PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA. OLEH : Fitria, S.H., M.H.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA. OLEH : Fitria, S.H., M.H."

Transkripsi

1 Pertanggungjawaban, Pengelolaan, Keuangan Daerah PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA OLEH : Fitria, S.H., M.H. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk:1. Untuk mengetahui Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 2.Untuk mengetahui pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengaturan pengelolaan Keuangan Daerah merupakan bagian dari pengelolaan Keuangan Negara, oleh karenya asas-asas, prinsip-prinsip, fungsi dan tujuan pengelolaan Keuangan Daerah tidak dapat dilepaskan dari asas-asas, prinsip-prinsip, fungsi dan tujuan dari pengelolaan Keuangan Negara. Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan kepada aparat yang ada dibawahnya.pelimpahan kekuasaan tersebut dimaksudkan jangan sampai terjadi kekuasaan menumpuk pada Kepala Daerah saja yang mengakibatkan beban yang begitu berat pada Kepala daerah, dan yang lebih penting dari itu adalah untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan sewenang-wenang.pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah oleh Kepala Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang telah diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.pengawasan atau kontrol yang dapat dilakukan oleh DPRD maupun organisasi kemasyarakatan mulai dari perencanaan anggaran daerah (RAPBD) sampai pelaksanaan anggaran. Dari tahapan perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan Keuangan Daerah, tahapan perencanaan tersebut mempunyai peran yang sangat strategis karena dalam tahapan ini akan sangat menentukan dalam proses pelaksanaan maupun pengawasan pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian nanti diharapkan jelasnya pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dan tegasanya pengawasan terhadap pengelolaan daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara. Kata Kunci : Pertanggungjawaban, Pengelolaan, Keuangan Daerah. I. Pendahuluan. Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). Kepala Daerah sebagai pemegang JMP Volume I Nomor I Juni 2014

2 83 kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan kepada aparat yang ada dibawahnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dinyatakan sebagai berikut: (1) Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah. (2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksaan,penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan Daerah kepada para pejabat perangkat daerah. (3) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di daerah pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji dan yang menerima mengeluarkan uang. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo.pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa: Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang telah diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah menyangkut 2 hal: Pertama, menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah serta menginformasikan kepada masyarakat 9Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2004); kedua, menyampaikan laporan Raperda tentang Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir (Pasal 31 ayat (1) Undang- Undang Nomor 17 tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005).

3 84 Laporan penyelenggaraan pemerintah daerah oleh gubernur disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk laporan penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengawasan DPRD dan masyarakat harus sudah dilakukan sejak tahap persiapan dan penyusunan APBD. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD dalam tahap penyusunan APBD merupakan fungsi yang sangat strategis karena pelaksanaan APBD oleh pemerintah daerah akan lebih terarah dan terkendali. Disamping itu Peraturan Daerah tentang APBD dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan Keuangan Daerah. Pengawasan atau kontrol yang dapat dilakukan oleh DPRD maupun organisasi kemasyarakatan mulai dari perencanaan anggaran daerah (RAPBD) sampai pelaksanaan anggaran. Dari tahapan perencanaan,pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan Keuangan Daerah, tahapan perencanaan tersebut mempunyai peran yang sangat strategis karena dalam tahapan ini akan sangat menentukan dalam proses pelaksanaan maupun pengawasan pengelolaan Keuangan Daerah. Hal-hal tersebutlah yang kemudian menarik minat penulis untuk mengangkat masalah tersebut ke dalam suatu penelitian yang mengambil judul Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Dengan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Bagaimana Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara? 2. Bagaimana pengawasan terhadap pengelolaan Keuangan Daerah? II. Pembahasan 1. Pengertian Hukum Keuangan Negara Menurut Pasal 1.1 Undang-undang Keuangan Negara Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yaitu Semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

4 85 2. Kerugian Negara Pengertian kerugian negara berdasarkan perspektif hukum administrasi negera, dapat dilihat dari ketentuan Pasal 35 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan: 1. Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan Keuangan Negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud. 2. Setiap bendahara bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian negara yang berada dalam pengurusannya. 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan pada Pasal 1 angka 22 bahwa kerugian negara/daerah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Rumusan pengertian kerugian negara ini sama dengan rumusan pengertian kerugian negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemerikasaan Keuangan Sumber Keuangan Daerah Adapun yang dimaksud dengan sumber Keuangan Daerah adalah asal Keuangan Daerah itu didapat. Hal ini jika dicerna dapat dilihat dari pemecahan kata sumber Keuangan Daerah yaitu sumber yang berarti asal mula atau berasal dari, sedangkan Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik yang berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. 3. Kewenangan pemerintah daerah Adapun yang dimaksud dengan kewenangan pemerintah daerah adalah dilihat dari dua sudut pandang yaitu pertama, dilihat dari pengertian kewenangan. Kewenangan berasal dari kata wewenang, menurut Robert Bierstedt dalam karangannya An 1 Fitri Noor Azizah dalam Marwan Efendi, Pengertian Keuangan Negara dari Perspektif Hukum Administrasi Negara, Perdata dan Pidana, Makalah, Jakarta: Workshop Pembuktian Unsur Kerugian Keuangan Negara dan Perhitungannya dalam Tindak Pidana Korupsi, 11 Desember 2007.

5 86 analysis of social power yang mengatakan bahwa wewenang (authority) adalah institutionalized power (kekuasaan yang dilembagakan) (2). 4. Kewenangan Pemerintah Daerah dibidang keuangan Pemerintah daerah juga mememiliki kewenangan dibidang Keuangan Daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam mengelola sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana ketentuan yang diatur dalam undang-undang. Pemerintah daerah juga mempunyai keterkaitan dalam pengelolaan keuangan yang berasal dari pemerintah pusat melalui dana perimbangan. Ketentuan yuridis tentang kewenangan pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah menjadi kewenangan yang dimiliki oleh kepala daerah dengan DPRD melaui format peraturan daerah tentang APBD sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan Keuangan Daerah. 5. Pengelolaan Keuangan pemerintah Daerah di Indonesia Pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Indonesia terkait dengan kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh kepala daerah sebagai pemimpin pemerintahan daerah. Ketentuan yuridis tentang kekuasaan pengelolaan keuangan pada pemerintah daerah dapat dilihat dari beberapa peraturan yang mengatur tentang Keuangan Negara yang sekaligus terkait dengan pemerintah daerah. Ketentuan dalam undangundang yang dimaksud adalah : 1. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah 2. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 3. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Ketentuan dalam undang-undang ini juga memberikan kekuasaan dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah kepada Kepala daerah dan perangkat penyelenggara pemerintahan daerah. Selain itu juga terkait dengan DPRD sebagai lembaga yang 2 Robert Bierstedt An Analysis of social power, American Sociological Revieuw, Volume 15, desember 1950, hal. 732.

6 87 berperan dalam pembentukan dan pengesahan APBD serta pelaporan pelaksanaan APBD dalam setiap tahun anggaran. I. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah 1. Oleh Kepala Daerah ( Eksekutif) Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan kepada aparat yang ada dibawahnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dinyatakan sebagai berikut: (1) Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah. (2) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksaan,penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan Daerah kepada para pejabat perangkat daerah. (3) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di daerah pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji dan yang menerima mengeluarkan uang. (4) Pelimpahan kekuasaan tersebut dimaksudkan jangan sampai terjadi kekuasaan menumpuk pada Kepala Daerah saja yang mengakibatkan beban yang begitu berat pada Kepala daerah, dan yang lebih penting dari itu adalah untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan sewenangwenang. RAPBD yang telah mendapatkan persetujuan oleh DPRD harus ditindaklanjuti oleh Kepala Daerah dengan mengeluarkan Keputusan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) sebagai pelaksanaan pengelolaan Keuangan Daerah yang telah ditetapkan oleh APBD. Pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah oleh Kepala Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara jo.

7 88 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah jo Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo.pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa: Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang telah diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah menyangkut 2 hal: Pertama, menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah serta menginformasikan kepada masyarakat 9Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2004); kedua, menyampaikan laporan Raperda tentang Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir (Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005). Laporan penyelenggaraan pemerintah daerah oleh gubernur disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk laporan penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Dalam pertanggungjawaban Keuangan Daerah terdapat tiga lembaga yang terlibat yaitu (1). Kepala Daerah sebagai pimpinan pemerintahan daerah, (2). DPRD sebagai Lembaga Legislatif daerah dan (3). Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) sebagai lembaga yang berwenang memeriksa Keuangan Negara. Adapun mekanisme yang digunakan adalah sebelum laporan pertanggungjawaban disampaikan ke DPRD terlebih dahulu diperiksa oleh BPK. Ketentuan ini menunjukkan bahwa ketika ada permasalahan dalam pelaksanaan APBD, maka BPK memberikan kesempatan untuk menyempurnakan administrasi laporan tersebut, tetapi jika tidak dapat dipenuhi dengan jangka waktu tertentu maka akan berlanjut pada ketentuan hukum pidana yang menjadi kewenangan KPK.

8 89 II. Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah 1. Sistem Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengawasan DPRD dan masyarakat harus sudah dilakukan sejak tahap persiapan dan penyusunan APBD. Fungsi pengawasan DPRD dapat dilakukan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan APBD. Dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan APBD. Pengelolaan Keuangan Daerah yang modern secara yuridis harus dituangkan dalam perangkat peraturan hukum yang sesuai dengan prinsipprinsip good financial governance yang berupa keterbukaan ( transparency) dan peran serta masyarakat ( public paricipation.) 3 Sehubungan dengan pengelolaan keuangan di daerah, presiden menyerahkan kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah kepada Gurbenur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuanagan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah tersebut di atas: 1. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola Keuangan Daerah selaku pejabat pengelola APBD; 2. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. 3. Sistem Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Daerah 2. Sistem Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah APBD merupakan wujud pengelolaan Keuangan Daerah karena di dalam APBD di samping mencantumkan jumlah anggaran ditentukan pula tentang arah dan strategi pembangunan daerah yang berorientasi pada kesejateraan dan kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan pengelolaan keuangan di daerah, presiden menyerahkan kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah kepada Gurbenur/Bupati/Walikota 3 Ibid., hal. 4.

9 90 selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuanagan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kekuasaan pengelolaan Keuangan Daerah tersebut di atas: a. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola Keuangan Daerah selaku pejabat pengelola APBD; b. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. 3. Sistem Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan Daerah Lembaga pemeriksa dan pengawas pengelola Keuangan Daerah dilakukan oleh suatu lembaga yang kompeten dalam tugasnya dan profesional. Untuk lembaga pengawas (pengendalian) internal terdiri dari Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) dilingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD, Badan Pengawas Daerah Propinsi (Bawasdaprop), Badan Pengawas Daerah Kabupaten/Kotamadya (Bawasda Kab/Bawasko), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan audit eksternal (lembaga pemeriksa) adalah BPK, yang merupakan lembaga pemeriksa Independen. 4 Lembaga BPK bertanggungjawab kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang diwujudkan dengan penyampaian kinerja BPK dalam setiap sidang tahunan MPR dan menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada Lembaga Perwakilan (DPR), untuk pengelola Keuangan Daerah kepada DPRD. Sedangkan lembaga pengawas (pengendalian) internal bertanggungjawab kepada Pemerintah, BPKP bertanggungjawab kepada Presiden, Itjen bertanggungjawab kepada Menteri, Bawasda bertanggungjawab kepada Gubernur atau Bupati/Walikota. Kewenangan Lembaga Pemeriksa BPK dalam kaitannya dengan pengelolaan Keuangan Daerah dapat dilihat dalam Pasal 31 ayat 91) Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. 4 Ibid., hal. 157.

10 91 Pasal 31 ayat 91 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dinyatakan: Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dinyatakan: Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah. Pembentukan audit internal adalah membantu Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pengawasan dan atau pemeriksaan tanggung-jawab Keuangan Daerahsecara terpadu efisien dan efektif dalam rangka menertibkan pelaksanaan anggaran dan penyusunan pertanggungjwaban Keuangan Daerah. III. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD diatur dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 jo. Pasal 184 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo.pasal 100 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa: Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan keuangan uyang telah diperiksa oleh badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam pertanggungjawaban Keuangan Daerah terdapat tiga lembaga yang terlibat yaitu (1). Kepala Daerah sebagai pimpinan pemerintahan daerah, (2). DPRD sebagai Lembaga Legislatif daerah dan (3). Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) sebagai lembaga yang berwenang memeriksa Keuangan Negara. Adapun mekanisme yang digunakan adalah sebelum laporan pertanggungjawaban disampaikan ke DPRD terlebih dahulu diperiksa oleh BPK. Ketentuan ini menunjukkan bahwa ketika ada permasalahan dalam pelaksanaan APBD, maka BPK memberikan

11 92 kesempatan untuk menyempurnakan administrasi laporan tersebut, tetapi jika tidak dapat dipenuhi dengan jangka waktu tertentu maka akan berlanjut pada ketentuan hukum pidana yang menjadi kewenangan KPK. b. Lembaga pemeriksa dan pengawas pengelola Keuangan Daerah dilakukan oleh suatu lembaga yang kompeten dalam tugasnya dan profesional. Untuk lembaga pengawas (pengendalian) internal terdiri dari Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) dilingkungan lembaga negara dan BUMN/BUMD, Badan Pengawas Daerah Propinsi (Bawasdaprop), Badan Pengawas Daerah Kabupaten/Kotamadya (Bawasda Kab/Bawasko), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan audit eksternal (lembaga pemeriksa) adalah BPK, yang merupakan lembaga pemeriksa Independen. Pembentukan audit internal adalah membantu Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pengawasan dan atau pemeriksaan tanggungjawab Keuangan Daerahsecara terpadu efisien dan efektif dalam rangka menertibkan pelaksanaan anggaran dan penyusunan pertanggungjwaban Keuangan Daerah. 2. Saran 1. Diharapkan pengaturan yang lebih tegas berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 mengenai pertanggungjawaban pertanggungjawaban keuangan antara Kepala Daerah dan DPRD dikarenakan ketimpangan prosedur. Kepala daerah lebih berat dalam hal mempertanggungjawabkan pengelolaan Keuangan Daerah dibandingkan dengan DPRD. Atas terjadinya ketimpangan prosedur tersebut nampak dari luar terjadi arogansi pemakaian anggaran oleh DPRD. 2. Diharapkan pengaturan yang lebih tegas mengenai eksistensi BPK agar lebih berperan lagi sebagai pengawas eksternal bukan hanya sebatas memberikan opini (pendapat) terhadap laporan pertanggungjawaban penggunaan Keuangan Daerah oleh Kepala Daerah.

12 93 Buku DAFTAR PUSTAKA Andrian Sutedi Hukum Keuangan Negara. Sinar Grafika, Jakarta. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Sepintas mengenal BPK Menurut Undang-Undang Di Bidang Keuangan Negara. Ditama binbankum, Jakarta. La Ode Husen Hubungan Fungsi Pengawasan DPR dengan BPK Dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia. Cv. Utomo, Bandung. N.E. Algra Et.al., Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, Belanda Indonesia, terjemahan Saleh Adiwinata, A.Teloeki, Boerhanuddin St. Batoeah, Bina Cipta, Jakarta. Nur Basuki Minarno Penyalahgunaan Wewenang dan tindak Pidana korupsi Dalam Pengelolaan keuangan Daerah. Laksbang Mediatama,Surabaya. Ni matul Huda Pengawasan Pusat Terhadap Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. FH UII Press,Yogyakarta. Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum. Prenada Media Group, Jakarta. Philipus M. Hadjon Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah mada University Press, Yogyakarta. W. Riawan Tjandra Hukum Keuangan Negara. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan 1. Undang-Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Sebelum Amandemen., Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Setelah Amandemen., Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah., Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah., Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara., Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

13 94, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara., Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Keuangan Negara. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah., Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Cara penghapusan Piutang Negara/Daerah.

Tugas dan Wewenang BPK dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Implementasinya

Tugas dan Wewenang BPK dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Implementasinya Tugas dan Wewenang BPK dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Implementasinya Diajukan sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Hukum Tentang Lembaga Negara Dosen: Dr. Hernadi Affandi, SH., LL. M. Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/ PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TIGA UNDANG- UNDANG TERKAIT DENGAN KEUANGAN NEGARA

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TIGA UNDANG- UNDANG TERKAIT DENGAN KEUANGAN NEGARA TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP TIGA UNDANG- UNDANG TERKAIT DENGAN KEUANGAN NEGARA (Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari keseluruhan pembahasan dan uraian mengenai Sinergisitas Pengendalian dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari keseluruhan pembahasan dan uraian mengenai Sinergisitas Pengendalian dan 140 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari keseluruhan pembahasan dan uraian mengenai Sinergisitas Pengendalian dan Pemeriksaan Dalam Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara, sebagaimana telah dipaparkan

Lebih terperinci

Pengaturan Hubungan Hukum Keuangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Hukum Keuangan Negara. Oleh : Fitria 1 ABSTRAK

Pengaturan Hubungan Hukum Keuangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Hukum Keuangan Negara. Oleh : Fitria 1 ABSTRAK Pengaturan Hubungan Hukum Keuangan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Hukum Keuangan Negara Oleh : Fitria 1 ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang Pengaturan Hubungan Hukum Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK

ASPEK HUKUM DALAM TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK ASPEK HUKUM DALAM TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK http://www.bpk.go.id I. PENDAHULUAN Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sesuai Pasal 24 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini wajar, karena beberapa penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 916 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 916 TAHUN 2011 Menimbang : a. BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 916 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN (POP) APARAT INSPEKTORAT KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM )

SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM ) SUMBER- SUMBER KEWENANGAN. (Totok Soeprijanto, widyaiswara Pusdiklat PSDM ) Penerapan asas negara hukum oleh pejabat administrasi terikat dengan penggunaan wewenang kekuasaan. Kewenangan pemerintah ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat meningkatkan kualitas audit

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 39 Undang-undang

Lebih terperinci

Oleh: Totok Soeprijanto Widyaiswara Utama pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Oleh: Totok Soeprijanto Widyaiswara Utama pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan SEPINTAS KAJIAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PENDELEGASIAN WEWENANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Oleh: Totok Soeprijanto Widyaiswara Utama

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No. BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan bersifat membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, dan secara dini menghindari terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan

Lebih terperinci

Sub Bagian Hukum dan Humas BPK RI Perwakilan Provinsi Bali

Sub Bagian Hukum dan Humas BPK RI Perwakilan Provinsi Bali Sumber Berita : Harian Nusa Bali, Sidang Perdana PK Winasa Berlangsung 5 Menit, Rabu 18 Juni 2014. Sub Bagian Hukum dan Humas BPK RI Perwakilan Provinsi Bali 1 Sumber Berita: Harian Bali Post, Singkat

Lebih terperinci

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya. SAMBUTAN PADA ACARA PENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA BPK RI DENGAN DPRD PROVINSI/KAB/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TENTANG TATA CARA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI KEPADA DPRD PROPINSI/KAB/KOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1122, 2016 LEMSANEG. Hasil Pemeriksaan Internal dan Eksternal. Laporan. Penyelesaian. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA

KEDUDUKAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA KEDUDUKAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA www.merdeka.com I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara welfare state, dimana negara memiliki tanggung jawab

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015 TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUGAS DAN FUNGSI DPRD DAN GUBERNUR DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH 1 Oleh : Ranny Z. Tuju 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

POLA PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK (STUDI KASUS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007)

POLA PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK (STUDI KASUS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007) POLA PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK (STUDI KASUS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007) Anggit Wicaksono, SH. MH (staf pengajar FH UMK) Abstrak Partai politik sebagai peserta pemilihan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 4 2007 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PD JASA DAN KEPARIWISATAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN APARAT PENGAWAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2007 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT JASA SARANA JAWA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA, SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN BADAN PENGAWASAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT AGRONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT AGRONESIA LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 2 2007 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT AGRONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 01 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 01 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 01 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN UNTUK PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2015 Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH 1 of 7 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PRESIlEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c bahwa Pemerntahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA No.112, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA KERJA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNGJAWAB KEUANGAN NEGARA 1 Oleh : Dedy C. Wanindi 2

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNGJAWAB KEUANGAN NEGARA 1 Oleh : Dedy C. Wanindi 2 PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNGJAWAB KEUANGAN NEGARA 1 Oleh : Dedy C. Wanindi 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa setiap kerugian daerah yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. politik dan kekuasaan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. politik dan kekuasaan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah terjadi perubahan yang mendasar salah satunya Pasal 23 ayat (5) yang mengatur kedudukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2000 TENTANG TATACARA PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 31 ayat (2) dan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 1. Pengertian Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN Oleh : Andrizal 1 ABSTRACT

PERTANGGUNGJAWABAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN Oleh : Andrizal 1 ABSTRACT PERTANGGUNGJAWABAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 Oleh : Andrizal 1 ABSTRACT In the past, the Result of BPK investigation was only reported to The House of Representative.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN/PENGAWASAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5943 ADMINISTRASI. Sanksi. Pejabat Pemerintahan. Administratif. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 230) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA K E U A N G A N N E G A R A B A T A S A N A U D I T R U A N G L I N G K U P A U D I T P R O S E S A U D I T T E D I L A S T 0 9 / 1 6 Keuangan Negara UU no 17 th 2003

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah beberapa kali mengalami amandemen. Pasca Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah beberapa kali mengalami amandemen. Pasca Reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia telah beberapa kali mengalami amandemen. Pasca Reformasi salah satu pasal yang diamademen dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar. akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar. akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam demokrasi saat ini untuk setiap pemerintah dalam pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar jumlahnya. Sehingga pemerintah dituntut untuk

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, G U B E R N U R NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PENGAWASAN PADA INSPEKTORAT WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 39 Undang-undang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2016

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2016 BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP PEGAWAI NEGERI BUKAN BENDAHARA DAN PEJABAT LAIN

PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP PEGAWAI NEGERI BUKAN BENDAHARA DAN PEJABAT LAIN PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP PEGAWAI NEGERI BUKAN BENDAHARA DAN PEJABAT LAIN Henny Juliani hennyjuliani.fhundip@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara professional, terbuka, dan

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA

KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA KAJIAN TERHADAP LEMBAGA PENGAWAS PENGELOLAAN DANA DESA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEUANGAN NEGARA Oleh: Ni Kadek Lisna Adnyani Dewi * I Ketut Rai Setiabudhi ** Program Kekhususan Hukum Pemerintahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 116/PMK.05/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 116/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 116/PMK.05/2007 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA TINDAK DAN MONITORING PENYELESAIAN TINDAK LANJUT PEMERINTAH TERHADAP TEMUAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB III KEDUDUKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU- XII/2014

BAB III KEDUDUKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU- XII/2014 BAB III KEDUDUKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU- XII/2014 A. Latar Belakang Keluarnya SEMA No. 7 Tahun 2014 Pada awalnya SEMA dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci