BAB 1 PENDAHULUAN. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang menjelaskan bagaimana kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral mempengaruhi aktivitas perekonomian, baik di sektor riil maupun di sektor keuangan, sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan utama (ultimate goal) bank sentral (Warjiyo 2004, 3). Mempelajari mekanisme transmisi kebijakan moneter sangat penting agar dapat mengevaluasi stance kebijakan moneter pada suatu periode tertentu. Selain itu, agar dapat memutuskan instrumen kebijakan apa yang digunakan, bank sentral harus memiliki penilaian akurat akan timing dan efek dari kebijakan tersebut pada perekonomian (Boivin et al. 2011, 370). Sejak bulan Juli 2005, Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter di Indonesia menggunakan tingkat suku bunga BI (BI rate) 1 sebagai instrumen kebijakan moneter utama untuk mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah yang merupakan tujuan BI menurut Undang-undang No. 3 Tahun Kestabilan nilai rupiah tercermin pada kestabilan inflasi dan nilai tukar, namun BI berfokus pada tujuan tunggal (single objective) untuk menjaga kestabilan inflasi, karena berlakunya sistem tukar mengambang (floating/flexible exchange rate) di 1 BI rate didefinisikan sebagai suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada publik (BI 2015). 2 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia adalah revisi dari Undangundang No. 23 Tahun

2 Indonesia yang berarti nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar (Goeltom 2007, 256). Kebijakan moneter berupa penetapan BI rate ditransmisikan ke dalam perekonomian Indonesia melalui 5 (lima) jalur, yaitu jalur suku bunga, jalur kredit, jalur harga aset, jalur nilai tukar, dan jalur ekspektasi. Gambar 1.1 menunjukkan ilustrasi proses BI rate dalam mempengaruhi aktivitas perekonomian dan pada akhirnya mempengaruhi inflasi. Suku Bunga Deposito & Kredit BI Rate Kredit yang Disalurkan Harga Aset Konsumsi & Investasi Produk Domestik Bruto Nilai Tukar Ekspor Ekspektasi Inflasi Feedback Sumber: Bank Indonesia (2015a) Gambar 1.1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Indonesia Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur tingkat suku bunga berawal dari penetapan BI rate yang mengakibatkan perubahan tingkat suku bunga jangka pendek (indikator umumnya adalah tingkat suku bunga Pasar Uang Antar Bank PUAB overnight). Kemudian, perubahan tingkat suku bunga jangka pendek tersebut juga akan mendorong perubahan tingkat suku bunga jangka 2

3 panjang (misalnya tingkat suku bunga deposito berjangka dan tingkat suku bunga kredit). Perubahan tingkat suku bunga jangka pendek maupun jangka panjang diharapkan dapat menggerakkan variabel-variabel harga baik di sektor finansial maupun di sektor riil, dan pada akhirnya inflasi (Goeltom 2007, 279). Lewat jalur kredit, bank memegang peranan penting dalam proses mekanisme transmisi kebijakan moneter. Perubahan BI rate misalnya kenaikan BI rate akan mengurangi cadangan bank. Karena adanya ketentuan cadangan minimum, maka bank kemampuan bank untuk menyalurkan kredit akan lebih terbatas. Goeltom (2007, 283) menyatakan bahwa hal tersebut akan membawa beberapa dampak (apabila price stickiness berlaku) yaitu jumlah uang beredar akan turun dan tingkat suku bunga jangka pendek maupun panjang akan naik, sehingga permintaan kredit, investasi, dan pengeluaran lain yang sensitif terhadap tingkat suku bunga akan turun. Harga aset yang mampu mentransmisikan kebijakan moneter dapat berupa aset yang diperjual belikan di sektor finansial (contohnya saham, obligasi) maupun berupa aset riil (contohnya rumah, emas). Peran harga aset dalam mentransmisikan kebijakan moneter seperti yang dikemukakan oleh Goeltom (2007, 273) adalah lewat kemampuannya menggerakkan konsumsi dan investasi. Konsumsi dan investasi secara bersamaan membentuk permintaan agregat yang dapat mempengaruhi output gap dan inflasi. Permintaan agregat (dan penawaran agregat) juga ditentukan oleh nilai tukar. Pada sistem nilai tukar mengambang seperti yang berlaku di Indonesia, kebijakan moneter ekspansif akan menyebabkan depresiasi nilai tukar domestik 3

4 terhadap mata uang asing. Akibatnya, terjadi kenaikan harga komoditas impor yang diikuti tingkat harga domestik. Menurut Goeltom (2007, 292), jalur nilai tukar merupakan salah satu jalur terkuat dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia setelah terjadinya krisis tahun 1997/1998, terutama lewat pengaruhnya terhadap inflasi inti (core inflation). Selain dapat ditransmisikan melalui jalur-jalur yang memiliki indikator nominal maupun riil, kebijakan moneter juga dapat ditransmisikan melalui ekspektasi, khususnya ekspektasi inflasi. Ekspektasi inflasi terutama ditentukan oleh ketersediaan informasi mengenai dinamika perekonomian yang akan mempengaruhi perilaku dari agen-agen di dalam perekonomian itu. Perilaku agen perekonomian secara teori tercermin dalam keputusan investasi dan konsumsi yang akan berdampak pada permintaan agregat dan inflasi (Goeltom 2007, 287). Dari kelima jalur transmisi kebijakan moneter yang telah diuraikan di atas, jalur harga aset merupakan salah satu jalur terkuat dalam proses tersebut lewat pengaruhnya terhadap inflasi umum (headline CPI) melalui investasi (Goeltom 2007, 292). Salah satu jenis investasi yang cukup berkembang namun masih memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh lagi di Indonesia adalah investasi di pasar finansial. Investasi di pasar finansial antara lain meliputi investasi di pasar uang, pasar saham, pasar obligasi, dan pasar valuta asing. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran harga aset finansial dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia periode 2005: :12. Harga aset finansial yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi tingkat suku bunga deposito berjangka (time deposit), harga saham, tingkat imbal hasil 4

5 (yield) obligasi pemerintah, dan harga valuta asing baik di pasar spot maupun pada kontrak forward. Penelitian sebelumnya yang membahas pengaruh BI rate terhadap pasar uang yang diwakili oleh tingkat suku bunga deposito dan tingkat suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) oleh Prastowo (2007, 30) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito secara signifikan merespon positif kenaikan BI rate, yang berarti kenaikan BI rate mendorong kenaikan tingkat suku bunga deposito. Hasil yang sama tidak berlaku untuk tingkat suku bunga PUAB yang tidak menunjukkan respon signifikan terhadap kenaikan BI rate. Sumber: diolah dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia (2015d) Gambar 1.2. Pergerakan BI Rate dan Tingkat Suku Bunga Deposito yang diberikan oleh Bank Umum, 2005: :12 5

6 Apabila kita amati pergerakan BI rate dan tingkat suku bunga deposito periode 2005: :12 yang ditunjukkan oleh gambar 1.2, terlihat bahwa BI rate dan tingkat suku bunga deposito cenderung bergerak ke arah yang sama. Dengan kata lain, kenaikan BI rate cenderung diikuti oleh kenaikan tingkat suku bunga deposito. Penelitian empiris mengenai hubungan kebijakan moneter dengan harga saham pernah dilakukan oleh Bernanke dan Kuttner (2005) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan Federal Funds Rate (FFR) sebagai variabel kebijakan moneter dan indeks Center for Research in Security Prices (CRSP) sebagai variabel harga saham. Dari hasil penelitiannya, Bernanke dan Kuttner (2005, 13) menemukan bahwa penurunan FFR akan menaikkan indeks CRSP. Penelitian lain yang mendukung pernyataan bahwa penurunan tingkat suku bunga acuan akan menaikkan indeks harga saham adalah penelitian yang dilakukan Singh dan Pattanaik (2012) di India; Belke dan Beckmann (2015) di Korea Selatan, Thailand, dan Brazil; Rogers et al (2014) di Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, dan Jepang; Abouwafia dan Chambers (2015) di Kuwait dan Mesir. Namun, beberapa peneliti juga menemukan bahwa dampak penetapan suku bunga acuan terhadap indeks harga saham tidak signifikan di beberapa negara, misalnya di Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Inggris, Australia (Belke dan Beckmann, 2014); Oman, Arab Saudi, Yordania (Abouwafia dan Chambers, 2015). 6

