LAPORAN FINAL SQA PKP SPM PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN FINAL SQA PKP SPM PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL"

Transkripsi

1 LAPORAN FINAL SQA PKP SPM PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL 120,00% Capaian 27 IP SPM 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL Dengan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN April 2014

2 LAPORAN FINAL SQA PKP SPM PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANTUL KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL Dengan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN April 2014 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah, sehingga laporan Analisis Pencapaian SPM Kabupaten Bantul dapat selesai tepat waktu, tanpa ada hambatan yang berarti. Laporan Akhir SQA PKP SPM Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul ini merupakan suatu alat untuk mendapatkan gambaran umum Pencapaian SPM Pendidikan Dasar Kabupaten mengenai terwujudnya hak dasar masyarakat khususnya mendapatkan layanan pendidikan, pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan terjangkau melalui kebijakan pembiayaan pendidikan yang proporsional dan untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar (SPM). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 juncto Permendikbud No 23/2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten Bantul, yang disebut dengan SPM pendidikan dasar adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan kabupaten. Untuk mempermudah kabupaten dalam mengetahui tingkat pencapaian dan menghitung kebutuhan dana untuk memenuhi SPM tersebut. Laporan Akhir SQA PKP SPM Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul ini dilakukan bersama dengan tim dari Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, yang difasilitasi oleh Konsultan Program PKP SPM Dikdas Kemendikbud. Manfaat yang dapat diperoleh dari Analisis Pencapaian SPM Kabupaten Bantul ini adalah: 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul; untuk memberikan gambaran kepada pemerintah daerah tentang tingkat pencapaian SPM pendidikan dasar. Selanjutnya, berbekal informasi tersebut, pemerintah daerah dapat menyusun proposal dalam rangka strategi pemenuhan kebutuhan pendanaan yang diperlukan, utamanya yang digunakan untuk peningkatan kapasitas pelaku pendidikan kepada Kemendikbud dan Kemenkeu untuk pelaksanaan Program PKP SPM Dikdas. 2. Bagi Masyarakat sebagai informasi tentang standar layanan pendidikan dasar di kabupaten Bantul, dalam rangka peningkatan peran serta masyarakat untuk memberikan standar layanan pendidikan dasar yang lebih baik. iv

5 Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selesainya laporan ini, yaitu: 1. Pemerintah Kabupaten Bantul 2. Tim Tehnis Program PKP SPM Dikdas Kabupaten Bantul 3. DAT dan DAS Daker I 4. Semua pihak yang telah berperan serta membantu kelancaran penyusunan laporan ini. Tak ada gading yang tidak retak, demikian pula laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan, demi kebaikan laporan ini. Bantul, April 2014 Hormat Kami, Tim SQA PKP SPM Dikdas v

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... VI BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG LANDASAN HUKUM TUJUAN SQA MANFAAT SQA SKEMA LAPORAN... 3 BAB 2 METODOLOGI STATUS QUO ASSESMENT PENGELOMPOKAN SPM PELAKSANAAN SQA... 6 A. MEKANISME PELAKSANAAN SQA... 6 B. SEKOLAH SASARAN SURVEI SQA... 7 C. HASIL SURVEI SQA... 7 BAB 3 HASIL AKHIR SQA PKP SPM LAPORAN AKHIR DAT/DAS TENTANG PELAKSANAAN SQA LAPORAN NARATIF HASIL STATUS QUA ASSESMENT (SQA) SPM PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KABUPATEN (14 INDIKATOR) SPM PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (13 IP) GRAFIK PENCAPAIAN SPM SQA HASIL FOCUS GROUP DISCCUSION (FGD) EVALUASI PELAKSANAAN SURVEI SQA A. Temuan Operator B. Temuan District Advisory Team (DAT) C. Rencana Kegiatan Tindak Lanjut PENJELASAN BEBERAPA CAPAIAN SPM A. SPM 2 Rombongan Belajar dan Ruang Kelas B. SPM 3 Ruang Laboratorium IPA C. SPM 4 Ruang Guru dan Ruang Kepala Sekolah D. SPM 5 Ketersediaan Guru Kelas di SD/MI E. SPM 6 Kecukupan Guru Mata Pelajaran SMP/MTs vi

7 F. SPM 7 Kualifikasi Guru SD/MI G. SPM 8 Kualifikasi Guru SMP/MTs H. SPM 9 Kualifikasi Guru Mata Pelajaran SMP/MTs I. SPM 10 Kualifikasi Kepala SD/MI J. SPM 11 Kualifikasi Kepala SMP/MTs K. SPM 12 Kualifikasi Pengawas BAB 4 PENUTUP A. Capaian Jenjang SD/MI B. Capaian Jenjang SMP/MTs C. Kesimpulan D. Penutup LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PERMENDIKNAS NO. 15 TAHUN LAMPIRAN 2 FGD PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN DASAR LAMPIRAN 3 FGD KANTOR KEMENTERIAN AGAMA LAMPIRAN 4 FGD KEPALA SEKOLAH/MADRASAH LAMPIRAN 5 FGD GURU SEKOLAH/MADRASAH LAMPIRAN 6 FGD KOMITE SEKOLAH/MADRASAH LAMPIRAN 7 SCORE CARD KABUPATEN BANTUL LAMPIRAN 8 FOTO-FOTO KEGIATAN A. Sosialisasi Awal B. Pelatihan SQA bagi Surveyor C. FGD Kepala Sekolah/Madrasah, Guru dan Komite Sekolah/Madrasah D. FGD Dinas Pendidikan Dasar dan Kantor Kementerian Agama E. Monitoring Pelaksanaan Survei F. Evaluasi Pelaksanaan Survei vii

8

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah secara jelas mendelegasikan kewenangan penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, urusan pendidikan merupakan salah satu pelayanan wajib yang harus diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan wajib yang didesentralisasikan perlu diatur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005, SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Penerapan SPM dimaksudkan untuk menjamin akses dan mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan maupun penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM yaitu sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas pencapaian yang dapat diselenggarakan secara bertahap SPM Pendidikan Dasar telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. SPM Pendidikan Dasar di kabupaten/kota mencakup 2 (dua) kelompok pelayanan yaitu: 1. pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota. 2. pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan. Permendikbud Nomor 23/2013 (beserta lampirannya) memuat penjelasan secara rinci mengenai pengertian, metoda pengukuran indikator, analisis kebutuhan biaya pemenuhan SPM, dan langkah-langkah untuk menuangkannya ke dalam dokumen perencanaan daerah. Uni Eropa telah berkomitmen menyediakan dana hibah sebesar 37,3 juta untuk Program Pengembangan Kapasitas Penerapan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (Program PKP-SPM-DIKDAS). 1

10 1.2 LANDASAN HUKUM Untuk menjaga keselarasan kebijakan yang terkait dengan laporan ini, maka berikut adalah landasan hukum yang menjadi pertimbangan atau panduan selama penyusunan Laporan Akhir SQA PKP SPM Pendidikan Dasar: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 Tentang Hibah Kepada Daerah; 5. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM; 6. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 7. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 9. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah; 10. Permendiknas No. 12, 13, 16, 18 Tahun 2007 dan Permendiknas No. 24, 25, 26 Tahun 2008 tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 11. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 12. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 13. Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. 14. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2012 Tentang Hibah Daerah 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 79 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Standar Pelayanan Minimal 17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar Di Kabupaten/Kota; 2

11 18. ADB Technical Assistance Report: Republic of Indonesia: Minimum Service Standards Capacity Development Program (Project Number: Capacity Development Technical Assistance (CDTA), March TUJUAN SQA Program PKP-SPM DIKDAS merupakan perpaduan kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lembaga donor (Uni Eropa dan ADB) yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama, dan pengelola pendidikan di tingkat kabupaten/kota/satuan pendidikan terpilih dalam melakukan perencanaan, penganggaran serta pengelolaan layanan-layanan pendidikan, sesuai dengan standar pelayanan minimal pendidikan dasar. Laporan status quo SPM (scorecards) akan menjadi data dasar (baseline) bagi kabupaten/kota dalam mempersiapkan strategi dan rencana untuk melakukan perbaikan SPM serta mengukur pencapaiannya dari waktu ke waktu. Pendekatan dengan survei SQA sebagai langkah awal penyusunan pra-proposal yang akan dilaksanakan di setiap kabupaten/kota sasaran dalam rangka menyediakan pengetahuan kuantitatif dan kualitatif tentang keadaan serta masalah kunci yang mempengaruhi pelaksanaan SPM. 1.4 MANFAAT SQA Meningkatnya kapasitas pengelola pendidikan dalam pencapaian SPM. Meningkatnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat dan pemangku kepentingan bidang pendidikan terhadap SPM sektor pendidikan. Meningkatnya pengintegrasian SPM yang lebih efektif ke dalam berbagai program dan kebijakan sektor pendidikan terkait. 1.5 SKEMA LAPORAN Laporan ini dibagi menjadi beberapa bagian untuk mempermudah paparan dan penjelasan secara sistematis. - Bagian 1: Pendahuluan - Bagian 2: Metodologi Status Quo Assesment - Bagian 3: Hasil Akhir SQA PKP SPM - Bagian 4: Kesimpulan dan Penutup 3

12 4

13 SPM Tingkat Sekolah/Madrasah SPM Tingkat Kabupaten/Kabupaten BAB 2 METODOLOGI STATUS QUO ASSESMENT 2.1 PENGELOMPOKAN SPM Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 15 tahun 2010 juncto Permendikbud No 23/2013 menetapkan 27 butir standar pelayanan minimal. Ke 27 butir tersebut dibagi menjadi dua tingkat, yaitu butir 1-14 yang mengatur tingkat kabupaten dan butir yang mengatur satuan pendidikan. Untuk kepentingan analisis pencapaian SPM, ke 27 butir SPM dibagi menjadi dua kelompok: Table 1 - Pengelompokan SPM SPM 1 Lokasi Sekolah SPM 2 Rombel dan Ruang Kelas SPM 3 Laboratorium IPA SPM 4 Ruang Guru dan Kepala SPM 5 Guru SD/MI SPM 6 Guru SMP/MTs SPM 7 Kualifikasi Guru SD/MI SPM 8 Kualifikasi Guru SMP/MTs SPM 9 Kualifikasi Guru Mata Pelajaran SPM 10 Kualifikasi Kepala SD/MI SPM 11 Kualifikasi Kepala SMP/MTs SPM 12 Kualifikasi Pengawas Sekolah SPM 13 Dukungan Kurikulum SPM 14 Kunjungan Pengawas SPM 15 Buku Teks SD/MI SPM 16 Buku Teks SMP/MTs SPM 17 Alat Peraga IPA SD/MI SPM 18 Buku Pengayaan dan Referensi SPM 19 Jam Kerja Guru SPM 20 Jam Operasional Sekolah SPM 21 Pengembangan KTSP SPM 22 Penyusunan RPP SPM 23 Penilaian SPM 24 Supervisi Kepala kepada Guru SPM 25 Laporan Evaluasi SPM 26 Laporan Ujian SPM 27 Penerapan MBS Ada 14 butir SPM tingkat kabupaten dalam penjelasan Permendikbud No 23/2013, datanya dapat diperoleh di sekolah, kecuali 3 IP, yaitu IP 1, IP12 dan IP 13 yang datanya berada di tinggkat kabupaten. Untuk SPM tingkat sekolah/madrasah 5

14 dilakukan langsung dengan observasi langsung ke sekolah dan informasi terkait spasial atau wilayah. 2.2 PELAKSANAAN SQA Gambar 1. Langkah-langkah Pelaksanaan SQA SPM (23/2013) Survei Sekolah Sampling Template SPM Capaian SPM Cleaning Data oleh Pemeriksa Input Data oleh operator FGD 5 kelompok PROPOSAL Langkah-langkah pelaksanaan SQA untuk memperoleh gambaran pencapaian SPM tingkat Kabupaten, yaitu: A. MEKANISME PELAKSANAAN SQA 1. Surveidilakukan oleh Tim Pengambil Data (enumerator) yaitu Pengawas, yang dilatih oleh DAT & DAS. Pengawas akan melakukan survei di kecamatan yang bukan wilayah kerjanya. 2. Pengawas tersebut harus obyektif bertindak sebagai surveyor dengan menanggalkan jabatan ke-pengawasan-nya serta melepas kepandaian/ ilmu pengawasnya 3. Dalam waktu 2 minggu enumerator bertugas mengambil data di sekolah/madrasah dengan instrumen pendataan yang telah disiapkan Tim SQA 4. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan verifikasi data oleh verifikator, yaitu pengawas setempat. Kemudian verifikator menyerahkan kepada operator untuk dilakukan input & analisis data oleh Tim Pengolahan Data SPM Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul untuk mendapatkan gambaran umum Pencapaian SPM Pendidikan Dasar Kabupaten. 5. Sebagai bagian dari SQA, akan dilakukan serangkaian FGD di setiap kabupaten dengan berbagi kelompok pemangku kepentingan untuk 6

15 memperoleh informasi kualitatif lebih lanjut tentang isu-isu kunci dan permasalahan SPM terkait dengan kinerja sistem pendidikan. 6. Tujuannya adalah untuk fokus pada tema substantif (kapasitas sekolah, fasilitas, peralatan, proses pendidikan, manajemen, dll) yang mendasari SPM dan untuk menggaris-bawahi persepsi pemangku kepentingan terhadap isu yang lebih luas yang mungkin dimasukkan dalam proposal kabupaten/kota. 7. FGD ini akan fokus pada lima kelompok pemangku kepentingan : a. Pejabat tingkat kabupaten/kota di Dinas Pendidikan b. Pejabat tingkat kabupaten/kota di Kankemenag c. Kepala sekolah/madrasah (SD/MI dan SMP/MTs) d. Guru sekolah/madrasah (SD/MI dan SMP/MTs) e. Anggota komite sekolah/madrasah - orang tua (SD/MI dan SMP/MTs) B. SEKOLAH SASARAN SURVEI SQA Semua satuan pendidikan dasar di Kabupaten Bantul telah dilakukan survei pencapaian SPM, namun yang menjadi dasar pelaporan adalah sekolah/madrasah sampling/ sekolah sasaran saja. Hal ini dikarenakan proses validasi data membutuhkan cukup waktu, sedangkan batas penyelesaian SQA sangat singkat, sehingga input data seluruh sekolah akan dilakukan setelah validasi data untuk semua sekolah. Berikut adalah jumlah sekolah/madrasah di Kabupaten Bantul dan sekolah sasarannya. No Satuan Pendidikan Sampling Keseluruhan 1 SD MI SMP MTs Jumlah C. HASIL SURVEI SQA a. Hasil SQA berupa informasi kuantitatif tentang Gambaran Umum Pencapaian SPM Kabupaten & informasi kualitatif hasil FGD akan dijadikan sebagai salah satu dasar untuk menyusun Proposal Komprehensif Penggunaan Dana Hibah/Grant untuk Program PKP SPM DIKDAS. b. Disamping hasil SQA, data SPM Kabupaten tahun 2013 & isu-isu terkait pengelolaan pendidikan di kabupaten juga menjadi dasar penyusunan proposal. 7

16 8

17 BAB 3 HASIL AKHIR SQA PKP SPM 3.1 LAPORAN AKHIR DAT/DAS TENTANG PELAKSANAAN SQA Region: : Nama DAT/DAS: II Bantul Maya Triwuri Handayani Tanggal: 28 Maret 2014 Jadwal SQA (Bar Chart) No. Topik Februari Maret April Minggu Minggu Minggu Training DAT/DAS oleh RAC 2 Sosialisasi dan training di kabupaten/kota 3 Kerja lapangan (survei sekolah) 4 Kerja lapangan (FGD) 5 Output FGD (laporan hasil) 6 Entry data (survei sekolah) 7 Output survei sekolah (score card) Hasil SQA a. Survei Sekolah Jumlah dalam Sampel Daftar Survei Asli Dinas Pendidikan/ Kamenag Sampel Asli Jumlah Wawancara Sekolah Candangan Sekolah Lainnya Total SD MI SMP MTS Total

18 b. FGD No Instansi/kelompok Tanggal Pelaksanaan Apabila tidak terlaksana mohon dicatat alasannya. 1 Dinas Pendidikan Kantor Kamenag Kep. Sekolah/Madrasah Guru Sekolah/Madrasah Kom. Sekolah/Madrasah Laporan naratif pada aktifitas SQA (minimal +/- satu halaman) termasuk diskusi pengalaman di lapangan (termasuk ringkasan kunjungan sekolah) dan observasi dan rekomendasi tentang masalah yang terjadi. 3.2 LAPORAN NARATIF HASIL STATUS QUA ASSESMENT (SQA) Kegiatan Status Quo Assesment (SQA) Program Pengembangan Kapasitas Penerapan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (PKP SPM DIKDAS) di Kabupaten Bantul diawali dengan kegiatan koordinasi dengan Pengelola kegiatan di Dinas Pendidikan Dasar Kab Bantul, yaitu Darwatiningsih dan Esti Setiawati pada minggu I bulan Maret 2014, untuk menyampaikan hasil Pelatihan SQA di Jakarta. Dalam kesempatan ini DAT menyampaikan gambaran pelaksanaan SQA yang harus segera dilaksanakan karena beberapa alasan di antaranya agar tidak terkendala dengan kegiatan Nasional seperti Pemilu Legislatif, Ujian Nasional, Ulangan Semester, Penerimaan Siswa Baru dan deadline penyusunan serta pengiriman proposal ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah mendapat kepastian dari Jakarta, maka DAT berkoordinasi dalam rangka persiapan pelaksanaan pelatihan, surveidan FGD SQA bersama pengelola Program PKP SPM DIKDAS, Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul di Hotel Gana Kaliurang. Persiapan-persiapan tersebut meliputi tempat pelaksanaan pelatihan, jadwal kegiatan, agenda pelatihan, konsumsi, peserta pelatihan, undangan, surat tugas surveyor dan pemetaan surveyor, dll Pada saat diskusi intensif terkait persiapan pelaksanaan SQA, Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul memutuskan akan melaksanakan surveidi semua sekolah/madrasah (sensus) dan melibatkan semua Pengawas. Keputusan ini dikarenakan Dinas memiliki anggaran dan kegiatan yang sama, yaitu penghitungan pencapaian SPM, namun instrumen yang digunakan berbeda. Agar diperoleh sinkronisasi cara penghitungan SPM, maka Dinas memutuskan mengikutsertakan semua pengawas pada pelatihan SQA dan men-sesnsus semua sekolah/madrasah. Pelatihan surveyor SQA diselenggarakan selama 2 hari, yaitu pada tanggal Maret 2014 di ruang pertemuan Dinas Pendidikan Dasar. 10

19 Kegiatan Pelatihan SQA di Kabupaten Bantul dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Dasar, Drs. Totok Sudarto, MPd dan didampingi oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama, Drs.H. Jauzan Sanusi, MA. Kegiatan berjalan lancar selama 2 hari tersebut dan komitmen jajaran Dinas Pendidikan DasarKabupaten Bantul sangat besar, terlihat dengan komitmen Kepala Dinas yang meminta Sekretaris DinDikdas Kabupaten Bantul untuk mengawal/memantau acara secara intensif hingga kegiatan pelatihan berakhir. Dalam sambutannya Kepala Dinas berpesan agar surveyor dapat melepaskan jabatan pengawasnya dan melakukan survei seobyektif mungkin serta berpesan bahwa pengawas berperan sebagai surveyor sekaligus verifikator. Menjadi surveyor di kecamatan lain dan menjadi verifikator di kecamatan wilayah kerjanya. Hal tersebut diperkuat pada materi SQA yang menyebutkan tugas dan fungsi surveyor dan verifikator, sebagai berikut: 1. Pengawas sebagai Surveyor Pengawas bertindak sebagai surveyor independent dengan menanggalkan jabatannya sebagai pengawas dan berganti identitas sebagai SURVEYOR Sebagai surveyor pengawas wajib menanggalkan kepandaiannya sebagai pengawas Surveyor berkewajiban melakukan sensus sedetail-detailnya dan seobyektif mungkin. Karena pewawancara adalah sebagai enumerator/surveyor bukan sebagai pengevaluasi/ pengawas Pada saat mencatat, surveyor wajib menggunakan pensil dan penghapus yang baik agar tidak terdapat coretan jika salah Instrumen digandakan dengan klasifikasi kertas ukuran A4 80 gram, jika terjadi kesalahan/sobek maka instrumen pengganti harus dengan klasifikasi kertas yg telah ditentukan. Surveyor wajib melakukan cleaning data jika diperlukan Surveyor menyerahkan hasil surveikepada verifikator 2. Pengawas sebagai Verifikator Memahami kondisi riil obyek yang disurvey Melakukan verifikasi data/ cleaning data Menandatangani kuesioner yang sudah diverifikasi Menyerahkan kepada operator Verifikator dilakukan oleh pengawas setempat (yang memahami kondisi sekolah) Pada kegiatan Pelatihan Surveyor tersebut, disepakati bahwa mekanisme pelaksanaan survei SQA adalah : 1. Jum at, 14 Maret 2014, semua surveyor akan berkumpul untuk memberikan kesepakatan-kesepakatan internal 2. Survei akan dilakukan mulai Senin, tanggal 17 Maret Setiap hari Jumat siang Surveyor akan menyerahkan hasil surveinya kepada Verifikator/ pemeriksa, paling akhir penyerahan kepada verifikator tanggal 22 Maret

20 4. Setelah hasil survei diperiksa, maka Verifikator menyerahkan kepada Operator input data, paling akhir sampai di operator tanggal 24 Maret 2014 Secara umum peserta senang dengan materi-materi yang disajikan oleh DAT dan DAS, karena ada hal yang baru diketahui (tentang tingkat kerusakan) juga ada materi yang semakin dipahami (SPM, SNP, Indikator SPM). Pelatihan diakhiri dengan RKTL (Rencana Kegiatan Tindak Lanjut), yaitu pemetaan surveyor, verifikator dan operator. Pemetaan ini telah disiapkan oleh staf data bidang Bina Program, sehingga tidak menyita waktu. Pelatihan ditutup oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Dasar, Daeng Daeda. Beliau berpesan agar surveyor segera melaksanakan tugas surveinya dan jangan ditunda-tunda. Menurutnya, di samping hasil verifikasi harus segera diinput, akan dilaporkan ke Jakarta oleh konsultan dan sebagai dasar penyusunan proposal, juga dikarenakan pengawas memiliki tugastugas pokok yang harus segera dilaksanakan terkait dengan persiapan Ujian Nasional, ulangan akhir semester, dll Pada saat surveyor melakukan surveilapangan tersebut, maka DAT dan DAS melakukan monitoring lapangan ke sekolah/madrasah dengan sampe sekolah yang dikunjungi secara acak. Adapun sekolah/madrasah yang dikunjungi secara acak adalah SDN Jarakan Sewon, SDN 3 Jarakan Sewon, SD Muhammadiyah Mertosanan Banguntapan, Kepala SMP Nasional Bantul, SMPN 3 Sewon, MTsN Gondowulung Sewon, Kepala MIS Al-Muhsin II Kasihan Dari kegiatan monitoring yang dilakukan di 7 sekolah/madrasah tersebut, diperoleh informasi bahwa kegiatan survei dilaksanakan oleh para surveyor, namun terdapat beberapa temuan yang menjadi bahan evaluasi bagi kegiatan SQA adalah : Pengisian kuesioner menggunakan pulpen sehingga tidak bisa diverifikasi Banyak coretan pada kuesioner oleh staf sekolah yang bersangkutan. Menitipkan kuesioner ke sekolah untuk diisi dan akan diambil 2-3 hari kemudian, ini mengakibatkan pemahaman yang berbeda, karena sekolah tidak dilatih tentang pemahaman SPM dan IP nya termasuk cara pengisian kuesioner Banyak isian yang bias/rancu, diasumsikan diisi oleh sekolah (yang tidak dilatih) Data yang tertulis dalam blanko kuisioner survei tidak sama dengan fakta lapangan (contoh jumlah siswa, jumlah guru, jumlah kapasitas meja-kursi di kelas), ini terjadi karena ketidaktelitian dalam pengisian, kurang pemahaman dalam cara pengisian kuisioner atau karena memang data diberikan dengan harapan-harapan tertentu (misalnya agar mendapatkan bantuan) Pengawas sebagai surveyor belum bisa sepenuhnya melepas jaket kepengawasannya, sehingga data masih subyektif. 12

21 Data yang yang terkait tentang proses pembelajaran (yang dilakukan oleh guru & kepala sekolah) masih sangat normatif (biasanya isiannya ya 1 ). Namun demikian, disamping temuan-temuan tersebut, hal positif yang diperoleh di lapangan pada saat monitoring adalah : Ada yg benar-benar mencermati dan mensurvei sekolah (sampai melakukan cek faktual ke ruangan kelas, laboratorium, cek dokumen, dll) Ada yang memiliki arsip kuesioner Surveyor memahami substansi kuesioner (seperti tidak menghitung kursi angkringan/kursi panjang tanpa sandaran, dll) Surveyor melakukan sosialisasi cara pengisian kepada beberapa sekolah, bagus untuk memberikan pemahaman kepada sekolah. Surveyor memiliki semangat untuk mengisi kuisioner dengan benar & akurat sehingga surveyor sampai mengkonfirmasi kepada konsultan tentang pemahaman yang benar terkait pengisian kuisioner. Dari temuan-temuan di lapangan pada saat monitoring ke sekolah dan madrasah tersebut, selanjutnya disepakati bersama Tim Pengelola Program PKP SPM DIKDAS untuk melakukan Evaluasi Hasil Survei SQA, yang dilaksanakan pada hari Rabo, 26 Maret 2018 bertempat di Ruang Rapat SMP Negeri I Kabupaten Bantul yang dihadiri oleh para surveyor dan tim input data SPM DIKDAS, Kepala Dinas, Kabid Bina Program dan Kasi Perencanaan. Setelah kegiatan evaluasi tersebut, maka disepakati bagi sekolah/mdrasah yang datanya dianggap belum akurat/benar maka diberi kesempatan untuk melakukan penyempurnaan/revisi sampai dengan tanggal 4 April 2014, seluruh data harus sudah terkumpul pada tim Input data. Untuk menyusun kompilasi hasil survei SQA di Kabupaten Bantul, ditunjuk Tim Input Data, yaitu Andri Wibowo (Operator Bidang Bina dan Program) dan Sayfur Rahman (Operator Bidang Dikdas). Sebelum melakukan Input Data, operator tersebut dilatih oleh DAT dan DAS, pada tanggal 13 Maret 2014 siang setelah berakhirnya pelatihan surveyor hari kedua. Kegiatan berjalan baik dan tim input data cepat mengerti proses input data karena sudah terbiasa mengelola data Dapodik. 3.3 SPM PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KABUPATEN (14 INDIKATOR) Jenis Layanan Sarana dan Prasarana IP Indikator Layanan 1 Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km jalan darat/air untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di Sub IP Sub Indikator 1.1 Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 km 1.2 Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SMP/MTs dalam jarak Capaian (%) 100,00 100,00 13

22 Jenis Layanan IP Indikator Layanan daerah terpencil; Sub IP Sub Indikator kurang dari 6 km Capaian (%) 2 Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis; 3 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik; 4 Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; 2.1 Jumlah SD/MI yang semua rombongan belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang 2.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 2.3 Jumlah SMP/ MTs yang semua rombel-nya tidak melebihi 36 orang 2.4 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 3.1 Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik 3.2 Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik 4.1 Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya 4.2 Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan lainnya 4.3 Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang kepala sekolah/ madrasah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja kursi 66,25 43,75 100,00 73,58 45,28 54,72 58,75 83,02 81,13 14

23 Jenis Layanan Pendidik dan Tenaga Kependidik an IP Indikator Layanan 5 Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan; 6 Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran; 7 Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik; 8 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masingmasing sebanyak 40% dan 20%; 9 Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Pendidikan Kewarganegaraan; Sub IP Sub Indikator 5.1 Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik 5.2 Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus] 6 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran [atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran] 7.1 Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV 7.2 Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik 8.1 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV 70% [untuk daerah khusus 40%] 8.2 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% [untuk daerah khusus 20%] 9 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masing-masing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan PKn Capaian (%) 100,00 100,00 35,85 100,00 96,25 94,34 86,79 81,13 15

24 Jenis Layanan Kurikulum Penjaminan Mutu Pendidikan IP Indikator Layanan 10 Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S- 1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 11 Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S- 1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 12 Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik; 13 Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif 14 Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan. Sub IP Sub Indikator 10 Jumlah Kepala SD/MI yang berkualifikasi akademik S- 1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik 11 Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik 12 Jumlah pengawas sekolah/madrasah yang berkualifikasi akademik S- 1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik 13 Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif 14.1 Jumlah SD atau MI yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan 14.2 Jumlah SMP atau MTs yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan Capaian (%) 93,75 81,13 95,77 100,00 11,25 52,83 16

25 3.4 SPM PENDIDIKAN DASAR TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (13 IP) Jenis Layanan Sarana dan Prasarana Pendidik dan Tenaga Kependidikan IP Indikator Layanan Sub IP 15 Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; 16 Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik; 17 Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA; 18 Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; 19 Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan Sub Indikator 15.1 Jumlah set buku teks mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn) yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah 15.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi 15.1 Sekolah 16.1 Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah 16.2 Jumlah SMP/MTS yang telah memenuhi 16.1 Sekolah 17 Jumlah SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA secara lengkap 18.1 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi 18.2 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi 19.1 Jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja per 19.2 Jumlah SD atau MI yang telah memenuhi IP Jumlah SMP atau MTs yang telah memenuhi IP 19.1 Capaian (%) 70,67 26,25 5,74 0,00 11,25 61,25 52,83 75,72 38,75 54,72 17

26 Jenis Layanan IP Indikator Layanan Sub IP melaksanakan tugas tambahan; 20 Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut : Kelas I - II : 18 jam per minggu Kelas III : 24 jam per minggu Kelas IV - VI : 27 jam per minggu Kelas VII - IX : 27 jam per minggu Kurikulum 21 Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku; Penilaian P90,59endidi kan 22 Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya; 23 Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar Sub Indikator 20.1 Jumlah rombongan belajar yang memenuhi standar 20.2 Jumlah SD atau MI yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas I s/d kelas VI seperti diatas 20.3 Jumlah SMP atau MTs yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas VII s/d IX selama 27 jam per minggu 21.1 Jumlah SD atau MI yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku 21.2 Jumlah SMP atau MTs yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku 22.1 Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya 22.2 Jumlah SD atau MI yang telah memenuhi IP Jumlah SMP atau MTs yang telah memenuhi IP Jumlah guru yang mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan Capaian (%) 83,71 75,00 81,13 98,75 98,11 90,94 47,50 41,51 88,73 18

27 Jenis Layanan Penjaminan Mutu Pendidikan IP Indikator Layanan Sub IP peserta didik; 24 Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; 25 Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik; Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di kabupaten/kota pada setiap akhir semester Sub Indikator kemampuan belajar peserta didik 23.2 Jumlah SD atau MI yang telah memenuhi IP Jumlah SMP atau MTs yang telah memenuhi IP Jumlah SD atau MI yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester 24.2 Jumlah SMP atau MTs yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester 25.1 Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester 25.2 Jumlah SD atau MI yang telah memenuhi IP Jumlah SMP atau MTs yang telah memenuhi IP Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik 26.2 Jumlah SD atau MI yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota/kantor Capaian (%) 37,50 47,17 25,00 24,53 96,008 63,75 49,06 94,74 95,00 19

28 Jenis Layanan IP Indikator Layanan Sub IP Sub Indikator Capaian (%) Kemenag kabupaten/kota pada setiap akhir semester Manajemen Sekolah 27 Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsipprinsip manajemen berbasis sekolah (MBS) 26.3 Jumlah SMP atau MTs yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota/kantor Kemenag kabupaten/kota pada setiap akhir semester 27.1 Jumlah satuan pendidikan yang memiliki rencana kerja tahunan 27.2 Jumlah satuan pendidikan yang memiliki laporan tahunan 27.3 Jumlah satuan pendidikan yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik 66,04 96,99 91,73 87, GRAFIK PENCAPAIAN SPM SQA Pencapaian SPM Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul berasarkan Hasil Survei SQA, tersaji dalam grafik berikut ini : 120,0 Capaian 27 IP SPM 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 20

29 Capaian 14 IP Tingkat Kabupaten 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Capaian 13 IP SPM Tingkat Satuan Pendidikan 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0, HASIL FOCUS GROUP DISCCUSION (FGD) Selain kegiatan survei lapangan, kegiatan lain yang dilaksanakan dalam rangka SQA guna memperoleh data kualitatif adalah dengan melaksanakan Diskusi Kelompok Terfokus/Focus Group Discussion (FGD) untuk 5 Kelompok Pemangku Kepentingan Pendidikan di Kabupaten Bantul. Adapun kegiatan FGD tersebut dilaksanakan pada : A. Kelompok Kepala Sekolah/Madrasah : 17 Maret 2014, pukul B. Kelompok Guru Sekolah/Madrasah : 17 Maret 2014, pukul C. Kelompok Komite Sekolah/Madrasah : 17 Maret 2014 pukul D. Kelompok Dinas Dikdas : 18 Maret 2014, pukul E. Kelompok Kantor Kemenag : 21 Maret 2014, pukul Kegiatan FGD ini berjalan sangat baik dan banyak sekali informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk menyusun Proposal Komprehensif dan untuk menjadi dasar 21

30 dalam perumusan kebijakan dalam rangka pemenuhan SPM DIKDAS di Kabupaten Bantul (Hasil FGD terlampir). Adapun isu-isu pendidikan yang muncul pada FGD dari 5 kelompok pemangku kepentingan pendidikan di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut : No. Isu-Isu pendidikan 1. Pemahaman tentang SPM 2. Upaya Pencapaian SPM 3. Perencanaan & Anggaran Pencapaian SPM 4. Komitmen Pemerintah Daerah dalam Upaya Pencapaian SPM Hasil FGD Di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Kab. Bantul sudah memahami tentang SPM DIKDAS meskipun belum mendalam, utamanya peserta yang berasal dari unsur UPTD belum memahami detail indikator pencapaian SPM dikdas yang menjadi tanggungjawab kabupaten, yaitu terdapat 13 indikator yang menjadi tanggungjawab kabupaten (yang benar 14 indikator). Sedangkan di Kemenag & Sekolah/Madrasah pemahaman masih sangat kurang pemahamannnya. Sehingga sangat perlu sosialiasi intensif SPM DIKDAS ini di internal Dinas Pedndidikan dan Kantor Kemenag sampai ke satuan pendidikan Dinas Pendidikan Dasar setiap tahunnya mengalokasikan anggaran dalam upaya pencapaian SPM DIKDAS di berbagai kegatan, juga ada pendataan SPM setiap tahunnya. Sementara itu di Kantor Kemenag, belum banyak hal yang dilakukan dalam upaya pencapaian SPM DIKDAS dikarenakan kebutuhan pembiayaan dan sumber daya manusia yang terlalu tinggi. Agar semua pihak di lingkungan Dindikdas dan Kemenag memahami secara detail tentang indikator pencapaian SPM dikdas dan implikasinya terhadap indikator yang menjadi tanggungjawab kabupaten dan satuan pendidikan. Beliau berharap program hibah Uni Eropa ini dapat memahamkan semua unsur yang berkepentingan terkait penerapan SPM dikdas di Kabupaten Bantul Perencanaan & Anggaran Pencapaian SPM di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar Kab. Bantul sudah cukup baik & selalu mendapat support dari stakeholder. Hal ini terbukti kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM telah tertuang dalam APBD. Bahkan beberapa kegiatan juga diperuntukan untuk madrasah. Komitmen Pemerintah Daerah sangat baik, dengan memberikan alokasi anggaran yang cukup besar di bidang pendidikan, termasuk adanya anggaran BOS Propinsi & BOS Kabupaten khususnya bagi SD, dan SMP, namun belum dana BOS Provinsi dan BOS Kabupaten belum menyentuh pada satuan pendidikan di lingkungan madrasah. 22

31 No. Isu-Isu pendidikan 5. Hambatan Pencapaian SPM 6. Kerjasama antara Instansi dalam Pencapaian SPM 7. Partisipasi Anak dalam Pendidikan Dasar 8. Peran serta Masyarakat dalam Upaya Pencapaian SPM 9. Prasarana & Sarana Pendidikan, Tenaga Pendidik & Buku 10. Supervisi Pengawas & Kepala Sekolah Hasil FGD Komitmen lain adalah dengan dipisahnya Dinas Pendidikan Dasar dan Dinas Pendidikan Menengah sebagai upaya optimalisasi layanan dan pembinaan ke sekolah-sekolah. Pencapaian SPM terhambat karena belum semua pihak memahami secara baik tentang SPM DIKDAS, juga karena keterbatasan APBD sehingga tidak bisa secara massif mengupayakan pencapaian SPM DIKDAS. Hal lain khususnya di madrasah adalah belum dialokasikannya anggaran BOS Daerah untuk madrasah kecuali MI. Aturan hukum terkait dengan Pendidikan (misalnya tentang BOS, DAK, dll) yang tidak sejalan dengan upaya pencapaian SPM juga menjadi hambatan Kerjasama antar instansi di lingkungan Pemerintah Kab. Bantul & juga kantor Kemenag Kab. Bantul terkait dengan SPM DIKDAS sudah cukup baik, terbukti saling terlibat pada kegiatan-kegiatan tertentu seperti peringatan Hari Besar Agama, pelaksanaan dan monev Ujian Nasional, namun perlu dioptimalkan lagi. Anak Usia Sekolah di Kabupaten Bantul sudah memperoleh akses Pendidikan, namun ada beberapa kasus karena kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik menyebabkan anak lebih cenderung untuk membantu mencari nafkah keluarga dibandingkan bersekolah. Serta peserta didik yang tidak bisa masuk ke Sekolah Lanjutan ditampung di sekolah satap atau Kejar Paket Peran serta masyarakat di Kabupaten Bantul ini sesungguhnya sangat baik, tetapi cenderung menurun sejak diberlakukannya Sekolah Gratis dan larangan melakukan pungutan di sekolah yang dipahami secara negatif oleh stakeholder pendidikan. Namun beberapa sekolah/madrasah peran serta masyarakat, orangtua dan komite sangat membantu pencapaian SPM tingkat sekolah. Potensi banyaknya Dunia Usaha dan Dunia Industri di Kabupaten Bantul masih belum dioptimalkan untuk mendorong upaya pencapaian SPM DIKDAS Prasarana & Sarana Pendidikan sangat bervariasi kondisinya, khususnya di madrasah swasta masih kurang, Laboratorium sebagian besar sekolah/madrasah belum memilikinya. Tenaga Pendidik kualifikasinya sudah memadai, namun perlu optimalisasi kompetensi gurunya.. Buku paket masih banyak yang belum mencapai rasio 1 : 1 Supervisi pengawas ke sekolah masih belum optimal, karena jumlah pengawas belum memadai dibanding jumlah sekolah binaan, apalagi pengawas madrasah jumlahnya masih sangat kurang. Hal lain adalah karena seringnya pengawas melaksanakan kegiatan tambahan di 23

32 No. Isu-Isu pendidikan Hasil FGD luar tugas pokok kepengawasannya mengakibatkan supervise tidak optimal. Supervisi kelas oleh kepala sekolah juga belum optimal karena kepala sekolah belum memahami tentang kewajiban melakukan supervisi kelas sesuai ketentuan SPM DIKDAS. 3.7 EVALUASI PELAKSANAAN SURVEI SQA Di Kabupaten Bantul telah menerapkan sensus SPM setiap tahun, sejak tahun Setidaknya dilaksanakan satu tahun satu kali yaitu setelah penerimaan peserta didik baru (PPDB). Namun pada tahun , sensus SPM dilaksanakan 2x. Oleh karenanya, APBD menganggarkan kegiatan sensus untuk menghitung capaian SPM setiap tahunnya. Pelaksanaan sensus tersebut dengan cara menyebarkan instrumen kepada kepala sekolah. Pelatihan SQA di Kabupaten Bantul dilaksanakan dengan mengikutsertakan semua pengawas SD/MI dan SMP/MTs. Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan pelaksanaan sensus tahun 2014 melalui dana sosialisasi pendataan SPM Dinas Pendidikan (APBD). Merupakan hal baru bagi Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul adalah pendataan pencapaian SPM melalui survei pengawas, di samping itu instrumen yang digunakan sebelumnya berbeda dengan instrumen yang digunakan dalam program PKP SPM ini. Hal yang positif dari pelatihan ini adalah peningkatan kapasitas dan pemahaman bagi pengawas tentang SNP, SPM dan pencapaiannya. Namun tidak semua pengawas memiliki kapasitas dan komitmen yang cukup untuk melaksanakan survei. Ada pengawas yang benar-benar menjadi surveyor, namun ada pula yang sekedar melaksanakan tugas, bahkan ada pula yang menyerahkan instrumen ke sekolah untuk diisi kemudian diambil setalah 2-3 hari. Model yang seperti inilah yang menyebabkan beberapa data tidak terisi sesuai harapan/ penjelasan. Atas dasar temuan-temuan DAT di lapangan serta temuan-temuan data aneh oleh operator, maka DAT berdiskusi dengan Kabid Bina Program Dikdas tentang kenyataan di atas. DAT mengusulkan untuk dilakukan Evaluasi Pelaksanaan Survei bersama operator, Dinas Pendidikan Dasar dan surveyor. Dalam Evaluasi Pelaksanaan Survei Kadisdikdas dan Kabid Bina Program menyampaikan beberapa hal : 1. Agar data diisi seobyektif mungkin dan diisi sendiri oleh surveyor sesuai yang diperoleh pada saat pelatihan. 2. Data sangat penting terutama akurasinya. Salah data akan menyebabkan salah dalam menetapkan kebijakan. 3. Akurasi data berada pada tugas para surveyor yang baik dan benar 24

33 4. Sudah saatnya pengawas mengubah kultur memerintah menjadi kultur melayani. A. TEMUAN OPERATOR Dalam kesempatan ini operator menyampaikan temuan-temuan data yang mengganggu pada saat input data, di antaranya : Jumlah siswa di no 1 berbeda dengan jumlah siswa berdasarkan L/P. Jumlah siswa lebih banyak ada juga yang lebih sedikit Pertanyaan ruang Lab IPA ADA, tetapi kapasitas kursi dan meja kosong (nol) Data kunjungan pengawas ke sekolah, banyak yang tidak pas pengisiannya. Membingungkan operator Data kinerja guru tidak sesuai dengan lampiran, ada yang tidak terisi B. TEMUAN DISTRICT ADVISORY TEAM (DAT) DAT juga menyampaikan temuan-temuan di sekolah pada saat monitoring surveyor : A. Positif/ Prestasi/ Kekuatan/ Menyenangkan Ada surveyor yg benar-benar mencermati dan mensurvei sekolah sampai menghabiskan waktunya di sekolah. Ada surveyor yang memiliki arsip kuesioner Surveyor memahami substansi kuesioner Surveyor melakukan sosialisasi cara pengisian kepada beberapa sekolah bagus untuk memberikan pemahaman kepada sekolah. Tetap sebaiknya pengisiannya dilakukan sendiri oleh surveyor. Pemahaman cara pengisian kuesioner belum cukup, karena pihak sekolah juga harus memahami detail SPM dan capaian IP nya. B. Kelemahan/ kendala/tantangan Mindset Kepala Sekolah berbeda2... Antara penilaian dan akan menerima bantuan Pengisian kuesioner menggunakan bolpen Banyak coretan pada kuesioner Ada beberapa karakter tulisan/huruf pada kuesioner asumsinya diisikan oleh staf sekolah ybs Menitipkan kuesioner ke sekolah untuk diisi dan akan diambil 2-3 hari kemudian mengakibatkan pemahaman yang berbeda, karena sekolah tidak dilatih tentang pemahaman SPM dan IP nya termasuk cara pengisian kuesioner Banyak isian yang bias/rancu diasumsikan diisi oleh sekolah yang nota bene tidak dilatih 25

34 Ada sekolah dan pengawas yang tidak mau/menerima hasil survei sehingga mengubah isiannya C. RENCANA KEGIATAN TINDAK LANJUT Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (RKTL) Disepakati bahwa akan dilakukan verifikasi ulang khususnya data-data yang bias/kurang valid, seperti : 1. Data siswa 2. Data Guru 3. Data meja 4. Data kunjungan pengawas ke sekolah Paling lambat tanggal 4 April 2014 Hikmah Evaluasi Pelaksanaan Survei 1. Pengawas menyadari pentingnya data 2. Pengawas berkomitmen akan lebih memperhatikan instruksi-instruksi penugasan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal 3. Pengawas menyadari bahwa kinerjanya selama ini harus diubah. 4. Dinas Pendidikan Dasar berterima kasih dengan kegiatan Evaluasi, karena ada transparansi. 3.8 PENJELASAN BEBERAPA CAPAIAN SPM A. SPM 2 ROMBONGAN BELAJAR DAN RUANG KELAS Uraian Standar Pelayanan Minimal Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang dan untuk SMP/MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan tulis. Pemenuhan Indikator SPM ini dilakukan dengan menghitung rasio siswa per rombel tiap-tiap sekolah adalah sebagai berikut: 2.1. SD/MI Jumlah SD/MI yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 32 orang Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota x 100% ,25% 2.2. SD/MI Jumlah SD/MI yang telah memenuhi kebutuhan meja, kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota x 100% ,75% 2.3. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 36 orang Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota x 100% ,00% 26

35 2.4. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota x 100% ,58% Berdasarkan hasil SQA di atas, dengan jumlah 80 SD/MI terdapat 27 SD/MI (33,75%) yang mempunyai rasio siswa per rombel di atas 32 (belum memenuhi SPM). Sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dari 53 lembaga, semua sudah memenuhi SPM, yaitu mempunyai rasio siswa per rombel di dibawah atau sama dengan 36 (semua SMP/MTs sudah mencapai SPM) Jumlah SD/MI yang telah memenuhi kebutuhan meja, kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel ada 35 SD/MI, sehingga masih terdapat 45 SD/MI atau 56,25% yang belum memenuhi SPM. Sedangkan SMP/MTs yang belum memenuhi kebutuhan meja, kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel ada 14 SMP/MTs atau sebesar 26,42% B. SPM 3 RUANG LABORATORIUM IPA Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik. 3.1 SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota x 100% ,28% 3.2 SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota x 100% ,72% Untuk menghitung pemenuhan SPM pada indikator ini, maka kita dapat menggunakan informasi jumlah ruang laboratorium IPA di tiap sekolah yang tercatat pada tabulasi data. Dari score card di atas dapat diketahui bahwa dari 53 SMP/MTs hanya 24 sekolah yang memeiliki ruang laboratoriu IPA atau sebesar 45,28%. Dengan demikian masih terdapat 54,72% SMP/MTs yang belum memiliki ruang Laboratorium IPA. Sedangkan SMP/MTs yang belum memiliki satu set lengkap peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik sebanyak 24 SMP/MTs atau sebesar 45,28%. C. SPM 4 RUANG GURU DAN RUANG KEPALA SEKOLAH Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan 27

36 lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya x 100% 47 58,75% 80 Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota 4.2. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru dan staf kependidikan lainnya x 100% 44 83,02% 53 Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota 4.3. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja dan kursi x 100% 43 81,13% Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota 53 Masih terdapat 33 atau 41,25% SD/MI yang belum mempunyai satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya. Sedangkan di jenjang SMP/MTs terdapat 9 atau 16,98% SMP/MTs yang belum mempunyai satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya. Serta masih terdapat 10 atau 18,87% SMP/MTs yang belum memiliki ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja dan kursi. D. SPM 5 KETERSEDIAAN GURU KELAS DI SD/MI Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota x 100% % 5.2. SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota x 100% % Rasio Guru Kelas/Rombel di SD/MI mencapai 100%, sehingga dari 80 SD/MI sampling tidak terlihat kekurangan guru kelas, dalam arti jumlah guru kelas yang ada sudah mencukupi. Dan jika terdapat sekolah/madrasah dengan kondisi geografis Kabupaten Bantul di wilayah khusus kekurangan guru, dan rasio siswa 28

37 per rombel sangat kecil, maka bisa diambil alternatif kebijakan dengan menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap. E. SPM 6 KECUKUPAN GURU MATA PELAJARAN SMP/MTS Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran dan untuk daerah khusus tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran x 100% 19 35,85% 53 Jumlah SMP?MTs di wilayah kabupaten/kota Terdapat 34 SMP/MTs atau sebesar 64,15% yang belum memiliki guru untuk setiap mata pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran F. SPM 7 KUALIFIKASI GURU SD/MI Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota x 100% % 7.2. SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota x 100% % Dari output di atas kita bisa melihat bahwa terdapat 3 sekolah (3,75%) yang belum memenuhi SPM tentang kepemilikan 2 orang guru yang memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan untuk IP 7.1 semua SD/MI sampling telah memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau DIV. Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi sertifikasi guru yang tercatat di setiap SD/MI, yaitu dengan menghitung berapa guru dalam satu sekolah yang sudah memiliki sertifikasi pendidik. 29

38 G. SPM 8 KUALIFIKASI GURU SMP/MTS Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV 70% (untuk daerah khusus 40%) x 100% 50 94,34% Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% (untuk daerah khusus 20%) x 100% 46 86,79% Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota 53 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hanya ada 3 sekolah, (5,66%) yang belum memenuhi SPM terkait kepemilikan guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV 70% (untuk daerah khusus 40%). Sedangkan jumlah SMP/MTs yang belum memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% (untuk daerah khusus 20%) sebanyak 7 sekolah atau 13,21% Catatan: Untuk alternatif menyusun prioritas peningkatan kualifikasi guru yang belum S1/D-IV akan lebih tepat sasaran bila prioritas disusun bersama dengan pemenuhan 9 yang mensyaratkan minimal satu guru mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris harus berkualifikasi S1/D- IV dan bersertifikat pendidik. H. SPM 9 KUALIFIKASI GURU MATA PELAJARAN SMP/MTS Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masing-masing 1 (satu) orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn 43 x 100% 53 81,13% Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota Dalam menghitung indikator SPM ini kita menggunakan informasi dari sekolah tentang sertifikasi guru untuk menentukan apakah sudah ada guru berkualifikasi akademik S1/D-IV dan bersertifikat pendidik untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan PKn 30

39 Dari data di atas dapat diartikan bahwa terdapat 43 atau 81,13% dari SMP/MTs yang memiliki Guru Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan PKn dengan kualifikasi S1/D-IV dan memiliki sertifikat pendidik. Jadi masih terdapat 10 SMP/MTs yang belum memenuhi SPM. Untuk alternatif menyusun prioritas peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru akan lebih tepat sasaran bila prioritas disusun bersama dengan pemenuhan 8 yang mensyaratkan 70% guru harus S1/D-IV dan 35% dari guru itu bersertifikat pendidik. I. SPM 10 KUALIFIKASI KEPALA SD/MI Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap Kabupaten Bantul semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik SD/MI Jumlah Kepala SD/MI yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik x 100% % Jumlah SD/MI di wilayah kabupaten/kota 80 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa semua Kepala SD/MI secara devinitif dari 80 lembaga SD/MI telah berkualifikasi S1 dan memiliki sertifikat pendidik. J. SPM 11 KUALIFIKASI KEPALA SMP/MTS Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap Kabupaten semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D- IV dan telah memiliki sertifikat pendidik SMP/MTs Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik Jumlah SMP/MTs di wilayah kabupaten/kota x 100% % Capaian SPM IP 11-1 ini menggunakan analisis yang sama dengan SPM 10, hanya SPM 10 adalah untuk Kepala SD/MI, sedangkan SPM 11 berkonsentrasi pada Kepala SMP/MTs. Dari tabel pivot di atas menunjukkan bahwa semua Kepala SMP/MTs secara devinitif dari 80 lembaga SMP/MTs telah berkualifikasi S1 dan memiliki sertifikat pendidik. Atau dengan kata lain semua SMP/MTs sampling telah memenuhi SPM. K. SPM 12 KUALIFIKASI PENGAWAS Uraian Standar Pelayanan Minimal Di setiap Kabupaten Bantul semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 31

40 Jumlah pengawas sekolah/madrasah yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik Jumlah pengawas sekolah/madrasah di wilayah kabupaten/kota x 100% % Analisis SPM IP 12-1 ini menggunakan analisis yang sama dengan SPM 10, hanya SPM 10 adalah untuk Kepala SD/MI, sedangkan SPM 12 berkonsentrasi pada pengawas sekolah dan madrasah. Dari tabel pivot di atas menunjukkan bahwa semua Pengawas telah berkualifikasi S1 dan memiliki sertifikat pendidik. BAB 4 PENUTUP A. CAPAIAN JENJANG SD/MI Tingkat capaian SPM SD/MI sangat bervariasi. Jenis pelayanan minimal yang masih banyak belum terpenuhi adalah pada bagian kecukupan kursi siswa, kecukupan kursi guru, kecukupan meja guru, kunjungan pengawas, supervisi kepala sekolah/madrasah dan jumlah buku dengan rasio 1 : 1 dan peraga IPA yang lengkap. Tingkat pemenuhan SPM SD/MI Kabupaten Bantul dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Capaian SPM tingkat SD/MI 100,0 100,0 96,3 98,8 95,0 100,0 66,3 58,8 43,8 100,0 93,8 70,7 61,3 38,8 75,0 47,5 37,5 63,8 26,3 25,0 11,3 11,3 32

41 IP Keterangan Indikator Capaian 1.1 Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 km 2.1 Jumlah SD/MI yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 32 orang 2.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi kebutuhan meja, kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 4.1 Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya 5.1 Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik 5.2 Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus 7.1 Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV 7.2 Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik 10 Jumlah kepala SD/MI yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidik 14.1 Jumlah SD/MI yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan 15.1 Jumlah set buku teks mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn) yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah 15.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi Sekolah 17.1 Jumlah SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA - secara lengkap 18.1 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi 19.1 Jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja per minggu 37,5 jam 19.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi Jumlah SD/MI yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas I-II 18 jam per minggu, kelas III 24 jam per minggu, dan kelas IV-VI 27 jam per minggu 21.1 Jumlah SD/MI yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku 22.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi Jumlah SD/MI yang telah memenuhi Jumlah SD/MI yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester 25.2 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi Jumlah SD/MI yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan atau Kantor Kemenag kabupaten/kota pada setiap akhir semester B. CAPAIAN JENJANG SMP/MTS Tingkat capaian SPM SMP/MTs mayoritas di atas 50%. Jenis pelayanan minimal yang masih banyak belum terpenuhi (di bawah 50%) adalah kepemilikan laboratorium IPA, guru untuk setiap mata pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran, jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah, dan supervisi kepala sekolah/madrasah. Tingkat pemenuhan SPM SMP/MTs Kabupaten Bantul dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 33

42 Capaian SPM tingkat SMP/MTs 100,0 98,1 73,6 54,7 45,3 83,0 81,1 35,8 94,3 86,8 81,1 81,1 52,8 52,8 54,7 81,1 66,0 41,5 47,2 49,1 24,5 5,7 0,0 IP Keterangan Indikator Capaian 2.3 Jumlah SMP/MTs yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 36 orang 2.4 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 3.1 Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik 3.2 Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik 4.2 Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru dan staf kependidikan lainnya 4.3 Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja dan kursi 6 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran 8.1 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV 70% (untuk daerah khusus 40%) 8.2 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% (untuk daerah khusus 20%) Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 9 telah memiliki sertifikat pendidik, masing-masing 1 (satu) orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn 11 Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 14.2 Jumlah SMP/MTs yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan 16.1 Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah 16.2 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi 16.1 Sekolah 18.2 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi 19.3 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi Jumlah SMP/MTs yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas VII-IX selama 27 jam per minggu 34

43 IP Keterangan Indikator Capaian 21.2 Jumlah SMP/MTs yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku 22.3 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi Jumlah SMP/MTs yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester 25.3 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi Jumlah SMP/MTs yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan atau Kantor Kemenag kabupaten/kota pada setiap akhir semester C. KESIMPULAN Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar adalah ketentuan tentang jumlah dan mutu layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota secara langsung maupun secara tidak langsung melalui sekolah dan madrasah. Penerapan SPM Dikdas dimaksudkan untuk memastikan bahwa di setiap sekolah dan madrasah tercipta kondisi minimum yang dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang memadai. SPM Pendidikan Dasar meliputi dua segmen layanan: 1. yang merupakan tanggung-jawab langsung Pemerintah Kabupaten/Kota c/q Dinas Pendidikan untuk sekolah; serta Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk madrasah (contoh: penyediaan ruang kelas dan penyediaan guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi maupun kompetensi); 2. yang merupakan tanggung-jawab tidak langsung Pemerintah Kabupaten/Kota c/q Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama karena layanan diberikan oleh pihak sekolah dan madrasah, para guru dan tenaga kependidikan, dengan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama (contoh: persiapan rencana pembelajaran dan evaluasi hasil belajar siswa terjadi di sekolah, dilaksanakan oleh guru tetapi diawasi oleh pemerintah kabupaten/kota). Hasil survei SQA di Kabupaten Bantul menunjukkan perbedaan terhadap capaian SPM tahun sebelumnya. Capaian SPM tahun sebelumnya dapat digunakan sebagai pembanding dengan beberapa penjelasan tetapi tidak dapat digunakan sebagai pendamping. Hal ini dikarenakan parameter pengukurannya berbeda. Oleh karenanya, hasil survei ini perlu disampaikan kepada tim tehnis (bahkan tim pengarah) agar diperoleh persepsi yang sama. 35

44 D. PENUTUP Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dinas Pendidikan Dasar dan Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantul, sekolah dan madrasah, serta DAS (Distrist Assesment Supervisor) yang telah mendukung, memotivasi dan membantu memberikan masukan yang konstruktif selama proses pelaksanaan survey Status Quo Assessment ini. Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Di samping itu masih diperlukan validasi data terkait dengan data hasil survei. Maka diharapkan adanya tindak lanjut yang dilakukan secara bersamasama antara surveyor/ verifikator, operator input data dan DAT (District Advisory Team), sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan proposal pengembangan kapasitas di tingkat kabupaten serta dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan. Satu harapan kami, semoga program PKP SPM Pendidikan Dasar ini dapat dilaksanakan di kabupaten Bantul betul-betul memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kapasitas dan kegiatan yang dilaksanakan benar-benar dapat meyentuh seluruh elemen pendidikan. PENDIDIKAN UNTUK SEMUA. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantias memberkati setiap langkah usaha kita dalam tindakan yang kita lakukan Dengan selesai laporan ini harapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program PKP SPM Pendidikan Dasar di Kabupaten Bantul. Demikian yang dapat disampaikan atas perhatian diucapkan terima kasih. Jogjakarta, 30 April 2014 District Advisory Team District Assessment Supervisor MAYA TRIWURIHANDAYANI MARIA IMMACULATA ITA ROSITA Menyetujui, District Advisory Team Leader, BAMBANG JUANDA 36

45 Mengetahui, Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul Drs. TOTOK SUDARTO, M.Pd NIP

46

47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PERMENDIKNAS NO. 15 TAHUN

48 - 2 -

49 - 3 -

50 - 4 -

51 LAMPIRAN 2 FGD PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN DASAR FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Propinsi : : Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul Kelompok : Dinas Pendidikan : - 1 Kantor Menteri Agama : - 2 Kepala Sekolah/Madrasah : - 3 Guru Sekolah/Madrasah : - 4 Komite Sekolah/Madrasah : Jumlah Partisipan : 1 0 No. 1 2 Nama Drs. Totok Sudarto, MPd (Kepala Disdikdas) Darwatiningsih,M.Si (Kabid Bingram) Daftar Partisipan Jenis Kelamin 1 laki-laki 2 perempuan L P Tipe Sekolah 1 SD, 2 MI 3 SMP. 4 MTs A B Kode (2) 3 Mudyana (Kabid SMP) L C 4 Subiyati (Kasi Kurikulum TK/SD) P D 5 Slamet Pamudi (Kabid SD) L E 6 Suyatno (Kasi Kurikulum SMP) L F 7 Drs. Teguh Priyono (Kasubag Kepeg) L G 8 Suranto (Kasubag TU) L H 9 DR. Esti Setiawati, M.Pd (Kasi Perencanaan - Bingram) P I 10 UPTD L J (1) Hanya untuk FGD dengan Kepala Sekolah/Madrasah, Guru dan Komite Sekolah (2) Untuk Identifikasi peserta discusi - 5 -

52 1. Daftar Pertanyaan FGD Dinas Pendidikan 1.1. Apakah sudah tahu tentang SPM? Peserta FGD sudah memahami betull tentang SPM, pengertian, tujuan dan mengapa SPM harus dilaksanakan. Karena kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam Renja maupun DPA sudah mengacu kepada SPM. Namun peserta yang berasal dari unsur UPTD belum memahami detail indikator pencapaian SPM dikdas yang menjadi tanggungjawab kabupaten, yaitu terdapat 13 indikator yang menjadi tanggungjawab kabupaten (yang benar 14 indikator) Apakah pernah mendapatkan sosialisasi tentang SPM? Kalau pernah, dari mana/siapa yang mensosialisasikan SPM? Sebagian besar pernah mengikuti Sosialisasi SPM meskipun tidak detail. Sosialisasi SPM yang pernah diikuti disampaikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DIY dan Tetira yaitu pada tahun Namun peserta mengakui sosialisasi belum secara detail menjelaskan indikator pencapaian SPM dikdas dan implikasinya terhadap indikator yang menjadi tanggungjawab kabupaten dan satuan pendidikan. Beliau berharap program hibah Uni Eropa ini dapat memhamkan semua unsur yang berkepentingan terkait penerapan SPM dikdas di Kabupaten Bantul 1.3. Bagaimana komitmen pemda (Dinas Pendidikan) terhadap peningkatan mutu pendidikan di SD dan SMP? Bidang SD dan SMP dibuat terpisah untuk memaksimalkan layanan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sehingga Kepala Bidang dan kasi dalam satu tahun bisa mengunjungi semua sekolah dalam hal monitoring dan pembinaan Digulirkannya Biaya Operasional Sekolah, baik untuk SD/MI maupun SMP dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten sebagai pendampingan dan BOS Pusat. Kehadiran guru masih jauh dari target capaian usaha/komitmen Dinas adalah meningkatkan komitmen dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencapai kualifikasinya tetapi dari segi anggaran belum ada. Namun guru diberi kemudahan dengan memberikan kemudahan ijin belajar SPM menjadi target RPJMD, sehingga anggaran diupayakan untuk mencapai SPM diharapkan bisa meningkat dari tahun ke tahun. Laporan SPM diminta setiap tahun diminta oleh Bappeda dan Ortala Kabupaten dan Provinsi, sehingga sekolah setiap semester mengirimkan isian format capaian SPM ke Dinas Pendidikan - 6 -

53 Meningkatkan layanan, pelatihan dan pendampingan baik di bidang peningkatan kapasitas dalam hal manajemen pendidikan maupun tentang pembelajaran 1.4. Apakah perencanaan anggaran pendidikan SD dan SMP sudah mengacu SPM? Banyak kegiatan yang dianggarkan di bidang SD maupun SMP mengacu kepada peningkatan mutu, seperti pelatihan Kurikulum 2013 sumber dana APBN dan sharing APBD, perbaikan ruang kelas sumber dana DAK, Iya, karena sudah ditargetkan dalam RPJMD maka harus tertuang juga dalam Renstra dan Renja Pendidikan Lebih dari 50 kegiatan mengacu pada SPM baik dengan dana APBN maupun dana APBD 1.5. Dari mana saja sumber-sumber anggaran untuk pendidikan (SD dan SMP)? APBD Pusat, APBD Provinsi, APBD Kabupaten, DAK 1.6. Apa saja yang menjadi hambatan dalam melaksanakan SPM? Belum semua pihak khususnya di kalangan pemangku kepentingan memahami IP SPM Pendidikan dan bagaimana strategi pencapaiannya. Demikian juga pihak sekolah, di samping belum semua memahami IP SPM yang menjadi tanggungjawab sekolah/madrasah, kecenderungan untuk memenuhi juga lemah. Misalnya kecukupan/ rasio buku terhadap siswa, belum tertibnya administrasi kunjungan Kepala Sekolah, komitmen guru tetap untuk memenuhi jam mengajar 37,5 jam per minggu juga masih kurang. Peningkatan kapasitas dan komitmen pengawas masih lemah, beberapa faktor penyebabnya karena seringnya pengawas terlibat pada kegiatan-kegiatan Dinas Pendidikan Dasar, kurangnya rasio pendampingan pengawas terhadap jumlah sekolah utamanya SD dan MI, seringkali pelatihan-pelatihan langsung kepada guru atau kepala sekolah sedangkan pengawas tidak diberi materi tertentu sehingga tidak tahu ketika ditanya guru/kepala sekolah Bagaimana kerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota? Baik. Dinas Pendidikan Dasar selalu melibatkan madrasah untuk hal peningkatan mutu/ kapasitas Kepala Sekolah dan Guru. Di samping itu, di dalam Anggaran (DPA) Dinas juga ada dana BOSDA untuk MI. Dinas melibatkan dan mengalokasikan dana UN untuk MI, MTs dan MA 1.8. Bagaimana strategi meningkatkan mutu pendidikan? - 7 -

54 Pembinaan kepada semua pelaku pendidikan, baik di lingkungan Dinas Pendidikan Dasar, UPTD maupun sekolah. Pengawas sebagai pembina sekaligus jembatan antara Dinas Pendidikan Dasar dengan sekolah, seharusnya dilatih terlebih dahulu jika ada materi baru. Pengawas berpotensi akan dijadikan fasilitator daerah/kabupaten untuk pelatihan-pelatihan di tingkat kabupaten, kecamatan maupun gugus LAMPIRAN 3 FGD KANTOR KEMENTERIAN AGAMA FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Propinsi : : Kelompok : Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul Dinas Pendidikan : - 1 Kantor Menteri Agama : - 2 Kepala Sekolah/Madrasah : - 3 Guru Sekolah/Madrasah : - 4 Komite Sekolah/Madrasah : Jumlah Partisipan : 0 6 Daftar Partisipan No Nama Drs.H Abdul Madjid, MA (Kakan Kemenag) Drs.H Jauzan Sanusi, MA (Kasi Dikmad) Drs.H Rohyadi, MA (Kasi Keuangan) Yuharmani, S.Ag (Pengawas RA/MI) HM. Wahib Jamil, S.Ag, M.Pd (Kasi PendaIs) Dra. Ening Yuni Soleh Astuti, M.Ag (Pengawas MTs/MA) Jenis Kelamin 1 laki-laki 2 perempuan L L L L L P Tipe Sekolah 1 SD, 2 MI 3 SMP. 4 MTs A B C D E F Kode (2) 7 H. Nadhif, S.Ag, M.Si (Kasubag TU) L G 8 Drs. H. Bahruddin Hz (Kapokjawas) L H - 8 -

55 9 I 10 J Hanya untuk FGD dengan Kepala Sekolah/Madrasah, Guru dan Komite Sekolah Untuk Identifikasi peserta discusi - 9 -

56 2. Daftar Pertanyaan FGD Kantor Kementrian Agama 2.1. Apakah sudah tahu tentang SPM? Semua peserta yang hadir mengatakan pemahaman SPM hanya sebatas pada kulitnya saja. Secara detail belum memahami, utamanya pada pencapaiannya. Yang mereka pahami bahwa SPM mengacu pada 8 standar. Di antaranya adalah standar Sarana dan Prasarana, yang di lingkungan madrasah sebagian besar belum atau bahkan tidak memenuhi standar khususnya luas ruangan kelas. SPM yang mengarah pada kepuasan masyarakat belum dikembangkan SPM belum tercapai yang sesuai dengan indikator kinerja secara komprehensif SPM diharapkan bisa berjalan linier Ruang kelas banyak yang disekat agar dapat mencukupi jumlah ruang kelas Buku belum mencapai rasio 1:1, karena dana BOS lebih banyak digunakan untuk membayar tenaga guru 2.2. Apakah pernah mendapatkan sosialisasi tentang SPM? Kalau pernah, dari mana/siapa yang mensosialisasikan SPM? Sebagian telah menerima sosialisasi SPM tetapi tidak detail, sehingga masih banyak yang belum memahami substansi SPM Pernah di Kanwil Kemenag DIY, tetapi juga tidak detail Bagaimana komitmen pemda (Kantor Kemenag) terhadap peningkatan mutu pendidikan di MI dan MTs? Kemampuan Kemenag masih terbatas tetapi layanan harus maksimal. Komitmennya bagaimana madrasah ada yang mampu mencapai lebih dari minimal Peningkatan kualitas pendidikan madrasah. Karena sebagian besar anggaran untuk pendidikan. Paling banyak sertifikasi tujuannya untuk mengembangkan kualitas pendidik, sehingga pencapaian sarpras belum terpenuhi secara maksimal. Memberikan kesempatan dan kemudahan ijin untuk pendidik dan pengawas yang akan melanjutkan pendidikan yg lebih tinggi 2.4. Apakah perencanaan anggaran pendidikan MI dan MTs sudah mengacu SPM? Anggaran pendidikan di MI dan MTs sebagian sudah mengacu kepada SPM, utamanya madrasah negeri. Dan hanya di madrasah swasta yang berkembang saja yang menggunakan anggarannya mengacu ke SPM. Madrasah kecil belum mampu menganggarkan kegiatan berdasarkan SPM. - 10

57 2.5. Dari mana saja sumber-sumber anggaran untuk pendidikan di MI dan MTs? APBD kebijakan kanwil yang mengelola bantuan/ pemenuhan sarpras, Anggaran Kemenag minim karena hanya dari APBN (BOM dan BOSDA MI) berbeda dengan pendidikan di Dinas Pendidikan dan sekolah-sekolah 2.6. Apa saja yang menjadi hambatan dalam melaksanakan SPM? Terbatasnya anggaran Kualifikasi guru di madrasah swasta masih belum memenuhi kriteria Pemahaman tentang capaian SPM masih lemah 2.7. Bagaimana kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota? Hubungan dengan Dinas Pendidikan Dasar sangat baik, dengan dibantunya anggaran-anggaran pendidikan seperti penyelenggaraan Ujian Nasiona, BOSDA MI, Sering mendampingi kegiatan-kegiatan keagamaan bekerjasama dengan UPTD-UPTD 2.8. Bagaimana strategi meningkatkan mutu pendidikan? Memberikan pembinaan dan motivasi kepada madrasah-madrasah dalam hal pelaksanaan kegiatan-kegiatan secara mandiri, seperti pelatihan-pelatihan, penyelenggaraan seminar, dll Memberikan peluang kepada guru, kepala madrasah maupun pengawas untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi - 11

58 LAMPIRAN 4 FGD KEPALA SEKOLAH/MADRASAH FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Propinsi : : Kelompok : Jumlah Partisipan : Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul Dinas Pendidikan : - 1 Kantor Menteri Agama : - 2 Kepala Sekolah/Madrasah : - 3 Guru Sekolah/Madrasah : - 4 Komite Sekolah/Madrasah : No. Nama Daftar Partisipan Jenis Kelamin 1 laki-laki 2 perempuan Tipe Sekolah 1 SD, 2 MI 3 SMP. 4 MTs 1 S. Miranto (SMPN 3 Bantul) L 3 A 2 Kuwatono (SMPN 1 Kasihan) L 3 B 3 Jaswabinantoro (SDN Bakalan) L 1 C 4 M. Kuncoro (MI Grojogan) L 2 D 5 Ibnardo (MTsN Gongowali) L 4 E 6 Subandi (SDN 2 Bakalan) L 1 F 7 Nurhayati (SDN Bantul Timur) P 1 G 8 Supratikto, M.Pd (SMPN 3 Sewon) Kode (2) L 3 H 9 I 10 J (1) Hanya untuk FGD dengan Kepala Sekolah/Madrasah, Guru dan Komite Sekolah (2) Untuk Identifikasi peserta discusi - 12

59 Daftar Pertanyaan FGD Kepala Sekolah/Madrasah 3.1. Apakah semua anak usia sekolah di kabupaten/kota ini bisa bersekolah di SD/MI atau SMP/MTs? Sudah semua usia sekolah mendapatkan layanan pendidikan. Pada jam pelajaran tidak ada anak usia sekolah yang bermain Kendala : Banyak usia sekolah yang mendaftarkan masuk madrasah saat pendaftaran sudah berakhir. Padahal banyak siswa lain yang sudah mendaftar ketika pendaftaran belum dibuka. Solusi : Door to door untuk memotivasi anaknya bersekolah. Dan menggunakan kearifan lokal: Daya tampung 30. Disisakan 4 kursi untuk warga sekitar agar jumlah siswa tidak melebihi kuota/target. Tetapi tetap menggunakan tahapan seleksi untuk bisa diterima di madrasah 3.2. Apa yang menjadi kendala (siswa dan guru) untuk menuju ke sekolah? Secara umum sekolah bisa dijangkau dengan sarana transportasi. Tetapi di daerah tertentu belum ada zona aman sekolah. Sebagian besar peserta mengatakan tidak ada hambatan untuk menuju dan dari sekolah Apakah ada persoalan dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah/madrasah seperti ruang kelas, meja, kursi dan perlengkapan lainnya? Kursi sudah memenuhi secara kapasitas meskipun ada kursi yang dengan bentuk dingklik. Namun dari sisi kesehatan tidak memenuhi persyaratan karena kursi dingklik tanpa sandaran. Masih terdapat meja panjang dengan kapasitas 4 peserta didik Ada sekolah yang ruang pertemuannya tidak memiliki fasilitas mebeler yang memadai. Sehingga harus menunggu siswa selesai pelajaran agar dapat memindahkan kursi ke ruang pertemuan. Ada sekolah swasta yang ingin membudayakan minat baca anak dengan membangun perpustakaan melalui dana infaq namun belum memenuhi standar Beberapa sekolah masih belum memiliki Prasaran sarana yang memadai, seperti ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang UKS, dll 3.4. Bagaimana hasil evaluasi terhadap kinerja guru (PNS, Non PNS atau Guru tetap yayasan)? Sudah ada perubahan, pembuatan RPP dulu kebanyakan hanya meng- copy. Sekarang sudah bisa mneggunakan komputer. Himbauan KS untuk bekerja secara profesional Hasil : 90 % guru bisa menggunakan komputer. - 13

60 Kepala sekolah melakukan Supervisi dan pemantauan kerja. Fasilitasi untuk melakukan kegiatan MGMP Fasilitas untuk melakukan lesson study, seminar. koordinasi, supervisi administrasi mingguan dan bulanan. Menilai capaian para guru, apakah sudah memenuhi target kurikulum. Fasilitas untuk mengembangkan kapasitas : lesson study, MGMP,dll. Mengembangkan pola PKG (Penilaian Kinerja Guru) Namun dibeberapa madrasah ada guru yang sekedar mengajar saja, tidak mengembangkan PBM dan penilaian 3.5. Bagaimana meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan lainnya? Mewajibkan ikut KKG, MGMP dan memberikan stimulan anggaran untuk membuat karya tulis. Melaksanakan supervisi dari KS dan pengawas (rutin). Setiap hari Senin : dilaksanakan koordinasi briefing untuk evaluasi aktifitas minggu lalu dan program seminggu yang akan datang. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk bersahabat dengan tehnologi dan IT sehingga mudah mencari bahan ajar tambahan dari internet 3.6. Bagaimana meningkatkan partisipasi komite sekolah dalam pengembangan pendidikan? Awal tahun : Komite dilibatkan dalam sosialisasi kegiatan sekolah. Pertemuan rutin untuk mengevaluasi kegiatan, dan akhir tahun memberikan laporan tentang bantuan ortu melalui komsek. Menyampaikan kekurangan atau gap dari BOS, BOSDA, BOSPROV. Gap pembiayaan disosilaisasikan ke ortu sehingga dapat menutup kekurangan dana yang menjadi tangung jawab bersama. Perencanaan kegiatan, sebulan sekali komsek datang untuk memantau kegiatan, sebuakn sekali pengajian dengan wali siswa Faktor pendukung apa saja yang dapat meingkatkan prestasi guru dan tenaga pendidikan lainnya? Pembinaan rutin, sudah dilakukan tetapi belum melakukan follow up bagi setiap guru Memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan, seminar, dll Memberikan stimulan bagi guru yang akan menyusun karya tulis 3.8. Bagaimana strategi mengelola sekolah/madrasah yang baik? Membangun kerjasama yang baik dengan Dewan Sekolah. Membangun komitmen bersama bahwa mutu pendidikan ditentukan dengan bekerjasama antara sekolah dengan Dewan Pendidikan. - 14

61 Hasil akreditasi memicu Dewan Sekolah untuk menutup semua kekurangan yang ada di madrasah. Implikasi nya, guru juga terpacu untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peorses belajar yangberkualitas. Melibatkan msyarakat dalam beberapa kegiatan Membutuhkan wakaur kurikulum, sarpras, humas, kesisiwaan. Tujuannya untuk mempersiapkan sumber daya manusia, menjadi pemimpin yang baik. Bagi tugas habis. Memberdayakan warga sekolah. Membentuk 8 standard. ada yang bertanggung jawab terhadap 8 standard. KS melakukan monitoring. Acuan pencapaian indikator : EDS, Kurikulum, Memaksimalkan stakeholder yang ada. - 15

62 LAMPIRAN 5 FGD GURU SEKOLAH/MADRASAH FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Propinsi : : Kelompok : Jumlah Partisipan : Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul Dinas Pendidikan : - 1 Kantor Menteri Agama : - 2 Kepala Sekolah/Madrasah : - 3 Guru Sekolah/Madrasah : - 4 Komite Sekolah/Madrasah : No Daftar Partisipan Jenis Tipe Sekolah Kelamin (1) Nama 1 laki-laki 1 SD, 2 MI Kode 2 3 SMP. 4 (2) perempuan MTs Maryati, S.Pd (SDN Bantul Timur) P 1 A Lasipon, S.Pd (SDN Krapyak Wetan) P 1 B Marsudiati, S.Pd (SD Timbulharjo) P 1 C Siti Yulaikhah, M.Pd (SMP 1 Pandak) P 3 D Sumaryanti, S.Pd (SMPN I Pajangan) P 3 E Ika Fitriyani. S.PdI (MI Ma arif Giriloyo I) P 2 F Irkhamni, S.Pd (MTsN Sumberagung) L 4 G Budiningsih, S.Pd (SDN 3 Jarakan) P 1 H 9 I 10 J (1) Hanya untuk FGD dengan Kepala Sekolah/Madrasah, Guru dan Komite Sekolah (2) Untuk Identifikasi peserta discusi - 16

63 4. Daftar Pertanyaan FGD Guru Sekolah/Madrasah 4.1. Apakah semua anak usia sekolah di kabupaten/kota ini bisa bersekolah di SD/MI atau SMP/MTs? Semua anak usia sekolah bisa ditampung di sekolah. Ada SMP terbuka sebagai solusi bagi siswa yang tidak lulus seleksi di sekolah reguler dan bisa bersekolah di SMP Terbuka Apa yang menjadi kendala (siswa dan guru) untuk menuju ke sekolah? Kondisi alam, medannya terjal. Angkutan umum lewat 4 jam sekali dan masih ditempuh dengan jalan kaki (di wilayah kecamatan Pajangan), jummlah siswa yang harus mengalami transportasi tersebut berkisar <10% 4.3. Apakah ada persoalan dengan kondisi sarana dan prasarana sekolah/madrasah seperti ruang kelas, meja, kursi dan perlengkapan lainnya? pintu ruang kelas banyak yang rusak, karena faktor kualitas dan kenakalan anak-anak Tidak memiliki ruang guru. Menggnakan ruang yang tersedia sebagai ruang guru. SMPN 1- Pandak. Ada beberapa ruang kelas yang ukurannya tidak memenuhi standard > Ruang terlalu sempit dulu pernah mendapatkan bantuan saat gempa. Namun pembangunannya tidak standar Bagaimana dengan ketersediaan buku referensi dan buku pengayaan? Sebagian guru mengatakan bahwa masih kekurangan buku. Seringkali blok grant buku, baik dari Kabupaten maupun dari pusat sudah ditentukan padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Sehingga tidak digunakan Apakah ada masalah dengan meningkatkan prestasi anak didik? Bagaimana strategi meningkatkan prestasi anak didik? Di daerah tertentu peserta didik Sulit diajak belajar, karena tidak memiliki motivasi belajar. Dorongan dari orangtua masih kurang/lemah Beberapa sekolah maju dan di wilayah perkotaan, tidak ada masalah dengan prestasi akademik peserta didik. Dan memberikan solusi memotivasi drilling setiap pagi bagi siswa yang kurang daya serapnya/ siswa bermasalah. Prestasi non akademik : belum ada pembinaan tentang pengembangan penelitian/riset dari Dinas. Solusinya : bekerja sama dengan pihak 3, misalnya : ortu siswa yang memiliki pengalaman riset (dosen) untuk membimbing siswa melakukan riset. Non akademik : bernyanyi, bahasa jawa. Kemampuan para guru muda sangat kurang, karena kurang memiliki kemampuan berbahasa jawa. Sedangkan guru senior banyak yang hampir pensiun, belum ada upaya untuk regenerasi, sehingga tidak ada yang menggantikan. - 17

64 4.6. Faktor apa saja yang pendukung terhadap peningkatan prestasi anak didik? Partisipasi orangtua sangat tinggi. Dalam bentuk tenaga, dan memberi kesempatan siswa untuk ikut dalam sanggar, atau tambahan jam belajar. Membangun kerjasama dengan PMR, puskesmas, koperasi di kabupaten, Membangun kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi kegiatan riset siswa.serta pendanaannya Kepedulian orangtua untuk memberikan bantuan 10rb/bulan yang digunakan untuk kegiatan pengembangansiswa. Namun ada pembebakan pembayaran bagi peserta didik karena faktor ekonomi Bagaimana kondisi faktor-faktor pendukung tersebut? Tidak semua siswa mendapat kesempatan dan peluang yang sama Tidak semua sekolah memiliki tingkat kesadaran orangtua yang tinggi terhadap pendidikan anak Semua siswa mendapat kesempatan dan layanan yang sama terkait persiapan dan bimbingan belajar menjelang UN. Bimbel dilaksanakan hanya karena UN. Namun belum mampu memperbaiki sikap siswa Bagaimana strategi mengelola sekolah/madrasah yang baik? Pembelajaran berbasis IT, sangat disukai siswa karena membuat anak mencintai apa yang sedang diajarkan, namun belum semua sekolah memiliki LCD atau sarana yang memadai. Dan dalam satu sekolah belum semua kelas terpasang LCD. Solusinya : melakukan moving class, namun membutuhkan waktu untuk moving. Pembinaan penyusunan RPP yang seragam menjadi beragam, namun belum semua guru menerapkan RPP sebagai skenario pembelajaran. Solusinya : mengimplementasikan Lesson study Sehingga siswa termotivasi untuk membuat presentasi dan animasi, dll. Dan gurupun termotivasi untuk lebih kreatif Kendala : tidak semua guru termotivasi untuk menggunakan lesson study untuk meningkatkan pembelajaran siswa - 18

65 LAMPIRAN 6 FGD KOMITE SEKOLAH/MADRASAH FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Propinsi : : Kelompok : Jumlah Partisipan : Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul Dinas Pendidikan : - 1 Kantor Menteri Agama : - 2 Kepala Sekolah/Madrasah : - 3 Guru Sekolah/Madrasah : - 4 Komite Sekolah/Madrasah : No. Nama Daftar Partisipan Jenis Kelamin 1 laki-laki 2 perempuan Tipe Sekolah (1) 1 SD, 2 MI 3 SMP. 4 MTs 1 R. Purwantoko (SDN Manding) L 1 A 2 Agus Hariyadi (MIN Jejeran) L 2 B 3 Mulyono (SDN Patalan Baru) L 1 C 4 Isdiyana (SMPN I Bantul) L 3 D 5 Ponidi (SDN Bantul Timur) L 1 E 6 Suyono (MTsN Bantul Kota) L 4 F 7 Dwijo (SMPN 2 Bantul) L 3 G 8 Wiji Pujosutrisno (SMPN 3 Jetis) L 3 H 9 I 10 J Kode (2) (1) Hanya untuk FGD dengan Kepala Sekolah/Madrasah, Guru dan Komite Sekolah (2) Untuk Identifikasi peserta discusi - 19

66 Daftar Pertanyaan FGD Komite Sekolah/Madrasah 5.1. Apakah sudah memahami SPM? Sebagian besar komite sekolah belum mamahami SPM. Hanya bapak Ponidi yang paham benar secara detail tentang SPM Pendidikan, karena selain sebagai Ketua Komite, keseharian bapak Ponidi sebagai Kasi Data TI bidang Perencanaan Dinas Pendidikan Provinsi DIY 5.2. Apa saja peran komite sekolah? Apa saja yang sudah berjalan? Secara umum komite sekolah belum memahami peran dan fungsi komite sekolah yang sesungguhnya. Karena komite sekolah di Bantul belum pernah mengikuti atau diikutsertakan dalam pelatihan komite sekolah. Namun secara praktis, komite sudah banyak berperan dalam upaya pengingkatan mutu sekolah/madrasahnya, baik dalam hal kegiatan, penggalangan dana maupun dalam merumuskan perencanaan Apakah ada persoalan dengan pelaksanaan peran komite sekolah? Hampir tidak ada. Peran komite dan kepedulian masyarakat cukup bagus Apa saja yang harus dilakukan komite sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/madrasah? Banyak kegiatan sekolah/ madrasah yang dibiayai oleh komite/dewan sekolah, seperti drumband, pembentukan paguyuban kelas, membantu peserta didik dari keluarga ekonomi lemah Bagaimana kerjasama antara kepala sekolah, guru dan komite sekolah? Cukup baik, karena dilibatkan dalam menyusun rencana kerja sekolah, menentukan/merumuskan visi dan misi sekolah, dan proses menentukan kebijakan sekolah 5.6. Bagaimana mengenai jumlah waktu belajar di sekolah/madrasah? Tidak semua komite memahami, kecuali komite sekolah dari unsur guru dari sekolah lain. Karena dewan sekolah tidak banyak terlibat pada kegiatan yang berkaitan dengan PBM. Namun beberapa komite memberikan reward bagi siswa berprestasi setiap kenaikan kelas Bagaimana dengan mata pelajaran pokok di sekolah/madrasah? Tidak semua komite memahami, kecuali komite sekolah dari unsur guru dari sekolah lain. Atau dewan sekolah yang memiliki anak yang akan menghadapi ujian-ujian. - 20

67 5.8. Bagaimana dengan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah? Komite banyak berperan pada kegiatan ekstrakurikuler, seperti drumband, peringatan hari besar keagamaan, dan pelepasan siswa akhir 5.9. Bagaimana strategi meningkatkan mutu sekolah/madrasah? Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak sekolah dan orangtua Memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik, memberikan reward Memotivasi guru dan memberikan reward bagi guru teladan sekolah - 21

68 LAMPIRAN 7 SCORE CARD KABUPATEN BANTUL INDIKATOR PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENDIDIKAN DASAR Kabupaten : Bantul Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah terpencil Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 km x 100% TADT 100,00% Jumlah kelompok permukiman permanen di TADT Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani 1.2. SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km x 100% TADT 100,00% Jumlah kelompok permukiman permanen di TADT 2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs tidak melebih 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru serta papan tulis SD/MI SD/MI SMP/MTs SMP/MTs Jumlah SD/MI yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 32 orang 53 66,25% Jumlah SD/MI di wilayah x 100% 80 Jumlah SD/MI yang telah memenuhi kebutuhan meja, kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 35 43,75% Jumlah SD/MI di wilayah x 100% 80 Jumlah SMP/MTs yang semua rombongan belajarnya tidak melebihi 36 orang ,00% Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% 53 Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi kebutuhan ruang kelas, meja/kursi, dan papan tulis untuk setiap rombel 39 73,58% Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik SMP/MTs SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik 24 45,28% Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% 53 Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik 29 54,72% Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staff kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah/madrasah dan staf kependidikan lainnya Jumlah SD/MI di wilayah x 100% ,75%

69 4.2. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru dan staf kependidikan lainnya Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% ,02% 4.3. SMP/MTS Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang kepala sekolah/madrasah yang terpisah dari ruang guru dan dilengkapi meja dan kursi Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% ,13% 5. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan SD/MI SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik ,00% Jumlah SD/MI di wilayah x 100% 80 Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus ,00% Jumlah SD/MI di wilayah x 100% Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran. 6. SMP/MTS Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran 19 x 100% Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 35,85% 7. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV 80 x 100% Jumlah SD/MI di wilayah ,00% 7.2. SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik 77 x 100% Jumlah SD/MI di wilayah 80 96,25% 8. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20% SMP/MTs SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV 70% (untuk daerah khusus 40%) x 100% 50 Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik 35% (untuk daerah khusus 20%) x 100% 46 Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 94,34% 86,79% 9. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%. - 23

70 9. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masing-masing 1 (satu) orang untul mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan PKn Jumlah SMP/MTs di wilayah x 100% 41 81,13% Di setiap semua kepala SD/MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik. 10. SD/MI Jumlah kepala SD/MI yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidik x 100% 75 93,75% Jumlah SD/MI di wilayah Di setiap semua kepala SMP/MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik SMP/MTs Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik x 100% 43 81,13% Jumlah SMP/MTs di wilayah Di setiap semua pengawas sekolah/madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik. 12. Jumlah pengawas sekolah/madrasah yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik 68 x 100% Jumlah pengawas sekolah/madrasah di wilayah 71 95,77% 13. Pemerintah memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif. 100% 14. Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan SD/MI Jumlah SD/MI yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan x 100% 9 11,25% Jumlah SD/MI di wilayah SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan x 100% 28 52,83% Jumlah SMP/MTs di wilayah Setiap SD/MI menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik Sekolah Jumlah set buku teks mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn) yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah x 100% Jumlah peserta didik ,67% Jumlah SD/MI yang telah memenuhi Sekolah 21 x 100% Jumlah SD/MI di wilayah 80 26,25% 16. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik. Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah ditetapkan Sekolah kelayakannya oleh Pemerintah yang disediakan oleh sekolah x 100% 929 5,74% Jumlah peserta didik

71 16.2. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi 16.1 Sekolah 0 x 100% Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 0,00% 17. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA. 17 SD/MI Jumlah SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA - secara lengkap x 100% 9 11,25% Jumlah SD/MI di wilayah Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 judul buku referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi SD/MI Jumlah SD/MI yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi x 100% 49 61,25% Jumlah SD/MI di wilayah SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi jumlah buku pengayaan dan referensi x 100% 28 52,83% Jumlah SMP/MTs di wilayah Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan Sekolah Jumlah guru tetap yang rata-rata jam kerja per minggu 37,5 jam x 100% Jumlah seluruh guru tetap di satuan pendidikan ,72% SD/MI Jumlah SD/MI yang telah memenuhi 19.1 x 100% 31 Jumlah SD/MI di wilayah 80 38,75% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi 19.1 x 100% 29 Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 54,72% 20. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Kelas I-II 18 jam per minggu Kelas III 24 jam per minggu Kelas IV-VI 27 jam per minggu Kelas VII-IX 27 jam per minggu Sekolah Jumlah rombongan belajar yang memenuhi standar x 100% Jumlah seluruh rombongan belajar di satuan pendidikan ,71% SD/MI Jumlah SD/MI yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas I-II 18 jam per minggu, kelas III 24 jam per minggu, dan kelas IV- VI 27 jam per minggu x 100% 60 75,00% Jumlah SD/MI di wilayah SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan pembelajaran kelas VII-IX selama 27 jam per minggu x 100% 43 81,13% Jumlah SMP/MTs di wilayah Setiap satuan pendidikan menerapkan kurikulum - sesuai ketentuan yang berlaku SD/MI Jumlah SD/MI yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku 79 x 100% Jumlah SD/MI di wilayah 80 98,75% - 25

72 21.2. SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang menerapkan kurikulum sesuai dengan ketentuan yang berlaku 52 x 100% Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 98,11% 22. Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya Sekolah Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya x 100% ,94% Jumlah seluruh guru di satuan pendidikan SD/MI Jumlah SD/MI yang telah memenuhi x 100% Jumlah SD/MI di wilayah 80 47,50% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi x 100% Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 41,51% 23. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik Sekolah Jumlah guru yang mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik x 100% Jumlah seluruh guru di satuan pendidikan ,73% SD/MI Jumlah SD/MI yang telah memenuhi x 100% Jumlah SD/MI di wilayah 80 37,50% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi x 100% Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 47,17% 24. Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester SD/MI Jumlah SD/MI yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester x 100% 20 Jumlah SD/MI di wilayah 80 25,00% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester x 100% 13 Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 24,53% 25. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik Sekolah Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester x 100% Jumlah seluruh guru di satuan pendidikan ,00% SD/MI Jumlah SD/MI yang telah memenuhi x 100% Jumlah SD/MI di wilayah 80 63,75% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi x 100% Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 49,06% 26. Kepala sekolah/madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan atau Kantor Kemenag pada setiap akhir semester. - 26

73 26.1 Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik 126 x 100% Jumlah satuan pendidikan di wilayah ,74% SD/MI Jumlah SD/MI yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan atau Kantor Kemenag pada setiap akhir semester x 100% 76 Jumlah SD/MI di wilayah 80 95,00% SMP/MTs Jumlah SMP/MTs yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan atau Kantor Kemenag pada setiap akhir semester x 100% 35 Jumlah SMP/MTs di wilayah 53 66,04% 27. Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Jumlah satuan pendidikan yang memiliki rencana kerja tahunan x 100% ,99% Jumlah satuan pendidikan di wilayah Jumlah satuan pendidikan yang memiliki laporan tahunan x 100% 122 Jumlah satuan pendidikan di wilayah ,73% Jumlah satuan pendidikan yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik x 100% ,97% Jumlah satuan pendidikan di wilayah

74 LAMPIRAN 8 FOTO-FOTO KEGIATAN A. SOSIALISASI AWAL - 28

75 B. PELATIHAN SQA BAGI SURVEYOR - 29

76 - 30

77 - 31

78 - 32 C. FGD KEPALA SEKOLAH/MADRASAH, GURU DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

79 D. FGD DINAS PENDIDIKAN DASAR DAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA - 33

80 - 34 E. MONITORING PELAKSANAAN SURVEI

81 - 35

82 - 36

83 F. EVALUASI PELAKSANAAN SURVEI - 37

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013 Laporan Tahun 2013 Bidang Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Tahun 2013 I PENDIDIKAN DASAR OLEH KABUPATEN / KOTA 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 14 TAHUN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 14 TAHUN TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR

RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR RENCANA AKSI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR NO JENIS PELAYANAN INDIKATOR SUB INDIKATOR KEGIATAN VOL SATUAN NILAI JUMLAH TARGET JUMLAH DANA TARGET JUMLAH DANA 2013 Rp 2014 Rp 1 2 3 1

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Indikator Kinerja Program. A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) No. Indikator Kinerja Program A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Satuan Tabel 2.7. Pencapaian Kinerja pelayanan Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2016 Target Target Kinerja Program Realisai

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Pendidikan Dasar Dengan Menggunakan TRIMS KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 212 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA 2 Laporan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB.

Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan. via  pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul 14:21 WIB. Lampiran 1 Lampiran data-data hasil wawancara dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan. Wawancara dilakukan via E-mail pada hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, pada pukul

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota Analisis Capaian Standar Pelayanan Minimal IP-1.1 = (a) Permukiman Permanen=penduduk yang berjumlah 1000 org, khusus di daerah terpencil; (b) Kewajiban kab/kota=1 Sekolah/Madrasah bisa saja berada dalam

Lebih terperinci

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR

CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR CAPAIAN, TARGET, DAN RENCANA PEMBIAYAAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN/KOTA : BANYUWANGI PROVINSI : JAWA TIMUR NO TARGET (%) PROGRAM/ KEGIATAN masukkan bahan RENCANA PEMBIAYAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang

DAFTAR TABEL Persentase SD/ MI yang semua rombongan... belajar (rombel)nya tidak melebihi 32 orang DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kabupaten Lombok Barat... 4 Menurut Kecamatan 1.2 Luas Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan... 4 1.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis...

Lebih terperinci

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar;

SALINAN. b. bahwa untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah perlu menetapkan standar pelayanan minimal pendidikan dasar; SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKANASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2O1O TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMA TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2015-2019 V I S I M I S I 1 : TERWUJUDNYA MASYARAKAT LUMAJANG YANG SEJAHTERA DAN BERMARTABAT : Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan per 1 Januari 2001 telah memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya, berdasarkan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP)

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP) SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT) DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT) DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING (PLT) DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL PENGOLAHAN DATA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) GUNA KESEDIAAN INFORMASI CAPAIAN LAYANAN PENDIDIKAN PADA

Lebih terperinci

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) SLINN LMPIRN III PERTURN MENTERI PENDIDIKN DN KEBUDYN NOMOR 23 THUN 2013 TENTNG PERUBHN TS PERTURN MENTERI PENDIDIKN NSIONL NOMOR 15 THUN 2010 TENTNG STNDR MINIML PENDIDIKN DSR DI KBUPTEN/KOT. NLISIS STNDR

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan

PANDUAN APLIKASI. Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan PANDUAN APLIKASI Pengolahan Data Pendidikan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KATA PENGANTAR merupakan aplikasi yang didesain untuk menghasilkan output Standar Pelayanan Minimal (SPM) berdasarkan data yang

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANTUL

STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANTUL STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANTUL Esti Setiawati Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG DINAS PENDIDIKAN ROADMAP PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO Subangun FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo pak.b.jozz@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, Nomor 01 Januari 2015

AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, Nomor 01 Januari 2015 AL-ADZKA, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Volume V, mor Januari PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PADA MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) DI KOTA BANJARMASIN TAHUN Hidayat Ma

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

MODUL K_1 KATA PENGANTAR

MODUL K_1 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (SPM Dikdas) adalah salah satu tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar. Sebagaimana telah diatur di dalam Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian menurut Sugiyono (2009, hlm.3) diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Nurlatifah, dkk. Implementasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan di SD 22 IMPLEMENTASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 DONO ARUM KECAMATAN SEPUTIH

Lebih terperinci

Studi Analisis Kebijakan Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar

Studi Analisis Kebijakan Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar Studi Analisis Kebijakan Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar Dr. Esti Setiawati, M.Pd. Universitas PGRI Yogyakarta, Jl. PGRI I Sonosewu No. 117 Yogyakarta 08122761252/setiawatiesti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0 e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah Sebagaimana yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, pada bab pembahasan ini peneliti akan menjelaskan evaluasi

Lebih terperinci

Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses

Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses PBPSA Decentralized Basic Education 1 Management and Governance Edisi Juli 2011 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 35, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PENDIDIKAN TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka perluasan

Lebih terperinci

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PONOROGO TAHUN ANGGARAN 2013 DALAM MEMENUHI STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN Subangun Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : pak.b.jozz@gmail.com

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kondisi baik 102 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

Kondisi baik 102 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0 e-pemantauan dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Nama

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL PENGGUNAAN DANA HIBAH

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL PENGGUNAAN DANA HIBAH PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL PENGGUNAAN DANA HIBAH PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR (PROGRAM PKP-SPM DIKDAS) Draft 15 April 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH DAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR AN DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA PENDAMPINGAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

MODUL K_2 KATA PENGANTAR

MODUL K_2 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (SPM Dikdas) adalah salah satu tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan dasar. Sebagaimana telah diatur di dalam Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Panduan Rapat Program Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal

KATA PENGANTAR. Panduan Rapat Program Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal KATA PENGANTAR Upaya pemerataan layanan, pemerataan mutu, dan peningkatan mutu pendidikan terus dikembangkan di Indonesia melalui berbagai strategi, salah satunya melalui akreditasi satuan dan program,

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD

IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD IDENTIFIKASI INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENCIRI AKREDITASI SMP DAN MTS DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL FAHMI SALAM AHMAD DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA Novita Wijanarti dan Slameto Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen

Lebih terperinci

RINGKASAN RENJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG TAHUN 2015

RINGKASAN RENJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG TAHUN 2015 RINGKASAN RENJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG TAHUN 2015 Rencana Kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Tahun 2015 disusun dengan berpedoman pada RKPD Tahun 2015 Kota Tangerang.

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16 TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Siswa Miskin Penerima Beasiswa untuk Menempuh Pendidikan Dasar % 65,62 68,13 7,65 71,9 73,16 74,42 74,42 74,42 Dinas Pendidikan Jumlah siswa miskin SD/MI/SMP/MTs

Lebih terperinci

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 I. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58 ayat (2);

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012 2012, No.766 8 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN TAHUN 2012 STRUKTUR

Lebih terperinci

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SD/MI TIM PKP SPM DIKDAS

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SD/MI TIM PKP SPM DIKDAS Tutorial Pengisian Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SD/MI 2017 TIM PKP SPM DIKDAS Instrumen SPM DIKDAS terdiri dari 6 Lembar Kerja (6 Sheet) Cara Pengisian Sheet Profil Lembaga Cara Pengisian Sheet

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2014

LAPORAN KEGIATAN DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2014 LAPORAN KEGIATAN DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2014 I DASAR 1. Keputusan Bupati Pemalang Nomor: 188.4/448/Tahun 2012 tentang Dewan Pendidikan Kabupaten Pemalang Periode 2012 2017. 2. Keputusan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 205 KATA PENGANTAR Dana BOS yang diterima oleh sekolah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 62.A 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 62.A TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA MUTASI PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas. Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan

Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas. Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengarahkan bahwa pelaksanaan pemerintahan harus berdayaguna, berhasil

Lebih terperinci

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA S A L I N A N BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI MALINAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 16 (ENAM BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pembina Tk.I NIP Bandung, 28 Februari 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, Dr. H. ELIH SUDIAPERMANA, M.Pd.

KATA PENGANTAR. Pembina Tk.I NIP Bandung, 28 Februari 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, Dr. H. ELIH SUDIAPERMANA, M.Pd. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasilguna, bertanggung jawab dan untuk lebih

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMP NEGERI 3 MRANGGEN NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMP NEGERI 3 MRANGGEN NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA Jl. Pucanggading Raya, Batursari, Mranggen, Demak. Telp. (024) 76743740 SURAT KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG PROSEDUR

Lebih terperinci

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM. SMP / MTs TIM PKP SPM DIKDAS

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM. SMP / MTs TIM PKP SPM DIKDAS Tutorial Pengisian Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SMP / MTs 2017 TIM PKP SPM DIKDAS Instrumen SPM DIKDAS terdiri dari 6 Lembar Kerja (6 Sheet) Cara Pengisian Sheet Profil Lembaga Cara Pengisian Sheet

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL

LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL LAPORAN HASIL DISKUSI SIDANG KOMISI III PERCEPATAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 26 s.d 28 Februari 2012 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN DEMAK TAHUN

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci