PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM
|
|
- Sugiarto Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DALAM UPAYA PENCEGAHAN BENCANA TANAH LONGSOR DI CIBADAK, BOGOR BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN Diusulkan oleh : Ahmad Maulana Fitrianita Muhammad Ramdhani UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015
2 ii ii
3 iii Depok, 24 Februari 201 iii
4 iv DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Pengesahan ii Daftar Isi iii Daftar Gambar iv Ringkasan v Bab I Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Luaran Manfaat Program 3 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tanah Longsor Tiang Pancang dan Bedrock Metode Resistivitas Morfologi Geologi 7 Bab III Metode Penelitian 8 Bab IV Biaya dan Jadwal Kegiatan 4.1. Rincian Biaya Jadwal Kegiatan 9 Daftar Pustaka 10 Lampiran 11 Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota 11 Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 17 Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas 19 Lampiran 4. Surat Pernyataan Tidak Melakukan Plagiarism 20 iv
5 v DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tampilan bedrock pada lereng 5 Gambar 2. Konfigurasi Wenner-Schlumberger 7 v
6 vi RINGKASAN Penelitian dilakukan untuk menentukan kedalaman lapisan bedrock dalam upaya pencegahan tanah longsor di desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Lokasi penelitian ini merupakan daerah dengan topografi berlereng dan berpotensi untuk terjadinya gerakan tanah. Pengetahuan mengenai kedalaman bedrock ini sangat penting untuk pemasangan tiang pancang secara benar dan efektif. Pemasangan tiang pancang harus mencapai bedrock, karena bedrock merupakan batuan dasar kokoh yang tidak akan terpengaruh posisinya oleh bidang gelincir. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik resistivitas untuk mencari anomali resistivitas dari bedrock. Metode pengukuran menggunakan konfigurasi Wenner-Slumberger. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 lintasan dengan panjang setiap lintasan 384 meter. Jarak antara kedua lintasan 8 meter. Pengolahan data dari hasil pengukuran dilakukan dengan menggunakan software Res2Dinv. Hasil dari pengolahan data berupa gambaran permukaan bawah tanah dua dimensi pada lokasi pengukuran. Hasil pengolahan data akan diinterpretasi dan luaran yang dihasilkan berupa peta bawah permukaan, kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock, dan akan dipublikasi dalam bentuk artikel ilmiah. Dampak dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi kepada pemerintah untuk pemasangan tiang secara tepat guna mencegah terjadinya tanah longsor di daerah setempat. Kata kunci : bedrock, tiang pancang, metode geolistrik resistivitas vi
7 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa daerah di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas lempeng ini biasanya terjadi aktifitas tektonik, seperti subduksi, tumbukan, pemekaran punggung samudra,dll. Hal ini menyebabkan Indonesia sering mengalami gempa tektonik. Guncangan gempa tersebut dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor di daerah perbukitan dengan lereng yang curam. Selain itu, faktorfaktor lain penyebab tanah longsor yang sangat berpengaruh adalah adanya bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface), kemiringan lereng, tanah yang kurang padat/tebal, jenis tata lahan, dan adanya beban tambahan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan sudah lebih dari kali longsor terjadi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Bahkan diungkapkan, berdasarkan data yang dimiliki dalam 10 tahun ini, bencana longsor cenderung meningkat. Masyarakat banyak yang kehilangan harta benda bahkan tanah longsor juga sering menelan korban. Jika dilihat secara detail, terdapat 3 kabupaten yang paling sering mengalami peristiwa tanah longsor dalam 10 tahun terakhir, di antaranya Kabupaten Wonogiri dengan 90 kejadian, Kabupaten Bogor dengan 75 kejadian, dan Kabupaten Wonosobo dengan 72 kejadian. Di daerah Bogor sendiri kejadian longsor hampir setiap tahun terjadi. Salah satu bencana tanah longsor terjadi pada tahun 2014 di desa Cibadak, Bogor, sebanyak 55 rumah rata dengan tanah, 131 lainnya terancam roboh, dan sebanyak 530 orang harus diungsikan. Hal ini disebabkan karena struktur tanah yang tidak stabil akibat pelapukan dan curah hujan yang cukup tinggi di daerah tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab tanah longsor menjadi hal yang sangat penting bagi
8 2 pemerintah maupun masyarakat. Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi tanah longsor ini, yaitu dengan cara pemasangan tiang pancang. Pemasangan tiang pancang ini bertujuan untuk menyangga tanah dengan cara menancapkan tiang pada batu keras (bedrock) yang ada di bawah permukaan bumi. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian untuk mencari kedalaman serta ketebalan lapisan bedrock yang berperan untuk pemasang tiang pancang di desa Cibadak, Bogor menggunakan metode geolistrik resistivitas. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam upaya pencegahan terjadinya bencana alam tanah longsor. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana melakukan pengukuran geolistrik resistivitas dan analisis geologi di daerah Cibadak, Bogor? 2. Bagaimana memetakan struktur bawah permukaan di daerah Cibadak, Bogor? 3. Bagaimana menginterpretasi ketebalan lapisan bedrock di daerah Cibadak, Bogor? 4. Bagaimana membuat kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock di daerah Cibadak, Bogor? 1.3 TUJUAN 1. Melakukan pengukuran geolistrik resistivitas dan analisis geologi di Cibadak, Bogor 2. Memetakan struktur bawah permukaan daerah Cibadak, Bogor 3. Melakukan interpretasi ketebalan lapisan bedrock di daerah Cibadak, Bogor 4. Membuat kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock di daerah Cibadak, Bogor 1.4 LUARAN 1. Pemetaan struktur bawah permukaan di daerah Cibadak, Bogor 2. Kontur sebaran kedalaman lapisan bedrock di daerah Cibadak, Bogor
9 3 3. Publikasi hasil interpretasi data berupa artikel ilmiah 1.5 MANFAAT PROGRAM 1. Memberikan referensi bagi pemerintah daerah setempat untuk melakukan pemasangan tiang pancang untuk mencegah tanah longsor 2. Memberikan pengalaman bagi penulis untuk melakukan penelitian langsung ke lapangan dan memperoleh data resistivity untuk menentukan kedalaman lapisan bedrock BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Longsor Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Berikut ini Faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor, yaitu curah hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, getaran, adanya beban tambahan, erosi atau pengikisan, dan adanya material timbunan pada tebing. Pada musim kering yang panjang, umumnya permukaan tanah mengalami penguapan dala jumlah besar. Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika musim hujan air hujan akan menyusup masuk ke tanah melalui rekahan dan terakumulasi di dasar lereng, sehingga menyebabkan gerakan lateral. Faktor lainnya adalah kemiringan lereng. Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Jenis tanah juga merupakan faktor terjadinya tanah longsor. Tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut
10 4 lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas. Getaran juga dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor. Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak. Selain itu, adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah. Pengikisan atau erosi juga dapat mengakibatkan terjadinya longsor. Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal. Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah. Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menegah terjadinya tanah longsor, yaitu menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan, tidak menebang pohon di lereng, tidak mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal, tidak mendirikan bangunan di tepi sungai yang rawan erosi, dan melakukan pemasangan tiang pancang untuk menahan tanah. 2.2 Tiang Pancang dan Bedrock Bencana tanah longsor adalah salah satu bencana alam kebumian yang disebabkan oleh factor geologi atau ulah manusia. Fenomena ini melibatkan lapisan-lapisan dengan sifat fisika kontras, yang mengakibatkan kegagalan struktur pada suatu kemiringan lapisan, dan lapisan tersebut meluncur ke bawah akibat gaya gravitasi. Tanah longsor bergerak pada suatu bidang
11 5 gelincir. Bidang gelincir berada diantara bidang yang stabil (bedrock) dan bidang yang bergerak (bidang yang tergelincir). Bedrock sendiri merupakan batuan dasar kokoh(consolidated), terendap dan terkubur dibawah tanah atau terkubur dibawah lapisan lainnya yang tidak kokoh(unconsolidated). Gambar 1. Tampilan bedrock pada lereng Dalam penanganan tanah longsor, bedrock berperan sebagai bidang kokoh yang tidak akan terpengaruh posisinya oleh bidang yang tergelincir. Salah satu upaya dalam penanganan longsoran, dapat dilakukan peningkatan stabilitas lereng dengan cara memperbesar gaya penahan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemasangan tiang pancang yang langsung dihubungkan ke batuan dasar(bedrock).tiang pancang adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke lapisan penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Diperlukan letak spesifik dan kedalaman dari bedrock dalam pemasangan tiang pancang, agar tiang pancang dapat meneruskan beban dari permukaan dan lapisan yang tergelincir hingga ke batuan dasar(bedrock). 2.3 Metode Reistivitas Metode resistivitas adalah salah satu metode geolistrik yang memanfaatkan sifat resistivitas dari batuan untuk mendeteksi dan memetakan formasi bawah permukaan bumi. Metode ini merupakan metode geofisika yang bersifat aktif, artinya dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke bawah permukaan dan mengukur beda potensial yang dihasilkannya.
12 6 Sifat konduktivitas dan resistivitas batuan dipengaruhi oleh kandungan fluida dan mineral yang ada di dalamnya. Dengan mengetahui nilai resistivitas ataupun konduktivitas struktur bawah permukaan, dapat diketahui pula material penyusunnya. Sifat konduktivitas listrik dari suatu batuan yang dekat dengan permukaan bumi sangat dipegaruhi oleh jumlah air, kadar garam, dan bagaimana cara pendistribusian air dalam batuan. Pengukuran resistivitas dilakukan dengan menganggap bahwa bumi bersifat homogen isotropis. Namun pada kenyataannya, bumi bersifat heterogen dengan berbagai macam variasi formasi batuan baik di arah vertikal maupun horizontal. Objek batuan yang tidak homogen ini menyebabkan nilai resistivitasnya beragam dan tidak homogen, sehingga yang diukur adalah resistivitas semu. Harga resistivitas semu ini bergantung pada jenis-jenis formasi batuan dan konfigurasi elektroda yang digunakan. Perhitungan resistivitas semu dilakukan menuruti persamaan berikut. ρ = K V I (1) dengan ρ adalah nilai resistivitas, ΔV adalah beda potensial yang terukur, dan I adalah kuat arus listrik yang diinjeksikan ke bumi, dan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda yang digunakan pada saat pengukuran. Metode geolistrik memiliki beberapa model konfigurasi salah satunya adalah konfigurasi Wenner Schlumberger. Konfigurasi ini merupakan modifikasi dari bentuk konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger dapat digunakan pada sistem konfigurasi yang menggunakan aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor untuk konfigurasi ini adalah perbandingan jarak antara elektroda C 1 -P 1 dan C 2 -P 2 dengan spasi antara elektroda P 1 -P 2. Konfigurasi ini merupakan kombinasi antara konfigurasi Wenner- Schlumberger yang menggunakan spasi elektroda yang konstan. Disamping itu cakupan horizontal lebih baik, penetrasi maksimum dari konfigurasi ini 15 % lebih baik dari konfigurasi Wenner. Konfigurasi Schlumberger Wenner adalah metode geolistrik resistivitas dengan sistem aturan spasi elektroda yang konstan dengan faktor pengali n adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 atau (C2-P2) dengan P1-P2. Konfigurasi Wenner- Schlumberger dapat dilihat pada gambar 2.
13 7 Gambar 2. Konfigurasi Wenner-Schlumberger Rumusan faktor geometri K pada konfigurasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut : K = 2π C 1 P 1 C 2 P 1 C 1 P 2 C 2 P 2 1 (2) 2.4 Morfologi Geologi Analisis geologi juga diperlukan untuk meninjau parameter kemiringan lereng. Umumnya tanah longsor terjadi pada wilayah berlereng. Semakin curam kemiringan lereng dari suatu kawasan maka akan semakin besar potensi kejadian tanah longsor. Besar presentase kemiringan lereng adalah salah satu informasi yang bisa didapat setelah melihat dan menganalisis peta topografi. Cara mengukurnya adalah sebagai berikut. Mencari peta topografi kawasan penelitian dan melihat skalanya. Menentukan dua titik pada peta yang merepresentasikan wilayah kemiringan lereng dan mengukur jaraknya pada peta (dengan satuan cm). Menghitung beda tinggi kedua titik tersebut dari titik acuan muka air laut. Menghitung kemiringan lereng dalam presentase dengan persamaan : S = beda tinggi kedua tiitk jarak kedua titik 100% Menghitung kemiringan lereng dalam derajat dengan persamaan : tan α = beda tinggi kedua titik jarak kedua titik
14 8 Presentase kemiringan lereng menggambarkan bentuk lereng. Semakin kecil presentasenya maka pada wilayah tersebut semakin datar, dan sebaliknya semakin besar presentasenya maka lereng semakin curam. BAB 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu bulan Juli 2015 sampai bulan November 2015 yang berlokasi di Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Bogor. Alat-alat yang digunakan terdiri dari resistivitymeter, aki, dua pasang elektroda, meteran, palu, dan GPS. Tahapan kegiatan penelitian meliputi survei pendahuluan, pengambilan data, pengolahan data, dan interpretasi data. Survei pendahuluan dilakukan untuk melihat kondisi geologi daerah Cibadak, Bogor dengan lebih jelas dan juga mencari akses transportasi untuk mempermudah mobilisasi pada saat pengukuran, sehingga waktu yang diperlukan untuk melakukan pengambilan data di lapangan lebih efisien. Untuk melakukan penelitian ini, kami menggunakan metode geolistrik resistivitas yang bertujuan untuk mencari anomali resistivitas dari bedrock. Pengukuran yang dilakukan menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger (jelasin, berapa titik, jaraknya, gambar griddingnya). Setelah dilakukan pengukuran data untuk semua titik berupa nilai arus dan beda potensial (IF, VF, IR, VR), kemudian dilakukan perhitungan nilai faktor geometri dengan menggunakan Persamaan 2 seperti yang ditulis di bagian atas. Selanjutnya menghitung nilai tahanan jenis semu (apparent resistivity) menggunakan Persamaan 1. Pengolahan data menggunakan software Res2Dinv versi 3.59 untuk mendapatkan tampilan citra dua dimensi (menunjukkan kontur tahanan jenis sebenarnya). Dari hasil pengolahan data tersebut dilakukan analisis dan interpretasi data mengenai pola anomali resistivitas atau tahanan jenis untuk memperoleh kedalaman bidang gelincir dan struktur geometri bidang gelincir.
15 9 BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1. Anggaran Biaya No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp) 1. Peralatan Penunjang Rp Bahan Habis Pakai Rp Perjalanan survei peminjaman alat ke PSDG, Rp Bandung, perjalanan survei lokasi penelitian 4. Lain-lain : administrasi, publikasi Rp Total Rp Jadwal Kegiatan No Jenis Kegiatan Bulan Pemantapan ide dan alur penelitian 2. Pencarian data sekunder terkait penelitian 3. Survei lokasi penelitian 4. Survei lokasi peminjaman alat 5. Akuisisi data di lapangan 6. Pengolahan data lapangan 7. Interpretasi data lapangan 8. Publikasi DAFTAR PUSTAKA Hutagalung, Robert, 2013, Identifikasi Jenis Batuan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger Dalam Perencanaan Pondasi Bangunan Di Terminal Transit Desa Passo, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura, Maluku.
16 10 Noorwantoro, Muhammad, 2014, Analisa Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Di DAS Upper Brantas Menggunakan Sistem Informasi Geografi, Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. Setiadi, Berli., Nina, Purwanti. (2015). Laporan tugas akhir:analisis pondasi jembatan dengan permodelan metode elemen hingga dan beda hingga, Bandung: ITB. Simatupang, Pintortua. Mekanika tanah II. Jakarta: Universitas Mercu Buana. Syam.2014.Investigasi Lapisan Bedrock Dengan Menggunakan Metoda Geolistrik (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin).Makassar Lampiran 1 1. Biodata Ketua Kelompok A. Identitas diri Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Program Studi Ahmad Maulana L Fisika
17 11 NIM Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 19 November Nomor Telepon/ HP B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi MIN 3 Cijantung SMPN 179 Jakarta SMAN 97 Jakarta Jurusan IPA Tahun masuk-lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, institusi, atau asosiasi lainnya) No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggunjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian. Depok, 24 Februari 2015
18 12 Pengusul, (Ahmad Maulana) 2. Biodata Anggota Kelompok 1 A. Identitas diri Nama Lengkap (dengan gelar) Fitrianita Jenis Kelamin P Program Studi Fisika NIM Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 8 April 1994
19 13 fitrianita.ui.ac.id Nomor Telepon/ HP B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SDN Wanasari 13 SMP Negri 1 Tambun Selatan SMA Negri 1 Tambun Selatan Jurusan IPA Tahun masuk-lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, institusi, atau asosiasi lainnya) No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggunjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian. Depok, 24 Februari 2014
20 14 Pengusul, (Fitrianita) 3. Biodata Anggota Kelompok 2 A. Identitas diri Nama Lengkap (dengan gelar) Muhammad Ramdhani Jenis Kelamin L Program Studi Fisika NIM
21 15 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 25 Februari Nomor Telepon/ HP / B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SDI Miftahul Ulum SMPN 95 Jakarta SMAN 13 Jakarta Jurusan IPA Tahun masuk-lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, institusi, atau asosiasi lainnya) No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggunjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian.
22 16 Depok, 24 Februari 2014 Pengusul, (Muhammad Ramdhani) Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan (Pada penelitian yang kami lakukan biaya sebagian bedar dilakukan untuk peminajaman alat, sedangkan bahan habis pakai tidak terlalu banyak. Karena kami melakukan pengukuran dengan menggunakan metode Geofisika) 1. Peralatan Penunjang
23 17 Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) Resistivitymeter Per unit/hari 1 unit/2 hari , ,00 GPS Per unit/hari 8 unit/2 hari , ,00 HT Per unit/hari 8 unit/2 hari , ,00 Subtotal (Rp) Bahan Habis Pakai Harga Justifikasi Jumlah Material Kuantitas Satuan Pemakaian (Rp) (Rp) Air Garam Per unit/hari 1 unit/hari 5.000, ,00 Subtotal (Rp) Biaya Kesekretariatan dan Publikasi Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) Kesekretariatan Pelaporan dan Penggandaan Publikasi artikel ilmiah Subtotal (Rp) Perjalanan Material Harga Justifikasi Jumlah Kuantitas Satuan Pemakaian (Rp) (Rp)
24 18 Perjalanan ke Cibadak, Bogor Perjalanan ke PSDG Bandung 14 liter Subtotal (Rp) Lain-lain : Material Harga Justifikasi Jumlah Kuantitas Satuan Pemakaian (Rp) (Rp) Konsumsi 2 hari 3 orang Subtotal (Rp)
25 19 Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas No Nama/ NIM Program Bidang Alokasi Waktu Uraian Tugas Studi Ilmu (jam/ waktu) 1 Ahmad Maulana Fisika Geofisika 12 jam/minggu Mengurus perizinan untuk survei dan akuisisi data, menjadi koordinator dalam survei lapangan, mencari data tentang longsor dan informasi terkait geologi Cibadak, Bogor 2 Fitrianita Fisika Geofisika 12 jam/minggu Kesekretariatan data, mengelola pemasukan dan pengeluaran, Membuat grid daerah pengukuran menggunakan google earth 3 Muhammad Ramdhani Fisika Geofisika 12 jam/minggu Mengurus peminjaman alat dan akomodasi selama penelitian, mencari data terkait metode resistivitas
26 20
27 21
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan
Lebih terperinciTANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa
AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN
INVESTIGASI BIDANG GELINCIR PADA LERENG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DUA DIMENSI (Studi Kasus: Kelurahan Lumbung Bukit Kecamatan Pauh Padang) Muhammad Iqbal Sy, Arif Budiman Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari cincin api yang melingkari
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR Edu Dwiadi Nugraha *, Supriyadi, Eva Nurjanah, Retno Wulandari, Trian Slamet Julianti Jurusan Fisika
Lebih terperinciSTUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR
STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR Rahma Hi. Manrulu 1, Aryadi Nurfalaq 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 rahma_manrulu@yahoo.com 1 Telah dilakukan penelitian untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah yang cukup tinggi karena memiliki batu lempung mengembang formasi jatiluhur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar di wilayah pesisir teluk Ambon terdapat dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan tinggi dan satuan morfologi dataran pantai. Daerah
Lebih terperinciInterpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1
Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99 INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN ZONA KERENTANAN LONGSOR DI DESA GERBOSARI, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat proses geologi yang siklus kejadiannya mulai dari sekala beberapa tahun hingga beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Novi Wulandari N, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SURVEY GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR TANAH SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KAWASAN TELUK, BANDARLAMPUNG BIDANG KEGIATAN: PKM Penelitian Diusulkan oleh:
Lebih terperinciINVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si
INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG HENNY JOHAN, S.Si Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNIB ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciIdentifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)
Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Penelitian dilakukan di Desa Gerbosari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU Efa Agustina, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika, FMIPA,
Lebih terperinciI. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya
I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Tanah longsor sangat rawan terjadi di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah pertemuan antar
Lebih terperinciDEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.
DEFINISI Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung. Rangers, 1975 : Proses yang terjadi dibawah pengaruh gravitasi tanpa adanya media transportasi / merupakan bagian dari turunnya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 1, No. 1, Oktober 2012 ISSN
PENENTUAN BIDANG GELINCIR GERAKAN TANAH DENGAN APLIKASI GEOLISTRIK METODE TAHANAN JENIS DUA DIMENSI KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (Studi Kasus di Sekitar Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Lebih terperincisenyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah baik di dalam maupun permukaan bumi ataupun diluar permukaan bumi karena tanahnya yang subur dan fenomena struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA <<<JUDUL>>> BIDANG KEGIATAN: PKM Karsa Cipta
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM Karsa Cipta Diusulkan oleh: Nama Ketua NIM Angkatan Nama Anggota 1 NIM Angkatan Nama Anggota 2 NIM Angkatan Nama Anggota 3 NIM Angkatan
Lebih terperinciPengenalan Gerakan Tanah
Pengenalan Gerakan Tanah PENDAHULUAN Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif terhadap perubahan tahanan jenis batuan untuk model longsoran adalah konfigurasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari 3 lempeng tektonik yang bergerak aktif, yaitu lempeng Eurasia diutara, lempeng Indo-Australia yang menujam dibawah lempeng Eurasia dari selatan,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panas bumi (Geotermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.
Lebih terperinciBab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data
Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data IV.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di daerah Kampung Kondang dan Cirikip, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis,
Lebih terperinciBencana Benc Longsor AY 11
Bencana Longsor AY 11 Definisi TANAH LONGSOR; merupakan salah lh satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lerengyang menyebabkanbergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif
Lebih terperinciMETODE EKSPERIMEN Tujuan
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER NURFAIZAH AMATILLAH IMTISAL (1127030055) FISIKA SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2014 Email : nurfaizah.ifa@gmal.com
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG
APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciFOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014
FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014 Aplikasi Geolistrik Resistivitas untuk Mengetahui Distribusi Tahanan Jenis dalam Investigasi Potensi Bencana Longsor di Perbukitan
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :
IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN TANAH GAMBUT SEBAGAI INFORMASI AWAL RANCANG BANGUNAN DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D Firmansyah Sirait 1), Andi Ihwan 1)* 1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciFaktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta
Lebih terperinciPengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)
Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Heni Dewi Saidah, Eko Andi Suryo, Suroso Jurusan Teknik
Lebih terperinciJurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 111 119 ISSN: 2085 1227 Penyebaran Batuan Situs Purbakala Candi Palgading di Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik,
Lebih terperinciOUTLINE PKM-P. Syarat lainnya yang harus dipenuhi:
OUTLINE PKM-P Proposal PKM ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi dan ukuran kertas A-4 margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Halaman
Lebih terperinciPenyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM : Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Longsoran ( landslide ) merupakan bencana alam yang sering terjadi pada daerah berbukit bukit atau pegunungan, seperti di wilayah Sumatera Barat. Material yang mengalami
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :
Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor di Desa Aruk Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas dengan Menggunakan Metode Tahanan Jenis Ezra Andwa Heradian 1), Yudha Arman 1)* 1) Program Studi Fisika, Fakultas
Lebih terperinciOUTLINE PKM-K. 8. Diunggah sebelum 25 November 2017 ke simbelmawa.ristekdikti.go.id 9. Hardcopy dikumpulkan ke perguruan tinggi.
OUTLINE PKM-K Proposal PKM ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi dan ukuran kertas A-4 margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Halaman
Lebih terperinciGERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana bumi, dimulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami karena wilayah nusantara dikepung
Lebih terperinciOUTLINE PKM-M. 8. Diunggah sebelum 29 November 2017 ke simbelmawa.ristekdikti.go.id 9. Softcopy (Microsoft word) dikumpulkan ke perguruan tinggi.
OUTLINE PKM-M Proposal PKM ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi dan ukuran kertas A-4 margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Halaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan
Lebih terperinciBENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT
BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara terus menerus, yang
Lebih terperinciAKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR
AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR Cetakan ke-1, 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang IAARD Press, 2012 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
Lebih terperinciTUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA
TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Longsorlahan Gerakan tanah atau yang lebih umum dikenal dengan istilah Longsorlahan (landslide) adalah proses perpindahan matrial pembentuk lereng berupa suatu massa tanah dan
Lebih terperinciOUTLINE PKM-KC. 8. Diunggah sebelum 25 November 2017 ke simbelmawa.ristekdikti.go.id. 9. Hardcopy dikumpulkan ke perguruan tinggi.
OUTLINE PKM-KC Proposal PKM ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi dan ukuran kertas A-4 margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Halaman
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA
ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA Virman 1), Paulus G.D. Lasmono 1) dan Muhammad Altin Massinai 2) 1) Jurusan MIPA, Program Studi Fisika Uncen Jayapura
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH
LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1452 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH I. PENDAHULUAN Keperluan informasi
Lebih terperinciOUTLINE PKM-T. 8. Diunggah sebelum 25 November 2017 ke simbelmawa.ristekdikti.go.id. 9. Hardcopy dikumpulkan ke perguruan tinggi.
OUTLINE PKM-T Proposal PKM ditulis menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 dengan jarak baris 1,15 spasi dan ukuran kertas A-4 margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm. Halaman
Lebih terperinciPROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA <<JUDUL PROGRAM>> BIDANG KEGIATAN : PKM KARSA CIPTA. Diusulkan oleh :
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM KARSA CIPTA Diusulkan oleh :
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Pada tahun 2016 di Bulan Juni bencana tanah longsor menimpa Kabupaten Purworejo,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG
Jurnal Neutrino Vol. 8, No. 2, April 2016 PENERAPAN METODE RESISTIVITAS UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBAB RAWAN LONGSOR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Kurriawan Budi Pranata *,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan pertumbuhan penduduk di kota Semarang, maka diperlukan sarana jalan raya yang aman dan nyaman. Dengan semakin bertambahnya volume lalu lintas,
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini telah merambah di segala bidang, demikian pula dengan ilmu teknik sipil. Sebagai contohnya dalam bidang teknik konstruksi,
Lebih terperinciPROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009 PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
Lebih terperinciPENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN
PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN Syamsuddin1, Lantu1, Sabrianto Aswad1, dan Sulfian1 1 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciIdentifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor
Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor Muhamad Lutfi Ramadhan 1, Sevi Maulinadya Prawita 1, Nanda Wening
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor Longsor adalah gerakan tanah atau batuan ke bawah lereng karena pengaruh gravitasi tanpa bantuan langsung dari media lain seperti air, angin atau
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada November 2012. Lokasi pengambilan data dilakukan di daerah-x, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Lebih terperinci, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
IDENTIFIKASI ZONA BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR HASIL PROSES TEKTONISME KOMPLEKS DI DISTRIK NAMROLE, KABUPATEN BURRU SELATAN, PULAU BURRU, MALUKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI
Lebih terperinciGambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasific. Pada
Lebih terperinciINVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)
INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin) Muh. Arizal Syam, Lantu, Syamsuddin Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciPenyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun)
Jurnal Gradien Vol.1 No.1 Januari 2005 : 1-5 Penyelidikan daerah rawan gerakan tanah dengan metode geolistrik tahanan jenis (studi kasus : longsoran di desa cikukun) Suhendra Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAERAH RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI DESA SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU
IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DI DESA SUMBERBRANTAS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Alvian Yogi Pamungkas 1), Sujito 2), Daeng Achmad Suaidi 3) 1) Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu
Lebih terperinciManual Prosedur Penyusunan Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM)
Manual Prosedur Penyusunan Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 013 i Manual Prosedur Penyusunan Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Fakultas
Lebih terperinciKEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kejadian gerakan tanah dan banjir bandang pada tanggal 20 April 2008 di Kecamatan Rembon, Kabupaten Tanatoraja, Provinsi Sulawesi Selatan (Suranta) KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL
Lebih terperinciGERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR Novie N. AFATIA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana GeologiJl. Diponegoro No. 57 Bandung Pendahuluan Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang cukup banyak mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,
Lebih terperinci5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya
5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)
3.1 Diagram Alur Pengolahan Data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi) Pemilahan data geolistrik dan GPS Pemodelan 1D Pemodelan 2D Pemodelan 3D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di Indonesia, kejadian longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi. Beberapa contoh kejadian yang terpublikasi adalah longsor di daerah Ciregol, Kabupaten
Lebih terperinciLANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006
LANDSLIDE OCCURRENCE, 4 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA 6 Maret 4, Tinggi Moncong, Gowa, Sulawesi Selatan juta m debris, orang meninggal, rumah rusak, Ha lahan pertanian rusak
Lebih terperinciBAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG
1.1 LATAR BELAKANG merupakan wilayah dengan karateristik geologi dan geografis yang cukup beragam mulai dari kawasan pantai hingga pegunungan/dataran tinggi. Adanya perbedaan karateristik ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air tanah merupakan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan berbagai cara untuk memenuhi
Lebih terperinciPERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG 1.1 Latar Belakang JUMRI BAB I PENDAHULUAN Tenggarong Seberang merupakan pemekaran dari Tenggarong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DAERAH BAMBANKEREP NGALIYAN SEMARANG
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DAERAH BAMBANKEREP NGALIYAN SEMARANG Aliyatarrafiah 1), Agus Setyawan 1) dan Sugeng Widada 2) 1) Jurusan Fisika, Fakultas
Lebih terperinci