalam mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju paling sedikit ¾ (tiga perempat) dari anggota Dewan Pembina yang hadir atau diwakili dalam rapat. (8) Akta perubahan Anggaran Dasar Appi-Bastra yang menerima penggabungan (jika ada) wajib disampaikan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia untuk mendapat persetujuan. Permohonan persetujuan perubahan Anggaran Dasar tersebut wajib dilampiri akta penggabungan. (9) Penggabungan tanpa pengubahan Anggaran Dasar atau penggabungan dengan perubahan Anggaran Dasar Appi-Bastra yang menerima penggabungan yang tidak memerlukan persetujuan Menteri yang berwenang berlaku sejak tanggal ditanda 9

10 tanganinya akta penggabungan atau suatu tanggal lain yang ditetapkan dalam akta penggabungan. (10) Dewan Pengurus Appi-Bastra yang menerima penggabungan wajib mengumumkan penggabungan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berlakunya penggabungan. BAB VIII PEMBUBARAN Pasal 20 (1) Keputusan untuk pembubaran Appi-Bastra hanya dapat diambil dari usul Dewan Pembina bilamana ternyata tujuan Appi-Bastra atau kekayaan Appi-Bastra telah habis atau sedemikian kurangnya sehingga menurut Dewan Pembina, Appi-Bastra tidak dapat mencapai maksud dan tujuannya. (2) Keputusan untuk membubarkan Appi-Bastra adalah sah apabila dalam rapat hadir atau diwakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) dari Dewan (3) Semua keputusan rapat harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. (4) Dalam hal keputusan secara musyawarah dalam mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju paling sedikit ¾ (tiga perempat) dari anggota Dewan Pembina yang hadir atau diwakili dalam rapat. (5) Setiap anggota Dewan Pendiri mempunyai hak veto untuk keputusan pembubaran Appi-Bastra. (6) Dalam hal Appi-Bastra bubar karena alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat 1, Dewan Pembina menunjuk likuidator dalam hal Dewan Pembina tidak menunjuk likuidator maka pengurus bertindak sebagai likuidator. (7) Likuidator atau kurator (dalam hal Appi-Bastra dinyatakan pailit) yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan Appi-Bastra yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 (lima) hari terhitung sejak tanggal penunjukan wajib mengumumkan pembubaran Appi-Bastra dan proses likuidasinya dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia. (8) Likuidator dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal proses likuidasi berakhir wajib melaporkan pembubaran Appi-Bastra kepada Dewan BAB IX PENGGUNAAN SISA HASIL LIKUIDASI Pasal 21 (1) Dewan Pembina akan menentukan penggunaan hasil sisa likuidasi dengan memperhatikan visi dan misi Appi-Bastra. (2) Dalam hal hasil sisa likuidasi tidak diserahkan kepada asosiasi atau organisasi kemasyarakatan lain yang mempunyai visi dan misi yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Appi-Bastra. BAB X RAPAT GABUNGAN Pasal 22 (1) Rapat gabungan adalah rapat yang diadakan untuk mengisi kekosongan Dewan 10

11 (2) Panggilan untuk rapat gabungan dilakukan oleh Dewan Pengawas dengan surat tercatat atau sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal rapat diadakan dengan menyebutkan hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat. (3) Rapat gabungan dipimpin oleh ketua Dewan Pengawas, dalam hal ketua Dewan Pengawas tidak dapat hadir atau berhalangan karena sebab apapun yang tidak perlu dibuktikan kepada pihak ketiga, maka rapat gabungan tersebut dipimpin oleh salah seorang Dewan Pengawas yang dipilih oleh dan dari antara Dewan Pengawas yang hadir dalam rapat. (4) Rapat gabungan sah apabila dihadiri atau diwakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah masing-masing Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus Pusat. (5) Semua keputusan rapat gabungan ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara setuju paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah dalam rapat. (6) Masing-masing anggota Dewan Pengawas hanya dapat diwakili oleh anggota Dewan Pengawas lain dengan surat kuasa. Demikian pula masing-masing anggota Pengurus hanya dapat diwakili oleh anggota Pengurus lain dengan surat kuasa. (7) Anggota Dewan Pengawas dan anggota Dewan Pengurus berhak mengeluarkan satu suara dan tambahan satu suara untuk setiap Dewan Pengawas dan anggota Dewan Pengurus lain yang diwakili dengan surat kuasa. (8) Segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat gabungan harus dibuat notulen rapat yang wajib ditandatangani oleh ketua rapat dan salah seorang anggota Dewan Pengurus yang ditunjuk oleh rapat untuk maksud itu. (9) Penandatanganan tersebut tidak disyaratkan apabila notulen rapat dibuat oleh notaris. BAB X PENUTUP Pasal 23 Semua hal yang tidak atau belum diatur dalam AD, ART, dan peraturan-peraturan Appi- Bastra lain akan diatur dan diputuskan oleh Dewan Selanjutnya, menyimpang dari ketentuan pasal 8, pasal 11 dan pasal 15 Anggaran Dasar, untuk pertama kali, susunan anggota Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas Appi- Bastra ditetapkan oleh Dewan Appi-Bastra dibentuk dan disahkan dengan Akta Notaris No. 13 yang dibuat dan diresmikan tanggal 19 Maret 2013 di Sidoarjo oleh notaris TEGUH WASKITO, S.H., M.Kn. yang beralamat Jl. Raya Geluran No. 7 Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Surabaya, 2 Juni 2014 Ketua Umum Prof. Dr. H. Haris Supratno. 11

Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah

Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah AKTA PENDIRIAN YAYASAN "..." Nomor :... Pada hari ini,..., tanggal... 2012 (duaribu duabelas) pukul... Waktu Indonesia Barat. Berhadapan dengan saya, RUFINA INDRAWATI TENGGONO, Sarjana Hukum, Notaris di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN STATUS DAN JANGKA WAKTU MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN STATUS DAN JANGKA WAKTU MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Yayasan ini bernama [ ] disingkat [ ], dalam bahasa Inggris disebut [ ] disingkat [ ], untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut "Yayasan" berkedudukan di

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian Umum Pendidik dan peneliti adalah ilmuwan berprofesi pendidik dan peneliti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR YAYASAN GEDHE NUSANTARA

ANGGARAN DASAR YAYASAN GEDHE NUSANTARA ANGGARAN DASAR YAYASAN GEDHE NUSANTARA BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Yayasan ini bernama Yayasan Gedhe Nusantara (selanjutnya dalam anggaran dasar ini cukup disingkat dengan Yayasan), berkedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada saat ini perkumpulan di Indonesia

Lebih terperinci

CONTOH AKTA PENDIRIAN (BARU) YAYASAN YAYASAN

CONTOH AKTA PENDIRIAN (BARU) YAYASAN YAYASAN CONTOH AKTA PENDIRIAN (BARU) YAYASAN YAYASAN Nomor: - Pada hari ini, - tanggal - bulan - tahun - pukul WI (Waktu Indonesia ). -------------------------------------- Menghadap kepada saya 1,--------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada saat ini perkumpulan orang di Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan sebelum

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan sebelum CONTOH AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN UNTUK YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, DAN TELAH MEMENUHI KETENTUAN PASAL 37 A PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

AKTA PENDIRIAN YAYASAN Nomor : -Pada hari ini,

AKTA PENDIRIAN YAYASAN Nomor : -Pada hari ini, AKTA PENDIRIAN YAYASAN Nomor : -Pada hari ini, -Pukul WIB -Hadir dihadapan saya, DEWI KUSUMAWATI, Sarjana ---- Hukum, Notaris di Jakarta, dengan dihadiri oleh ---- saksi-saksi yang saya, Notaris, kenal

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS. PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk.

PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS. PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk. PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk. 1 PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk. BAGIAN I : DASAR HUKUM Pembentukan, pengorganisasian, mekasnisme kerja, tugas

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PERKUMPULAN Nomor : 35.- -Pada hari ini, Selasa, tanggal 15 (lima belas), bulan Juli, tahun 2014 (dua ribu empat belas), pukul 16.15 (enam belas lewat lima belas menit) WIB (Waktu Indonesia Barat).------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

-Pada hari, tanggal pukul

-Pada hari, tanggal pukul AKTA PENDIRIAN YAYASAN -Pada hari, tanggal pukul WIB ( Berhadapan Waktu Indonesia bagian Barat).-------------------- dengan saya, IRMA DEVITA PURNAMASARI, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOWAN TAYU PATI

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOWAN TAYU PATI ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOWAN TAYU PATI 1 ANGGARAN DASAR YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOWAN TAYU PATI بسم االله

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN GERAK SEDEKAH CILACAP

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN GERAK SEDEKAH CILACAP ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN GERAK SEDEKAH CILACAP ANGGARAN DASAR YAYASAN GERAK SEDEKAH CILACAP BAB I NAMA DAN KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Yayasan ini bernama Gerak Sedekah Cilacap,

Lebih terperinci

Matraman, Kelurahan Kebon Manggis, Rukun Tetangga 011, Rukun Warga 001,

Matraman, Kelurahan Kebon Manggis, Rukun Tetangga 011, Rukun Warga 001, Negara Indonesia, bertempat tinggal di Kota Administrasi Jakarta Timur, Kecamatan-- Matraman, Kelurahan Kebon Manggis, Rukun Tetangga 011, Rukun Warga 001, ------ alamat Jalan Matraman Salemba VIII/9,

Lebih terperinci

YAYASAN Contoh akta Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya Undang-undang nomor 16

YAYASAN Contoh akta Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya Undang-undang nomor 16 CONTOH AKTA YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, DAN TELAH MEMENUHI KETENTUAN PASAL 15 A PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

tinggal di Jakarta, Apartemen French Walk Unit LDG 06 A, Rukun

tinggal di Jakarta, Apartemen French Walk Unit LDG 06 A, Rukun PENDIRIAN YAYASAN KONGRES ADVOKAT INDONESIA Nomor : 02.- - Pada hari ini, Senin, tanggal delapan Juni duaribu limabelas (08-06-2015). - Pukul 08.00 WIB (delapan Waktu Indonesia Barat). ------------------------------

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan

YAYASAN Contoh akta perubahan anggaran dasar Yayasan untuk Yayasan yang didirikan CONTOH AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR YAYASAN UNTUK YAYASAN YANG DIDIRIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN, TAPI PENGESAHAN SEBAGAI BADAN HUKUMNYA BELUM/TIDAK DIURUS. YAYASAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1

ANGGARAN DASAR ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 ANGGARAN DASAR ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Asosiaasi ini bernama ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI FINTECH INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI FINTECH INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI FINTECH INDONESIA Articles of association Berdasarkan Akta Pendirian Perkumpulan Fintech Indonesia Yang dibuat dengan Akta No. 15 tanggal 10 Februari 2016 di hadapan Notaris Aryanti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA Anggaran Dasar di bawah ini adalah Anggaran Dasar Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia sebagaimana telah diubah dan disahkan dalam Rapat Anggota

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan ) 1. Landasan Hukum a. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR: ASOSIASI PROFESI PENDIDIKAN EKONOMI INDONESIA (ASPROPENDO) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR: ASOSIASI PROFESI PENDIDIKAN EKONOMI INDONESIA (ASPROPENDO) MUKADIMAH ANGGARAN DASAR: ASOSIASI PROFESI PENDIDIKAN EKONOMI INDONESIA (ASPROPENDO) MUKADIMAH Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Contoh Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Lembaga/Yayasan

Contoh Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Lembaga/Yayasan Contoh Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Lembaga/Yayasan DECEMBER 31, 2010 LEAVE A COMMENT (NAMA YAYASAN/LEMBAGA) Jargon Alamat lembaga. Keterangan lain seperti email, web site, dll. ANGGARAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK

PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK TUJUAN Pedoman Dewan Komisaris dan Direksi dibuat sebagai landasan atau pedoman yang mengikat setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015 PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 29-30 MEI 2015 1. Beberapa ketentuan dalam MENIMBANG diubah dan disesuaikan dengan adanya Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan PIAGAM KOMISARIS A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan I. Struktur: 1. Dewan Komisaris paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang anggota. Salah satu anggota menjabat sebagai Komisaris Utama dan satu

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI DAFTAR ISI PASAL 1 Tujuan... 2 PASAL 2 Definisi... 2 PASAL 3 Keanggotaan Direksi... 2 PASAL 4 Persyaratan... 3 PASAL 5 Masa Jabatan... 4 PASAL 6 Pemberhentian Sementara...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar dapat berperan sebagai alat perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar dapat berperan sebagai alat perekonomian

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA 2011-2016 PENDAHULUAN Sejarah terbentuknya Asosiasi Dosen pendidikan guru sekolah dasar di Indonesia didasari dengan adanya keinginan

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN PENDIDIKAN PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI TAIWAN (YP-PPI TAIWAN)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN PENDIDIKAN PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI TAIWAN (YP-PPI TAIWAN) Lampiran Surat Ketetapan Pembina YP-PPI Taiwan nomor 001/TAP/2/PEMBINA YP-PPI TAIWAN/XII/2017 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN PENDIDIKAN PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI TAIWAN (YP-PPI

Lebih terperinci

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PT Nomor : Pada hari ini, - - Pukul -Hadir dihadapan saya, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini :- 1. Nama

Lebih terperinci

AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. Pada hari ini, Hadir dihadapan saya, Notaris di...

AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. Pada hari ini, Hadir dihadapan saya, Notaris di... AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. NOMOR: Pada hari ini, Hadir dihadapan saya, Notaris di... Dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini.-------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R

A N G G A R A N D A S A R A N G G A R A N D A S A R D A F T A R I S I : 1. Mukadimah 2. Bab I: Ketentuan Umum Pasal 1 3. Bab II: Nama, Tempat Kedudukan dan Jangka Waktu Pendirian Pasal 2 4. Bab III: Asas, Landasan, Tujuan dan Kegiatan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwa para Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A.

PIAGAM DIREKSI. Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. A. PIAGAM DIREKSI Piagam ini diterbitkan untuk menjadi panduan Direksi dan anggotanya dalam mengelola dan menjalankan Perseroan. 1. Peraturan Perseroan No. 40/2007 A. LEGAL BASIS 2. Peraturan Pasar Modal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan ANGGARAN DASAR SAAT INI ANGGARAN DASAR PERUBAHAN PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan PASAL 3 MAKSUD DAN

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 SYARAT KEANGGGOTAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 SYARAT KEANGGGOTAAN 1.1. Anggota Tetap ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 SYARAT KEANGGGOTAAN 1.1.1. Berbentuk Badan Hukum 1.1.2. Memiliki fasilitas perawatan pesawat terbang atau komponennya sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 34 TAHUN 2000 (34/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 34 TAHUN 2000 (34/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 34 TAHUN 2000 (34/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI. PT Mandom Indonesia PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Mandom Indonesia Tbk 1. DASAR PENYUSUNAN Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi disusun berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.04/2014 tgl 8

Lebih terperinci

USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR (PENYESUAIAN DENGAN POJK) ANGGARAN DASAR SEKARANG. Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 10

USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR (PENYESUAIAN DENGAN POJK) ANGGARAN DASAR SEKARANG. Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 10 ANGGARAN DASAR SEKARANG Rapat Umum Pemegang Saham Pasal 10 6. Apabila Direksi atau Dewan Komisaris lalai untuk menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang telah ditentukan, maka 1 (satu) pemegang saham

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci