TINJAUAN YURIDIS RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS (PT TERTUTUP) ABSTRACT

Transkripsi

1 TINJAUAN YURIDIS RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS (PT TERTUTUP) Diana, Gunawan Widjaja dan Hardijan Rusli ABSTRACT There are many types of company in Indonesia. Limited Company is the most favourable type for owners because their responsibility is limited still they have the privilege to replace or shift their shares. Basically, Limited Company is a cooperation agreement made by the founders. Generally, the bargaining position of each founder is not always the same. This leads to the arising of 2 different groups, i.e. the majority shareholders and the minority shareholders. Commonly, the majority shareholders is the owner who has more than 50% of the shares in a limited company. Hence, the majority shareholder holds the strongest position in decision making in general meeting of shareholders and have the advantage to decide any decision whether would be a positive and negative to the company and minority shareholders. In thus circumstance, to protect minority rights and interest, the limitation and restriction to the majority owner's rights and needed. UUPT gives protection to the minority shareholders in General Meeting of Shareholders through the minimum quorum limitation. Even so, in the real situation, such regulation is not adequate to protect minority's right. This script would view some of the General Meeting of Shareholders regulation and implementation in Indonesia; and also to comment and give advice to settle some of these matters. Keywords: Limited Company; Shares; Majority Share Holders; Minority Share Holders; General Meeting of Share Holders Decision; Share Holders Right & Interest. Law Review. Fakultas Hukum Universinis Pelita Harapan, Vol. III. No. 3, Marel

2 Pendahuluan Bentuk-bentuk badan usaha yang dapat kita jumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jenisnya. Sebagian besar bentuk-bentuk usaha tersebut berasal dari peninggalan zaman kolonial Belanda. Di antarannya memang ada yang telah diganti dengan sebutan dalam Bahasa Indonesia, tetapi ada juga sebagian yang masih menggunakan nama aslinya dan belum diubah pemakaiannya, misalnya Maatschap (persekutuan), Firma disingkat Fa, dan Commanditaire Vennootschap yang disingkat CV (Persekutuan Komanditer). Namun selain itu, ada pula yang sudah di Indonesiakan seperti Perseroan Terbatas. Dari semua bentuk-bentuk usaha di Indonesia, Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, karena pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas dan juga memberikan kemudahan kepada pemilik (pemegang saham) nya untuk mengalihkan perusahaanny a dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut. Sebagai suatu badan hukum, Perseroan Terbatas memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan. Untuk melaksanakan hak dan kewaijban yang dimilikinya diperlukan organ-organ. Organ-organ dalam Perseroan Terbatas adalah Direksi, Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Masing-masing organ perseroan terbatas tersebut memiliki hak dan kewajiban seperti yang diatur dalam Undang-undang No.l Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) Direksi diatur dalam Pasal 79 sampai dengan Pasal 93 UUPT, hak dan wewenang Direksi adalah me-lakukan kepengurusan atas Perseroan Terbatas dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan tersebut, serta mewakili perseroan dalam segala tindakannya, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Komisaris diatur dalam Pasal 94 sampai dengan Pasal 101 UUPT, hak dan wewenang Komisaris adalah mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi perseroan. Ketentuan mengenai RUPS dalam UUPT diatur dalam Pasal 63 sampai dengan Pasal 78. Kewenangan yang dimiliki oleh RUPS merupakan kewenangan sisa yang tidak dimiliki oleh Direksi dan Komisaris. 14 Law Review. Fakultas Hukum Universitas Peliki Harapan, Vol. Ill, No.3, Marei 2003

3 Karena peran dan wewenang RUPS Perseroan Terbatas merupakan suatu hal yang sangat menentukan arah dan tujuan suatu perseroan, maka RUPS menjadi hal yang sangat perlu diatur dalam suatu Anggaran Dasar perseroan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang bagi pihak yang beritikad buruk terutama pemegang saham mayoritas. Pada umunya, RUPS dimanfaatkan oleh pemegang saham mayoritas yang berdampak merugikan bagi pemegang saham minoritas. Berdasarkan adanya masalahmasalah yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan RUPS yang pada umumnya dimanfaatkan oleh pihak mayoritas, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mengkaji peraturan dan penerapan mekanisme pelaksanaan RUPS menurut UUPT. Perumusan Masalah Ada beberapa masalah yang perlu untuk dikaji dan dibahas dalam penulisan mengenai Peran RUPS dalam pengelolaan jalannya suatu perseroan terbatas, yaitu: 1. Apa peran RUPS dalam Perseroan Terbatas? 2. Apakah RUPS dapat dimanfaatkan oleh pihak mayoritas demi kepentingannya? 3. Bila RUPS dapat dimanfaatkan oleh pihak mayoritas demi kepentingannya, bagaimanakah perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dalam perseroan tersebut? Analisis Dalam Pasal 1 butir 3 UUPT ditegaskan bahwa: "Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut dengan RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris." Macam-macam RUPS: 1. RUPS Tahunan: - RUPS Tahunan wajib diselenggarakan minimal sekali dalam setahun oleh perseroan dan dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tutupnya tahunbuku. - Hal-hal yang dibicarakan dalam RUPS Tahunan adalah Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.3, Maret

4 laporan tahunan seperti perhitungan tahunan dengan membuat neraca akhir tahun, neraca konsolidasi (untuk PT dalam 1 group), hasil-hasil yang dicapai oleh perseroan selama setahun, nama, gaji, dan tunjangan Direksi dan Komisaris dan Iain-lain. Laporan tahunan yang dibahas dalam RUPS Tahunan merupakan pengesahan tindakan Direksi dan Komisaris selama tahun yang berjalan (Pasal 65 ayat(3)jopasal56uupt). Korum Kehadiran RUPS Tahunan: RUPS Tahunan dapat diselenggarakan bila dihadiri lebih dari Vi (satu per dua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dikeluarkan oleh perseroan (Pasal 73 ayat (1) UUPT). - Korum Keputusan RUPS Tahunan: Keputusan diambil melalui musyarawah untuk mufakat (Pasal 74 ayat (1), tetapi bila musyawarah untuk mufakat itu tidak tercapai, maka diadakan pemungutan suara (voting) yang diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah (Pasal 74 ayat (2) UUPT). 2. RUPS Luar Biasa - RUPS Luar Biasa diselenggarakan sewaktu-waktu bila diperlukan oleh perseroan. - Hal-hal yang dibahas dalam RUPS Luar Biasa mengenai diluar kegiatan RUPS Tahunan, misalnya: perubahan Anggaran Dasar (Selanjutnya disebut AD), penambahan modal, pengurangan modal, pembelian saham kembali oleh perseroan, memberikan kepu-tusan untuk Perubahan AD Penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Pembubaran dan likuidasi Korum Kehadiran Dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 bagian Dihadiri oleh sekurang-kurangnya V* bagian Dihadiri oleh sekurang-kurangnya Vi bagian Korum Keputusan Disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 bagian Disetujui oleh sekurangkurangnya Vt bagian Disetujui oleh sekurangkurangnya Vt bagian. Tabel : Korum Kehadiran dan Korum Keputusan 16 Law Review, Fakultas Hukum Universilas Pelila Harapan, Vol. Ill, No.3, Marel 2003

5 mengajukan pernyataan permohonan pail it kepada Pengadilan Negeri, dan Iain-lain. - Korum kehadiran dan korum keputusan RUPS Luar Biasa: Untuk korum kehadiran dan korum keputusan mengenai hal-hal tertentu sudah ditetapkan korum minimal oleh UUPT. Hal-hal tertentu yang dimaksudadalah: Diluar hal-hal tertentu diatas, korum kehadiran dan korum keputusan mengacu pada ketentuan RUPS Tahunan. Macam-macam Korum dalam RUPS: 1. Korum Kehadiran adalah jumlah minimum pemegang saham yang harus hadir dalam suatu RUPS. 2. Korum Keputusan adalah cara pengambilan keputusan dalam suatu RUPS. Pada dasarnya semua keputusan dalam RUPS diambil melalui musyawarah untuk mufakat, tapi bila musyawarah untuk mufakat tersebut tidak tercapai, maka diadakan pemungutan suara (voting). 3 (tiga) macam cara pengambilan keputusan RUPS melalui pemungutan suara (voting) adalah sebagai berikut: 1. Korum terbanyak biasa (simple majority) adalah jumlah suara terbanyak dibandingkan dengan kelompok lain tanpa harus mencapai lebih dari Vi (satu per dua) bagian dari keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut. 2. Korum mutlak (absolute majority) adalah jumlah sura terbanyak yang mencapai lebih dari Vi (satu per dua) bagian dari keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut. 3. Korum khusus (special majority) adalah dimana telah ditetapkan angkanya, seperti 2/3 (dua per tiga), 3 A (tiga per empat) atau 3/5 (tiga per lima) dan sebagainya. Ketentuan korum dalam UUPT tersebut merupakan syarat minimum yang harus dipenuhi oleh semua Perseroan pada saat menyusun AD. Artinya, perseroan tidak dapat menyusun AD yang ketentuan korumnya lebih kecil dari ketentuan dalam UUPT, tetapi dapat ditetapkan suatu Korum yang lebih besar dari ketentuan UUPT. Law Review, Fakultas Hukum Universiias Pelila Haranan, Vol. III. No.3, Marel

6 Walaupun ketentuan korum mengenai RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa telah ditentukan syarat minimumnya, tetapi dalam pelaksanaannya pemegang saham mayoritas menyalahgunaan keadaan demi kepentingannya yang merugikan pemegang saham minoritas. Contoh: Dalam PT. XYZ, komposisi saham a. pemegang saham mayoritas: 51 %. b. pemegang saham minoritas: 49% Dalam kondisi ini, bila penyusunan AD mengikuti ketentuan korum dalam UUPT Pasal 73 ayat (1) yaitu RUPS dapat diselenggarakan bila dihadiri oleh lebih dari Vi (satu per dua) bagian, maka RUPS tetap dapat diselenggarakan jika hanya dihadiri oleh pemegang saham mayoritas saja. Hal ini sangat lid&k fair, karena posisi pemegang saham minoritas sangat tidak menguntungkan. Padahal pemegang saham minoritas mempunyai komposisi saham yang cukup tinggi dalam perseroan tersebut. Perlindungan pemegang saham minoritas dalam UUPT dalam hal korum RUPS ini tidak cukup melindungi pemegang saham minoritas walaupun kepemilikan saham minoritas cukup tinggi. Dalam keadaan demikian, pemegang saham minoritas pada saat awal pendirian, menyususun AD dengan Korum yang berbeda dengan ketentuan korum dalam UUPT, tetapi tidak melanggar syarat minimum korum UUPT. Dalam hal ini, pada awal pendirian PT XYZ, pemegang saham minoritas menyusun AD dengan ketentuan dimana RUPS dapat diselenggarakan bila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)bagian atau 66,67% dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah yang dikeluarkan oleh perseroan. Maka, RUPS PT XYZ tidak dapat menyelenggarakan RUPS bila hanya dihadiri oleh pemegang saham mayoritas saja. Untuk memenuhi korum tersebut, maka pemegnag saham minoritas pun harus hadir. Jadi, korum kehadiran diatur sedemikian rupa, sehingga dalam pengambilan keputusan dengan komposisi saham yang demikian, posisi minoritas akan terlindungi. Kesimpulan 1. Peran RUPS dalam sutau PT adalah sebagai salah satu organ yang memegang kekuasaan is Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No,3, Marel 2003

7 tertinggi dan diperlukan mengingat dalam perseroan melibatkan banyak pihak yang berbeda pendapat. Selain itu, RUPS merupakan pengesahan tindakan Direksi dan Komisaris selama tahun buku yang berjalan. 2. RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa yang diselenggarakan dalam perseroan dapat dimanfaatkan oleh pemegang saham mayoritas untuk kepentingannya menurut ketentuan korum dalam UUPT. 3. RUPS dapat dimanfaatkan pemegang saham mayoritas untuk kepentingannya. Perlindungan terhadap pemegang saham minoritas adalah menyusun korum AD yang berbeda dari ketentuan korum UUPT, tetapi tidak bertentangan dengan UUPT. Daftar Pustaka Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas. Jakarta: Ghalia Indonesia, Fuady, Munir, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002.,Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung: PT Citra Aditya, 2002.,Perseroan Terbatas dalam Paradigma Baru. Bandung: Pt Citra Aditya Bakti, Hollington, Robin, Minority Shareholders Rights. London: Sweet & Maxwell, Kansil, C.S.T dan Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi) bagian 1. Jakarta: Pradnya Paramita, 2001.,Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi) bagian 3. Jakarta: PT Pradnya Paramita, Pokok-pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan, Law Review, Fakullas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No.3, Marel

8 Rai, Widjaja, I.G, Hukum Perusahaan. Jakarta: Megapoin, Rusli, Hardijan, Perseroan Terbatas dan Aspek Hukumnya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Soemitro, Rachmat, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf. Bandung: PT eresco, Widjaja, Gunawan, "Pembelian Kembali Saham oleh Perseroan Terbatas," PPH Newsletter Nomor. 54, September, 2003, halaman 1-8. Widjaja, Gunawan, "Perlindungan Minoritas dalam UUPT," Suara Udilag Volume. 1 Nomor.3, Oktober, 2003, halaman Yani, Ahmad dan Widjaja, Gunawan., Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. 30 Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. Ill, No. 3, Maret 2003