Kombinatorik: Prinsip Dasar dan Teknik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kombinatorik: Prinsip Dasar dan Teknik"

Transkripsi

1 Kombiatorik: Prisip Dasar da Tekik Drs. Sahid, MSc. Jurusa Pedidika Matematika FMIPA Uiversitas Negeri Yogyakarta March 27, Atura Pejumlaha (Atura Disjugtif) Jika utuk melakuka A dapat dikerjaka dega cara da utuk melakuka B dapat dikerjaka dega m cara, sedagka A da B tidak dapat dikerjaka bersama-sama, maka A atau B dapat dikerjaka dega + m cara. Artiya, jika Ada mempuyai dua kasus yag mugki terjadi amu tak mugki terjadi bersamaa, maka jumlahka. Jika Ada haya dapat melakuka salah satu hal atau hal yag lai saja, maka jumlahka. Secara lebih teoritis, jika Ada mempuyai himpua A 1, A 2, A 3,..., A yag tidak salig beririsa satu dega laiya, maka cacah aggota semua himpua sama dega jumlah aggota masig-masig himpua, yaki: A i Aj = Ø i = j = A i = Notasi A meyataka bayakya aggota A. Cotoh-cotoh: A i. (1) i=1 1. Ada berapa cara memilih seorag siswa dari dalam kelas yag terdiri atas 20 siswa laki-laki da 25 siswa perempua? Jawab: = 45 cara. 2. Di kota A terdapat 5 restora Padag, 3 restora cepat saji ala Amerika, 6 warug Tegal. Ada berapa piliha tempat maka? Jawab: = 14 piliha tempat maka 3. Dari Jakarta ke Meda haya terdapat 5 maskapai peerbaga, 3 maskapai pelayara, da 4 armada bus. Ada berapa cara pergi ke Meda dari Jakarta dega kedaraa umum? Jawa: = 12 piliha kedaraa umum 1

2 4. (Tidak berlaku atura pejumlaha) Berapakah bayakya bilaga prima atau bilaga asli geap yag lebih kecil daripada 10? Jawab: Bilaga prima yag lebih kecil daripada 10 adalah: 2, 3, 5, 7 (ada 4 buah). Bilaga asli geap yag lebih kecil daripada 10 adalah 2, 4, 6, 8 (ada 4). Karea 2 adalah bilaga prima geap, maka bayakya bilaga prima atau geap yag lebih kecil daripada10 adalah = 7 buah. 2 Atura Perkalia (Atura Sekuesial) Jika utuk melakuka A dapat dikerjaka dega cara da utuk melakuka B dapat dikerjaka dega m cara yag tidak tergatug pada bagaimaa A dikerjaka, maka utuk megerjaka A da B dapat dilakuka dega m cara. Secara teoritis, bayakya aggota himpua hasil kali Cartesius himpua sama dega hasil kali bayakya aggota setiap himpua, yaki: i=1 A i = A 1 A 2... A = {(a 1, a 2,..., a ) a i A i, i = 1, 2, 3,..., } = i=1 A i = i=1 A i. (2) Salah satu kelas masalah yag megguaka atura perkalia meyagkut strig (susua huruf da/atau agka) seperti omor kedaraa bermotor, kombiasi kuci, kata, agka. Kelompok masalah perkalia yag lai meyagkut pegambila objek dari sekumpula objek dega kategori yag berbeda-beda. Cotoh-cotoh: 1. Dari kota A terdapat tiga jalur ke kota B da dari kota B terdapat lima jalur ke kota C. Ada berapa jalur dari kota A ke kota C melalui kota B? Jawab: 3 5 = 15 jalur 2. Ada berapa cara memilih seorag siswa laki-laki da seorag siswa perempua dari suatu kelas yag terdiri atas 15 siswa da 20 siswi? Jawab: = 300 cara. Bayagka Ada membuat tabel utuk memasagka seorag siswa da seorag siswi, misalka ama-ama siswa disusu pada baris da kolom utuk meuliska ama-ama siswi. Tabel yag Ada buat aka memuat = 300 sel yag meujukka pasaga siswa pada baris da siswi pada kolom yag terkait. 3. Ada berapa plat omor kedaraa di Jakarta yag dapat dibuat dega megguaka 4 agka da 2 huruf di belakagya? Jawab: Empat agka dalam plat omor kedaraa biasaya tidak dimulai dega agka 0 da dua huruf di belakagya boleh sama. Jadi ada omor kedaraa yag dapat dibuat. 4. Ada berapa bilaga ribua geap? Jawab: Bilaga ribua terdiri atas 4 agka dega agka pertama buka ol. Bilaga geap memiliki agka satua (agka terakhir) 0, 2, 4, 6, atau 8. Jadi, terdapat 9 piliha utuk agka ribua, 10 piliha utuk agka ratusa, 10 piliha agka puluha, da 5 piliha utuk agka satua, sehigga bayakya bilaga ribua geap adalah =

3 5. Ada berapa omor kuci kombiasi yag megguaka 4 agka? Jawab: Kuci kombiasi dapat megguaka semua digit dari 0 sampai 9. Jadi bayakya omor kuci kombiasi adalah = Ada berapa cara utuk membetuk tim bola voli putra yag diambilka wakilwakil kelas A, B, C, D, E, da F, masig-masig 1 aak, jika bayakya siswa laki-laki di kelas A adalah 15, kelas B 10, kelas C 13, kelas D 9, kelas E 11 da kelas F 12? Jawab: Perhatika di sii Ada jaga terkecoh utuk megguaka atura pejumlaha. 7. Ada berapa cara meletakka 5 pasag sepatu ke dalam 5 kotak peyimpa yag masig-masig haya dapat memuat sepasag sepatu? Jawab: Bayagka kotakya diberi omor 1, 2, 3, 4, 5. Sepatu pertama dapat dimasukka ke salah satu dari 5 kotak yag masih kosog, sepatu kedua dapat dimasukka ke dalam salah satu dari 4 kotak sisaya, da seterusya sampai semua dimasukka. Jadi bayakya cara adalah Masalah ii juga merupaka masalah permutasi. 8. Berapakah bayakya faktor positif bilaga 600, termasuk 1 da 600? Jawab: Pertama kita lakuka faktorisasi prima terhadap bilaga tersebut, yaki 600 = Ii berarti setiap faktor positif 600 haruslah berbetuk 2 a 3 b 5 c dega a {0, 1, 2, 3}, b {0, 1}, da c {0, 1, 2}. Jadi, semuaya ada = 24 faktor positif. 9. Berapakah bayakya bilaga bier yag megguaka palig bayak bit? Jawab: Bilaga bier (basis 2) haya megguaka agka 0 da 1. Jadi, bayakya bilaga bier yag megguaka palig bayak bit (digit bier) adalah 2. Catata: Dari cotoh omor 7 di atas, kita dapat megguaka atura perkalia utuk memperoleh hasil umum sebagai berikut. Apabila = p k 1 1 pk pk r r adalah faktorisasi prima bilaga asli, maka bayakya faktor positif adalah (k 1 + 1) (k 2 + 1)... (k r + 1). Suatu bilaga cacah yag ditulis dalam betuk d 1 d 2 d 3...d dega d i {0, 1, 2,..., (b 1)}, i = 1, 2, 3,..., disebut bilaga cacah dalam basis b da mempuyai digit. (Utuk b = 2 digitya serig disebut bit, sigkata biary digit atau digit bier. Utuk basis selai 2, digitya biasa disebut agka, seperti agka desimal utuk basis 10.) Dari cotoh-cotoh sebelumya Ada sudah tahu bahwa bayakya bilaga cacah dalam basis b yag memuat digit (termasuk digit 0 ditulis di depa) adalah b } b {{... b } = b. Ii sama dega bayakya bilaga cacah dalam basis b yag tidak lebih besar daripada } aaa...a {{} digit dega a = b 1. Cotoh-cotoh: 3 kali

4 1. Bayakya bilaga bier yag tidak lebih besar daripada adalah 2 3 = 8, yaki 000, 001, 010, 011, 100, 101, 110, Berapakah bayakya bilaga bier 6 bit yag dimulai dega 11 atau 000? Jawab: Terdapat 2 4 bilaga bier 6 bit yag dimulai 11 da 2 3 bilaga bier 6 bit yag dimulai dega 000. Karea tidak mugki sebuah bilaga bier dimulai dega 11 da 000 sekaligus, maka jawabya adalah = = Berapakah bayakya bilaga bier 6 bit yag dimulai dega 11 atau berakhir dega 00? Jawab: Seperti sebelumya, terdapat 2 4 bilaga bier 6 bit yag dimulai dega 11 da terdapat 2 4 bilaga bier 6 bit yag berakhir dega 00. Aka tetapi, terdapat 2 2 bier 6 bit yag dimulai dega 11 da diakhiri dega 00 (karea 2 bit yag tegah bebas). Karea yag 4 kasus ii dihitug 2 kali maka jawabya adalah = 28. Dua cotoh terakhir meujukka pemakaia atura pejumlaha da perkalia sekaligus. Cotoh terakhir meutut pemakaia atura pejumlaha secara lebih hati-hati, apabila terjadi kemugkia 2 kali meghitug. Cotoh berikut meujukka pemakaia atura perkalia yag megarah pada hasil umum yag selama ii mugki sudah Ada ketahui tetag bayakya himpua bagia suatu himpua berhigga. Cotoh: Misalka diketahui himpua {a, b, c}. Selajutya, pikirka tetag suatu himpua bagia dari himpua tersebut da salah satu aggota, misalya a. Ada dua kemugkia: (1) a adalah aggota himpua bagia tersebut atau (2) a buka aggota himpua bagia tersebut. Tidak perah terjadi kedua kemugkia tersebut sekaligus. Hal ii berlaku utuk setiap himpua bagia da setiap a, b, da c. Jadi, bayakya himpua bagia dari a, b, c adalah = 2 3 = 8, yaki Ø, {a}, {b}, {c, } {a, b}, {a, c}, {b, c}, {a, b, c}. Secara umum, bayakya himpua bagia dari himpua yag mempuyai aggota adalah 2. Ada dapat melihat hasil ii dega pealara lai sebagai berikut. 1. Dimulai dari Ø yag mempuyai 1 = 2 0 himpua bagia, yaki Ø sediri. 2. Jika kita memasukka 1 aggota ke himpua tersebut, maka aggota tersebut dapat dimasukka ke dalam himpua bagia yag ada atau tidak dimasukka ke dalam himpua bagia yag sudah ada. Jadi, bayakya himpua bagia dari himpua dega 1aggota adalah 2 = Setiap kita meambahka 1 aggota baru ke dalam sebuah himpua, bayakya himpua bagia aka mejadi dua kali bayakya himpua bagia sebelumya. 4. Jadi, jika A = maka bayakya himpua bagia dari A adalah 2. Cotoh: 4

5 1. Berapakah bayakya cara memilih 3 bilaga asli yag tidak lebih besar daripada 100 sedemikia higga bilaga pertama lebih kecil daripada bilaga kedua da ketiga da bilaga kedua da ketiga boleh sama? Jelasya, misalya A = {1, 2, 3,..., 100} da S = {(a, b, c) a, b, c A, a < b, a < c}. Pertayaaya adalah berapakah S? Jawab: Sesuai dega ketetua, a dapat dipilih di atara 1, 2, 3,..., 99. Utuk setiap piliha a = k {1, 2, 3,..., 99}, baik b maupu c dapat dipilih di atara k + 1, k + 2,..., 100. Jadi, total bayakya piliha adalah S = Selajutya Ada dapat meghitug jumlah tersebut dega megguaka rumus k=1 k2 = 6 1( + 1)(2 + 1), yaki S = = Berapakah bayakya himpua bagia dari himpua {a, b, c, d} yag memuat a? Jawab: 2 3 = 8. Megapa? Atura pejumlaha da atura perkalia mugki tampak megada-ada, sehigga serig Ada lupaka! Aka tetapi Ada harus igat, kedua atura tidaklah sepele, karea semua perhituga kombiatorik dapat diuraika mejadi perhitugaperhituga sederhaa yag dapat diselesaika dega atura pejumlaha da/atau atura perkalia. 3 Permutasi (Susua) Permutasi adalah susua beberapa objek yag berbeda. Perhituga bayakya permutasi merupaka aplikasi atura perkalia. Terdapat beberapa kasus permutasi, yaki permutasi sebagia, permutasi legkap (permutasi), permutasi berulag, da permutasi meligkar. Masig-masig memerluka aalisis yag berbeda-beda utuk megetahui bayakya susua. Perhituga permutasi yag lebih rumit tidak cukup haya didasarka pada atura pejumlaha da perkalia saja, amu memerluka kosep kombiasi. 3.1 Permutasi Sebagia Misalka A adalah himpua yag mempuyai aggota berbeda da r adalah bilaga cacah yag kurag atau sama dega. Suatu permutasi-r di atara aggota A adalah susua terurut r aggota A atau suatu pegambila r aggota A satu demi satu tapa dikembalika. Utuk membuat susua (atau megambil satu demi satu tapa dikembalika) r aggota A Ada dapat membayagka mempuyai r kotak yag diberi label 1, 2, 3,..., r. Selajutya dilakuka sebagai berikut: 1. Kotak 1 dapat diisi dega salah satu di atara aggota A yag ada. 2. Kotak 2 dapat diisi dega salah satu di atara 1 aggota A yag tersisa. 5

6 3. Kota 3 dapat diisi dega salah satu di atara 2 aggota A yag tersisa, da seterusya. 4. Akhirya, kota r dapat diisi dega salah satu di atara (r 1) = r + 1 aggota A yag tersisa. Jadi bayakya susua (atau pegambila satu demi satu tapa pegembalia) r aggota A yag mugki adalah ( 1) ( 2)..., ( r + 1). Notasi P(, r) diguaka utuk meyataka bayakya permutasi r objek di atara objek yag tersedia 1. Jadi, P(, r) = ( 1) ( 2)..., ( r + 1). (3) Cotoh-cotoh: 1. Bayakya pasaga beruruta dua bilaga prima berbeda yag kurag dari 10 adalah 4 3 = 12, yaki: (2, 3), (2, 5), (2, 7), (3, 2), (5, 2), (7, 2), (3, 5), (3, 7), (5, 3), (7, 3), (5, 7), (7, 5). 2. Jika Ada mempuyai lima huruf A, B, C, D, E, maka bayakya susua tiga huruf berbeda di atara kelima huruf tersebut adalah = Bayakya bilaga ribua yag tidak memuat dua agka sama adalah Bayakya cara membagika 5 buah buku kepada 10 aak sehigga setiap aak meerima tidak lebih dari 1 buku adalah Bayakya cara megambil 6 buah kelereg satu demi satu dari 10 kelereg berbeda adalah Bilaga asli yag lebih kecil daripada 100 dapat dikelompokka mejadi 2, yaki (1) mempuyai dua agka sama (11, 22, 33,..., 99), ada 9 bilaga; da (2) mempuyai dua agka berbeda, ada sebayak 10 9 = 90. Jadi, bayakya bilaga asli yag lebih kecil daripada 100 adalah = 99. Memag demikia buka? 7. Dega pealara serupa omor 6 di atas, maka tapa mecacah Ada aka tahu bahwa bayakya kartu dalam satu set kartu domio adalah = 28. Megapa di sii harus dibagi 2? Karea kartu doimo tidak membedaka uruta, artiya kartu (2,5) sama dega kartu (5,2). 8. Bayakya pasaga suami-istri moogami yag dapat dibetuk dari 10 lakilaki da 14 perempua adalah P(14, 10). Catata: Ada harus berhati-hati ketika berhadapa dega masalah distribusi da pegambila, karea tidak selalu megguaka perhituga seperti di atas. Masalah distribusi da pegambila sagat tergatug pada persyarata yag ditetuka. 1 Ada yag meuliska dega otasi P r, tapi agar lebih mudah ditulis kita guaka otasi P(, r). 6

7 3.2 Permutasi Legkap (Permutasi) Permutasi legkap serig disebut permutasi, tapa keteraga lebih lajut, yaki susua semua objek yag tersedia. Misalka, semua permutasi yag mugki dari tiga huruf A, B, C adalah ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA (ada 6 permutasi berbeda). Secara umum, bayakya permutasi objek berbeda adalah ( 1) ( 2) Perkalia ii serig diberi otasi dega! (dibaca faktorial ), yag didefiisika sebagai berikut: { 1, = 0! = (4) ( 1)! = ( 1), > 0 Dega megguaka rumus (4) da (3) kita dapat meuliska sebagai berikut: Cotoh-cotoh: P(, ) =! (5) P(, r) =! ( r)! (6) 1. Bayakya cara mejadwalka 5 kegiata jika tidak boleh ada dua kegiata dijadwalka dalam waktu yag sama adalah 5! = Bayakya cara meyusu 10 buah buku yag tidak ada dua buku berjudul sama pada sebuah rak adalah 10! 3. Bayakya password yag dapat dibuat dega megguaka kombiasi 6 huruf A, B, C, D, E, da F adalah 2 6! jika haya megguaka huruf kecil saja atau huruf besar saja, atau P(12, 6) = 12! 6! apabila megguaka kombiasi huruf besar da kecil. 4. Ada berapa cara duduk sebaris siswa da siswi sehigga berselag-selig dudukya, siswa-siswi-siswa-...? Jawab: Bayakya cara duduk siswa adalah! da bayakya cara duduk siswi juga! Jadi, bayakya cara duduk berselag-selig siswa-siswi adalah (!) 2. Berikut adalah beberapa rumus yag berkaita dega permutasi, berlaku utuk, r A da r. P(, r) = P( 1, r 1) (7) P(, r) = ( r + 1)P(, r 1) (8) P(, r) = P( 1, r), r < r (9) P( + 1, r) = P(, r) + rp(, r 1) (10) P( + 1, r) = r! + r[p(, r 1) + P( 1, r 1) P(r, r 1)] (11) Berikut ditujukka bukti dua rumus di ataraya, sisaya silaka Ada coba buktika sediri. 7

8 Bukti (7): P(, r) =! ( r)! = Bukti (9): P(, r) =! ( r)! = ( 1)! (( 1) (r 1))! ( 1)! ( r)( r 1)! = = P( 1, r 1). r ( 1)! (( 1) r)! = r P( 1, r). Sebelum membahas permutasi meligkar da permutasi dega pegulaga, perlu dibahas terlebih dahulu masalah kombiasi, karea kombiasi diperluka utuk perhituga permutasi meligkar da permutasi dega pegulaga. 4 Kombiasi (Himpua Bagia) Apabila di dalam pemiliha (pegambila) beberapa objek kita tidak memperhatika uruta, maka yag kita perhatika hayalah bayakya objek yag kita pilih. Dega kata lai, pegambilaya seolah-olah dilakuka sekaligus, tidak satu demi satu. Karea tidak memperhatika uruta objek, kombiasi sebearya merupaka himpua bagia. Igat, aggota-aggota suatu himpua tidak tergatug pada urutaya. Jika A adalah himpua yag mempuyai aggota, maka kombiasi-r di atara aggota-aggota A adalah himpua bagia yag mempuyai r aggota. Jadi, jika A = {a, b, c, d, e}, maka kombiasi-3 di atara aggota-aggota A adalah himpuahimpua bagia dega 3 aggota, yaki: {a, b, c}, {a, b, d}, {a, b, e}, {b, c, d}, {b, c, e}, {c, d, e}. Semuaya ada 6 kombiasi (himpua bagia) 3 di atara 6 aggota A. Pertama-tama kita aka mecari rumus bayakya cara memilih r objek di atara objek berbeda 2. Bayakya kombiasi ii diotasika dega C(, r). Utuk medapatka rumus C(, r) kita igat kembali permutasi-r di atara. Utuk dapat membuat susua r di atara objek, sebearya dapat dilakuka dega dua lagkah sebagai berikut: 1. Pertama-tama kita memilih r di atara objek yag aka kita ambil. Ii dapat dilakuka dega C(, r) cara, karea terdapat C(, r) himpua bagia yag memuat r objek. 2. Selajutya, r objek yag terpilih kita susu. Di sii terdapat r! susua (permutasi) berbeda. Jika kita melakuka lagkah 1) da 2), maka kita telah membuat permutasi r di atara objek. Karea bayakya permutasi demikia adalah P(, r), sedagka meurut atura perkalia, dari lagkah 1) da 2) kita peroleh bayakya permutasi demikia adalah C(, r) r! Jadi, P(, r) = C(, r) r! atau C(, r) = P(, r). (12) r! 2 Pada beberapa buku bayakya kombiasi ditulis dega otasi Cr atau ( r ), tetapi di sii kita guaka otasi C(, r) yag mudah ditulis. 8

9 Jika dijabarka, maka diperoleh rumus utuk kombiasi, yaki: C(, r) =! ( r)!r!. (13) Rumus di atas berlaku utuk 0 r, sedagka utuk r < 0 atau r > didefiisika C(, r) = 0. Cotoh-cotoh: 1. Bayakya cara memilih 5 orag di atara 30 orag adalah C(30, 5) = 30! ! = !5! = 2. Bayakya cara memilih 5 kartu dari 1 set kartu remi yag terdiri atas 52 kartu adalah C(52, 5) = 52!/47!5! 3. Bayakya cara memilih 2 kartu As di atara empat kartu As dalam 1 set kartu remi adalah C(4, 2) = Bayakya cara memilih 5 kartu selai As adalah C(52 4, 5) = C(48, 5). 5. Bayakya jabat taga yag dapat dilakuka oleh orag adalah C(, 2) = ( 1) 2, karea setiap jabat taga dilakuka oleh dua orag. 6. Berapakah bayakya bilaga bier yag megguaka palig bayak 5 bit da tepat mempuyai dua bit 1? Jawab: Karea 2 tempat harus diguaka utuk bit 1, maka tiggal 3 tempat utuk bit 0. Jadi, bayakya bilaga yag ditayaka sama saja bayakya cara memilih 2 tempat di atara 5 tempat, yaki C(5, 2) = 5!/3!2! = 10. Bilagabilagaya adalah 11, 110, 101, 1100, 1010, 1001, 11000, 10100, 10010, Berapakah bayakya bilaga bier yag megguaka palig bayak 5 bit da mempuyai palig sedikit dua bit 1? Jawab: Berarti, bilaga-bilaga tersebut dapat mempuyai 2, 3, 4, atau 5 bit 1. Dega megguaka atura pejumlaha diperoleh semua ada C(5, 2) + C(5, 3) + C(5, 4) + C(5, 5) = = 26 bilaga bier yag dimaksud. 8. Berapakah bayakya bilaga bier yag megguaka palig bayak 4 bit da mempuyai palig bayak tiga bit 1? Jawab: Ada dapat megguaka pola pikir seperti cotoh sebelumya, artiya bilaga-bilaga dapat mempuyai 0, 1, 2, atau 3 bit 1. Jadi, semuaya ada C(4, 0) + C(4, 1) + C(4, 2) + C(4, 3) = = 15 bilaga bier yag dimaksud. Cara berpikir lai adalah sebagai berikut: Total terdapat 2 4 =16 bilaga bier yag megguaka palig bayak 4 bit. Di ataraya haya 1 bilaga yag megguaka lebih dari tiga bit 1, yaki Jadi, jawabya adalah 16 1 = Berapakah bayakya bilaga bier yag megguaka palig bayak 5 bit da tidak memuat tepat tiga bit 1? Jawab: 2 5 C(5, 3). Megapa? 9

10 5 Permutasi Meligkar Misalka Ada mempuyai himpua {a, b, c, d}. Bayakya permutasi empat objek tersebut adalah 4! = 24, yaki: abcd, abdc, acbd, acdb, adbc, adcb, bacd, badc, bcad, bcda, bdac, dca, cabd, cadb, cbad, cbda, cdab, cdba, dabc, dacb, dbac, dbca, dcab, dcba. Sekarag bayagka apabila keempat objek tersebut disusu meligkar. Ada tetu tidak dapat membedaka atara permutasi-permutasi: 1. abcd, bcda, cdab, dabc ; 2. abdc, bdca, dcab, cabd ; 3. acbd, cbda, bdac, dacb ; 4. acdb, cdba, dbac, bacd ; 5. adbc, dbca, bcad, cadb ; 6. adcb, dcba, cbad, badc. Jadi dalam permutasi meligkar, sekarag haya terdapat 6 permutasi yag berbeda, karea dari 24 permutasi baris dapat dikelompokka empat-empat permutasi yag masig-masig meyajika permutasi meligkar yag sama. Dega demikia, bayakya permutasi meligkar dega objek berbeda adalah sama dega bayakya permutasi baris ( 1) objek berbeda, yaki ( 1)! Bayakya permutasi meligkar r di atara objek berbeda serig disimbolka dega Q(, r). Dega megguaka pealara-pealara yag sudah dijelaska sebelumya, Ada seharusya sudah tahu bahwa: Q(, r) = C(, r) (r 1)! = Q(, r) = P(, r) r =! ( r)!r! ( r)!r, atau (14) Cotoh-cotoh: 1. Bayakya cara duduk megeliligi sebuah meja budar orag adalah ( 1)! 2. Bayakya kalug berbeda pola yag dapat dibuat dega megguaka 10 buah maik-maik berbeda adalah 1 2 9! Megapa buka 9!? Karea kalug yag sama tampak berpola lai jika dilihat dari sisi yag lai. Jelasya, pola kalug seperti a b c d e sama dega pola e d c b a. 3. Ada berapa cara 5 aak laki-laki da 3 aak perempua duduk megeliligi sebuah meja jika 10

11 (a) tidak ada pembatasa? (b) ada 1 aak laki-laki da 1 aak perempua yag tidak boleh duduk berdekata? (c) tidak boleh ada aak perempua yag duduk berdekata? Jawab: (a) Jika tidak ada pembatasa, ada ( )! = 7! cara duduk. (b) Misalka aak laki-laki L1 tidak boleh berdekata dega aak perempua P1. Lima aak laki-laki da 2 aak perempua selai P1 dapat duduk meligkar dega 6! cara. Di atara 7 aak yag sudah duduk, terdapat 7 2 = 5 posisi utuk dapat ditempati P1, karea P1 tidak boleh duduk di sampig kiri atau kaa L1. Jadi jawabya adalah 5 6! = Ada dapat megguaka pealara lai begii. Jika L1 da P1 harus duduk bersebelaha, maka bayakya cara duduk adalah 2 6!, karea P1 dapat duduk di sebelah kiri atau kaa L1. Jadi, jika L1 da P1 tidak boleh berdekata, bayakya cara duduk mejadi 7! 2 6! = 6! (7 2) = 6! 5 = (c) Pertama, 5 aak laki-laki dapat duduk meligkar dega 4! cara. Setelah 5 aak laki-laki duduk meligkar, setiap aak perempua dapat duduk di atara aak laki-laki. Karea terdapat 5 posisi atar aak laki-laki, maka ketiga aak perempua dapat meempati posisi atar laki-laki dega cara. Jadi total terdapat 4! cara duduk demikia. 4. Ada berapa cara pasag suami-istri duduk megeliligi sebuah meja jika (a) laki-laki da perempua duduk berselag-selig? (b) setiap suami-istri duduk bersebelaha? Jawab: Perigata: (a) Pertama, laki-laki dapat duduk meligkar dega ( 1)! cara. Selajutya, perempua dapat meempati tempat duduk atar laki-laki dega! cara. Jadi total terdapat ( 1)!! cara duduk demikia. (b) Pertama-tama, bayagka setiap pasag suami-istri diaggap 1 objek. Jadi terdapat ( 1)! cara duduk meligkar pasaga suami-istri. Aka tetapi, setiap pasaga suami-istri dapat duduk bersebelaha dega pasaga dega 2 cara (suami di sebelah kiri istri atau sebalikya). Karea ada pasaga, maka total terdapat ( 1)! 2 cara duduk demikia. Catata: Jika pertayaaya mejadi laki-laki da perempua duduk berselagselig tetapi tidak berdekata dega pasagaya, maka jawabya tidak sesederhaa jawaba di atas. Masalah ii dikeal dega masalah meages, pertama kali diperkealka oleh matematikawa Peracis Edward Aatole Lucas ( ). Ada mau mecoba mejawabya? Ada harus dapat membedaka suatu masalah apakah merupaka masalah permutasi atau kombiasi. Selajutya, jika mugki apakah Ada dapat meguraika masalah tersebut mejadi masalah yag dapat diselesaika dega atura pejumlaha da/atau atura perkalia. 11

12 6 Teorema Biomial 6.1 Rumus-rumus dasar kombiasi Berikut adalah beberapa rumus yag terkait dega kombiasi. Beberapa rumus mugki harus dihafal, yag lai tidak perlu, yag petig dapat memberika pejelasa atau pealara jika harus diperluka dalam perhituga. C(, 0) = 1 da C(, ) = 1 (15) C(, r) = C(, r) (16) C(, r) = C( 1, r 1), r > 0 r (17) C(, r) = r + 1 C(, r 1), r > 0 r (18) C(, r) = C( 1, r 1) + C( 1, r) (19) r C( + k, k) = C( + r + 1, r) (20) k=0 C(, m) C(m, kr) = C(, r) C( m, m r) (21) Pembuktia rumus-rumus kombiasi dapat dilakuka dega dua cara. Cara pertama adalah secara aljabar, yaki dega meguraika rumus-rumus yag sudah diketahui. Cara kedua dikeal dega istilah bukti kombiatorik, yaki megguaka pealara atau memecah masalahya mejadi masalah yag dapat diselesaika dega atura pejumlaha da/atua atura perkalia. Berikut ii ditujukka bukti beberapa rumus di atas. Rumus-rumus yag tidak dibuktika silaka Ada buktika sediri! Bukti (16): Bukti aljabar. Bukti aljabar terkadag dapat dilakuka secara lagsug dari rumusrumus yag sudah diketahui sebelumya. Perhatika, C(, r) =! ( r)!r! =! ( ( r))!( r)! = C(, r). Bukti kombiatorik. Perhatika, misalka tersedia objek berbeda da Ada harus memilih r objek di ataraya. Setelah Ada memilih r objek, ( r) sisaya sisaya pasti sudah tertetu. Artiya, memilih r objek pada hakekatya sama dega memilih ( r) objek. Dega demikia, C(, r) = C(, r). Bukti (19): Rumus ii dikeal dega idetitas Pascal, karea hasilya berupa bilaga-bilaga (lebih tepatya koefisie-koefisie biomial) yag tersusu dalam betuk segitiga Pascal. Bukti aljabar. Kita dapat meguraika ruas kaa utuk medapatka ruas kiri seba- 12

13 gai berikut: C( 1, r 1) + C( 1, r) = = = = ( 1)! ( 1)! + ( r)!(r 1)! ( r 1)!r! [ ( 1)! 1 ( r 1)!(r 1)! ( r) + 1 ] r ( 1)! ( r 1)!(r 1)! [ ( r)r ]! = C(, r). ( r)!r! Bukti kombiatorik. Bayagka Ada aka memilih r objek di atara objek berbeda a 1, a 2, a 3,..., a. Ada dapat melakuka pemiliha ii dega dua cara. Cara pertama: Mula-mula Ada pilih a 1. Selajutya Ada tiggal memilih r 1 objek di atara a 2, a 3, a 4,..., a. Cara pertama ii dapat dilakuka dega 1 C( 1, r 1) cara. Cara kedua: Mula-mula Ada sisihka a 1 utuk tidak dipilih. Dega demikia lagkah selajutya Ada masih harus memilih r objek di atara a 2, a 3, a 4,..., a. Cara kedua ii dapat dilakuka dega 1 C( 1, r) cara. Berdasarka atura pejumlaha, maka diperoleh C( 1, r 1) + C( 1, r). 6.2 Segitiga Pascal Dega megguaka rumus (19) utuk, r bilaga-bilaga cacah dega 0 r aka diperoleh pola bilaga yag dikeal dega ama segitiga Pascal, seperti terlihat pada (22). r (22) 13

14 Apabila dituliska dalam otasi kombiasi, segitiga Pascal terlihat seperti (23). C(0, 0) C(1, 0) C(1, 1) C(2, 0) C(2, 1) C(2, 2) C(3, 0) C(3, 1) C(3, 2) C(3, 3) C(4, 0) C(4, 1) C(4, 2) C(4, 3) C(4, 4) C(5, 0) C(5, 1) C(5, 2) C(5, 3) C(5, 4) C(5, 5) C(6, 0) C(6, 1) C(6, 2) C(6, 3) C(6, 4) C(6, 5) C(6, 6) C(7, 0) C(7, 1) C(7, 2) C(7, 3) C(7, 4) C(7, 5) C(7, 6) C(7, 7) C(8, 0) C(8, 1) C(8, 2) C(8, 3) C(8, 4) C(8, 5) C(8, 6) C(8, 7) C(8, 8).... (23) Dega megamati jumlah bilaga-bilaga dalam setiap baris segitiga Pascal, kita dapat memperoleh rumus petig, yaki C(, k) = 2. (24) k=0 Ada bayak cara membuktika kebeara rumus (24), seperti cara-cara yag sudah dicotohka sebelumya, atau dega iduksi matematika. Rumus tersebut juga dapat diperoleh dega meerapka teorema biomial yag aka dibahas berikut ii. 6.3 Koefisie-koefisie biomial Pertama-tama kita aka megguaka rumus kombiasi utuk meetuka koefisiekoefisie ekspasi biomial seperti (3x + 5) 7, tapa perlu megekspasiya. Igat kembali rumus-rumus yag sudah Ada keal: (a + b) 2 = (a + b)(a + b) = a 2 + 2ab + b 2 (a + b) 3 = (a + b)(a + b)(a + b) = a 3 + 3a 2 b + 3ab 2 + b 3 Salah satu cara memadag perpagakata seperti ii adalah sebagai berikut. Utuk mejabarka (a + b) 3, sesuai dega defiisi perpagakata bulat, kalika (a + b)(a + b)(a + b) dega memilih a atau b dari setiap faktor. Hasil ekspasi diperoleh dega mejumlahka semua kemugkia megalika tiga faktor (masig-masig a atau b), seperti disajika pada tabel di bawah ii. Faktor yag dipilih (a + b) a a a b a b b b (a + b) a a b a b a b b (a + b) a b a a b b a b Hasil kali a 3 a 2 b a 2 b a 2 b ab 2 ab 2 ab 2 b 3 Jumlah a 3 + 3a 2 b + 3ab 2 + b 3 Perhatika, oleh karea setiap suku merupaka hasil kali tiga faktor, maka jumlah pagkat pada setiap faktor adalah 3. Koefisie pada setiap faktor adalah bayakya 14

15 cara memilih a (atau b) dari tiga faktor (a + b). Misalya, koefisie a 2 b sama dega bayakya cara memilih 2 a dari tiga faktor yag dikalika, yaki C(3, 2) = 3, seperti ditujukka pada tabel di atas. Dega memeriksa semua kemugkia, diperoleh (a + b) 3 = C(3, 3)a 3 + C(3, 2)a 2 b + C(3, 1)ab 2 + C(3, 0)b 3. Secara umum kita peroleh teorema biomial sebagai berikut: (a + b) = C(, 0)a b 0 + C(, 1)a 1 b 1 + C(, 2)a 2 b C(, )a 0 b 0 (25) = C(, k)a k b k. (26) k=0 Perhatika, koefisie-koefisie pada suku-suku biomial tidak lai adalah suatu baris pada segitiga Pascal. Rumus (25) berlaku utuk segala substritusi ilai a da b. Sebagai cotoh, apabila a = b = 1 maka diperoleh hasil yag sudah kita duga sebelumya: 2 = (1 + 1) = C(, 0) + C(, 1) C(, ). Apabila a = 1 da b = 1 maka diperoleh: 0 = (1 1) = k=0 ( 1) k C(, k) = C(, 0) C(, 1) + C(, 2)... + ( 1) C(, ). Cotoh-cotoh: 1. Berapakah koefisie x 3 pada ekspasi (x + 1) 5? Jawab: Ada dapat megguaka teorema biomial utuk a = x da b = 1, (x + 1) 5 = 5 k=0 C(5, k)x5 k 1 k. Jadi jawabya adalah C(5, 2) = C(5, 3) = Berapakah koefisie x 3 pada ekspasi (x + 2) 5? Jawab: (x + 2) 5 = 5 k=0 C(5, k)x5 k 2 k. Jadi, koefisie x 3 adalah C(5, 2) 2 2 = Berapakah koefisie x 5 pada ekspasi (3x + 5) 7? Jawab: (3x + 5) 7 = 7 k=0 C(7, k)(3x)7 k 5 k. Jadi, koefisie x 5 adalah C(7, 2) Tujukka bahwa C(, k) < C(, k + 1) jika da haya jika k < 1 2. Bukti: C(, k) < C(, k + 1)! k!( k)! <! rumus kombiasi (k+1)!( k 1)! 1 k!( k)! < 1 kedua ruas dibagi dega! (k+1)!( k 1)! (k + 1)!( k 1)! < k!( k)! (k + 1) < ( k) kedua ruas dibagi dega k!( k 1)! 2k < 1 k <

Aturan Pencacahan. Contoh: Berapa banyak kemungkinan jalur yang dapat dilalui dari Kota A ke Kota D?

Aturan Pencacahan. Contoh: Berapa banyak kemungkinan jalur yang dapat dilalui dari Kota A ke Kota D? Atura Pecacaha A. Atura Perkalia Jika terdapat k usur yag tersedia, dega: = bayak cara utuk meyusu usur pertama 2 = bayak cara utuk meyusu usur kedua setelah usur pertama tersusu 3 = bayak cara utuk meyusu

Lebih terperinci

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI Oleh: Sutopo Jurusa Fisika FMIPA UM sutopo@fisika.um.ac.id Ditulis pada sekitar bula Maret 2011. Diuggah pada 3 Desember 2011 PROBLEM Gambar di bawah ii meyataka

Lebih terperinci

Matematika Diskret (Kombinatorial - Permutasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs

Matematika Diskret (Kombinatorial - Permutasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs Matematika Diskret (Kombiatorial - Permutasi) Istruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs Pedahulua Sebuah sadi-lewat (password) pajagya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau agka. Berapa

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

Oleh: Yunissa Rara Fahreza Akuntansi Teknologi Sistem Informasi KOMBINATORIAL & PELUANG DISKRIT : PERMUTASI MATEMATIKA DISKRIT

Oleh: Yunissa Rara Fahreza Akuntansi Teknologi Sistem Informasi KOMBINATORIAL & PELUANG DISKRIT : PERMUTASI MATEMATIKA DISKRIT Oleh: Yuissa Rara Fahreza Akutasi Tekologi Sistem Iformasi KOMBINATORIAL & PELUANG DISKRIT : PERMUTASI MATEMATIKA DISKRIT ILUSTRASI 1 Misal ada 3 buah kelereg yag berbeda wara : merah (m), kuig (k) da

Lebih terperinci

Kombinatorial dan Peluang. Adri Priadana ilkomadri.com

Kombinatorial dan Peluang. Adri Priadana ilkomadri.com Kombiatorial da Peluag Adri Priadaa ilkomadri.com Pedahulua Sebuah kata-sadi (password) pajagya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau agka. Berapa bayak kemugkia kata-sadi yag dapat dibuat?

Lebih terperinci

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI Fiboacci Matematikawa terbesar pada abad pertegaha adalah Leoardo dari Pisa, Italia (80 0). Ia lebih dikeal dega ama Fibo-acci. Artiya, aak Boaccio. Meara Pisa yag terkeal

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa istilah, defiisi serta kosep-kosep yag medukug dalam peelitia ii. 2.1 Kosep Dasar Teori Graf Berikut ii aka diberika kosep dasar teori graf yag bersumber

Lebih terperinci

Induksi Matematik dan Teorema Binomial

Induksi Matematik dan Teorema Binomial Modul Iduksi Matematik da Teorema Biomial Sukirma I PENDAHULUAN duksi matematik merupaka salah satu metode pembuktia dari bayak teorema dalam Teori Bilaga maupu dalam mata kuliah matematika laiya. Sedagka

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ARTIKEL Meetuka rumus Jumlah Suatu Deret dega Operator Beda Markaba 191115198801005 Maret 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi; Modul 1 Operasi Dr. Ahmad Muchlis B PENDAHULUAN erapakah 97531 86042? Kalau Ada megguaka kalkulator, jawabaya amat bergatug pada tipe kalkulator yag Ada pakai. 9 Kalkulator ilmiah Casio fx-250 memberika

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

Soal-soal Latihan: jika Misalkan n adalah bilangan genap. Buktikan bahwa

Soal-soal Latihan: jika Misalkan n adalah bilangan genap. Buktikan bahwa Soal-soal Latiha:. Misalka kita aka meyusu kata-kata yag dibetuk dari huru-huru dalam kata SIMALAKAMA, jika a. huru S mucul setelah huru K (misalya, ALAMAKSIM). b. huru A mucul berdekata. c. tidak memuat

Lebih terperinci

PELUANG KEJADIAN. 3. Permutasi siklis adalah permutasi yang susunannya melingkar.

PELUANG KEJADIAN. 3. Permutasi siklis adalah permutasi yang susunannya melingkar. PELUANG KEJADIAN A. Atura Perkalia/Pegisia Tempat Jika kejadia pertama dapat terjadi dalam a cara berbeda, kejadia kedua dapat terjadi dalam b cara berbeda, kejadia ketiga dapat terjadi dalam c cara berbeda,

Lebih terperinci

PELUANG. Kegiatan Belajar 1 : Kaidah Pencacahan, Permutasi dan kombinasi

PELUANG. Kegiatan Belajar 1 : Kaidah Pencacahan, Permutasi dan kombinasi PELUANG Kegiata Belajar : Kaidah Pecacaha, Permutasi da kombiasi A. Kaidah Pecacaha. Prisip Dasar Membilag Jika suatu operasi terdiri dari tahap, tahap pertama dapat dilakuka dega m cara yag berbeda da

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

4. KOMBINATORIKA ... S 1. S n S 2. Gambar 4.1

4. KOMBINATORIKA ... S 1. S n S 2. Gambar 4.1 4. KOMBINATORIKA 4. Atua Utuk Suatu Peistiwa Evet sesuatu yag tejadi. Jika peistiwa A dapat tejadi dalam m caa da peistiwa B dapat tejadi dalam N caa, maka tedapat (m, ) caa kedua peistiwa tejadi besama-sama.

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Materi ke 1

BARISAN DAN DERET. Materi ke 1 BARISAN DAN DERET Materi ke 1 Pola Bilaga adalah? Susua bilaga yag disusu meurut atura tertetu. Cotoh : 1. Pola Bilaga Gajil 1, 3, 5,... 2. Pola Bilaga Geap 2, 4, 6,... PERHATIKAN SSNAN BILANGAN DI BAWAH

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) MATEMATIKA II DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) sugegpb.lecture.ub.ac.id aada.lecture.ub.ac.id BARISAN Barisa merupaka kumpula suatu bilaga (atau betuk aljabar) yag disusu sehigga membetuk suku-suku yag

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut: Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah

Lebih terperinci

BAB I INDUKSI MATEMATIK. Beberapa Prinsip Induksi Matematik (PIM) yang perlu diketahui: 1. Sederhana 2. Yang dirampatkan (generalized) 3.

BAB I INDUKSI MATEMATIK. Beberapa Prinsip Induksi Matematik (PIM) yang perlu diketahui: 1. Sederhana 2. Yang dirampatkan (generalized) 3. BAB I INDUKSI MATEMATIK Iduksi matematik merupaka salah satu metode pembuktia yag baku di dalam matematika, yag meyataka kebeara dari suatu peryataa tetag semua bilaga asli atau kadag-kadag semua bilaga

Lebih terperinci

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama Solusi Soal OSN Matematika SMA/MA Hari Pertama Soal 1. Buktika bahwa utuk sebarag bilaga asli a da b, bilaga adalah bilaga bulat geap tak egatif. = F P B (a, b) + KP K (a, b) a b Solusi. Pertama aka dibuktika

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT DIKTAT Oleh: Rippi Maya Eliva Sukma Cipta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 016 Kata Pegatar Diktat ii disusu sebagai

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

Solusi Pengayaan Matematika

Solusi Pengayaan Matematika Solusi Pegayaa Matematika Edisi 11 Maret Peka Ke-, 2007 Nomor Soal: 101-110 101. Bilaga desimal 0,7777 diyataka dalam hasil bagi bilaga rasioal sebagai a b, dega a da b relatif prima. Nilai dari ab A.

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

BAB 2 PELUANG LKS 1 8. C hanya angka 3 yang memenuhi syarat kurang dari 400 Banyak bilangan yang kurang dari 400 : = = 12 9.

BAB 2 PELUANG LKS 1 8. C hanya angka 3 yang memenuhi syarat kurang dari 400 Banyak bilangan yang kurang dari 400 : = = 12 9. A. Evaluasi egertia atau Igata. B (A x B) (A). (B). 0. B huruf vokal Bayak susua huruf yag dapat dibuat :..... 0. B ( agka dapat berulag ) Bayak bilaga puluha yag dapat disusu dari agka tersebut :. 9.

Lebih terperinci

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,...

) didefinisikan sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a x a x a x b... b adalah suatu urutan bilangan dari bilangan s1, s2,... SISEM PERSAMAAN LINIER DAN MARIKS. SISEM PERSAMAAN LINIER Secara umum, persamaa liier dega variabel ( x, x,..., x ) didefiisika sebagai persamaa yag dapat diyataka dalam betuk: a x a x a x b... dega a,

Lebih terperinci

Kapita Selekta Matematika

Kapita Selekta Matematika Sudaryato Sudirham Kapita Selekta Matematika Bilaga Kompleks Permutasi da Kombiasi Aritmatika Iterval BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Dalam buku Erwi Kreyszig kita baca defiisi bilaga bilaga kompleks sebagai

Lebih terperinci

PEMBEKALAN OSN-2011 SMP STELA DUCE I YOGYAKARTA MATA PELAJARAN: MATEMATIKA Pemateri: Murdanu

PEMBEKALAN OSN-2011 SMP STELA DUCE I YOGYAKARTA MATA PELAJARAN: MATEMATIKA Pemateri: Murdanu Pemateri: Murdau 1 BAGIAN A 1. Carilah dua bilaga yag hasilkali da jumlahya berilai sama!. Carilah dua bilaga yag perbadiga da selisihya berilai sama! 3. Diketahui: ab = 84, bc = 76, ac = 161. Berapakah

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Sistem Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sistem Bilaga Real Prof. R. Soematri D PENDAHULUAN alam modul ii aka dibahas sifat-sifat pokok bilaga real. Meskipu pembaca sudah akrab bear dega bilaga real amu modul ii aka membahasya lebih cermat

Lebih terperinci

BAB II CICILAN DAN BUNGA MAJEMUK

BAB II CICILAN DAN BUNGA MAJEMUK BAB II CICILAN DAN BUNGA MAJEMUK 2.1. Buga Majemuk Ada sedikit perbedaa atara suku buga tuggal da suku buga majemuk. Pada suku buga tuggal, besarya buga B = Mp tidak perah digabugka dega modal M. Sebalikya

Lebih terperinci

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia Himpua Suatu himpua atau gugus adalah merupaka sekumpula obyek. Pada umumya aggota dari gugus tersebut memiliki suatu sifat yag sama. Suatu himpua bagia atau aak gugus merupaka sekumpula obyek yag aggotaya

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 0 Prestasi itu diraih buka didapat!!! SOLUSI SOAL Bidag Matematika Disusu oleh : Eddy Hermato, ST Olimpiade Matematika Tk

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma untuk Menghitung Bilangan Fibonacci

Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma untuk Menghitung Bilangan Fibonacci Kompleksitas dari Algoritma-Algoritma utuk Meghitug Bilaga Fiboacci Gregorius Roy Kaluge NIM : 358 Program Studi Tekik Iformatika, Istitut Tekologi Badug Jala Gaesha, Badug e-mail: if8@studets.if.itb.ac.id,

Lebih terperinci

Kompetisi Statistika Tingkat SMA

Kompetisi Statistika Tingkat SMA . Arya da Bombom melakuka tos koikoi yag seimbag yag mempuyai sisi, agka da gambar Arya melakuka tos terhadap 6 koi, sedagka Bombom melakuka tos terhadap koi, maka peluag Arya medapatka hasil tos muka

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR Dose Pegampu : Darmadi, S.Si, M.Pd Disusu : Kelas 5A / Kelompok 5 : Dia Dwi Rahayu (084. 06) Hefetamala (084. 4) Khoiril Haafi (084. 70) Liaatul Nihayah (084. 74)

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM

MATEMATIKA BISNIS. OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM MATEMATIKA BISNIS OLEH: SRI NURMI LUBIS, S.Si GICI BUSSINESS SCHOOL BATAM BAB BARISAN DAN DERET A. BARISAN Barisa bilaga adalah susua bilaga yag diurutka meurut atura tertetu.betuk umum barisa bilaga a,

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

3. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 3.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 3. Ragkaia Logika Kombiasioal da Sequesial Ragkaia Logika secara garis besar dibagi mejadi dua, yaitu ragkaia logika Kombiasioal da ragkaia logika Sequesial. Ragkaia logika Kombiasioal adalah ragkaia yag

Lebih terperinci

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada 8 BAB III RUANG HAUSDORFF Pada bab ii aka dibahas megeai ruag Hausdorff, kekompaka pada ruag Hausdorff da ruag regular legkap. Pembahasa diawali dega medefiisika Ruag Hausdorff da beberapa sifatya kemudia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 03/04 Mata Ujia : Aalisis Real Tipe Soal : REGULER Dose : Dr. Jula HERNADI Waktu : 90 meit Hari, Taggal : Selasa,

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH Pertemuan I: Pengenalan Matematika Ekonomi dan Bisnis

CATATAN KULIAH Pertemuan I: Pengenalan Matematika Ekonomi dan Bisnis CATATAN KULIAH Pertemua I: Pegeala Matematika Ekoomi da Bisis A. Sifat-sifat Matematika Ekoomi 1. Perbedaa Matematika vs. Nomamatematika Ekoomi Keutuga pedekata matematika dalam ilmu ekoomi Ketepata (Precise),

Lebih terperinci

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus ODUL 5 Peubah Acak Diskret Khusus Terdapat beberapa peubah acak diskret khusus yag serig mucul dalam aplikasi. Peubah Acak Seragam ( Uiform) Bila X suatu peubah acak diskret dimaa setiap eleme dari X mempuyai

Lebih terperinci

theresiaveni.wordpress.com NAMA : KELAS :

theresiaveni.wordpress.com NAMA : KELAS : theresiaveiwordpresscom NAMA : KELAS : 1 theresiaveiwordpresscom BARISAN DAN DERET Barisa da deret dapat diguaka utuk memudahka peyelesaia perhituga, misalya buga bak, keaika produksi, da laba/rugi suatu

Lebih terperinci

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar 1 0 Himpua Kritis Pada Graph Caterpillar Chairul Imro, Budi Setiyoo, R. Simajutak, Edy T. Baskoro {imro-its,budi}@matematika.its.ac.id, {rio,ebaskoro}@ds.math.itb.ac.id Ues, Semarag, 4 7 Juli 006 Abstrak

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2016/2017 3 Februari 2017 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg Batas

Lebih terperinci

Hazmira Yozza Izzati Rahmi HG Jurusan Matematika FMIPA Unand

Hazmira Yozza Izzati Rahmi HG Jurusan Matematika FMIPA Unand TEKIK SAMPLIG PCA SEDERHAA Hazmira Yozza Izzati Rahmi HG Jurusa Matematika FMIPA Uad Defiisi : Jika suatu cotoh berukura diambil dari suatu populasi berukura sedemikia rupa sehigga setiap kemugkia cotoh

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI 1 MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel.

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel. II. LANDASAN TEORI Defiisi 2.1 Distribusi Samplig Distribusi samplig adalah distribusi probibilitas dari suatu statistik. Distribusi tergatug dari ukura populasi, ukura sampel da metode memilih sampel.

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

Bab 8 Teknik Pengintegralan

Bab 8 Teknik Pengintegralan Catata Kuliah MA3 Kalkulus Elemeter II Oki Neswa,Ph.D., Departeme Matematika-ITB Bab 8 Tekik Pegitegrala Metoda Substitusi Itegral Fugsi Trigoometrik Substitusi Merasioalka Itegral Parsial Itegral Fugsi

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1 BARISAN DAN DERET 05//06 Matematika Tekik BARISAN Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 05//06 Matematika Tekik Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka

Lebih terperinci

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Fugsi Kompleks (Pertemua XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Brawijaya Pedahulua Persamaa x + 1 = 0 tidak memiliki akar dalam himpua bilaga real. Pertayaaya,

Lebih terperinci

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT

METODE NUMERIK TKM4104. Kuliah ke-2 DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT METODE NUMERIK TKM4104 Kuliah ke- DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT DERET TAYLOR o Deret Taylor adalah alat yag utama utuk meuruka suatu metode umerik. o Deret Taylor bergua utuk meghampiri ugsi ke dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Prosidig Semiar Nasioal Matematika da Terapaya 06 p-issn : 0-0384; e-issn : 0-039 PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT Liatus

Lebih terperinci

BAB II KAIDAH PENCACAHAN DAN PELUANG

BAB II KAIDAH PENCACAHAN DAN PELUANG 1 BAB II KAIDAH PENCACAHAN DAN PELUANG Dalam kehidupa sehari hari kita serig dihadapka pada persoala yag berkaita dega peluag. Baik mecari kemugkia, kesempata, bayak cara, harapa da sebagaiya. Dalam Materi

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA

BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA MATERI KULIAH a 1 Kalkulus Lajut BARISAN DAN DERET TAK BERHINGGA Sahid, MSc. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 010 BARISAN DAN DERET DI SMA: BARISAN & DERET ARITMETIKA

Lebih terperinci

SOAL PENYISIHAN =. a. 11 b. 12 c. 13 d. 14 e. 15

SOAL PENYISIHAN =. a. 11 b. 12 c. 13 d. 14 e. 15 SOAL PENYISIHAN Petujuk pegerjaa soal : Jumlah soal 0 soal Piliha Gada da Uraia Utuk piliha gada diberi peilaia bear +, salah -, tidak diisi 0 Lama pegerjaa soal adalah 0 meit Kalau berai, silaka pilih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sudah Anda kenal di sekolah menengah, bahkan sejak sekolah

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sudah Anda kenal di sekolah menengah, bahkan sejak sekolah Modul Himpua Dra Sri Haryati Kartiko, MS PENDHULUN impua sudah da keal di sekolah meegah, bahka sejak sekolah H dasar Himpua merupaka usur yag petig dalam probabilitas, sehigga dipelajari kembali dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS.1 Pegertia-pegertia Lapaga pekerjaa adalah bidag kegiata dari pekerjaa/usaha/ perusahaa/kator dimaa seseorag bekerja. Pekerjaa utama adalah jika seseorag haya mempuyai satu pekerjaa

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 196 JAKARTA. Jawab : Nilai dari. Jawab :.3.3 = 27

PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 196 JAKARTA. Jawab : Nilai dari. Jawab :.3.3 = 27 PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 9 JAKARTA No. Idikator Soal Prediksi Soal Peserta didik dapat meyataka betuk pecaha aljabar yag pembilag da peyebutya berpagkat egatif mejadi

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

DERET Matematika Industri 1

DERET Matematika Industri 1 DERET TIP FP UB Pokok Bahasa Barisa Deret Deret aritmetik Deret geometrik Deret pagkat dari bilaga-bilaga asli Deret tak berhigga Nilai-ilai limit Deret koverge da deret diverge Uji kovergesi Deret secara

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 SUKU BANYAK A Pegertia: f(x) x + a 1 x 1 + a 2 x 2 + + a 2 +a 1 adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a 1, a 2,.,a 2, a 1, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B.

Fungsi. Jika f adalah fungsi dari A ke B kita menuliskan f : A B yang artinya f memetakan A ke B. Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari A ke B kita meuliska f : A

Lebih terperinci

Barisan Dan Deret Arimatika

Barisan Dan Deret Arimatika Barisa Da Deret Arimatika A. Barisa Aritmatika Niko etera memiliki sebuah peggaris ukura 0 cm. Ia megamati bilaga-bilaga pada peggarisya ii. Bilaga-bilaga tersebut beruruta 0, 1,, 3,, 0. etiap bilaga beruruta

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno

PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK. Sutikno sutiko PENGARUH VARIASI PELUANG CROSSOVER DAN MUTASI DALAM ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH KNAPSACK Sutiko Program Studi Tekik Iformatika Fakultas Sais da Matematika UNDIP tik@udip.ac.id

Lebih terperinci

Batas Bilangan Ajaib Pada Graph Caterpillar

Batas Bilangan Ajaib Pada Graph Caterpillar J. Math. ad Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 3, No., Nov 006, 49 56 Batas Bilaga Ajaib Pada Graph Caterpillar Chairul Imro Jurusa Matematika FMIPA ITS Surabaya imro-its@matematika.its.ac.id Abstrak Jika suatu

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

Barisan, Deret, dan Notasi Sigma

Barisan, Deret, dan Notasi Sigma Barisa, Deret, da Notasi Sigma B A B 5 A. Barisa da Deret Aritmetika B. Barisa da Deret Geometri C. Notasi Sigma da Iduksi Matematika D. Aplikasi Barisa da Deret Sumber: http://jsa007.tripod.com Saat megedarai

Lebih terperinci

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor Bab 6 Deret Taylor da Deret Lauret BAB 6 DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT 6 Deret Taylor Misal fugsi f aalitik pada - < R ligkara dega pusat di da jari-jari R Maka utuk setiap titik pada ligkara itu f dapat

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN KE - 1. : 6 jam pelajaran

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN KE - 1. : 6 jam pelajaran RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN KE - 1 Satua Pedidika Mata Pelajara Kelas/Semester Materi Pokok Waktu : SMA N 6 YOGYAKARTA : Matematika : XII IPS/ : Barisa da Deret : 6 jam pelajara 1. Stadar Kompetesi 4.

Lebih terperinci