BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hipertensi merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terjadi di seluruh dunia, karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Desain bentuk sediaan farmasi bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat sehingga mencapai suatu ukuran terkontrol dari efek terapi dalam menghadapi fluktuasi tidak tentu dalam lingkungan in vivo dimana pelepasan obat berlangsung. Khususnya untuk penyakit degeneratif, bentuk sediaan obat yang ideal adalah sediaan yang mampu memberikan konsentrasi obat pada tempat aksi secara cepat dan kemudian secara konstan dipertahankan selama waktu pengobatan yang diinginkan yakni sediaan lepas lambat (sustained-release) atau lepas terkontrol (controlled-release). Tujuan dari sediaan lepas lambat adalah untuk mempertahankan konsentrasi obat dalam darah pada waktu yang lama. Untuk memperoleh sediaan lepas lambat sesuai yang diharapkan maka dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan sifat fisis granul dan sifat fisis tablet, serta evaluasi disolusi. Pemeriksaan sifat fisis granul dilakukan untuk mengetahui kualitas granul yang dihasilkan sehingga diharapkan mampu menghasilkan mutu tablet yang baik, tablet dikatakan bermutu apabila aman, efektif, dan acceptable. Pengujian sifat fisis granul meliputi waktu alir, sudut diam, pengetapan, kompaktibilitas dan moisture content. Sedangkan untuk sifat fisik tablet meliputi kekerasan tablet, penetapan kadar zat aktif, dan keseragaman kandungan. 40

2 digilib.uns.ac.id 41 A. Pemeriksaan Sifat Fisis Granul dan Massa Tablet Granul adalah gumpalan dari partikel-partikel yang kecil. Umumnya granul dibuat dengan cara melembabkan serbuk atau campuran serbuk yang digiling dan melewatkan adonan yang sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang sesuai dengan granul yang diinginkan. Pemeriksaan sifat fisis granul dan sifat fisis massa tablet dilakukan untuk mengetahui granul dan massa tablet yang akan diproses menjadi tablet memenuhi persyaratan sehingga diharapkan dapat memperoleh tablet bermutu baik. Pemeriksaan-pemeriksaan kualitas granul sangat bermanfaat, karena sifat-sifat granul tidak hanya mempengaruhi peristiwa pentabletan saja, tetapi juga kualitas tabletnya sendiri. Hasil pemeriksaan sifat fisis granul dan sifat fisis massa tablet dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul dan Massa Tablet Pemeriksaan F1 F2 F3 F4 Berat Jenis Ruah (g/ml) 0,624±0,007 0,655±0,013 0,660±0,007 0,629±0,004 Berat Jenis Mampat (g/ml) 0,714±0 0,744±0,002 0,752±0,018 0,731±0,003 Kandungan Lembab (%) 2,33±0,29 3,16±0,29 3,33±0,29 0,5±0 Waktu Alir (detik) 5,24±0,50 4,45±0,48 4,35±0,22 5,08±0,38 Sudut Diam ( o ) 23,1±1,22 23,02±1,45 25,61±0,47 24,90±0,81 Indeks Carr s (%) 12,85±2,08 10,86±2,99 16,1±1,71 14,04±0,87 Haussner Rasio (%) 1,15±0,02 1,12±0,03 1,19±0,015 1,16±0,01 Kompaktibilitas (kg) 3,71±0,28 2,73±0,30 1,58±0,13 1,28±0,16 Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif); ± Standard Deviation. Bahan yang dikempa juga perlu dilakukan pemeriksaan kemampuan mengalirnya (flowability) dan kemampuan untuk dikempa (compactibility). Pemeriksaan flowability meliputi waktu alir, sudut diam, distribusi ukuran partikel, pengetapan, kelembaban, berat jenis ruah, berat jenis mampat.

3 digilib.uns.ac.id Kemampuan Mengalir Kemampuan mengalir massa tablet berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet, hal ini dikarenakan granul mempunyai sifat alir yang baik akan mengisi ruang kompresi dengan konstan, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dan kandungan aktif juga akan seragam (Siregar dan Wikarsa, 2010). Kemampuan mengalir massa tablet dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kadar air. Laju alir akan memengaruhi keseragaman bobot pada saat pencetakan tablet. Laju alir dapat diukur dengan metode waktu alir, sudut diam, dan indeks Carr s. a. Waktu alir Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir melalui corong, sedangkan kecepatan alir dinyatakan sebagai banyaknya serbuk yang mengalir tiap satuan waktu (Banker dan Anderson, 1986). Kecepatan alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971). Kecepatan alir dari granul dipengaruhi oleh bentuk partikel, ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, berat jenis partikel, kondisi permukaan partikel, kelembaban granul, dan penambahan bahan pelicin (Gibson, 2009). Waktu alir massa tablet dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 6 (lampiran 6a).

4 digilib.uns.ac.id 43 Waktu alir (detik/100 gram) * * * * * F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 6. Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif); * = signifikansi p < 0,05. Hasil pemeriksaan waktu alir massa granul di atas menunjukkan bahwa formula 1 (Pektin 20%) mempunyai waktu alir yang paling lama yaitu 5,24 detik dan selanjutnya diikuti formula 2 (Pektin 30%) sebesar 4,45 detik, formula 3 (Pektin 40%) sebesar 4,35 detik dan formula 4 (Kontrol Negatif) sebesar 5,08 detik. Penambahan matrik pada formula tersebut menyebabkan kemampuan mengalir granul lebih cepat. Dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa formula dengan konsentrasi bahan matrik yang semakin besar dapat mempercepat waktu alir. Hal ini dapat terjadi karena dengan meningkatnya konsentrasi matrik akan meningkatkan berat jenis dari granul sehingga menyebabkan waktu alir menjadi lebih cepat, serta pengaruh jumlah fines, semakin banyak jumlah fines maka waktu alir akan semakin lama.

5 digilib.uns.ac.id 44 Dari hasil Uji Shapiro-wilk menunjukkan nilai signifikansi keempat formula > 0,05 sehingga data waktu alir terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,006 < α (0,05) yang berarti penggunaan matrik pektin dengan konsentrasi yang bervariasi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap waktu alir. Uji t-lsd menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada formula 1 dengan formula 2, formula 1 dengan formula 3, formula 2 dengan formula 4, formula 3 dengan formula 4. Serta tidak terdapat perbedaan bermakna pada formula formula 1 dengan formula 4, formula 2 dengan formula 3. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh bentuk partikel, ukuran partikel melalui gaya kohesi di antara partikel, kelembaban, berat jenis suatu partikel, dan distribusi ukuran partikel. Kecepatan mengalir akan meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel (Gibson, 2009). b. Distribusi Ukuran Partikel Penentuan distribusi ukuran partikel dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran granul yang dihasilkan dari proses granulasi, serta memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer, syarat distribusi ukuran partikel sisa < 10% (Voigt, 1994). Distribusi ukuran partikel berpengaruh terhadap waktu alir massa tablet. Semakin besar ukuran partikel maka akan semakin besar gaya berat sehingga kecepatan aliran meningkat sampai perbandingan tertentu, selain itu ukuran partikel secara bermakna dapat memengaruhi

6 digilib.uns.ac.id 45 profil absorpsi obat oral. Ada beberapa metode yang tersedia untuk mengevaluasi ukuran partikel yang meliputi pengayakan, mikroskopi, sedimentasi dan stream scanning (Ansel, 1989). Hasil pemeriksaan uji distribusi partikel dapat dilihat pada Gambar 7 (lampiran 5c). Persentase (%) Ukuran partikel (µm) F1 F2 F3 F4 Gambar 7. Grafik distribusi ukuran partikel granul kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Dari grafik di atas menyajikan distribusi ukuran partikel yang berbedabeda di setiap formula. Nilai frekuensi puncak menunjukkan persentase ukuran partikel yang paling banyak. Dari grafik di atas menunjukkan grafik sedikit memanjang ke arah ukuran partikel lebih kecil sehingga distribusinya miring negatif (negative skewness). Rata-rata ukuran partikel dihitung untuk mengetahui rata-rata ukuran granul setiap formula. Ukuran granul rata-rata semua formula dapat dilihat pada gambar 7. Urutan ukuran granul rata-rata dari terkecil hingga terbesar yaitu F4, F3, F1, dan F2. Urutan ini sesuai dengan persentase bobot ukuran

7 digilib.uns.ac.id 46 granul tertinggi pada distribusi ukuran partikel. Pada gambar 7 diketahui bahwa persentase bobot granul tertinggi pada ukuran granul terbesar (1212,5 µm) dimiliki oleh F2. Hasil uji distribusi ukuran partikel bahwa formula 1 (Pektin 20%) jumlah fines nya adalah sebesar 8,5%, formula 2 (Pektin 30%) sebesar 4,68%, formula 3 (Pektin 40%) sebesar 8,05% dan formula 4 (Kontrol negatif) sebesar 11,98%. Hasil uji menunjukkan bahwa data tidak sesuai dengan teori bahwa formula 4 (Kontrol negatif) menghasilkan jumlah fines yang paling besar, sehingga menghasilkan waktu alir massa tablet yang lebih lama dibandingkan dengan formula lainnya. Sedangkan formula dengan jumlah fines paling sedikit adalah formula 2 (Pektin 30%). Adanya fines dalam granul mempengaruhi waktu alir. Jumlah fines yang memadai memperbaiki waktu alir. Namun, jumlah fines yang berlebih akan memperburuk waktu alir granul. Fines dalam jumlah tertentu dibutuhkan untuk mengisi rongga antar partikel granul sehingga tablet yang dihasilkan lebih kompak, sedangkan dalam jumlah besar dapat menimbulkan permasalahan dalam pencetakan tablet karena dapat menyebabkan capping. Untuk menghasilkan tablet yang kuat dan kompak jumlah fines tidak lebih dari 10% (Nugrahani dkk., 2005). c. Kandungan lembab Evaluasi kadar air digunakan untuk mengukur kelembaban dari serbuk/granul. Pengukuran kadar air dilakukan dengan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar air yang baik adalah 2 5% (Voigt, 1994).

8 digilib.uns.ac.id 47 Kandungan lembab dapat mempengaruhi waktu alir, dimana semakin tinggi kelembaban granul, maka daya kohesifitasnya juga semakin tinggi sehingga kemampuan mengalir granul meningkat, selain itu kelembaban dapat mempengaruhi kemampuan dikempa dan stabilitas obat dalam penyimpanan (Zhang dkk., 2009). Berikut adalah hasil pemeriksaan kandungan lembab granul. Moisture Content (%) F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 8. Diagram Perbandingan Kandungan Lembab (MC) Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Formula 1 (Pektin 20%) memiliki kandungan lembab sebesar 2,33, formula 2 (Pektin 30%) sebesar 3,16, formula 3 (Pektin 40%) sebesar 3,33, dan kontrol negatif sebesar 0,5%. Kandungan lembab tertinggi terdapat dalam formula 3 (Pektin 40%), hal ini dapat terjadi karena matrik yang ditambahkan relatif banyak dibandingkan formula lainnya, matrik yang digunakan berasal dari bahan alam memiliki kandungan lembab commit yang to user tinggi karena sifatnya yang hidrofil,

9 digilib.uns.ac.id 48 yakni mampu menyerap air. Sedangkan kandungan lembab yang paling sedikit terdapat dalam formula 4 (kontrol negatif), dimana dalam formula ini tidak ditambahkan matrik sehingga kandungan lembabnya rendah. Meningkatnya kadar air dalam granul dapat mengurangi kemampuannya untuk mengalir lancar, karena meningkatnya ketebalan lapisan cairan yang terserap, granul menjadi lebih kohesif dan cenderung membentuk aglomerat. Penelitian yang dilakukan Amidon et al. menunjukkan aliran selulosa mikrokristalin menurun dengan meningkatnya kadar air, terutama pada kadar air lebih dari 5 % (Emery, 2008). d. Berat Jenis Granul Berat jenis dapat mempengaruhi kemampuan mengalir granul, yakni semakin tinggi berat jenis granul dengan volume yang sama akan sebanding dengan kemampuan mengalirnya (semakin tinggi kecepatan alir granul). Pemeriksaan berat jenis ini dibagi menjadi 2 yaitu berat jenis ruah dan berat jenis mampat. Selisih volume antara berat jenis mampat dan berat jenis ruah disebut dengan porositas, porositas akan mempengaruhi flowabilitas dan kompaktibilitas. Semakin tinggi porositas menyebabkan kemampuan mengalir semakin lama dan kemampuan dikempa semakin rendah karena semakin banyak rongga antar parikelnya. Hasil pemeriksaan berat jenis dapat dilihat pada gambar berikut.

10 digilib.uns.ac.id 49 Berat Jenis (gram/ml F1 F2 F3 F4 Formula BJ RUAH BJ MAMPAT Gambar 9. Diagram Perbandingan Berat Jenis Ruah dan Berat Jenis Mampat Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Hasil uji berat jenis menunjukkan bahwa berat jenis ruah dan berat jenis mampat yang tertinggi terdapat dalam formula 3 (pektin 40%), hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi matrik dalam formula akan meningkatkan berat jenis, karena semakin tinggi konsentrasi matrik maka kelembaban granul akan meningkat, sehingga akan menaikkan berat jenis karena matrik yang digunakan bersifat hidrofil. Hal ini berbanding lurus dengan porositas. Semakin besar porositas menyebabkan waktu alir semakin cepat. Porositas terbesar terletak pada formula 3, kemudian diikuti formula 2, sedangkan porositas terkecil terletak pada formula 1. e. Sudut diam Sudut diam adalah sudut yang dapat dibentuk oleh sejumlah granul setelah granul diberi perlakuan. Persyaratan granul dikatakan baik apabila sudut diam yang dibentuk antara 25⁰ - 45⁰ (Siregar dan Wikarsa, 2010). Uji

11 digilib.uns.ac.id 50 Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, kelembaban granul, dan gaya tarik dan gaya gesek antar partikel, jika gaya tarik dan gaya gesek kecil maka akan lebih cepat dan lebih mudah mengalir. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, maka sudut kemiringan semakin kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk (Voigt, 1994). Berikut adalah hasil pemeriksaan sudut, dapat dilihat pada gambar 10 (lampiran 6b). Sudut diam ( 0 ) F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 10. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Berdasarkan hasil pengamatan sudut diam seperti pada Gambar 10, diperoleh hasil bahwa sudut diam formula 1 (pektin 20%) sebesar 23,10 o, untuk formula 2 (pektin 30%) sebesar 23,02 o, formula 3 (pektin 40%) sebesar 25,61 o. Hasil menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan sudut diam yang baik yaitu o. Sudut diam terkecil terdapat dalam formula 2 (Pektin 30%). Semakin kecil nilai sudut diam granul memiliki sifat alir yang baik sehingga granul dapat mengalir dengan

12 digilib.uns.ac.id 51 baik pula, tetapi hasil menunjukkan bahwa semakin kecil sudut diam waktu alir menjadi lebih lama, hal ini disebabkan karena kadar matrik yang rendah dapat menguragi ikatan antar partikel granul sehingga waktu alir menjadi lama. f. Uji Pengetapan Uji pengetapan dimaksudkan untuk mengetahui penurunan sejumlah granul akibat hentakan dan getaran. Granul yang baik memiliki indeks pengetapan tidak lebih dari 20%. Semakin kecil indeks pengetapan suatu granul maka semakin baik sifat alir dan kompresibilitasnya. Granul dengan indeks tap kurang dari 20% adalah granul yang mempunyai sifat fisik granul yang baik (Siregar dan Wikarsa, 2010). Berikut adalah nilai indeks pengetapan dari masing masing formula. Indeks Cars (%) F1 F2 F3 F4 Formula INDEKS CAR'S HAUSSNER RASIO Gambar 11. Diagram Perbandingan Indeks Tap Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula commit tablet to tanpa user matrik (kontrol negatif).

13 digilib.uns.ac.id 52 Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa granul pada F1 F4 memiliki nilai indeks carr s yang baik yaitu kurang dari 20%. Formula 2 memiliki indeks carr s dan hausner rasio yang paling kecil, sedangkan formula 3 yang mengandung matrik memiliki indeks carr s dan hausner rasio yang paling besar. Hal ini berkebalikan dengan teori bahwa semakin kecil indeks pengetapan maka sifat aliran akan semakin baik. 2. Kemampuan dikempa Kompaktibilitas adalah kemampuan bahan untuk membentuk massa yang kompak (padat) setelah diberi tekanan tergantung dengan bonding indeks dan tensile strength. Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan zat untuk saling berikatan menjadi massa yang kompak, digunakan mesin tablet single punch dengan berbagai tekanan dari yang rendah ke yang tinggi. Granul yang memiliki kompaktibilitas yang baik akan mudah dikempa untuk menghasilkan tablet, artinya dengan pemberian tekanan yang relatif kecil massa granul akan membentuk massa tablet yang kompak. Kompaktibilitas yang baik berkisar 5% - 20% (Siregar, 2008). Untuk mengetahui kompaktibilitas bahan dievaluasi dengan mengukur kekerasan tabletnya pada berbagai tekanan kompresi. Tekanan kompresi digambarkan oleh kedalaman punch atas ketika turun ke ruang die. Massa tablet dikempa pada volume dan tekanan yang sama, yaitu pada posisi kedalaman punch bawah adalah 8,15 mm dan kedalaman punch atas 5,30 mm dengan tebal tablet sebesar 3,55 mm.

14 digilib.uns.ac.id 53 Berikut ini adalah nilai kompaktibilitas untuk keempat formula dapat dilihat pada Gambar 12 (lampiran 6d). Kompaktibilitas (kg) * * * * * F1 F2 F3 F4 Formula * Gambar 12. Diagram Perbandingan Kompaktibilitas Granul Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif); * = berbeda bermakna p < 0,05. Hasil pemeriksaan uji kompaktibilitas didapatkan hasil bahwa kompaktibilitas paling tinggi terdapat dalam formula 1 yang mengandung matriks pektin sebesar 20%. Semakin kecil konsentrasi matrik dalam formula maka kompaktibilitas menjadi semakin besar, karena matriks pektin berasal dari bahan alam yang cenderung menyerap air, sehingga tablet yang dihasilkan menjadi rapuh, dengan konsentrasi matrik yang semakin besar maka kompaktibilitasnya akan semakin menurun. Formula yang memiliki kompaktibilitas paling kecil adalah Formula 4, karena formula ini tidak mengandung matrik, sehingga bonding indeks nya kecil menyebabkan kompaktibilitasnya kecil.

15 digilib.uns.ac.id 54 Hasil uji Shapiro-wilk menunjukkan bahwa nilai signifikansi > α (0,05) yang berarti data kompaktibilitas terdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dan diperoleh hasil bahwa penggunaan matrik pektin dengan konsentrasi yang bervariasi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kompaktibilitas. Sedangkan hasil Uji t LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara formula 1 dengan formula 2, formula 1 dengan formula 3, formula 1 dengan formula 4, formula 2 dengan formula 3, formula 2 dengan formula 4, serta formula 3 dengan formula 4. B. Penabletan Pada proses pentabletan kekerasan tablet diatur antara kg, bertujuan untuk memperlama waktu hancur tablet sehingga matrik dapat melepaskan kaptopril secara lambat. C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet Pemeriksaan sifat fisik tablet dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas tablet yang baik sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Hasil pemeriksaan sifat fisik tablet seperti terlihat pada Tabel VI. Tabel VI. Pemeriksaan sifat fisis tablet kaptopril Pemeriksaan F1 F2 F3 F4 Keseragaman Kandungan (%) Kekerasan (kg) (Rata-rata=111,71) (CV=1,50%) (Rata-rata=110,18) (CV=1,85%) (Rata-rata=107,68) (CV=2,36%) (Rata-rata=96,29) (CV=2,96%) 12,17 ± 0,79 11,12 ± 1,06 10,14 ± 0,61 4,52 ± 0,28 Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif).

16 digilib.uns.ac.id Keseragaman Kandungan Uji keseragaman kandungan dilakukan untuk mengetahui kadar obat yang terkandung dalam suatu sediaan. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa kandungan obat yang terdapat dalam sediaan sesuai dengan dosis yang ditentukan agar dapat memberikan efek terapetik yang diinginkan. Keseragaman kadar dipengaruhi oleh homogenitas. Semakin homogen dari suatu granul maka akan semakin baik pula keseragaman kadarnya. Sebanyak 10 tablet ditimbang satu per satu. Tiap tablet digerus halus, ditimbang sebanyak 125 mg (setara dengan 25 mg kaptopril), kemudian serbuk dilarutkan dalam 50 ml HCl 0,1 N. Larutan disaring, filtrat diambil 4 ml., ditambahkan dengan pengompleks yaitu 4 ml FeCl 3 0,04% dan 2 ml K 3 [Fe(CN) 6 ] 0,02%. Ditentukan λ max untuk absorbansi yaitu 747 nm. Operating time untuk larutan uji ini adalah selama 2 jam. Operating time digunakan untuk mengukur waktu hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Kadar dihitung dengan dibandingkan dengan absorbansi baku pembanding. Persen kadar dinyatakan sesuai yang tertera pada etiket. Standar keseragaman kadar untuk tablet kaptopril adalah tidak kurang dari 85% dan tidak lebih dari 115% dari bobot tablet (Farmakope Indonesia Edisi IV). Hasil Perhitungan keseragaman kadar sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IVdapat dilihat pada Tabel 6 (lampiran 7b).

17 digilib.uns.ac.id 56 Tabel VII. Pemeriksaan Keseragaman Kandungan Tablet % Kandungan F1 F2 F3 F ,28 108,73 104,20 91, ,86 111,96 107,10 96, ,17 112,67 105,65 94, ,46 110,81 110,09 96, ,46 111,27 103,59 96, ,33 105,92 109,54 92, ,86 111,95 109,95 97, ,20 110,36 110,13 99, ,97 108,50 109,68 97, ,54 109,65 106,88 100,24 CV 1,68 2,04 2,54 2,85 Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Berdasarkan hasil pemeriksaan keseragaman kadar semua tablet memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu keseragaman kadar tidak lebih besar dari 115% dan tidak kurang dari 85%. Diagram hasil keseragaman kandungan dapat dilihat pada Gambar Pelepasan Obat (%) F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 13. Diagram Keseragaman Kadar Tablet Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin commit 30%; F3: to Formula user tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif).

18 digilib.uns.ac.id 57 Berdasarkan hasil pemeriksaan nilai Coefficient variation dapat disimpulkan bahwa untuk ketiga formula telah memenuhi persyaratan keseragaman kadar yaitu kurang dari 6%. Keseragaman kadar dikatakan baik apabila nilai CV kurang dari sama dengan 6% (Anonim, 1995). 2. Kekerasan Tablet Suatu tablet yang baik harus mempunyai kekerasan yang cukup, dapat diartikan bahwa tablet tidak terlalu keras dan tidak terlalu rapuh. Suatu tablet yang terlalu keras dapat mengakibatkan air sulit berpenetrasi kedalam tablet, sehingga tablet sulit untuk hancur di dalam tubuh. Apabila tablet terlalu rapuh maka tablet tidak tahan terhadap kekuatan mekanik seperti guncangan saat pengemasan maupun ketika distribusi. Kekerasan tablet yang baik adalah sekitar kg untuk sediaan lepas lambat. Hasil diagram kekerasan tablet kaptopril dapat dilihat pada Gambar 15 (lampiran 7a). Kekerasan (kg) * * * * * 0 F1 F2 F3 F4 Formula Gambar 14. Diagram Perbandingan Kekerasan Tablet Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa commit matrik (kontrol to user negatif); * = berbeda bermakna p < 0,05.

19 digilib.uns.ac.id 58 Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa ketiga formula sudah sesuai persyaratan kekerasan tablet yang baik, yaitu kg sesuai dengan ketentuan yang ada. Keempat formula tersebut dikempa dengan kompresibilitas yang tinggi yakni kg dan pada formula 1 menunjukkan kekerasan yang paling tinggi dari ketiga formula lainnya karena granul yang dikempa memiliki kriteria dan kompaktibilitas yang tinggi sehingga dengan sedikit tekanan akan menghasilkan kekerasan yang relatif besar, untuk formula 4 memiliki kekerasan yang paling kecil, yang tidak mengandung matrik memiliki kekerasan yang paling kecil karena dengan tidak adanya matrik maka kompresibilitasnya rendah karena matrik yang digunakan juga berfungsi sebagai pengikat. Hasil uji Shapiro-wilk menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, dengan nilai signifikansi > 0,05, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA, dan diperoleh hasil bahwa penggunaan matrik pektin dengan konsentrasi yang bervariasi memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan tablet. Uji t- LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada formula 1 dengan formula 2, formula 1 dengan formula 3, formula 1 dengan formula 4, formula 2 dengan formula 4, dan formula 3 dengan formula 4, serta terdapat perbedaan tidak bermakna pada formula 2 dengan formula 3. Data menunjukkan bahwa pengendalian tidak berhasil. D. Disolusi Tablet Disolusi suatu tablet adalah jumlah atau persen zat aktif dari suatu sediaan padat yang larut pada suatu waktu tertentu dalam kondisi baku. Uji disolusi merupakan parameter penting dalam pengembangan produk dan pengendalian

20 digilib.uns.ac.id 59 mutu obat (Anonim, 1989). Uji disolusi menggunakan alat disolusi ELECTROLAB dengan metode dayung. Medium yang digunakan adalah asam klorida 0,1 N ph 1,2, dengan suhu 37⁰C ± 0,5⁰C dan waktu yang dibutuhkan 6 jam. 1. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Percobaan pertama menentukan panjang gelombang maksimum untuk memperoleh panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum ini bertujuan untuk mengetahui ketika absorpsi mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap sinar (Rohman, 2007). Semakin besar panjang gelombang maka semakin kecil nilai absorbansinya. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang nm, hasil scanning yang diperoleh untuk panjang gelombang maksimum kaptopril adalah 202,4 nm. 2. Penentuan Kurva Baku Kaptopril Kurva baku kaptopril dibuat dengan melarutkan 50 mg kaptopril murni kedalam HCl 0,1 N sebanyak 100 ml, kemudian larutan tersebut diambil 2 ml dilarutkan dalam 50 ml HCl 0,1 N yang selanjutnya dibuat seri kadar, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang maksimum dan didapatkan nilai korelasi r=0,999, dari nilai r ini maka diperoleh persamaan y= 0,0328X + 0,2005. Kurva baku kaptopril dapat dilihat pada Gambar 16

21 digilib.uns.ac.id absorbansi kadar (ppm) Gambar 15. Kurva baku tablet kaptopril Pembuatan kurva baku bertujuan untuk mengetahui konsentrasi antara sampel dengan serapan dan menentukan kadar pada uji disolusi tablet kaptopril. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi, maka kurva berupa garis lurus dan melalui titik nol. 3. Profil Disolusi Disolusi adalah suatu proses melarutnya bahan padat dalam medium zat cair. Laju disolusi didefinisikan sebagai jumlah bahan aktif dari suatu sediaan padat yang melarut persatuan waktu dalam kondisi temperatur dan suhu yang telah distandarisasi. Uji disolusi in vitro dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah obat yang terlarut dalam medium sehingga dapat menggambarkan profil pelepasan obat didalam tubuh. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pelepasan obat antara lain kelarutan obat (struktur, berat molekul, dan pka), karakteristik polimer (hidrofilitas, berat molekul, tortuoitas, serta perbandingan antara polimer dan obat dalam sediaan). Hasil uji disolusi yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengetahui mekanisme pelepasan obat sediaan

22 digilib.uns.ac.id 61 dengan cara memasukkan data hasil disolusi ke dalam persamaan kinetika, seperti orde nol, orde satu, Higuchi, dan Lowman - Peppas. Profil disolusi ketiga formula digambarkan dalam suatu kurva antara waktu vs % konsentrasi yang dapat dilihat pada Gambar Jumlah Obat Terdisolusi (%) Pektin 20% Pektin 30% Pektin 40% Kontrol negatif Waktu (menit) Gambar 16. Profil Disolusi Tablet Kaptopril Keterangan: F1: Formula tablet dengan matrik pektin 20%; F2: Formula tablet dengan matrik pektin 30%; F3: Formula tablet dengan matrik pektin 40%; F4: Formula tablet tanpa matrik (kontrol negatif). Pada gambar di atas menunjukkan pelepasan tablet lepas lambat kaptopril dengan variasi konsentrasi pada setiap satuan waktu. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa ketiga formula tersebut telah melepaskan kaptopril secara lepas lambat, namun dengan meningkatnya konsentrasi matrik justru menaikkan kecepatan pelepasan obat. Kecepatan pelepasan paling tinggi terletak pada formula 4 yang tidak mengandung matrik, hal ini terjadi karena formula tidak mengandung matrik sehingga obat tidak dapat di kontrol pelepasannya, kemudian dilanjutkan dengan

23 digilib.uns.ac.id 62 formula 3 yang mengandung pektin 40%, lalu formula 2 yang mengandung pektin 30% kemudian formula 1 dengan konsentrasi matrik sebesar 20%. Pektin merupakan suatu koloid hidrofilik yang dapat membentuk gel dengan kapasitas menahan air sehingga dapat digunakan sebagai matrik yang berperan dalam pelepasan obat secara lepas lambat. Namun dari data yang diperoleh bahwa konsentrasi matrik tidak sebanding dengan waktu pelepasan obat, seharusnya dengan meningkatnya konsentrasi matrik maka pelepasan obat akan semakin lama. Hal ini dapat terjadi dikarenakan high soluble drug yakni dengan meningkatnya matrik, menyebabkan kompaktibilitas tablet menurun, sehingga ikatan antar granul turun, matrik menarik air dan sistem menjadi rusak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI TABLET PERCOBAAN 2 EVALUASI GRANUL Disusun oleh : Grup E Kelompok 1 Karunia Sari (1343050050) Waliroh Komarifah (1343050108) Arie Aulia Rahman (1343050131) FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui perbedaan karakter masing-masing manitol, dilakukan serangkaian penelitian berupa penentuan bentuk polimorf dan pemeriksaan ukuran partikel. Struktur

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI Dwi Elfira Kurniati*, Mirhansyah Ardana, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG

PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGISI-PENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG Majalah Farmasi Indonesia, 12(4), 166171, 21 PENGARUH PENGEMPAAN ULANG PADA STARCH 15 SEBAGAI BAHAN PENGISIPENGIKAT TABLET KEMPA LANGSUNG THE EFFECT OF REPEATED COMPACTION ON STARCH 15 AS A FILLER BINDER

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 56 Lampiran 2. Gambar tanaman singkong (Manihot utilissima P.) Tanaman Singkong Umbi Singkong Pati singkong 57 Lampiran 3. Flowsheet isolasi pati singkong Umbi singkong

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 17 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet Lampiran. Perhitungan Karakteristik Pati Kentang Merah Berat kentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Percobaan Ibuprofen, HPMC 6 cps (Shin-Etsu), PVP K-30, laktosa, acdisol, amprotab, talk, magnesium stearat, kalium dihidrogen fosfat, natrium hidroksida, natrium dihidrogen fosfat,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 00 mg dan penampang tablet 9 mm. Berat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT Nursiah Hasyim 1, Mirawati 2, dan Sri Sulistiana 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung

membentuk warna biru keunguan maka amilum ganyong banyak mengandung BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemeriksaan Kualitatif Amilum Ganyong dan Metampiron Tabel III. Hasil pemeriksaan kualitatif amilum ganyong Uji Kualitatif 1. Organoleptik a. Bentuk b. Warna c. Bau d. Rasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) diperoleh dari PT. Borobudur Natural Herbal Industry,

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah. DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi.. Daftar Gambar Daftar Tabel. Daftar Lampiran. Intisari..... Abstract.. vi viii xi xiii xiv xv xvi BAB I. PENDAHULUAN..1 A. Latar Belakang.1 B. Perumusan Masalah.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman yang semakin modern menuntut semua hal yang serba cepat dan praktis, termasuk perkembangan sediaan obat. Bentuk sediaan obat padat berupa

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati Lampiran 1. Flow Sheet Pembuatan Pati Kentang Kentang Residu Filtrat Ditimbang ± 10 kg Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong Diblender hingga halus Disaring dan diperas menggunakan kain putih yang bersih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan percobaan disolusi tablet floating metformin HCl dan tablet

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. vii DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR. xi DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR LAMPIRAN. xiv INTISARI.. xv ABSTRAC. xvi BAB I. PENDAHULUAN. 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH.. 1 B. PERUMUSAN MASALAH..

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Hasil Uji Mutu Fisik Granul

LAMPIRAN A. Hasil Uji Mutu Fisik Granul LAMPIRAN A Hasil Uji Mutu Fisik Granul Mutu fisik Batch Di uji Formula Tablet Salbutamol Persyaratan yang diuji FA FB FC FD I 1 4,67 4,75 4,39 4,3 II 2 4,65 4,73 4,37 4,28 Kadar air III 3 4,69 4,77 4,41

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv INTISARI... xv ABSTRACT... xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran 1. Gambar Nata de Coco dan Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Gambar Nata de Coco basah Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco Lampiran. Hasil Uji Mikroskopik Selulosa Mikrokristal

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K OPTIMASI KOMBINASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA SEBAGAI MATRIKS DAN AVICEL PH 101 SEBAGAI FILLER UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI Oleh: HADI CAHYO K 100 080 103 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet adalah sediaan oral dalam bentuk padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai (Departemen Keshatan RI, 2014). Tablet

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Sugiyono 1), Siti Komariyatun 1), Devi Nisa Hidayati 1) 1) Program S1 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 % PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan tablet dengan cara Granulasi Kering. Tablet yang dibuat sebanyak 300 buah. Komposisi tablet yang akan kami buat adalah sebagai berikut : R/ Acetosal

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini indutri farmasi berfokus pada pengembangan sistem penghantaran obat secara oral yang menawarkan kepatuhan pasien dan dosis yang efektif. Rute pemberian oral tidak diragukan lagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 D. Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR PERSAMAAN... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv INTISARI... xvi ABSTRACT... xvii BAB I. PENDAHULUAN A...Latar Belakang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 LAMPIRAN Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2 NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 1 3,0000 0,226 0,678 9,0000 0,051076 2 4,2000 0,312 1,310 17,64 0,0973 3 5,4000 0,395 2,133

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. yang disebutkan terakhir dikenal sebagai sustained-release (SR), sustainedaction

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. yang disebutkan terakhir dikenal sebagai sustained-release (SR), sustainedaction BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sediaan Lepas Lambat Berbagai macam bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan obatnya ke dalam tubuh agar diserap secara cepat seluruhnya, sebaliknya

Lebih terperinci

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dunia dewasa ini, industri farmasi mengalami kemajuan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VARIASI KONSENTRASI HIDROTALSIT SEBAGAI MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT KAPTOPRIL TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN VARIASI KONSENTRASI HIDROTALSIT SEBAGAI MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT KAPTOPRIL TUGAS AKHIR PERBANDINGAN VARIASI KONSENTRASI HIDROTALSIT SEBAGAI MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT KAPTOPRIL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi O l e h

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA SUDUT DIAM Pengujian Formula A Formula B Formula C Formula D Replikasi 1 31,06 30,81 31,06 32,57 Replikasi 2 31,22 32,23 31,65 32,02 Replikasi 3 30,92 32,42

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 11.5% (Formula 4). Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 50 mg dan diameter

Lebih terperinci

OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI

OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI 1 OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI Oleh: AGUS PRASTIYO K100 080 020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah 25 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah buaya (PT. Kavera Biotech, Indonesia), asam sitrat (Cina), asam tartrat (Perancis) dan natrium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Singkong Gambar 2.1 Tumbuhan singkong (Prastika, 2012) Singkong Manihot esculenta Crantz merupakan tanaman tipikal daerah tropis. Tanaman singkong tumbuh pada iklim yang panas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN. Tugas Akhir

PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN. Tugas Akhir PENGGUNAAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN MATRIK SEDIAAN TABLET LEPAS LAMBAT TEOFILIN Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : DWIANTO PRIHANDOKO M

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D

LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET. Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK MASSA TABLET Mutu fisik yang diuji Replikasi Formula Tablet Likuisolid Ibuprofen F A F B F C F D Persyaratan Sudut Diam (derajat) Carr s Index (%) Hausner Ratio I 31,99

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch; BAB HI CARA PENELITIAN A. Bahan Dan Alat Yang Digunakan 1. Bahan-bahan yang digunakan Metampiron (kualitas farmasi); Amilum manihot (kualitas fannasi); Amilum ganyong (dibuat dari umbi Canna edulis, Ker);

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL

POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL POTENSI EKSTRAK KERING SIRIH MANADO:MIYANA SEBAGAI BAHAN BAKU TABLET HERBAL Awal P, Yun Astuti Nugroho Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan Kem Kes RI E-mail: b2p2to2t@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA 1 Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 2016, 01, 1-9 PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN PENGHANCUR SECARA INTRAGRANULAR, EKSTRAGRANULAR, DAN KOMBINASINYA Ahmad Ainurofiq 1* dan Nailatul Azizah

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E Apriani, N.P 1, Arisanti, C.I.S 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam BAB 1 PENDAHULUAN Klorfeniramin maleat merupakan obat antihistamin H 1 Reseptor yang dapat menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos, serta bekerja dengan mengobati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa (Meggle), HPMC (hidroksi propil metil selulosa)

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.

BAB II PEMBAHASAN. biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal. BAB II PEMBAHASAN Metode kempa atau cetak langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya meringankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan populasi sebesar 256 juta jiwa. Indonesia menjadi negara terbesar kedua se-asia-pasifik yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC Na SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci