ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT"

Transkripsi

1 1 ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI DIMAS RIZALDI A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 2 RINGKASAN DIMAS RIZALDI. Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging Di Pasar Baru Bogor Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA). Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung meningkat. Hal ini digambakan berdasakan perilaku pertumbuhan penduduk dengan konsumsi daging ayam ras. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,28 persen per tahun diikuti dengan kenaikan konsumsi daging ayam sebesar 6,10 persen per tahun. Pada masa yang akan datang fenomena pertumbuhan populasi penduduk diperkirakan akan semakin tinggi, hal ini diikuti dengan peningkatan kebutuhan pangan. Hal ini menjelaskan bahwa potensi pemasaran daging ayam akan semakin tinggi, khususnya daging ayam ras pedaging. Secara umum lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran komoditi ayam ras pedaging terdiri dari beberapa lembaga yang berperan mulai dari hulu ke hilir yaitu: produsen, pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Keterlibatan dari setiap lembaga yang ada dalam pemasaran ayam ras pedaging merupakan dampak dari keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk. Hal ini menggambarkan setiap lembaga memiliki keterbatasan sehingga diperlukan peranan lembaga lainnya. Komoditi ayam ras dari produsen hingga ke konsumen akhir melalui beberapa lembaga. Setiap lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan nilai jual komoditi ayam ras pedaging. Perbedaan harga yang diterima oleh setiap lembaga merupakan bagian dari marjin pemasaran, semakin banyak lembaga yang berperan maka marjin yang diterima oleh setiap lembaga semakin rendah. Pada aspek pemasaran harga jual suatu produk terdiri dari dua komponen antara lain: biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Pemasaran ayam ras pedaging dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain harga dan biaya pemasaran. Pada umumnya harga dari setiap produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produkproduk yang dipasarkan pada suatu harga yang terbentuk. Pada pemasaran ayam broiler harga yang diterima pedagang masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan kepada peternak. Harga yang diterima pedagang ayam broiler pada kondisi nomal adalah Rp perkilogram. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah antara lain: 1) mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga, 2) menganalisis marjin pemasaran pedagang ayam pedaging di pasar Bogor, dan 3) menganalisis keuntungan pedagang ayam ras pedaging di pasar Bogor. Pengumpulan data untuk kepentingan penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November Penentuan objek penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Jumlah responden pada penelitian ini diambil sebanyak 30 orang

3 pedagang ayam pedaging yang terbagi menjadi dua karakteristik, yaitu pedagang besar sebanyak delapan orang dan pedagang kecil sebanyak 22 orang. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Volume rata-rata penjualan pedagang sebanyak 505 ekor atau seberat 757,5 kg perharinya, dengan pembagian penjualan rata rata sebanyak 173 ekor atau seberat 259,5 kg (34,26%) di jual kepada pedagang kecil, 35 ekor dengan berat 52,5 kg (6,93) di jual kepada pedagang pengecer, dan sisanya sebanyak 297 ekor atau seberat 445,5 kg (58,81%) langsung di jual kepada konsumen dengan harga Rp ,-/kg. Pedagang kecil menjual karkas kepada konsumen dengan harga Rp ,-/kg, sedangkan pedagang pengecer menjual karkas dengan harga Rp ,-/kg. Penelitian menunjukkan ada tiga pola saluran pemasaran ayam ras pedaging yang terbentuk, yaitu: 1) peternak pedagang besar pedagang kecil konsumen, 2) peternak pedagang besar pedagang pengecer konsumen, 3) peternak pedagang besar konsumen. Pada saluran 1, total marjin sebesar Rp ,-/kg dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.944,- /kg. Pola saluran 2, total marjin sebesar Rp ,-/kg dengan total biaya pemasaran yang ditanggung sebesar Rp 5.469,-/kg.Sedangkan pada pola saluran 3, total marjin sebesar Rp 8.490,-/kg dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 4.136,-/kg. Biaya yang dikeluarkan pedagang besar dan pedagang kecil terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang besar sebesar Rp ,-/bulan atau sebesar 99,55 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, sedangkan biaya tetap hanya sebesar Rp /bulan atau sebesar 0,45 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan oleh pedagang kecil sebesar Rp ,- perbulan atau sebesar 99,46 persen dari biaya total yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan, dan biaya tetap sebesar Rp ,-/bulan atau sebesar 0,54 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam 30 hari penjualan ayam ras pedaging. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) dalam kegiatan pemasaran ayam ras pedaging, melibatkan beberapa lembaga pemasaran dalam penyampaian komoditi ayam ras pedaging dari produsen hingga konsumen akhir, diantaranya: pedagang besar, pedagang kecil dan pengecer. Setiap lembaga cukup berbeda dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, 2) Total marjin pemasaran yang diperoleh pada saluran pertama sebesar Rp ,- terdiri dari marjin pedagang besar sebesar Rp 3.045,- dan pedagang kecil sebesar Rp 7.085,-. Total marjin saluran kedua sebesar Rp ,- terdiri dari marjin pedagang sebesar Rp 7.105,- dan pedagang pengecer sebesar Rp 3.725,- dan total marjin saluran ketiga sebesar Rp 8.490,- untuk pedagang besar. Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak yang berperan, yaitu: 1) biaya transportasi merupakan komponen biaya terbesar dan terpenting dalam pemasaran selain biaya pembelian ayam ras pedaging. Untuk mengurangi biaya transportasi pedagang dapat mencari peternak ayam ras pedaging yang berada di sekitar daerah Bogor, 2) pedagang diharapkan dapat bekerjasama dengan para peternak agar dapat memperoleh pasokan ayam ras pedaging setiap harinya. 3

4 4 ANALISIS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR JAWA BARAT DIMAS RIZALDI A Skripsi ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 5 Judul Nama Nrp : Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Jawa Barat : Dimas Rizaldi : A Menyetujui, Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, MS NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP Tanggal lulus:

6 6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2010 Dimas Rizaldi A

7 7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Alizar Abbas dan Ibunda Hj. Armainas. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 05 Pagi, Jakarta Timur pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 52, Jakarta Timur dan tamat pada tahun Pada tahun 1997 sampai tahun 2000, penulis meneruskan pendidikan di SMUN 53, Jakarta Timur. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan diterima pada Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan Departemen Sosial Ekonomi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan lulus pada tahun Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, penulis bekerja di beberapa perusahaan swasta, diantaranya : PT. Mandala Multi Finance kantor Cabang Bogor pada tahun dan Bank Panin Kantor Cabang Kelapa Gading, Jakarta Utara pada tahun

8 8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah S.W.T atas segala rahmat dan karunia-nya yang telah dicurahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Analisis Usaha Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Baru Bogor Jawa Barat. Skripsi ini diajukan sebagai syarat penyelesaian pendidikan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Skripsi ini memuat serangkaian informasi dan analisis mengenai keuntungan dan lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan pada usaha pemasaran ayam ras pedaging di pasar baru Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, terutama peternak, pedagang, Dinas Peternakan, dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan serta informasi untuk dijadikan bahan referensi dalam melaksanakan studi lanjutan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

9 9 UCAPAN TERIMA KASIH Selama melakukan persiapan hingga terselesaikannya kegiatan penelitian dan penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ir. Dwi Rachmina, M.S selaku dosen pembimbing yang secara tulus dan bijaksana telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan pengarahan sejak perencanaan penulisan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen komisi akademik atas kritik dan sarannya pada saat sidang, guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Ir. Ratna Winandi, M.S selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan proposal sehingga penulis dapat mengumpulkan data dengan baik guna penulisan skripsi. 4. Bapak Adang, Bapak Idris dan Bapak Misbah serta seluruh pegawai Dinas Pengelolaan pasar Baru Bogor yang telah membantu dan memberikan informasi yang diperlukan serta mengizinkan penulis melakukan Penelitian di Baru Bogor. 5. Pedagang ayam ras di pasar Baru Bogor yang telah bersedia menjadi responden atas segala bantuan serta informasi-informasi yang diperlukan oleh penulis. 6. Bapak Alizar Abbas dan Ibunda Armainas selaku orang tua dan kakak-kakakku yang tercinta telah banyak memberikan bantuan, dukungan, perhatian dan kasih sayang serta doa sejak perencanaan penulisan, pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini. 7. Seluruh staf Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi. 8. Seluruh rekan-rekan ekstensi alumni Diploma AGP angkatan 39 yang membantu penulis: Adi dan Roy, atas segala dukungan dan motivasi yang diberikan. 9. Seluruh teman seperjuangan : Dafi, Wira, Yudis, Zaki Adnany, Marudut Hamonagan Hubalian, Syukron atas referensinya.

10 Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Bogor, Februari 2010 Dimas Rizaldi A

11 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I II III IV V PENDAHULUAN Halaman 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ayam Ras Pedaging Penelitian Terdahulu... 9 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Pedagang Analisis Keuntungan Biaya Usaha Pengertian Pemasaran Lembaga dan Saluran Pemasaran Fungsi-fungsi Pemasaran Marjin Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Analisis Data Analisis Keuntungan Pedagang Ayam Ras Pedaging Analisis Saluran dan Fungsi Pemasaran Analisis Marjin Pemasaran Definisi Operasional GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1. Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Karakteristik Responden i iii iv v i

12 VI VII ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BOGOR 6.1. Kondisi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Aspek Permodalan Pemasaran Ayam Ras Pedaging Lembaga Pemasaran Ayam Ras Pedaging Fungsi-Fungsi Pemasaran Saluran Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging Marjin Pemasaran Keuntungan Pedagang Besar Keuntungan Pedagang Kecil KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia Tahun Populasi Ternak di Indonesia Tahun Produksi Daging di Indonesia Tahun Perkembangan Populasi Ayam di Kota Bogor Tahun Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Tingkatan Usia Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Jumlah Tanggungan Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Kepemilikan Kios Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Klasifikasi Sebaran Responden Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun 2009 Berdasarkan Pengalaman Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor Tahun Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging Pada Pola 1 dan Pola Harga Rata-Rata dan Marjin Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging Pada Pola Penerimaan dan Biaya Rata-Rata Pedagang Besar Ayam Ras Analisis Keuntungan Pedagang Besar Ayam Ras Pedaging Penerimaan dan Biaya Rata-Rata Pedagang Kecil Ayam Ras Analisis Keuntungan Pedagang Kecil Ayam Ras Pedaging iii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Permintaan Asal dan Permintaan Turunan Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi UPTD Pasar Baru Bogor Saluran Pemasaran Pedagang Ayam Ras Pedaging di Pasar Bogor iv

15 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Komposisi Kandungan Nutrisi Daging Ayam per 100 g Daging Ayam Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia pada Sektor Pertanian Berdasarkan Harga Berlaku Tahun Harga Beli dan Harga Jual Rata-Rata Pedagang Perincian Biaya Rata-Rata Pedagang Besar per Hari Perincian Biaya Rata-Rata Pedagang Kecil per Hari Proses Perubahan Fisik Ayam Ras Pedaging Peralatan yang Digunakan Pedagang Ayam Ras Pedaging Tempat Berdagang Pedagang Ayam di Pasar Bogor v

16 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung meningkat. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,28 persen per tahun diikuti dengan kenaikan konsumsi daging ayam sebesar 6,10 persen per tahun (Tabel 1). Pencapaian kecukupan kebutuhan nutrisi terutama protein hewani pada masyarakat akan lebih efisien apabila dilakukan dengan meningkatkan konsumsi pangan yang bersumber dari komoditi peternakan khususnya daging ayam ras (broiler). Daging ayam ras mengandung komposisi nilai gizi yang baik dan sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein hewani. Daging ayam ras juga mengandung vitamin-vitamin yang sangat diperlukan bagi kesehatan dan pertumbuhan manusia (komposisi kandungan nutrisi daging ayam per 100 g disajikan pada Lampiran 1). Disisi lain yang menyebabkan peningkatan permintaan daging ayam ras pedaging dikarenakan harga daging ayam ras dapat dijangkau oleh konsumen dengan taraf ekonomi menengah sampai taraf ekonomi atas. Tabel 1. Jumlah Populasi Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia pada Tahun Tahun Penduduk Konsumsi (juta orang) (kg/tahun) , , , , Laju Pertumbuhan (%/tahun) 2,28 6,10 Sumber:Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 Selain peranan daging ayam ras terhadap penyediaan kebutuhan bahan pangan hewani, hal lain yang menjadi dasar pertimbangan penting untuk memicu perkembangan subsektor peternakan adalah sumbangan pada Produk Domestik Bruto (PDB). Mulai pada tahun 1990 sampai dengan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, industri peternakan khususnya ayam ras dan penggemukan sapi potong melemah, kondisi ini ditunjukkan pertumbuhan PDB subsektor peternakan 1

17 meningkat hanya dengan rata-rata sebesar 6,67 persen. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor (bahan baku pakan, bibit) dan teknologi impor (obat-obatan). Situasi yang berbeda terjadi pada tahun (Lampiran 2), bahwa pertumbuhan PDB subsektor peternakan meningkat lebih tinggi dengan rata-rata sebesar 9,87 persen/tahun. Laju pertumbuhan PDB dari subsektor peternakan (Lampiran 2) berada pada urutan ketiga tertinggi setelah subsektor perikanan (12,83 persen) dan perkebunan (10,10 persen). Laju pertumbuhan PDB subsektor peternakan meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan subsektor tanaman pangan (9,47 persen) dan subsektor kehutanan (5,28). Pertumbuhan yang meningkat dengan pesat pada subsektor peternakan disebabkan sudah berkembangnya industri peternakan, terutama ayam ras dan sapi potong. Dengan demikian, industri dua komoditas (ayam ras dan penggemukan sapi potong) tersebut berpotensi dijadikan sebagai salah satu sumber baru untuk pertumbuhan perekonomian nasional dari sektor pertanian. Jumlah populasi ayam ras pedaging cenderung mengalami peningkatan sebesar 4,55 persen per tahun pada tahun Peningkatan pada populasi ayam ras pedaging lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah populasi sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing dan domba (Tabel 2). Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia pada Tahun Jenis Ternak Tahun Laju Pertumbuhan (%/tahun) Sapi potong (ekor) ,52 Sapi perah (ekor) ,84 Kerbau (ekor) ,56 Kambing (ekor) ,96 Domba (ekor) ,85 Ayam ras pedaging (ekor) ,55 Sumber:Direktorat Jenderal Peternakan, 2009 Tahun 2006 populasi ayam ras pedaging mengalami penurunan, hal ini terjadi akibat wabah virus flu burung (H5N1) menyerang ternak unggas di Indonesia. Pada tahun 2007 serangan virus flu burung telah mulai dapat dicegah, sehingga jumlah populasi ayam ras pedaging di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan populasi tersebut juga tidak terlepas dari terbentuknya 2

18 kepercayaan masyarakat atas informasi yang diberikan pihak terkait yaitu Dinas Peternakan, bahwa virus flu burung dapat dihindari dengan melakukan pemusnahan terhadap ayam yang terkena virus, sedangkan bagi ayam yang tidak terkena virus harus dipisahkan. Produksi total daging di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 2.169,8 ton, terdiri dari daging sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras pedaging dan daging lainnya sebesar 91,1 ribu ton (Tabel 3). Sedangkan produksi daging terbesar di sumbang oleh ayam ras pedaging (42,33 persen), sapi dan kerbau (21,38 persen), babi (9,16 persen), dan ayam buras (16,08 persen). Produksi daging di Indonesia pada tahun disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi Daging di Indonesia pada Tahun Tahun Jenis Laju Pertumbuhan (%/Tahun) Sapi (000 ton) 358,7 395,8 418,2 5,53 Kerbau (000 ton) 38,1 43,9 45,9 6,82 Kambing (000 ton) 50,6 65,0 63,4 8,43 Domba (000 ton) 47,3 75,2 84,8 26,43 Babi (000 ton) 173,7 196,0 198,9 4,84 Ayam Buras (000 ton) 301,4 341,3 349,0 5,26 Ayam Ras pedaging (000 ton) 779,1 861,3 918,5 5,96 Sumber: Direktorat Jendral Peternakan (2009) Laju pertumbuhan produksi daging ayam ras pedaging pada tahun sebesar 5,96 persen. Kontribusi ayam ras pedaging terhadap produksi total daging di Indonesia sejak tahun selalu lebih besar. Produksi ayam ras pedaging pada tahun 2006 sebesar 44,54 persen dan tahun 2007 sebesar 43,53 persen. Produksi daging ayam ras pedaging yang cukup besar menggambarkan bahwa terdapat pertumbuhan ketersediaan pasar dan tingkat konsumsi terhadap komoditas daging ayam ras pedaging. Menanggapi hal tersebut, peningkatan efisiensi ekonomi dalam kegiatan pengadaan daging ayam ras merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi supaya dapat bersaing dengan daging lainnya. Sesuai dengan fenomena pertumbuhan populasi penduduk Indonesia, yang merupakan salah satu potensi sumber daya pendukung pertumbuhan agibisnis peternakan ayam ras pedaging serta peranannya terhadap pendapatan nasional, maka sangat penting untuk memperhatikan aspek agribisnis komoditas ayam ras pedaging. 3

19 1.2 Perumusan Masalah Pada masa yang akan datang populasi penduduk Indonesia diperkirakan mengalami pertumbuhan, hal ini diikuti dengan kebutuhan pangannya. Disi lain telah tejadi perubahan pola konsumsi pangan akibat dari kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi pangan bergizi. Fenomena ini akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap daging, khususnya daging ayam ras pedaging. Hal tersebut menjelaskan bahwa potensi pasar daging ayam ras pedaging diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang. Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yang perlu dilakukan adalah kajian mengenai aspek pemasaran komoditi ayam ras pedaging. Aspek pemasaran sangat penting karena merupakan media yang menyebabkan suatu komoditi dapat sampai pada konsumen akhir. Hal-hal penting mengenai pemasaran ayam ras pedaging adalah fungsi dan saluran pemarasan, keuntungan dan margin pemasaran. Di Kota Bogor pada kurun waktu populasi ayam ras pedaging mengalami laju pertumbuhan sebesar 16,70 persen per tahun. Perkembangan populasi ternak ayam di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Populasi Ayam di Kota Bogor Tahun Jenis Ternak Tahun Laju Pertumbuhan (%/tahun) Ayam Buras ,01 Ayam Ras Petelur ,29 Ayam Ras Pedaging ,70 Sumber: Direktorat Jendral Peternakan (2009) Pemasaran daging ayam ras pedaging merupakan suatu kegiatan yang melibatkan pihak-pihak yang berperan penting untuk mendistribusikan komoditi ayam ras pedaging mulai dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Salah satu lembaga yang berperan langsung kepada konsumen akhir adalah para pedagang ayam ras pedaging. Pedagang menggunakan pasar sebagai media untuk memasarkan daging ayam ras. Jenis pasar yang ada di wilayah Kota Bogor terdiri dari pasar modern (market place) dan pasar tradisional. Salah satu pasar tradisional terbesar yang 4

20 terdapat tepat berada di pusat kota yaitu Pasar Baru Bogor. Letak pasar tersebut sangat strategis, karena lokasi bersebelahan dengan Kebun Raya Bogor dan didukung dengan akses transportasi, sehingga mudah untuk dijangkau oleh konsumen. Sesuai dengan fungsinya maka Pasar Baru Bogor merupakan media penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Komoditi yang dipasarkan di Pasar Baru Bogor terdiri dari produk-produk hasil pertanian dan produk-produk hasil industri. Salah satu produk hasil pertanian yang dipasarkan yaitu komoditi peternakan berupa daging ayam ras pedaging. Tingginya permintaan terhadap daging ayam ras pedaging disebabkan harga daging ayam ras relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging lainnya. Ayam ras pedaging yang dipasarkan di Pasar Baru Bogor berasal dari peternak dari wilayah Bogor dan Sukabumi. Produk tersebut di distribusikan melalui lembaga-lembaga yang berperan. Lembaga tersebut antara lain pedagang pengumpul, pemotong, pedagang besar dan pedagang pengecer. Pemasaran disebut efisien apabila tercipta keadaan ketika pihak-pihak yang terlibat baik produsen, lembaga-lembaga pemasaran maupun konsumen terpenuhi kebutuhannya dengan adanya aktivitas pemasaran. Secara umum lembaga-lembaga yang berperan dalam pemasaran komoditi ayam ras pedaging terdiri dari beberapa lembaga yang berperan mulai dari hulu ke hilir yaitu: produsen, tengkulak, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen. Keterlibatan dari setiap lembaga yang ada dalam pemasaran ayam ras pedaging merupakan dampak dari keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk. Hal ini menggambarkan setiap lembaga memiliki keterbatasan sehingga diperlukan peranan lembaga lainnya. Distribusi komoditi ayam ras mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir melalui beberapa lembaga. Setiap lembaga memiliki fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda untuk meningkatkan nilai jual komoditi ayam ras pedaging. Perbedaan harga yang diterima oleh setiap lembaga merupakan bagian dari marjin pemasaran, semakin banyak lembaga yang berperan maka marjin yang diterima oleh setiap lembaga semakin rendah. Permintaan konsumen atas suatu produk erat kaitannya dengan harga produk tersebut. Pada aspek pemasaran harga jual suatu produk terdiri dari dua komponen antara lain: biaya pemasaran dan 5

21 keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dibebankan terhadap pedagang, biaya tersebut meliputi biaya: transportasi, pembelian produk, sewa tempat dan biaya lain-lain. Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang atas jasa pengangkutan yang telah diterima pedagang tersebut. Besaran biaya transportasi yang dikeluarkan tergantung pada jumlah ayam yang dibeli dan jarak yang ditempuh dari lokasi peternak. Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga yang diterima dari konsumen dengan harga yang dibayar kepada produsen. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang untuk biaya transportasi akan mempengaruhi marjin yang diterima oleh pedagang, bahwa apabila biaya tranportasi yang dikeluarkan pedagang semakin besar maka marjin yang diterima akan semakin kecil dan sebaliknya. Efisiensi pemasaran adalah optimalisasi dari rasio input dan output. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen akan meningkatkan efisiensi, begitupun hal sebaliknya. Pemasaran ayam ras pedaging dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain harga dan biaya pemasaran. Pada umumnya harga dari setiap produk berfluktuasi karena adanya persaingan harga diantara produk-produk yang dipasarkan pada suatu harga yang terbentuk. Pada pemasaran ayam broiler harga yang diterima pedagang masih jauh lebih rendah dari harga yang dibayarkan kepada peternak. Harga yang diterima pedagang ayam broiler pada kondisi nomal adalah Rp perkilogram. Harga tersebut masih harus di kurangi biaya pemasaran, dalam hal ini biaya yang terpenting dikeluarkan adalah biaya transportasi yang secara tunai, apabila pedagang mengambil ayam dari jarak yang jauh maka harus mengeluarkan biaya tambahan. Dalam pengangkutan pedagang harus menanggung resiko berupa kematian dan berkurangnya bobot ayam karena peternak tidak menetapkan ukuran standar ayam yang dijualnya. Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan sistem pemasaran daging ayam ras yang terjadi di Pasar Baru Bogor, maka muncul pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pola saluran pemasaran daging ayam ras dan apa fungsi masing-masing lembaga yang ada di Pasar Baru Bogor? 6

22 2. Berapa marjin pemasaran pedagang ayam pedaging di Pasar Baru Bogor? 3. Berapa rasio keuntungan dan biaya yang dikeluarkan pedagang daging ayam di Pasar Baru Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah antara lain: 1. Mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat dan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga. 2. Menganalisis marjin pemasaran pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor. 3. Menganalisis keuntungan pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait, manfaat tesebut antara lain: 1. Bagi pedagang ayam pedaging di Pasar Baru Bogor dapat mengetahui mengenai tingkat keuntungan usahanya dan pemasarannya. 2. Bagi instansi yang mengelola Pasar Baru Bogor dalam hal ini yaitu Pengelola Pasar Baru Bogor, DEPERINDAGKOP dapat meningkatkan upaya pengembangan pemasaran dan pendapatan pedagang. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku pedagang dalam menjalankan usahanya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada pedagang ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor, bagaimana perbedaan karakteristik pedagang besar dan pedagang kecil yang ada di Pasar Baru Bogor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pemasaran ayam ras pedaging di Pasar Baru Bogor, termasuk marjin pemasaran, analisis keuntungan yang didapat dari kegiatan berdagang yaitu total penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan pedagang. 7

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ayam Ras Pedaging (Broiler) Menurut Priyatno (2003), ayam broiler adalah istilah yang dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang efisien, dan siap dipotong pada umur yang relatif muda. Pada umumnya ayam pedaging (broiler) ini siap di panen pada umur hari dengan berat antara 1,2-1,9 kg/ekor. Suharno (1997), daging ayam merupakan salah satu jenis unggas yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pada dasarnya ayam dibagi menjadi dua yaitu ayam broiler (pedaging) dan ayam petelur. Ayam broiler disebut sebagai ayam pedaging dikarenakan ayam ini merupakan jenis ayam yang efisien diternakkan untuk diambil dagingnya, sedangkan ayam petelur adalah jenis ayam yang efisien diternakkan sebagai penghasil telur. Menurut Amrullah (2002), bagian-bagian tubuh ayam pedaging tidak sama rasanya satu dengan lainnya. Bagian punggung tentu lebih banyak tulangnya. Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Pada umumnya konsumen lebih menyukai untuk mengkonsumsi bagian dada karena daging pada bagian dada lebih empuk dan lebih sedikit mengandung lemak. Pada bagian dada memiliki komponen terbesar adalah otot sehingga besarnya dada dapat dijadikan ukuran untuk membandingkan kualitas daging ayam. Daging ayam memiliki kandungan kolesterol dan lemak yang lebih rendah dibandingkan daging sapi dan babi. Menurut Rasyaf (1995), Ayam broiler sebagai ayam ras pedaging bertumbuh sangat cepat dan mampu mengubah makanan yang ia makan menjadi daging dengan sangat efisien. Tetapi kelebihannya itu harus ditunjang dengan pemeliharaan yang baik, tanpa pemeliharaan yang baik daya tahan tubuhnya akan menurun dan mudah terserang penyakit. Sedangkan menurut Amrullah (2002), secara genetis ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat begitu makanan dikonsumsi olehnya. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah lakunya yang sangat lahap. Frekuensi makan ayam 8

24 broiler lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir pemeliharaan. Daging ayam berasal dari ayam broiler yang diternakkan dalam peternakan ayam pedaging. Ayam pedaging yang potensial penghasil daging yang baik adalah ayam broiler (Rasyaf, 1995). Menurut Cahyono (1995), ayam broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan. Ayam broiler memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, penghasil daging dengan konversi makanan irit, dan siap dipotong usia relatif muda. Ciri khas daging ayam broiler adalah dagingnya empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi akan hancur dalam perebusan yang lama. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai pemasaran ayam ras pedaging di Jawa Barat, khususnya Kota Bogor telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang menjadi acuan penelitian ini,yaitu penelitian Wirawati (2006) dan Singgalinging (2007). Tujuan penelitian tersebut mengacu pada: 1) menganalisis saluran dan fungsi pemasaran, 2) menganalisis marjin pemasaran, dan 3) menganalisis setiap saluan pemasaran dan membandingkan satu dengan lainnya. Kedua penelitian terdahulu tersebut dilakukan pada lokasi dan waktu yang berbeda. Metode penelitian pada penelitian dahulu tersebut menggunakan analisis marjin pemasaran, analisis keuntungan, dan analisis saluran pemasaran. Hasil yang diperoleh dari penelitian Wirawati, menunjukkan bahwa enam pola saluran pemasaran ayam ras pedaging produk Sunan Kudus farm, yaitu : 1) Produsen pengumpul pemotong pengecer konsumen, 2) Produsen pengumpul (pemotong) pengecer konsumen, 3) Produsen pengumpul (pemotong dan pengecer) konsumen, 4) Produsen pemotong pengecer konsumen, 5) Produsen pemotong (pengecer) konsumen, dan 6) Produsen konsumen. Struktur pasar yang dihadapi produsen mendekati pasar monopoli, sedangkan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer cenderung mengarah ke pasar oligopoli. Sistem penentuan harga penjualan ayam ras pedaging berdasarkan harga posko dan harga yang berlaku di pasaran. 9

25 Total marjin pemasaran yang terjadi pada saluran I adalah Rp 5.017,83/kg bobot hidup (39,62%), saluran II Rp 4.559,50/kg bobot hidup (37,36%), saluran III Rp 4.429,50/kg bobot hidup (36,68%), saluran IV Rp 4,835,33/kg bobot hidup (38,74%), saluran V Rp 4.925,21/kg bobot hidup (39,18%) dan saluran VI Rp 977,94/kg bobot hidup (11,34%). Analisis marjin pemasaran ayam ras pedaging menunjukkan bahwa saluran pemasaran I memiliki total marjin pemasaran terbesar yaitu Rp 5.017,83/kg bobot hidup (39,62%) dengan total keuntungan yang diperoleh adalah terbesar kedua dari enam saluran yang ada, yaitu Rp 3.929,12/kg bobot hidup (31,03%). Saluran I memiliki rantai pemasaran yang panjang dan melibatkan lebih banyak lembaga pemasaran untuk menyalurkan ayam ras pedaging agar sampai kepada konsumen. Producer s share yang diperoleh pada saluran ini adalah yang paling kecil yaitu sebesar 60,38%. Saluran pemasaran VI mempunyai nilai total marjin yang paling kecil, yaitu Rp 977,94/kg bobot hidup (11,34%) dengan biaya total pemasaran, yaitu sebesar Rp 319,25/kg bobot hidup dan total keuntungan sebesar Rp 658,69/kg bobot hidup. Nilai producer s share yang diperoleh saluran VI adalah yang terbesar (88,66%), karena produsen menjual ayam ras pedaging langsung kepada konsumen. Hasil dari penelitian oleh Singalingging, menunjukkan bahwa terdapat enam saluran pemasaran yang terbentuk didalam pemasaran ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, yaitu : 1) peternak inti pengumpul pemotong pengecer pengecer, 2) peternak inti pengumpul konsumen, 3) peternak inti rumah potong pengecer konsumen, 4) peternak inti rumah potong konsumen, 5) peternak inti pemotong pengecer konsumen, dan 6) Peternak inti pemotong pengecer konsumen. Di dalam pemasaran ayam ras pedaging semua lembaga yang terlibat melakukan fungsi-fungsi pemasaran, didalam melakukan distribusi produk sehingga sampai kepada konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga-lembaga pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Hasil analisis marjin pemasaran diperoleh marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran pertama yaitu Rp 6404,7 sementara marjin terkecil terdapat 10

26 pada saluran kedua yaitu Rp 2914,7. Untuk bagian harrga yang diterima oleh petani (farmer s share) yang terbesar pada saluran kedua yaitu sebesar 72,93 persen dan yang terkecil terdapat pada saluran pertama yaitu 54,4 persen. Sementara hasil pendugaan keterpaduan pasar dengan menggunakan pendekatan analisis korelasi dan analisis elastisitas transmisi diperoleh nilai korelasi 0,851 dan nilai elastisitas transmisi 0,69. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah pada lokasi penelitian, rumusan masalah. Sedangkan persamanaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada alat analisis yang digunakan, jenis komoditas pertanian, tujuan penelitian. Tinjauan penelitian tedahulu digunakan untuk referensi penulis bagaimana meumuskan suatu masalah, pemecahan masalah dengan alat analisis yang digunakan serta tujuan dari masalah tersebut sudah sesuai dengan penulisan ilmiah. 11

27 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa karakteristik pedagang merupakan tingkah laku pedagang yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, penentuan harga dan siasat pemasaran. Karakteristik pedagang dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari pedagang tersebut. Struktur pasar dan karakteristik pedagang akan menentukan keragaman pasar yang dapat diukur melalui peubah harga, biaya serta komoditas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond, 1977). Karakteristik pedagang merupakan sifat pedagang yang berhubungan dengan bagaimana pedagang menjalankan serangkaian penjualan. Pedagang harus mampu menghadapi ketidakpastian dan harus berinovasi agar dapat mengimbangi persaingan terhadap pedagang lain yang mempunyai usaha yang sama untuk dapat memperoleh keuntungan sendiri, memuaskan dan memenuhi keinginan konsumen secara efektif. Inovasi akan memberikan perubahan dan memberikan kemajuan sebagai dampak positifnya. Pedagang kecil merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer ini sebenarnya merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil, artinya kelanjutan proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dari aktivitas pengecer dalam menjual produknya ke konsumen. Jadi keberhasilan pengecer menjual produk ke konsumen sangat menentukan keberhasilan lembaga-lembaga pemasaran sebelumnya (Sudiyono, 2001) Pedagang pengecer di pasar cenderung menunggu pembeli yang datang yaitu konsumen rumah tangga, pedagang ayam goreng, dll. Keuntungan yang di dapat berdasarkan selisih antara harga konsumen dengan harga yang di dapat dari peternak, selain itu pedagang harus memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat, pajak, dsb. Umumnya pedagang eceran mempergunakan 12

28 sistem konsinyasi yaitu taruh barang terlebih dahulu dan uang dibayar nanti setelah daging ayam terjual (Amrullah, 2002) Analisis Keuntungan Menurut Nicholson (2002), keuntungan ekonomis ialah perbedaan antara penerimaan total dengan biaya total. Total penerimaan didapat dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga produk. Sedangkan biaya merupakan hasil perkalian dari harga input dengan jumlah input. Manfaat dari analisis keuntungan menurut Lipsey et al, 1995 diacu dalam Hutagaol 2009, ialah untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber daya langka dengan sebaikbaiknya. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki. Besarnya keuntungan usaha pedagang ayam ras pedaging tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan dari perusahaan ataupun pedagang adalah untuk memaksimumkan keuntungan usahanya. Agar pedagang memperoleh keuntungan maka pedagang harus memaksimumkan penerimaan dan meminimumkan biaya. Besarnya penerimaan yang diperoleh dipengaruhi oleh total penjualan dan harga yang ditetapkan oleh pedagang. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar jumlah penerimaan yang diperoleh oleh pedagang. Sedangkan faktor kedua adalah biaya. Untuk meminimumkan biaya terutama biaya pembelian ayam, pedagang harus menguasai informasi tentang pemasok dengan tujuan mengetahui harga ayam dari pemasok mana yang relatif lebih murah. Sehingga biaya dapat diminimisasi dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya pemasaran mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional sistem pemasaran akan semakin efisien (Limbong dan Sitorus, 1987). 13

29 3.1.3 Biaya Usaha Biaya adalah pengorbanan yang dapat diduga sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat dihindarkan dan berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu. Secara garis besarnya dalam usaha/perusahaan industri pertanian dikenal biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi perubahan output. Biaya tetap juga dapat dikatakan biaya yang totalnya tetap dalam range tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari volume produksi. Biaya variabel berubah secara proposional dengan berubahnya output (Limbong dan Sitorus, 1987). Boediono (1998) mengatakan bahwa biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah Pengetian Pemasaran Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2001). Pemasaran pertanian memiliki pengertian yaitu mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barangbarang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih 14

30 mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Limbong dan Sitorus, 1987). Seperich, Woolverton dan Beirlein, 1994 diacu dalam Nuraini 2008 mengemukakan bahwa pemasaran memiliki pengertian yaitu semua aktifitas bisnis yang bertujuan untuk membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan mengkoordinasikan aliran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen dan pengguna. Pemasaran yang bagus dapat membantu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis dalam bersaing memperebutkan pasar serta menjamin kesuksesan sistem agribisnis di masa akan datang Lembaga dan Saluran Pemasaran Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga pemasaran menjalankan fungsifungsi pemasaran untuk keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono, 2001). Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1985), lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam rangka menggerakkan barang dan jasa dari titik produksi ke titik konsumsi. Lembagalembaga ini melakukan pengangkutan barang dari produsen ke konsumen, menghubungkan informasi mengenai suatu barang atau jasa, dan bisa juga berusaha meningkatkan nilai guna dari suatu barang atau jasa baik nilai guna bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan. Dalam menyalurkan barang dari produsen para pelaku pemasaran dapat membentuk pola saluran pemasaran. Sebelum barang sampai ke pedagang pengecer, masih tedapat lembaga lain yang berperan. Lembaga-lembaga tersebut adalah tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar. Dalam menjalankan fungsinya, lembaga tersebut membentuk rantai pemasaran hingga ke konsumen (Cahyono,1995). Sedangkan menurut Suharno (1997), jalur pemasaran pada peternak ayam umumnya panjang, baik ayam ras maupun ayam buras. Jalur ini dimulai dari peternak ke pedagang pengumpul, ke pangkalan ayam, ke pemotong, pedagang keliling atau rumah 15

31 makan, dan baru ke konsumen. Tiap tahapan pasti terdapat biaya, sehingga semakin panjang rantai pemasaran, maka semakin tipis peternak memperoleh keuntungan Fungsi-fungsi Pemasaran Proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat mempelancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan, dan kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut dapat dikelompokkan atas tiga fungsi yaitu: (1) fungsi pertukaran, (2) fungsi fisik, (3) fungsi fasilitas (Limbong dan Sitorus, 1987). a. Fungsi Pertukaran Fungsi pertukaran adalah merupakan kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Adapun fungsi fisik meliputi: pembelian dan penjualan. b. Fungsi Fisik Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Adapun fungsi fisik meliputi kegiatan : penyimpanan, pengolahan dan pengangkutan. c. Fungsi Fasilitas Fungsi Fasilitas adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Adapun fungsi fasilitas terdiri dari empat yaitu: fungsi standarisasi atau grading, fungsi penanggungan resiko dan fungsi pembiayaan Marjin Pemasaran Marjin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu segi harga dan biaya pemasaran. Pada analisis pemasaran sering menggunakan konsep marjin yang dipandang dari sisi harga. Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dan harga yang diterima petani (produsen). Dengan menganggap bahwa selam proses pemasaran terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam aktifitas pemasaran ini, maka dapat 16

32 dianalisis distribusi marjin pemasaran di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2001). Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, atau dapat pula dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan pemasaran sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi (Limbong dan Sitorus, 1987). Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi yang dilakukan antar lembaga biasanya berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, semakin besar perbedaan harga antara produsen dengan harga di tingkat konsumen, secara grafis marjin pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut: Harga Nilai Marjin Sr Sf Pr Marjin Pemasaran (Pr Pf) Pf Qrf Df Dr Jumlah Gambar 1. Kurva Permintaan Asal dan Permintaan Turunan Sumber : Dahl dan Hammond, 1977 Keterangan : Pr : Harga di tingkat pengecer Pf : Harga di tingkat petani Sf : Kurva penawaran di tingkat petani Sr : Kurva penawaran di tingkat pengecer Df : Kurva permintaan di tingkat petani Dr : Kurva permintaan di tingkat pengecer Qrf : Jumlah keseimbangan di tingkat pengecer dan petani (Pr-Pf) Qrf : Total marjin pemasaran 17

33 Dahl dan Hammond (1977), menyatakan bahwa besarnya marjin pemasaran yang merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besar nilai marjin pemasaran ini ditunjukan oleh bagian yang diarsir yaitu (Pr-Pf) Qrf. Besaran Pr- Pf menunjukkan besarnya marjin pemasaran suatu komoditi per satuan atau per unit. Besar kecilnya marjin pemasaran dipengruhi oleh perubahan biaya pemasaran, keuntungan perantara, harga yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima oleh produsen. Selain faktor itu, sifat barang yang diperdagangkan dan tingkat pengolahan juga mempengaruhi besarnya marjin pemasaran. Variasi marjin juga dipengaruhi pula oleh jarak daerah produsen ke konmsumen, sifat barang yang secara keseluruhan akan menambah biaya pemasaran (Limbong dan Sitorus, 1987). 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pada masa yang akan datang populasi penduduk diperkirakan akan mengalami pertumbuhan, hal ini diikuti dengan kebutuhan pangan. Disi lain telah tejadi perubahan pola konsumsi pangan akibat dari kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konsumsi pangan bergizi. Fenomena ini akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap daging ayam dalam rangka pemenuhan masyarakat akan kebutuhan protein hewani. Hal tersebut menjelaskan bahwa potensi pasar daging ayam ras diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang. Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yang perlu dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran komoditi ayam ras. Aspek pemasaran sangat penting karena merupakan media yang menyebabkan komoditi dapat sampai pada konsumen. Hal-hal penting mengenai pemasaran ayam ras pedaging adalah fungsi dan saluran pemarasan, keuntungan dan margin pemasaran. Lingkup kajian aspek pemasaran tersebut akan dilakukan pada lingkup pemasaran ayam ras di Kota Bogor yaitu di Pasar Baru Bogor. Pedagang daging ayam di pasar Bogor memperoleh daging ayam langsung dari peternak. Keuntungan yang didapat pedagang ayam pedaging di pasar Bogor dilihat dari konsumen yang datang ke pasar tersebut, para pedagang ayam ras 18

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A 14105605 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani Soeharjo dan Patong (1973), mengemukakan definisi dari pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH OLEH: ZAKY ADNANY A

SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH OLEH: ZAKY ADNANY A SISTEM TATANIAGA KOMODITI SALAK PONDOH DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA TENGAH OLEH: ZAKY ADNANY A14105719 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 213 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%. Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2 pada tahun 213 mencapai Rp. 277.3

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A

KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI. Oleh Sazili Musaqa A

ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI. Oleh Sazili Musaqa A ANALISIS SISTEM PENGADAAN DAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN BATANG HARI, PROVINSI JAMBI Oleh Sazili Musaqa A07400548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan kecil (peternakan rakyat) maupun dalam skala besar. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor)

ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor) ANALISIS BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI KAYU GERGAJIAN (Sawn Timber ) HUTAN RAKYAT (Kasus Pada CV Sinar Kayu, Kecamatan Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor) Oleh : DIAN PERMATA A 14105529 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam sektor pertanian.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci