BAB III DATA DAN INFORMASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DATA DAN INFORMASI"

Transkripsi

1 BAB III DATA DAN INFORMASI A. TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 1. Sejarah dan Kondisi Fisik a. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) DI Yogyakarta merupakan daerah otonomi setingkat dengan provinsi. Provinsi DI Yogyakarta memiliki ibukota bernama Yogyakarta. DI Yogyakarta, khususnya kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki sejarah yang panjang, terbentuk sejak masa kerajaan sampai saat ini memiliki daerah otonomi khusus di Indonesia selain Aceh dan DKI Jakarta. Kota ini dikenal sebagai kota perjuangan, wisata, budaya dan pendidikan. Daerah ini merupakan satu-satunya dimana pemimpin provinsi yang terpilih merupakan Raja dari Keraton Yogyakarta. Pada awalnya nama Yogyakarta atau dalam bahasa Jawa bernama Ngyogyakarta, adalah nama yang diberikan oleh Paku Buwono II (Raja Mataram Tahun ) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta pernah menjadi pusat dari kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman dan pusat pemerintahan RI. Peninggalan sejarah yang begitu bermacam-macam tersebut membuat kebudayaan Yogyakarta salah satu yang banyak. Banyak peninggalan yang berasal dari zaman kerajaan sampai kolonial yang pernah datang ke Yogyakarta. Hal ini menjadi salah satu daya tarik dari potensi wisata dari budaya tradisional yang ada. Data dan Informasi III.1

2 b. Kondisi Geografi Secara geografi, Yogyakarta terletak pada lintang 7 33 LS, 8 15 LS dan pada bujur BT, BT. Gambar 3.1 Peta Yogyakarta Sumber. Google.com Batas-batas provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: Barat laut dan utara : Magelang Selatan : Samudra Hindia Timur laut : Klaten Barat : Purworejo Provinsi DIY terdiri dari lima daerah tingkat II yaitu, Kotamadya Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Sleman. c. Kondisi Topografi Kota yogyakarta berada pada ketinggian m dpl. Dengan kemiringan 1-2% dari utara ke selatan. Titik nol kota Yogyakarta berada pada persimpangan kantor pos besar. d. Kondisi Klimatoogi Seperti provinsi lainnya di Indonesia, provinsi DIY beriklim tropis. Kondisi klimatologi yaitu : Data dan Informasi III.2

3 2. Penduduk Terdapat dua angin muson, muson tenggara yang biasanya membuat musim panas (April September) dan Barat laut yang biasanya membuat musim Hujan (Oktober Maret) Suhu rata rata 26,7 o Kelembaban 32,2% Kecepatan angin rata-rata 100km/hari Intensitas penyinaran matahari 45% Curah Hujan mm Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk dari SP2010, jumlah penduduk DIY tahun 2012 tercatat jiwa, dengan persentase jumlah penduduk laki-laki 49,43 persen dan penduduk perempuan 50,57 persen. Menurut daerah, persentase penduduk kota mencapai 66,37 persen dan penduduk desa mencapai 33,63 persen. Pertumbuhan penduduk pada tahun terhadap tahun 2010 mencapai 0,82 persen, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya, yakni 0,86 persen. Dengan luas wilayah 3.185,80 km2, kepadatan penduduk di DIY tercatat jiwa per km2. Kepadatan tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta yakni jiwa per km2 dengan luas wilayah hanya sekitar satu persen dari luas DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas mencapai 46,63 persen memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 461 jiwa per km2. Menurut angka proyeksi Penduduk , komposisi penduduk DI. Yogyakarta menurut kelompok umur didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu umur tahun sebesar 10,36 persen. Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 32,74 persen, kelompok umur tahun 53,88persen, dan lanjut usia yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 1 3,38 persen. Besarnya proporsi mereka yang berusia lanjut mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk DIY. Kabupaten/Kota Regency/City Luas/Area (Km2) Kepadatan Penduduk/The Population Density (jiwa/km2) Kulonprogo 586, Data dan Informasi III.3

4 Bantul 506, Gunungkidul 1.485, Sleman 574, Yogyakarta 32, DIY 3.185, Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Yogyakarta Sumber : Estimasi Penduduk berdasarkan SP Fasilitas Transportasi di Yogyakarta Yogyakarta sebagai ibukota provinsi sekaligus kota besar merupakan simpul transportasi yang penting dan besar pula kaitannya dengan mobilitas penduduk. Fasilitas transportasi yang ada harus mampu mengakomodasi pergerakan penduduk maupun orang orang yang memiliki kepentingan di kota ini. Kota ini terhubung dengan kota kota linnya melalui transportasi darat dan udara. Pelabuhan udara sebagai prasarana transportasi udara yaitu Adisucipto International Airport yang terletak disebelah timur kota yang secara geografis masuk dalam wilayah kabupaten Sleman. Saat ini dengan pasar yang semakin meningkat, demi pengembangan transportasi udara yang semakin maju, dilakukan pengembangan pelabuhan udara baru yang dalam rencananya akan dibangun di kawasan kulonprogo. Angkutan darat berupa bus difasilitasi dengan keberadaan terminal penumpang Giwangan yang terletak didaerah selatan kotayogyakarta. Selain bus antar kota, Yogyakarta juga telah menerapkan sistem BRT yaitu Bus Trans Jogja yang telah memiliki beberapa koridor demi melayani transportasi publik di kota Yogyakarta ini sendiri. Selain bus, angkutan kereta menjadi salah satu moda transportasi yang terdapat di Yogyakarta. Selain melayani kereta jarak jauh, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat fasilitas kereta lokal yang melayani kota kota sekitar Yogyakarta seperti Kutoarjo Yogyakarta Klaten dan Solo. Di Yogyakarta sendiri, terdapat beberapa stasiun pemberhentian yang aktif seperti Stasiun Yogyakarta yang terletak di pusat kota dan kawasan Malioboro, Stasiun Lempuyangan yang terletak tidak jauh dari Stasiun Yogyakarta dan Stasiun Maguwo yang terletak di dekat Bandara Adi Sucipto. Data dan Informasi III.4

5 B. TINJAUAN STASIUN BESAR YOGYAKARTA SEBAGAI OBJEK RANCANG BANGUN a. Profil Stasiun Kereta Api Yogyakarta Stasiun Yogyakarta dikenal sebagai salah satu tempat pemberhentian kereta tertua di Indonesia yang ter- letak ditengah kota Yogyakarta, dekat dengan objek wisata serta pusat belanja kawasan Malioboro. Stasiun yang mulai di operasikan sejak tanggal 2 Mei 1887 ini merupakan stasiun kereta api kedua di kota Yogyakarta setelah Stasiun Lempuyangan yang telah dioperasikan 15 tahun lebih awal. Jalur kereta api di kota Yogyakarta pada awalnya dibangun untuk kebutuhan pengangkutan hasil bumi dari daerah Jawa Tengah dan sekitarnya yang menghubungkan kota-kota Yogyakarta Solo Semarang. Baru tahun 1905, Stasiun Yogyakarta mulai melayani kereta penumpang. Stasiun Yogyakarta saat ini sudah menjadi stasiun besar dengan enam jalur kereta yang melayani kereta kelas bisnis dan eksekutif untuk berbagai kota tujuan di Pulau Jawa. Stasiun kereta api ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya, karena merupakan pemberhentian utama kereta api yang melayani kereta eksekutif, bisnis dan beberapa kereta ekonomi. Stasiun ini menjadi pintu masuk di pusat kota Yogyakarta dikarenakan letaknya dipusat kota membuat peranan stasiun ini sangatlah penting dimana melayani kepentingan wisata, ekonomi, ataupun budaya. Gambar 3.2 Bangunan eksisting Stasiun Kereta Yogyakarta. (Sumber: ) Stasiun Tugu Yogyakarta ini juga memiliki jadwal kereta lokal yang melayani kota kota sekitar seperti, Kutoarjo, Purworejo, Klaten, Solo, Sragen Data dan Informasi III.5

6 dan Madiun. Kereta lokal ini menjadi salah satu moda transportasi andalan masyarakat di kota kota tersebut. Kereta ini menjadi salah satu potensi pengembangan stasiun dan moda transportasi kedepan dimana dengan pengembangan ini akan memberi dampak pada kota kota sekitar. Batas-batas wilayah Stasiun Yogyakarta: Utara : Jalan Wongsordirjan, Jalan Suryonegaran, Hunian dan Perhotelan Barat : Hunian warga, Samsat Kota Yogyakarta Selatan : Jalan Pasar Kembang, Hunian dan Perhotelan Timur : Jalan Margo Utumo dan Jalan Malioboro Gambar 3.3 Stasiun Kereta Yogyakarta. (Sumber: google earth, 2015) b. Data Non Fisik Stasiun Yogyakarta 1. Struktur Organisasi Berikut merupakan bagan struktur organisasi dari stasiun kereta api Skema 3.1 Struktur Organisasi Sumber. Analisis Saktian Data dan Informasi III.6

7 2. Visi dan Misi PT. KAI 1. Visi Gambar 3.4 Lambang PT. KAI. (Sumber: Annual Report PT.KAI, 2014) Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders. 2. Misi Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan. Budaya Perusahaan: 1. Integritas Gambar 3.5 Nilai Utama PT. KAI. (Sumber: Annual Report PT.KAI, 2014) Data dan Informasi III.7

8 Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya. 2. Profesional Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan, membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain. 3. Keselamatan Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian. 4. Inovasi Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) selalu menumbuhkembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi stakeholder. 5. Pelayanan Prima Kami insan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) akan memberikan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability (Tanggung jawab). 1 1 Annual Report PT.KAI, 2014 Data dan Informasi III.8

9 c. Klasifikasi Stasiun Besar Yogyakarta Berdasarkan buku Jalan dan Kereta Api oleh Ir. Imam Subarkah mengenai klasifikasi stasiun, Stasiun Besar Tugu Yogyakarta ini dapat diklasifikasikan sebagai : a. Menurut besarnya, stasiun ini termasuk stasiun besar dimana intensitas kereta api yang berhenti cukup padat dengan potensi penumpang yang selalu meningkat. b. Menurut tujuannya, stasiun ini termasuk stasiun kereta penumpang ataupun stasiun barang. Hal ini dikarenakan stasiun ini melayani pemberhentian penumpang ataupun barang yang dikirimkan lewat jasa kereta api. c. Menurut letaknya, stasiun ini dapat diklasifikasikan sebagai stasiun menerus, namun pada kenyataanya, kereta ini juga menjadi pemberhentian akhir beberapa kereta api. d. Menurut bentuknya, stasiun ini termasuk stasiun paralel dimana gedungnya sejajar dengan jalur rel. e. Menurut kontruksinya, stasiun ini termasuk stasiun yang terletak diatas tanah atau ground level station. f. Menurut segi fasilitasnya, stasiun ini termasuk stasiun jarak jauh dikarenakan melayani perjalanan penumpang jarak jauh antar kota dan provinsi di pulau Jawa. d. Jumlah Penumpang Kereta Api Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor DAOP 6 Yogyakarta, Perkembangan jumlah volume penumpang yang berangkat melalui Stasiun Yogyakarta ini juga setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2014 dimana pada tahun sebelumnya menurun dikarenakan perbaikan fasilitas oleh PT. KAI. KELAS KA EKSEKUTIF 465, , , , , ,425 BISNIS 471, , , , , ,536 EKONOMI - 4,068 23, , , ,070 LOKAL AC 733, , , , , ,980 Data dan Informasi III.9

10 JUMLAH 1,671,830 1,712,855 1,784,229 1,760,877 1,590,246 1,881,011 Tabel 3.2 Jumlah volume penumpang Stasiun Yogyakarta tahun (Sumber: DAOP 6 Yogyakarta, 2015) Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada waktu tertentu terdapat penumpukan penumpang yang berada di ruang tunggu di dalam area stasiun, sehingga banyak penumpang yang menggunakan sisi peron sebagai area menunggu kereta datang. Maka, respon yang dapat diberikan adalah memperluas area ruang tunggu penumpang. e. Jadwal Kegiatan 1) Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) No. KA Nama KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat 131 Mutiara Bandung Hall Bisnis AC Selatan (BD) 132 Mutiara Surabaya Gubeng Bisnis AC Selatan (SGU) 44 BIMA Malang (ML) via Eksekutif Surabaya Gubeng (SGU) 100 Malabar Malang (ML) Eksekutif, Bisnis AC, Ekonomi AC 42 Gajayana Malang (ML) Eksekutif Lodaya Solo Balapan Eksekutif, Bisnis Malam (SLO) AC 138 Senja Utama Yogyakarta Tugu Bisnis AC Yk (YK) 50 Turangga Surabaya Gubeng Eksekutif (SGU) 8 Argo Lawu Solo Balapan Eksekutif (SLO) 103 Malioboro Yogyakarta Tugu Eksekutif, Ekonomi Malam (YK) AC 54 Taksaka Yogyakarta Tugu Eksekutif Malam (YK) 162 Bogowonto Lempuyangan Ekonomi AC (LPN) 134 Senja Utama Solo Balapan Bisnis AC Solo (SLO) 84 Sancaka Pagi Surabaya Gubeng Eksekutif, Bisnis (SGU) AC 135 Fajar Utama Pasar Senen (PSE) Bisnis AC Yk 102 Malioboro Malang (ML) Eksekutif, Ekonomi Pagi AC 51 Taksaka Gambir (GMR) Eksekutif Siang 79 Lodaya Pagi Bandung Hall (BD) Eksekutif, Bisnis AC Data dan Informasi III.10

11 7 Argo Lawu Gambir (GMR) Eksekutif Bogowonto Pasar Senen (PSE) Ekonomi AC Argo Wilis Bandung Hall Eksekutif (BD) 83 Sancaka Pagi Yogyakarta Tugu Eksekutif, Bisnis (YK) AC 136 Fajar Utama Yogyakarta Tugu Bisnis AC Yk (YK) 164 Gajah Wong Lempuyangan Ekonomi AC (LPN) 80 Lodaya Pagi Solo Balapan Eksekutif, Bisnis (SLO) AC 10 Argo Solo Balapan Eksekutif Dwipangga (SLO) 101 Malioboro Yogyakarta Tugu Eksekutif, Ekonomi Pagi (YK) AC 6 Argo Wilis Surabaya Gubeng Eksekutif (SGU) 52 Taksaka Yogyakarta Tugu Eksekutif Siang (YK) 86 Sancaka Sore Surabaya Gubeng Eksekutif, Bisnis (SGU) AC 137 Senja Utama Pasar Senen (PSE) Bisnis AC Yk 163 Gajah Wong Pasar Senen (PSE) Ekonomi AC Senja Utama Pasar Senen (PSE) Bisnis AC Solo 53 Taksaka Gambir (GMR) Eksekutif Malam 81 Lodaya Bandung Hall Eksekutif, Bisnis Malam (BD) AC 41 Gajayana Gambir (GMR) Eksekutif Malioboro Malang (ML) Eksekutif, Ekonomi Malam AC 9 Argo Gambir (GMR) Eksekutif Dwipangga 49 Turangga Bandung Hall Eksekutif (BD) 43 BIMA Gambir (GMR) Eksekutif Sancaka Sore Yogyakarta Tugu Eksekutif, Bisnis (YK) AC 99 Malabar Bandung Hall (BD) Eksekutif, Bisnis AC, Ekonomi AC Tabel 3.3 Jadwal Kereta Jarak Jauh Stasiun Yogyakarta 2015 Sumber : 2) Kereta Lokal No. Nama Kelas Tujuan Tiba Berangkat KA KA 169 Joglo Ekonomi AC Yogyakarta Tugu (YK) 170 Joglo Ekonomi AC Solo Balapan (SLO) F Sidomukti Bisnis AC Yogyakarta Tugu (YK) Data dan Informasi III.11

12 146F Sidomukti Bisnis AC Solo Balapan (SLO) Tabel 3.4 Jadwal Kereta Lokal Per 1 Juni 2015 Sumber : No. KA 3) Komuter berbasis KRDE/KRDI Nama KA Tujuan Tiba Berangkat 271A Prameks Prembun (PRB) Prameks II Solo Balapan (SLO) A Prameks Prembun (PRB) A Prameks II Solo Balapan (SLO) Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) Prameks II Solo Balapan (SLO) Madiun Jaya Ekspres Yogyakarta Tugu (YK) A Prameks Solo Balapan (SLO) Prameks Yogyakarta Tugu (YK) Prameks Solo Balapan (SLO) Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) Prameks II Solo Balapan (SLO) Madiun Jaya Ekspres Solo Balapan (SLO) Prameks Yogyakarta Tugu (YK) Prameks Solo Balapan (SLO) Prameks Yogyakarta Tugu (YK) Prameks Solo Balapan (SLO) Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) Madiun Jaya Ekspres Yogyakarta Tugu (YK) Madiun Jaya Ekspres Madiun (MN) A Prameks Prembun (PRB) Prameks II Solo Balapan (SLO) Prameks Yogyakarta Tugu (YK) A Prameks Solo Balapan (SLO) Prameks II Yogyakarta Tugu (YK) Tabel 3.5 Jadwal Komuter Berbasis KRDI Per 1 Juni 2015 Sumber : f. Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan di Stasiun Yogyakarta terdiri dari : 1. Pengelola 2. Penumpang Penumpang berangkat Penumpang datang 3. Pengantar dan penjemput 4. Pedagang kios 5. Pengelola stasiun Data dan Informasi III.12

13 6. Petugas kereta api 7. Petugas keamanan g. Pola Kegiatan Pengguna Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pola kegiatan oleh pengguna pada Stasiun Yogyakarta, yaitu : 1. Calon penumpang : datang, berorientasi, bertanya, melihat signage, membeli tiket kereta api, memanfaatkan fasilitas stasiun, menunggu kereta api. 2. Eks-penumpang : turun dari kereta, berorientasi, bertanya, melihat signage, menunggu dijemput, memanfaatkan fasilitas stasiun, keluar dari area stasiun. 3. Pengantar : datang, parkir, masuk stasiun bersama calon penumpang, memanfaatkan fasilitas stasiun (seperti toilet, musholla), menunggu kereta, pulang. 4. Penjemput : datang, parkir, masuk ke stasiun, menunggu kereta, menjemput pengguna kereta api yang dituju, memanfaatkan fasilitas stasiun, pulang. 5. Pedagang Kios : datang, parkir, masuk stasiun, berjualan, memanfaatkan fasilitas stasiun, pulang. 6. Pengelola stasiun : datang, bekerja, memanfaatkan fasilitas stasiun, beristirahat, pulang. 7. Petugas kereta api : datang, bekerja, memanfaatkan fasilitas stasiun, beristirahat, pulang. 8. Petugas keamanan : datang, menjaga keamanan stasiun, beristirahat, memanfaatkan fasilitas stasiun, pulang. h. Atribusi Pengguna pada Setting Tertentu Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, terdapat beberapa atribusi pengguna pada setting tertentu baik yang sudah berjalan sesuai dengan fungsi ruang, maupun yang menyimpang dari yang seharusnya, diantaranya : 1. Calon Penumpang Kereta Api Data dan Informasi III.13

14 Calon penumpang di Stasiun Yogyakarta merupakan penumpang yang akan menggunakan moda transportasi kereta api yang memiliki berbagai tujuan baik kereta lokal maupun kereta jarak jauh. Calon penumpang kereta api ini juga berasal dari berbagai moda transportasi seperti kendaraan pribadi (motor, mobil) atau pun kendaraan umum (becak, transjogja, taksi). Bagi pengguna kendaraan pribadi dapat menggunakan fasilitas prakir yang telah tersedia di stasiun. Sedangkan untuk para pengguna kendaraan umum, dapat menggunakan area halte bus dan becak yang tersedia di sebelah pintu selatan dari Stasiun Yogyakarta. Gambar 3.6 Area Parkir Mobil (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Gambar 3.7 Area Parkir Motor Selatan (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Data dan Informasi III.14

15 Gambar 3.8 Area Parkir Motor Timur (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Terdapat dua buah pintu masuk dari Stasiun Yogyakarta, yaitu pintu selatan (Jalan Pasar Kembang) dan pintu barat (Jalan Margo Utomo). Saat ini pintu barat hanya dikhususkan bagi para calon penumpang kereta jarak jauh, sedangkan bagi calon penumpang kereta lokal, telah dialihkan ke area pintu selatan yang terletak di Jalan Pasar Kembang. Gambar 3.9 Pintu Masuk Selatan (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Gambar 3.10 Pintu Masuk Utara/Timur. (Sumber: ) Data dan Informasi III.15

16 Calon penumpang yang melewati pintu selatan sendiri, saat akan membeli tiket harus menuju bangunan reservasi yang terletak di sebelah barat pintu masuk selatan. Namun, saat ini antara gedung reservasi tiket dengan pintu masuk selatan masih terpisah, sehingga memberi ketidaknyaman apabila terdapat cuaca buruk. Gambar 3.11 Gedung Reservasi (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Bagi calon penumpang kereta api, telah dibedakan antara ruang tunggu kereta jarak jauh dan lokal. Bagi calon penumpang kereta lokal, area ruang tunggu yang tersedia terletak di sebelah pintu masuk selatan yang merupakan pintu masuk bagi kereta lokal. Sedangkan bagi calon penumpang kereta jarak jauh, dapat langsung mengakses pada ruang tunggu yang telah disediakan diarea hall Stasiun Yogyakarta. Gambar 3.12 Ruang Tunggu (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Data dan Informasi III.16

17 2. Eks-penumpang Kereta Api Gambar 3.13 Ruang Tunggu Kereta Lokal (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Eks-penumpang merupakan pengguna moda transportasi kereta api yang telah menggunakan kereta. Setelah sampai di Stasiun Yogyakarta, penumpang menuju pintu keluar yang telah disediakan oleh pihak stasiun. Pintu keluar stasiun terdapat di sebelah barat dan sebelah selatan stasiun. Gambar 3.14 Pintu Keluar Selatan (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Terdapat dua pintu keluar yang ada dibagian selatan. Pintu keluar pertama dapat digunakan oleh pengguna KA lokal atau pun jarak jauh. Pintu keluar ini berhubungan langsung dengan tempat parkir taksi. Data dan Informasi III.17

18 Gambar 3.15 Pintu Masuk dan Keluar KA Jarak Jauh Selatan (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Pintu keluar kedua merupakan pintu keluar dan pintu masuk khusus bagi penumpang KA jarak jauh. Pintu keluar dan masuk ini berhubungan akses dengan ruang tunggu kereta jarak jauh karena jalur ini merupakan jalur bawah tanah yang tidak melalui peron stasiun namun langsung mengakses ke ruang tunggu penumpang yang ada pada bagian bangunan utama stasiun. Gambar 3.16 Parkir Taksi (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Data dan Informasi III.18

19 Gambar 3.17 Parkir Becak (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) 3. Pengantar dan Penjemput Pengantar dan penjemput yang membawa kendaraan mengantarkan calon penumpang pintu ke area pintu masuk yang tersedia (pintu selatan dan barat). Bagi pengantar ataupun penjemput pada pintu masuk sebelah barat, tidak disediakan area parkir, sehingga saat ini pengantar atau penjemput hanya dapat melakukan aktifitas drop off penumpang. Sedangkan pada pintu masuk selatan, pengantar atau penjemput dapat memarkirkan kendaraan ditempat yang telah disediakan. Tidak tersedianya area ruang tunggu yang baik bagi pengantar dan penjemput membuat pengguna berdiri ataupun duduk di lantai di area pintu masuk selatan. 4. Pedagang Kios Pedagang kios merupakan salah satu pengguna di stasiun. Pedagang kios saat ini berjualan di area yang disediakan oleh pengelola stasiun yang terletak dekat ruang tunggu. Saat ini area kios masih terlihat bercampur dengan area ruang tunggu, sehingga pada saat frekuensi penumpang tinggi, terlihat berantakan. Data dan Informasi III.19

20 Gambar 3.18 Toko Stasiun (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Selain itu terdapat juga area berjualan yang ada diluar bangunan stasiun. Terdapat minimarket dan beberapa yang melayani jasa angkutan kereta api. Saat ini untuk jasa angkutan kereta api seperti motor ataupun barang barang yang besar tidak memiliki ruang penyimpanan khusus, sehingga diletakkan didepan yang langsung berhubungan dengan jalur pengguna kendaraan bermotor yang akan ke pintu masuk Stasiun Besar Yogyakarta. 5. Pengelola Stasiun Pengelola stasiun, seperti ruang kepala stasiun, ruang meeting, ruang staff, ruang administrasi, ruang perlengkapan, ruang announcer, dan ruang telepon antar stasiun memiliki ruangan ditengah bangunan stasiun di lantai Petugas / Karyawan Kereta Api Area Stasiun Yogyakarta merupakan induk dari DAOP 6 Yogyakarta, sehingga disini terdapat beberapa beberapa fasilitas DAOP 6 Yogyakarta sebagai penunjang kegiatan pelayanan KAI. 7. Petugas Keamanan Petugas keamanan yang mengatur dan menjaga keamanan tersebar di area Stasiun Yogyakarta. Petugas keamanan berasal dari TNI, Polisi Kereta Api dan Satpam. Petugas keamanan ini terbagi dibeberapa titik Data dan Informasi III.20

21 yaitu setiap pintu masuk dan emplasemen. Selain itu terdapat ruang istirahat dan ruang pantau bagi petugas keamanan. Gambar 3.19 Petugas Keamanan pada Pintu Keluar Stasiun (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Data dan Informasi III.21

22 3. Data Fisik Stasiun Besar Yogyakarta a. Eksisting Kawasan Stasiun Yogyakarta. Keterangan: 1 : Stasiun Besar Yogyakartaa 2 : Bengkel Kereta DAOP 6 3 : Pemutar Lokomotif 4 : Pengisi Bahan Bakar 5 : Rumah Penduduk 6 : Parkir Kendaraan 7 : Fasilitas Pengelola Kereta (Area Pengelola dan rumah dinas) Data dan Informasi III.22

23 1. Stasiun Besar Yogyakarta Bangunan Stasiun Yogyakarta telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya tipe B pada tahun 2007 yang ditetapkan berdasarkan nomor penetapan, PM.07/PW.007/MKP/2007. Penetapan bangunan tipe B ini mempengaruhi ketentuan pada pengembangan fasilitas dari stasiun Yogyakarta. Gambar Bangunan Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian Bengkel Kereta DAOP 6 Gambar Bangunan Bengkel DIPO Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian Bangunan ini merupakan salah satu fasilitas yang menempati kawasan stasiun Yogyakarta. Dibangun bersamaan dengan bangunan utama sejak tahun 1887 yang berfungsi sebagai bengkel kereta api. 3. Pemutar Lokomotif Gambar Pemutar Lokomotif Stasiun Yogyakarta Sumber. Google earth Data dan Informasi III.23

24 Pemutar lokomotif ini berfungsi sebagai alat pemutar lokomotif kereta api. Saat ini pemutar ini masih sering digunakan untuk memutar lokomotif kereta. 4. Pengisi Bahan Bakar Loko Gambar Bangunan Pengisi Bahan Bakar Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian Fasilitas ini berfungsi sebagai alat penghisi bahan bakar lokomotif yang menggunakan mesin deisel. Fasilitas ini digunakan oleh lokomotif yang ada dibawah DAOP 6 Yogyakarta. 5. Rumah Penduduk Gambar Rumah Penduduk dan PKL disekitas Stasiun Sumber. Google street saat ini, kawasan ini telah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman penduduk dan juga pedagang kaki lima disepanjang pinggir jalan Pasar Kembang. Hal ini mempersempit ruang dan mengurangi nilai fungsi ruang kawasan sebagai stasiun pelayanan transportasi kereta api. Data dan Informasi III.24

25 6. Parkir Kendaraan Gambar area parkir DIPO Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian Terdapat dua buah area parkir, area utara yang dicapai dari arah jl. Mangkubumi dan selatan dari jl. pasar kembang. Parkir sebelah utara hanya dgunakan oleh para pengguna kendaraan motor, sedangkan mobil ditempatkan pada parkir selatan, selain mobil di area ini juga menyediakan parkir kendaraan bermotor dan juga parkir bus bus pariwisata yang ada di kota Yogyakarta. 7. Fasilitas Pengelola Gambar Bangunan Pengelola Stasiun Yogyakarta Sumber. Dokumentasi Saktian Ini merupakan fasilitas yang tidak ada hubugannya dengan fasilitas pelayanan kereta, karena fasilitas ini merupakan fasilitas yang dibawahi oleh DAOP 6. b. Layout fasilitas Stasiun Yogyakarta Stasiun Besar Yogyakarta merupakan stasiun yang memiliki fasilitas seperti : 1. Fasilitas Pelayanan Penumpang Hall Loket tiket Toilet umum Data dan Informasi III.25

26 Mushola Kios Cafe Ruang Tunggu Peron Parkir Costumer Services 2. Fasilitas Administrasi R. Kepala Stasiun R. VIP R. Administrasi R. Perbendaharaan R. Pelayanan R. Rapat 3. Fasilitas Operasi R. PPKA R.Waslop R. Pengawas Umum Kereta R. Restorka Data dan Informasi III.26

27 Gambar 3.27 Layout Stasiun Yogyakarta Sumber : DAOP VI Yogyakarta, PT.KAI 4. Peron Stasiun Terdapat Sembilan jalur yang berada di Stasiun Yogyakarta, yaitu enam jalur langsir dan tiga jalur simpan. Jalur langsir digunakan untuk penumpang kereta, sementara jalur simpan digunakan untuk pergantian lokomotif. Peron yang berada di Stasiun Yogyakarta termasuk peron tinggi yang berukuran 1,2 meter dari kop rel dengan lebar meter. Panjang tiap peron terdiri dari Peron 1 : 194 m (lebar peron 2.8 meter) Peron 2 : 194 m (lebar peron 2.8 meter) Peron 3 : 213 m (lebar peron 5 meter) Peron 4 : 144 m (lebar peron 2.8 meter) Peron 5 : 286 m (lebar peron 2.8 meter) Peron 6 : 161 m (lebar peron 2.8 meter) Peron 7 : 110 m (lebar peron 2.8 meter) Data dan Informasi III.27

28 Gambar Peron 6 (utara) Stasiun Besar Yogyakarta (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) Gambar Peron 3 (selatan) Stasiun Besar Yogyakarta (Sumber: Dokumentasi Saktian. 2015) C. RENCANA PEMERINTAH TERKAIT STASIUN YOGYAKARTA 1. Draft TOR Revitalisasi Stasiun Yogyakarta dan Pedestrian Malioboro Menurut TOR yang dikeluarkan oleh Bappenas pada 2010 tentang revitalisasi Stasiun Yogyakarta dan Malioboro, revitalisasi akan dilaksanakan pada Stasiun Besar Yogyakarta ini bertujuan untuk memanfaatkan lahan kosong yang tersedia di kawasan stasiun yang ditujukan untuk menunjang kegiatan transportasi publik dikawasan malioboro dan penambahan fungsi terkait potensi yang dimiliki Yogyakarta sebagai kota destinasi pariwisata dan ekonomi. Peruntukan lahan pada Revitalisasi Stasiun Yogyakarta yang diajukan adalah sebagai : a. Pengembangan Stasiun dan Area Komersial didalamnya b. Retail dan Ruko c. Hotel d. Apartemen Data dan Informasi III.28

29 e. City Park Gambar Rencana Peruntukan Lahan pada Revitalisasi Stasiun Yogyakarta dan Pedestrian Malioboro. Sumber. oleh Bappenas 2. Rencana Jangka Panjang Perusahaan PT. KAI Berdasarkan RJPP PT. KAI tahun dimana PT. KAI memiliki Strategi Pengembangan Usaha yaitu : a. Pengembangan Angkutan Penumpang Volume penumpang kereta api di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) menunjukkan tren pertumbuhan rata-rata 8% sejak tahun 2012 dan Pada periode tahun , volume angkutan penumpang mengalami penurunan tetapi kembali meningkat pada periode dan mencapai 279,52 juta penumpang pada tahun PT. KAI memprediksikan bahwa nantinya pada tahun 2018 penumpang yang diangkut mencapai 478,08 juta penumpang. Data dan Informasi III.29

30 Gambar Proyeksi Penumpang Sumber. Annual Report PT.KAI 2014 Berdasarkan data diatas, PT. KAI melakukan strategi seperti ada peningkatan kualitas pelayanan pelanggan, optimalisasi tarif (pricing strategy), penambahan rute-rute baru serta mengembangkan KA jarak menengah dan angkutan komuter Jabodetabek dan KA Bandara untuk meningkatkan layanan angkutan penumpang. b. Pengembangan Angkutan Barang Volume angkutan barang mulai mengalami pertumbuhan sejak tahun 2011 sejalan dengan berbagai inisiatif strategis Perseroan untuk mendorong kinerja segmen bisnis angkutan barang. Pada 2009 volume barang yang diangkut mencapai 19,01 juta ton dan relatif stagnan pada 18,95 juta ton di tahun Tetapi sejak 2011 hingga 2013, volume angkutan barang mulai tumbuh dan mencapai 24,71 juta ton pada tahun 2013 atau naik 12% dari tahun 2012 sebesar 22,09 juta ton. Angkutan barang berasal dari angkutan batu bara, peti kemas, bahan bakar minyak (BBM), semen, curah dan perkebunan, general cargo dan BHP serta komoditas lainnya. Dari perhitungan prognosa, angkutan barang berkontribusi sebesar 43% terhadap total pendapatan operasional Perseroan pada tahun Sasaran strategis Perseroan telah menargetkan peningkatan kontribusi pendapatan dari angkutan barang secara bertahap hingga mencapai 60% Data dan Informasi III.30

31 melalui investment initiatives yang sudah dilakukan studi kelayakannya, yakni Poyek Ten dan Proyek Fifty. c. Pengembangan Aset Properti Untuk kepentingan pengembangan aset properti (aset non produksi), Perseroan fokus untuk meningkatkan penguasaan aset melalui program sertifikasi tanah dan program penyelesaian kasus-kasus besar terkait kepemilikan aset tanah KAI. Dengan kedua program ini diharapkan asetaset properti Perseroan yang berstatus clean and clear semakin banyak sehingga memberikan keleluasaan untuk pemanfaatan dan pengembangannya. Perseroan menetapkan tiga metode pengembangan aset properti, yaitu: Pengembangan properti melalui investasi dari sumber dana internal. Pengembangan properti melalui sinergi dengan anak perusahaan. Pengembangan properti bekerja sama dengan mitra bisnis BUMN (sinergi BUMN) dan swasta. Dalam jangka pendek, stasiun-stasiun besar akan dikembangkan menjadi pusat bisnis yang melayani berbagai keperluan para pengguna (traveller) kereta api. Sedangkan stasiun-stasiun yang melayani angkutan perkotaan seperti komuter Jabodetabek dikembangkan sebagai kawasan park and ride, dimana penumpang dapat menitipkan kendaraan pribadinya di lokasi parkir yang aman yang disediakan di lingkungan stasiun dan melanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan dengan kereta api. Dalam jangka panjang, stasiun-stasiun besar yang memiliki area lahan relatif luas akan dikembangkan sebagai kawasan bisnis terpadu dengan konsep transit oriented development yang menitikberatkan keterkaitan antara transportasi publik dengan fungsi kawasan (landuse). Sedangkan untuk area lahan di luar kawasan operasional kereta api direncanakan pengembangan untuk pembangunan hotel dan/atau area komersial dalam 5 tahun ke depan. Data dan Informasi III.31

32 3. Rencana Induk Perkeretaapian Nasional Pemerintah melalui Kementrian Perhubungan mengeluarkan rencana induk perkeretaapian nasional yang tertera pada Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Perkeretaapian Nasional dimana pada tahun 2030 pemerintah memiliki target untuk mewujudkan layanan transportasi perkeretaapian yang memiliki pangsa pasar penumpang sebesar 11% - 13 % dan barang sebesar 15% - 17% dari keseluruhan layanan transportasi nasional. Target tersebut diikuti oleh beberapa cara dan perkiraan yang dilakukan demi memenuhi target yang dicanangkan pemerintah. a. Prakiraan Perpindahan Penumpang Nasional Tabel 3.6 Tabel Perkiraan Perjalanan Kereta Api Sumber. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Perkeretaapian Nasional Berdasarkan data yang dikeluarkan bahwa dominasi perjalanan masih terdapat di pulau Jawa. Sedangkan secara khusus perkiraan di pulau jawa dimana di Yogyakarta memiliki perkiraan penumpang sebannyak orang dan barang. b. Pemenuhan Kebutuhan Prasarana Perkeretaapian Nasional Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana nasional, strategi yang dilaksanakan yaitu: Rencana pengembangan jaringan di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Madura dan Batam. Pengembangan Teknologi dan Industri Prasarana Perkeretaapian. Investasi Prasarana Perkeretapian. Data dan Informasi III.32

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Kereta Api Prambanan Ekspres 1. Sejarah Kereta Api Prambanan Ekspres Cikal bakal kereta komuter yang melayani rute Yogya-Solo telah beroperasi sejak tahun 1960-an hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api saat ini merupakan salah satu moda transportasi pilihan utama sebagian masyarakat di Indonesia untuk bepergian. Dengan sistem yang dibangun saat ini oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan moda transportasi berbasis rel ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan moda transportasi berbasis rel ini untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan layanan publik sektor perkeretapian adalah prioritas pembangunan transportasi nasional di masa mendatang. Pemerintah terus menggalakkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan I.1. Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan I.1. Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Revitalisasi Stasiun Besar Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual B. DEFINISI JUDUL DAN PEMAHAMAN DALAM LINGKUP ARSITEKTUR 1. Definisi 1. Revitalisasi Revitalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu dibutuhkan manusia. Transportasi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Adisucipto yang berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan bandar udara yang digunakan sebagai bandara militer dan bandara komersial untuk penerbangan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Banyak perangkatperangkat yang dibuat maupun dikembangkan sesuai bidangnya masing-masing. Perangkat tersebut digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG A. PEMAHAMAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG Pengembangan Stasiun Pemalang merupakan suatu proses atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surakarta adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Nama lainnya adalah Solo atau Sala. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

moda udara darat laut

moda udara darat laut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Moda Moda adalah pengelompokan berbagai jenis transportasi dengan memperhatikan medium (tempat berjalan) serta kesamaan sifat-sifat fisiknya. Dengan adanya pengelompokan

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN TERMINAL kelancaran mobilitas keterpaduan intra dan

Lebih terperinci

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT 3.1. Tinjauan Umum Kota Administrasi Jakarta Pusat 3.1.1. Kondisi Administrasi Potensi Jakarta Pusat secara administratif terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan identik dengan fungsi sebagai tempat pelayanan, baik perdagangan maupun jasa. Hal ini membuat perkotaan menjadi tempat utama masyarakat beraktivitas setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi sangat penting dan sangat diperlukan dalam kehidupan yang serba modern ini. Berdasarkan kepemilikan transportasi, transportasi dapat dibagi menjadi dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (atau Jogja, Yogya, Jogjakarta, Yogyakarta) dan sering kali disingkat DIY, adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Oleh : Puti Laras Kinanti Hadita, Indriastjario,Agung Dwiyanto Stasiun Sudimara (SDM) adalah stasiun kereta api kelas III yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan

Lebih terperinci

Jadwal Tiket Kereta Api (KA) Ekonomi, Ekonomi AC, Bisnis, Executive 2014 (per April 13)

Jadwal Tiket Kereta Api (KA) Ekonomi, Ekonomi AC, Bisnis, Executive 2014 (per April 13) Jadwal Tiket Kereta Api (KA) nomi, nomi AC, nis, Executive 2014 (per April 13) Surabaya-(Malang)-Madiun-Solo-(Semarang)-Yogyakarta-Purwokerto-Jakarta Nama KA STA Awal Madiun Solo (SMG) JOGJA Kutoarjo Kroya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dampak dari laju pertumbuhan ekonomi yang pesat di berbagai kota besar di Indonesia khususnya di Kota Yogyakarta, mengakibatkan laju pertumbuhan urbanisasi yang tinggi

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA

BAB III TINJAUAN DATA BAB III TINJAUAN DATA Dalam bab ini berisi tentang pemaparan lokasi yaitu Kabupaten Pemalang dan pemaparan mengenai kondisi eksisting Stasiun Pemalang serta evaluasi terhadap Stasiun Pemalang sebagai objek

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS Ika Setiyaningsih 1, Renaningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang menyediakan jasa transportasi bagi manusia dan barang. Sejalan dengan pembangunan yang semakin pesat dewasa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai BAB II GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Bab dua berisi sejarah serta perkembangannya, visi, misi, struktur organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Stasiun Senen 3.1.1. Data Fisik Stasiun Senen Stasiun Pasar Senen atau disebut juga dengan stasiun senen terletak di kecamatan senen pusat, berada

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap dan tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di dalamnya, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan penting terhadap kehidupan manusia dalam mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan. Maka dari itu perusahaan mencari SDM yang. berkualitas dan profesional untuk mendukung sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan. Maka dari itu perusahaan mencari SDM yang. berkualitas dan profesional untuk mendukung sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam kegiatan perekonomian, karena SDM dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan

Lebih terperinci

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI

Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Makalah Kreatif Fundamental Inovasi PT KAI Kelompok : Infinity Muchammad Hatta Z. 44316110066 Martha Hasibuan 44316110047 Muhamad Resya 44316110093 Radhiatul Mardhiah 44316110053 Syofatila Meidi 44316110035

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. : PT Kereta Api Indonesia (Persero) : Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. : PT Kereta Api Indonesia (Persero) : Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Identitas Perusahaan Nama Perseroan : PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bidang Usaha : Pelayanan Jasa Transportasi Perkeretaapian Status Perusahaan : Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta adalah Ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta 2005-2025,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia Persero Laporan Tahunan PT. Kereta Api Indonesia

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API SOLO- BALAPAN DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL DAN HOTEL BINTANG TIGA DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2029 telah tertuang rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pergerakan manusia dan barang, meningkatnya ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh sistem transportasi yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa (DIY) dikenal akan kekayaan pesona alam dan budaya. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal tidak hanya di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA Oleh: Imran Rasyid, dkk Penulis Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Jalan utama di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Perkeretaapian di Indonesia terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya (Utomo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandara Adisucipto adalah bandar udara yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Semula Bandara Adisucipto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Umum Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini," ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 2015 ini, ujar Andi G Wirson. Hal tersebut menandakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang General Manager PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Adisutjipto Andi G Wirson mengatakan tren penumpang angkutan udara di DIY pada tahun 2015 cenderung dikisaran rata-rata

Lebih terperinci

Jadwal Tiket Kereta Api (KA) Ekonomi, Ekonomi AC, Bisnis, Executive 2014 (per April 13)

Jadwal Tiket Kereta Api (KA) Ekonomi, Ekonomi AC, Bisnis, Executive 2014 (per April 13) Jadwal Tiket Kereta Api (KA) nomi, nomi AC, nis, Executive 2014 (per April 13) Surabaya-(Malang)-Madiun-Solo-(Semarang)-Yogyakarta-Purwokerto-Jakarta Nama KA STA Awal Madiun Solo (SMG) JOGJA Kutoarjo Kroya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Orisinalitas... ii Halaman pengesahan... iii Abstrak... iv Halaman Publikasi... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA

BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA BAB III TINJAUAN UMUM PT KERETA API INDONESIA III.1 Sejarah Perusahaan Perkereta apian di Indonesia bermula dengan dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km antara stasiun Kemijen dan Tanggung di Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memiliki banyak obyek wisata. Kota Yogyakarta terkenal dengan kebudayaan yang sangat khas

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transit oriented development (TOD) merupakan konsep yang banyak digunakan negara-negara maju dalam kawasan transitnya, seperti stasiun kereta api, halte MRT, halte

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN WILAYAH

BAB 4 TINJAUAN WILAYAH BAB 4 TINJAUAN WILAYAH 4.1 Tinjauan Wilayah 4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Istimewa Yogyakarta Yogykarta yang lebih dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata telah berkembang pesat selama dua dekade terakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta)

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta) PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan masalah kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi kemacetan tersebut, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi perkotaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini. Perkembangan moda transportasi pribadi yang semakin pesat,ternyata berbanding

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci