ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA MEGAMENDUNG KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA MEGAMENDUNG KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA MEGAMENDUNG KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANGGI AYU OCTAVIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2012 Anggi Ayu Octaviani H

3 RINGKASAN ANGGI AYU OCTAVIANI. Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT. Indonesia kaya akan sumber energi mikrohidro, sehingga salah satu bentuk dari Desa Mandiri Energi (DME) adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Kabupaten Bogor telah menjadi sasaran lokasi PLTMH, salah satunya di Kecamatan Megamendung yang dinamakan PLTMH Ciesek. PLTMH Ciesek selesai dibangun pada bulan Desember 2011 dan mulai beroperasi pada Januari Penelitian ini dilakukan untuk menjadi bahan evaluasi agar pelaksanaan program PLTMH dapat berkelanjutan dan memberikan informasi untuk pembangunan PLTMH di lokasi lain. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai pembangunan PLTMH Ciesek, (2) mengidentifikasi kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik PLTMH Ciesek, (3) mengestimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek. Penelitian ini dilakukan di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) pada bulan Juni-Juli Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada masyarakat dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Dinas Energi Sumberdaya dan Mineral Wilayah I Cianjur, Kantor Desa Megamendung, dan pengelola PLTMH Ciesek. Data penelitian diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% responden mendapatkan manfaat dari adanya PLTMH Ciesek. Manfaat yang dirasakan diantaranya yaitu penerangan, akses informasi baru, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mempermudah pekerjaan. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan, ekonomi, dan pengelolaan PLTMH Ciesek dinilai berdasarkan skala Likert. Setelah melakukan perhitungan dengan skala Likert, dapat diketahui bahwa masyarakat sangat setuju jika PLTMH tidak mengakibatkan kebisingan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi sebesar 4,75. Selain itu, masyarakat sangat setuju bahwa PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, yang ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh sebesar 4,68. Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Kampung Paseban. Dari hasil perhitungan, didapat nilai persepsi responden sebesar 2,67 yang berarti bahwa masyarakat menilai penambahan penghasilan yang kurang baik. Masyarakat menilai bahwa adanya PLTMH tidak begitu berdampak pada penghasilan yang didapat. Peningkatan sarana prasarana industri kecil dinilai baik oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi responden yang diberikan yaitu sebesar 4,16. Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH di Kampung Paseban. Masyarakat menilai bahwa keberadaan kelompok dan kinerja kelompok sudah

4 sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh kedua hal tersebut berada pada selang 4,2 sampai 5,0. Nilai persepsi masyarakat mengenai keberadaan kelompok yaitu 4,42. Nilai persepsi masyarakat mengenai kinerja kelompok yaitu 4,60. PLTMH Ciesek telah beroperasi sejak bulan Januari Potensi daya yang dihasilkan yaitu sebesar 18,8 kilowatt atau sebesar watt. Kapasitas daya listrik yang dihasilkan yaitu sebesar 11,2 kilowatt atau sebesar watt. Waktu layanan listrik dari PLTMH Ciesek selama 15 jam dari pukul sampai WIB. Daya listrik yang ada telah didistribusikan pada 61 rumah warga yang terletak di Kampung Paseban. Pendistribusian listrik ini dilakukan secara bertahap. Pada bulan Januari 2012, jumlah rumah yang dialiri listrik dari PLTMH sebanyak 54 rumah, bulan Februari 2012 jumlahnya bertambah menjadi 61 rumah. Penggunaan daya maksimum di Kampung Paseban sebesar 110 watt pada setiap sambungan atau rumah. Kehadiran PLTMH Ciesek memberi keuntungan bagi masyarakat yang tinggal di Kampung Paseban. Keuntungan dari adanya PLTMH bagi masyarakat Paseban yaitu mereka tidak perlu membayar biaya pemasangan listrik. Apabila dibandingkan dengan listrik yang berasal dari PLN, untuk pemasangan baru dengan kapasitas daya terendah kelompok rumah tangga yaitu 450 VA dikenakan biaya pemasangan sebesar Rp Selain itu, keuntungan yang dirasakan masyarakat yaitu tarif listrik yang lebih murah jika dibandingan dengan listrik dari PLN. Tarif listrik per kwh dari PLTMH Ciesek yaitu sebesar Rp 582, sedangkan tarif listrik yang berasal dari PLN rata-rata sebesar Rp 729 per kwh. Estimasi kelayakan PLTMH Ciesek diperoleh dengan analisis biaya dan manfaat yaitu perhitungan net present value (NPV). Pembangunan PLTMH Ciesek merupakan proyek pemerintah dengan umur ekonomis proyek yang diasumsikan sepuluh tahun. Discount rate yang digunakan adalah pada tingkat diskonto 12%. Estimasi kelayakan dilakukan dengan dua skenario, skenario I yaitu apabila biaya investasi dimasukkan sebagai komponen pengeluaran karena modal sendiri dan skenario II yaitu apabila biaya investasi tidak dimasukkan sebagai komponen pengeluaran karena merupakan dana hibah dari pemerintah. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah NPV 1 bernilai negatif sebesar Rp dan NPV 2 sebesar Rp Selain itu, dilakukan pula perhitungan analisis sensitivitas pada skenario II. Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah perubahan terhadap biaya (biaya operasional dan pemeliharaan) dan perubahan terhadap manfaat. Perubahan biaya operasional dan pemeliharaan diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 25%. Hasil perhitungan menunjukkan NPV 2 berubah menjadi Rp Kata kunci: pembangkit listrik, mikrohidro, Megamendung

5 ANALISIS EKONOMI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA MEGAMENDUNG KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANGGI AYU OCTAVIANI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 Judul Skripsi : Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Anggi Ayu Octaviani NRP : H Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus:

7 UCAPAN TERIMAKASIH Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan cinta kasih-nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Mama tercinta (Ance Mariana), Papa tercinta (Erwin), adik tercinta (Fajrin Riyanto) serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan cintanya. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dengan penuh kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama dan Nia Kurniawati Hidayat, SP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan saran. 4. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik. 5. Dosen-dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Terimakasih atas semua ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan kepada penulis. 6. Kepala Seksi Energi Unit Pelaksana Teknis Dinas ESDM Wilayah I Cianjur Bapak Denny Rachmat atas bantuan dan informasi yang telah diberikan. 7. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Bogor yang telah memberikan informasi.

8 8. Muhammad Rifki yang senantiasa memberikan bantuan, semangat, dan saran kepada penulis. 9. Bapak Anda, Bapak Eman, dan Bapak Dede selaku pengelola PLTMH di Kampung Paseban serta masyarakat Kampung Paseban yang telah memberikan bantuan dan informasi selama penelitian. 10. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Aziz, Nina, Fatim, Dini, Icha atas doa, semangat, masukan, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung saat suka dan duka: Indri, Fridayanti, Icha Anggita, Annette, Elok, Andini, Adnan, dan Erna. 12. Sahabat Destroyer : Anisa, Sarah, Sabila, dan Allisa atas kebersamaan dan semangat yang diberikan pada penulis. 13. Teman-teman satu tim Kuliah Kerja Profesi, Andini, Alya, As ad, Nova, dan Mimi. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan kebersamaannya, sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis. 14. Keluarga besar ESL 45, terima kasih atas doa, semangat, dan kebersamaan selama ini serta pengalaman yang diberikan pada penulis. 15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Desember 2012 Penulis

9 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, penguasa alam semesta. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Ekonomi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi yang ingin menyusun penelitian yang sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro dari segi ekonomi. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak pemerintah dan masyarakat serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GAMBAR.... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Biaya Definisi Biaya Penggolongan Biaya Biaya Produksi Jangka Pendek Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Keberlanjutan PLTMH Keberlanjutan PLTMH dari Aspek Ekonomi Analisis Ekonomi Pembangunan PLTMH Persepsi Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Identifikasi Persepsi Identifikasi Kinerja Produksi, Sistem Distribusi, dan Sistem Pembayaran Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Desa Megamendung Pembangunan PLTMH Ciesek Karakteristik Responden Jenis Kelamin Responden Usia Responden Tingkat Pendidikan Responden... 41

11 5.3.4 Jenis Pekerjaan Responden Tingkat Pendapatan Responden Jumlah Anggota Keluarga Responden Lama Tinggal Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan PLTMH Ciesek Kinerja Produksi, Distribusi, dan Sistem Pembayaran Listrik Kinerja Produksi PLTMH Ciesek Distribusi Listrik PLTMH Ciesek Sistem Pembayaran Listrik PLTMH Ciesek Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan PLTMH Ciesek Estimasi Kelayakan PLTMH Ciesek Keberlanjutan PLTMH Ciesek VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Pasokan Energi Primer Indonesia (SBM) Berdasarkan Sumber Tahun Kondisi Energi Fosil Indonesia Tahun Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian Sebaran Persil Tanah Berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah di Desa Megamendung Tahun Sebaran Persil Lahan Berdasarkan Peruntukannya di Desa Megamendung Tahun Rentang Usia Responden di Kampung Paseban Tingkat Pendidikan Responden di Kampung Paseban Jenis Pekerjaan Responden di Kampung Paseban Tingkat Pendapatan Responden di Kampung Paseban Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kampung Paseban Lama Tinggal Responden di Kampung Paseban Manfaat yang Dirasakan Responden Setelah Adanya PLTMH Persepsi Responden terhadap Kapasitas Listrik PLTMH Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Lingkungan Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Ekonomi Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan PLTMH Ciesek Tarif Listrik per kwh PLTMH Ciesek dalam Satu Bulan Komponen Biaya Investasi PLTMH Ciesek Tahun Biaya Operasional PLTMH Ciesek Tahun Total Penerimaan PLTMH Ciesek Tahun

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Alur Pemikiran Kondisi Responden mengenai Kepemilikan Sumber Listrik Sebelum Adanya PLTMH... 46

14 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Daftar Warga yang Membayar Iuran Listrik PLTMH Ciesek Persepsi Masyarakat mengenai Pembangunan PLTMH Ciesek Cashflow (Skenario I) Cashflow (Skenario II) Analisis Sensitivitas pada Skenario II (perubahan terhadap biaya) Analisis Sensitivitas pada Skenario II (perubahan terhadap manfaat) Dokumentasi Penelitian... 74

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor energi, baik energi fosil maupun energi non fosil. Energi fosil antara lain energi batubara, minyak bumi, gas alam, dan Coal Bed Methane (CBM). Energi non fosil terdiri dari panas bumi, tenaga angin, tenaga surya, tenaga air, mikrohidro, dan bahan bakar nabati. Pasokan energi primer Indonesia meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pasokan Energi Primer Indonesia (dalam SBM) Berdasarkan Sumber Tahun Komponen Batu bara Minyak mentah Gas alam Tenaga air Panas bumi Keterangan: SBM (Setara Barel Minyak) Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011) Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan terhadap kebutuhan energi juga meningkat, sementara cadangan energi yang dimiliki semakin terbatas dan menipis baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini yang mendorong perlu adanya konservasi dan diversifikasi energi. Saat ini Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri sendiri. Kelangkaan bahan bakar minyak masih terjadi di sejumlah lokasi begitu pula dengan adanya pemadaman listrik yang terjadi di berbagai daerah. Hal

16 ini tentu bertolak belakang dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi energi yang sangat melimpah (KLH, 2009). Selama periode produksi minyak dan gas cenderung menurun, namun batubara cenderung meningkat. Energi tidak terbarukan (minyak bumi, batubara, dan gas) dalam pasokan energi primer nasional masih mendominasi pada tahun Peningkatan terbesar pasokan energi primer terjadi pada batubara selama Dari sektor listrik, kapasitas terpasang pembangkit listrik meningkat pada tahun 2008 jika dibandingkan pada tahun 2007, peningkatan terbesar terjadi pada PLTU jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun Sektor rumah tangga merupakan konsumen terbesar energi final, diikuti oleh industri, transportasi, perdagangan, dan lainnya sepanjang (KLH, 2009). Sumber energi yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Daerah yang mengalami kekurangan daya listrik seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua pembangkit listriknya masih menggunakan BBM (bahan bakar minyak). Minyak bumi dan batubara merupakan energi tidak terbarukan yang lama-kelamaan akan habis. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, saat ini Indonesia telah mengimpor sumber energi fosil seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kondisi Energi Fosil Indonesia (dalam SBM) Tahun 2010 Komponen Produksi Impor Ekspor Batu bara Minyak mentah BBM Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011) 2

17 BBM yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik berasal dari impor. Hal ini menyebabkan biaya untuk membangkitkan listrik menjadi sangat besar dan menguras devisa negara. Di sisi lain, sebenarnya Indonesia memiliki sumber energi baru dan terbarukan untuk membangkitkan listrik. Hal ini tentu akan meringankan beban negara dalam pembiayaan untuk pembangkit listrik. Salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan energi adalah dengan merancang program Desa Mandiri Energi (DME). DME adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dari energi terbarukan yang dihasilkan melalui pendayagunaan potensi sumberdaya setempat. Pengembangan DME bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja untuk mensubstitusi bahan bakar minyak serta menciptakan kegiatan ekonomi produktif (KLH, 2010). Selama tahun 2009, DME tumbuh sebesar 44%, tahun 2008 terdapat 424 unit, pada akhir tahun 2009 jumlah DME bertambah menjadi 612 unit. Dari 612 unit tersebut, 429 unit diantaranya berbasis bahan bakar nabati (BBN), sementara 183 unit lainnya berbasis energi setempat non BBN seperti mikrohidro, tenaga angin, tenaga surya, biogas, biomassa, serta energi baru terbarukan lainnya (KLH, 2009). Indonesia tercatat sebagai negara yang kaya akan sumber energi mikrohidro, yaitu pembangkit energi yang memanfaatkan tenaga air dalam skala yang tidak begitu besar. Berdasarkan hasil survey, sumber energi mikrohidro berpotensi menghasilkan tenaga listrik sebesar MW, jauh lebih besar dari energi yang selama ini dihasilkan yaitu sebesar MW (KLH, 2009) 3

18 Adanya potensi yang besar tersebut menyebabkan pemerintah membuat program DME khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). PLTMH diharapkan mampu membantu pengentasan krisis energi listrik yang terjadi saat ini. Data statistik menampilkan bahwa rasio elektrifikasi di Indonesia saat ini baru mencapai angka 58%. Berarti dari jumlah penduduk jiwa, masih ada sekitar 145 juta penduduk yang tidak mendapat pelayanan energi listrik, terlebih lagi bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan (Dinas ESDM, 2009). Selama ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjalankan sistem pembangkit listrik tersentralisasi (terpusat dan berskala besar) yang ternyata belum optimal dalam hal transmisi dan distribusi listrik. Oleh karena itu, dimunculkanlah sistem pembangkit listrik yang terdesentralisasi yaitu dengan pembangunan PLTMH di desa yang belum menerima pasokan listrik dari PLN. PLTMH ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Kabupaten Bogor telah menjadi sasaran lokasi pelaksanaan DME khususnya yang berbasis mikrohidro yang dimulai sejak tahun PLTMH tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Leuwiliang. Salah satu daerah yang telah memanfaatkan mikrohidro yaitu Kampung Paseban, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. 1.2 Perumusan Masalah Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional sejak lima tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena penurunan produksi secara alamiah 4

19 (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk juga telah mengakibatkan peningkatan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan konsumsi BBM. Dengan adanya permasalahan seperti ini, maka pemerintah telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak. Hal ini tercermin dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menyatakan bahwa, pada tahun 2025 nanti konsumsi minyak bumi diharapkan turun menjadi 20%, gas alam naik menjadi 30%, batubara naik menjadi 30%, sedangkan energi baru dan terbarukan naik menjadi 17 %. Kebijakan tersebut menekankan pada penggunaan gas alam dan batu bara sebagai pengganti BBM, akan tetapi kebijakan tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai pengganti BBM. Listrik merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Kadir (1995) bahwa energi listrik mempunyai peranan sebagai pendorong perekonomian. Hal ini mempunyai dua sebab, pertama adalah karena energi listrik merupakan bahan bakar bagi industri. Tersedianya tenaga listrik akan memudahkan perkembangan industri, demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi. Kedua adalah dengan adanya penerangan listrik memungkinkan manusia belajar di malam hari, sehingga energi listrik merupakan faktor penting dalam mencerdaskan masyarakat, yang berperan pula pada produktivitas bangsa dan secara langsung mempengaruhi keadaan perekonomian. 5

20 Kebutuhan energi listrik di suatu daerah semakin meningkat karena tingginya angka pertumbuhan penduduk pada suatu daerah. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memiliki kebutuhan penggunaan energi listrik dengan kuantitas tertentu. Kenaikan permintaan dan kebutuhan energi listrik menjadi suatu masalah jika tidak diimbangi dengan penyediaan energi listrik yang memadai. Kondisi yang terjadi sekarang ini justru menunjukkan adanya krisis energi listrik yang ditunjukkan oleh fakta adanya kebijakan pemadaman listrik secara bergilir dan juga adanya kampanye efisiensi penggunaan listrik kepada masyarakat. Selain itu, terdapat daerah-daerah di Indonesia yang belum terjangkau oleh listrik. Saat ini, pembangkit listrik konvensional di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama. Hal ini bertolakbelakang dengan isu menipisnya cadangan sumber-sumber bahan bakar fosil tersebut. Krisis persediaan energi listrik disebabkan oleh adanya krisis bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. Konsumsi energi minyak bumi dan batubara untuk jangka panjang bukan hal yang relevan. Solusi bagi krisis energi listrik dari bahan bakar fosil yaitu dengan menemukan sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif tersebut harus dapat menjadi bahan bakar substitusi yang efektif, efisien, ramah lingkungan, dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Sumber energi alternatif juga harus berasal dari sumber energi yang dapat diperbaharui. Sumber energi yang dapat diperbaharui akan selalu tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang cukup. Salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui yaitu mikrohidro. 6

21 Mikrohidro saat ini mulai dikembangkan sebagai sumber energi baru untuk pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) sudah mulai dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di daerah pegunungan yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) karena kondisi geografis dan kesulitan dalam mengaksesnya. Dengan adanya PLTMH, suatu desa dapat mandiri dalam menyuplai kebutuhan listriknya sendiri. Kabupaten Bogor telah menerapkan pembangunan PLTMH di Kecamatan Megamendung. Salah satu desa yang ditunjuk sebagai lokasi pembangunan PLTMH yaitu Desa Megamendung. PLTMH di Kampung Paseban dinamakan PLTMH Ciesek karena sumber airnya berasal dari Sungai Ciesek. Sebelum adanya PLTMH, masyarakat di Kampung Paseban masih menggunakan kincir tradisional dan lampu tempel. Kedua sumber penerangan ini belum mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Kampung Paseban. Keberlanjutan dari PLTMH dinilai sangat penting karena merupakan bagian menyeluruh dari sebuah proses pembangunan perdesaan dan pembangunan nasional secara umum. Apabila dilihat dari sisi ekonomi, PLTMH dapat memberi manfaat ganda. Pertama yaitu penghematan pengeluaran biaya untuk energi dibandingkan penggunaan energi lain. Kedua yaitu pendorong munculnya usaha-usaha produktif dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan. Usaha produktif ini diperlukan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mengelola PLTMH secara berkelanjutan. Selain itu, pembangunan PLTMH ini diharapkan dapat memutar roda perekonomian di perdesaan. Hal itu dapat terwujud jika ada suatu panduan 7

22 untuk melihat potensi dan mengembangkan usaha-usaha produktif berbasis mikrohidro. Berdasarkan uraian tersebut, beberapa masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai pembangunan PLTMH Ciesek? 2. Bagaimana kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik PLTMH Ciesek? 3. Bagaimana kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai pembangunan PLTMH Ciesek. 2. Mengidentifikasi kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik PLTMH Ciesek. 3. Mengestimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Hasil penelitian yang akan dilaksanakan ini dapat bermanfaat untuk berbagai hal, antara lain: 1. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai PLTMH dan kelayakan PLTMH, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan PLTMH. 8

23 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk memperbaiki kondisi kehidupan di masa yang akan datang. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian yang akan dilakukan ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian yang terkait. 9

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Dalam pengertian ekonomi, biaya tidak lain adalah investasi. Berbeda dengan pengertian ongkos (expenses), yang diartikan sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk manfaat yang telah didapat saat ini atau yang lalu saat melakukan transaksi (Putong, 2003) Definisi Biaya Pengertian biaya secara luas menurut Mulyadi (2005) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Kuswadi (2005) menjelaskan biaya adalah pengorbanan atau nilai sumber ekonomis yang dikeluarkan karena memproduksi atau melakukan sesuatu yang membutuhkan biaya. Biaya mengandung dua unsur yaitu kuantitas sumberdaya yang digunakan dan harga tiap unit sumber itu. Menurut Supriyono (2007) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan Penggolongan Biaya Biaya dapat digolongkan dalam dua jenis. Pertama, biaya eksplisit yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi. 10

25 Kedua adalah biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apabila digunakan. Selain itu, biaya dapat digolongkan menjadi biaya internal yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaan dan biaya eksternal yaitu biaya yang seharusnya ditanggung oleh perusahaan sebagai akibat operasional perusahaan yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya (Putong, 2003). Penggolongan biaya menurut Supriyono (2007) dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan: a) Biaya Produksi Biaya produksi merupakan semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi terdiri dari beberapa komponen biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. b) Biaya Non Produksi Biaya non produksi dibedakan menjadi tiga macam biaya, yaitu: i) Biaya Pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan penjualan produk. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan fungsi penjualan, penyimpangan produk jadi, pengemasan dan pengiriman barang, pemberian kredit dan pengumpulan piutang dan pembuatan faktur atau administrasi penjualan. 11

26 ii) Biaya Administrasi dan Umum Biaya administrasi umum merupakan biaya yang terjadi dalam rangka penentuan kebijakan, pengarahan dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. iii) Biaya Keuangan Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam fungsi keuangan seperti biaya bunga. 2) Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau volume a) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan dan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkatan tertentu. Biaya satuan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan sebaliknya jika volume kegiatan semakin rendah maka biaya satuan semakin tinggi. b) Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan, maka semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah volume kegiatan, maka semakin rendah jumlah total biaya variabel. Biaya satuan pada biaya variabel bersifat konstan karena tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. 12

27 c) Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, tetapi perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin besar jumlah biaya total dan sebaliknya jika volume kegiatan semakin rendah maka semakin rendah biaya totalnya, namun perubahannya tidak sebanding. 3) Penggolongan biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai a) Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang manfaatnya dapat diidentifikasi kepada objek atau pusat biaya tertentu. b) Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang manfaatnya tidak dapat diidentifikasi kepada objek atau pusat biaya tertentu atau biaya yang manfaatnya dapat dinikmati oleh beberapa objek. 2.2 Biaya Produksi Jangka Pendek Biaya produksi menurut Mulyadi (2005) adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Djojodipuro (1991) menjelaskan bahwa biaya produksi adalah biaya penggunaan berbagai faktor produksi bagi perusahaan. Biaya produksi adalah pengeluaran, tetapi tidak semua pengeluaran merupakan biaya produksi. Untuk menjadi biaya tersebut, maka suatu pengeluaran harus memenuhi beberapa syarat. Syarat tersebut adalah tak dapat dihindarkan, dapat diduga, dan dapat dinyatakan secara kuantitatif. Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan 13

28 demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2009). Nuraini (2009) juga menerangkan bahwa terdapat dua kategori biaya produksi, yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, besarnya tetap tidak tergantung dari output yang dihasilkan. Biaya seperti ini biasa disebut dengan biaya overhead atau biaya yang tidak dapat dihindari (unavoidable cost). Dalam produksi jangka panjang, semua biaya adalah biaya berubah. Biaya berubah adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari sedikit banyaknya jumlah output yang dihasilkan. Biaya ini sering disebut dengan biaya langsung atau biaya yang dapat dihindari (avoidable cost) Dari pengertian tentang biaya dalam jangka pendek maka perlu pula dijelaskan bahwa besarnya keuntungan dapat diperoleh dari pemanfaatan biayabiaya tersebut adalah TR-TC dimana TR adalah total revenue (penerimaan total), sedangkan titik pulang pokok (BEP) tercapai bila TR = TC. 2.3 Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit) baik dalam arti finansial maupun sosial (Ibrahim, 2003). 14

29 Gittinger (1986) menyebutkan bahwa kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaatmanfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek. Analisis proyek memiliki beberapa tujuan diantaranya: 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yatu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas investasi (Umar, 2003). Salah satu kriteria dalam analisis kelayakan adalah net present value (NPV). NPV suatu proyek adalah selisih antara nilai sekarang manfaat dengan arus biaya. Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: 1) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal atau dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2) NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. 3) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang digunakan atau dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. 15

30 Suatu proyek menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahanperubahan baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelayakan proyek. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah, 2001). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan pelaksanaan, dan hasil (Gittinger, 1986). 2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMH biasa disebut mikrohidro, adalah suatu pembangkit listrik kecil yang menggunakan tenaga air di bawah kapasitas 200 kw yang dapat berasal dari saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjun (head) dan debit air. Umumnya PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air jenis run-off river head diperoleh tidak dengan cara membangun bendungan besar, tetapi dengan mengalihkan sebagian aliran air sungai ke salah satu sisi sungai dan menjatuhkannya lagi ke sungai yang sama pada suatu tempat dimana head yang diperlukan sudah diperoleh. Dengan melalui pipa pesat air diterjunkan untuk memutar turbin yang berada di dalam rumah pembangkit. Energi mekanik dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator. PLTMH sebagai sumber energi terbarukan dikembangkan di banyak negara termasuk Indonesia, karena beberapa keuntungan yaitu: 1) Berdasarkan aspek teknologi terdapat keuntungan dan kemudahan pada pembangunan dan pengelolaan PLTMH dibandingkan pembangkit listrik jenis lain, yaitu: 16

31 a) Konstruksinya relatif sederhana b) Mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang c) Dapat dioperasikan dan dirawat oleh masyarakat desa d) Biaya operasi dan perawatan rendah. 2) Selain dapat menyediakan listrik untuk kebutuhan rumah tangga, kehadiran PLTMH juga dapat menyediakan energi yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan kegiatan-kegiatan produktif terutama pada siang hari ketika beban listrik rendah. Berdasarkan sudut pandang ini kelebihan PLTMH yaitu: a) Meningkatkan produktivitas dan aktivitas ekonomi masyarakat melalui munculnya atau meningkatnya produktivitas industri kecil rumah tangga b) Menciptakan lapangan-lapangan kerja baru di desa. 3) Pengoperasian PLTMH menuntut adanya suatu lembaga tersendiri yang menjalankan fungsi-fungsi pengelolaan dan perawatan. Lembaga tersebut akan menambah keberadaan lembaga yang sudah ada di desa dan secara tidak langsung dapat menjadi media pengembangan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan kelembagaan dan pelayanan publik. 4) PLTMH ramah terhadap lingkungan karena tidak menghasilkan polusi udara atau limbah lainnya dan tidak merusak ekosistem sungai. Penyediaan listrik menggunakan PLTMH akan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil (misalnya minyak tanah dan solar) untuk penerangan dan kegiatan rumah tangga lainya. Selain itu tambahan manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat dari sumberdaya air diharapkan dapat mendorong masyarakat 17

32 untuk memelihara daerah tangkapan air demi menjamin pasokan air bagi kelangsungan operasi PLTMH Keberlanjutan PLTMH Teknologi yang handal dan ketersediaan tenaga air yang terus-menerus merupakan syarat mutlak bagi keberlanjutan PLTMH. Selain itu, sejauh mana PLTMH dapat berkelanjutan juga bergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat pengguna dalam melakukan dan membiayai pengelolaan serta pemeliharaan. Kemauan masyarakat pengguna untuk terlibat dan membayar cenderung dipengaruhi oleh sejauh mana layanan PLTMH sesuai dengan harapan mereka. Pendekatan terbaik sehingga PLTMH dapat dibangun, dikelola dan memberikan layanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaan, pembangunan sampai pengoperasian (KESDM, 2010). Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan listrik dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui dua cara: pertama, penghematan pengeluaran untuk energi dibandingkan dengan jika tidak ada pasokan listrik; dan kedua, peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan pasokan listrik. Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membiayai pengelolaan dan pemeliharaan. Oleh karena itu, setidaknya terdapat empat aspek yang saling berkaitan dan perlu diperhatikan dalam pengembangan PLTMH, yaitu: 18

33 1) Aspek Teknik PLTMH bukanlah teknologi yang tergolong rumit. Berdasarkan pengalaman, PLTMH relatif mudah dipahami dan dioperasikan oleh masyarakat perdesaan. Meskipun demikian PLTMH membutuhkan pemeliharaan khusus agar tetap dapat beroperasi secara layak dalam jangka panjang. Pada dasarnya ada dua hal yang menentukan kelayakan teknis dari operasional PLTMH, yaitu: (1) pemilihan teknologi, (2) standarisasi dan jaminan pemeliharaan. 2) Aspek Ekonomi Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PLTMH sebagai solusi permanen pasokan listrik bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara. Pertama yaitu keberlanjutan operasi PLTMH sampai berakhir umur pakainya. Kedua yaitu keberlanjutan layanan listrik setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PLTMH harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PLTMH yang idealnya hanya bersumber dari iuran listrik yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Oleh karena itu, besarnya iuran atau tarif listrik seharusnya ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. 3) Aspek Sosial Pembangunan PLTMH dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan dengan kebijakan desentralisasi penyediaan energi (listrik) perdesaan. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting. Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya. 19

34 Social preparation dalam pengembangan program listrik perdesaan perlu dilaksanakan mengingat masyarakat memiliki kekuatan yang bila digali dan dikembangkan akan dapat menjadi kekuatan yang besar untuk pengentasan kemiskinan. Masyarakat yang tentunya lebih memahami kebutuhannya sendiri perlu difasilitasi agar lebih mampu mengenali permasalahan-permasalahannya sendiri dan merumuskan rencana-rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya. Dalam kaitannya dengan pengembangan listrik perdesaan, pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam (dalam hal ini adalah sumberdaya air) oleh masyarakat lokal merupakan media pengembangan rasa percaya diri masyarakat, yang akan menjadi dasar utama kemampuan kemandirian masyarakat tersebut. Pengalaman program listrik perdesaan di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas masyarakat lokal merupakan unsur penting dalam keberlanjutan program. Dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangkitan kemandirian, partisipasi merupakan komponen yang sangat penting. Tumbuhnya partisipasi masyarakat akan menjadi jaminan berlangsungnya pembangunan energi perdesaan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu strategi pendampingan masyarakat yang dapat memaksimalkan tingkat partisipasi. Ada empat hal yang mempengaruhi persiapan sosial dari operasional PLTMH, yaitu: (1) Partisipasi Masyarakat, (2) Pola Pemanfaatan Listrik, (3) Pengembangan Kelembagaan dan (4) Dukungan Kelembagaan. 20

35 4) Aspek Sumberdaya Alam Keberlanjutan PLTMH ditentukan dukungan potensi sumberdaya alam yang ada, terutama ketersediaan air sungai sebagai sumber energi primer bagi PLTMH. Ketersediaan air sungai sangat tergantung pada konservasi catchment area (wilayah tangkapan air) dari hulu sungai tersebut. Lingkungan hidup yang terjaga dan terpelihara akan menjamin kelestarian sumberdaya air dan menjamin pasokan energi primer bagi PLTMH. Program pelistrikan perdesaan melalui pengembangan PLTMH seyogyanya diiringi dengan kegiatan konservasi hutan. Masyarakat yang menggunakan PLTMH diharapkan dapat memahami manfaat keberadaan hutan sebagai catchment area. Dengan demikian, masyarakat juga akan tergerak untuk menjaga kelestarian hutan, dengan tidak melakukan penebangan liar dan merusak keanekaragaman hayati yang terdapat di sekitar hutan. Lebih jauh, masyarakat juga akhirnya dapat mengambil peranan penting untuk menjaga agar hutan tetap terpelihara. Pengelolaan sumberdaya alam sebaiknya dilakukan oleh masyarakat sendiri berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki. Masyarakat perlu didorong untuk secara mandiri merumuskan aturan-aturan yang kemudian harus disepakati bersama sehingga semua anggota masyarakat terikat pada aturanaturan itu. Kesepakatan-kesepatakan yang terbentuk di masyarakat demi kelestarian hutan juga menumbuhkan dan melestarikan kearifan budaya lokal yang sebenarnya telah dimiliki bangsa Indonesia. Dalam aturan-aturan yang disepakati tersebut juga perlu dicantumkan sanksi-sanksi yang diberlakukan bagi mereka yang melanggar sehingga aturan 21

36 tersebut bisa benar-benar berlaku sebagai norma atau nilai bagi masyarakat. Kesepakatan konservasi ini jika dilaksanakan secara konsisten dengan penerapan sanksi yang tegas akan menentukan keberlanjutan operasional PLTMH dari aspek sumberdaya alam Keberlanjutan PLTMH dari Aspek Ekonomi Empat hal yang mempengaruhi keberlanjutan PLTMH dari aspek ekonomi, yaitu: (1) pembiayaan pembangunan, (2) pembiayaan pengelolalaan, (3) penetapan tarif listrik dan (4) pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi produktif. 1) Pembiayaan Pembangunan Pembangunan PLTMH dan sistem penyaluran listrik membutuhkan biaya yang relatif besar. Pada umumnya biaya pembangunan berasal dari luar masyarakat pengguna karena terbatasnya kemampuan pembiayaan oleh masyarakat. Kontribusi masyarakat juga tetap diperlukan untuk menekan kebutuhan biaya. Biaya dari luar dapat berbentuk hibah, pinjaman, ataupun investasi, sedangkan kontribusi dari masyarakat bisa berbentuk materi, tenaga, ataupun uang. Sampai saat ini, sebagian besar dana dari luar untuk pembangunan PLTMH berbentuk hibah. Artinya masyarakat pengguna tidak perlu mengembalikan dana pembangunan. Meskipun demikian, bukan berarti masyarakat tidak perlu membayar biaya penyusutan nilai asset. Demi keberlanjutan PLTMH, biaya penyusutan perlu diperhitungkan dalam penetapan iuran listrik sehingga pada saat PLTMH selesai umur pakainya telah tersedia dana yang cukup untuk membangun PLTMH baru sebagai pengganti. 22

37 Pada kasus dana pembangunan berasal dari pinjaman, kemampuan masyarakat dalam mengembalikan pinjaman dapat menjadi indikasi untuk diperolehnya lagi pinjaman serupa di waktu mendatang. Begitu juga jika dana pembangunan merupakan investasi, kembalian investasi yang diperoleh dapat menjadi indikasi kelayakan investasi serupa. Persoalannya, pembiayaan pembangunan PLTMH menggunakan dana-dana komersial cenderung tidak layak secara ekonomis. Untuk itu, perlu diupayakan skema-skema khusus agar PLTMH dapat dibangun menggunakan dana pinjaman atau investasi. Berkaitan dengan program pembangunan perdesaan, pengembangan PLTMH seharusnya dapat mendorong pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini perlu diupayakan agar muncul swadaya masyarakat di dalam komponen pembiayaan. Bantuan bersubsidi penuh idealnya hanya digunakan pada kondisi tertentu. Besarnya kontribusi masyarakat dalam pembangunan PLTMH juga akan semakin meningkatkan rasa memiliki terhadap sarana yang dibangun. Rasa memiliki ini pada akhirnya dapat meningkatkan partisipasi dari masyarakat. 2) Pembiayaan Pengelolaan Selintas biaya operasional PLTMH terkesan murah karena energi primernya adalah air yang praktis tidak perlu dibeli. Tetapi biaya perawatan instalasi pembangkit (bangunan sipil maupun pembangkit listrik) dan jaringan transmisi ataupun distribusi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika terjadi kerusakan yang mengharuskan perbaikan besar. Biaya operasional dan perawatan meliputi: a) Biaya operasional rutin (gaji pengelola, biaya administrasi). 23

38 b) Pemeliharaan dan perbaikan terjadwal yang besar biayanya seharusnya sudah dapat diperkirakan sejak awal. c) Perbaikan kerusakan-kerusakan tidak terduga. 3) Penetapan Tarif Listrik Keberlanjutan PLTMH akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan yang diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus ditanggung. Oleh karena itu, tarif listrik perlu ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan total pendapatan yang diharapkan. Tarif listrik yang terlalu rendah pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri. Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PLTMH secara garis besar yaitu biaya modal dan biaya operasional pemeliharaan. Jika PLTMH dibangun menggunakan dana pinjaman, maka biaya modal yang harus dibayar berupa angsuran dan bunga pinjaman. Jika PLTMH dibangun menggunakan dana investasi, maka biaya modal yang harus dibayar berupa penyusutan dan kembalian (return) untuk investasi. PLTMH yang dibangun menggunakan dana hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat pengguna, sehingga biaya penyusutan dan kembalian investasi tersebut menjadi milik masyarakat. Akumulasi uang dari penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. Sedapat mungkin dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana cadangan untuk investasi kembali ketika PLTMH yang ada perlu diganti dengan yang baru karena sudah habis umur pakainya. Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional rutin, biaya pemeliharaan dan perbaikan terjadwal dan biaya perbaikan-perbaikan yang tidak terduga. Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu 24

39 dijelaskan kepada masyarakat pengguna agar masyarakat dapat bersikap lebih bijaksana pada saat musyawarah penetapan tarif. Selain itu penetapan tarif juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat, pemerataan dan rasa keadilan. 4) Pemanfaatan untuk Kegiatan Ekonomi Produktif Pada umumnya pemanfaatan listrik PLTMH oleh masyarakat perdesaan adalah untuk penerangan dan hiburan (televisi dan radio) di malam hari. Penggunaan pada siang hari hampir tidak ada, bahkan kebanyakan PLTMH hanya dioperasikan pada malam hari. Penggunaan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya bukan berarti tidak memberikan dampak positif terhadap ekonomi masyarakat. Setidaknya masyarakat bisa menghemat pengeluaran jika dibandingkan dengan penggunaan lampu minyak tanah atau generator diesel untuk penerangan. Namun dampak positif PLTMH akan semakin meningkat jika adanya layanan listrik juga mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan energi listrik pada siang hari. Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga iuran listrik juga lebih lancar. Bagi pengelola PLTMH sendiri, termanfaatkannya energi pada siang hari akan semakin meningkatkan peluang untuk memperoleh pendapatan (Dinas ESDM, 2009) Analisis Ekonomi Pembangunan PLTMH Pembangunan PLTMH di Indonesia pada umumnya dibiayai menggunakan dana-dana hibah. Penggunaan dana pinjaman atau investasi untuk PLTMH masih belum populer. Begitu juga pembiayaan PLTMH dengan pola 25

40 swadaya biasanya hanya mampu dilakukan oleh perusahaan swasta ataupun perorangan yang digunakan untuk kepentingan usaha atau bisnis. Namun tidak berarti bahwa penggunaan dana investasi atau pinjaman tidak layak untuk PLTMH. Meskipun skema komersial murni hampir tidak mungkin diterapkan, masih terdapat alternatif-alternatif lain yang bisa dicoba. Sebagai contoh perpaduan antara hibah, pinjaman lunak dan pinjaman komersial dengan grace period (waktu tenggang) yang panjang serta swadaya masyarakat (baik dalam bentuk material, finansial maupun tenaga). Analisis kelayakan ekonomi pembangunan PLTMH dimulai dengan menentukan sifat sumber dana seperti hibah, pinjaman, investasi, swadaya, atau perpaduan antara sumber-sumber tersebut. Kemudian langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a) Menentukan masa pengembalian seluruh investasi (Break Event Point) b) Merancang pola pengembalian dana (kepada investor, bank atau kas lembaga pengelola PLTMH) c) Membuat proyeksi keuangan lengkap dengan cash flow, neraca rugi laba, Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) d) Menentukan rata-rata biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat per bulan e) Memperkirakan jumlah iuran listrik per bulan yang harus dikeluarkan per kepala keluarga. Sumber dana perlu diketahui bentuknya untuk menentukan besarnya dana yang harus dikembalikan oleh masyarakat setempat melalui pembayaran iuran bulanan. Pengembalian untuk dana pinjaman meliputi angsuran dan bunga pinjaman, sedangkan pengembalian untuk dana investasi meliputi penyusutan dan 26

41 kembalian (return) untuk investasi. PLTMH yang dibangun menggunakan dana hibah dapat dianggap sebagai investasi oleh masyarakat pengguna. Penjajagan awal kepada pihak penyandang dana perlu dilakukan untuk menentukan besarnya bunga, return, dan masa pengembalian. Lebih baik lagi jika kesepakatan dengan penyandang dana sudah dapat diperoleh sejak awal. Analisis keuangan harus dibuat untuk beberapa opsi pembangunan yang layak secara teknis. Pada akhirnya yang menentukan apakah ada atau tidak opsi pembangunan yang layak adalah masyarakat pengguna. Meskipun demikian, dengan membandingkan perkiraan jumlah iuran listrik yang harus ditanggung masyarakat dan tingkat daya beli yang diperoleh dari hasil studi, sejak awal kita bisa membuang opsi yang menghasilkan iuran listrik terlalu mahal. Begitu juga jika sudah ada informasi tentang batas maksimum ketersediaan dana dari penyandang dana dan besarnya kontribusi masyarakat, kita memiliki pegangan tentang batas maksimum total anggaran proyek. 2.5 Persepsi Leavitt (1978) menyatakan bahwa persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi seseorang ditentukan oleh kebutuhan individu yang mendorong individu berperilaku, dimana perilaku individu tersebut ditentukan oleh persepsi mereka terhadap lingkungan. Sarwono (1999) dalam Triani (2009) menyatakan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu, seperti jenis kelamin, perbedaan 27

42 generasi (umur), motif, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial budaya (misalnya suku bangsa) dan media komunikasi dimana seseorang memperoleh informasi tentang sesuatu. Effendi (1977) mengungkapkan bahwa persepsi adalah penginderaan terhadap kesan yang timbul dari lingkungannya. Daya persepsi seseorang dapat diperkuat oleh adanya pengetahuan dan pengalaman. Semakin sering seseorang menempatkan diri dalam komunikasi, akan semakin kuat daya persepsinya. Secara umum persepsi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1) diri orang yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, dan harapan); (2) sasaran persepsi (orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan lingkungan). 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Habibah (2012) adalah dampak pembangkit listrik tenaga mikrohidro terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kampung Lebakpicung, Cibeber, Lebak, Banten. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pembangunan PLTMH memberikan berbagai manfaat kepada masyarakat, terutama listrik untuk penerangan. Dampak langsung adanya PLTMH hanya dirasakan oleh responden yang memiliki mata pencaharian sebagai tukang bangunan dan pemilik warung. Pembangunan PLTMH memberikan dampak terhadap kelembagaan agama, kelembangaan adat, dan kelembagaan formal di Kampung Lebakpicung. Setelah pembangunan PLTMH (tahun 2011), telah terjadi penghematan pada total konsumsi energi di Kampung Lebakpicung yaitu sebesar Rp per bulan dan telah terjadi surplus pada total pendapatan bersih di Kampung Lebakpicung yaitu sebesar Rp per bulan. Setelah 28

43 pembangunan PLTMH (pada tahun 2011) diketahui terdapat hubungan antara pendapatan dengan biaya listrik. Surplus pendapatan akan cenderung diiringi juga oleh peningkatan biaya listrik. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Kindi (2011) adalah analisis tekno ekonomi mikrohidro untuk desa mandiri energi di Kampung Lebakcipung, Hegarmanah, Cibeber, dan Lebak Provinsi Banten. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tarif per bulan yang digunakan berdasarkan jumlah jenis barang elektronik yang dipunyai setiap rumah tangga. Total semua iuran adalah RP per bulan. Setelah dihitung analisis biayanya pembangunan PLTMH di Kampung Lebakpicung tidak layak untuk bisnis, dikarenakan iuran yang dibayar sangat kecil hanya sebesar Rp 239 per kwh yang seharusnya Rp per kwh. Hal ini disebabkan besarnya biaya awal sebesar Rp dan biaya perbaikan sebesar Rp per tahun. Akan tetapi pembangunan PLTMH dimaksudkan untuk memberikan pelayanan listrik pada Kampung Lebakpicung maka masyarakat tidak wajib membayarnya. Dalam perhitungan NPV, IRR, dan Payback period dilakukan dengan membuat asumsi. Tarif listrik golongan pelayanan sosial 2200 VA, tarif listrik untuk rumah tangga 1300 VA dan 2200 VA dianggap sebagai pemasukan (benefit) dan tarif PLTMH sebagai pengeluaran (cost). Tujuan pengasumsian untuk mengetahui keuntungan yang didapat oleh masayarakat Kampung Lebakpicung dibanding dengan tarif PLN. 29

44 III. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap aktivitas ekonomi pasti memerlukan energi dalam pelaksanaannya. Akan tetapi, tahun demi tahun menunjukkan kondisi energi yang semakin berkurang. Energi yang menipis ini tentu tidak akan dapat memenuhi kebutuhan terhadap energi di seluruh daerah di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program DME yang digunakan untuk memajukan suatu daerah agar dapat secara mandiri dalam menyediakan energi untuk daerahnya. Selain itu, diharapkan pula untuk dapat memenuhi kebutuhan energi di luar daerahnya. Program DME ini tentu tidak terlepas dari peran aktif masyarakatnya. Hal ini dikarenakan masyarakatlah yang menjadi aktor utama dalam mengembangkan program DME. Dengan adanya program DME ini, tentu harus ada manfaat yang dapat dirasakan masyarakat, yaitu kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ini terkandung dalam tiga tujuan pengembangan DME. Salah satu bentuk pengembangan program DME ini yaitu pembangunan PLTMH. PLTMH dibangun atas dasar keterbatasan aksesibilitas dalam pendistribusian listrik oleh PLN. Hal ini dikarenakan letak desa yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik. Adapun desa yang mudah terjangkau, akan tetapi proses instalasi jaringan listrik memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya PLTMH, suatu desa dapat mandiri dalam menyediakan kebutuhan listriknya sendiri. Kabupaten Bogor telah menerapkan pembangunan PLTMH di Kecamatan Megamendung. Desa yang ditunjuk sebagai lokasi pembangunan PLTMH yaitu Desa Megamendung khususnya di Kampung Paseban. 30

45 Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap pembangunan PLTMH Ciesek di Desa Megamendung. Persepsi masyarakat ini akan berpengaruh terhadap pengembangan PLTMH Ciesek. Pendekatan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada responden digunakan untuk menentukan persepsi masyarakat. Tahap kedua adalah mengidentifikasi kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik yang dilakukan dengan analisis deskriptif dan wawancara langsung kepada pihak yang terkait dengan pengelolaan PLTMH Ciesek. Tahap ketiga adalah mengestimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat memberikan informasi serta membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam mengembangkan sumber energi alternatif dalam membangkitkan listrik. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 1. 31

46 Aktivitas ekonomi memerlukan energi dalam pelaksanaanya Energi listrik Belum adanya jaringan listrik dari PLN ke desa Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Pengelola Masyarakat Pengguna Kinerja produksi, distribusi, dan sistem pembayaran listrik PLTMH: Analisis Deskriptif Persepsi masyarakat mengenai PLTMH: Analisis Deskriptif Estimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH: Analisis Kelayakan Keterangan: 1. Keberlanjutan PLTMH di lokasi penelitian 2. Informasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan sumber energi alternatif dalam membangkitkan listrik Hubungan langsung Cakupan penelitian Gambar 1. Diagram Alur Pemikiran 32

47 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Paseban, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena di Kampung Paseban terdapat salah satu PLTMH yang baru dibangun. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara langsung kepada masyarakat setempat dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap pembangunan PLTMH Ciesek, kinerja produksi dari PLTMH, distribusi listrik PLTMH, dan sistem pembayaran dari PLTMH. Data sekunder meliputi data yang relevan dan terkait dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Unit Pelaksana Teknis Dinas ESDM Wilayah I Cianjur, Kantor Desa Megamendung, pengelola PLTMH Ciesek serta studi literatur terkait lainnya. Data primer dan data sekunder ini diolah secara kuantitatif dan kualitatif yang akan dianalisa secara deskriptif. 4.3 Metode Penentuan Jumlah Sampel Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh maka penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 responden (kepala keluarga) yang merupakan konsumen listrik dari PLTMH Ciesek. 33

48 4.4 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian yang telah dilakukan, dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif agar data menjadi lebih mudah diinterpretasikan dan dipahami. Hal ini akan membuat informasi yang akan disampaikan menjadi lebih mudah. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program software Microsoft Excel Data yang diolah kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan grafik. Tabel 3 menguraikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data, dan metode analisis data dalam penelitian. Tabel 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Mengidentifikasi persepsi Data primer Analisis deskriptif masyarakat mengenai kualitatif pembangunan PLTMH Ciesek 2 Mengidentifikasi kinerja produksi, sistem distribusi, dan sistem pembayaran listrik PLTMH Ciesek 3 Mengestimasi kelayakan dan keberlanjutan PLTMH Ciesek Sumber: Penulis (2012) Data primer dan sekunder Data primer dan sekunder Analisis deskriptif kualitatif Analisis kelayakan Identifikasi Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan PLTMH Ciesek Analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999). 34

49 Menurut Hasan (2009), terdapat beberapa kelebihan analisis deskriptif, salah satunya adalah peneliti dapat memberikan rangkuman hasil penelitian dalam bentuk lebih berarti dan ringkas, karena memberikan aturan-aturan tertentu. Selain itu, analisis ini dapat menarik kesimpulan (memberi konsep-konsep dan general) Identifikasi Kinerja Produksi, Sistem Distribusi, dan Sistem Pembayaran PLTMH Ciesek Analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi kinerja produksi, sistem distribusi dan sistem pembayaran PLTMH dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Informasi yang akan dicari yaitu mengenai kinerja produksi dari PLTMH, sistem distribusi listrik PLTMH dari produsen sampai ke konsumen, dan sistem pembayaran dalam memanfaatkan PLTMH Ciesek Estimasi Kelayakan dan Keberlanjutan PLTMH Ciesek Estimasi kelayakan pembangunan PLTMH Ciesek dilakukan dengan analisis biaya dan manfaat. Analisis biaya dan manfaat yang dilakukan yaitu dengan perhitungan net present value (NPV). Manfaat dan biaya yang dihitung dengan discount factor yang telah memperhitungkan time value of money selama umur proyek. Manfaat dalam proyek ini berupa manfaat langsung yaitu hasil penjualan listrik kepada masyarakat yang menjadi penerimaan bagi PLTMH Ciesek. Besarnya iuran listrik dari PLTMH Ciesek dibedakan menjadi dua kategori. Kategori I yaitu tarif listrik sebesar Rp untuk konsumen listrik yang tidak memiliki barang elektronik dan kategori II yaitu tarif listrik sebesar Rp untuk konsumen listrik yang memiliki barang elektronik seperti televisi. 35

50 Nilai NPV dapat dicari dengan menggunakan Microscoft Excel atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: (Gittinger, 1986) Keterangan: B t C t = penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (rupiah) = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (rupiah) 1/(1+i) t = Discount Factor (asumsi i = 12%) n t = umur proyek (asumsi 10 tahun) = 1,2,3,...n 36

51 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa Megamendung berbatasan dengan Desa Karang Tengah di sebelah utara, Desa Cilember di sebelah timur, Desa Cipayung Girang di sebelah selatan, dan Desa Tugu Utara di sebelah barat. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, jarak dari pusat kota administratif (Depok) adalah 42 km, jarak dari ibu kota Kabupaten Bogor (Cibinong) adalah 38 km, jarak dari ibu kota Provinsi Jawa Barat (Bandung) adalah 120 km, dan jarak dari ibu kota negara (Jakarta) adalah 80 km. Wilayah Desa Megamendung terbentang seluas 1200 Ha yang terbagi menjadi wilayah berbukit, dataran tinggi, dan lereng gunung. Desa Megamendung terletak m di atas permukaan laut. Berdasarkan status kepemilikannya, tanah di Desa Megamendumg terbagi menjadi 763,4 Ha (63,6%) tanah bersertifikat dan 436,6 Ha (36,4%) tanah yang belum bersertifikat. Status tanah Desa Megamendung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Persil Tanah berdasarkan Jenis Sertifikat Tanah di Desa Megamendung Tahun 2012 No. Status Jumlah (buah) Luas (Ha) 1. Tanah bersertifikat Sertifikat Hak Milik 32 6,4 Sertifikat Hak Guna Usaha 1 136,0 Sertifikat Hak Guna Bangunan ,0 Sertifikat Hak Pakai ,0 2. Tanah yang belum bersertifikat - 436,6 Total ,0 Sumber: Desa Megamendung (2012) 37

52 Tabel 5 menunjukkan bahwa tanah di Desa Megamendung paling banyak diperuntukkan bagi hutan Perhutani, yaitu seluas 668,5 Ha (55%) dan untuk pemukiman atau perumahan, yaitu seluas 300 Ha (25%). Tanah di Desa Megamendung berdasarkan peruntukannya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Persil Lahan berdasarkan Peruntukannya di Desa Megamendung Tahun 2012 No. Peruntukan Luas Persentase (%) 1. Jalan 45,50 Km 100,00 2. Perkuburan 0,50 Ha 0,04 3. Bangunan umum 1,50 Ha 0,01 4. Jalur hijau 30,00 Ha 2,60 5. Sawah dan ladang 150,00 Ha 13,04 6. Pemukiman/perumahan 300,00 Ha 26,07 7. Lain-lain (Hutan Perhutani) 668,50 Ha 58,24 Total Luas (tanpa jalan) 1150,50 Ha 100,00 Sumber: Desa Megamendung (2012) Mayoritas penduduk di Desa Megamendung lulusan SMA, yaitu sebanyak orang. Lulusan SMP sebanyak orang, lulusan Sekolah Dasar sebanyak 350 orang, lulusan taman kanak-kanak sebanyak 176 orang, dan lulusan akademi serta sarjana sebanyak 345 orang. Jumlah penduduk di Desa Megamendung berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki sebanyak orang (45%) dan perempuan sebanyak orang (55%). Desa Megamendung terdiri atas 18 Rukun Tetangga (RT) dan 5 Rukun Warga (RW) dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas penduduk Desa Megamendung beragama Islam atau sebanyak orang (99,3%), Kristen Protestan berjumlah 9 orang (0,2%), Kristen Katholik berjumlah 20 orang (0,4%), dan Hindu sebanyak 5 orang (0,1%). Penelitian ini secara khusus difokuskan pada Kampung Paseban karena di daerah ini terdapat lokasi pembangunan PLTMH. Kampung Paseban merupakan bagian dari Desa Megamendung yang terletak di RT 04/05. Kampung Paseban ini 38

53 terletak 900 meter di atas permukaan laut. Jarak dari pusat Desa Megamendung ke Kampung Paseban adalah 7 km dan merupakan kampung yang paling jauh dari pusat desa tersebut. Masyarakat Kampung Paseban biasanya menggunakan motor atau berjalan kaki dalam mobilitasnya sehari-hari karena tidak ada kendaraan umum untuk mencapai Kampung Paseban. Jika menggunakan angkutan umum berupa ojeg, biasanya masyarakat dikenakan tarif sebesar Rp dari Kampung Paseban ke pusat Desa Megamendung. Kondisi Kampung Paseban sangat berbeda dengan kondisi Desa Megamendung secara umum. Berdasarkan informasi Ketua RT Kampung Paseban, penduduk di Kampung Paseban terdiri dari 70 kepala keluarga. Masyarakat di kampung tersebut mayoritas bekerja di bidang pertanian, yaitu sebagai buruh tani, tukang kebun, dan peternak. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi rumah tinggal di Kampung Paseban kurang layak dibandingkan dengan wilayah lain di Desa Megamendung. Kampung Paseban tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan, sehingga masyarakat harus pergi ke kampung terdekat, yaitu Kampung Citamiang yang berjarak sekitar 2 km dari Kampung Paseban yang dapat ditempuh dengan menggunakan motor dalam waktu tempuh selama 20 menit. Terdapat sebuah mushola yang digunakan masyarakat di Kampung Paseban untuk beribadah. 5.2 Pembangunan PLTMH Ciesek Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjuk beberapa lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Kabupaten Bogor, yang tersebar pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Sukajaya, dan Kecamatan Megamendung. 39

54 PLTMH Ciesek berlokasi di Kampung Paseban, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi PLTMH ini berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Pembangunan PLTMH ini didasari karena permintaan listrik yang meningkat dari masyarakat Kampung Paseban. Oleh karena itu, masyarakat yang diperantarai oleh aparat Desa Megamendung mengajukan permohonan pada pemerintah daerah agar Kampung Paseban dapat menikmati listrik dari PLN. Akan tetapi, karena jaraknya yang jauh dari pusat listrik PLN, menjadikan Kampung Paseban tidak mendapat aliran langsung dari PLN. Jika dipaksakan untuk mendistribusikan listrik dari PLN ke Kampung Paseban, maka akan membuat biaya menjadi sangat mahal. Sebagai gantinya, maka pemerintah daerah melakukan pembangunan PLTMH yang memanfaatkan sumber energi setempat. PLTMH ini 100% didanai oleh pemerintah. Besarnya dana yang digunakan untuk membangun PLTMH ini adalah sebesar Rp PLTMH Ciesek dibangun sejak akhir tahun 2011 dan mulai beroperasi pada Januari Kegiatan pembangunan PLTMH terdiri dari lima tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pekerjaan bangunan sipil, tahap pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan distribusi dan instalasi rumah. 5.3 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian yang dilakukan di Kampung Paseban adalah warga yang tinggal di Kampung Paseban dan merupakan konsumen listrik dari PLTMH Ciesek. Responden ini berjumlah 57 orang. Karakteristik utama responden yang dapat diketahui adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan lama tinggal di Kampung Paseban. 40

55 5.3.1 Jenis Kelamin Responden Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah laki-laki, yaitu sebanyak 37 orang (65%), sedangkan responden perempuan berjumlah 20 orang (35%). Responden yang didominasi laki-laki dikarenakan pada umumnya kepala keluarga sebagai pengambil keputusan dalam suatu rumah tangga adalah laki-laki, sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei laki-laki lebih berperan Usia Responden Tingkat usia responden bervariasi, yaitu antara 20 sampai 85 tahun. Usia responden sebagian besar terdapat pada sebaran usia 31 sampai 40 tahun, yaitu sebanyak 30%, sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden dengan selang usia 21 tahun ke bawah sebanyak 4%. Tingkat usia responden sangat mempengaruhi keputusan responden dalam menjawab pertanyaan survei. Perbandingan distribusi usia responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rentang Usia Responden di Kampung Paseban Usia (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) < > Sumber: Data primer, diolah (2012) Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan responden tergolong rendah. Responden yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 81%, SLTP sebanyak 9%, SLTA sebayak 41

56 2%, dan yang tidak sekolah sebanyak 9%. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden di Kampung Paseban Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (orang) (%) SD SLTP 5 5 SLTA 1 1 Tidak sekolah 5 5 Sumber: Data primer, diolah (2012) Jenis Pekerjaan Responden Pekerjaan responden terdiri dari beberapa jenis yaitu buruh tani, petani, pedagang, pekebun, penjaga villa, dan lainnya. Responden yang bekerja sebagai buruh tani merupakan responden terbanyak yaitu 33%. Responden yang bekerja sebagai petani dan pekebun, masing-masing sebanyak 18% dan 7%. Ada pula responden yang bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 12%. Responden yang menjadi ibu rumah tangga sebanyak 19%, sedangkan sisanya sebanyak 11 % ada yang bekerja sebagai penjaga villa dan objek wisata, tukang ojeg, dan penjual pala. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jenis Pekerjaan Responden di Kampung Paseban Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Persentase (orang) (%) Buruh tani Pedagang 7 12 Petani Pekebun 4 7 Ibu rumah tangga Lainnya 6 11 Sumber: Data primer (diolah),

57 5.3.5 Tingkat Pendapatan Responden Berdasarkan hasil survei, masyarakat di Kampung Paseban berada pada tingkat pendapatan menengah ke bawah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar responden memiliki pendapatan di bawah Rp yaitu sebanyak 46%. Responden yang memiliki pendapatan antara Rp sampai dengan Rp sebanyak 30%. Sebanyak 23% responden memiliki pendapatan antara Rp sampai dengan Rp , sedangkan sisanya sebanyak 2% memiliki pendapatan di atas Rp Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendapatan Responden di Kampung Paseban Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) < > Sumber: Data primer, diolah (2012) Jumlah Anggota Keluarga Responden Karakteristik responden yang perlu diketahui yaitu jumlah anggota keluarga atau jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah. Jumlah ini akan mempengaruhi konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Sebanyak 32% responden, jumlah anggota keluarganya sebanyak 4 orang. Responden yang jumlah anggota keluarganya 8 orang dan merupakan jumlah terbanyak hanya 2%. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel

58 Tabel 10. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Kampung Paseban Anggota Keluarga (orang) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Sumber: Data primer, diolah (2012) Lama Tinggal Responden di Kampung Paseban Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian masyarakat yang tinggal di Kampung Paseban merupakan penduduk pendatang. Responden yang tinggal lebih dari 30 tahun hanya 11%. Responden yang telah tinggal selama 11 tahun sampai 15 tahun sebanyak 30%. Responden yang telah tinggal selama 16 tahun sampai 20 tahun sebanyak 18% Perbandingan distribusi responden berdasarkan lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Lama Tinggal Responden di Kampung Paseban Lama Tinggal (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) < > Sumber: Data primer, diolah (2012) 44

59 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi bagi pemerintah setempat dalam menerapkan PLTMH baik di wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi masyarakat mengenai aspek lingkungan dilihat dari kebisingan dan kualitas air. Hal ini berkaitan dengan segi konservasi, karena pengadaan PLTMH secara tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya dalam hal ini adalah lingkungan fisik. Setiap pembangunan berarti melakukan eksplorasi ataupun modifikasi terhadap lingkungan, sehingga akhirnya akan mempengaruhi daya dukung lingkungan. Persepsi mengenai aspek ekonomi dilihat dari penambahan penghasilan dan peningkatan sarana prasarana industri kecil. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH dilihat dari keberadaan kelompok dan kinerja kelompok. Sebelum memaparkan persepsi masyarakat terhadap adanya pembangunan PLTMH, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kondisi umum masyarakat Kampung Paseban terkait dengan sebelum dan setelah adanya listrik dari PLTMH. Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban telah memberikan perubahan bagi masyarakat yang tinggal disana. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 42 responden (74%) menyatakan bahwa sebelum adanya PLTMH, mereka sudah mendapatkan listrik yang dihasilkan dari kincir tradisional sebanyak 41 responden dan lainnya menggunankan genset sebanyak 1 responden. Sisanya sebanyak 15 responden (26%) menyatakan bahwa mereka belum mendapatkan listrik. Responden yang belum memiliki sumber listrik hanya 45

60 mengandalkan lampu tempel yang menggunakan minyak tanah untuk penerangan di rumah mereka. Persentase kondisi responden terhadap kepemilikan sumber listrik sebelum adanya PLTMH terdapat pada Gambar 2. Tidak Ada Listrik 26% Ada Listrik 74% Sumber : Data primer, diolah (2012) Gambar 2. Kondisi Responden Mengenai Kepemilikan Sumber Listrik Sebelum Adanya PLTMH Setelah menggunakan listrik dari PLTMH, mereka sudah tidak menggunakan lampu tempel lagi. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih tetap memasang kincir tradisional untuk dipakai ketika listrik dari PLTMH padam. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden (100%) menyatakan bahwa keberadaan PLTMH memberikan manfaat bagi mereka. Manfaat yang dirasakan tiap responden bervariasi. Selain penerangan, responden merasakan bahwa pengadaan PLTMH ini bermanfaat bagi mereka dalam mengakses informasi baru. Selain itu, pengadaan PLTMH juga bermanfaat dalam mempermudah pekerjaan mereka. Responden yang hanya merasakan manfaat penerangan dari listrik yang dihasilkan dari PLTMH sebanyak 26%. Sebanyak 67% responden menyatakan bahwa listrik yang dihasilkan oleh PLTMH bermanfaat untuk penerangan dan dapat menambah akses informasi baru. Sebanyak 5% responden menyatakan bahwa adanya pengadaan PLTMH ini menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk 46

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tidak lain adalah investasi. Berbeda dengan pengertian ongkos (expenses), yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tidak lain adalah investasi. Berbeda dengan pengertian ongkos (expenses), yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Dalam pengertian ekonomi, biaya tidak lain adalah investasi.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melakukan segala aktivitas, kita tidak akan pernah lepas dari energi listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, baik untuk konsumsi beban skala kecil seperti rumah tangga maupun untuk skala besar seperti

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya dengan potensi sumber daya alamnya terutama energi, baik yang berasal dari hasil tambang, air dan udara. Berdasarkan jenisnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik oleh PLN. Data kementrian ESDM tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan energi listrik di dalam kehidupan manusia saat ini sangat penting. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik setiap tahunnya. Namun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dimanfaatkan untuk perkembangan perekonomian. Salah satu sumber daya alam terpenting ialah sumber daya

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan energi hampir semua negara meningkat secara sinigfikan. Tetapi jika dilihat dari energi yang dapat dihasilkan sangat terbatas dan juga masih sangat mahal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas akan semakin meningkat. Pada beberapa dasawarsa mendatang, kita harus mengurangi ketergantungan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik di Indonesia masih belum mencukupi. Sebagai contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di berbagai wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up

I. PENDAHULUAN. Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu paradigma pembangunan perdesaan yang bersifat bottom-up dikenal dengan istilah pendekatan pembangunan endogen untuk pedesaan (endegoneous rural development

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini secara nasional ketergantungan terhadap energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) sebagai sumber energi utama masih cukup besar dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Banyak masyarakat yang sangat bergantung akan keberadaan energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Banyak masyarakat yang sangat bergantung akan keberadaan energi listrik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang paling penting dalam kehidupan masyarakat pada zaman sekarang dan tidak dapat dipisahkan adalah kebutuhan akan energi listrik. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per tahun. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ratarata 6% per tahun. Setiap tahun

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi kelistrikan nasional berdasarkan catatan yang ada di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga akhir 2014 menunjukkan total kapasitas terpasang pembangkit

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keamanan pasokan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Saat ini, listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Listrik dibutuhkan tidak hanya untuk penerangan, melainkan juga untuk melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui suatu kebutuhan energy listrik di Indonesia masih belum mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara bergilir

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan pokok sekarang ini karena selain sebagai penerangan juga digunakan untuk melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan pada dasarnya bukan hanya sekedar fenomena ekonomi. Tidak hanya ditunjukkan oleh prestasi pembangunan yang dicapai oleh suatu negara, tetapi pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Diiringi dengan: 1. Jumlah penduduk semakin meningkat 2. Konversi lahan meningkat 3. Pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi Pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan Persepsi masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik

1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia berada di ambang krisis energi. Lebih dari 37 juta penduduk Indonesia, atau setara sekitar 15% dari total jumlah penduduk, saat ini tidak memiliki

Lebih terperinci

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Taufik Adraen Sekretariat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 101 Kupang Telp/fax. (0380)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 1714 ISSN : 2556226 EISSN : 24770299 PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS 1* 2 2 Lidya Rahma Shaffitri,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci