MODUL PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR Supervisi Akademik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR Supervisi Akademik"

Transkripsi

1 Supervisi Akademik i

2 MODUL PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR KELOMPOK KOMPETENSI B KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL Penanggung Jawab Dra. Garti Sri Utami, M. Ed. Penyusun 1. Prof. M. Asfah Rahman, M.Ed., Ph.D.; ; asfah_rahman@yahoo.com 2. M. Ilzam Marzuk, MA.Educ.; ; ilzammarzuk@gmail.com 3. Zainal, S.Pd., M.Pd.; ; zainal_mra@yahoo.co.id Penelaah Dr. Dian Peniasiani, M.Ed.; ; dianpeniasiani@yahoo.co.id Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 Edisi ke-1: Agustus 2016 Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang menyalin sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan individu maupun komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

3

4

5 DAFTAR ISI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii PETA KEDUDUKAN MODUL...viii PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...1 B. Target Kompetensi...2 C. Tujuan Pembelajaran...2 D. Peta Kompetensi...2 E. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran...3 F. Cara Penggunaan Modul...4 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI MANAJERIAL... 5 A. Tujuan Pembelajaran...5 B. Indikator Pencapaian Tujuan...5 C. Uraian Materi Pengertian Supervisi Manajerial Ruang Lingkup Supervisi Manajerial Fungsi dan Peran Pengawas Sekolah dalam Supervisi Manajerial Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial...8 D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik H. Refleksi dan Tindak Lanjut KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 METODE SUPERVISI MANAJERIAL A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi Monitoring dan Evaluasi Refleksi dan Focused Group Discussion (FGD) Metode Delphi Workshop D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik iii

6 H. Refleksi dan Tindak Lanjut I. Kunci Jawaban KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 TEKNIK SUPERVISI MANAJERIAL A. Tujuan Pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi Teknik Supervisi Individual Teknik Supervisi Kelompok D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik H. Refleksi dan Tindak Lanjut I. Kunci Jawaban EVALUASI PENUTUP DAFTAR ISTILAH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Kedudukan Modul... viii Gambar 2. Peta Kompetensi Modul... 2 v

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu... 3 Tabel 2. Strategi Pembelajaran... 4 vi

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kunci Jawaban Evaluasi vii

10 PETA KEDUDUKAN MODUL Modul Pengawas Sekolah Pembelajar terdiri dari 10 modul. Dari modul A sampai dengan modul J. Saat ini Saudara sedang membahas dan mempelajari modul B,. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MODUL J Pedoman Pengawasan D I M E N S I K O M P E T E N S I EVALUASI PENDIDIKAN SUPERVISI MANAJERIAL MODUL I Pengembangan Profesi MODUL H Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan Sekolah MODUL G Penilaian dan Pemantauan Pembelajaran MODUL F Pemantauan Pelaksanaan Pemenuhan SNP MODUL E Pelaksanaan Supervisi Manajerial MODUL D Laporan Hasil Pengawasan MODUL C Program Pengawasan Supervisi Manajerial MODUL B SUPERVISI AKADEMIK MODUL A Supervisi Akademik Gambar 1. Peta Kedudukan Modul viii

11 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modul Pengawas Sekolah Pembelajar B ini adalah modul yang dipersiapkan untuk membantu meningkatkan kompetensi pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi manajerial. Melalui modul ini, Saudara akan melakukan kegiatan-kegiatan, baik secara individu maupun dalam kelompok. Kegiatan-kegiatan yang Saudara lakukan antara lain mengkaji penerapan prinsip-prinsip supervisi manajerial, penerapan metode supervisi manajerial, serta penerapan teknik supervisi manajerial. Supervisi manajerial adalah serangkaian kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran seperti yang tertera dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Pengawas sekolah harus memiliki komitmen bersama untuk membina dan mendampingi kepala sekolah menggerakkan guru dan peserta didik agar mampu berpikir kritis, berkreasi, berinovasi, memecahkan masalah dan menciptakan pembelajaran efektif. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam menganalisis potensi sekolah dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. Fokus supervisi manajerial adalah bidang garapan manajemen sekolah, antara lain meliputi: (a) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d) ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan khusus. Dalam tugas tersebut pengawas sekolah perlu melakukan kegiatan pemantauan, pembinaan, bimbingan dan narasumberan, serta penilaian terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi delapan standar, yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian. Tujuan supervisi terhadap kedelapan standar tersebut adalah agar sekolah terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Dalam konteks kehidupan internasional kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan sistem penjaminan mutu pendidikan nasional agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam persaingan internasional. Modul B ini akan memandu Saudara sebagai peserta Pengawas Sekolah Pembelajar untuk mengembangkan kompetensi Saudara dalam 1

12 melaksanakan tugas supervisi manajerial. Pada pembelajaran modul ini, Saudara akan melakukan kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran mandiri dan/atau belajar bersama dengan sesama pengawas sekolah dan dipandu oleh fasilitator. B. Target Kompetensi Menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi manajerial dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul pengawas pembelajar ini, Saudara mampu: 1. menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah; 2. menerapkan metode supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah; 3. menerapkan teknik supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. D. Peta Kompetensi PERMENDIKNAS NO. 12 TAHUN 2007 TENTANG KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH DIMENSI KOMPETENSI 2. SUPERVISI MANAJERIAL 2.1. MENGUASAI METODE, TEKNIK, DAN PRINSIP- PRINSIP SUPERVISI MANAJERIAL DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENERAPKAN PRINSIP- PRINSIP SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENERAPKAN METODE SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENERAPKAN TEKNIK SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL Gambar 2. Peta Kompetensi Modul 2

13 E. Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran 1. Ruang Lingkup Modul B ini memuat bahasan tentang konsep supervisi manajerial yang dirinci menjadi 3 (tiga) topik utama yaitu: (a) Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial, (b) Metode Supervisi Manajerial, dan (c) Teknik-Teknik Supervisi Manajerial. 2. Pengorganisasian Pembelajaran a. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu Melalui modul Pengawas Sekolah Pembelajar ini, Saudara akan melakukan kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan mempelajari prinsip-prinsip supervisi manajerial di Kegiatan Pembelajaran 1, metode supervisi manajerial pada Kegiatan Pembelajaran 2, dan Kegiatan Pembelajaran 3 tentang teknik-teknik supervisi manajerial, kemudian diakhiri dengan tes. Saudara akan melakukan kegiatan refleksi mengenai prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial yang sudah dilaksanakan di sekolah binaan. Setelah memperoleh hasil refleksi dilanjutkan dengan memetakan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial, menyelesaikan kasus supervisi manajerial dengan menentukan prinsip, metode dan teknik yang sesuai, menyusun skenario penerapannya kemudian melakukan simulasi penerapan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial. Secara rinci kegiatan pembelajaran dan alokasi waktu pada modul ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu 1 Menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah 10 JP 2 3 Menerapkan Metode Supervisi Manajerial untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Menerapkan Teknik Supervisi Manajerial untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah TOTAL 10 JP 10 JP 30 JP b. Strategi Pembelajaran Kegiatan pembelajaran modul menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Ragam strategi tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini. 3

14 Tabel 2. Strategi Pembelajaran No Strategi Pembelajaran 1 Berpikir Reflektif 2 Diskusi 3 Studi Kasus 4 Presentasi 5 Bermain Peran 6 Curah Pendapat 7 Simulasi F. Cara Penggunaan Modul Modul Pengawas Sekolah Pembelajar ini dirancang dengan moda tatap muka dengan pola 30 JP. Langkah-langkah yang harus dilakukan pengawas sekolah pembelajar dalam mempelajari modul ini adalah sebagai berikut : 1. Lakukan pengecekan terhadap kelengkapan modul, seperti kelengkapan halaman, kejelasan hasil cetakan, serta kondisi modul secara keseluruhan. 2. Bacalah struktur dan petunjuk penggunaan modul serta bagian pendahuluan yang meliputi: target kompetensi, tujuan pembelajaran, peta kompetensi, ruang lingkup, sebelum masuk pada pembahasan materi pokok. 3. Pelajarilah setiap kegiatan pembelajaran sampai tuntas, 4. Pelajari semua isi modul mulai dari materi pembelajaran, aktivitas pembelajaran, latihan soal dalam modul ini dengan seksama. 5. Buatlah catatan-catatan kecil jika ditemukan hal-hal yang perlu pengkajian lebih lanjut dan disampaikan pada fasilitator 6. Ikuti semua instruksi yang terdapat dalam aktivitas pembelajaran yang meliputi kegiatan dan pengisian lembar kerja (LK) di setiap kegiatan pembelajaran. 7. LK yang terdapat dalam modul merupakan contoh, Saudara dapat mengerjakannya di tempat lain baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. 8. Lakukanlah berbagai latihan sesuai dengan petunjuk yang disajikan pada masingmasing kegiatan pembelajaran. Demikian pula dengan kegiatan evaluasi dan tindak lanjutnya. 9. Disarankan tidak melihat kunci jawaban terlebih dahulu agar evaluasi yang dilakukan dapat mengukur tingkat penguasaan peserta terhadap materi yang disajikan. 10. Pelajarilah keseluruhan materi modul secara intensif. Modul ini dirancang sebagai bahan belajar mandiri persiapan uji kompetensi. 4

15 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI MANAJERIAL (WAKTU 10 JP) A. Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, Saudara dapat menerapkan prinsipprinsip supervisi manajerial untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah. B. Indikator Pencapaian Tujuan 1. Membangun hubungan kemanusiaan. 2. Melaksanakan prinsip supervisi berkesinambungan, 3. Melakukan supervisi secara demokratis, 4. Memproses supervisi secara integral dengan program pendidikan, 5. Melaksanakan supervisi komprehensif, 6. Melaksanakan supervisi secara konstruktif 7. Melakukan supervisi secara objektif. C. Uraian Materi 1. Pengertian Supervisi Manajerial Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Pengertian supervisi seperti yang dikemukakan Ametembun (1993) dalam Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008) bahwa berdasarkan bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orangorang yang disupervisi. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan. Supervisi ditujukan pada dua aspek, yakni manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik menitikberatkan pada pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan pengawas terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. 5

16 2. Ruang Lingkup Supervisi Manajerial Supervisi manajerial sebagaimana dikemukakan dalam uraian di atas lebih dititikberatkan pada aspek pengelolaan dan administrasi sekolah. Sejalan dengan pernyataan dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009:20) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia kependidikan dan sumberdaya lainnya. Selanjutnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan yang berkenaan langsung dengan ranah kompetensi pengawas sekolah dalam pembinaan untuk mengelola sekolah binaannya yang meliputi: (a) perencanaan program, (b) pelaksanaan rencana kerja, (c) pengawasan dan evaluasi, (d) kepemimpinan, dan (e) sistem informasi manajemen. Supervisi manajerial yang dilaksanakan pengawas sekolah pada aspek manajemen sekolah meliputi: (a) kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d) ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan khusus. Terkait dengan tugas tersebut pengawas perlu melakukan tugas berupa pemantauan, bimbingan dan narasumberan, serta penilaian terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang meliputi delapan standar, yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian. Pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah selalu berkaitan dengan penguasaan prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial agar pelaksanaan supervisi dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah terutama pada sekolah binaan. Pemahaman prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial akan memandu pengawas sekolah dalam menjalankan fungsi pengawas secara efektif sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan sekolah binaan. 3. Fungsi dan Peran Pengawas Sekolah dalam Supervisi Manajerial Pengawas sekolah sebagai supervisor memiliki fungsi dan peran yang menentukan dalam upaya peningkatan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah. Gregorio (1966) seperti dikutip Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008) mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, tujuan belajar maupun metode pembelajaran. Sasaran inspeksi yang dilakukan pengawas sekolah adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interviu, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian. Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi 6

17 sekolah. Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisis untuk menarik suatu kesimpulan dan menentukan strategi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi sekolah. Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan guru/kepala sekolah/tenaga kependidikan lainnya berkaitan dengan kemampuan profesional yang diharapkan. Pelatihan dalam supervisi manajerial dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan antara lain: workshop/lokakarya, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan supervisi. Fungsi bimbingan diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan dalam pelaksanaan supervisi manajerial antara lain dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, melakukan pendampingan (mentoring) serta membantu menerapkan sebuah prosedur kerja yang baru. Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, tingkat pencapaian pelaksanaan program. Penilaian terkait dengan supervisi manajerial dilakukan dengan berbagai cara di antaranya: tes, penetapan standar, penilaian, perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Ketika melaksanakan supervisi manajerial, peran-peran yang dimiliki pengawas sekolah antara lain: a. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah. b. Asesor dalam menganalisis potensi sekolah binaan dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sekolah binaannya. c. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya. d. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan. Dalam menjalankan peran tersebut di atas, seorang pengawas diharapkan memiliki kemampuan sebagai: a. Konseptor, yaitu menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. b. Programmer, yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misitujuan dan program sekolah-sekolah binaannya. c. Komposer, yaitu menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah. d. Builder, yaitu: (1) membina kepala sekolah dalam pengelolaan (manajemen) dan administrasi sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah, (2) membina guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, dan (3) memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. e. Observer, yaitu membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator keberhasilan mutu pendidikan di sekolah dan memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah. 7

18 8 f. Reporter, yaitu menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolahsekolah binaan dan menindaklanjuti untuk perbaikan mutu pendidikan dan program pengawasan berikutnya. g. Supporter, yaitu mendorong guru dan kepala sekolah untuk merefleksi guna menemukan hasil-hasil yang dicapai dan menyadari kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya. h. User, yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah. i. Messenger, yaitu menyampaikan dan menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada guru dan kepala sekolah. 4. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial Pengawas sekolah sebagai supervisor harus mampu menunjukkan perilaku seorang profesional. Pelaksanaan supervisi manajerial harus berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, diperlukan kelebihan dapat melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahami setiap permasalahan dan mampu memberikan alternatif untuk menyelesaikannya. Pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dapat berjalan secara efektif apabila didukung oleh pemahaman dan penguasaan mengenai prinsip-prinsip supervisi manajerial. Diantara prinsip-prinsip yang berdampak positip dalam melaksanakan supervisi manajerial diuraikan secara singkat berikut ini: a. Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter. Pengawas yang otoriter cenderung menggunakan kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pengawas akan menggunakan wewenang sebagai dasar berpikir. Ketika berhadapan dengan orang lain dan menanggapi masalahnya, mereka akan menanyakan kedudukannya dalam lembaga dan organisasi (sebagai apa?). Dalam membahas masalah itu, pengawas tidak akan mempersoalkan hakikat dan kepentingannya, tetapi selalu merasa berhak untuk ikut campur dan mengurus perkara yang dipersoalkannya. Namun, hal ini hanya berlaku untuk dirinya. Seorang otoriter akan membatasi pekerjaan seseorang, yaitu agar orang tersebut bekerja menurut prosedur dan aturan yang ada. Jika orang itu tidak mengerti dan tidak menjalankan tugasnya dengan baik, orang itu akan dianggap salah. Pengawas yang otoriter hanya mengenal satu macam komunikasi, yaitu satu arah. Komunikasi dua arah, saling diskusi dan menanggapi, dan model demokratis dengan kemungkinan perbedaan dan pertentangan pendapat secara verbal atau secara konseptual akan dimengerti, tapi sulit untuk dihayati. Komunikasi yang bebas dan terbuka, berasal dari berbagai arah dan tertuju ke segala penjuru akan asing baginya, karena gaya komunikasi tersebut tidak masuk dalam kerangka berpikirnya. Oleh karena itu, komunikasi satu arah menjadi andalan bagi orang ini dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan tugasnya baik dalam menyampaikan gagasan, pemikiran, dan pesan, pengawas otoriter hanya mengenal satu bentuk komunikasi, yaitu instruksi. Istilah yang dikenalnya terbatas pada pengarahan, petunjuk, wejangan, perintah, pembinaan, sehingga bentuk komunikasi yang sifatnya

19 sekadar memberitahu perkaranya (informatif) dianggap sudah mencukupi. Bentuk komunikasi yang persuasif untuk meyakinkan, dinilai menghabiskan waktu dan tidak efisien. Jika dalam komunikasi pengawas yang otoriter hanya mengenal komunikasi dalam bentuk instruksi, dalam bertindak cenderung mengedepankan kekuasaan. Pengawas otoriter juga akan mempermainkan perasaan bawahannya dengan sengaja membuat mereka merasa salah dan malu. Dengan kata lain, pengawas yang otoriter akan bertindak menggunakan kekuasaan dan kedudukannya yang merasa dirinya adalah atasan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Kekuasaan merupakan faktor penting dalam kehidupan. Dengan penggunaan kekuasaan yang baik dan tepat sesuai kewenangan, banyak hal dapat diselesaikan dan berbagai prestasi dicapai. Kesalahan otoriter dan para penganutnya ialah memandang kekuasaan bukan sebagai sarana, melainkan untuk tujuan sendiri; karena itu, yang penting bagi mereka adalah bagaimana kekuasaan berfungsi, digunakan dan ditampakkan. Apa yang hendak dicapai, bagaimana cara mencapainya, dan nasib orang-orang yang diikutsertakan dalam pencapaian tidaklah penting. Pemutarbalikan pemahaman tentang kekuasaan sebagai sarana menjadi tujuan itu mengakibatkan penggunaannya tidak sesuai. Akibatnya, kehidupan menjadi sempit sebatas tanggungjawab dan wewenang, komunikasi menjadi satu arah, dan penggunaan kekuasaan merajalela. Di Samping itu, hidup tidak terkelola dengan baik, berkembangnya berbagai upaya negatif untuk mendapatkan kekuasaan, mempertahankan, dan memanipulasinya dengan alasan apapun. Sadar atau tidak, otoriter berporos pada pemahaman tentang kekuasaan dan penggunaannya, dengan bentuk-bentuk manifestasi dalam komunikasi dan gaya hidup yang diciptakannya. Otoriter dan orang-orang otoritarian akan berkembang dan banyak muncul dalam masyarakat yang formalistis, legalistis, dan konvensionalistis. Ciri-ciri pengawas sekolah yang bersifat otoriter, antara lain : (1) menganggap kepala sekolah/guru sebagai bawahan, (2) menjadi penguasa tunggal, (3) mengabaikan peraturan yang berlaku, (4) mengabaikan dasar permusyawaratan, dan selalu berdasarkan keputusan sendiri, (5) mempertahankan kedudukan dengan berbagai cara, (6) menjalankan manajemen tertutup, (7) menutup komunikasi dengan dunia luar, (8) penyelesaian masalah dilakukan dengan kekerasan dan paksaan, (9) prinsip dogmatis dan banyak berlaku doktrin, (10) mengabaikan perlindungan hak asasi manusia, (11) mengabaikan fungsi kontrol terhadap administrasi, dan (12) melakukan intervensi ke seluruh bidang. b. Pengawas harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah hendaknya pengawas sekolah bisa menjalin suatu hubungan yang harmonis dengan para kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal, sehingga tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan atas apa yang dilakukan pihak 9

20 lainnya. Hal ini juga bisa meminimalisir terjadinya tindakan yang merugikan dan akhirnya dapat menggagalkan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Dalam menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif perlu adanya prinsipprinsip dasar seperti adanya rasa saling menghargai, saling menghormati peran dari masing-masing pihak, serta adanya keterbukaan baik dari pihak pengawas, kepala sekolah, guru ataupun tenaga kependidikan lainnya. Untuk bisa memadukan tiap-tiap unsur pendidikan perlu adanya niat baik serta berusaha selalu mengedepankan adanya komunikasi dan dialog yang baik untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dengan damai sehingga bisa dicapai suatu solusi terbaik yang tidak merugikan pihak manapun dengan tetap menjaga kondisi dan suasana secara kondusif untuk melaksanakan hubungan personal yang baik. Hal ini tentu sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan baik antara seluruh unsur pendidikan untuk meminimalisir adanya banyak aktivitas yang tidak produktif untuk menuntut keadilan atas apa yang dihadapi di sekolah. Banyak pengawas yang terkadang lupa akan pentingnya hubungan yang harmonis dan dinamis, senantiasa menginginkan seluruh komponen pendidikan bekerja secara maksimal agar produktivitas dan sekaligus mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama. Padahal dalam meningkatkan produktivitas sekolah memerlukan kontribusi besar dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang memiliki hak-hak yang harus terpenuhi. Agar semua kepentingan dan tujuan dari masing-masing pihak dapat tercapai tanpa ada yang merasa dirugikan sangat diperlukan adanya hubungan kemanusiaan yang harmonis. Pengawas bersama komponen pendidikan hendaknya bisa bersama-sama membangun kemitraan dalam bekerja, meningkatkan kualitas dan loyalitas, mempertahankan daya saing global yang semakin ketat, serta mengoptimalkan nilai tambah. Tentu saja, dalam membangun hubungan kemanusiaan yang harmonis bukanlah hal yang mudah dilakukan karena adanya kompleksitas permasalahan yang muncul, tetapi pengawas sekolah harus tetap konsisten membangun hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam pelaksanaan fungsi supervisor. Hubungan kemanusiaan yang harmonis juga sangat diperlukan untuk menjalin komunikasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan agar semua pihak dapat berkontribusi secara optimal dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah. c. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan, melainkan dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Pelaksanaan supervisi berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut: 1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (a) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (b) mengkaji perencanaan program sekolah, (c) menentukan fokus observasi, (d) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (e) menentukan teknik pelaksanaan observasi. 10

21 2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (a) harus luwes, (b) tidak mengganggu proses pembelajaran, (c) tidak bersifat menilai, (d) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (e) menentukan teknik pelaksanaan observasi. 3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (a) memberi penguatan; (b) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (c) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (d) mengkaji data hasil pengamatan, (e) tidak bersifat menyalahkan, (f) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (g) penyimpulan, (h) hindari saran secara langsung, dan (i) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan (Education for Sustainable Development) selanjutnya disebut EfSD, menjadi isu mutakhir di lingkungan pendidikan formal maupun nonformal dan informal. Hal ini telah disosialisasikan melalui berbagai kesempatan agar muatan EfSD terintegrasi dalam pembelajaran di persekolahan mulai dari Taman Kanak Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Begitu pula dalam pendidikan non-formal dan informal yang di mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kesetaraan Paket A, B dan C, berbagai kursus keterampilan, keaksaraan fungsional, pemberdayaan perempuan dan gender, dan berbagai program pendidikan kecakapan hidup lainnya. Tujuan yang ingin dicapai EfSD adalah membangun kapasitas komunitas dari berbagai pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam praktik pendidikan formal, nonformal dan informal, yang mampu mengembangkan dan mengimplementasikan rencana kegiatan yang mengarah kepada sustainable development yaitu kegiatan yang mempertimbangkan beberapa ekosistem yaitu pengembangan aspek ekonomi, pemeliharaan lingkungan, dan berasaskan keadilan sosial (termasuk kultur dan budaya). Tujuan selanjutnya adalah membangun komitmen untuk berkontribusi dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik, suasana yang tenteram, aman dan nyaman bagi kita semua, generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk menghasilkan sesuatu atau mencapai tujuan, harus ada tindakan (action). Sedangkan development diterjemahkan pengembangan bukan pembangunan, karena pembangunan sering dimaknai pembangunan fisik atau infrastruktur. Pengembangan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah perubahan, perkembangan atau pengembangan meliputi kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan secara simultan, berkesinambungan sehingga menghasilkan kondisi tentram, aman, dan nyaman baik di masa sekarang maupun yang akan datang. Pengembangan berkelanjutan diartikan sebagai pengembangan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa menghilangkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pengertian tersebut mengandung pesan moral untuk memperbaiki kehidupan manusia masa kini dan mendatang tanpa mempertinggi pemakaian sumber daya alam melebihi daya dukung bumi. Tantangan kita ke depan adalah meningkatnya standar hidup. Peran pengawas sekolah melalui 11

22 supervisi manajerial harus mengarah pada membangun upaya-upaya pengembangan pendidikan secara berkelanjutan. Pengembangan berkelanjutan yang sedang dibangun sekarang ini, sesungguhnya merupakan perpaduan dari pendekatan eco-development, ecohumanism dan eco-environmentalism. Sedangkan yang terjadi sebelumnya adalah pemanfaatan sumber daya alam untuk pembangunan atau ekonomi. Kita dipacu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menguras sumber daya alam tanpa memperhatikan keberlanjutan dan aspek sosialnya. d. Supervisi harus demokratis. Pengawas tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah mengembangkan keterbukaan, partisipatif dan kooperatif. Prinsip demokrasi oleh pengawas adalah memberikan wewenang secara luas kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Setiap ada permasalahan selalu mengikut-sertakan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/ kelompok. Hakikat demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan sistem demokrasi adalah suatu sistem yang berpusat pada rakyat. Dan tentu, dalam sistem ini, rakyatlah yang menjadi aktor utama. Mulai dari pemilihan presiden, gubernur, bahkan camat sekalipun, dipilih oleh rakyat. Dalam demokrasi pendidikan di sekolah juga demikian, warga sekolah mempunyai kedudukan yang sangat menentukan. Penerapan prinsip demokratis dalam kegiatan supervisi manajerial dengan memberikan ruang yang lebih luas terhadap warga sekolah untuk berekspresi dan menyampaikan aspirasi dan mengakses informasi secara terbuka luas. Dengan demikian, warga sekolah bebas untuk berasosiasi tanpa memandang strata sosial oleh karena tujuan dari sistem demokrasi adalah membentuk warga sekolah yang inklusif. e. Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan yang sama, yaitu tujuan pendidikan. Supervisi yang dilaksanakan pengawas harus mampu mengaitkan antar komponen-komponen standar nasional pendidikan dengan pengelolaan administrasi sekolah. Dengan memperhatikan manajemen pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas keterlaksanaan sistem proses belajar yang meliputi administrasi kurikulum, program ketenagaan, program sarana dan prasarana, program pembiayaan dan program hubungan dengan masyarakat, sangat mempengaruhi pengembangan dari kurikulum itu sendiri. 12

23 f. Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek dan komponen supervisi manajerial yang meliputi administrasi dan operasional sekolah. Pada hakikatnya, suatu aspek atau komponen supervisi manajerial pasti terkait dengan aspek atau komponen lainnya. Oleh karena itu pengawas sekolah hendaknya mewujudkan dimensi kompetensi supervisi manajerial yang meliputi: (1) Penguasaan dalam metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. (2) Penyusunan program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan program pendidikan di sekolah. (3) Penyusunan metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah. (4) Penyusunan laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah. 5) Pembinaan kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah. (6) Pembinaan kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah. (7) Upaya mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah. (8) Melakukan pemantauan pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasilhasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi sekolah. g. Supervisi harus konstruktif. Supervisi yang dilakukan pengawas sekolah harus diarahkan pada peningkatan kinerja kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, maka pengawas sekolah hendaknya memperhatikan prinsipprinsip supervisi sekolah sebagai berikut: 1) Hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terjalin dialog professional yang interaktif dalam suasana yang intim dan terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau instruksi dari supervisor/pengawas melainkan pemecahan masalah pembelajaran. 2) Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi pembicaraan serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan didalam pertemuan tersebut dan pada akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama. 3) Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada di dalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku guru dalam mengajar secara aktual. Dengan prinsip ini guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya dalam usaha mengembangkan dirinya. 13

24 4) Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang cermat yang didasarkan atas kontrak serta dilaksanakan dengan segera. Dari hasil analisis balikan itulah ditetapkan rencana selanjutnya. 5) Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab guru baik pada tahap perencanaan, pengkajian balikan bahkan pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan pada gilirannya kelak guru akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan dirinya. h. Supervisi harus obyektif. Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program supervisi pengawas sekolah harus dilakukan berdasarkan fakta-fakta permasalahan sekolah. Perencanaan supervisi itu harus berdasarkan permasalahan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah. Pelaksanaan harus sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Penilaian program supervisi harus didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dalam pelaksanaan supervis dan dideskripsikan apa adanya. D. Aktivitas Pembelajaran Kegiatan 1.1 Berpikir Reflektif Mengenai Pengertian dan Ruang Lingkup Supervisi Manajerial (90 Menit) Pada kegiatan awal ini, Saudara diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang supervisi manajerial. Oleh karena itu, Saudara akan melakukan serangkaian kegiatan di bawah ini. 1. Silakan lakukan kegiatan berpikir reflektif secara mandiri. Untuk itu, Saudara harus mencermati pertanyaan-pertanyaan penuntun berikut. Tulislah jawaban Saudara pada lembaran yang disediakan. Pertanyaan penuntun: a. Apa pemahaman Saudara mengenai supervisi manajerial? b. Buatlah definisi mengenai supervisi manajerial menurut pemikiran Saudara sendiri. 2. Setelah menuliskan definisi supervisi manajerial menurut pendapat sendiri, silakan Saudara melakukan diskusi bersama fasilitator/pengawas lainnya secara kelompok. Ikutilah petunjuk di bawah ini. a. Saudara diminta duduk berhadapan/berkelompok. b. Tuliskan definisi Saudara pada kertas plano (ikuti format LK 1.1). c. Melalui diskusi, bandingkan definisi yang Saudara buat dengan definisi dari anggota kelompok Saudara. d. Selanjutnya, bandingkan juga dengan definisi dari sumber lain, jika ada. e. Rumuskan satu definisi baru tentang supervisi manajerial berdasarkan hasil diskusi. Tuliskan hasilnya pada kertas plano (ikuti format LK 1.1), kemudian presentasikan. 14

25 LK 1.1 Definisi Supervisi Manajerial Menurut Anggota Kelompok (Individual) Menurut Sumber Lain Definisi Berdasarkan Hasil Diskusi Kelompok Kegiatan 1.2 Merefleksi Penerapan Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial (135 Menit) Pada kegiatan ini Saudara diminta untuk merefleksi tentang prinsip-prinsip supervisi manajerial dengan mengingat kembali pengalaman-pengalaman melakukan supervisi manajerial di sekolah binaan. Tuliskan salah satu pengalaman Saudara dalam melaksanakan supervisi manajerial di sekolah binaan. Uraian Saudara harus memuat keterangan tentang permasalahan manajerial sekolah binaan, cara Saudara melaksanakan supervisi manajerial, hasil supervisi manajerial yang dicapai dan tindak lanjut yang Saudara lakukan. Gunakan LK 1.2 untuk menuliskan pengalaman Saudara tersebut. LK 1.2 Merefleksi Penerapan Prinsip-prinsip Supervisi Manajerial 1. Tuliskan pengalaman Saudara dalam melaksanakan supervisi manajerial di sekolah binaan. Uraian pengalaman Saudara harus memuat tentang: uraian masalah sekolah binaan, cara melakukan supervisi (proses kegiatan yang dilaksanakan), hasil yang dicapai, dan tindak lanjut. Permasalahan Sekolah Binaan Deskripsi Proses Pelaksanaan Supervisi Hasil Supervisi yang Dicapai Tindak Lanjut 2. Berdasarkan pengalaman Saudara tersebut di atas, beri tanda cek ( ) pada tabel prinsip-prinsip supervisi manajerial yang diterapkan dalam pelaksanaan supervisi manajerial disertai deskripsi cara Saudara menerapkan prinsip-prinsip tersebut. 15

26 Prinsip-Prinsip No Supervisi Manajerial 1 Menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis 2 Melaksanakan supervisi secara berkesinambungan 3 Melaksanakan supervisi secara demokratis 4 Melaksanakan supervisi secara integral 5 Mencakup aspek secara komprehensif 6 Melaksanakan supervisi secara konstruktif 7 Melaksanakan supervisi secara obyektif Terlaksana Ya Belum Deskripsi Proses Penerapan Prinsip 3. Berdasarkan permasalahan penerapan prinsip supervisi manajerial di sekolah tersebut di atas, tuliskan prinsip-prinsip supervisi manajerial yang belum pernah dilaksanakan beserta karakteristiknya. Prinsip Karakteristik Kegiatan 1.3 Merencanakan Penerapan Prinsip Supervisi Manajerial (90 Menit) Kegiatan ini masih berkaitan dengan hasil LK 1.2, khususnya pada kegiatan nomor 3. Pilih salah satu prinsip supervisi manajerial dari kegiatan nomor 3 tersebut. Kemudian, buatlah perencanaan penerapannya pada kegiatan supervisi manajerial yang akan Saudara simulasikan pada kegiatan berikutnya. Perhatikan karakteristik prinsip-prinsip supervisi yang dipilih, dan buatlah rancangan penerapan yang diharapkan dapat mewujudkan karakteristik tersebut. Gunakan LK

27 LK 1.3 Perencanaan Penerapan Prinsip Supervisi Manajerial Permasalahan Manajerial Prinsip Supervisi Manajerial Persiapan: Langkah-Langkah Kegiatan Pelaksanaan: Tindak Lanjut: Kegiatan 1. 4 Penerapan Prinsip Supervisi Manajerial (135 Menit) Saudara telah menyusun perencanaan penerapan prinsip supervisi manajerial pada kegiatan pembelajaran 1.3. dan mungkin sudah mendiskusikannya sehingga mendapat berbagai masukan dari pengawas sekolah atau fasilitator. Selanjutnya, lakukanlah simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial yang Saudara tentukan. Agar simulasi dapat berjalan lancar, lakukan persiapan sebagai berikut. 1. Siapkan skenario pelaksanaan prinsip manajerial yang Saudara susun pada LK Pilih pengawas peserta lainnya yang akan berperan sebagai kepala sekolah atau guru sesuai dengan perencanaan, sedangkan Saudara akan berperan sebagai pengawas sekolah. 3. Lakukan simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial sesuai dengan skenario yang Saudara susun. 4. Mintalah komentar dari pengawas lain atau fasilitator mengenai simulasi yang Saudara lakukan. Gunakan LK 1.4 untuk menuliskan komentar hasil pelaksanaan simulasi. LK 1.4 Simulasi Prinsip Supervisi Manajerial Prinsip :... Aspek Penilaian Persiapan Pelaksanaan Simulasi Saran Kelebihan Kekurangan Selamat atas kerja keras Saudara dalam melaksanakan simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial. 17

28 E. Latihan/Kasus/Tugas Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D! 1. Seorang pengawas melakukan supervisi di sekolah binaannya, pada saat pelajaran di sekolah berlangsung. Ia ditemui oleh kepala sekolah dan guru-guru yang kebetulan sedang tidak memiliki jam mengajar. Melihat guru duduk-duduk di kantor, pengawas langsung memberikan teguran, agar tidak meninggalkan kelas dan mendampingi para siswa dalam mengerjakan tugas, agar prestasi akademik siswa bagus. Perilaku pengawas tersebut belum menunjukkan prinsip... A. demokratis B. otoriter C. obyektif D. konstruktif 2. Dalam melaksanakan supervisi manajerial tehadap kepala sekolah binaannya, pengawas harus mempunyai etika dalam berkomunikasi di antaranya... A mendengarkan pendapat dan menyetujui apa yang disampaikan dan menghormati yang mengajak bicara B mendengarkan dengan sabar, merespons secara positif, mampu memberi solusi dengan tepat C mendengarkan apa yang disampaikan dan menyampaikan pertanyaan untuk menguji pendapatnya D mendengarkan pendapat, menyampaikan kata-kata penolakan secara tegas mempertimbangkan reaksi 3. Salah satu prinsip supervisi manajerial adalah komprehensif dalam implementasinya mencakup komponen... A. perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, kurikulum sekolah, pengelolaan sekolah, sarana prasarana, tenaga kependidikan, siswa, dan lingkungan pendidikan B. perumusan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah, Kurikulum Sekolah, Pengelolaan Sekolah, Sarana Prasarana, Tenaga Kependidikan, Siswa, Lingkungan Pendidikan, dan penyelenggaraan ujian C. perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, kurikulum sekolah, pengelolaan sekolah, tenaga kependidikan, siswa, lingkungan pendidikan, dan penyelenggaraan ujian D. perumusan Visi, Misi dan Tujuan Sekolah, Kurikulum Sekolah, Pengelolaan Sekolah, Sarana Prasarana, Tenaga Kependidikan, Siswa, dan penyelenggaraan ujian 4. Prinsip konstruktif pada kegiatan pembinaan supervisi manajerial dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, dilaksanakan dengan memperhatikan... A. keadaan dana penunjang, kenyataan yang sebenarnya terjadi, kesiapan pengawas sekolah, diarahkan kepada pencapaian 8 SNP B. kesesuaian dengan rencana program kepengawasan, berdasarkan kepentingan setiap kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya C. dukungan motivasi kepada kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya, sehingga tumbuh dorongan untuk bekerja lebih baik D. terjalinnya hubungan yang harmonis antara pengawas sekolah dengan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya sesuai normatif yang berlaku 18

29 5. Prinsip demokratis dalam supervisi manajerial ditunjukkan melalui hubungan kemanusiaan. Perilaku yang menggambarkan prinsip tersebut adalah. A. mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan cara-cara yang menakutkan B. dilaksanakan secara sistematis berencana dan kontinyu untuk memperbaiki kinerja kepala sekolah C. memberikan support menstimulus guru dan kepala sekolah, sehingga mereka merasa tumbuh bersama D. membangun hubungan yang akrab sehingga guru dan kepala sekolah merasa aman dalam menjalankan tugasnya F. Rangkuman Supervisi adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas Sekolah dalam rangka membantu kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada diri pengawas, terdiri dari (1) menjauhkan diri dari sifat otoriter, (2) mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal, (3) dilakukan secara berkesinambungan, (4) demokratis, menekankan kegiatan yang aktif dan kooperatif, (5) integral, (6) komprehensif, mencakup keseluruhan aspek, (7) konstruktif, dan (8) obyektif, bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah. Penerapan prinsip-prinsip supervisi manajerial, menjadikan pengawas sekolah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. G. Umpan Balik Cocokkanlah jawaban Saudara pada latihan di atas dengan kunci jawaban pada halaman 23. Hitunglah jawaban Saudara yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Kegiatan Pembelajaran 1. Tingkat Penguasaan = Jumlah Jawaban Benar Jumlah Soal X 100 % Arti tingkat persentase penguasaan yang Saudara capai: = sangat baik = baik = cukup = kurang 60 = sangat kurang 19

30 Jika penguasaan Saudara berada pada tingkat Baik atau di atasnya, berarti Saudara telah mencapai tujuan pembelajaran pada topik ini. Selamat! Jika tingkat penguasaan Saudara masih di bawah Baik, mohon Saudara mereviu bahan bacaan penguatan untuk menyegarkan pemahaman Saudara sehingga bisa mencapai tingkat penguasaan Baik atau di atasnya. H. Refleksi dan Tindak Lanjut Saudara diminta untuk melakukan refleksi mengenai pemahaman tentang prinsip-prinsip supervisi manajerial setelah Saudara mengikuti kegiatan pembelajaran. Jika Saudara merasa sudah menguasai prinsip-prinsip yang dipelajari, berilah tanda cek ( ) pada kolom Tercapai pada prinsip yang sudah dikuasai. Sebaliknya berilah tanda cek ( ) pada kolom Belum Tercapai pada prinsip-prinsip yang belum dikuasai. No Tujuan Pembelajaran Tercapai 1 Membangun hubungan kemanusiaan 2 Melaksanaan prinsip supervisi berkesinambungan 3 Melaksanakan supervisi secara demokratis 4 Memproses supervisi secara integral dengan program pendidikan 5 Melaksanakan supervisi secara komprehensif 6 Melaksanakan supervisi seara konstruktif 7 Melakukan supervisi secara objektif Tindak lanjut: Belum Tercapai Keterangan Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan 20

KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL

KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PENGAWAS SEKOLAH KELOMPOK KOMPETENSI B KONSEP SUPERVISI MANAJERIAL Pengarah Sumarna Surapranata, Ph.D. Penanggung Jawab Dra. Garti Sri Utami, M. Ed. Penyusun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Supervisi Akademik Supervisi berasal dari kata super, artinya lebih atau di atas, dan vision artinya melihat atau meninjau (Iskandar & Mukhtar, 2009). Secara etimologis

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas)

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Wildan Zulkarnain Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Jl. Semarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

INSTRUMEN UJI KOMPETENSI INTI PENGAWAS SEKOLAH (PENILAIAN ESAY/MAKALAH)

INSTRUMEN UJI KOMPETENSI INTI PENGAWAS SEKOLAH (PENILAIAN ESAY/MAKALAH) SKENARIO SIMULASI KEGIATAN OJT 1 Kegiatan OJT 1 diperuntukkan bagi peserta yang sudah lolos seleksi administrasi dengan terlebih dahulu peserta menyusun makalah/essay berdasarkan tema tentang kepengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan sistem otonomi daerah menuntut pengelolaan lembaga pendidikan dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen berbasis sekolah yang implementasinya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Melakukan Pendampingan yang Efektif

Melakukan Pendampingan yang Efektif Kegiatan 3: Simulasi Pendampingan Menggunakan Panduan (70 menit) (1) Fasilitator membagikan Handout Peserta 2.1: Lima Langkah Pendampingan yang Efektif, peserta mempelajarinya, kemudian fasilitator memberi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

Supervisi pendidikan merupakan bantuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam memperbaiki pembelajaran. Supervisi memegang kaidah

Supervisi pendidikan merupakan bantuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam memperbaiki pembelajaran. Supervisi memegang kaidah URGENSI SUPERVISI MANAJERIAL UNTUK PENINGKATAN KINERJA SEKOLAH Oleh: Ratu Vina Rohmatika Abstract The focus of this paper is to analyze importance of managerial supervision in improving school performance.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Hal ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam rangka memacu

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Hal ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam rangka memacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar dapat tercapai jika di adakan reformasi pendidikan secara menyeluruh atas berbagai dimensi dan berbagai komponen

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan

PANDUAN PELAKSANAAN. Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2016 PANDUAN PELAKSANAAN Pendampingan Sekolah Model Penjaminan Mutu Pendidikan 2016 Panduan Pelaksanaan Pendampingan

Lebih terperinci

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH DAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 i Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS

KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS KOMPETENSI DAN INDIKATOR DALAM PENILAIAN KINERJA GURU BAGI GURU MATA PELAJARAN/GURU KELAS A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai karakteristik peserta didik. a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik

Lebih terperinci

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10 PENERAPAN COACHING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM SUPERVISI AKADEMIK PADA SMP BINAAN DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN Gedung D Lantai 7, Jalan Jenderal Sudirman, Pintu 1 Senayan, Jakarta 10270 Telepon: 021-57946100 (Hunting),

Lebih terperinci

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

Saiful Bahri, Supervisi Akademik... SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri 11 Abstrak Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif,

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU 4 SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri, M,Pd Pembantu Ketua Bidang Akademik STKIP Bina Bangsa Meulaboh ABSTRAK Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DALAM PENYUSUNAN ATAU

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING DAN EVALUASI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

MODUL PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR Supervisi Akademik

MODUL PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR Supervisi Akademik Supervisi Akademik MODUL PENGAWAS SEKOLAH PEMBELAJAR KELOMPOK KOMPETENSI J PEDOMAN PENGAWASAN Penanggung Jawab Dra. Garti Sri Utami, M. Ed. Penyusun 1. Dr. H. Rahmat, MPd.; 0818339330034; rahmatdr2324@gmail.com

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIKDASMEN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Drs. Amiruddin. A 9 Abstrak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai 2017 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian

Lebih terperinci

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan

formal pertama yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan BAB VI KESIMPULAN, EVfPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut. Sekolah Dasar yang berada di lingkungan Kecamatan Andir khususnya SD-SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Latar Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Hasanuddin Kecamatan Kedungjati yang merupakan terdiri dari 10 SD. Keberadaan Gugus Hasanuddin Kecamatan

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1301, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pendidikan. Agama. Madrasah. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga

Lebih terperinci

KEMAMPUAN YANG PERLU DIMILIKI SUPERVISOR

KEMAMPUAN YANG PERLU DIMILIKI SUPERVISOR KEMAMPUAN YANG PERLU DIMILIKI SUPERVISOR A. PENTINGNYA MASALAH Supervisor pasti mengetahui bahwa tanpa kualitas kompetensi staf yang sesuai dengan karakter pekerjaan akan sulit untuk mencapai sebuah keunggulan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.206, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pengawas. Madrasah. Pendidikan Agama Islam. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWAS MADRASAH DAN

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Implementasi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Banggai Kepulauan Oleh Ida Roswita R. Sapukal Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

OUTLINE PENGANTAR ( KOMPETENSI, INDIKATOR, RUANG LINGKUP) PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK,KLINIS, PNGEMBANGAN INSTRUMEN SUPERVISI AKADEMIK

OUTLINE PENGANTAR ( KOMPETENSI, INDIKATOR, RUANG LINGKUP) PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK,KLINIS, PNGEMBANGAN INSTRUMEN SUPERVISI AKADEMIK Bimbingan Teknis Mentor Calon Pengawas Sekolah Hotel Aston Bali, 2 s.d. 6 Agustus 2016 Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI Halaman Judul Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. LANDASAN HUKUM 4 C. MAKSUD DAN TUJUAN 6 D. SISTEMATIKA PENULISAN 6 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

INSTRUMEN PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH FORMAT 2A dan 2B INSTRUMEN PEMETAAN KEPALA SEKOLAH TAHUN 2010 NAMA :... INSTANSI :... NUPTK :... KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN LEMBAGA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci