BAB II TINJAUAN TENTANG LETTER OF CREDIT (L/C) kegiatan jual beli yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara yang lain.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TENTANG LETTER OF CREDIT (L/C) kegiatan jual beli yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara yang lain."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TENTANG LETTER OF CREDIT (L/C) A. Transaksi ekspor impor Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Adanya perbedaan kebutuhan inilah yang menyebabkan adanya suatu kegiatan jual beli yang dilakukan oleh negara yang satu dengan negara yang lain. Kegiatan ini disebut dengan ekspor impor. Ekspor adalah suatu kegiatan menjual barang yang diproduksi di dalam negeri untuk kemudian dijual kepada pembeli yang berada di luar negeri untuk dipasarkan di negara pembeli tersebut. Sedangkan impor adalah suatu kegiatan membeli barang dari penjual yang ada di luar negeri untuk dipasarkan di dalam negeri. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing negara memiliki keunggulan dan disisi lain juga memiliki kekurangan. Perbedaan inilah yang mendorong negara negara di dunia untuk melakukan kegiatan ekspor impor. Disamping untuk memenuhi kebutuhan suatu negara, kegiatan ekspor impor juga dapat menambah devisa negara serta untuk memajukan perekonomian negara tersebut.

2 Kegiatan ekspor impor merupakan jual beli yang dilakukan secara internasional, artinya dilakukan antar negara. Menurut Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jual beli merupakan suatu perbuatan hukum antara pihak penjual di satu pihak dengan pihak pembeli di lain pihak mengenai suatu barang. 14 Menurut pasal 1457 KUH Perdata, jual beli didefenisikan sebagai perjanjian antara penjual dengan pembeli dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan benda dan pihak pembeli untuk membayar harga yang sudah diperjanjikan itu. Jadi, ekspor impor yang dilakukan oleh satu negara dengan negara lain harus didahului dengan negosiasi yang dilakukan oleh pengusaha antar kedua negara. Dalam negosiasi ini akan menghasilkan suatu kontarak yang berisi kesepakatan untuk mengadakan suatu kegiatan jual beli terhadap suatu barang. Dalam kontrak ini pula akan ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak serta cara pembayaran atas jual beli tersebut (Terms of Payment). B. Sumber Hukum dalam Transaksi Ekpor Impor Di dalam pelaksanaan ekspor impor, kedua belah pihak haruslah mengetahui apa yang menjadi sumber hukum di dalam kegiatan perdagangan internasional tersebut agar proses jual beli yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak harus sesuai dengan sumber hukum yang berlaku dalam perdagangan internasional tersebut. Sumber hukum 14 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor-Impor & Imbal Beli), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hal. 9.

3 inilah yang mengatur dan mengendalikan beroperasinya kontrak tersebut. Mulai dari saat awal pembentukan kontrak hingga saat pelaksanaan kontrak tersebut. 15 Sumber sumber hukum di dalam transaksi ekspor impor adalah sebagai berikut : 1. Provisi kontrak (Contract Provision) Provisi kontrak merupakan hal hal yang diatur dalam kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak. Provisi kontrak ini merupakan dasar hukum utama bagi suaru kontrak. Apa yang diatur dalam provisi kontrak terserah pada para pihak. Hukum hanya memberikan batasan batasan untuk melindungi berbagai kepentingan lain yang lebih tinggi, misalnya keadilan, ketertiban umum, kepentingan negara da lain sebagainya. Menurut pandangan Soedjono Dirdjosisworo, provisi kontrak adalah apa-apa yang telah diatur dalam kontrak tersebut oleh kedua belah pihak. Hukum memandang kontrak sebagai your own business. Artinya terserah pada para pihak mau mengatur bisnisnya secara bagaimana dalam kontrak tersebut. 16 Jika provisi suatu kontrak tidak dapat menampung aspirasi kedua belah pihak, misalnya dalam hal pelaksanaan perjanjian yang tidak diatur sama sekali dalam kontrak, hukum akan menyediakan optional law (hukum yang mengatur) untuk mengisi kekosongan hukum dalam masyarakat. Dalam konteks perdagangan internasional, kedua belah pihak, yaitu eksportir dan 15 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Hukum dagang Internasional, Refika aditama, Bandung, 2006, hal Ibid..

4 importir diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menentukan isi kesepakatan dalam kontrak. 2. General Contract Law (Hukum Kontrak Umum) Tiap tiap negara memiliki general contract law tersendiri. Di Indonesia, general contract law ini dapat dilihat dalam ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Ketiga. Dalam buku ketiga ini diatur secara umum dan berlaku bagi seluruh kontrak, seperti jual beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, dan sebagainya. Di dalamnya diatur asas-asas dan prinsip-prinsip suatu kontrak. Keentuan itu ada yang dapat dikesampingkan oleh para pihak dan ada pula yang tidak dapat dikesampingkan. 3. Specific Contract law (Hukum Kontrak Khusus) Selain ketentuan-ketentuan umum, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga mengatur tentang ketentuan khusus yang berkenaan dengan kontrak-kontrak tertentu. Dalam perjanjian jaul beli internasional misalnya, jika yang berlaku adalah Hukum Indonesia, maka berlaku juga ketentuan tentang perjanjian jual beli yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang diatur dalam pasal 1457 sampai dengan 1540 yang pada prinsipnya mengatur tentang : a. Ketentuan-ketentuan umum b. Kewajiban-kewajiban penjual c. Kewajiban pembeli d. Hak membeli kembali

5 e. Ketentuan-ketentuan khusus mengenai jual beli piutang dan hak-hak tidak berwujud lainnya 4. Kebiasaan-kebiasaan Kebiasaan-kebiasaan merupakan salah satu sumber hukum. Demikian halnya dengan kebiasaan di dalam transaksi perdagangan (Trade Usage/Custom) yang merupakan salah satu sumber hukum dan dapat menjadi pedoman dalam menginterprestasi kontrak termasuk kontrak transaksi ekspor impor. 5. Yurisprudensi Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Yurisprudensi) dapat menjadi dasar hukum bagi berlakunya kontrak. Yurisprudensi akan terasa maknanya jika ada hal-hal yang belum diatur dalam Undang-Undang, atau yang memerlukan penafsiranpenafsiran terhadap suatu Undang-Undang. Namun demikian, dalam hukum transaksi perdagangan internasional, peranan yurisprudensi kurang begitu berarti karena biasanya penyelesaian suatu kasus dalam Transaksi Perdagangan Internasional menggunakan Arbitrase. 6. Kaidah Hukum Perdata Internasional Kaidah Hukum Perdata Internasional banyak digunakan karena pada umunya setiap transaksi ekspor impor melibatkan berbagai pihak dan berbagai negara. Berkaitan dengan hal itu, jika ada perselisihan tentang hukum mana yang berlaku bilamana hal tersebut tidak diatur dalam kontrak, maka dipergunakanlah kaidah-kaidah Hukum Perdata Internasional (Conflict of law) ini.

6 Salah satu yang cukup terkenal adalah teori The Most Characteristic Connection Rule. Menurut teori ini hukum para pihak yang mempunyai perstasi yang sangat karakteristik. Dalam bidang jual beli internasional, maka ketentuan hukum dari pihak penjual yang berlaku karena dianggap mengandung paling banyak karakteristik (yang unik) dalam setiap transaksi perdagangan Konvensi Internasional (International Convention) Konvensi Internasional adalah kesepakatan-kesepakatan internasional yang sedang, telah, atau sedang diratifikasi oleh negaranegara di dunia. Agar suatu konvensi dapat mengikat, maka negara kedua belah pihak tersebut harus merupakan peserta dari konvensi internasional tersebut dan telah meratifikasi sehingga telah menjadi bagian dari hukum nasional masing-masing negara. Ketentuan-keterntuan/konvensi-konvensi internasional ada juga yang mengatur mengenai perjanjian jual beli internasional. konvensi-konvensi internasional yang khusus mengatur mengenai jual beli internasional adalah sebagai berikut : a. United Nations Convention on Contracts for the International sale of Goods b. Convention on the Limitation Period in the International sale of Goods. 8. Ketentuan ketentuan domestik lainnya 17 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 15.

7 Ketentuan domestik merupakan aturan- aturan yang dikeluarkan pemerintah setempat seperti aturan yang berkenaan dengan ekspor impor, letter of credit, asuransi, bill of lading, bill of exchange, dan lain sebagainya. C. Hubungan Hukum Para Pihak Yang Terkait Dalam Transaksi Ekspor Impor Dalam Transakasi ekspor impor, pelaksanaannya lebih menekankan pada pergerakan barang dan dokumen-dokumen pendukungnya. Keadaan tersebut mempengaruhi semua aspek dalam transaksi perdagangan internasional, termasuk pembiayaannya. Pembeli/importir biasanya tidak dapat secara langsung memperoleh kredit. Oleh karena itu dibutuhkanlah pihak ketiga (bank) yang berperan sebagai penyedia dana untuk membiayai transaksi tersebut Hubungan hukum antara pihak pembeli (Applicant) dan penjual (Beneficiary) Sebagaimana halnya transaksi jual beli pada umumnya, dalam transaksi perdagangan internsional, antara pembeli dan penjual terjadi hubungan hukum, yaitu pembeli berkewajiban untuk membayar harga barang dan penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual. Paralel dengan kewajiban tersebut, kedua belah pihak juga memiliki hak, pembeli berhak menerima barang yang dibelinya dan penjual berhak untuk memperoleh pembayaran atas barang yang dijual. Hal ini sesuai dengan defenisi jual beli menurut pasa 1457 KUH Perdata yang menyatakan bahwa jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana 18 Ibid, hal. 19.

8 pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan. Dalam transaksi ekspor impor yang menggunakan L/C, antara penjual dan pembeli tampaknya tidak terdapat hubungan langsung, karena pembayarannya dilakukan oleh bank. Pembukaan atas suatu L/C tidak akan menghapus hak penjual atas pembayaran, dan hak itu baru akan hapus jika pihak bank telah membayar harga pembelian tesebut kepada penjual. 2. Hubungan hukum pembeli (Applicant) dengan Issuing Bank Dalam transaksi ekspor impor, L/C merupakan cara pembayaran yang paling banyak digunakan. Maka, pembeli akan memohon pembukaan L/C kepada issuing bank atas nama penjual. Hubungan hukum antara pembeli dengan issuing bank ini dapat dipandang sebagai pemberian kuasa (lastgeving) dengan pemberian upah. 19 Namun ada sebagian ahli hukum menganggap hubungan hukum itu lebih tepat dipandang timbul dari suatu perjanjian yang mempunyai unsur-unsur campuran antara perjanjian pemberian kuasa (lastgeving) dan perjanjian untuk melakukan beberapa pekerjaan. 3. Hubungan hukum antara issuing bank dengan advising bank Antara issuing bank dengan dan advising bank (nominated bank) dapat terjadi kerjasama karena antara penjual sebagai beneficiary dan issuing bank berada di negara yang berbeda dan issuing bank tidak 19 Ibid, hal. 20.

9 memiliki cabang di negara di mana beneficiary berada. Karena itu diperlukan bank lain yang berada di negara tempat beneficiary untuk menjadi bank koresponden (advising bank) dan bertugas untuk memberitahu beneficiary bahwa telah diterbitkan L/C baginya. Jika advising bank juga berperan sebagai nominated bank, hubungan hukum yang terjadi bukan hanya saling membantu tapi juga hubungan hukum pemberian kuasa. Dalam pemberian kuasa ini, kewajiban issuing bank untuk membayar dilimpahkan kepada nominated bank. Setelah nominated bank membayar kepada beneficiary, maka nominated bank berhak untuk memperoleh pembayaran kembali dati issuing bank. 4. Hubungan Hukum Issuing Bank dengan penjual (Beneficiary) Hubungan hukum antara issuing bank dengan penjual terjadi karena issuing bank mengambil alih kredibilitas pembeli dalam melakukan pembayaran kepada penjual dan menjamin pembayaran kepada pembeli. Hubungan hukum antara issuing bank dengan penjual ini tergantung dari sifat hukum L/C tersebut. Teori yang ada menunjukkan bahwa adanya konstruksi hukum yang menganggap bank sebagi penjamin (borg) bagi pembeli, lalu bank dianggap sebagai penjamin awal bagi pembeli dan pemenuhan kewajiban yang menggunakan kredit berdokumen Hubungan Hukum advising bank dengan penjual (Beneficiary) 20 Ibid, hal. 21.

10 Dalam hal transakasi ekspor impor, apabila advising bank hanya bertindak sebagai bank koresponden, maka advising bank tidak mempunyai perikatan terhadap beneficiary (penjual). Tapi, jika kedudukan advising bank juga sebagai confirming bank, maka hubungan hukum antara penjual dan advising bank sama dengan hubungannya dengan issuing bank. Mengenai kewajiban advising bank dapat dilihat dalam pasal 7 UCP 500. Advising bank yang berperan sebagai nominated bank akan menjadi perantara pembayaran antara issuing bank dengan beneficiary. Nominated bank mengambil alih kewajiban issuing bank untuk melakukan pembayaran dan memeriksa semua dokumen-dokumen yang diserahkan penjual. D. Mekanisme Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Dalam hubungan sistem pembayaran pada perdagangan internasional, kita mengenal beberapa macam prosedur. Berdasarkan ketentuan pasal 3 Peraturan Pemerintah no.1 tahun 1982 jo Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor 27/KP/1/82, tata cara pembayaran ekspor dan impor dapat dilakukan dengan : a. Pembayaran di muka (Advanced Payment) yaitu sistem pembayaran dimana pembeli (Importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual (Eksportir) sebelum merealisasi ekspor sesuai dengan kesepakatan para pihak. b. Letter Of Credit (L/C) yaitu sistem pembayaram dimana pembeli (Importir) menyediakan dana untuk penjual (Eksportir) dengan

11 perantaraaan banknya, dan pembayaran hanya dapat dilakukan oleh bank korespondennya di negara penjual (Eksportir) dengan penyerahan dokumen - dokumen pengapalan oleh penjual (Eksportir) kepada bank tersebut. c. Wesel inkaso (Collection Draft) yaitu suatu cara penagihan pembayaran yang dilakukan dengan pengiriman dokumen dokumen baik finacial documents maupun commercial documents dari eksportir kepada importir melalui bank. Sistem pembayaran ini ada dua jenis, yaitu : 1. Documentary collection, yaitu penagihan dilakukan dengan pengiriman dokumen baik yang berupa financial documents disertai commercial documents oleh ekspotir kepada importir dengan menggunakan jasa bank. 2. Clean collection, yaitu penagihan dilakukan hanya dengan pengiriman finacial documents atau commercial documents saja. Untuk kedua jenis collection tersebut, eksportir dapat meminta kepada bank yang menyalurkan dokumen dokumen tersbut kepada importir atas dasar pembayaran: i. Pembayaran tunai (Document against payment : D/P) yaitu penyerahan dokumen kepada importir baru dilakukan apabila importir telah membayar. ii. Akseptasi atas wesel atau promes (Documents againts acceptance : D/A) yaitu penyerahan dokumen kepada impotir apabila importir telah mengakseptasi wesel atau promes tersebut.

12 d. Perhitungan kemudian (Open account) yaitu sistem pembayaran dengan cara memindahkan rekening importir ke rekening eksportir dan pembayaran dilakukan di kemudian hari pada tanggal yang telah ditentukan bersama, setelah pengiriman barang dilakukan. e. Konsinyasi yaitu pembayaran dilakukan kalau barang telah laku terjual di negara pengimpor dan eksporit tetap memegang hak milik atas barang selama barang tersebut belum terjual. f. Sistem pembayaran lainnya yang lazim dalam perdagangan. E. Letter Of Credit (L/C) Di dalam dunia perdagangan khususnya dunia perbankan dikenal suatu pembayaran yang disebut dengan L/C. Mengenai istilah Letter Of Credit (L/C) ini masih banyak terdapat keanekaragaman tentang penyebutannya. Ada yang menyebut dengan credit opening (creditief opening) di mana dalam bahasa Belanda disbut credietbrief dan dalam bahasa Francis disebut dengan letter de credet, sedangkan di Jerman dikenal dengan nama accreditief dan di negara Belgia dan Amerika lebih dikenal dengan istilah crediet tetapi bukan dalam arti yang sebenarnya bagi kredit. Terdapat banyak pendapat mengenai defenisi L/C ini. JT. Sianipar memberi defenisi tentang L/C yaitu suatu persetujuan atau surat perintah untuk membayarkan uang dari seorang kepada orang lain dengan syarat. Biasanya surat perintah membayar ini datanganya dari pembeli untuk penjual JT. Sianipar, Asuransi Pengangkutan Laut, Bagian Pertama, PT. Asuransi Jasa Indonesia, Jakarta, 1980, hal. 40.

13 Bank Indonesia mengatakan L/C adalah janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan konsidi L/C tersebut. Bank Indonesia berpendapat bahwa inti dari L/C adalah janji pembayaran kepada penerima langsung oleh bank penerbit atau bank lain sebagai kuasanya. 22 Selanjutnya, Emmy Pangaribuan Simanjuntak mengatakan bahwa pengertian L/C adalah suatu surat perintah membayar kepada seorang atau beberapa orang yang dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut di dalam surat perintah itu kepada seorang tertentu. Biasanya yang memberi perintah itu adalah suatu bank dan yang dialamati adalah bank juga. Inti dari defenisi beliau adalah bahwa L/C merupakan surat perintah membayar. Beliau melihat L/C sebagai perintah atau kuasa bank penerbit kepada bank pembayar. 23 Kemudian, Amir MS mengatakan L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas suatu permintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberi hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu. 24 Sementara itu, UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumendokumen (misalnya konosemen, faktur, sertifikasi asuransi) yang sesuai dengan persyaratan L/C. 25 Dari defenisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa letter of credit (L/C) itu adalah suatu cara pembayaran dimana pembeli atau importir 22 Bank Indonesia, Metode Pembayaran Internasional L/C Dan Non L/C, Bank Indonesia, Jakarta, 1995, hal Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Loc. Cit. 24 Amir MS, Seluk Beluk Dan Teknik Perdagangan Luar Negeri : Suatu Penuntun Ekspor- Impor, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1995, hal Uniform Custom and Practice 500, artikel 2.

14 memberikan perintah (order) yang ditujuakan kepada bank untuk membuka L/C agar membayar sejumlah uang kepada penjual atau eksportir atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C oleh penjual atau eksportir tersebut. Bank-bank umum di Indonesia dalam praktik mengikuti defenisi L/C menurut UCP. Hal ini dikarenakan dalam masa berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1970, Bank Indonesia mengeluarkan Himpunan Ketentuan- Ketentuan Prosedur Lalu Lintas Devisa, sebagai ketentuan pelaksana yang mengharuskan L/C yang diterima dari luar negeri maupun yang diterbitkan dari Indonesia ke luar negeri, tunduk pada UCP yang berlaku yaitu UCP 290 yang mulai berlaku 1 Oktober Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1970 tersebut beserta dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1976 yang merupakan perubahan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1970, kemudian dicabut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 sebagai ketentuan pelaksananya, Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/14/ULN tanggal 29 September 1984 yang mewajibkan L/C yang diterbitkan Bank Devisa di Indonesia tunduk pada UCP yang berlaku yaitu UCP 400 yang mulai berlaku 1 Oktober UCP ini menggantikan UCP 290. Kemudian, Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/14/ULN tersebut dicabut dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 yang mengatur penundukan L/C pada UCP yang berlaku yaitu UCP 500 yang mulai berlaku pada 1 Januari UCP 500 ini menggantikan UCP 400. Berbeda dengan ketentuan sebelumnya, Surat Edaran Bank Indonesia

15 No. 26/34/ULN tersebut memberi pilihan kepada bank devisa menentukan L/C yang diterbitkannya tunduk atau tidak pada UCP 500. Dalam praktik bank devisa masih tetap menundukkan L/C pada UCP Dasar Hukum Letter Of Credit (L/C) Yang dimaksud sebagai dasar hukum adalah suatu ketentuan yang menjadikan peristiwa, keadaan atau perbuatan mempunyai akibat hukum. Dasar hukum pelaksanaan L/C di Indonesia yaitu Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Tata Cara Ekspor Impor Dan Lalu Lintas Devisa, yaitu : a. Cara pembayaran ekspor impor dilakukan dengan tunai atau dengan kredit b. Pembayaran ekpor impor dapat dilakukan dengan metode L/C dan metode non L/C Pelaksanaan transaksi ekpor impor kemudian diatur lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Perdagangan Dan Perindustrian RI Nomor 124/MPP/Kep/5/1990 tentang ketentuan umum di bidang ekspor khususnya Pasal 3 ayat (2) yaitu : Pembayaran ekspor dapat dilakukan dengan L/C atau dengan cara pembayaran lain yang lazim berlaku dalam perdagangan internasional sesuai dengan kesepakatan penjual dan pembeli. Sedangkan ketentuan pelaksanaanya yang berlaku sekarang adalah Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/34/ULN tanggal 17 Desember Surat Edaran Bank Indonesia tersebut mengatur bahwa Letter Of Credit yang diterbitkan bank devisa boleh tunduk atau tidak pada

16 UCP 500. Walaupun demikian, ketentuan nasional di atas secara tersirat kelihatannya menghendaki agar UCP 500 berlaku bagi transaksi Letter Of Credit. 2. Jenis-Jenis Letter Of Credit (L/C) L/C sebagai cara pembayaran diatur dalam UCP tetapi pada umumnya pengaturannya tidak rinci. Oleh karena itu, pengaturan UCP tersebut hanya harus dipadukan dengan konsepsi yang berkembang dalam transaksi perbankan internasional baik yang berasal dari rumusan para pakar L/C, putusan pengadilan mengenai L/C maupun kebiasaan dan praktik L/C. Jenis-jenis L/C dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Jenis-Jenis L/C Menurut Keterikatan Bank a. Revocable Letter Of Credit Yang dimaksud dengan Revocable L/C adalah L/C yang dibatalkan/dirubah oleh bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada penerima. Jenis Revocable L/C mempunyai suatu tanggal expiration/habis waktunya yang tepat sebelum mana dokumendokumen itu bisa dinyatakan untuk dinegosiasikan. Meskipun begitu, penarikan kembali dari L/C ini dapat dilakukan oleh salah satu pihak sebelum berlakunya L/C tanpa persetujuan pihak lain. Menurut artikel 8 kalimat pertama UCP 500 menyatakan bahwa : Suatu revocable boleh dirubah atau dibatalkan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada beneficiary. Tetapi dalam praktik, pembatalan atau perubahan harus dengan suatu pembatasan yaitu apabila Revocable L/C telah dinegocieer pada

17 suatu tanggal dan pencabutan L/C diterima/dicounter bank sesudah tanggal negosiasi, maka L/C itu akan dibayar oleh opening bank. Hal itu harus dibuktikan dengan datum post stempel karena itu faktor penanggalan sangat penting. Bila pencabutan Revocable L/C telah diterima, sedang L/C belum dipergunakan, maka L/C itu batal dan sekali-kali tidak boleh dipergunakan. Sehubungan dengan itu, maka sesuai dengan ketentuan artikel 8 kalimat kedua UCP 500 yang menyatakan : Namun demikian, Issuing Bank harus membayar kembali (reimburse) kepada bank lain kepada siapa revocable credit tersebut telah dibayarkan atas unjuk, aksepatasi atau negosiasi, untuk mana pelaksanaan pembayaran, akseptasi atau negosiasi yang telah dilakukan bank lain tersebut, sebelum diterimanya pemberitahuan perubahan atau pembatalan dilaksanakannya atas dasar penyerahan dokumen-dokumen yang secara nyata sesuai dengan persyaratan dan kondisi kredit. Pengertian Revocable L/C ini tidak akan menempatkan penjual dalam posisi yang menguntungkan. Itulah sebabnya kenapa dalam praktik L/C demikian jarang sekali dipergunakan. Dalam praktik, pada umumnya bank penerus memberitahukan perubahan atau pembatalan Revocable L/C kepada penerima. Pemberitahuan ini dilakukan bank sebagai pelayanan jasa demi kesinambungan bisnis antara bank dan nasabah. Walaupun demikian, secara hukum, bank penerus tidak dibebani kewajiban hukum untuk melakukan pemberitahuan baik kepada penerima maupun pihak lainnya. b. Irrevocable L/C Pengertian Irrevocable L/C adalah L/C yang diminta oleh bank pembuka L/C atas permintaan pembeli, yang diterima oleh bank penerus (advising bank) untuk disampaikan kepada penjual/eksportir, dimana

18 Irrevocable L/C mempunyai bentuk tidak dapat dibatalkan/dirubah di dalam masa berlakunya L/C (expiry date) oleh pihak manapun juga, terkecuali bila disetujui oleh semua pihak. Jadi menurut jenis Irrevocable L/C ini yang bertanggung jawab atas pembayaran L/C adalah bank pembuka/penerbit. Hal ini sesuai dengan fungsi L/C yaitu suatu jaminan yang akan diberikan oleh bank penerbit L/C kepada penjual bahwa bank akan membayar berdasarkan dokumendokumen yang ditarik sesuai dengan syarat dan kondisi kredit. Dalam praktik banyak dilaksanakan pembukaan L/C dengan irrevocable karena para pihak tidak perlu merasa khawatir bahwa L/C tersebut akan dibatalkan/dirubah. Meskpiun menurut jenis Irrevocable L/C tidak dapat dibatalkan/dirubah di dalam masa berlakunya L/C oleh pihak manapun juga, terkecuali telah disetujui oleh semua pihak, namun menurut praktik perbankan jenis L/C ini dapat dibatalkan sebelum jangka waktu berlakunya L/C habis dan negotiating bank belum mengambil alih L/C tersebut. Jangka waktu berlakunya Irrevocable L/C bergantung lamanya waktu yang diterima oleh eksportir, untuk menyiapkan barang-barang dan dokumen-dokumen sesuai yang diminta pada L/C dimana ini telah disetujui lebih dahulu antara penjual dan pembeli sebelum L/C dibuka. Untuk ini jangka waktu yang dibutuhkan harus diperhitungkan benarbenar, hal ini untuk menghindari perpanjangan berlakunya L/C yang akan berakibat menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi pelaksanaannya.

19 Apabila irrevocable L/C waktunya berlaku telah habis, maka L/C itu dengan sendirinya atau secara otomatis batal dan tidak boleh sama sekali dipergunakan/direalisir, terkecuali dengan persetujuan tertulis/kawat dari pembeli melalui bank pembuka/opening bank. Jika L/C akan diperpanjang masa berlakunya, maka sebelum L/C tersebut habis masa berlakunya, semua pihak harus diberi tahu dan menurut praktik yang bertanggung jawab atas ongkos perpanjangan yaitu orang kepada siapakah perpanjangan L/C itu diminta. Untuk setiap pembukaan L/C harus disebutkan secara tegas dan mencantumkan secara jelas apakah irrevocable atau revocable L/C. Hal ini sesuai dengan artikel 6 sub b UCP 500 yang menyatakan : Karena itu pada semua kredit harus dengan jelas tercantum petunjuk, apakah kredit itu bersifat revocable atau irrevocable. Apabila L/C itu sama sekali tidak menyebutkan irrevocable atau revocable, maka L/C tersebut dianggap sebagai irrevocable L/C. Ketentuan ini sesuai dengan artikel 6 sub c UCP 500 antara lain sebagai berikut : Dalam hal tidak terdapat perunjuk demikian, kredit tersebut akan dianggap sebagai irrevocable. c. Irrevocable And Confirmed L/C Menurut pendapat beberapa sarjana antara lain oleh Molengraf- Zevenbergen 26, mempersamakan istilah revocable dengan kredit yang tidak dikonfirm/inconfirmed, sedangkan irrevocable disamakan dengan 26 Emmy Pengaribuan Simanjuntak, Op. Cit, hal. 43.

20 kredit yang dikonfirm. Yang dimaksud dengan irrevocable and confirmed L/C yaitu : Suatu L/C yang tidak dapat dibatalkan/dirubah kecuali apabila ada persetujuan dari para pihak, dalam jenis L/C ini yang bertanggung jawab adalah bank pembuka/opening bank selama jangka waktu berlakunya L/C, dan bank kedua juga bertanggung jawab atas pembayaran tersebut. Bank pengkonfirmasi yang mengkonfirmasi L/C menjamin kewajiban bank pembuka/penerbit dengan menyatakan komitmennya sendiri untuk membayar L/C. Bank pengkonfirmasi tidak dapat menarik diri dari kewajbannya kepada penerima. Bank pengkonfirmasi dan bank penerbit sama-sama memberikan kepastian pembayaran ganda. Dengan perumusan lain, konfirmasi atas irrevocable L/C merupakan janji pasti dari bank pengkonfirmasi sebagai tambahan terhadap janji pasti dari bank penerbit. Dalam confirmed L/C, bank pengkonfirmasi tidak memiliki hak regres (right of recourse) terhadap penerima, walaupun cara pembayaran L/C atas dasar negosiasi. Bank pengkonfirmasi baru memiliki hak regres, jika bank pengkonfirmasi melakukan pembayaran kepada penerima dengan under reserve atau dengan penandatanganan letter of indemnity oleh penerima. Pembayaran dengan under reserve dilakukan terhadap dokumendokumen yaitu memuat discrepancy. 27 Bank pengkonfirmasi yang 27 Discrepancy (penyimpangan) adalah perbedaan antara dokumen yang diajukan dengan persyaratan L/C. Perbedaan tersebut dapat berupa perbrdaan major (substansial) atau minor (non- substansial). Kedua klasifikasi perbedaan ini baik secara bersamaan maupun masingmasing dapt dijadikan alasan hukum oleh bank untuk menunda atau menolak pembayaran L/C.

21 melakukan pembayaran atas dokumen-dokumen yang discrepancy berdasarkan kondisi under reserve berhak menagih kembali nilai yang dibayarkan kepada penerima jika bank pengkonfirmasi tidak memperoleh pembayaran kembali dari bank penerbit atau reimbursing bank. Pembayaran dengan penandatanganan letter of indemnity ditujukan kepada nasabah pada umumnya, sedangkan under reserve ditujukan kepada nasabah inti. Pada letter of indemnity nasabah menandatangani pernyataan bersedia membayar kembali kepada bank pengkonfirmasi, sedangkan pada under reserve, janji membayar kembali pada dasarnya dilakukan secara lisan saja. Istilah under reserve dan letter of indemnity disebut dalam UCP 500 artikel 14 f. 2. Jenis-Jenis L/C Menurut Pihak Yang Mengeluarkan L/C a. Bankers L/C Pengertian dari bankers L/C yaitu L/C yang dibuka oleh suatu bank, dimana bank membuka L/C atas permintaan pembeli/pemohon tersebut bertanggung jawab atas pembayarannya, bila syarat-syarat L/C dapat dipenuhi. Sehingga L/C yang dikeluarkan bank mengandung suatu jaminan yaitu : A. Jaminan kepercayaan dari bank. Dalam hal ini bank memberikan/meminjamkan nama saja sehingga pembeli menjadi lebih dipercaya, tanpa melibatkan dirinya untuk bertanggung jawab atas pembayaran, atau bank mengambil alih seluruh kewajiban membayar, sehingga terjadi substitusi dari kemampuan membayar si pembeli oleh bank penerbit.

22 B. Adanya term and condition, untuk mana si penjual nanti akan dapat memperoleh pembayaran atas barangnya dengan menyerahkan dokumen-dokumen yang diminta sesuai dengan syarat L/C. Term and condition isinya antara lain : 1) Invoice harus jelas maksudnya, invoice harus diterbitkan oleh penjual dimana harus menunjukkan nama pembeli sebagaimana tertera pada L/C. 2) Dokumen harus diserahkan kepada paying bank pada/sebelum tanggal pengapalan berakhir atau tanggal negosiasi. 3) B/L harus menyatakan on board : i. menyatakan tanggal jatuh tempo ; ii. janji untuk membayar. Menurut praktik perbankan L/C hanya dapat dibenarkan dengan menggunakan banker L/C. b. Merchant L/C Yang dimaksud dengan merchant L/C adalah L/C yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dan bank biasanya hanya meneruskan L/C tersebut tanpa suatu ikatan maupun tanggung jawab atas pelaksanaan pembayarannya. Merchant L/C ini tidak lazim dipergunakan, disebabkan perkembangan industri dan dagang yang menghendaki modal yang lebih

23 besar dan perputaran yang lebih cepat mengalihkan aktivitas pembiayaan ke tangan perbankan. Bentuk Merchant L/C ini dilarang di Indonesia, yaitu menurut SK Menteri Perdagangan Dan Koperasi Nomor 146/KP/V/1977 tanggal 1 Mei Bentuk merchant L/C ini dengan merugikan penjual dengan resikonya yang terlalu besar. 3. Jenis-Jenis L/C Menurut Syarat-Syaratnya a. Documentary L/C Pengertian documentary L/C adalah suatu L/C yang mewajibkan eksportir penerima L/C untuk menyerahkan dokumen pengapalan yang membuktikan pemilikan barang serta dokumen penunjang lainnya sebagai syarat untuk memperoleh pembayaran dari dana yang tersedia pada L/C tersebut. Sehingga dalam L/C ini, dokumen-dokumen merupakan syarat yang penting yang harus dipenuhi oleh eksportir untuk dapat menerima pembayaran. b. Open/Clean L/C Yang dimaksud dengan clean L/C yaitu bahwa di dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat lain untuk penarikan wesel, dalam arti tidak diperlukan dokumen-dokumen, bahkan pengambilan kredit yang tersedia, si penerima hanya akan menyerahakan tanpa terima kuitansi atau bukti lain seperti faktur, debet nota, rekening dan lain-lain tergantung keinginan dari si pembuka L/C dan atau sifat transaksi atau jasa-jasa bersangkutan. 4. Dilihat Dari Segi Pembayarannya a. Sight L/C

24 Sight L/C adalah L/C yang pembayarannya oleh negotiating bank dilakukan pada saat wesel-wesel diunjukkan oleh eksportir, disertai dokumen-dokumen lain yang sesuai dengan syarat-syarat L/C. Tentang kepada siapa yang harus bertanggung jawab terhadap transaksi tersebut, maka di dalam L/C bersangkutan dicantumkan atas nama siapa wesel bersangkutan harus diterbitkan. Wesel tersebut ada yang diterbitkan atas : 1) Bank Penerus L/C (Advising Bank) ; atau 2) Bank Pembuka (Opeing Bank) ; atau 3) Bank ketiga yaitu principal dari bank pembuka L/C ; 4) Pembeli itu sendiri. Bila wesel diterbitkan atas dasar pembeli (bukan bank), maka dikatakan wesel diterbitkan atas pihak ketiga. Tetapi lazimnya sight L/C senantiasa ditujukan secara khusus kepada bank-bank koresponden di luar negeri, di mana bank-bank pembuka mempunyai rekening pada koresponden bersangkutan dan bank penerima L/C sekaligus juga merupakan/bertindak sebagai bank pembayar. 28 b. Usance L/C Usance L/C adalah L/C yang mengharuskan eksportir penerima L/C untuk menarik wesel berjangka dan bukan wesel unjuk sebagaimana lazimnya. Jangka waktu wesel tersebut bisa bervariasi antara 30 sampai dengan 180 hari. Untuk usance L/C ini pada saat wesel dan dokumen diserahkan negotiating bank tidak melakukan pembayaran, namun eksportir bisa 28 Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal. 41.

25 mengajukan permintaan agar L/C tersebut didiscount dengan pembayaran diskonto yang berlaku. Unsance L/C biasa diterbitkan pada waktu-waktu hubungan yang normal tidak dapat dijalankan lagi, dimana keinginan pembeli tidak dapat dipaksakan kepada penjual. Kemingkinan yang lain si penjual menerima tawaran untuk melaksanakan pembayaran dengan usance L/C bila pembeli itu langganan baik dan sudah dipercaya. Di dalam transaksi ini, bank memegang peranan sebagai tersangkut/bank pembayar. 5. Dilihat Menurut Hak Beneficiary a. Transferable L/C UCP mengatur relatif rinci mengenai L/C yang dapat dialihkan ini (Transferable L/C). UCP mengatur bahwa L/C dapat dialihkan oleh penerima kepada pemasok melalui perantaraan bank jika bank penerbit menyatakan demikian dalam L/C. Pengalihan ini hanya dapat dilakukan satu kali proses kecuali L/C mencantumkan sebaliknya. Pengalihan dapat dilakukan terhadap sebagian atau keseluruhan L/C dan dapat dialihkan kepada satu atau lebih pemasok. 29 Transferable L/C hanya dapat dipindahkan dengan ketentuan, bahwa syarat-syarat dari pemindahan tersebut harus sama dengan L/C pokok/semula, terkecuali yang mengenai jumlah, harga, tanggal habis berlaku L/C (L/C expiry date) dan tanggal habis pemuatan (shipping expiry date). Semuanya ini masing-masing atau seluruhnya dapat dikurangi, 29 Uniform Custom and Practice 500, artikel 48.

26 dipotong, (mengenai jumlah), dipermudah (mengenai tanggal), tegasnya tidak boleh melewati syarat-ayarat dari L/C pokok. Alasan dan pengecualian tersebut adalah bahwa jumlah L/C akan lebih rendah dari jumlah sebenarnya dan kesatuan harga yang telah dikurangi, selisih inilah yang menjadi beneficiary pertama sebagai pedagang perantara. b. Non Transferable L/C Merupakan kebalikan dari transferable L/C, oleh kerena itu non transferable L/C berarti L/C yang tidak dapat ditransfer sehingga beneficiary yang namanya tercantum pada L/C itu yang berhak Jenis-Jenis L/C Khusus a. Revolving L/C Revolving L/C merupakan L/C yang dipakai berulang-ulang oleh penerima dalam jumlah tertentu selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam L/C yang bersangkutan tanpa perlu menerbitkan L/C yang baru atau melakukan perubahan L/C yang bersangkutan. Revolving L/C diterbitkan kepada penerima untuk kegiatan bisnis yang berkesinambungan dengan pemohon. Segera setelah dilakukan pembayaran kembali atas penarikan L/C, nilai L/C kembali tersedia kepada penerima sebesar nilai semula. 30 Hartono Hadisoeprapto, Op. cit, hal. 47.

27 Revolving L/C dapat bersifat kumulatif atau non kumulatif. Revolving L/C berlaku selama periode tertentu dan meng-cover weselwesel dari semua transaksi selama periode tersebut. Revolving L/C pada umunya bersifat revocable agar dapat dibatalkan sewaktu-waktu oleh bank penerbit jika wesel yang telah dinegosiasikan tidak dibayar kembali oleh pemohon. 31 b. Back To Back L/C Transaksi L/C anak (back to back L/C) melibatkan suatu L/C sebagai pelindung atau pengaman untuk L/C yang lain yang diamankan L/C induk. Kedua L/C tersebut berdasarkan hukum L/C masing-masing berdiri sendiri, tetapi persyaratannya sama kecuali untuk nilai L/C dan tanggal jatuh tempo L/C. L/C sebagai jaminan yang disebut juga L/C induk (master L/C) nilainya relatif lebih besar dibanding nilai L/C anak. Dan tanggal jatuh tempo induk lebih lama dibanding tanggal jatuh tempo L/C anak. Selisih nilai antara L/C induk dan L/C anak merupakan keuntungan penerima L/C induk. Sementara, tanggal jatuh tempo L/C induk lebih lama dibanding tanggal jatuh tempo L/C anak dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada penerima L/C induk untuk mengganti faktur dan wesel yang diterima dari penerima L/C anak untuk disesuaikan dengan nilai L/C induk. L/C anak lahir karena penerima dari L/C induk tidak memiliki barang-barang yang diminta L/C induk dan oleh karena itu 31 Ramlan Ginting, Op. Cit, hal. 49.

28 harus menerbitkan kepada pemasok L/C anak dengan perlindungan dari L/C induk tersebut. Sebagai pemohon terhadap L/C anak, penerima berkewajiban mereimburs bank penerbit dan L/C anak yang telah melakukan reimburs L/C anak kepada bank pembayar. Reimburs ini wajib dilakukan oleh penerima terlepas dari apakah penerima sudah dibayar atau belum berdasarkan L/C induk. 32 c. Red Clause L/C Red Clause L/C adalah L/C yang dibayar dimuka. Di dalam jenis L/C ini dimuat suatu klausul yang secara tradisional dicetak dengan warna merah (red clause) yang isinya memungkinkan penerima menarik pembayaran L/C di muka sebelum dilakukan pengiriman barang. Penarikan di muka tersebut dapat terhadap seluruh nilai atau terhadap sebagian nilai L/C. Klausul red clause menggambarkan kepercayaan pemohon terhadap penerima. 33 Lazar Sarna pakar hukum Kanada, mengatakan : The red clause credit accordingly witnesses an intimate relationship of trust and knowledge between the applicant for credit and the beneficiary, since the app;icant is extending a loan through his bank to the beneficiary without documentary security. Fasilitas pembayaran di muka diberikan kepada penerima tanpa disertai dengan pengajuan dokumen-dokumen kepada bank pembayar pada Ibid, hal Raymond Jack, Documentary Credits, Butterworths, London, Dublin, Edinburgh, 1993, hal Lazar Sarna, Letter Of Credit The Law And Current Practice, Carswell, Toronto, Calgary, Vancouver, 1986, hal. 24.

29 saat menerima pembayaran di muka. Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan diproses dan disampaikan kepada bank pembayar sama dengan halnya dengan L/C pada umumnya. Dokumen-dokumen diajukan kepada bank pembayar setelah dilakukan pengiriman barang oleh penerima. Informasi yang diperlukan dari penerima pada saat penerimaan pembayaran di muka oleh penerima adalah bukti keberadaan, produksi dan penyimpanan barang yang akan dikapalkan, 35 yang merupakan dokumen yang berbeda dengan bukti pengiriman barang yang merupakan dokumendokumen yang diajukan dalam rangka pembayaran L/C pada umumnya. d. Standby L/C Penggunaan standby L/C di dalam suatu transaksi telah menimbulkan pertanyaan apakah ini merupakan L/C atau garansi bank atau bukan. Ciri-ciri dari kredit berdokumen yaitu untuk mereakisasi pembayaran disertai dengan dokumen-dokumen yang disyaratkan, juga standby L/C ini mempunyai ciri-ciri pula tetapi penekannya berbeda. Dalam kredit berdokumen ini, dokumen-dokumen akan dinyatakan untuk menerima pembayaran, sedangkakan dalam standby L/C untuk terlaksananya pembayaran tidak memerlukan dokumen. Sehubungan tersebut di atas, maka perngaertian dari standby L/C adalah L/C yang dimaksud untuk menjamin suatu transaksi, dimana L/C tersebut baru dapat direalisasi apabila transaksi tersebut tidak dipenuhi. 36 Bernard S. Wheble 37 mengatakan bahwa standby L/C adalah ; 35 Ibid, hal Hartono Hadisoeprapto, Op. Cit, hal Bernard S. Wheble, yang mengutip 12 C.F.R. Seksi (1981), Problem Children Standby L/C And Simple First Demand Guarantee, 24 Arixona law Review. Hal. 301.

30 Any letter of credit, or similar aggrement, however named or described, which represents an obligation to the beneficiary on the part of the issuer (1) to repay money borrowed by or advanced to or for the account of the account party, or (2) to make payment an account of any indebtedness undertaken by the account party, or (3) to make payment on account of any default by the account party in the performance of an obligation. Standby L/C harus memuat persyaratan minimal bersifat tidak dapat diubah atau dibatalkan, keterikatan bank penerbit untuk membayar atas pengajuan keterangan atau pernyataan yang menyatakan wanprestasi, tanggal jatuh tempo dan pernyataan tunduk pada UCP. 38 Menurut E.P. Elinger, standby L/C dikembangkan oleh perbankan di Amerika setelah Perang Dunia II. Standby L/C merupakan instrumen yang memungkinkan bank-bank domestik Amerika untuk bersaing dengan bank-bank asing dalam melaksanakan transaksi bisnis internasional. Bank-bank asing diberi kewenangan untuk menerbitkan Garansi Bank, tetapi bank-bank domestik Amerika dilarang menerbitkan Garansi Bank. Standby L/C bukanlah Garansi Bank karena standby L/C merupakan kewajiban utama (primary obligation) dari bank penerbit. 39 Hakikat standby L/C adalah bahwa bank penerbit siap-siap untuk melaksanakan kewajibannya dalam hal pemohon wanprestasi. Standby L/C dapat digunakan untuk menjamin pembayaran kembali kepada obligee jika obligor gagal melaksanakan prestasi yang diperjanjikan dalam kontrak. Dalam standby L/C, obligee adalah penerima dan obligor adalah pemohon Wunnicke, Standby Letter Of Credit, John Wiley And Sons, New York : Chichester, Brisbane, Toronto, Singapura, 1989, hal EP. Ellinger, Standby Letter Of Credit, 6 th Int l Business Law, 1978, hal Wunnicke, Op. Cit, hal. 12.

31 Selain standby L/C menjamin pelaksanaan kewajiban pembayaran, standby L/C juga menjamin kewajiban lainnya yang diperjanjikan dalam kontrak yang memungkinkan obligee memperoleh dana dalam hal terjadi wanprestasi. Kewajiban lainnya tersebut misalnya kewajiban obligor untuk mengirim barang dengan kualitas tertentu, jika ternyata tidak dipenuhi oleh obligor, maka obligee dapat mencairkan standby L/C tersebut. Kemudian, pelaksanaan kontrak tidak tepat waktu, dalam hal demikian standby L/C juga dapat dicairkan oleh obligee. Seterusnya, pengiriman barang dilakukan ke tempat tujuan yang keliru, dalam hal ini standby L/C juga dapat dicairkan oleh obligee. Singkatnya standby L/C yang nerupakan alat penjamin dapat digunakan untuk jaminan pelaksanaan (performance guarantee) secara tidak terbatas. 41 Boris Kozolchyk mengatakan standby L/C dibayar atas dasar pengajuan dokumen yang menyatakan adanya wanprestasi atas transaksi dasar. Sebagai jaminan pembayaran atas dasar pengajuan dokumen yang dipersyaratakan beserta wesel atau permintaan pembayaran, standby L/C dapat mencakup setiap kewajiban apa saja. Standby L/C dilaksanakan dalam hal terjadi wanprestasi berupa pemohon gagal melaksanakan atau tidak sebagaimana mestinya kewajiban terhadap penerima dalam kontrak dasar. Negative actecedent ini dalam standby L/C bertentangan dengan positive antecedent dalam L/C. Penerbitan L/C dilaksanakan untuk menggerakkan penerima agar mengajukan dokumen-dokumen yang 41 Boris Kozolchyk, The Emerging Law Of Standby Letter Of Credit And Bank Guarantee, Arizone Law Review, Arizona, 1982, hal

32 sesuai dengan persyaratan L/C kepada pemohon melalui perantaraan bank. 42 Standby L/C mengambil alih bentuk hukum dari L/C dan samasama tunduk kepada ketentuan dasar yang sama, yaitu UCP. Namun, sejak tanggal 1 Januari 1999 standby L/C dapat juga tunduk pada International Standby Practices (ISP 98) yang juga diterbitkan oleh ICC. Sama halnya dengan L/C, standby L/C merupakan kontrak yang terpisah dari perikatan dasarnya. Standby L/C dan L/C sama-sama merupakan jaminan pembayaran yang didasarkan pada kesesuaian dokumen-dokumen yang diajukan dengan persyaratan masing-masing instrumen tersebut. Baik dalam L/C maupun standby L/C, bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen dan bank berkewajiban meneliti dokumen-dokumen yang diajukan kepada bank. Selanjutnya, terhadap standby L/C, sama halnya dengan L/C, berlaku ketetuan mengenai perlunya ketegasan dan kepastian instruksi atas dokumen. Standby L/C dan L/C sama-sama berlaku ketentuan masa berlaku atas batas waktu pengajuan dokumen. Ketentuan-ketentuan lainnya dalam UCP hanya berlaku terhadap L/C, tidak terhadap standby L/C. Hal itu disebabkan standby L/C berlaku untuk transaksi jasa, sedangkan L/C pada dasarnya berlaku untuk transaksi penjualan barang. Kebanyakan artikel UCP berlaku untuk transaksi penjualan barang. 42 Ibid, hal. 320.

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13 Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Pertemuan ke-13 2 CARA-CARA PEMBAYARAN 1. Pembayaran dilakukan di muka, 2. Pembayaran dg sight letter of credit (Atas unjuk), 3. Pembayaran dilakukan dg wesel inkaso (Collection

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar transaksi perdagangan dalam negeri perlu

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan terhadap kepustakaan yang ada, sepanjang yang berkaitan dengan usaha untuk menjawab rumusan masalah Penelitian Hukum ini. Uraian akan menyangkut hakikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT A. EKSPOR-IMPOR 1. Pengertian Ekspor Impor Pada saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 17 BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 2.1. Transaksi Perdagangan Internasional Produksi suatu Negara ada kalanya belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

Bab 17 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)

Bab 17 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) Jasindo.co.id TUJUAN PENGAJARAN: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk: 1. Menjelaskan terminologi perdagangan dengan SKBDN 2. Menjelaskan mekanisme sederhana transaksi dengan SKBDN

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11. SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C)

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11. SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C) BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 11 SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL LETTER of CREDIT (L/C) A. Pendahuluan Perdagangan internasional terwujud karena adanya

Lebih terperinci

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1 Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 Transaksi warehouse receipt telah banyak dilakukan baik di negara maju seperti Amerika dan Kanada maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 41. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan di dalam kehidupan dunia modern merupakan suatu lembaga yang sulit untuk dihindari, karena lembaga ini memiliki fungsi yang diarahkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Perdagangan Internasional Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan

Lebih terperinci

Anita Asnawi, S.Sos., MM.

Anita Asnawi, S.Sos., MM. Anita Asnawi, S.Sos., MM. Penghimpunan dana dari pihak ke tiga (masyarakat) funding Penyaluran dana lending Bank Persero PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK PT

Lebih terperinci

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU Dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang saya dapatkan dari teman-2 dan keluarga, perihal Letter of Credit dan juga didasari oleh kedangkalan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan kegiatan jual disebut ekspor, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. bahwa salah satu faktor yang mendukung kelancaran arus

Lebih terperinci

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Prosedur Dasar Pembayaran Internasional By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Transaksi pembayaran dan trasaksi pembiayaan Setiap transaksi jual beli selalu mengenal adanya transksi pembayaran. Transaksi

Lebih terperinci

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD. Unsur esensial perjanjian jual beli adalah adanya penyerahan hak milik atas suatu barang dan pembayarannya harus dengan uang.

Lebih terperinci

Pendanaan Ekspor dan Impor

Pendanaan Ekspor dan Impor Pendanaan Ekspor dan Impor Tehnik Pendanaan Kas dimuka L/C Draft Konsinyasi Piutang dagang Kas dimuka Eksportir : resiko pembayaran nol Importir : kecurangan dari importir, ada pembatasan aliran modal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan manusia adalah perdagangan, perdagangan merupakan salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang telah berlangsung

Lebih terperinci

SKBDN. 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN

SKBDN. 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN SKBDN 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.1 Definisi SKBDN Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai Letter of Credit (LC) Dalam Negeri adalah setiap

Lebih terperinci

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank 82 BABIV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menganalisa penerapan perlakuan akuntansi terhadap produk letter of credit (L/C) pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri (BSM) menerapkan

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM STANDBY LETTER. Oleh SURI SEKAR AYU

ASPEK HUKUM STANDBY LETTER. Oleh SURI SEKAR AYU ABSTRAK ASPEK HUKUM STANDBY LETTER OF CREDIT PADA TRANSAKSI EKSPOR IMPOR Oleh SURI SEKAR AYU Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional, khususnya

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Pri Hartini Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan eksporimpor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli

Lebih terperinci

METODE PEMBAYARAN TAGIHAN SUPLIER MELALUI SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI (SKBDN) PADA PT. ADHIKARYA (PERSERO) TBK DIVISI KONSTRUKSI III MEDAN

METODE PEMBAYARAN TAGIHAN SUPLIER MELALUI SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI (SKBDN) PADA PT. ADHIKARYA (PERSERO) TBK DIVISI KONSTRUKSI III MEDAN METODE PEMBAYARAN TAGIHAN SUPLIER MELALUI SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI (SKBDN) PADA PT. ADHIKARYA (PERSERO) TBK DIVISI KONSTRUKSI III MEDAN Edi Putra Berutu, S.E., M.Si Staf Pengajar Jurusan Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas batas dapat mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas batas dapat mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum perdagangan internasional adalah bidang hukum yang berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas. Hubungan-hubungan dagang yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatunya bersifat praktis dan aman, khususnya dalam bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L.

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L. PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC Oleh : Sarah D.L. Roeroe 1 24 ABSTRAK Letter of Credit/LC adalah alat transaksi pembayaran antar bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan

Lebih terperinci

Bab 4 MATERI SIP-4 1 JASA BANK JASA BANK TRANSFER JENIS JASA BANK INKASO KLIRING. Perbankan. Perbankan

Bab 4 MATERI SIP-4 1 JASA BANK JASA BANK TRANSFER JENIS JASA BANK INKASO KLIRING. Perbankan. Perbankan JASA BANK Bab 4 JASA BANK Jasa-jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang dilakukan oleh suatu bank untuk memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana melaksanakan jasa ini tidak hanya untuk

Lebih terperinci

Syarat-Syarat dan Ketentuan Transaksi. Version

Syarat-Syarat dan Ketentuan Transaksi. Version Transaksi Trade ANZ Version 09.2010 1. Pendahuluan 1.1 Persyaratan yang berlaku Syarat-Syarat dan Ketentuan Transaksi Trade ANZ ini (Persyaratan) mengatur syarat-syarat umum maupun khusus dimana Nasabah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1. Pengertian dan Pengaturan Transaksi Ekspor Impor untuk UKM Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan perdagangan dalam negeri

Lebih terperinci

Jasa Jasa Perbankan. 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring

Jasa Jasa Perbankan. 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring Jasa Jasa Perbankan 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring 1 Jasa Jasa Perbankan TRANSFER Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah

Lebih terperinci

TEKNIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEKANISME PEMBAYARAN PRODIP I KEPABEANAN DAN CUKAI 1

TEKNIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEKANISME PEMBAYARAN PRODIP I KEPABEANAN DAN CUKAI 1 TEKNIS PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEKANISME PEMBAYARAN PRODIP I KEPABEANAN DAN CUKAI 1 Para pihak dalam Perdagangan Internasional Eksportir Dalam kontrak perdagangan internasional eksportir bertindak sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Ekspor-Impor Ekspor adalah kegiatan pengiriman dan penerimaan barang yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi dengan melintasi batas negara. Pengadaan kegiatan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM MANAJEMEN PERBANKAN By : Angga Hapsila, SE. MM BAB VII MANAJEMEN JASA BANK LAINNYA 1. TUJUAN DAN JENIS JASA BANK LAINNYA 2. KEUNTUNGAN JASA BANK LAINNYA 3. JASA PENGIRIMAN UANG, JASA KLIRING, JASA INKASO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor BAB I PENDAHULUAN Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI TINJAUAN YURIDIS TENTANG BENTUK PEMBAYARAN EKSPOR-IMPOR FURNITURE PADA CV.MUGIHARJO BOYOLALI Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum Jurusan

Lebih terperinci

PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016

PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016 PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING Surabaya, 15 Desember 2016 OVERVIEW BANK JATIM Bank Jatim beroperasi sebagai bank devisa sejak bulan Agustus 1990 Resmi menjadi anggota SWIFT (Society Worldwide Interbank

Lebih terperinci

a. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6

a. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6 SYARAT DAN KETENTUAN UMUM LAYANAN PEMBIAYAAN PERDAGANGAN (TRADE FINANCE) DAN JAMINAN (GUARANTEE) GENERAL TERMS AND CONDITIONS TRADE FINANCE AND GUARANTEE SERVICES NO. PASAL SEMULA MENJADI PERATURAN OJK

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN PEMBAYARAN KEGIATAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DAN BILL EXCHANGE. Oleh: Suyanti

MEKANISME PENYELESAIAN PEMBAYARAN KEGIATAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DAN BILL EXCHANGE. Oleh: Suyanti MEKANISME PENYELESAIAN PEMBAYARAN KEGIATAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DAN BILL EXCHANGE Oleh: Suyanti ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan internasional mengalami seperti

Lebih terperinci

MANAJEMEN JASA-JASA BANK. /

MANAJEMEN JASA-JASA BANK. / MANAJEMEN JASA-JASA BANK Pengertian jasa bank Jasa bank adalah kegiatan bank, baik langsung maupun tidak langsung, yang berkaitan dengan fungsi bank sebagai lembaga yang memperlancar pembayaran transaksi

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR YANG MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century. Skripsi yang mengkaji

Lebih terperinci

Surat Kredit (LC) dan SKBDN

Surat Kredit (LC) dan SKBDN Surat Kredit (LC) dan SKBDN Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya

Lebih terperinci

BAB IV JASA BANK. A. Jenis-jenis Jasa Bank

BAB IV JASA BANK. A. Jenis-jenis Jasa Bank BAB IV JASA BANK Jasa-jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang dilakukan oleh suatu bank untuk memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana bank melaksanakan jasa ini tidak hanya untuk

Lebih terperinci

LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI dan DALAM NEGERI. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI dan DALAM NEGERI. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI dan DALAM NEGERI By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Definisi definisi Lalu Lintas Pembayaran (LLP) adalah suatu proses pemindahan dana yang terjadi dalam wilayah suatu

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor

BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor 1. Pengertian Ekspor Impor Pada saat ini tidak ada negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam Perdagangan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perdagangan tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat, terutama dalam pemenuhan akan barang dan jasa. Namun tidak semua barang dan jasa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Skema SBLC & Bank Garansi

Skema SBLC & Bank Garansi Skema SBLC & Bank Garansi Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pembayaran Ekspor Sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENIPUAN DOKUMEN DALAM TRANSAKSI LETTER OF CREDIT

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENIPUAN DOKUMEN DALAM TRANSAKSI LETTER OF CREDIT TINJAUAN YURIDIS ATAS PENIPUAN DOKUMEN DALAM TRANSAKSI LETTER OF CREDIT SKRIPSI Oleh : LINTANG RIZKI PUSPITASARI E1A009049 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2. Proses dan langkah langkah L/C:

2. Proses dan langkah langkah L/C: GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN VIII. JASA JASA PERBANKAN A. Pengertian Jasa Bank Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV LETTER OF CREDIT (L/C)

BAB IV LETTER OF CREDIT (L/C) BAB IV LETTER OF CREDIT (L/C) Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Letter of Credit (L/C), mahasiswa akan dapat menjelaskan pentingnya L/C dalam suatu perdagangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LETTER OF CREDIT(L/C) 31 Oktober 2016

LETTER OF CREDIT(L/C) 31 Oktober 2016 LETTER OF CREDIT(L/C) 31 Oktober 2016 Oleh: ICHSAN PANJI K 156010200111035 (13) ERMA ZULFA K 156010200111061 (23) PUTRI WAHYU S 156010200111081 (33) 1 Pengertian L/C L/C adalah suatu pernyataan tertulis

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM

LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM URGENSI LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI (responsibility), DALAM independensi PENYUSUNAN (independency), dan kewajaran (fairness) LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM 1 Muhammad Zuhri Dosen Tetap Politeknik Mandiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan transfer dana di Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM

PRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM PRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM E BANKING Memberikan layanan yang mudah, cepat, dan murah bagi nasabah Meningkatkan loyalitas nasabah Memberikan Pendapatan Bagi Bank Layanan yang terlaris: Pembayaran tagihan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada Bank Jabar Banten (PT Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten) cabang utama Bandung, penulis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaturan Surat Berharga Sebelum kita sampai pada pengaturan mengenai surat berharga, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari surat berharga, mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank BAB II KONDISI PERUSAHAAN 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Bank Definisi Bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH II. I. Dasar Hukum a. Peraturan Bank Indonesia 16/10/PBI/2014 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri b. Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

LETTER OF CREDIT. Dina W. W Kariodimedjo Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Letter of Credit 1 FH UGM

LETTER OF CREDIT. Dina W. W Kariodimedjo Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Letter of Credit 1 FH UGM LETTER OF CREDIT Dina W. W Kariodimedjo Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Letter of Credit 1 Transaksi Internasional 1/2 Penjual Kewajiban: melakukan penyerahan barang Hak: menerima pembayaran Pembeli

Lebih terperinci

MEKANISME LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM KEGIATAN EKSPOR IMPOR

MEKANISME LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM KEGIATAN EKSPOR IMPOR Prawitra Thalib: Mekanisme Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri 259 MEKANISME LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI DALAM KEGIATAN EKSPOR IMPOR Oleh Prawitra Thalib, SH.,MH. * ABSTRAK Mengenai ekspor dan impor

Lebih terperinci

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] Untuk keperluan kutipan versi AS, teks bahasa Inggris bersertifikasi PBB dipublikasikan dalam 52

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi 1 BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi Bank Citi Bank mempunyai peranan yang besar dalam melancarkan transaksi ekspor impor guna memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

Fendhi Harsinto Aji NIM : C TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN LETTER OF CREDIT DALAM TRANSAKSI EKSPOR FURNITURE (Studi Kasus di CV. Karunia Cipta Persada Surakarta) S K R I P S I Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja,

BAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN STANDBY LETTER OF CREDIT DENGAN BANK GARANSI DALAM TRANSAKSI PERBANKAN

BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN STANDBY LETTER OF CREDIT DENGAN BANK GARANSI DALAM TRANSAKSI PERBANKAN 13 BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN STANDBY LETTER OF CREDIT DENGAN BANK GARANSI DALAM TRANSAKSI PERBANKAN 1. Mekanisme Pembayaran Dalam Transaksi Perdagangan Internasional 1.1. Letter Of Credit Letter of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak Dapat Dikuasainya Bill of Lading oleh Importir dalam Perdagangan Internasional", dalam

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5

CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5 CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5 PERTIMBANGAN CARA PEMBAYARAN: BUYER: SELLER: O Resiko kegagalan transaksi O Resiko fluktuasi valuta O Resiko

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5383 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Devisa. Ekspor. Penerimaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 285) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI PENGISIAN L/C

BAB III SIMULASI PENGISIAN L/C BAB III SIMULASI PENGISIAN L/C Name of Issuing Bank Place and Date of Issue Applicant : Advising Bank Reference No Partial shipments allowed not allowed Transhipment allowed not allowed Insurance covered

Lebih terperinci

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Prosedur Impor, Mahasiswa akan dapat menjelaskan prosedur dan tata laksana impor di Indonesia

Lebih terperinci