STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010"

Transkripsi

1 STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

2 H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN Alhamdulillah, ungkapan puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-nya, Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 dapat diselesaikan, sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Buku yang memuat berbagai informasi tentang kondisi, potensi dan berbagai sumber daya alam dan permasalahan lingkungan hidup, dapat dijadikan data awal dalam memahami daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Permasalahan lingkungan dimasa yang akan datang sangatlah komplek dengan bertambahnya jumlah penduduk tentu bertambah pula kebutuhan sandang, pangan dan papan yang keberadaannya meliputi banyak aspek dan komponen lingkungan yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan hidup saat ini sangat memperhatinkan terutama lahan dan hutan. Kebakaran hutan dan lahan telah menyebabkan kerusakan tanah. Analisa buku Status Lingkungan Hidup Daerah ini mengungkapkan tentang kondisi lingkungan hidup daerah dan kecenderungannya terhadap komponen lahan, hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, laut, pesisir, pantai, iklim dan bencana alam dianalisa dengan menggunakan analisis statistik sederhana, perbandingan dengan baku mutu dan informasi tekini, aptudet dan akurat. Tekanan terhadap kondisi lingkungan yang ada diantaranya karena kependudukan, permukiman, kesehatan, pertanian, industri, pertambangan, energi, transportasi, pariwisata dan limbah B3. Untuk mensinergikan tekanan tersebut kedalam upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal, penegakan hukum, peran serta masyarakat dan kelembagaan. Semoga laporan SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 ini menjadi manfaat bagi stakholder, masyarakat, dan LSM serta wartawan yang membutuhkan data analisis terhadap lingkungan. Akhirnya ucapan terima kasih dan apresiasi diberikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010, terutama kepada anggota Tim Pengumpul Data dari Dinas instansi dan steakholder. Kiranya Buku SLHD ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang mempergunakannya dan bagi kepentingan kelestarian Lingkungan Hidup secara berkelanjutan. Painan, Desember 2010 BUPATI PESISIR SELATAN H. NASRUL ABIT i

3 H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN Secara geografis Kabupataten Pesisir Selatan terletak pada 0 59, 0 o 59-2 o 28 Lintang Selatan dan 109 o o 18 Bujur Timur, tinggi dari permukaan laut meter, mempunyai luas 5.749,89 Km 2 beriklim tropis dengan temperature rata-rata 22 o C hingga 32 o C. Pesisir Selatan berbatasan, Sebelah Utara dengan Kotamadya Padang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Kerinci (Propinsi Jambi), dan Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Bentuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan membujur dari Utara ke Selatan dengan garis pantai 234 Km. Dengan Topografi wilayah bergelombang dan dilintasi oleh 18 buah Sungai besar dan kecil, dengan jumlah 53 buah pulau-pulau, tingggi dari permukaan laut meter. Terdiri dari 76 nagari dan 359 kampung. Jumlah penduduk sebanyak jiwa. Isu lingkungan hidup kritis lahan dan hutan diantaranya : Bencana alam seperti banjir, longsor dan abrasi pantai karena wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kawasan rawan gempa dan rawan bencana. Kondisi lingkungan dengan status kritis lahan dan hutan :penggunaan lahan didominasi oleh hutan lindung sebanyak 71 %, Hutan menurut fungsi TNKS 44 %, APL 27 %, HSAW 8 %, HL 9 %, HP 1 %, HPK 0,5 %, Kawasan rawan tsunami 48,2 ha, rawan abrasi 23,4 ha dan hutan bakau 4826 ha. Lahan kritis didominasi Kecamatan Lengayang 15 %, Lusi 15 %, LSB 13 %, terkecil terdapat di Bayang 3 % dan Bayu 3 %. Kualitas tanah ph tanah masam 4.63, kandungan Ca-dd dan Mg-dd sangat rendah. Air : kualitas air sungai pada musim kemarau parameter Fosfat melebihi baku mutu, BOD tidak melebihi baku mutu, parameter COD pada Batang Inderapura didaerah hulu melebihi baku mutu, Parameter fosat pada batang air dimusim hujan tetap tinggi berada di atas baku mutu. Komponen Air tanah parameter Coli terdapat pada air sumur gali, namun keterbatasan zat tidak dapat dihitung jumlahnya. Komponen Udara daerah Kabupaten Pesisir Selatan berada dibawah baku mutu, ini berarti udara belum tercemar. Komponen Laut Kabupaten Pesisir Selatan Terumbu karang sudah rusak 85,25 % di Tarusan, Padang Lamun 17,87 % rusak di Pulau Cubadak, Hutan mangrove 37,73 % di Tarusan. Tekanan dominan berasal dari sumber alami : kondisi geomorfologi, geologi, topografi, jenis tanah vulkanik dan tanah aerosol daerah Pesisir Selatan. Sumber aktifitas manusia : kegiatan permukiman dengan aktifitas masyarakat yang berada di bantaran sungai, tempat pembuangan sampah, dan tempat buang air besar. Kegiatan pertanian dengan penggunaan pupuk untuk lahan sawah, tanaman pangan dan perkebunan. Kegiatan kesehatan : pola hidup kurang sehat terhadap sanitasi lingkungan. Sumber pencemaran : Kegiatan industri berpotensi mencemari air, udara dan tanah jika analisa laboratorium melebihi baku mutu yang telah ditetapkan namun untuk daerah Kabupaten Pesisir Selatan belum melebihi baku mutu analisis laboratoriumnya. Selain itu kegiatan pertambangan juga berpotensi sebagai sumber pencemaran pertambangan batu bara dan bijih emas tanpa pengolahan dan eks tambang yang ditinggalkan. Sumber kerusakan : Pesisir Selatan saat ini telah terjadi kerusakan terumbu karang, Mangrove, padang lamun, abrasi pantai, kebakaran hutan, pertambangan tanpa izin, lahan kritis dan alih fungsi lahan. Upaya /agenda pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 2010 seksi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan akan membentuk Komisi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan dengan mengikut sertakan pejabat terkait untuk mengikuti Diklat Penyusun AMDAL (AMDAL B), membentuk dan melatih serta menerbitkan persetujuan tim terpadu penilai lisensi AMDAL, setelah dikeluarkannya Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan, Setelah Komisi Lisensi AMDAL Kabupaten telah diterbitkan, maka akan dilaporkan kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Seksi Pengawasan dan Penegakan hukum melaksanakan kegiatan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan pencemaran lingkungan hidup pada perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan, Rumah Sakit, Infrastruktur, Penginapan, dan rumah makan, Disamping pengawasan juga dilaksanakan kegiatan rutin penilaian ADIPURA oleh PPLH Regional Sumatera ke daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Kota Kecil. Seksi Pengendalian dan Pencemaran Melaksanakan Kegiatan rutin DAK (dana anggaran khusus) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan pengadaan fisik sesuai dengan kebutuhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Pengujian Kualitas air sungai setiap tahun, Pengujian kualitas air limbah dan pengujian kualitas udara ambien. ii

4 KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv viii BAB I PENDAHULUAN I-A LATAR BELAKANG I-B GAMBARAN UMUM I-C VISI DAN MISI I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN I-E ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA I-F ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN I-1 I-2 I-4 I-7 I-7 I-8 I-15 BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA II- A LAHAN DAN HUTAN II-1 II-B KEANEKARAGAMAN HAYATI II-7 II-C AIR II-21 II-D UDARA II-45 II-E PESISIR DAN PANTAI II-51 II-F IKLIM II-61 II-G BENCANA ALAM II-64 BAB III BAB IV TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN III-A KEPENDUDUKAN III-1 III-B PERMUKIMAN III-10 III-C KESEHATAN III-19 III-D PERTANIAN III-24 III-E INDUSTRI III-32 III-F PERTAMBANGAN III-36 III-G ENERGI III-40 III-H TRANSPORTASI III-45 III-I PARIWISATA III-50 III-J LIMBAH B3 III-52 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN IV-A REHABILITASI LINGKUNGAN IV-1 IV-B PENGAWASAN AMDAL IV-5 IV-C PENEGAKAN HUKUM IV-10 IV-D PERAN SERTA MASYARAKAT IV-12 IV-E IV-F KELEMBAGAAN AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010 IV-16 IV-21 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

5

6 TABEL 1.1 PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun I-4 TABEL 2.1 TABEL 2.2 TABEL 2.3 TABEL 2.4 TABEL 2.5 TABEL 2.6 TABEL 2.7 TABEL 2.8 TABEL 2.9 TABEL 2.10 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kabupaten Pesisir Selatan Daerah daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2007 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2009 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 II-3 II-6 II-7 II-8 II-8 II-9 II-9 II-10 II-10 II-10 TABEL 2.11 Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai II-11 dengan tahun 2009 TABEL 2.12 Analisis Lahan Kritis II-14 TABEL 2.13 Analisis Kerusakan Lahan II-15 TABEL 2.14 Embung Kabupaten Pesisir Selatan II-24 TABEL 2.15 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-25 TABEL 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 II-26 TABEL 2.17 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 II-26 TABEL 2.18 Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Tahun 2010 II-27 TABEL 2.19 Hasil Pemantauan Kualitas Air Embung Tahun 2010 II-28 TABEL 2.20 Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-30 TABEL 2.21 Perbandingan Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-32 TABEL 2.22 Kualitas Air Sumur Tahun 2007 II-37 iv

7 TABEL 2.23 Kualitas Air Sumur Tahun 2008 II-38 TABEL 2.24 Kualitas Air Sumur Tahun 2009 II-39 TABEL 2.25 Kualitas Air Sumur Tahun 2010 II-40 TABEL 2.26 Analisis Debit Musim Kemarau II-41 TABEL 2.27 Analisis BOD Musim Kemarau II-42 TABEL 2.28 Analisis COD Musim Kemarau II-43 TABEL 2.29 Kualitas Udara PT. Incasi Raya dan PDAM II-46 TABEL 2.30 Kualitas Air Hujan II-48 TABEL 2.31 Perbandingan Baku Mutu Dengan Kualits Udara PT. INCASI RAYA II-49 Tahun 2009 TABEL 2.32 Analisis Kualitas Udara II-51 TABEL 2.33 Kualitas Air Laut Kabupaten Pesisir Selatan 2010 II-54 TABEL 2.34 Persentase Luas Terumbu Karang Tahun 2010 II-55 TABEL 2.35 Perbandingan Kualitas Air Laut Dengan Baku Mutu II-57 TABEL 2.36 Analisis Kerusakan Terumbu Karang II-59 TABEL 2.37 Analisis Kerusakan Persentase Padang Lamun II-60 TABEL 2.38 Analisis Kerusakan Hutan Mangrove II-61 TABEL 2.39 Analisis Curah Hujan Stasiun Tapan II-64 TABEL 2.40 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-66 TABEL 2.41 Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-66 TABEL 2.42 Bencana Alam Tanah Longsor Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-67 TABEL 2.43 Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-68 TABEL 2.44 Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor II-68 TABEL 3.1 Data Tingkat Kesejahteraan Penduduk III-1 TABEL 3.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan III-2 TABEL 3.3 Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Golongan Umur III-4 TABEL 3.4 Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur III-4 TABEL 3.5 Jumlah Penduduk Migrasi Selama Hidup III-5 TABEL 3.6 Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir III-5 TABEL 3.7 Jumlah Penduduk Perempuan menurut Pendidikan III-6 TABEL 3.8 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Pendidikan Tertinggi III-6 TABEL 3.9 Jumlah Sekolah menurut Kecamatan III-7 TABEL 3.10 Jumlah Penduduk berdasarkan tahun III-7 TABEL 3.11 Jumlah Sekolah berdasarkan tahun III-8 TABEL 3.12 Jumlah Penduduk Laki laki berdasarkan tingkat pendidikan III-8 v

8 TABEL 3.13 Analisis Jumlah Penduduk berdasarkan tahun III-9 TABEL 3.14 Analisis Jumlah Sekolah berdasarkan tahun III-10 TABEL 3.15 Jumlah Penduduk Perempuan berdasarkan tingkat pendidikan III-12 TABEL 3.16 Jumlah Penduduk Laki laki berdasarkan tingkat pendidikan III-13 TABEL 3.17 Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pem buangannya. III-13 TABEL 3.18 Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Fasilitas Buang Air Besar III-14 TABEL 3.19 Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Pembuangan Akhir III-14 TABEL 3.20 Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah III-15 TABEL 3.21 Jumlah Anak Lahir Hidup 2010 III-19 TABEL 3.22 Jumlah Anak Lahir Hidup 2009 III-19 TABEL 3.23 Angka Kematian Ibu dan Bayi III-20 TABEL 3.24 Jumlah kematian dalam tahun 2010 III-20 TABEL 3.25 Jumlah kematian dalam Hidup 2009 III-20 TABEL 3.26 Jenis Penyakit Utama di derita Penduduk III-21 TABEL 3.27 Volume Limbah Padat dan Cair Rumah Sakit III-21 TABEL 3.28 Limbah Cair Rumah Sakit M Zein Painan III-22 TABEL 3.29 Luas Sawah dan Produksi Tahun 2010 III-25 TABEL 3.30 Luas Sawah dan Produksi Tahun 2009 III-25 TABEL 3.31 Alih Fungsi Lahan Pertanian III-28 TABEL 3.32 Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Pupuk Urea III-30 TABEL 3.33 Klasifikasi Jaringan dan Luas Sawah yang Dialiri III-31 TABEL 3.34 Beban Limbah Cair Industri Besar PT. Incasi Raya Tahun 2010 III-33 TABEL 3.35 Hasil Analisa Udara Ambien Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya III-34 TABEL 3.36 Hasil Analisa Udara Emisi Boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya III-35 TABEL 3.37 Luas Areal Pertambangan yang Di Eksloitasi III-33 TABEL 3.38 Luas Areal Pertambangan Galian C dan Produksinya III-37 TABEL 3.39 Luas Areal Pertambangan Rakyat III-38 TABEL 3.40 Jumlah Kendaraan Bermotor III-41 TABEL 3.41 Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) III-43 TABEL 3.42 Panjang Jalan Menurut Kewenangan III-46 TABEL 3.43 Kondisi Jalan Kabupaten Pesisir Selatan III-47 TABEL 3.44 Sarana Terminal Kendaraan III-48 TABEL 3.45 Sarana Pelabuhan Laut III-46 TABEL 3.46 Perkembangan usaha perikanan di Kab. Pessel III-49 TABEL 3.47 Perusahaan Penghasil Limbah B3 III-53 TABEL 3.48 Perusahaan yang Mendapat Izin untuk Penyimpanan, Pengumpulan, Pengolahan, Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah B3 III-53 vi

9 TABEL 4.1 Rencana dan Realisasi Penghijauan IV-1 TABEL 4.2 Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi IV-3 TABEL 4.3 Rekomendasi Dokumen Pengelolaan Lingkungan IV-7 TABEL 4.4 Pengawasan UKL/UPL IV-8 TABEL 4.5 Pengaduan Masalah Lingkungan IV-11 TABEL 4.6 Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan (LSM) IV-12 TABEL 4.7 Penghargaan Lingkungan IV-13 TABEL 4.8 Penyuluh dan Seminar Lingkungan IV-14 TABEL 4.9 Kegiatan Fisik dan Perbaikan Oleh Masyarakat IV-15 TABEL 4.10 Produk Hukum Bidang Lingkungan IV-16 TABEL 4.11 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-17 TABEL 4.12 Jumlah Personil Lingkungan Hidup IV-19 TABEL 4.13 Jumlah PPNS Lingkungan Hidup IV-20 vii

10 GAMBAR 1.1 Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara I-10 GAMBAR 1.2 Longsor di Kecamatan Bayang Utara I-11 GAMBAR 1.3 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara I-11 GAMBAR 1.4 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara I-12 GAMBAR 1.5 Abrasi pantai di daerah Mandeh I-14 GAMBAR 2.1 Hutan Lindung Perkecamatan II-2 GAMBAR 2.2 Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010 II-2 GAMBAR 2.3 Persentase Luas Lahan Kritis Tahun 2010 II-4 GAMBAR 2.4 Luas Kerusakan Hutan Tahun 2010 II-4 GAMBAR 2.5 Luas Konversi Hutan Tahun 2010 II-5 GAMBAR 2.6 Kegiatan Reboisasi Kabupaten Pesisir Selatan II-11 GAMBAR 2.7 Luas Lahan Kritis II-12 GAMBAR 2.8 Luas Kerusakan Hutan selama 4 tahun II-14 GAMBAR 2.9 Analisis Statistik Lahan Kritis II-16 GAMBAR 2.10 Analisis Statistik Kerusakan Lahan II-17 GAMBAR 2.11 Keanekaragaman Hayati II-19 GAMBAR 2.12 Keanekaragaman hayati yang dilindungi II-20 GAMBAR 2.13 Flora Fauna yang Dilindungi II-20 GAMBAR 2.14 Perbandingan Jumlah Spesies yang Diketahui II-21 GAMBAR 2.15 Perbandingan Jumlah Spesies yang dilindungi II-21 GAMBAR 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-28 GAMBAR 2.17 Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-29 GAMBAR 2.18 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-29 GAMBAR 2.19 Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-30 GAMBAR 2.20 Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010 II-31 GAMBAR 2.21 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010 II-31 GAMBAR 2.22 Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-31 GAMBAR 2.23 Perbandingan Konsentrasi BOD dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-32 GAMBAR 2.24 Perbandingan Konsentrasi COD dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-33 GAMBAR 2.25 Perbandingan Konsentrasi Fosfat dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-33 GAMBAR 2.26 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2007 II-34 GAMBAR 2.27 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2008 II-35 viii

11 GAMBAR 2.28 Debit Air Sungai Musim Hujan Tahun 2008 II-35 GAMBAR 2.29 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2009 II-36 GAMBAR 2.30 Kualitas Air Sungai Musim Kemarau II-36 GAMBAR 2.31 Kualitas Air Sungai Musim Hujan II-36 GAMBAR 2.32 Analisis Debit Air Pada Musim Kemarau II-42 GAMBAR 2.33 Kualitas Udara PT. Incasi Raya II-47 GAMBAR 2.34 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2007 II-49 GAMBAR 2.35 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2008 II-50 GAMBAR 2.36 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2009 II-50 GAMBAR 2.37 Analisis Statistik Kualitas Udara II-52 GAMBAR 2.38 Kondisi Kualitas Air Laut Kab. Pesisir Selatan II-54 GAMBAR 2.39 Persentase Kerusakan Padang Lamun Tahun 2010 II-56 GAMBAR 2.40 Persentase Tutupan Mangrove Tahun 2010 II-56 GAMBAR 2.41 Persentase Kerusakan Terumbu Karang II-58 GAMBAR 2.42 Persentase Kerusakan Padang Lamun II-58 GAMBAR 2.43 Persentase Tutupan Hutan Mangrove II-59 GAMBAR 2.44 Suhu Rata-rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan II-63 GAMBAR 2.45 Curah Hujan Rata rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan tahun II GAMBAR 2.46 Analisis Statistik Curah Hujan Pada Stasiun Tapan II-65 GAMBAR 2.47 Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan II-69 GAMBAR 2.48 Bencana Alam Longsor Kabupaten Pesisir Selatan II-70 GAMBAR 2.49 Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan II-70 GAMBAR 2.50 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004 II-71 GAMBAR 2.51 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005 II-71 GAMBAR 3.1 Jumlah Penduduk Tahun 2010 III-3 GAMBAR 3.2 Penduduk Miskin III-18 GAMBAR 3.3 Analisa IPAL RS. M Zein berada diatas Baku Mutu III-22 GAMBAR 3.4 Perbandingan Volume limbah cair RSUD. Dr. M.Zein Painan III-23 GAMBAR 3.5 Perbandingan analisa Jumlah kematian laki-laki dan perempuan III-24 disetiap umur GAMBAR 3.6 Produksi Tanaman Palawija Tahun 2010 III-26 GAMBAR 3.7 Produksi Perkebunan Rakyat dan Luas lahan Perkebunan III-26 GAMBAR 3.8 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Perkebunan III-27 GAMBAR 3.9 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija III-27 GAMBAR 3.10 Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis III-28 ix

12 GAMBAR 3.11 Jumlah Hewan Unggas Menurut Jenis III-29 GAMBAR 3.12 Emisi Gas Methan dari Pertanian III-29 GAMBAR 3.13 Emisi Gas Methan dari Peternakan III-30 GAMBAR 3.14 Perbandingan Tanaman Palawija III-31 GAMBAR 3.15 Perbandingan Jumlah Hewan Unggas III-32 GAMBAR 3.16 Industri Usaha Kecil III-33 GAMBAR 3.17 Perbandingan Industri besar dan Industri Kecil III-35 GAMBAR 3.18 Industri Kecil Secara Statistik III-36 GAMBAR 3.19 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-36 GAMBAR 3.20 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-39 GAMBAR 3.21 Analisis Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-39 GAMBAR 3.22 Kendaraan Wajib Uji III-42 GAMBAR 3.23 Kendaraan Telah Diuji III-42 GAMBAR 3.24 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar III-44 GAMBAR 3.25 Analisis Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar III-45 GAMBAR 3.26 Perbandingan Panjang Jalan III-49 GAMBAR 3.27 Analisis Panjang Jalan III-50 GAMBAR 3.28 Objek Wisata Yang ada di Daerah Kab. Pesisir Selatan III-51 GAMBAR 3.29 Volume Limbah Padat di Daerah Objek Wisata III-52 GAMBAR 3.30 Analisis volume limbah padat III-52 GAMBAR 3.31 Perbandingan Limbah B3 III-54 GAMBAR 3.32 Analisis Limbah B3 III-55 GAMBAR 4.1 Rencana dan Realisasi Jumlah Pohon IV-2 GAMBAR 4.2 Penghijauan Jumlah Pohon Perkecamatan IV-2 GAMBAR 4.3 Luas Penghijauan Perkecamatan IV-3 GAMBAR 4.4 Penghargaan Lingkungan IV-13 GAMBAR 4.5 Anggaran DAK Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan IV-18 GAMBAR 4.6 Anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup IV-18 x

13 I-A. LATAR BELAKANG Kebijakan Lingkungan hidup adalah bagaimana mengelola lingkungan sesuai dengan tempatnya, maksudnya bahwa menjaga kelestarian, keutuhan dan mempertahankan daya dukung serta daya tampung lingkungan harga mati untuk kejayaaan lingkungan dimasa depan. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu oleh instansi pemerintah, masyarakat serta pelaku pembangunan lainnya, sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup. Sebaliknya kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan daya dukung, daya tampung dan produktifitas lingkungan hidup menurun yang menyebabkan beban social, oleh karena itu pencemaran tersebut harus dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab, asas keberlanjutan dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan manfaat ekonomi, social dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-kehatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan local dan kearifan lingkungan. Untuk melaksanakan itu semua telah terdapat dalam Agenda 21 Bab 40, disebutkan perlunya kemampuan pemerintahan dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif. Selain itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah I - 1

14 daerah provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada pelestarian lingkungan hidup. Berkaitan dengan akses informasi kepada publik, telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Sebagai Badan Publik pemerintah wajib menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan secara berkala, dengan cara yang mudah dijangkau dan dan dalam bahasa yang mudah dipahami Keakuratan suatu analisis sangat ditentukan oleh tersedianya data yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya. Dimensi data lingkungan dan sumberdaya alam yang luas dan kompleks tidak memungkinkan penyediaannya hanya mengandalkan pada satu sumber data saja akan tetapi akan melibatkan berbagai sumber data dan informasi yang luas. Data pengukuran umumnya adalah hasil pemantauan, misalnya pemantauan kualitas air sungai, Kualitas air laut, kualitas air hujan, kualitas udara dan kualitas limbah industri. Latar belakang penulisan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan merupakan bagian dari Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Selain itu Buku Data dan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan menjadi acuan dan pedoman kondisi lingkungan hidup daerah saat ini dan ini merupakan suatu tantangan untuk menjadi lebih baik lagi. I-B. GAMBARAN UMUM DAERAH Berdasarkan hukum Kabupaten Pesisir Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat Sumatera Barat, Jambi dan Riau jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979 serta Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, jo Undang-undang Nomor 21 Drt Tahun 1958 jo Undang-undang Nomor 5 Tahun Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menjalankan pemerintah untuk melayani masyarakat yang tinggal pada wilayah administrasinya. Selanjutnya berdasarkan Surat I - 2

15 Keputusan Bupati Pesisir Selatan No.140/132/Kpts/BPT-PS/2010 tanggal 22 Feb 2010 tentang jumlah nagari dan kampung di masing-masing kecamatan secara administrasi, Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 kecamatan, 76 nagari dan 363 kampung sebagai satuan pemerintahan terendah. Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada, 0 o 59-2 o 28,6 Lintang Selatan dan 100 o o 18 Bujur Timur yang membujur dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 287,2 km, tinggi dari permukaan laut meter, mempunyai luas 5.749,89 Km 2 beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 22 o C hingga 32 o C siang hari, 22 o C hingga 28 o C pada malam hari, luas perairan laut Km 2. Kabupaten Pesisir Selatan berbatasan, di sebelah Utara dengan Kota Padang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Solok dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dan Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 5 buah teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan, Teluk Sungai Nipah, Teluk Betung dan Teluk Sungai Bungin. Memiliki perairan payau kurang lebih ,18 ha, jumlah pulau 53 buah, kecamatan diwilayah Pesisir sebanyak 9 buah, kampung nelayan 48 kampung dan rawa serta telaga sebanyak 491 ha sungai 22 buah terdiri dari 12 sungai besar dan 10 sungai kecil. Fisiografi wilayah terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan ke arah Barat dan proses aluvial marine. Dari sisi geologis daerah ini termasuk pinggir dari patahan semangko yang membujur dari utara ke selatan. Lahan dengan kemiringan yang terjal dan lahan rawa disepanjang pantai mendominasi daerah ini. Oleh karena itu luas daratan yang dapat dibudidayakan relatif sempit. Bentuk Kondisi fisiografi wilayah seperti ini mempersempit lahan budi daya dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 442/KPTS-II/KPTS-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Sumatera Barat. Keputusan tersebut menegaskan luas lahan yang dapat digunakan untuk Areal Penggunaan Lain (APL) hanya 26,19 %, sedangkan 73,81 % merupakan wilayah kehutanan, yang terdiri dari hutan konservasi (TNKS), hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Gambaran fisiografis berimplikasi kepada kondisi perekonomian yang masih belum berkembang dengan optimal, juga mengakibatkan Pesisir Selatan sangat rentan I - 3

16 terhadap ancaman bencana alam. Bencana alam yang terjadi setiap tahun antara lain gempa bumi, banjir, longsor, gelombang pasang dan angin puting beliung. Sebagai contoh, gempa bumi yang terjadi tanggal 30 September 2009 dan 01 Oktober 2009 mengakibatkan kerusakan terparah terdapat di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Koto XI Tarusan, Bayang, Bayang Utara, IV Jurai dan Sutera. Beberapa fasilitas sosial, ekonomi, infrastruktur, perumahan mengalami rusak berat, sedang dan ringan. Tabel 1.1 PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun PDRB (MILYAR Rp) Tahun ADH Berlaku ADH Konstan , , , , , , , , , Sumber : Bappeda, diolah dari data PDRB Kab. Pessel Tahun 2009 Tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan perekonomian daerah, hal ini dapat terwujud karena adanya perbaikan ekonomi yang makin membaik dan kegiatan pembangunan yang memberikan trickle down effect kepada masyarakat. I-C VISI DAN MISI Visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun berdasarkan motto Bupati dan wakil bupati terpilih. VISI : TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA MISI : 1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi. 2. Melanjutkan Pembangunan Pendidikan. 3. Melanjutkan Pembangunan Kesehatan. 4. Melanjutkan Pembangunan Keagamaan, Kepemudaan dan Sosial Budaya. 5. Melanjutkan Revitalisasi Pemerintahan Daerah I - 4

17 MOTO : TEKADKU MEMBANGUN PESISIR SELATAN Hakikat pembangunan adalah terjadinya proses transformasi, baik transformasi fisik dengan adanya perbaikan dan pengadaan baru, maupun transformasi budaya. Sedangkan reformasi adalah upaya pengembalian kearah yang lebih baik. Kegiatan Transformasi dan reformasi secara bersama dapat mempercepat pembangunan, sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Berbagai langkah transformasi dan reformasi yang telah dilakukan yaitu pemerintahan yang bersih, pemberdayaan, demokratisasi dan akuntabilitas, diharapkan mampu menghasilkan kegiatan dan capaian pembangunan yang selanjutnya akan menuntut pemecahan masalaha yang lebih sistemis dan konsisten. Kesejahteraan dipegang berdasarkan prinsip keseimbangan. Kesejahteraan ditunjukan dengan perolehan tingkat kehidupan yang layak dipandang dari segi ekonomi, agama, social dan budaya. Visi dan Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup, hukum yang dipergunakan adalah : Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Pembangunan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kewenangan daerah diperlukan adanya kesinergian di segala bidang dan persamaan persepsi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, karena harapan semoga daerah ini lestari untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pembinaan serta pengendalian lingkungan hidup, dan dampak lingkungan hidup, sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup; b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten di bidang Lingkungan Hidup; c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang Lingkungan Hidup; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya Kantor Lingkungan Hidup mempunyai I - 5

18 susunan organisasi yang terdiri dari : a. Kepala Kantor; b. Sub Kantor Tata Usaha. c. Seksi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). d. Seksi Pengendalian dan Penanggulangan/Pencemaran. e. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum. f. Kelompok Jabatan Fungsional. Visi Kantor Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan kewenangan daerah ini yang dilaksanakan dengan azaz tanggung jawab yang dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang. Makna pokok yang terkandung dalam Visi diatas adalah : Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan bagian integral dari masalah pembangunan, oleh sebab itu pengelolaaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk pelestarian fungsi, daya dukung lingkungan hidup dan terlaksana dengan baik sistem kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya untuk sekian tahun ke depan. Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka Kantor Lingkungan Hidup menetapkan Misi sebagai tahap-tahap atau langkah-langkah I - 6

19 Dalam penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai ke depan adalah 1. Mengintegrasikan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam pembangunan daerah 2. Meningkatkan pemahaman, ketaatan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. 3. Mengembangkan kelembagaan, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta sistem penunjangnya. 4. Mengupayakan penyediaan dukungan sarana dan prasarana, SDM dan kelembagaan lingkungan hidup yang kuat. 5. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup. 6. Memfasilitasi semua stakeholder untuk menimbulkan komitmen moral penyelamatan, pelestarian semua komponen lingkungan hidup. I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN a. Mengumpulkan data dan informasi terbaru tentang kualitas lingkungan hidup daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 yang berasal dari pelaksanaan kegiatan pembangunan yang menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan. b. Melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan hidup daerah dengan menggunakan rumus Status Presure Respon. c. Memfasilitasi pengukuran kondisi lingkungan hidup demi kemajuan menuju pembangunan yang keberlanjutan di daerah. d. Menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan terkini dan prospeknya di masa mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik, pemerintah, organisasi non-pemerintah, serta pengambil keputusan; e. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator dan indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional; f. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk menjawab perubahan lingkungan, termasuk kemajuan dalam mencapai standar dan target lingkungan; I-E. ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA Isu lingkungan hidup yang dikemukakan pada bagian ini adalah isu strategis yang terkait dengan perkembangan wilayah dan dampaknya terhadap lingkungan daerah, sedangkan isu kritis masing-masing komponen lingkungan akan dibahas pada I - 7

20 masing-masing komponen lingkungan dan kecenderungannya. Isu strategis tersebut adalah : 1. Banjir 2. Longsor 3. Abrasi pantai I-F. ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada 0 o 59 2 o 28,6 Lintang Selatan dan 100 o o 18 Bujur Timur, dengan luas daerah 5.749,89 Km 2, yang memanjang dari utara keselatan dengan panjang pantai sekitar 234 km. Posisi geografis Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan Provinisi Bengkulu, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Daerah ini memiliki pulau sebanyak 53 buah dan 18 buah sungai, yaitu 11 buah sungai besar dan 7 buah sungai kecil. Pulau-pulau tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata, baik wisata alam maupun wisata bahari. Kabupaten Pesisir Selatan adalah daerah rawan bencana alam karena kondisi geografis terletak dijalur gempa, rawan banjir, rawan longsor, abrasi pantai, penebangan secara liar, sungai disepanjang jalan dan letak rawan bencana alam. Curah hujan rata-rata ± 132 mm/tahun, Suhu rata-rata 32 o C, Kelembaban rata-rata 86 %. Berdasarkan topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit bukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi dari permukaan laut berkisar antara meter, maka Isu lingkungan hidup utama yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah seperti dibawah ini. a. Status Banjir Kondisi fisiografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yang terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan kearah barat dan proses alluvial marine selanjutnya ditambah dengan jumlah sungai yang cukup besar yakni 18 buah dengan perincian 11 sungai 7 sungai kecil. Karena kondisi I - 8

21 seperti ini menyebakan hampir seluruh daerah Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 terkena banjir mulai dari utara ke selatan. Pada tanggal 2 Januari tahun 2010 telah terjadi banjir di Kecamatan Balai Selasa tepatnya dikenagarian Palangai, banjir ini telah menyebabkan kerugian materil dan in materil di 6 kampung milik masyarakat dan pemerintah, tetapi tidak ada menelan korban jiwa, seperti kampung Palangai Gadang mengalami kerugian lahan sawah 3 ha gagal panen, badan jalan terban sepanjang 60 meter, satu buah rumah kayu hanyut terbawa arus, irigasi kepala Bandar jebol, sawah siap tanam habis dibawa air dan tebing longsor sepanjang 600 meter yang membahayakan masyarakat adalah daerah Palangai Gadang terisolasi dan putus hubungan denga masyarakat luar. Selanjutnya Kampung Limau Sundai mengalami kerugian materil berupa beronjong penahan tiang jembatan Bintung Putus mengikis tanah sepanjang 6 meter, tebing Sungai Taratak Panas runtuh dan air mengarah ke Surau Lakuak dan Pandam Kuburan dan tebing dekat pemukiman masyarakat Limau Sundai Runtuh. Kampung yang ketiga adalah Kampung Koto Nan IV mengalami kerugian material diantaranya adalah Batang Air Palangai Timur pindah ke Taruko Baru, Beronjong tebing Koto Kuil jebol dan menghantam mushala Nurul Ikhlas dan pemukiman masyarakat di sepanjang aliran sungai. Kampung Sungai Liku Tangah banjir menghantam lahan jagung seluas 4 ha hanyut dibawa banjir dan 9 (Sembilan) ekor kambing mati dan hanyut dibawa arus. Kampung Kelok Koto Langang banjir menyebabkan masyarakat rugi materil sebanyak 1 ekor sapi hayut dan mati, 14 (empat belas) ekor kambing hanyut dan mati ditambah lagi dengan 219 ayam hanyut dan mati. Kampung terakhir yang terkena banjir adalah Kampung Palangai Kecil materil masyarakat yang terkena adalah beronjong penahan tebing sungai di Tanjung Sawah liat Koto Baru, Binuang putus dan hanyut, beronjong penahan pondasi jembatan gantung lubuk cubadak putus dan hanyut. Selanjutnya pada tanggal 7 Januari 2010 banjir menghantam kenagarian Surantih Kecamatan Sutera mengakibatkan kerbau mati, sapi terbawa arus sungai, sawah dan padi tertimbun longsor, hanyutnya Gudang Gampo Gambir, hanyutnya dapur rumah penduduk ukuran 3x4, hanyutnya rumah penduduk I - 9

22 ukuran 3x6 dan mati kerbau dikandang. Pada tanggal 10 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian Painan Kecamatan IV Jurai mengakibatkan terbannya Parit miring di belakang SD Negeri No. 28 Painan Timur sepanjang 74 Meter. Tanggal 13 Februari 2010 di Kecamatan Batang Kapas banjir mengakibatkan terendamnya rumah penduduk dan lahan pertanian masyarakat. Tanggal 16 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian Lumpo Kec. IV Jurai rumah masyarakat hanyut sebanyak 3 buah dengan ukuran 3x9 m, 6x7 m dan 3x7 m. Kenagarian Surantih Kecamatan Sutera pada tanggal 18 Februari 2010 telah terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya beberapa tempat disepanjang alur sungai jebolnya irigasi Taruko di kampong kayu Aro dan intake badan bendungan dari beronjong rusak parah. Pada tanggal 18 Maret 2010 telah terjadi banjir di Kenagarian Inderapura Kecamatan Pancung Soal mengakibatkan 90 ha sawah siap panen hanyut dibawa arus dn tertimbun kayu-kayu yang hanyut dari hulu kesungai dan 132 KK di evakuasi dari jam wib sampai dengan wib. Dipenghujung tahun banjir juga menghantam kecamatan Bayang Utara yang meluluh lantakkan rumah, sawah, 1 mushalla hancur, 8 irigasi rusak, jalan sepanjang 14 meter dan sarana jembatan kayu ambruk terdapat di 3 nagari. Gambar 1.1 Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara Sumber :Web site Pesisir Selatan dokumentasi banjir bandang menghantam rumah penduduk dinagari Taratak Teleng Kec. Bayang Utara Daerah yang terkena banjir bandang pada daerah Bayang Utara karena diguyur hujan secara terus menerus selama 3 hari menyebabkan sawah, jembatan dan rumah penduduk terendam banjir, banjir bandang ini terjadi pada akhir 3 Desember Sawah yang terendam sebanyak 50 ha dengan kerugian kurang lebih dari Rp ,- banyak masyarakat yang mengungsi dari rumah penduduk ketempat pengungsian sebanyak 150 kepala keluarga. I - 10

23 Longsor Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 telah terjadi longsor di 3 kecamatan yakni Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang Utara dan Kecamatan Sutera, longsor yang terjadi telah memporak porandakan rumah penduduk, sawah dan harta benda lainnya serta sarana dan prasarana jalan, jembatan, tempat ibadah serta tanaman warga. Gambar 1.2 Longsor di Kecamatan Bayang Utara Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar longsor dari bukit di Kec. Bayang Gambar diatas menunjukan bahwa longsor telah menyebabkan jembatan putus dan material dari bukit terbawa arus ke hilir dari daerah hulu. Gambar 1.3 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar kunjungan Wakil Bupati di Kec. Bayang Wakil Bupati Pesisir Selatan pada kesempatan ini mengunjungi masyarakat Kecamatan Bayang Utara yang terkena musibah dan memberikan bantuan berupa makanan, keperluan pengungsian dan kebutuhan pengungsi. Abrasi Pantai Kondisi geografis daerah letak daerah Pesisir Selatan yang membujur dari utara ke selatan sepanjang 234 km, dari 12 kecamatan yang ada terdapat 9 kecamatan terletak pada dipinggir pantai dan hanya 3 kecamatan yang tidak berada dipinggir pantai yakni Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa IV Balai Tapan dan Kecamatan Bayang Utara. I - 11

24 Tingginya aktivitas laut menyebabkan gelombang pasang mengalami kenaikan dan tinggi ombak mencapai 4 meter, hal ini memberikan pengaruh terhadap pantai dan terjadi abrasi yang berkepanjangan, sehingga masyarakat nelayan yang berada dipinggir laut mengalami kerugian materil dan in material. b. Tekanan Banjir Penyebab banjir yang menghantam daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 10 kali pada tahun 2010 adalah penebangan liar, kebakaran hutan, peristiwa curah hujan yang berkepanjangan selama berhari-hari. Banjir bandang ini menyebabkan masyarakat di 3 nagari terisolasi karena jalan penghubung di 3 nagari tersebut putus akibat longsor. Sehingga masyarakat yang berada didaerah tersebut putus komunikasi dengan masyarakat seberangnya, hal ini menyebabkan kerugian dari segi moril dan materil. Longsor Lahan kritis yang disebabkan oleh pembalakan liar menyebabkan kualitas tanah menurun, hal ini menjadikan tanah tersebut labil dan mudah dikikis oleh air hujan. Musim hujan telah menyebabkan longsor dibeberapa titik. Penyebab terjadi longsor selain lahan kritis adalah kebakaran lahan dan hutan. Abrasi Pantai Penyebab abrasi pantai didaerah adalah karena factor manusia dan factor alam pada posisi geografis daerah pesisir yang berada disepanjang pantai. Faktor manusia telah menyebabkan gelombang pasang naik air laut kepermukaan sampai mencapai 4 meter telah menyebabkan pemukiman penduduk disekitar kawasan pesisir terkena abrasi sehingga perlu dilakukan relokasi pemukiman ketempat lebih tinggi. c. Respon Gambar 1.4 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara Sumber :Web site Pesisir Selatan Gambar penanggulangan memakai di Kec. Bayang I - 12

25 Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menyikapi hal ini dengan berbagai cara diantaranya dengan melaksanakan kegiatan fisik dengan pengerukan pembersihan jalan yang terkena lingsor dengan bulldozer dari Dinas PU Kabupaten Pesisir Selatan dengan menyusun program-program menyikapi bencana alam longsor adapun kegiatan sebagai berikut : - Pembangunan parit miring - Pembangunan tempat pengungsian - Sosialisasi tempat pelarian dan pengungsian terhadap masyarakat sekitar kawasan rawan banjir dan rawan longsor. Banjir Daerah langganan banjir telah dilaksanakan program penanggulangan banjir oleh Pemerintah daerah diantaranya : - Melaksanakan program normalisasi sungai - Membuat drainase untuk pengaliran air hujan agar tidak berlimpah kejalan dan rumah penduduk - Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi membuat Embung - Sosialisasi kepada masyarakat bahaya banjir dan apa saja yang harus dilakukan jika terjadi banjir. - Membangun tempat pengungsian jika terjadi banjir. Longsor Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah : - Membuat beronjong dikaki bukit yang rawan longsor - Penghijauan dikaki bukit yang gundul akibat kebakaran hutan dan lahan serta lahan kritis. - Sosialisasi kepada masyarakat jika terjadi longsor dan kegiatan apa yang harus dilakukan - Pembangunan tempat pengungsian yang tepat dan strategis I - 13

26 Abrasi Pantai Gambar 1.5 Abrasi pantai di daerah Mandeh Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel Rencana pengamanan pantai agar terhindar dari abrasi pantai pada daerah pesisir dapat dilakukan melalui: 1. Penanaman hutan bakau di kawasan pesisir pantai. 2. Membangun pemecah gelombang di wilayah pantai terutama di kawasan pesisir yang daratannya merupakan pusat kegiatan. 3. Membangun tanggul penahan arus laut untuk mencegah abrasi. 4. Membangun drainase di wilayah pantai pada kawasan permukiman. 5. Mewujudkan wilayah sempadan pantai sebagai kawasan non budidaya atau budidaya sangat terbatas (misalnya pariwisata) sekaligus menjadi kawasan pengamanan dari bahaya gelombang laut/tsunami. 6. Penataan kawasan pesisir pantai dan penguasaan oleh pemerintah serta pengendalian pemanfaatannya agar fungsi lindungnya tidak terganggu. 7. Penyediaan tempat-tempat sampah agar masyarakat tidak membuang sampah langsung ke laut. 8. Pembangunan sea wall di sepanjang pantai yang rawan terjadi abrasi pantai 9. Sosialisasi kepada masyarakt nelayan jika terjadi abrasi pantai yang berkepanjangan 10. Reklamasi pantai Carocok Painan 11. Pembangunan Tanggul penahan ombak 12. Penanaman pohon bakau/hutan mangrove disepanjang pesisir pantai 13. Penanaman Pohon cemara laut disepanjang pantai I - 14

27 I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Kebijakan pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 dituangkan kedalam Arah Kebijakan Umum (AKU) tahun 2010 di Bidang Lingkungan Hidup yang berisikan 1. Pengendalian dan pencemaran dampak lingkungan 2. Informasi kualitas air sungai dan kondisi pencemaran terhadap air sungai tersebut. 3. Pelaksanaan Pemberian izin dokumen Pengelolaan lingkungan berupa AMDAL, UKL/UPL, DPPL dan SPPL kepada pemrakarsa yang melaksanakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan. 4. Pengendalian dan pencemaran lingkungan oleh Pemrakarsa terhadap kualitas air limbah industri, rumah tangga dan rumah sakit. 5. Penanggulangan bencana alam. Pada tahun 2010 ini pendanaan pembangunan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan sebesar Rp. 1,539, ,- termasuk kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan serta dana DAK dari Pusat sebesar Rp ,-, sementara untuk kegiatan dan gaji karyawan Kantor Lingkungan Hidup dari APBD mempunyai dana tersendiri sebesar Rp ,-. Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kantor lingkungan hidup Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 untuk menunjang pelaksanaan isu lingkungan yang terjadi pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai berikut : 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan dengan kegiatan sebagai berikut : a. Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kegiatan ini dilaksanakan meliputi sector perkebunan kelapa sawit, sector pertambangan, sector pembangunan infrastruktur dan sector pesisir pantai, yang dilaksanakan pengawasan pada daerah-daerah kawasan Kabupaten Pesisir Selatan dari Kecamatan Lunang Silaut sampai dengan Kecamatan Koto XI Tarusan. b. Kegiatan Pengujian Air Sungai se Kabupaten Kegiatan ini meliputi pengujian kualitas air sungai besar di 12 Kecamatan yang I - 15

28 ada di Kabupaten Pesisir Selatan, pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sesaat dengan 3 titik, pada daerah hulu, tengah dan hilir serta pengambilan sampel dilakukan pada 2 musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Setelah pengambilan sampel dilakukan pengujian analisa di laboratorium lingkungan hidup oleh analis kantor Lingkungan Hidup. c. Kegiatan Koordinasi Penilaian Kota Sehat/ADIPURA Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan IV Jurai saja, yaitu Kota Painan dan Kota Sago. Adipura merupakan penghargaan kota dibidang kebersihan. d. Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (Penunjang DAK) Kegiatan ini adalah merupakan dana penunjang dari proses kegiatan DAK Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan. e. Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (DAK Non DR) Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sumber dana dari DAK APBN, dengan didampingi oleh dana APBD 10 %. Kegiatan fisik yang dilaksanakan diantaranya adalah Pembangunan Perlengkapan Gedung Labor sebanyak 1 paket, Pengadaan Alat-alat laboratorium lingkungan berupa pengujian kualitas udara 1 paket, pengadaan becak sampah sebanyak 10 buah, Pengadaan Unit Teknologi Biogas 1 paket, Pengadaan Server yang memuat Sistem Informasi Lingkungan 1 paket, Pengadaan Mobiler 1 paket dan Pengadaan Tong Sampah 50 buah. f. Kegiatan Pengadaan Kit dan Accecoris Kegiatan ini adalah pengadaan kit dan accecoris zat logam yang akan digunakan untuk peralatan AAS sebanyak 10 kotak. g. Kegiatan Penguatan Lisensi AMDAL dengan Lisensi Kegiatan ini merupakan luncuran dari tahun sebelumnya, namun pada tahun ini juga belum terlaksana. 2. Program Peningkatan dan akses Informasi Sumber Daya Alam dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Kegiatan Pembuatan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun I - 16

29 Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan dari tahun ketahun. Buku SLHD terdiri dari 2 buah, buku 1 berisi tentang Buku data dan buku 2 berisi tentang analisis dampak lingkungan. Agenda Pengelolaan Lingkungan Agenda pengelolaan lingkungan tahun 2010 dan tahun kedepannya dirumuskan berdasarkan kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan analisis rumus SPR pada bab-bab selanjutnya pada Status Lingkungan Hidup tahun Berdasarkan hal tersebut, maka berikut adalah garis besar agenda yang perlu ditindak lanjuti oleh Kantor Lingkungan Hidup maupun Pemerintah Daerah dengan harapan dapat didukung oleh kegiatan dari pemerintah pusat. 1. Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan lahan dan hutan Melaksanakan tapal batas yang jelas antara wilayah hutan Lindung, TNKS, HSAW dengan wilayah tanaman rakyat. Melaksanakan reboisasi dan penghijauan pada daerah lahan kritis yang habis dibabat secara illegal loging Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kebakaran lahan dan hutan Penyesuaian pembangunan dengan Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Pengelolaan Keanekaragaman hayati Melahirkan kebijakan local konservasi yang mengakomodir kebutuhan tempatan Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada Melaksanakan kerja sama dengan instansi horizontal dan vertical demi menjaga keanekaragama hayati. 3. Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Air Melakukan inventarisasi terhadap kualitas air sungai dari tahun 2007 sampai dengan tahun Melakukan kajian strategis untuk pemanfaatan sungai sebagai unsure pembangunan. Menertibkan bangunan liar disempadan sungai. I - 17

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KLH 2014

RENCANA KERJA KLH 2014 2014 RENCANA KERJA KLH 2014 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PESISIR SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian Rencana kerja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam maupun oleh manusia sendiri yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Geografi Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

EKSEKUTIF SUMMARRY DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2016

EKSEKUTIF SUMMARRY DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2016 EKSEKUTIF SUMMARRY DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT EXECUTIVE SUMMARY Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 2.1.5 Analisis Efiensi Penggunaan Sumber Daya. Pencapaian indikator kinerja kasus illegal fishing yang mendukung sasaran Berkurangnya kegiatan yang merusak Sumberdaya Kelautan dan Perikanan serta Illegal

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN

PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN KEPUTUSAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 550/368/Kpts/BPT-PS/2015 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 E. Kelembagaan 17.1. Profil BPLHD Provinsi DKI Jakarta Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 230 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) STRUKTUR ORGANISASI Unsur organisasi Ba terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu unsur Pimpinan (Kepala Ba), Pembantu Pimpinan (Sekretaris Sub Bagian)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Dalam kerangka pembangunan Good Governance yang berorientasi pada hasil, dan dalam rangka mendukung pencapaian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat menyebabkan telah terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah diminta untuk menyampaikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa lingkungan laut beserta sumber

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2014

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2014 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat. a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003

Menimbang. Mengingat. a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN,

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN

JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR JALAN MOHAMMAD HATTA PAINAN 25612 Telp. 0756-21603 Fax. 0756-22624 e-mail : psda_pessel@ymail.com Rencana Kerja SKPD BAB

Lebih terperinci