GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1"

Transkripsi

1 GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Bagi polisi lalu lintas yang bekerja ditempat dengan polusi yang tinggi sangatlah berbahaya terhadap kesehatan. Gangguan fungsi paru ini sangat rentan dialami oleh polisi karena paparan zat-zat polutan yang berasal dari gas buangan bermotor yang lewat dari partikel debu. Untuk Mengetahui Gambaran Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kapsitas Paru Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo adalah menggunkan Metode Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling. Sampel yang digunakan adalah petugas polisi lalu lintas yang berjumlah 35 orang. Data penelitian diambil dari observasi panduan wawancara dengan kusioner dan pemeriksaan kapasitas paru dengan menggunakan alat spiro ball. Hasil penelitian kapasitas paru normal pada kelompok umur terdapat 25 orang dan pada kelompok umur orang Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok terdapat 4 orang,pada kelompok umur terdapat terdapat 2 orang.petugas polisi lalu lintas yang memiliki kapasitas paru normal dengan jam kerja 8 jam berjumlah 29 orang sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu 6 orang.petugas polisi lalu lintas yang memiliki kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok 21 orang dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok 8 orang. Petugas Polisi lalu lintas yang memiliki kapasitas paru normal dengan masa kerja 5 Tahun terdapat 3 orang dan > 5 Tahun terdapat 26 orang sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal dengan masa kerja 5 Tahun terdapat 1 orang dan > 5 Tahun terdapat 5 orang. Kesimpulnya terdapat kapasitas paru tidak normal yang paling banyak pada faktor berdasarkan Jam Kerja 8 jam/hari 6 orang dan masa kerja > 5 Tahun 5 orang. Saran, Bagi petugas polisi lalu lintas diharapkan untuk dapat memperhatikan kesehatan terutama pada gaya hidup yang sehat dan bersih. Kata Kunci : Faktor Risiko, Kapasitas Paru, Petugas Polisi Lalu Lintas 1 Tian Bapino Mahasiswa Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Hj Rama P Hiola Dra, M.Kes dan dr. Sri Manovita Pateda, M.Kes Dosen Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

2 Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan dipihak lain hal ini sering menggangu pernafasan atau gangguan fungsi paru. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menggangu kenyaman kerja, gangguang fungsi faal paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Debu juga dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (Kumendong K, Rattu J, Kawatu P, 2011). Gangguan fungsi paru rentan dialami oleh polisi lalu lintas, karena paparan zat-zat polutan yang berasal dari gas buangan kendaraan bermotor yang lewat dan pertikel-partikel debu yang ada di lingkungan sekitar dan dalam keadaan macet polisi lalu lintas diwajibkan melaksanakan tugasnya dalam menjaga keamanan dan mengatur lalu lintas. Oleh kareana itu dalam bertugas polisi lalu lintas biasanya menggunakan masker untuk menghindari risiko terjadinya gangguang faal paru (Nurbiantara, 2010) Penelitian yang dilakukan Setiawan tahun 2010 yang berjudul Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru Pada Polantas ia menjelaskan bahwa ada pengaruhu polusi udara terhadap fungsi paru pada polisi lalu lintas dengan odds ratio sebesar 6,64 dan Confidence Interval 1,43-22,28. Berdasarkan survei awal di kantor satlantas semua petugas polisi lalu lintas ini berjumlah 35 orang, Untuk jam kerja mereka di mulai di pagi hari mulai pukul , pada siang hari selesai 2.1 (selesai suiping) dari pukul dan sere hari dari pukul Mereka bertugas di setiap perempatan di wilayah Kota Gorontalo yang tempatnya sangat ramai. Kemacetan ini sering terjadi pada pagi hari saat beraktivitas pada waktu kerja dan masuk sekolah, pulang kerja dan pulang sekolah. Petugas polisi lalu lintas yang bekerja sudah melebihi nilai ambang batas masa kerja 5 tahun, oleh karena itu sangat rentan pengaruhnya terhadap masalah-masalah kesehatan yang akan dialami oleh pekerja, apa lagi Kebiasaan pekerja yang belum mengetahui manfaat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dapat berakibat pada penumpukan debu, dan polusi yang terhirup dalam paru-paru pekerja sehingganya dalam jangka waktu tertentu dapat mempengaruhi Kapasitas Paru,Polisi Lalu Lintas yang

3 nantinya akan berdampak pada kondisi kesehatan. Dan diketahui hampir seluruh petugas perokok aktif, dalam sehari mereka dapat menghabiskan lebih dari 10 batang, seperti diketahui untuk kebiasaan merokok jika dalam sehari mengisap lebih dari dua batang maka akan mempengaruhi kapasitas paru. Akibat dari terpapar oleh sisa zat polutan pembuangan gas kendaraan dan debu ini ada yang sesak nafas, bersin, batuk sehingga dada terasa nyeri. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas terhadap paparan pencemaran dan debu karena saluran pernafasan merupakan salah satu bagian yang paling muda terpapar oleh bahan-bahan yang muda terhirup yang terdapat di lngkungan. Sehingga ada antisipasi untuk menghindar dari keterpaparan langsung. Berdasarakan latar belakang di atas saya melakukan penelitian tentang Gambaran Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru Pada Polisi Lalu Lintas di Kota Gorontalo, Guna mengetahui pengaruh dari faktor tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk Mengidentifikasi faktor risiko yang mempengaruhi Kapasitas Paru pada Polisi Lalu Lintas di Kota Gorontalo METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Satlantas Kota Gorontalo. dilaksanakan pada tanggal 10 sampai 25 desember Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian seluruh Polisi Lalu Lintas Bagian patroli di kota gorontalo dengan jumlah 35 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan total sampling. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis univariat Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Univariat yaitu bertujuan untuk melihat gambaran atau distribusi responden pada variabel yang diteliti.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil univariat 1. Umur Responden Umur Responden 17% 83% Gambar 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Berdasarkan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan kelompok umur berjumlah 29 orang ( 83%), kelompok umur berjumlah 6 orang (17%). 2. Jam Kerja Jam Kerja Responden 26% 74% 8 jam > 8 Jam Gambar1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa responden dengan jam kerja 8 jam berjumlah 26 orang (74 %), sedangkan dengan jam kerja > 8 jam berjumlah 9 orang (26%). Dalam melaksanakan tugas dimulai dari pagi hari pada pukul , setelah itu mulai pukul sampai dengan selesai. Akan tetapi beberapa petugas pulang lebih awal.

5 3. Masa Kerja Masa Kerja Responden 26% 74% 5 Tahun > 5 Tahun Grafik 1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Berdasarkan Grafik 4.3 dapat dilihat bahwa responden dengan masa kerja 5 tahun berjumlah 30 orang (74%) sedangkan > 5 tahun 5 orang (26%). Dimana masa kerja 5 tahun ini terdapat pada umur tahun. 4. Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok Responden 34% 66% Merokok Tidak Merokok Gambar 1.4 Distribusi Respondenen Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Berdasarkan Grafik 4.4 dapat dilihat bahwa responden dengan kebiasaan merokok sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 23orang (66%) sedangkan yang tidak merokok berjumlah 12 orang (34%).

6 1. Gambaran Kapasitas Paru Polisi Lalu Lintas Tabel 1.1 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Kapasitas paru Jumlah (n) Persentase (%) Normal 29 82,8 Tidak Normal 6 17,2 Sumber : Data Primer 2014 JUMLAH ,0 Tabel 4.1 menunjukkan gambaran kapasitas paru dari seluruh sampel. Dari tabel distribusi frekuensi kapasitas paru petugas polisi lalu lintas di Kota Gorontalo di atas dapat diketahui bahwa dari 35 Sampel, Kapasitas paru kategori Normal sebanyak 29 responden (82,8%) Sedangkan Kapasitas Paru kategori Tidak Normal sebanyak 6 responden (17,2%). Gambaran Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru 2. Faktor Risiko Umur Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 1.2Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Kelompok Umur Kapasitas paru Kelompok Umur Jumlah Normal Tidak Normal (Tahun) n % n % n % (Tidak Berisiko) 25 71,4 4 11, , (Berisiko) 4 11,4 2 5,8 6 17,2 JUMLAH 29 82,4 6 17, ,0 Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.2 menunjukkan gambaran umur dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada kelompok umur terdapat 25 orang (71,4%), dan pada kelompok umur orang (11,4%). Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur terdapat terdapat 2 orang (5,8%).

7 3. Faktor Risiko Jam Kerja Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.3 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Jam Kerja Kapasitas paru Jumlah Normal Tidak Normal Jam Kerja n % n % n % Tidak Berisiko ( 8 Jam) 29 82,8 6 17, ,0 Berisiko (>8 jam) JUMLAH 29 82,8 6 17, ,0 Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.3 menunjukkan gambaran jam kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada jam kerja 8 Jam terdapat 29 orang (82,8%) sedangkan kapasitas paru tidak normal terdapat 6 orang (17,2%) 4. Faktor Risiko Kebiasaan Merokok Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.4 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Kebiasaan Merokok Kapasitas paru Kebiasaan Merokok Normal Tidak Normal Jumlah n % n % n % Berisiko (Merokok) , ,6 Tidak Berisiko (Tidak Merokok) 8 22,8 3 8, ,4 JUMLAH 29 82,8 6 17, ,0 Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.4 menunjukkan gambaran kebiasaan merokok dari seluruh sampel. Dapat dilihat kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok terdapat 21 orang (60%), dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 8 orang (22,8%). Sedangkan memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu pada kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%) dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%).

8 5. Faktor Risiko Masa Kerja Responden Terhadap Kapasitas Paru Tabel 4.5 Gambaran Distribusi Kapasitas Paru Petugas Polisi Lalu Lintas Di Kota Gorontalo Di Tinjau Dari Masa Kerja Kapasitas paru Masa Kerja Jumlah Normal Tidak Normal (Tahun) n % n % n % Tidak Berisiko ( 5 Tahun) 3 8,6 1 2,8 4 11,4 Berisiko (>5 Tahun) 26 74,2 5 14, ,4 Jumlah Sumber : Data Primer 2014 Tabel 4.5 menunjukkan gambaran masa kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang memiliki kapasitas paru normal pada masa kerja 5 terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal pada masa kerja 5 terdapat 1 orang (2,8%) dan > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%). Pembahasan Hasil penelitian pada tabel diatas sebagian besar petugas polisi lalu lintas yang merupakan responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah responden 35 orang. Untuk penelitian ini diambil seluruh jumlah populasi Dari hasil penelitian mengenai gambaran faktor risiko yang mempengaruhi kapasitas paru diketahui bahwa petugas yang mengalami gangguan kapasitas paru tidak normal lebih sedikit dibandingkan dengan yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian mengungkapkan bahwa 67,2 % yang memiliki kapasitas paru normal pada penelitian pekerja bengkel Las. Dan penelitian Trisnawati (2007) dalam penelitian pada tukang ojek di kabupaten semarang terdapat 63,7% yang memiliki kapasitas paru normal. Dikarenakan kondisi lingkungan masih tergolong baik dan dengan gaya hidup mereka yang sehat. Di lihat dari grafik 4.1 bahwa jumlah responden kelompok umur paling banyak berusia tahun terdapat 83% di bandingkan dengan umur tahun hanya 17%. Pada Hasil Tabel 4.1 Dapat dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada kelompok umur tidak berisiko terdapat 25 orang (71,4%),

9 dan pada kelompok umur berisiko orang (11,4%). Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa pada umur yang berisiko ini masih terdapat kapasitas paru normal, sedangkan yang kita ketahui bahwa semakin bertambah usia maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan fungsi ini. Ini karenakan bahwa pada faktor umur ini masih dapat dikendalikan. Dan untuk umur tahun ini 6 : 4 lebih besar memiliki kapasitas paru normal dibandingkan dengan umur tahun. Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur terdapat terdapat 2 orang (5,8%). Pada kapasitas paru tidak normal masih terdapat pada kelompok umur yang tidak berisiko tahun hal ini karena memang faktor usia memiliki kosntribusi terhadap kapasitas paru karena fungsi pernafasan dan sirkulasi darah meningkat pada masa anak-anak dan mencapai maksimal pada umur tahun. Kemudian akan menurun lagi sesuai dengan pertambahannya umur. Hal ini sejalan dengan penelitian Irwan bahwa umur tidak berkontribusi terhadapat terjadinya gangguan fungsi, dan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur maka kemampuann organ tubuh akan mengalami penurunan secara alamiah termasuk pada gangguang fungsi paru. Karena msih ada faktor lain yang mempengaruhi gangguan fungsi paru atau kapsitas paru tidak normal. Pada grafik 4.2 menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak terdapat pada jam kerja 8 jam 74% dibandingkan dengan jam kerja < 8 jam. 26%. Dengan hasil Tabel 4.2 menunjukkan gambaran jam kerja dari seluruh sampel dilihat yang mempunyai kapasitas paru normal pada jam kerja 8 Jam terdapat 29 orang (82,8%) sedangkan kapasitas paru tidak normal terdapat 6 orang (17,2%). Pada jam kerja berisiko ini 3 kali akan terjadi kapasitas paru tidak normal. Lama kontak adalah lama seseorang bekerja setiap harinya (dalam satuan jam) dan beberapa hari dalam seminggu (dalam satuan hari), sehingga semakin lama jam kerja maka orang tersebut akan mempengaruhi fungsi paru atau terjadi kapasitas paru tidak normal ( Indah, 2012). Hasil penelitian Mengkidi (2006), lama paparan berkaitan dengan jumlah jam kerja yang dihabiskan pekerja di area

10 kerja. Semakin lama menghabiskan waktu untuk berja maka semakin terjadi kemungkinan terjadi kapasitas paru. Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa hampir semua petugas. 66% memiliki kebiasaan merokok dan 34% tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil Tabel 4.3 menunjukkan gambaran kebiasaan merokok dari seluruh sampel. Dapat dilihat kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok terdapat 21 orang (60%), dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 8 orang (22,8%). Sedangkan memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu pada kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%) dan tidak memiliki kebiasaan merokok terdapat 3 orang (8,6%). Akan tetapi dari penjelasan tersebut dapat dilihat yang memiliki kebiasaan merokok dan mempunyai kapasitas paru normal lebih banyak dari pada dibandinkan dengan yang tidak normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Donald bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengn kapasitas paru pada penelitian pekerja CV Sinar Mandiri. Pada penjelasan diatas petugas yang tidak memiliki kebiasaan merokok mengalami kapasitas paru tidak normal, dimana untuk responden yang memiliki kebiasaan merokok ini akan memiliki 3 kali terjadinya kapasitas paru tidak normal. Disini terbukti bahwa asap rokok dapat membahayakan kesehatan. Karena asap rokok memberikan efek negatif terhadap kesehatan. Kegiatan dalam mengisap lebih dari dua batang perhari akan mempercepat penurunan faal paru, merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Pengaruh asap rokok dapat dilihat lebih besar dari pengaruh paparan debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh rokok (Depkes RI, 2003). Hasil penelitian Mengkidi (2006), pekerja yang perokok dan berada dilingkungan yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernafasan dibandingkan dengan pekerja berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok. Tabel 4.4 menunjukkan gambaran masa kerja dari seluruh sampel. Dapat dilihat yang memiliki kapasitas paru normal pada masa kerja 5 tahun terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Dilihat dari hasil tersebut bahwa pada msa kerja > 5 tahun masih terdapat kapasitas paru normal yang

11 artinya untuk masa kerja ini belum bisa dikatakan mempengaruhi kapsitas paru, kerana masih ada 2 kali akan terjadi kapasitas paru normal. Sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal pada masa kerja 5 terdapat 1 orang (2,8%) dan > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%). Hal ini sejalan dengan Trisnawati menyatakan bahwa tidak da hubungan bermakna antara lama bekerja dengan kapasitas paru dalam penlitinya dikarenakan ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi penurunana fungsi paru. Dan pada teori David et al menyatakan bahwa lamanya paparan polusi udara yang dapat menurunkan kapasitas vital paru dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun. Akan tetapi berbeda dengan hasil penelitian Satri dan Kumaidah (2012) bahwa masa kerja menentukan lama paparan seseorang terhadap faktor risiko kapasitas paru.semakin lama masa kerja semakin kemungkinan mendapatkan faktor risiko terjadi kapasitas paru. Dari hasil penelitian servey lapangan di dapatkan sebagian besar rutin mengikuti olahraga tiap minggu karena itu di anjurkan oleh KASAT Kota Gorontalo, Kapasitas paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang menjalankan olahraga. Beroalahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru sehingga banyak menyebabkan semua kapiler paru mendapatkan perfusi maksimum. Hal ini menyebabkan oksigen dapat berdifusi kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Olahraga mempunyai sepuluh unsur pokok kesegaran jasmani salah satu unsur tersebut adalah fungsi pernapasan. Olahraga sebaiknya dilakukan minimal tiga kali seminggu (Guyton dan Hall, 2008). Olah raga secara rutin dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik yang optimal. Pada orang yang malakukan olahraga rutin selama beberapa bulan akan terjadi perbaikan pernafasan. Perbaikan ini terjadi karena menurunya kadar laktat darah yang seimbang dengan pengurangan gangguan oksigen oleh jaringan tubuh. Olahhraga akan mempengaruhi organ sedemikian rupa sehingga kerja lebih efisien. Ketika seseoranga melakukan olahraga otot, dada bergerak lebih maksimal sehingga paru-paru dan otot dinding dada menjadi elastis dan nilai kapasitas vitas paru meningkat (Madiana, 2007).

12 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan faktor risiko yang mempengaruhi kasitas paru pada polisi lalu lintas yang khusunya pada petugas polisi lalu lintas di bagian patrol yang dilihat dari Umur, Jam Kerja, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja dapat disimpulkan : 1. kapasitas paru normal pada kelompok umur terdapat 25 orang (71,4%), dan pada kelompok umur orang (11,4%). Sedangkan kapasitas paru tidak normal yaitu pada kelompok terdapat 4 orang (11,4%), pada kelompok umur terdapat terdapat 2 orang (5,8%). 2. Petugas polisi lalu lintas yang memiliki kapasitas paru normal dengan jam kerja 8 jam berjumlah 29 orang (82,8%) sedangkan yang memiliki kapasitas paru tidak normal yaitu 6 orang (17,2%). 3. Petugas polisi lalu lintas yang memiliki kapasitas paru normal dengan kebiasaan merokok 21 orang (60%), dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok 8 orang (22,8%). Sedangkan untuk kapasitas paru tidak normal yang memiliki kebiasaan merokok 3 orang (8,6%) dan tidak merokok 3 orang (8,6%). 4. Petugas Polisi lalu lintas yang memiliki kapasitas paru normal dengan masa kerja 5 Tahun terdapat 3 orang (8,6%) dan > 5 Tahun terdapat 26 orang (74,2%). Dan tidak normal pada masa kerja 5 Tahun terdapat 1 orang (2,8%) sedangkan masa kerja > 5 Tahun terdapat 5 orang (14,2%). Saran 1. Petugas yang memiliki kapasitas paru tidak normal (Ada Gangguan) perlu adanya pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan secara periodik sehingga bias menanggulangi gangguan kesehatan 2. Petugas yang memiliki kapasitas paru normal lebih giat lagi untuk menjalankan pola hidup sehat terutama rutin untuk melakukan olahraga agar paru-paru kita sehat.

13 DAFTAR PUSTAKA Budiono Irwan, Faktor risiko gangguan kapasitas pari pada pekerja pengecetan mobil. (studi pada bengkel pengecetan mobil di Kota Semarang). Universitas Diponigoro Semarang. Kumendong K, Ratu J, kawatu P, Hubungan Antara Lama Paparan Dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industry Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung. Jurnal Universitas Negeri samratulangi manado. //http/ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/downloadd/77/73 di akses 13 september 2013 Mila S, Hubungan antara masa kerja pemakaian masker pada tenaga kerja bagian pengamplasan dengan kapasitas fungsi paru PT. Accent Home Rancangan Jepara. Semarang: Unnes Nurbiantara, Pengaruh polusi udara terhadap fungsi paru pada polisi lalu lintas di Surakarta. Skripsi : Fakultas Kedokteran Di akses 15 september 2013 Trisnawati, Faktor Yng berhubungan dengan kapasitas vital paru tukang ojek di alun-alun. Prasetyo Dian. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pekerja bengkel las di pisangan ciputat tahun Program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri atas beberapa bagian, satuan fungsi dan seksi yaitu : Bag Ops, Bag Ren, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Polres Gorontalo Kota merupakan instansi yang berperan aktif dalam administrasi pemerintahan, pembangunan dan pemasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1 KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1 Olvina Lusianty Dagong. 811410088. Kapasitas Faal Paru Pada Pedagang Kaki Lima. Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah. 1 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia novaliaabdullah@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen (O 2 ) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme dalam tubuh.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang BAB V PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini semua berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Pada keadaan normal, sebagian besar udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058 Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara

Lebih terperinci

Kata kunci : Lama bekerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Kebiasaan merokok, Kapasitas Vital Paru (KVP).

Kata kunci : Lama bekerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Kebiasaan merokok, Kapasitas Vital Paru (KVP). Hubungan antara Lama Bekerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resort Kota Manado Relations Between Years

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan aktifitas seseorang

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN BATU PT.SINAR KARYA CAHAYA TAHUN 2013 DI DESA BOTUBULOWE KECAMATAN DUNGALIYO Yulita Pau. 811409101. Gambaran Kapasitas Paru Pada Tenaga Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal maupun informal mampu menyerap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015 ABSTRAK Reza Eka Putra, Dwita Anastasia Deo, Dyah Gita Rambu Kareri Bekerja di industry

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen

BAB I PENDAHULUAN. sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali, saat ini telah menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu alasan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung Donald J.W.M Kumendong*, Joy A.M Rattu*, Paul A.T Kawatu* * Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan kapasitas teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era industrialisasi di Indonesia kini telah memasuki masa dimana upaya swasembada bahan pokok sangat diupayakan agar tidak melulu mengimpor dari luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Usaha peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk peternakan (melakukan pemeliharaan ternak) dengan tujuan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor industri informal dan formal. Banyak industri kecil dan menengah harus bersaing dengan industri besar,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, debu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan. Industri menimbulkan polusi udara baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri mengubah pola penyakit yang ada di masyarakat khususnya bagi pekerja. Pekerja menghabiskan sepertiga waktunya tiap hari di tempat kerja dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penambangan kapur tradisional yang terletak secara administratif di Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PAPARAN POLUSI UDARA DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS DI TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA

PENGARUH PAPARAN POLUSI UDARA DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS DI TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA PENGARUH PAPARAN POLUSI UDARA DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP FUNGSI PARU PADA SOPIR BUS DI TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA

Lebih terperinci

Lampiran No. 4 UJI EXPERT Kuesioner Gambaran Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri No Masker pada Pekerja Industri mebel Pertanyaan 1 Kanker paru dan asma adalah beberapa penyakit paru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional baik di sektor tradisional maupun modern, khususnya pada masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April 2013. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam 09.00-

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April 2013. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam 09.00- BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilakukan di peternakan ayam CV. Malu o Jaya Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa dan peternakan ayam Risky Layer Desa Bulango

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat dengan pesat di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam perkembangan industrialisasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru merupakan salah satu organ penting, bagian dari sistem pernapasan manusia. Fungsi utama dari sistem pernapasan adalah untuk pertukaran udara yaitu mengambil O

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Menurut International Labor Organisasion (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang disebabkan oleh pekerjaan. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dengan kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PENAMBANG EMAS WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT TATELU KECAMATAN DIMEMBE Griffit J. Budiak*, A. J. M. Rattu*, Paul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan akan terpajan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapasitas paru merupakan volume udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah inspirasi maksimal (costanzo, 2012). Kapasitas vital paru rata rata pada usia

Lebih terperinci

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Laporan Penyuluhan Penyakit Paru Obstruksi Kronik () A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik () atau disebut juga dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya) Intanblongkod@gmail.com Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya dapat ditimbulkan dari aktivitas kegiatan di tempat kerja setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN MASA KERJA, PENGGUNAAN MASKER, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA KENDARI TAHUN 2016

HUBUNGAN MASA KERJA, PENGGUNAAN MASKER, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA KENDARI TAHUN 2016 HUBUNGAN MASA KERJA, PENGGUNAAN MASKER, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA KENDARI TAHUN 2016 Wa Ode Musniatun 1 Hariati Lestari 2 Syawal K Saptaputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah satu investasi perusahaan dengan kata lain ketika pekerja sehat akan menghasilkan produksi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena pada dasarnya saluran pernafasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat transportasi sangat berperan

Lebih terperinci

A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain:

A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain: DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain: 1. Kontak dengan penderita TB sebelumnya

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, Seluruh Negara dituntut untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap orangtua yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun dengan riwayat ISPA di Kelurahan Kopeng Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan yaitu meningkatnya polusi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan yaitu meningkatnya polusi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo yang perkembangan populasi kendaraan bermotornya yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan kelengkapan fisik, mental, sosial,

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2012) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN DENGAN TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU

Lebih terperinci