BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Deddy Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 civil servant or the honorer empoyees who will be choosen as the part of the organization. Working culture in assessing employee s performance should be done by managers (the echelons one level higher) without any politics, family or any other relationship interventions. Keywords: Ministry of Health, Bureau of Planning and Budgeting, Bureaucracy Reformation, human resource, civil servant, career, job satisfaction, and organization commitment. xi
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal tahun 2000, Indonesia mengalami reformasi dalam hal pemerintahan yaitu adanya kebijakan desentralisasi. Perubahan tersebut tidak terlepas dari dunia internasional yang dalam 20 tahun terakhir desentralisasi merupakan fenomena politik dan kelembagaan di sebagian besar negara di seluruh dunia (United Cities and Local Government, 2007). Desentralisasi yang ada di Indonesia dilaksanakan hampir di semua bidang pemerintahan, termasuk desentralisasi di bidang kesehatan. Kebijakan desentralisasi tersebut merupakan konsekuensi dari desentralisasi secara politik yang menjadi inti dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Presiden RI, 1999). Kebijakan desentralisasi juga telah membawa paradigma baru bagi Kementerian Kesehatan. Sebelum adanya kebijakan desentralisasi, Kementerian Kesehatan merupakan lembaga birokrasi terpusat (top down) yang mengelola birokrasi pada negara terbesar nomor lima di dunia yang memiliki 27 provinsi dan 300 kabupaten yang saling berjauhan (Thomas et al., 1991). Pada kebijakan top down tersebut pembangunan kesehatan berbasis pemerintah pusat dan daerah hanya menerima program-program yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun setelah ada kebijakan desentralisasi, program dan kebijakan kesehatan berdasarkan masukan dari pemerintah daerah (bottom up) dan pemerintah daerah diberi kesempatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan di daerahnya. Dengan adanya kebijakan desentralisasi maka juga membawa restrukturisasi organisasi dan pegawai di Kementerian Kesehatan. Dengan adanya restrukturisasi tersebut, Kementerian Kesehatan memiliki peran baru, yaitu lebih banyak sebagai coach daripada sebagai player (Jeppsson et al., 2003). 1
3 2 Walaupun ada kebijakan desentralisasi di bidang kesehatan, namun peran Kementerian Kesehatan sebagai pemerintah pusat bidang kesehatan masih memegang peranan penting. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara disebutkan bahwa Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden (Presiden RI, 2010a). Kementerian Kesehatan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian kesehatan menyelenggarakan 5 fungsi, beberapa diantaranya adalah menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang kesehatan dan mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya. Otoritas kesehatan di negara-negara berkembang sering menghadapi perubahan yang cepat dalam hal administratif, kebijakan dan sosial ekonomi. Perubahan lingkungan eksternal tersebut memiliki implikasi penting bagi peran perencana kesehatan (Fritzen, 2007b). Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan dan penganggaran. Melakukan perencanaan dan penganggaran merupakan fungsi Kementerian Kesehatan dalam merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis bidang kesehatan. Pada tingkat pusat, skema perencanaan dan penganggaran berpedoman pada Undang- Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Presiden RI 2004) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Sekretaris Negara RI 2003). Pada tahapan perencanaan dan penganggaran tingkat pusat, Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional dan Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang memuat kebijakan program, target dan indikator Kementerian Kesehatan termasuk kebijakan anggaran. Pada tahapan perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan melibatkan seluruh unit teknis Kementerian Kesehatan dan melibatkan
4 3 lintas sektor seperti Bappenas dan Kementerian Keuangan. Pada tahapan ini pulalah dilakukan sosialisasi maupun sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan memiliki fungsi strategis dalam perencanaan dan penganggaran bidang kesehatan. Oleh sebab itu Kementerian Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan dan perubahan dunia internasional termasuk reformasi birokrasi di seluruh jajaran Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan juga harus melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan situasi yang berkembang di dunia internasional (Unger et al., 2000). Oleh karenanya, reformasi pada administrasi dan sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan sangat penting untuk dilaksanakan (Beaston-Blaakman et al., 2011). Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mendukung keberhasilan pembangunan bidang lainnya. Sebagai wujud komitmen nasional untuk melakukan reformasi birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi briokrasi dan tata kelola pemerintahan menjadi prioritas utama dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi). Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya untuk mencapai good governance. Pengalaman sejumlah negara menunjukkan bahwa reformasi birokrasi merupakan langkah awal untuk mencapai kemajuan sebuah negara (Kompasiana.com, 2011). Pada Lampiran Peraturan Presiden RI Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi (Presiden RI 2010b) dinyatakan bahwa pemerintah telah menegaskan akan pentingnya penerapan prinsip-prinsip clean government dan good governance yang secara universal diyakini menjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Reformasi Birokrasi pada dasarnya adalah merupakan proses
5 4 menata ulang, mengubah, memperbaiki dan menyempurnakan birokrasi agar menjadi lebih baik, profesional, bersih, efisien, efektif dan produktif, sehingga dapat mewujudkan good governance dalam menjalankan tugas pelayanan publik. Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan di Kementerian Kesehatan salah satunya adalah reformasi bidang sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan salah satu modal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan instansi karena sumber daya manusia adalah makhluk yang memiliki pikiran, perasaan, kebutuhan dan pengharapan dalam kehidupannya. Hal tersebut harus mendapatkan perhatian bagi organisasi karena faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi prestasi, dedikasi dan loyalitas serta kecintaan terhadap pegawai dan organisasinya (Kevin, 2009). Membuat perubahan (reform) dan mempertahankan kinerja yang tinggi tidak dapat diperoleh di organisasi manapun tanpa adanya manajemen SDM yang baik (Martínez & Martineau, 1998). Untuk mewujudkan good governance tersebut, saat ini Kementerian Kesehatan sedang menerapkan Reformasi Birokrasi di seluruh level unit kerja, salah satunya adalah di Biro Perencanaan dan Anggaran. Reformasi birokrasi dilaksanakan di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang sumber daya manusia. Langkah dan upaya yang telah diterapkan untuk bidang tersebut antara lain adalah telah dilaksanakannya sistem absensi kehadiran pegawai yang akan berkaitan dengan tunjangan kinerja pegawai. Penempatan pegawai juga sudah mulai berdasarkan job analysis yang disesuaikan dengan latar belakang pendidikan. Dalam menjalankan fungsi perencanaan dan penganggaran di Kementerian Kesehatan, maka sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1144/menkes/per/viii/2010, Biro Perencanaan dan Anggaran mempunyai tugas untuk melaksanakan koordinasi, penyusunan dan penetapan rencana strategis, kebijakan dan program serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Permenkes, 2010). Biro Perencanaan dan
6 5 Anggaran merupakan salah satu unit tingkat eselon 2 di lingkungan Sekretariat Jenderal. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dengan melihat tugas dan fungsi yang sangat penting tersebut, Biro Perencanaan dan Anggaran perlu menempatkan staf secara tepat, berkualitas dan sesuai dengan kompetensinya sehingga dapat bekerja secara profesional terutama dalam melaksanakan perannya sebagai perencana dan penyusun anggaran untuk Kementerian Kesehatan. Dengan beban kerja yang tinggi serta tuntutan profesionalisme dalam bekerja, maka diharapkan adanya kesempatan mengembangkan karir bagi pegawai sehingga dapat berkinerja dengan baik. Biro Perencanaan dan Anggaran banyak memiliki sumber daya manusia yang handal dengan latar belakang pendidikan yang baik. Beberapa tahun belakangan, di organisasi ini merekrut pegawai baru baik melalui jalur Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) maupun perpindahan pegawai antar unit kerja atau satuan kerja internal Kementerian Kesehatan. Pegawai yang merupakan perpindahan dari unit atau satuan kerja lain mengisi posisi yang ditawarkan di Biro Perencanaan dan Anggaran berdasarkan tawaran dari orang-orang terdekat mereka atau relasi. Namun, para pegawai yang potensial tersebut tidak banyak yang terinformasi tentang jenjang karir mereka sejak mereka bergabung menjadi anggota organisasi Biro Perencanaan dan Anggaran. Pengembangan karir, seperti program pelatihan yang terstruktur dan mendukung pekerjaan, juga belum pernah dilakukan. Sehingga banyak pegawai yang bekerja hanya merasa berkewajiban untuk mengerjakan pekerjaan tanpa mengetahui bagaimana jenjang karir mereka di masa mendatang, sehingga tidak banyak pegawai yang termotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada dasarnya, dengan adanya program pengembangan karir
7 6 untuk pegawai akan berkontribusi untuk peningkatan pemanfaatan pegawai agar organisasi dapat berjalan dengan efektif (Agba et al., 2010). Reformasi birokrasi yang telah mulai diterapkan di Kementerian Kesehatan belumlah membawa banyak perubahan sikap dan budaya kerja yang baik para pegawai di Biro Perencanaan dan Anggaran. Datang terlambat, tidak kreatif, menunggu pekerjaan, menghilang saat jam kantor, tidak peduli, tidak tuntas dan tidak maksimal saat bekerja, mengalihkan pekerjaan pada orang lain dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut masih terlihat di Biro Perencanaan dan Anggaran, sehingga belum banyak perubahan antara sebelum dan sesudah reformasi birokrasi diterapkan di Kementerian Kesehatan. Budaya kerja pegawai yang kurang baik tersebut akan dapat menghambat kinerja organisasi berjalan secara efektif. Dengan melihat adanya fenomena tersebut, maka penelitian ini penting dilakukan karena pada penelitian ini akan melihat jenjang karir dan kepuasan kerja para Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, khususnya di Biro Perencanaan dan Anggaran. Dengan adanya jenjang karir bagi pegawai, maka pegawai akan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang pekerjaan yang dilakukannya dan tahu apa yang harus dilakukan agar pekerjaannya dapat diselesaikan dengan baik. Adanya kepuasan bekerja, maka pegawai akan mempunyai rasa semangat untuk bekerja secara profesional dan berdedikasi tinggi dalam bekerja. Dengan adanya jenjang karir yang baik di tiap pegawai dengan kepuasan kerja yang tinggi maka diharapkan adanya komitmen organisasi yang baik di tiap pegawai. Jika pegawai memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka dikhawatikan mereka akan kurang berkontribusi dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan, namun jika pegawai memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka pegawai akan selalu memilliki kemauan dan selalu berupaya untuk melakukan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga organisasi dapat berjalan dengan efektif.
8 7 B. Perumusan Masalah Biro Perencanaan dan Anggaran memiliki tugas dan fungsi yang sangat strategis bagi Kementerian Kesehatan. Beban kerja yang harus dijalankan juga sangat dinamis. Oleh karena itu perlu menempatkan sumber daya manusia (SDM) dengan tepat sesuai dengan kompetensinya sehingga dapat bekerja secara profesional. Bukan hanya penempatan yang tepat saja, namun komitmen pegawai terhadap organisasi juga perlu ditingkatkan. Komitmen yang tinggi dalam bekerja dapat mendukung tercapainya kinerja yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai dalam bekerja. Salah satunya adalah kesempatan pengembangan karir pegawai serta kepuasan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Dengan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh pengembangan karir terhadap komitmen organisasi para sumber daya aparatur di Biro Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Kesehatan? 2. Bagaimanakah pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi para sumber daya aparatur di Biro Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Kesehatan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan komitmen organisasi para sumber daya aparatur di Biro Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Kesehatan. 2. Tujuan Khusus Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh pengembangan karir dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi para sumber daya aparatur di Biro Perencanaan dan Anggaran, Kementerian Kesehatan.
9 8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Biro Perencanaan dan Anggaran: a. Menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan manajemen SDM Aparatur, terutama dalam hal pengembangan karir pegawai. b. Memberikan masukan untuk dapat meningkatkan komitmen kerja melalui kepuasan kerja. 2. Bagi peneliti: Sebagai pembelajaran dalam hal meniliti suatu permasalahan. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian tentang Jenjang Karir dan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, tetapi peneliti menemukan beberapa penelitian serupa sebagai berikut: 1. Penelitian berjudul Hubungan Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi Pegawai Dinas Tataruang dan Bangunan Kota Makassar (Maruf et al., n.d.). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi dan seberapa kuat hubungannya antara 2 variabel tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah metode penelitiannya dan lokasi penelitian. Persamaannya adalah kedua penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitaf. 2. Penelitian berjudul Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasional dalam Mempengaruhi Kinerja Pegawai (Muhadi, 2007). Penelitian ini fokus pada pembuktian pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dan terhadap komitmen organisasi serta pembuktian pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional,
10 9 dan kepuasan kerja serta komitmen organisasi signifikan berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan. Perbedaannya adalah bahwa pada penelitian Muhadi meneliti hingga hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja karyawan, sedangkan dalam penelitian fokus pada komitmen organisasi melalui kepuasan kerja dan jenjang karir karyawan. 3. Penelitian berjudul Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi pada Pegawai di PT X (Ilona & Widyarto, 2006). Perbedaannya, penelitian Ilona dan Widyarto hanya meneliti hubungan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi, sedangkan penelitian ini meneliti hubungan kepuasan kerja dan jenjang karir terhadap komitmen organisasi. Pada penelitian Ilona menggunakan data accidental sampling dari populasi berjumlah 62 karyawan, sedangkan penelitian ini menggunakan data populasi dari seluruh karyawan sejumlah 70 orang. Persamaannya, kedua penelitian ini sama-sama menggunakan responden yang sama pada saat untuk uji validitas dan uji reabilitas kuesioner dengan responden pada saat penelitian. 4. Penelitian berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja Pegawai terhadap Komitmen Pegawai di Lingkungan UPN Veteran Jawa Timur (Kustini, 2009) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen pegawai. Perbedaanya, pada penelitian Kustini menggunakan data sampling dengan menggunakan teknik analisis data menggunakan SEM analisis, sedangkan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis multiple regresi linier. 5. Penelitian berjudul Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan dan Pengembangan karir terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai (Wibowo, 2006). Perbedaannya, pada penelitian Wibowo fokus pada penelitian faktor peran kepemimpinan dan pengembangan karir terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan oleh karena adanya turnover pegawai yang
11 10 tinggi. Sedangkan pada penelitian ini fokus pada hubungan jenjang karir dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi oleh karena banyaknya pegawai yang memiliki tugas pekerjaan tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. 6. Penelitian berjudul Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi, Motivasi, Pengembangan Karir, dan Promosi Kelompok terhadap Kinerja Pegawai Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sukoharjo (Mulyono, n.d.). Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono ditemukan bahwa pengembangan karir tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai. Perbedaannya, penelitian Mulyono menggunakan 5 variabel indenpenden dan kinerja pegawai sebagai dependen variabelnya, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel independen dan komitmen organisasi sebagai dependen variabelnya. Persamaannya, kedua penelitian sama-sama meneliti variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel dependen, serta penelitian ini sama-sama dilakukan di instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
Lebih terperinciI. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PEDOMAN
BAHAN SOSIALISASI PERATURAN MEN.PAN-RB NOMOR : 26 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH PEGAWAI KEBUTUHAN NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 30/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG WILAYAH TERTIB ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015
RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.
No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA
- 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.741, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
No. 5328 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Sistem. Manajemen. SDM. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 146) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperincivii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Komitmen organisasional merupakan faktor penting bagi setiap karyawan agar dapat loyal pada suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki karyawan yang berkomitmen terhadap perusahaannya akan dapat
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
KONSEP/DRAFT (I) RAPAT TGL 22 DES 2016 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KARIER LULUSAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembenahan birokrasi atau reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2006 merupakan salah satu agenda nasional. Kata reformasi yang didengungkan sejak
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi sebagai wadah kegiatan manusia yang memiliki tujuan tertentu, secara absolut sangatlah tergantung dari kualitas pengelolaan sumber daya manusia di dalamnya.
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR Jakarta, 27 Februari 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.1.24.11.12.7154 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TIM REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinci2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tetapi belum diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah in
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 121) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis multidimensi tahun 1998 atau lebih dari 10 tahun terakhir telah berhasil meletakkan reformasi sebagai landasan politik bagi kehidupan demokrasi di
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE PENGARAH REFORMASI BIROKRASI NASIONAL DAN TIM REFORMASI BIROKRASI NASIONAL PERIODE TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciSistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II DESKRIPSI PUSDIKLAT KEMENTERIAN AGAMA 2.1. Sejarah Pusdiklat Kementerian Agama Sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan kepemeritahan yang baik diperlukan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Administrasi Kepegawaian. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kepmenkes Nomor 021/MENKES/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010 2014 dalam melaksanakan tugas pokok dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) dalam penyelenggaraan pembangunan sehingga tanpa adanya ruh yang menjadi dasar
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATALAKSANA DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 dan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinci3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung
Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciNo kementeriannya diatur dalam undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4916 KEMENTERIAN NEGARA. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Organisasi Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1877, 2014 KEMENKES. Jabatan Fungsional. Pembinaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciMENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciMENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.
Lebih terperinciKebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum
emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
KONSEP/DRAFT (II) RAPAT TGL 22 DES 2016 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KARIER LULUSAN INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT
BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, WEWENANG, DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, SEKRETARIAT BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Lebih terperinciPemerintah Kota Tangerang
RENCANA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2018 Penyusunan Rancangan Akhir Rencana Kerja Inspektorat Kota Tangerang Tahun 2018 merupakan pelaksanaan kegiatan mengacu pada Rancangan Akhir Rencana Kerja
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 299/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERTANIAN
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI NOMOR : 299/Kpts/OT.140/7/2005 TENTANG ORGANISASI TATA KERJA DEPARTEMEN BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI Pasal 1 Departemen Pertanian merupakan unsur pelaksana Pemerintah, dipimpin
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE PENGARAH REFORMASI BIROKRASI NASIONAL DAN TIM REFORMASI BIROKRASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 108 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I MENTERI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INGONESIA NOMOR 52 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI TINDAK LANJUT PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah
Lebih terperinciKEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI
PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke
No.127, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Lembaga administrasi Negara. Organisasi. Fungsi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode
Lebih terperinciQUICK WINS. buku 7. Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 13 tahun 2011
buku 7 pedoman PELAKSANAAN QUICK WINS Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 13 tahun 2011 kementerian pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (5)
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka memperkuat tugas dan
Lebih terperinciOTONOMI DAERAH DAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA OTONOMI DAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI Oleh: MENTERI DALAM NEGERI Disampaikan pada forum Rapat Kerja/Sosialisasi Reformasi Birokrasi Bagi Pejabat Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan
BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.95, 2014 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Dewan Perwakilan Rakyat. RI. Sekretariat Jenderal. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN INDEKS PENERAPAN NILAINILAI DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA LINGKUP DEPARTEMEN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orangorang
Lebih terperinci3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung
Bab III Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Bila dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan publik yang baik, efisien, efektif dan berkualitas menuntut kehadiran sumber daya manusia (SDM) aparatur
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT, SISTEM DAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, TATA KERJA, SERTA TANGGUNG JAWAB DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOMISI APARATUR SIPIL
Lebih terperinciBiro Perencanaan KATA PENGANTAR
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja
Lebih terperinciROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN KATA PENGANTAR Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2016; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Inspektorat Provinsi Kalimantan Tengah merupakan Unit Organisasi Eselon II berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Penjabaran
Lebih terperinci