7 Sumber: diolah dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia (2015d) dan Bloomberg Database (2015) Gambar 1.3. Pergerakan BI Rate dan IHSG, 2005: :12 Di Indonesia, Prastowo (2007, 32) menemukan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak merespon secara signifikan perubahan BI rate. Namun, Surasmono (2009) menyatakan sebaliknya, yaitu perubahan BI rate akan direspon secara signifikan oleh IHSG. Menurutnya, kenaikan BI rate akan menyebabkan penurunan IHSG. Gambar 1.3 di atas menunjukkan grafik pergerakan BI rate dan harga saham yang diwakili oleh IHSG. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa BI rate dan IHSG cenderung bergerak dengan arah yang berlawanan dan terlihat jelas sampai menjelang tahun Dari sisi nilai kapitalisasi pasar dan nilai perdagangan saham terhadap PDB (%), terlihat bahwa nilai kapitalisasi pasar dan nilai perdagangan saham di Indonesia juga bergerak ke arah yang sama. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kapitalisasi pasar match dengan nilai perdagangannya, kenaikan kapitalisasi pasar 7

8 juga diiringi dengan kenaikan nilai perdagangan. Sementara itu, fluktuasi pada kedua indikator ini disebabkan oleh fluktuasi harga saham. Gambar 1.4 di bawah ini menunjukkan perbandingan rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB dan rasio nilai perdagangan saham terhadap PDB periode Terdapat anomali hubungan antara kedua rasio pada tahun dan , yaitu pada saat terjadi krisis. Pada kondisi tersebut, rasio nilai perdagangan terhadap PDB naik karena investor besar akan menerapkan strategi membeli saat harga saham rendah sehingga nilai perdagangan naik karena volume perdagangan naik meskipun harga saham turun, sedangkan rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB turun karena harga saham turun. Sumber: diolah dari World Development Indicators, The World Bank (2015a,b) Gambar 1.4. Perbandingan Nilai Kapitalisasi Pasar dan Perdagangan Saham terhadap PDB,

9 Duran et al (2012, 30) melalui penelitian empiris yang dilakukan di Turki menemukan bahwa yield obligasi pemerintah dengan masa jatuh tempo (maturity) 6-36 bulan merespon perubahan suku bunga jangka pendek secara signifikan. Ketika suku bunga jangka pendek naik, yield obligasi pemerintah naik. Sebaliknya, jika suku bunga jangka pendek turun, yield obligasi pemerintah juga turun. Sumber: diolah dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia (2015d) dan Bloomberg Database (2015) Gambar 1.5. Pergerakan BI Rate dan Yield SUN, 2005: :12 Di Indonesia, studi terpisah yang dilakukan oleh Prastowo (2007, 33) dan Surasmono (2009) menemukan bahwa kenaikan BI rate diikuti dengan kenaikan yield obligasi pemerintah (SUN). Sedangkan apabila BI rate turun, yield SUN juga mengalami penurunan. Gambar 1.5 menunjukkan perbandingan pergerakan 9

10 BI Rate dan yield obligasi pemerintah, yaitu Surat Utang Negara (SUN) dengan masa jatuh tempo 1, 5, 10, dan 15 tahun. Dari grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa BI rate dan yield SUN cenderung bergerak dengan arah yang sama. Penelitian mengenai dampak perubahan suku bunga acuan terhadap harga valuta asing yang dapat dilihat dari nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing telah dilakukan oleh Zettelmeyer (2004) di Selandia Baru, Australia dan Kanada pada tahun Zettelmeyer (2004, 648) menemukan bahwa kebijakan moneter kontraktif di ketiga negara tersebut membuat nilai tukar terapresiasi terhadap USD. Sumber: diolah dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia (2015d) dan Special Data Dissemination Standard, Bank Indonesia (2015c) Gambar 1.6. Pergerakan BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2005: :12 10

11 Surasmono (2009) menemukan hal yang sama di Indonesia, yaitu apabila BI rate dinaikkan, nilai tukar rupiah terhadap USD akan terapresiasi. Pergerakan BI rate dan nilai tukar rupiah terhadap USD ditunjukkan oleh gambar 1.6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa BI rate dan nilai tukar rupiah terhadap USD bergerak ke arah yang berlawanan, yang berarti nilai tukar rupiah terhadap USD terapresiasi ketika BI rate dinaikkan dan terdepresiasi ketika BI rate diturunkan. Namun, terdapat fenomena exchange rate puzzle pada tahun , yaitu nilai tukar Rupiah terhadap USD terdepresiasi ketika tingkat suku bunga acuan naik. Perubahan suku bunga kebijakan dapat mempengaruhi harga aset finansial karena perubahan suku bunga kebijakan merupakan sinyal akan adanya ekspektasi perubahan perekonomian di masa mendatang. Adanya ekspektasi perubahan perekonomian di masa mendatang tersebut akan mendorong pelaku pasar untuk bereaksi dengan menjual atau membeli aset finansial. Aksi pelaku pasar dengan menjual atau membeli aset finansial akan berdampak pada naik atau turunnya harga aset finansial. Sebaliknya, perubahan harga aset finansial juga menjadi pertimbangan pembuat kebijakan untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga kebijakan. Misalnya, ketika harga aset finansial sudah terlampau tinggi karena adanya herding behavior atau pelaku pasar terlalu berani untuk mengambil risiko, probabilitas terjadinya asset price bubble sangat tinggi. Asset price bubble sangat berisiko bagi perekonomian dan telah terbukti dapat menyebabkan terjadinya krisis perekonomian di Amerika Serikat pada tahun Oleh karena itu, 11

12 pembuat kebijakan harus mencegah terjadinya asset price bubble dengan menaikkan suku bunga kebijakan. Namun, ketika pasar keuangan sedang tidak bergerak aktif, pembuat kebijakan dapat menstimulasi pelaku pasar agar transaksi di pasar keuangan kembali berjalan aktif dengan menurunkan suku bunga acuan. Turunnya tingkat suku bunga acuan akan mendorong investasi di pasar keuangan, sehingga harga aset finansial akan naik karena permintaan yang bertambah. Hal yang juga menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah peran pergerakan harga berbagai jenis aset finansial dalam upaya pengendalian inflasi. Beberapa penelitian sebelumnya telah berusaha membuktikan hal tersebut, salah satunya, penelitian yang dilakukan Hui (2013) di Tiongkok. Dari hasil penelitiaannya, Hui membuktikan bahwa tidak semua jenis obligasi mampu menggerakkan output dan inflasi. Hanya obligasi dengan masa jatuh tempo panjang (long-term maturity) saja yang dapat mempengaruhi pergerakan output dan inflasi di Tiongkok, sedangkan obligasi dengan masa jatuh tempo pendek (short-term maturity) tidak dapat. Penelitian lain di Indonesia oleh Afandi (2005, 223) dengan membuktikan bahwa harga aset, meskipun bukan yang paling dominan, juga memegang peran penting dalam proses mekanisme transmisi kebijakan moneter, terutama lewat investasi untuk periode Penelitian berikutnya dilakukan oleh Surasmono (2009) dengan menganalisis peran aset finansial yang diwakili oleh IHSG, yield SUN, dan nilai tukar rupiah terhadap USD dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia periode Menurut hasil penelitian tersebut, kebijakan moneter melalui penetapan suku bunga SBI (kemudian BI 12

13 rate) dapat ditransmisikan melalui jalur harga aset finansial yang berbentuk saham, obligasi dan valuta asing. Dari ketiga jenis aset finansial tersebut, obligasi adalah yang terkuat dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia Rumusan Masalah Kebijakan moneter dengan penetapan suku bunga acuan, khususnya penetapan BI rate di Indonesia, secara empiris terbukti dapat menggerakkan harga aset finansial (telah dibuktikan oleh Prastowo, 2007; dan Surasmono, 2009). Namun, masih belum banyak penelitian yang membuktikan bahwa harga aset finansial dapat menggerakkan inflasi. Selain itu, penelitian yang mengkaji secara khusus peran harga aset finansial dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter Indonesia masih terbatas pada penggunaan variabel IHSG untuk harga saham, yield obligasi 5 tahun untuk harga obligasi, dan nilai tukar rupiah terhadap USD di pasar spot untuk harga valuta asing. Sedangkan, aset finansial sangat banyak jenisnya dan masih banyak variabel lain yang dapat digunakan sebagai proksi harga aset finansial, misalnya saja tingkat suku bunga deposito dengan berbagai waktu jatuh tempo, indeks harga saham sektoral, yield obligasi dengan berbagai waktu jatuh tempo, serta harga kontrak forward mata uang asing Pertanyaan Penelitian Penelitian ini akan menganalisis peran jalur harga aset finansial dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Terdapat paling tidak empat jenis investasi di pasar finansial yang dapat dipilih oleh masyarakat (investor) 13

14 untuk menempatkan dana yang dimilikinya yaitu pasar uang, pasar saham, pasar obligasi, dan pasar valuta asing. Oleh karena itu, pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh shock BI rate dan aset-aset finansial di pasar uang, pasar saham, pasar obligasi, dan pasar valuta asing terhadap inflasi di Indonesia selama periode 2005: :12? 2. Aset finansial mana pada masing-masing jenis pasar finansial yang memiliki peran terbesar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter Indonesia selama periode 2005: :12? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis peran jalur harga aset finansial dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Berdasarkan kedua pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh shock BI rate dan aset-aset finansial di pasar uang, pasar saham, pasar obligasi, dan pasar valuta asing terhadap inflasi di Indonesia selama periode 2005: : Mengidentifikasi aset finansial mana pada masing-masing jenis pasar finansial yang memiliki peran terbesar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter Indonesia selama periode 2005: :12. 14

15 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, yaitu: 1. Bagi otoritas kebijakan moneter, sebagai bahan pertimbangan terkait penetapan suku bunga kebijakan (BI rate). Dengan tersedianya informasi yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan otoritas kebijakan moneter dapat lebih menaruh perhatian pada pasar finansial serta aset finansial yang memiliki peran terbesar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter sehingga upaya menjaga target tingkat inflasi menjadi lebih efisien dan tepat sasaran. 2. Bagi peneliti, sebagai referensi dalam penulisan karya ilmiah. Selain itu, peneliti yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam penelitian ini sehingga literatur mengenai topik mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat berkembang lebih baik lagi Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bagian. Bab pertama yaitu pendahuluan berisi uraian latar belakang yang menjelaskan mengapa mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan topik yang penting untuk kembali diteliti. Lalu, permasalahan yang terdapat dalam uraian tersebut akan dirumuskan. Dalam Bab 1 dikemukakan juga pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi pihak-pihak terkait, serta sistematika penulisan. 15

16 Bab 2 dari penelitian ini memuat tinjauan pustaka yang diawali dengan penjabaran teori umum terkait kebijakan moneter dan mekanisme transmisi kebijakan moneter, dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan di Indonesia maupun luar negeri. Dari pembahasan tersebut juga akan dijelaskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, baik dari variabel-variabel maupun metode analisis yang digunakan. Pada Bab 3 akan diuraikan lebih detail variabel apa saja yang digunakan dalam penelitian ini, bagaimana cara memperoleh data dan dari mana sumbernya. Dalam Bab 3, terdapat juga penjabaran metode analisis data serta prosedur apa saja yang dilakukan dalam mengolah data. Setelah diuraikan bagaimana data diperoleh dan diolah, selanjutnya pada Bab 4 akan dijabarkan hasil analisis data, dimulai dengan analisis statistik deskriptif, uji akar unit, uji kointegrasi, estimasi VECM, serta analisis struktural yang menyertainya. Setelah hasil penelitian dikemukakan, akan didiskusikan halhal penting yang dapat diambil dari hasil penelitian. Akhirnya, pada Bab 5 akan dimuat kesimpulan yang diperoleh dari analisis data dan pembahasan, serta saran bagi pihak terkait. Selain itu, pada Bab 5 akan dikemukakan implikasi kebijakan yang dapat diambil dari hasil penelitian. Berdasarkan sistematika penulisan yang telah diuraikan, keseluruhan penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bagan alur berikut ini. 16

17 Latar Belakang MTKM merupakan suatu proses yang penting agar ultimate goal bank sentral dapat tercapai MTKM penting dipelajari evaluasi stance kebijakan moneter serta mengukur timing dan efek instrumen kebijakan moneter bagi perekonomian Rumusan Masalah Kebijakan moneter dengan penetapan BI rate di Indonesia secara empiris terbukti dapat menggerakkan harga aset finansial tetapi: belum banyak penelitian yang membuktikan bahwa harga aset finansial dapat menggerakkan inflasi penggunaan variabel dalam penelitian mengenai MKTM jalur harga aset kurang beragam. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh shock BI rate dan aset-aset finansial di pasar uang, pasar saham, pasar obligasi, dan pasar valuta asing terhadap inflasi di Indonesia selama periode 2005: : Mengidentifikasi aset finansial mana pada masing-masing jenis pasar finansial yang memiliki peran terbesar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter Indonesia selama periode 2005: :12. Landasan Teori Kebijakan Moneter Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter MTKM Jalur Harga Aset Aset Finansial Landasan Empiris Respon harga aset finansial atas kebijakan moneter Durham (2003), Rigobon & Sack (2004), Zettelmeyer (2004), Prastowo (2007),, Belke & Beckmann (2015), Pennings, et al. (2015) MTKM jalur harga aset finansial Pétursson (2001), Afandi (2005), Surasmono (2009), Bjørnland & Jacobsen (2012), Hui (2013) Alat Analisis Analisis structural dari estimasi Vector Error Correction Model (VECM) yang meliputi: 1. Analisis Impulse Response Function (IRF) 2. Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Kesimpulan Rekomendasi Kebijakan Gambar 1.7. Bagan Alur Penelitian 17

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12. BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan pasar keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan mengingat setiap perubahan kebijakan moneter untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya. Salah satunya adalah keterlibatan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek dalam perekonomian; itulah sebabnya proses kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar sangat mempengaruhi keadaan perekonomian di suatu negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu periode tertentu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian, terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator sebuah negara apakah negara tersebut berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang meningkat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat berbagai kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral di seluruh dunia saat ini menunjukkan kecenderungan dan arah yang sama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cadangan devisa didefenisikan sebagai saham eksternal aset, yang tersedia untuk suatu negara dalam otoritas moneter yang digunakan untuk menutupi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua kebijakan tersebut menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan nasional bahwa sasaran pokok kebijaksanaa moneter adalah pemantapan stabilitas ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur perekonomian bercorak agraris yang rentan terhadap goncangan kestabilan kegiatan perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter Bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal dianggap sebagai sarana pembentuk modal dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi penting yaitu pertama sebagai sarana pendanaan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai Tukar adalah harga mata uang dari suatu negara yang diukur, dibandingkan, dan dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. 1 Krisis moneter yang terjadi

Lebih terperinci

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA Pengantar Ekonomi Makro INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA NAMA : Hendro Dalfi BP : 0910532068 2013 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia didukung oleh perkembangan pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam sistem perekonomian

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base 130 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat terkait dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya di suatu investasi jika investasi itu dianggap menguntungkan. Salah satu pilihan investasi yang menguntungkan yaitu perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil kebijakan untuk selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena apabila salah langkah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan berlomba lomba untuk memperoleh sumber pendanaan. Hal ini terlihat dari data yang dirilis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat pasca pemulihan krisis ekonomi global pada Tahun 2008, mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingginya tingkat inflasi, nilai tukar. pertumbuhan ekonomi yang masih rendah (Boediono, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingginya tingkat inflasi, nilai tukar. pertumbuhan ekonomi yang masih rendah (Boediono, 2001). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki banyak permasalahan diberbagai bidang, terutama pada sektor makro ekonomi. Permasalahan tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, sehingga dalam tatanan perekonomian suatu negara diperlukan pengaturan moneter yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dalam hidupnya, misalnya saja pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang makin berkembang telah membuka peluang dalam dunia bisnis semakin lebar dan luas. Aset dan modal yang dimiliki perusahaan di Indonesia juga mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci