PENGARUH PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP DAMPAK EKONOMI (STUDI KASUS : PULAU UNTUNG JAWA PROVINSI DKI JAKARTA) Ayuningtyas Widiani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP DAMPAK EKONOMI (STUDI KASUS : PULAU UNTUNG JAWA PROVINSI DKI JAKARTA) Ayuningtyas Widiani"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP DAMPAK EKONOMI (STUDI KASUS : PULAU UNTUNG JAWA PROVINSI DKI JAKARTA) Ayuningtyas Widiani Jalan Hebras Blok G8 No 58 Sektor 1.4 BSD City Vitria Ariani Faculty of Economics and Communication Hotel Management Department, Binus University Abstrak Tujuan Penelitian ialah untuk mengetahui besarnya pengaruh yang dihasilkan oleh pengembangan pariwisata terhada dampak ekonomi di Pulau Untung Jawa Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan kasus survei yang menggunakan metode penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner sebagai data primernya. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Analisi Regresi Linier Sederhana yang digunakan untuk menguji besarnya pengaruh antara variabel Pengembangan Pariwisata dengan variabel Dampak Ekonomi. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara variabel Pengembangan Pariwisata sebesar 38,9% terhadap variabel Dampak Ekonomi. Simpulan dari penelitian ini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di Pulau Untung Jawa DKI Jakarta adalah fakto rpengembangan pariwisata sebesar 38,9% dan 61,1% lainnya dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak ada dalam penelitian ini. Kata kunci: pengembangan pariwisata, dampak ekonomi, Pulau Untung Jawa Abstract The purpose of research is to determine the influence generated by the economic impact of tourism development on the Pulau Untung Jawa Provinsi DKI Jakarta. This study uses a case study to the case of surveys using Quantitative Descriptive research methods with the method of data collection in the form of a questionnaire as a data primary. The analysis conducted in this study is the Simple Linear Regression Analysis is used to examine the influence of variables with the variables of Tourism Economic Impact. The results achieved from this research is that there is influence of variables Tourism Development of 38.9% on the Economic Impact of variables. The conclusions of this study is one of the factors that influence the development of tourism on the Pulau Untung Jawa Provinsi DKI Jakarta is a factor of 38.9%, and 61.1% are influenced by other factors that are not present in this study. (ESV) Keywords: Tourism Development, Economic Impact, Pulau Untung Jawa DKI Jakarta 1

2 2 Pariwisata merupakan fenomena global yang telah diminati saat ini. Dimana pariwisata saat ini telah menjadi trend bagi beberapa lapisan masyarakat, bahkan telah menjadi kebutuhan. Kecenderungan perkembangan kepariwisataan di dunia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan antara lain oleh daya beli yang semakin meningkat, faktor sosial dan budaya, intensitas pemasaran yang tinggi dan aksesibilitas yang tinggi. Banyaknya minat dari wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara untuk melakukan kegiatan wisata yang nantinya dapat menjadi pendorong dalam pengembangan kegiatan wisata nasional (Lubis : 2012 :157). Di zaman yang terus berkembang ke arah yang lebih maju, kegiatan pariwisata mampu menjadikan suatu komoditas dan penghasil devisa yang besar dalam setiap wilayah pariwisata. Industri pariwisata di Indonesia sendiri kini telah menjadi salah satu penyumbang devisa yang besar untuk negara. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, pariwisata menempati urutan ke lima pada tahun 2012 dalam penyumbang devisa bagi Indonesia serta urutan ke empat di tahun Perkembangan pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting (Sumantoro : 2004 : 35). Sektor ekonomi yang berkembang mempengaruhi sektor pariwisata itu sendiri adalah : meningkatkan investor untuk berinvestasi dalam sektor pariwisata, menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat sekitar dan penerimaan devisa. Pemerintah berupaya mengembangan dan mendayagunakan berbagai potensi pariwisata nasional untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan, lama tinggal, dan jumlah pengeluaran wisatawan selama melakukan perjalanan wisata di tempat wisata. Ditegaskan kembali oleh Mahmud (2010:3) yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam daerah penerimaan wisatawan. Jakarta sebagai ibu kota negara dan menjadi kota dengan kepadatan penduduk nomer satu di Indonesia (Badan Pusat Statistik : 2010), memiliki daya tarik tujuan wisata yang menarik. Tidak hanya itu saja, Jakarta mulai membenahi diri untuk melihat sektor pariwisata mampu meningkatkan sumbangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagai pintu masuk terbesar ke dua setalah Bali yaitu orang wisatawan mancanegara pada bulan Januari Sudah saatnya Jakarta mengembangkan sektor pariwisata yang telah dimiliki agar pariwisata Jakarta terus berlanjut. Tidak lepas dari image Indonesia sebagai Negara Maritim yang memiliki ribuan pulau yang terhampar dari sabang hingga marauke, serta wisatawan asing yang mengenal Indonesia dari wisata pantainya. Begitu pula Jakarta, tidak hanya sekedar kota metropolitan yang berisi ratusan gedung pencakar langit dan asap polusi di sepanjang jalan serta ketimpangan ekonomi di setiap sudut kota. Jakarta masih memiliki sejuta pesona pariwisata yang tetap harus dikembangkan semaksimal mungkin oleh pemerintah dan warga sekitar. Di bagian utara Jakarta terhampar ratusan pulau kecil di Laut Jawa yang dikenal dengan Pulau Seribu. Sebagai Kabupaten Administrasi Pulau Seribu adalah satu dari sekian banyak wilayah di Jakarta yang memiliki sektor pariwisata yang potensial. Memiliki luas wilayah 869,61 Ha yang terbagi menjadi 2 kecamatan dan 110 pulau serta 158 pulau pasir.

3 Sudah saatnya pemerintah dalam mulai mengembangkan pariwisata di Kepulauan Seribu. Karena pariwisata merupakan suatu sektor yang tidak berbeda dari sektor lainnya karena dalam proses pengembangannya juga mempunyai beberapa dampak yang salah satunya adalah dampak ekonomi, seperti dikutip dari Lubis (2012 : 158). Diantaranya adalah Pulau Untung Jawa yang berada dalam wilayah Kepulauan Seribu yang sudah menjadi Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 1999 serta diatur dalam UU 34 Tahun 1999 Tanggal 31 Agustus 1999 tentang Pemerintahan Khusus Ibu Kota RI Jakarta. Pulau Untung Jawa memiliki berbagai macam potensi pariwisata. Hanya berjarak 4.67km dari Tanjung Pasir (Banten) dan 12.5km dari Kali Adem atau Muara Angke (Jakarta) menjadikan salah satu tujuan wisata pulau yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Memiliki 11 akses transportasi dari Tangerang, Jakarta dan Bekasi sehingga memudahkan wisatawan berkunjung ke pulau tersebut. Menurut survey Badan Pusat Statistik tahun total wisatawan yang berkunjung ke Pulau Untung Jawa berjumlah orang dan menempati peringkat pertama dari 12 pulau yang menjadi tujuan wisata di Kepulauan Seribu 3

4 4 Table 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Kepulauan Seribu DKI Jakarta No Uraian Wisman (Orang) Wisnus (Orang) Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pulau Ayer Pulau Bidadari PulauKotok Tengah Pulau Sepa Pulau Putri Pulau Untung Jawa Pulau Pramuka Pulau Tidung Pulau Harapan Pulau Kelapa Pulau Pari/Lancang Pulau Macan Jumlah Sumber : Balai Pusat Statistik 2014 Dapat dilihat dalam diagram tersebut, bahwa pertumbuhan wisatawan yang datang ke Kepulau Seribu meningkat setiap tahunnya. Dan Pulau Untung Jawa masuk ke dalam peringkat pertama dan jauh diatas Pulau Tidung yang berada di urutan ke dua. Itu semua tidak lepas dari peranan pemerintah dan penduduk lokal dalam turut serta membangun Pulau Untung Jawa. Sektor pariwisata sudah mulai berkembang sejak sepuluh lalu. Dimana pemerintah mulai membuka paradigma penduduk lokal tentang pariwisata. Bantuan dan turut serta pemerintah DKI Jakarta dalam membangun sektor pariwisata Pulau Untung Jawa membuat masyarakat mulai sadar terhadap potensi potensi wisata pulaunya. Pembangunan infrastruktur, dermaga, jalan, dan pondokan rumah makan sebagai salah satu

5 penunjang pariwisata pulau tersebut. Adanya kapal cepat atau yang lebih dikenal dengan speed boat makin memudahkan akses wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Untung Jawa. Pulau Untung Jawa menarik wisatawan dari kalangan menengah khususnya dari wilayah Jakarata, Tangerang dan sekitarnya. Wisatawan dapat menikmati keindahan alamnya serta menikmati beberapa atraksi dan permainan air. Berkeliling hutan bakau dan mangrove dengan sepeda dimana menjadi tempat konservasi tanaman tersebut. Pulau Untung Jawa merupakan satu dari sekian pulau pariwisata di dalam program pengembangan pariwisata oleh Pemerintah DKI Jakarta. Sektor pariwisata inilah yang masuk ke dalam sebuah pulau yang dahulunya tertutup dengan peradaban luar dan hanya menjadikan sektor traditional sebagai komoditas mata pencaharian masyarakatnya ke sektor usaha yang bergerak dalam bidang pariwisata. Seiring dengan berkembangnya Pulau Untung Jawa sebagai kawasan wisata, terdapat berbagai dampak terhadap perubahan nilai nilai dalam kehidupan masyarakat lokal pulau tersebut. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan dampak negatif, yang nantinya akan mempengaruhi keberlangsungan pariwisata dan masyarakat Pulau Untung Jawa. Pergeseran terhadap mata pencaharian masyarakat Pulau Untung Jawa yang hanya sebagai nelayan dan petani rumput laut, mulai berubah. Penduduk mulai mencoba untuk berwirausaha mandiri dengan bimingan dari pemirintah dan modal pinjaman yang terjangkau. Para ibu rumah tangga yang awalnya hanya menunggu suami mereka kembali dari berlaut, sekarang ini mulai untuk mencari nafkah sendiri dengan membuka tempat makan atau penyewaan alat menyelam. Selain itu kumpulan ibu ibu Pulau Untung Jawa mampu membuat industri rumahan berupa keripik talas, sirup jambu merah, kerajinan dari kulit kerang dan kerajinan daur ulang Penawaran jasa penginapan dan warung makan semakin berkembang. Transaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal mulai meningkat seiring pertumbuhan pariwisata di Pulau Untung Jawa. Peralihan mata pencaharian inilah yang mengubah taraf hidup ekonomi ke arah yang lebih baik. Tidak seperti Pulau Resort lainnya yang dikelola oleh perorangan atau badan swasta, tetapi Pulau Untung Jawa merupakan gabungan antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam pengembangan kepariwisataannnya. Menjadi tempat wisata favorit bagi golongan menengah, pulau ini menyuguhkan berbagai macam kegiatan wisata yang murah. 5

6 6 PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum dan Demografi Kepulauan seribu merupakan gugusan pulau pulau kecil yang terletak di perairan Teluk Jakarta. Adapun nama Kepulauan Seribu bukan berarti pulaunya ada seribu melainkan hanya sebuah nama dari Kabupaten itu sendiri. Menurut pengalaman orang-orang terdahulu mereka hanya memperkirakan banyaknya pulau yang mereka temukan, sehingga mereka berkesimpulan menyebutnya dengan Pulau Seribu, padahal jumlahnya hanya 110 pulau bukan 1000 pulau. Salah satu pulau di Kepualaun Seribu yaitu Pulau Untung Jawa yang menjadi kawasan andalan wisata pemukiman dan percontohan desa nelayan. Di usianya yang cukup tua, Pulau Untung Jawa menyimpan sejarah seputar pemerintahan Hindia Belanda, Pemerintahan Jepang hingga Pemerintahan Republik Indonesia. Saat Indonesia di kuasain oleh Hindia Belanda, Pulau Untung Jawa ternyata sudah dihuni oleh masyarakat pribumi yang berasal dari Pulau Jawa. Sejak tahun 1920 pulau tersebut sudah dipimpin oleh Bek Fi i dan Bek Kasim, mereka berdomisili di Pulau Kkerkof yang sekarang di sebut Pulau Kelor. Mereka merupakan pemimpin pada zamannya yang memimpin pulau-pulau yang ada disekitarnya, antara lain : Pulau Amiterdam (Pulau Untung Jawa) Pulau Middbur (Pulau Rambut/Suaka Margasatwa) Pulau Rotterdam (Pulau Ubi Besar) Pulau Purmerend (Pulau Bidadari/Pulau Sakit) Pulau Kkerkof (Pulau Kelor Pulau Kuiper (Pulau Cipr/Pulau Khayangan) Pulau Undrus (Pulau Onrust/Pulau Sibuk tempo dulu) Sekitar tahun 1930 Bek Fi i dan Bek Kasim diganti oleh Bek Marah. Beliau menganjurkan kepada rakyatnya untuk Pindah Ke Pulau Untung Jawa karena adanya abrasi di Pulau Kelor. Perjalanan menggunakan perahu layar sekitar 8 jam hingga ke Pulau Untung Jawa yang sudah ada penduduknya. Penduduk Pulau Untung Jawa

7 7 menyambut baik atas kedatangan penduduk yang bermigrasi dan mempersilahkan mereka untuk mencari lahan dan langsung menggarapnya. Karena itulah nama Pulau Untung Jawa berubah dari yang semula bernama Pulau Amiterdam. Untung Jawa berarti keberuntungan bagi orang orang yang berasal dari daratan Jawa pada saat itu. Gambar 4.1 Amiterdam Prasasti Pulau Pada tahun 1940, serangan nyamuk secara besar besaran menyerbu Pulau Untung Jawa. Dan Bek Senan yang sedang memerintah saat itu menyuruh warganya untuk Pindah ke Pulau Ubi Besar yang dulu dikenal dengan Pulau Rotterdam. Lambat laut Pulau Ubi Besar pun terkena abrasi pantai dan sekarang sudah hilang. Maka pada tahun 13 Febuari 1954 masyarakat untuk ke dua kalinya pindah ke Pulau Untung Jawa dan mendirikan Tugu Peringatan Perpindahan Masyarakat Pulau Ubi ke Pulau Untung Jawa yang terletak ditengah tengah Pulau Untung Jawa. Tidak hanya itu saja, di sebelah timur Pulau Untung Jawa berdiri tegak Tugu Arung Samudra.Tugu ini didirikan dalam rangka 50 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia oleh para pelaut dari 22 negara yang mengikuti Fleet Review Arung Samudra 95, dimulai dari Benoa Bali dan berakhir di Pulau Untung Jawa. Tugu ini diresmikan oleh Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Widodo AS.

8 8 Gambar 4.2 Tugu Arung Umumnya setiap wilayah atau daerah memiliki beberapa ciri karakteristik sosial budaya begitu pula dengan masyarakat Pulau Untung Jawa, diantaranya : Bercirikan masyarakat pesisir yang memiliki tradisi saling tolong menolong, ikatan kekerabatan yang sangat kuat dan religius Semua penduduk di wilayah Pulau Untung Jawa beragama Islam dan hampir rata rata merupakan penduduk asli pulau Ketergantungan masyarakat terhadap alam cukup tinggi karena sebagian besar mata pencaharian penduduk di dominasi nelayan, adapun mata pencaharian lainnya sebagai dari pedagang, pegawai negeri sipil, TNI/Polri, dan pegawai swasta Terdapat pulau dengan peruntukan cagar budaya (Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Kelor) yang memiliki potensi wisata sejarah dan edukatif Mayoritas penduduk Pulau Untung Jawa merupakan penduduk pribumi asli kelahiran Pulau Untung Jawa dan Pulau Ubi Besar.

9 9 4.2 Deskripsi Kelurahan Pulau Untung Jawa Gambar 4.3 Pencitraan Pulau Untung Jawa dari satelite Kecamatan Kepulauan Seribu merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Utara yang ditingkatkan statusnnya menjadi Kabupaten Administrasi berdasarkan Bab IX (Ketentuan Peralihan) Pasal 32 Undang Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta yang menyebutkan Kecamatan Kepulauan Seribu ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Oleh karena itu maka pada tanggal 9 November 2001 bertempat di Pulau Pramuka, telah diresmikan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang ditandai dengan pelantikan Bupati pertama.

10 10 Gambar 4.4 Lambang Pulau Jawa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor : 44 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Kelurahan Pulau Untung Jawa merupakan bagian dari Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Dan satu dari enam kelurahan yang ada di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan luas wilayah 105,18 Ha dengan jumlah pulau sepuluh pulau dan lima pulau sudah tenggelam. Tabel 4.1 Pulau-Pulau di Kelurahan Pulau Serbu Nama Pulau Peruntukan Luas Wilayah Pulau Untung Jawa Permukiman 40,10 Ha Pulau Bidadari Resort 6 Ha Pulau Ayer Besar Resort 6,50 Ha Pulau Rambut Cagar Alam 20 Ha Pulau Onrust Cagar Budaya 12 Ha Pulau Cipir Cagar Budaya 1,6 Ha Pulau Kelor Cagar Budaya 2 Ha Pulau Damar Besar Perambuan 12,5 Ha Pulau Damar Kecil Perambuan 2,15 Ha

11 11 Pulau Dapur Tenggelam - Pulau Nusi Tenggelam - Pulau Nyamuk Besar Tenggelam - Pulau Nyamuk Kecil Tenggelam - Pulau Ubi Besar Tenggelam - Pulau Ubi Kecil Tenggelam - Sumber : Buku Profile Kelurahan Pulau Untung Jawa Adapun batas batas Kelurahan Pulau Untung Jawa meliputi : Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Pulau Panggang Timur : Berbatasan dengan Laut Jawa atau Tanjung Karawang Jawa Barat Selatan : Berbatasan dengan Kota Administrasi Jakarta Utara atau Provinsi Banten Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Pulau Pari 4.3 Deskripsi Sosial Pulau Untung Jawa Penduduk Pulau Untung Jawa sebagian besar adalah masyarakat pribumi, yang silsilahnya berasal dari Pulau Untung Jawa dan perpindahan masyarakat Pulau Ubi Besar tanggal 13 Februari Kultur budaya masyarakat Pulau Untung Jawa masih melekat kuat dengan budaya Banten. Karena sebagian penduduk Pulau Untung Jawa banyak yang menikah dengan masyarakat pesisir Tangerang (Banten) sehingga terjadilah alkulturasi budaya. 1. Jumlah Penduduk Pulau Untung Jawa Jumlah penduduk Pulau Untung Jawa pada Febuari 2014 berjumlah orang dengan jumlah laki laki sebesar orang dan perempuan sebesar orang. Disamping itu Pulau Untung Jawa memiliki 605 kepala keluarga.

12 12 Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Untung Jawa Bulan Febuari 2014 Gambar 4.5Jumlah Penduduk Pulau Untung Jawa Dengan banyaknya penduduk di Pulau Untung Jawa menjadikan Pulau Untung Jawa sebagai salah satu pulau dengan kepadatan penduduk terpadat. a. Strata Sosial Pulau Untung Jawa memiliki klasifikasi soasial di dalam kependudukan wargannya. Seperti : jompo, manula, yatim piatu, fakir miskin dan penyandang cacat. Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pulau Untung Jawa Bulan Febuari 2014 Gambar 4.6Strata Sosial

13 Pengembangan Pariwisata di Pulau Untung Jawa Berawal dari niat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kepulauan Seribu dan membuka potensi pariwisata baru dengan pengembangan pariwisata di pulau berpenduduk. Pulau pertama dalam program pemerintah Jakarta yaitu Pulau Untung Jawa. Dipilih sebagai pulau percontohan dan pengembangan pariwisata berbasis pemukiman karena wilayah yang sangat strategis yaitu pulau pemukiman terdekat dengan daratan. Sehingga memudahkan dalam pengontrolan pengembangan pariwisata di pulau tersebut. Diawali dengan pendirian homestay pertama di Pulau Untung Jawa yang berdiri pada tahun 2003 dengan mengembangkan potensi alam dan pariwisata di pulau tersebut. Dari situlah mulai pariwisata berkembang, perlahan tapi pasti wisatawan mulai berdatangan ke Pulau Untung Jawa. Pengembangan di berbagai sektorpun pariwisata mulai tumbuh dan berkembang. 1. Wisatawan Kunjungan wisatawan nusantara jauh lebih dominan dari pada wisatawanmancanegara. Tabel4.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun Tahun Wisatawan Wisatawan Total Kunjungan Nusantara Mancanegara Wisatawan Sumber : Suku Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu Dapat dilihat dari bagan diatas bahwa kunjungan wisatawan ke Pulau Untung Jawa mengalami peningkatan dari tahun Dan sempat mengalami penurunan di tahun Kunjungan wisatawan lebih di dominasi

14 14 oleh wisatawan nusantara. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara hanya pada tahun saja, di tahun 2013 dan 2009 tidak ada kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Untung Jawa. 2. Transportasi Ada 12 akses pintu masuk menuju Pulau Untung Jawa, yaitu : Tanjung Kait, Tanjung Pasir, Muara Kamal, Kamal, Muara Angke, Pantai Mutiara, Sunda Kelapa, Marina Ancol, Tanjung Priok, Kali Baru dan Marunda. Gambar 4.7Peta menuju Pulau Untung Jawa Tabel 4.3 Pelabuhan dari dan ke Pulau Untung Jawa Daerah Jarak Jenis Kapal Tanjung Kait 18.8 km Carter Tanjung Pasir 4.67 km Kayu / Nelayan (Dikelola oleh masyarakat Pulau Untung Jawa dan masyarakat Tanjung

15 15 Pasir) Muara Kamal 12.5 km Kapal Cepat (Dikelola oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta) Kamal - Carter Muara Angke 16.9 km Carter Pantai Mutiara 17 km Carter Sunda Kelapa 18.9 km Carter Marina Ancol 20.5 km Kapal Cepat (Dikelola oleh Sea Leader Marine dan pihak swasta lainnya) Tanjung Priok 23.6 km Carter Kali Baru 27.3 km Carter Marunda 29.1 km Carter Sumber : Olah data penulis, 2014 Transportasi dari dan ke Pulau Untung Jawa bagi wisatawan dan masyarakat lokal dapat mengaksesnya melalu Tanjung Pasir, Muara Angke dan Marina Ancol.

16 16 Gambar 4.8 Pelabuhan Akses Muara Angke Akses yang paling sering di lalui oleh masyarakat dan wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Untung Jawa melewati Tanjung Pasir karena hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke tujuan. Tanjung Pasir berada di wilayah Kabupaten Tangerang, yang letaknya tidak jauh dari Bandara International Sukarno Hatta. Hanya dengan membayar Rp Rp untuk sekali jalannya. Kapal yang digunakan sebagai alat transportasi penyebrangan menggunakan kapal kayu atau kapal angkut milik

17 17 penduduk Pulau Untung Jawa ataupun milik masyarakat Tanjung Pasir. Pulau Untung Jawa sendiri memiliki 3 kapal angkut yang dapat mengangkut penumpang dan barang. Pelabuhan Tanjung Pasir di setiap akhir pekan dikarenakan wisatawan yang mendatangi Pulau tersebut selalu memuncak saat musim akhir pekan. Kapal mulai beroprasi pada pukul 5 pagi hingga jam 6 malam. Tetapi jika cuaca tidak mendukung maka kapal akan berhenti beroprasi hingga menunggu cuaca normal kembali. Sedangkan di Muara Angke yang biasa disebut dengan Kali Adem, merupakan pelabuhan yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. Pelabuhan ini menyediakan angkutan cepat menggunakan speedboat yang hanya berangkat pada pukul 8.30 WIB, dan kembali pada pukul Dalam sehari hanya ada satu kali keberangkatan dan satu kali kedatangan. Untuk biaya dari dan ke Pulau Untung Jawa sebesar Rp sudah termasuk asuransi Rp Pelabuhan ini tergolong baru, untuk memudahkan masyarakat dan wisatawan mengakses Kepulauan Seribu. Bagi wisatawan dan masyarakat yang ingin menggunakan transportasi dari Kali Adem.Untuk pembelian tiketnya harus mengantri di loket dan maksimal pembelian 4 tiket. Dikarenakan jumlah unit yang terbatas. Kapal ini akan berhenti di setiap-setiap pulau. Gambar 4.9Daftar harga tiket kapal

18 18 Gambar 4.10 Harga Tiket Kapal Dan Asuransi Gambar 4.11 Price List Dermaga 6 Ancol

19 19 Marina Ancol berada di dalam kawasan Ancol Jakarta. Pelabuhan ini lebih kepada melayani wisatawan yang ingin berlibur ke pulau resort, seperti : Pulau Bidadari, Pulau Sepa, Pulau Kotok, Pulau Putri, Pulau Macan, Pulau Pantara, Pulau Tengah, dan Pulau Aer. Tetapi jika ada wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau penduduk untuk berlibur, transportasi dari Marina Ancol pun bisa diandalkan. Menggunakan kapal dengan mesin 3 atau mesin 4 perjalan ke Pulau Untung Jawa hanya memakan waktu 20 menit saja dari Marina Ancol. Biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan relatif mahal dikarenakan fasilitas lebih yang penumpang dapatkan serta waktu yang cepat dibandingkan dengan kapal kayu atau kapal traditional. Tarif sekali jalan Marina Ancol Untung Jawa seharga Rp Kapal berangkat dari dermaga 6 pada pukul 8 WIB. Gambar 4.12 Daftar Harga Sea Leader Marine (Kapal Cepat) 3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Adanya Obyek dan daya tarik wisata di Pulau Untung Jawa adalah hal yang penting dalam pengembangan pariwisata. Pulau Untung Jawa merasa siap terhadap potensi wisata dan obyek wisata yang dimilikinya. Pulau Untung Jawa memiliki obyek wisata diantarannya :

20 20 a. Obyek wisata alam Dari awal dibentuknya pariwisata di Pulau Untung Jawa, pariwisata di pulau tersebut mencoba menjual pemandangan alamnya. Pulau tersebut memiliki pantai dan hutan mangrove yang tumbuh dibagian belakang pulau. Gambar 4.13 Pantai Pulau Untung Jawa b. Obyek wisata budaya Wisatawan dapat menikmati kebiasaan perilaku masyarakat Pulau Untung Jawa. Prilaku dan kebiyasaan yang mungkin tidak ada di kota besar seperti Jakarta dan Tangerang. Menikmati gaya hidup dan keseharian masyarakat lokal serta berbaur dalam lingkungan masyarakat pulau tersebut. Gambar 4.14Alat Transportasi gerobak. Gerobaksebagai alat pengangkut barang

21 21 c. Obyek minat khusus Tidak hanya kondisi alam dan budaya yang dijual oleh masyarakat Pulau Untung Jawa. Dengan adanya pengembangan wisata, masyarakat lokal ada yang membuka usaha permainan air. Permainan air dapat menjadi salah satu pilihan hiburan dan atraksi di Pulau Untung Jawa. Hingga saat ini Pulau Untung Jawa memiliki 11 unit permainan air (Banana Boat, Pillow Fly, Flying Fish). Gambar 4.15 Permainan air di Pulau Untung Jawa 4. Fasilitas Pelayanan Tidak hanya obyek wisata yang dikembangkan oleh masyarakat dan pmerintah dalam hal pengembangan pariwisata, fasilitas pelayanan pun ikut dikembangkan bersamaan. a. Akomodasi Seperti layaknya tempat wisata lainnya, Pulau Untung Jawa memiliki tempat akomodasi atau yang masyarakat lokal sebut homestay. Setiap tahunnya jumlah homestay selalu meningkat di Pulau Untung Jawa, itu sendiri karena masyarakat menyadari bahwa kunjungan wisatawan akan terus meningkat.

22 22 Tabel 4.4 Jumlah Akomodasi Tahun Tahun Jumlah Akomodasi unit unit unit unit unit Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Pulau Untung Jawa Keterangan : Untuk data di tahun 2010 tidak dijelaskan berapa jumlah homestay yang ada di Pulau Untung Jawa. Gambar 4.16 Salah Satu Homsestay Di Pulau Untung Jawa 5. Rumah Makan Salah satu usaha yang ikut meramaikan pariwisata di Pulau Untung Jawa yaitu Rumah Makan dan pedagang yang mencari keuntungan dalam sektor pariwisata. Menurut hasil observasi

23 23 lapangan langsung kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu rumah tangga yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan. Di akhir pekan pedagang mingguan dan keliling meramaikan tepi pantai Pulau Untung Jawa. Pedagang atau warung ikan bakar hampir semuanya buka di akhir pekan tidak seperti hari biasa (Senin Jumat). Toko kelontong merupakan warung kecil yang menjual perabotan rumah tangga dan penunjang wisatawan yang saat berkunjung, seperti : peralatan dan keperluan mandi, makanan, dan lainnya. Tidak hanya itu saja pedagang suvenir pun ikut mengambil keuntungan saat akhir pekan, contohnya : baju Pulau Untung Jawa, cinderamata, asesoris. Tabel 4.6 Jumlah pedagang dan rumah makan di Pulau Untung Jawa No Jenis Usaha Jumlah Keterangan 1 Warung Nasi 5 unit Warung Tegal 2 Warung Langsam 24 unit Sembilan Bahan Pokok 3 Toko Kelontong 3 unit Alat Rumah Tangga 4 Pedagang Ikan Bakar 17 unit Ikan Bakar 5 Pedagang Mingguan 51 unit Jajanan 6 Pedagang Keliling 8 unit Bakso, Sayuran, Jamu, dll 7 Pedagang 8 unit Suvenir Jumlah 116 unit Sumber : Laporan Bulan Febuari tahun 2014

24 24 Gambar 4.17 Pedagang Mingguan

25 25 6. Pelayanan Keamanan Pulau Untung Jawa memiliki 1 unit pos polisi, 1 pos kamla (keamanan laut) dan 1 pos hansip yang semua dalam kondisi baik. Pelayanan keamanan tidak hanya diberikan kepada masyarakat Pulau Untung Jawa tetapi juga kepada wisatawan yang berkunjung ke pulau tersebut. Tabel 4.7Jumlah pos keamanan di Pulau Untung Jawa No Pos Keamanan Jumlah Keterangan 1 Pos Polisi 1 Unit Baik 2 Pos Kamla (Keamanan Laut) 1 Unit Baik 3 Pos Hansip 1 Unit Baik Sumber : Laporan Bulan Febuari tahun 2014 Pelayanan keamanan di Pulau Untung Jawa bekerja secara maksimal. Dengan adanya kegiatan siskamling terus menerus yang dilakasanakan oleh masyarakata di tiap RW dengan instansi terkait seperti Babinsa, Babinkantibmas dan Kamla. Hingga mampu menciptakan Pulau Untung Jawa yang aman. Dikarenakan tidak adanya kasus-kasu seperti pencurian, pemerkosaan, perkelahian, penganiayaan, perampokan (Laporan Pulau Untung Jawa bulan Febuari 2014 : 9)

26 26 Gambar 4.18Pos Hansip Pulau Untung Jawa Gambar 4.19 Pos Polisi Pulau Untung Jawa Gambar 4.20 Pos Kamla Pulau Untung Jawa

27 27 7. Pelayanan Kesehatan Pulau Untung Jawa memiliki 1 unit Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal dan wisatawan yang berkunjung ke pulau tersebut. Gambar 4.21Puskesmas Pulau Untung Jawa 8. Travel Agent Adanya travel agent memudahkan wisatawan merencanakan liburan mereka. Di Pulau Untung Jawa, masyarakatlah yang sebagai travel agent. Sebagian masyarakat lokal terjun langsung menjadi pemandu wisata di daerahnya.

28 28 Gambar 4.22Salah satu travel agent lokal di Pulau Untung Jawa 9. Infrastruktur Pendukung Sebagai suatu kawasan pemukiman dan kawasan wisata, Pulau Untung Jawa tentunya tetap harus memiliki infrastruktur pendukung guna mempermudah masyarakat dan wisatawan saat berada di pulau tersebut. Tabel 4.8Jumlah infrastruktur pendukung di Pulau Untung Jawa No Fasilitas Jumlah Kondisi 1 Sumur Bor / Reverse Osmosis 1 Unit Baik 2 Penampungan Air Hujan 15 Unit Baik 3 MCK 3 Unit Baik 4 Masjid 1 Unit Baik 5 Mushollah 8 Unit Baik 7 Dermaga 10 Unit Baik Sumber : Laporan Bulanan Pulau Untung Jawa Febuari tahun 2014

29 29 Diantara 10 dermaga yang ada di Pulau Untung Jawa, hanya 3 dermaga yang digunakan untuk sarana transportasi menuju dan dari pulau tersebut. Dan sisanya merupakan dermaga kecil yang digunakan oleh masyarakat untuk menaruh kapal ataupun untuk pemberhentian nelayan. Dermaga utama menjadi tempat pemberhentian kapal penumpang atau pengangkat barang. Terletak di bagian depan pulau yang langsung mengarah ke pemukiman dan pantai. Dermaga ini akan berhenti beroprasi jika air pasang, dan akan dialihkan ke Dermaga Timur yang berada di belakang Pulau Untung Jawa. Dermaga Utama dan Dermaga Timur khusu kepada penumpang yang berangkat dan pergi dai Tanjung Pasir, Tangerang. Gambar 4.23Dermaga Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan fenomena global yang telah diminati saat ini. Dimana pariwisata saat ini telah menjadi trend bagi beberapa lapisan masyarakat, bahkan telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta JUTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang semakin besar dalam menjelajah sektor pariwisata global. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL VIII. DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Potensi wisata bahari yang dimiliki oleh gugusan Pulau Pari telah mengundang perhatian bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM PULAU PARI

V. KONDISI UMUM PULAU PARI V. KONDISI UMUM PULAU PARI 5.1. Lokasi Penelitian Secara geografis Pulau Pari terletak antara 05 0 50 LS hingga 05 0 52 LS dan 106 0 34 BT hingga 106 0 38 BT. Daerah ini terletak di Laut Jawa, tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki banyak keindahan dari kekayaan laut yang dimiliki. Bahkan bukan hanya sekedar negara maritim, Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini setiap daerah di Indonesia mulai berlomba - lomba untuk mengoptimalkan sumber dayanya baik sumber daya manusia atau sumber daya alam untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Untung Jawa berada pada posisi 05 0 58 45,21 Lintang Selatan dan 106 0 42 11,07 Bujur Timur. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa adalah salah satu

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sarana yang tepat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan global. Pariwisata mempunyai

Lebih terperinci

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN

TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

Artikel Liburan ke Pulau Pari

Artikel Liburan ke Pulau Pari Artikel Liburan ke Pulau Pari Liburan yang bakal seru bareng keluarga: kakak, adik dan saudara-saudara sepupu ataupun dengan teman-teman, baik teman sekantor sepermainan, sekuliah ataupun teman sekomplex

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung Jakarta 2 pulau (Besar dan Kecil) 4,148 jiwa *2010 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup daerah kepulauan seperti daerah Kepulauan Seribu dan Raja Ampat.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup daerah kepulauan seperti daerah Kepulauan Seribu dan Raja Ampat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wisata alam adalah tempat wisata alami dengan pemandangan alam yang tercipta tanpa dibuat-buat oleh manusia dan disuguhkan dalam dua jenis yaitu pemandangan darat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat seyogianya terlibat dalam usaha pengelolaan dan pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam perkembangan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat seyogianya

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan hal yang terpenting bagi suatu negara atau daerah, yang dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. agama islam, hindu, budha, katolik, protestan, dan konghucu, namun mayoritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam suku dan budaya. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki berbagai macam agama seperti agama islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. Bagi sebagian orang, berwisata menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang dapat menyumbangkan pemasukan bagi

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN PROPINDI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perkembangan suatu kota dapat diukur oleh semakin banyaknya sarana dan prasarana penunjang perkembangan kota, (Tamin, 2000). Salah satu laju perkembangan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam arti yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1978, wilayah DKI Jakarta di bagi menjadi 5 (lima) wilayah kota administrasif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages Jakarta 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa *2010 1 jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages Terletak di Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka memng masih dalam lingkup Kabupaten

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) C 14 Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat Fathun Qolbi dan Arwi Yudhi K Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pengembangan pariwisata, bukan hanya sekadar peningkatan perolehan devisa bagi negara, akan tetapi lebih jauh diharapkan pariwisata dapat berperan sebagai katalisator

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor industri yang sangat besar di dunia. Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gili Trawangan Gili Trawangan merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di pinggir pulau Lombok. Dahulunya pulau ini merupakan pulau yang pernah dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih atau barang jadi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. World Tourism Organization (WTO)

Lebih terperinci