Responsible for Risk Management (CRfRM) atau Komite Bertanggung jawab untuk Manajemen Risiko dan tingkat pengungkapan informasi instrumen keuangan dar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Responsible for Risk Management (CRfRM) atau Komite Bertanggung jawab untuk Manajemen Risiko dan tingkat pengungkapan informasi instrumen keuangan dar"

Transkripsi

1 Analisis Manajemen Risiko terhadap Tingkat Pengungkapan pada Informasi Instrumen Keuangan Tri Adiyuwono Perta Alam Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Gundarma M. Abdul Mukhyi Dosen Pembimbing Universitas Gunadarma ABSTRACT Low level of disclosure of financial instruments can lead to information asymmetry between managers and investors, and then misled investors when making their decisions, and also a problem of agency. The purpose of this study to explore the relationship between Committees Responsible for Risk Management for (CRfRM) and disclosure level of information financial instruments. This study focuses on three committees responsible for risk management: Risk Management Committee (RMC), Internal Audit (IA), and Outsourcing of Internal Audit (OIA). In this study, the authors measured the level of disclosure based on an index developed by PSAK 50 (revised 2010) Instruments Presentation and PSAK 60 (revised 2010) Instruments Disclosures. Explain that the use of RMC and IA as CRfRM not associated with disclosure level of information financial instruments. But the use of OIA as CRfRM associated with the level of disclosure of financial instruments, because in Indonesia OIA as CRfRM a few companies are use it but that role active pressing companies to disclose information. The results showed that the OIA very active role in pressuring companies to disclose information compared with RMC and IA. Keywords : Risk Management Committee, Risk Management, Disclosure Level of Information Financial Instruments Pendahuluan Selain itu, praktik terbaik tata kelola perusahaan yang lebih proaktif dan pendekatan terstruktur yang bekerja untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengelola risiko dalam perusahaan. Meningkatnya tata kelola perusahaan yang fokus dalam isu-isu manajemen risiko menyebabkan kesadaran manajemen risiko lebih tinggi di antara komite dewan seperti keuangan, manajemen risiko dan audit (Yatim, 2009). Oleh karena itu, penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara komite yang ditugaskan untuk membantu Dewan dalam mengelola risiko,selanjutnya merujuk sebagai Committees

2 Responsible for Risk Management (CRfRM) atau Komite Bertanggung jawab untuk Manajemen Risiko dan tingkat pengungkapan informasi instrumen keuangan dari perspektif teori keagenan. Penelitian ini terutama berfokus pada tiga komite terdiri dari Risk Management Committees (RMC) / Komite Manajemen Risiko (KMR), Internal Audit (IA), dan Outsource Internal Audit (OIA). Kami mengukur tingkat pengungkapan berdasarkan indeks dikembangkan dari ED PSAK No.50 (Revisi 2006) Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. Lalu pada tahun 2010 direvisi kembali menjadi ED PSAK 50 (Revisi 2010) Instrumen Keuangan : penyajian dan ED PSAK 60 (Revisi 2010) Instrumen Keuangan : Pengungkapan. Selain itu, penelitian ini juga memberikan bukti pada tingkat pengungkapan informasi instrumen keuangan setelah adopsi ED PSAK 50 Instrumen Keuangan : Penyajian dan ED PSAK 60 Instrumen Keuangan : Pengungkapan (Revisi 2010) selain itu, hal ini menunjukkan gambar dari praktek tata kelola perusahaan yang diadopsi oleh perusahaan tercatat Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini membuat kontribusi yang signifikan terhadap tata kelola perusahaan dan pelaporan keuangan. Aturan lain yang mendukung pengungkapan risiko yaitu Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor : KEP-134/BL/2006 mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik, menyebutkan bahwa emiten diwajibkan untuk menyertakan penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut. Risiko-risiko itu misalnya, risiko yang disebabkan oleh fluktuasi kurs atau suku bunga, persaingan usaha, pasokan bahan baku, ketentuan negara lain atau peraturan internasional, dan kebijakan pemerintah. Risk Management Committee (RMC) RMC seharusnya menjadi mekanisme yang efektif dari tata kelola perusahaan dalam rangka meningkatkan efektivitas peran dalam mengelola, menilai dan mengungkapkan risiko, terutama risiko yang terkait dengan instrumen keuangan. Peran utama dari komite risiko adalah untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menilai, mengontrol dan memantau risiko (Ruin, 2003). Dalam prakteknya, telah dinyatakan dalam laporan tahunan banyak yang CRfRM ini tidak hanya ditugaskan untuk mengelola risiko, tetapi juga untuk membantu manajemen puncak dengan memberikan informasi yang seharusnya diungkapkan. Oleh karena itu, kita menganggap bahwa RMC memainkan peran penting dalam mempromosikan kualitas yang lebih tinggi pengungkapan informasi instrumen keuangan.

3 Karena proses manajemen risiko adalah sangat subyektif, sehingga sulit untuk objektif mengukur efektivitas RMC, tetapi ada beberapa bukti yang menyiratkan seperti komite bisa mendapatkan keuntungan papan. Berdasarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2008, 79 persen dari papan dengan berdiri sendiri RMC menyatakan bahwa mereka efektif dalam menangani risiko. Selain itu, beberapa pengamat tata kelola perusahaan telah mencatat bahwa ada kecenderungan ke arah yang berdiri sendiri RMC bahwa mereka berharap akan mendapatkan momentum (Bates & Leclere, 2009). Dalam penelitian mereka, (Bates & Leclere, 2009) menggambarkan empat manfaat yang berdiri sendiri RMC yang dapat mempromosikan praktik manajemen risiko perusahaan : 1. Bantuan Komite Audit : Sebuah komite risiko dapat mempromosikan pengawasan terfokus risiko perusahaan dengan menghilangkan komite audit terbebani pengawasan langsung dari non-keuangan manajemen risiko. 2. Fokus risiko lebih luas dari komite audit : sementara anggota komite audit sering dipilih berdasarkan keahlian dan pengalaman terkait dengan pelaporan keuangan dan akuntansi, manajemen risiko adalah sebuah konsep yang lebih luas banyak yang mencakup semua daerah operasi perusahaan dan risiko yang terkait dengan seperti operasi. 3. Kemampuan untuk bereaksi terhadap tren dan peristiwa : Dengan menggeser diskusi tentang risiko pada kelompok lebih kecil, lebih gesit direksi, komite risiko dapat memberikan sebuah papan dengan fleksibilitas yang lebih besar dalam kemampuannya untuk bereaksi terhadap tren dan peristiwa dan melaporkan perkembangan ini kepada penuh papan. 4. Cross-Komite Sinergi : Sebuah komite risiko dapat memupuk lintas komite dialog yang menciptakan sinergi manajemen risiko (Bates & Leclere, 2009, hal 16). Meskipun kita percaya bahwa RMC adalah pendekatan yang efektif bagi perusahaan untuk mengelola risiko mereka, tetapi tidak pendekatan optimal untuk semua perusahaan. Beberapa perusahaan tidak memiliki RMC, karena kekurangan potensi RMC : anggota yang memenuhi syarat dan pengawasan dewan direksi (Bates & Leclere, 2009). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

4 H1 : Penggunaan Komite Manajemen Risiko Komite Bertanggung jawab untuk Risiko tingkat Manajemen efek pengungkapan informasi instrumen keuangan. Internal Audit (IA) The Institute of Internal Auditor (IIA) mendefinisikan audit internal: ".. Sebuah jaminan, independen, obyektif dan kegiatan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian dan tata kelola "(IIA, 1999). Dari atas definisi dapat dimengerti bahwa peranan audit internal adalah pelebaran dari kontrol untuk mengelola risiko dan juga tata kelola perusahaan (Walker et al, 2003). Walker (2003, hal 52) menyatakan bahwa audit internal dapat "membantu organisasi mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, pindah profesi ke garis depan manajemen risiko". Dengan ini (Goodwin & Kent, 2006) mengantisipasi bahwa ada hubungan antara penggunaan audit internal dan komitmen perusahaan bagi pengelolaan risiko. Selain itu, audit internal juga memainkan peran pemantauan yang signifikan dalam menjamin kualitas pelaporan keuangan dan akuntabilitas perusahaan (Carcello & Neal, 2000). Selain itu, (Debora et al, 2008) dianggap sebagai kebutuhan untuk laporan audit internal untuk meningkatkan transparansi pemerintahan untuk stakeholder eksternal. Jadi, adalah relevan untuk mengatakan, karena asimetri informasi antara manajemen dan stakeholder eksternal, audit internal adalah mekanisme penting bagi para pemangku kepentingan eksternal untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan untuk membuat keputusan. (Karamanou & Vafeas, 2005) menemukan bahwa dalam perusahaan dengan papan yang lebih efektif dan fungsi internal audit, manajer lebih mungkin untuk membuat atau memperbarui proyeksi pendapatan dan proyeksi mereka lebih akurat, dan mentol tersebut menghasilkan respon pasar yang lebih menguntungkan. Karena peran penting yang dimainkan oleh audit internal, beberapa negara tampaknya mulai mandat perusahaan untuk mendirikan departemen audit internal. Misalnya, NYSE telah menyetujui usulan Akuntabilitas Perusahaan dan Daftar Komite Standar (NYSE, 2002) bahwa

5 semua perusahaan yang terdaftar di NYSE harus wajib untuk menetapkan fungsi audit internal mereka sendiri dalam perusahaan mereka (Goodwin & Kent, 2006). Namun, beberapa negara seperti Australia, meskipun komitmen untuk tata kelola perusahaan yang kuat oleh regulator; perusahaan yang terdaftar banyak yang tidak tampak melakukan kegiatan audit internal (Carey et al, 2000a). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun fungsi audit internal telah diwajibkan oleh regulator tetapi dalam prakteknya, tidak semua perusahaan siap untuk memiliki internal audit di perusahaan mereka. Di Indonesia, kode revisi mengharuskan semua perusahaan publik untuk menjalankan fungsi audit internal mereka sendiri tetapi tidak persyaratan wajib meskipun kode menegaskan pentingnya fungsi audit internal. Dengan demikian, penelitian kami dilakukan untuk memberikan informasi tentang masalah ini dalam pengaturan di Indonesia. Sebagai studi dalam audit internal masih langka di Indonesia sehingga penelitian kami membuat kontribusi penting. Berdasarkan atas literatur ilustrasi, kami mengantisipasi ada hubungan antara audit internal dan transparansi yang lebih tinggi dari perusahaan dan dengan demikian, hipotesis kedua kami adalah: H2 : Penggunaan Internal Audit Komite Bertanggung jawab untuk Risiko tingkat Manajemen efek pengungkapan informasi instrumen keuangan. Outsourced Internal Audit (OIA) (Willenkens, 2005) menemukan bahwa perusahaan dengan kuat sistem tata kelola perusahaan yang mengungkapkan informasi kinerja yang lebih keuangan dan non-keuangan dan salah satu ciri pemerintahan yang "baik" korporasi adalah adanya departemen audit internal dan eksternal. Karena pentingnya audit internal (Carcello & Neal, 2000;. Deborah et al, 2008) selain audit eksternal, beberapa perusahaan saat ini mulai membangun departemen audit internal dalam perusahaan mereka (Arena & Azzone, 2007) sementara beberapa menemukan outsourcing adalah suatu pendekatan yang efisien untuk menyediakan audit internal dalam perusahaan (Carey, 2000). Sejumlah besar artikel penelitian tentang audit internal outsourcing (OIA) menunjukkan tren baru baru terhadap outsourcing layanan audit internal untuk profesi akuntansi publik. Outsourcing jasa audit internal dianggap sebagai "cara untuk menambah nilai bisnis" (Andersen, 1995), karena perusahaan dapat mengelola kapasitas mereka lebih efisien dan meningkatkan fleksibilitas mereka oleh outsourcing non-intikompetensi untuk tenaga kerja, profesional dan

6 eksternal berfokus pada daerah inti dari bisnis yang menciptakan dan mempertahankan kompetitif (Rittenberg & Covaleski, 2001). Melalui jasa outsourcing, perusahaan dapat mencapai pengurangan biaya, seperti lapangan kerja dan biaya administrasi (biaya tinggi merekrut, melatih dan membayar karyawan internal). Kesimpulannya, outsourcing juga dapat meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam menghadapi perubahan kondisi pasardan persyaratan organisasi (Davis-Blake & Uzi, 1993). Sebagai fungsi audit internal dilaksanakan oleh ahli eksternal, informasi lebih lanjut perusahaan sangat diperlukan agar organisasi lain, stakeholder dan investor mungkin mendapatkan akses ke beberapa jenis informasi yang tersedia untuk umum sehingga meningkatkan transparansi pengungkapan dan kualitas, meskipun juga mungkin "membocorkan" beberapa informasi eksklusif yang berdampak keunggulan kompetitif (Rittenberg & Covaleski, 2001). Selain itu, keuntungan dari OIA adalah "pengetahuan" dan "kemerdekaan" yang perusahaan konsultan eksternal dapat menawarkan lebih dari departemen audit internal dan akhirnya mengarah pada pengungkapan yang lebih tinggi dan transparansi. Antisipasi ini didasarkan pada beberapa studi seperti (Matusik & Hill, 1998) yang menunjukkan bahwa perolehan pengetahuan adalah kunci dalam fungsi audit internal untuk Outsourcing profesional dan ahli eksternal, dan (Lynda, 2007) menyebutkan bahwa outsourcing untuk komite eksternal dapat meningkatkan independensi fungsi audit internal, mendapatkan akses ke auditor dengan pengetahuan khusus di bidang teknologi informasi (TI), penipuan, dan lain area risiko tertentu. Karena keuntungan yang dapat manfaat dari internal audit outsourcing dengan demikian, hipotesis ketiga kami adalah: H3 : Outsourcing audit internal (OIA) sebagai Komite Bertanggung jawab untuk Risiko tingkat Manajemen efek pengungkapan informasi instrumen keuangan. METODOLOGI PENELITIAN Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun keuangan yang meliputi laporan rugi laba yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan sampel dari tahun

7 Variabel Penelitian Penelitian ini akan menguji variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Adapun penjelasan mengenai variabel di atas adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas (variabel independen) : keberadaan RMC, Internal Audit dan Outsourced Internal Audit. 2. Variabel terikat (variabel dependen) : komite yang bertanggung jawab untuk manajemen risiko. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Independen Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Komite Bertanggung jawab untuk Manajemen Risiko dan Tingkat Pengungkapan Informasi Instrumen Keuangan antara Perusahaan yang dalam hal ini dapat dijelaskan melalui proporsi Internal Audit (IA), Komite Manajemen Resiko (RMC) dan Outsourced Internal Audit (OIA). Variabel Dependen Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengungkapan pada informasi instrumen keuangan. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang termuat di dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh website BEI yaitu studi pustaka dari buku-buku literatur, majalah-majalah ekonomi dan jurnal yang berkaitan dalam menunjang penelitian ini. Untuk memastikan data lebih dapat diandalkan, konsisten dan akurat yang digunakan dalam penelitian ini, kami menerapkan prosedur berikut dalam proses pengumpulan data. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil tercermin pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Tingkat Pengungkapan (DL) dan Komite Manajemen Risiko (RMC) serta Internal Audit (IA), tetapi ada hubungan ada antara DL dan Audit Internal outsourcing (OIA). Melalui Mann- Whitney U test (pada tingkat signifikansi 0,05) hipotesis bahwa distribusi DL adalah sama di seluruh kategori OIA ditolak, sedangkan hipotesis bahwa distribusi DL adalah sama di seluruh kategori RMC dan IA dipertahankan.

8 Gambar 4.2 Dari output didapat signifikansi (Sig 2-tailed) sebesar 0,413 maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan (disclosure level) dengan RMC. Hipotesis 1, menyatakan bahwa penggunaan RMC sebagai CRfRM tidak berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Di indonesia perusahaan menggunakan RMC sebagai CRfRM sangat banyak tetapi peran tersebut masih tidak aktif menekan perusahaan untuk mengungkapkan informasi tersebut, karena berada di bawah kendali Dewan Direksi. Di Indonesia, RMC didirikan oleh peraturan dalam perusahaan, dan tidak hanya diwajibkan untuk melaporkan informasi yang relevan untuk kedua Dewan Direksi dan Komite Audit, tetapi juga perlu diawasi oleh mereka (The IIA, 2005). Dengan demikian, karena kekuasaan tertinggi berada di bawah badan pemerintah (Dewan dan Komite Audit), maka kita percaya bahwa interaksi antara RMC dan dewan serta Komite Audit dapat mempengaruhi independensi dan efektivitas RMC, dan akhirnya mempengaruhi tingkat pengungkapan. Menurut hasil temuan Hassan et al (2008), bahwa RMC secara signifikan berhubungan dengan kualitas pengungkapan informasi instrumen keuangan. Maka hasil penelitian ini disebutkan menurut Hassan tidak berhubungan. Selain itu, ada keraguan tentang independensi dan efektivitas RMC di perusahaan. Ada dua penelitian yang telah dilakukan oleh Yatim (2009) menunjukkan perusahaan dengan Dewan Direksi yang lebih independen dan orang-orang dengan lebih independen, pakar, dan komite audit cenderung untuk mendirikan Risk Management Comittee (RMC) di Indonesia secara independen menunjukkan komitmen mereka terhadap lingkungan dan kesadaran meningkatkan pengawasan internal (Yatim, 2009), tetapi sejauh yang kita tahu, tidak ada penelitian di Indonesia membuktikan bahwa independensi dewan dapat mempengaruhi efektivitas RMC dan akibatnya dapat mempengaruhi pengungkapan tingkat informasi keuangan dalam perusahaan.

9 Selain itu, menurut penelitian kami, sebagian besar direksi memainkan peranan yang banyak di antara Direksi, RMC dan Komite Audit pada perusahaan. Oleh karena itu, peranan yang dimainkan oleh anggota campuran RMC dapat melemahkan fungsi komite, terutama independensi dan efektivitas. Oleh karena itu, komposisi RMC mungkin mempengaruhi, secara langsung atau tidak langsung, tingkat pengungkapan informasi instrumen keuangan. Gambar 4.3 Dari output didapat signifikansi (Sig 2-tailed) sebesar 0,754 maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan (disclosure level) dengan IA. Hipotesis 2, menyatakan bahwa penggunaan IA sebagai CRfRM tidak berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Di Indonesia, audit internal dapat meningkatkan Corporate Governance (CG) di perusahaan, tapi mengingat kerangka Enterprise Risk Management (ERM) dalam suatu perusahaan, IA tidak terlibat dalam menentukan tingkat pengungkapan (The IIA, 2004), dan untuk apa IA sejauh ini aktif mempengaruhi tingkat pengungkapan sehubungan dengan informasi instrumen keuangan dalam laporan tahunan perusahaan masih dipertanyakan. IA tidak hanya memainkan peran sebagai komunikator antara Komite Audit dan tingkat operasional di perusahaan, itu juga dianggap sebagai penyedia kenyamanan ke Komite Audit oleh Sarens et.al (2009), menemukan bahwa semakin banyak komite audit sadar manajemen risiko dan masalah pengendalian internal dan tanggung jawab sendiri pemantauan dalam hal ini, semakin banyak anggotanya cenderung untuk menangani masalah ini dan, akibatnya, semakin mereka mencari kenyamanan dari departemen audit internal (Sarens et.al, 2009), sebagai anggota IA dapat memberikan pengetahuan umum serta pengetahuan tentang perusahaan secara spesifik dan pengetahuan yang praktis pada manajemen risiko untuk Komite Audit. Sementara IA adalah departemen independen yang tugasnya untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko, tidak ada bukti bahwa IA memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan informasi keuangan dalam laporan tahunan, itu mungkin karena IA memainkan peran penting

10 dalam memberikan jaminan terhadap proses manajemen risiko dan memastikan bahwa risiko dengan benar dievaluasi (The IIA, 2004), yang berarti IA digunakan untuk membantu dewan atau Komite Audit, dan pengungkapan tingkat informasi keuangan pada akhirnya diputuskan oleh Dewan Direksi atau Komite Audit. Gambar 4.4 Dari output didapat signifikansi (Sig 2-tailed) sebesar 0,45 maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengungkapan (disclosure level) dengan OIA. Hipotesis 3, menyatakan bahwa penggunaan OIA sebagai CRfRM berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Perusahaan di Indonesia menggunakan OIA sebagai CRfRM sangat sedikit tetapi peran tersebut aktif menekan perusahaan untuk mengungkapkan informasi tersebut. OIA mempunyai kendala seperti : Informal Relationship yaitu sering kali pihak manajemen mengabaikan prosedur formal dalam pelimpahan tugas sehingga formalitas dari Internal Control menjadi berkurang dan beberapa KAP merupakan perusahaan yang kecil dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas. Hal ini akan mempengaruhi laporan audit yang dihasilkan, karena dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas, sulit bagi KAP untuk menguasai semua bidang yang akan diaudit. OIA mempunyai kekurangan seperti kurang menguntungkan bagi perusahaan, karena menyebabkan terjadinya inefisiensi. Tetapi mempunyai kelebihan seperti meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan hipotesis yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan :

11 1. Menyatakan bahwa penggunaan RMC sebagai CRfRM tidak berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Di indonesia perusahaan menggunakan RMC sebagai CRfRM sangat banyak tetapi peran tersebut masih tidak aktif menekan perusahaan untuk mengungkapkan informasi tersebut, karena berada di bawah kendali Dewan Direksi. Di Indonesia, RMC didirikan oleh peraturan dalam perusahaan, dan tidak hanya diwajibkan untuk melaporkan informasi yang relevan untuk kedua Dewan Direksi dan Komite Audit, tetapi juga perlu diawasi oleh mereka (The IIA, 2005). Dengan demikian, karena kekuasaan tertinggi berada di bawah badan pemerintah (Dewan dan Komite Audit), maka kita percaya bahwa interaksi antara RMC dan dewan serta Komite Audit dapat mempengaruhi independensi dan efektivitas RMC, dan akhirnya mempengaruhi tingkat pengungkapan. 2. Menyatakan bahwa penggunaan IA sebagai CRfRM tidak berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Di Indonesia, audit internal dapat meningkatkan Corporate Governance (CG) di perusahaan, tapi mengingat kerangka Enterprise Risk Management (ERM) dalam suatu perusahaan, IA tidak terlibat dalam menentukan tingkat pengungkapan (The IIA, 2004), dan untuk apa IA sejauh ini aktif mempengaruhi tingkat pengungkapan sehubungan dengan informasi instrumen keuangan dalam laporan tahunan perusahaan masih dipertanyakan. Sementara IA adalah departemen independen yang tugasnya untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko, tidak ada bukti bahwa IA memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan informasi keuangan dalam laporan tahunan, itu mungkin karena IA memainkan peran penting dalam memberikan jaminan terhadap proses manajemen risiko dan memastikan bahwa risiko dengan benar dievaluasi (The IIA, 2004), yang berarti IA digunakan untuk membantu dewan atau Komite Audit, dan pengungkapan tingkat informasi keuangan pada akhirnya diputuskan oleh Dewan Direksi atau Komite Audit. 3. Menyatakan bahwa penggunaan OIA sebagai CRfRM berhubungan dengan tingkat pengungkapan. Perusahaan di Indonesia menggunakan OIA sebagai CRfRM sangat sedikit tetapi peran tersebut aktif menekan perusahaan untuk mengungkapkan informasi tersebut. OIA mempunyai kendala seperti : Informal Relationship yaitu sering kali pihak manajemen mengabaikan prosedur formal dalam pelimpahan tugas sehingga formalitas dari Internal Control menjadi berkurang dan beberapa KAP merupakan perusahaan yang kecil dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas. Hal ini akan mempengaruhi laporan audit yang

12 dihasilkan, karena dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas, sulit bagi KAP untuk menguasai semua bidang yang akan diaudit. OIA mempunyai kekurangan seperti kurang menguntungkan bagi perusahaan, karena menyebabkan terjadinya inefisiensi. Tetapi mempunyai kelebihan seperti meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam perusahaan. Saran Saran untuk perusahaan berdasarkan penelitian ini adalah disarankan perusahaan bisa lebih aktif lagi dalam tingkat pengungkapan laporan keuangan, yaitu dengan cara memaksimalkan peran perusahaan (khususnya Dewan Direktur) dan badan regulasi untuk berpikir lebih lanjut tentang bagaimana untuk meningkatkan efektivitas Corporate Governance atau Tata Pemerintahan sebagai peraturan saat ini dan praktek masih tidak cukup. Meskipun penelitian ini memberikan kontribusi penting pada pemerintahan dan perdebatan pengendalian internal terutama di Indonesia, tapi ada satu utama keterbatasan dalam penelitian yaitu penggunaan ukuran sampel kecil yang 80% dari jumlah total perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, penelitian masa depan diperlukan untuk mengatasi keterbatasan ini. Selain itu, karena Dewan dan Komite Audit memiliki pengaruh pada kegiatan CRfRM, kekhawatiran sehingga lebih lanjut tentang interaksi antara Dewan, Komite Audit dan CRfRM dalam edisi Disclosure Level diperlukan di masa depan. Selain itu, penelitian tentang peran komposisi CRfRM juga penting untuk dilakukan di masa depan sebagai upaya untuk memperkuat efektivitas mekanisme Corporate Governance (CG) khususnya di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Arthur, Andersen Are you in control? London: Business Risk Management. Barton T.L, Shenkir W.G and Walker P.L ERM: The Evolution of a Balancing Act. Financial Executive Research Foundation 65: Bates II, E. W., Leclere, R. J Boards of Directors and Risk Committees. Corporate Governance Advisor Nov/Dec 17 (6): Carcello, J., Neal, T Audit Committee Composition and Auditor Reporting. The Accounting Review 75 (4):

13 Carey P, et.al Internal Audit Outsourcing in Australia. Accounting and Finance 46: Carey, P., Craswell, A. and Simnett, R. 2000a. The Association between the External Audit Fee and External Auditors Reliance on the Work of Internal Audit. Paper presented at AAANZ Conference, Hamilton Island, Australia, July. Davis-Blake A., and Uzzi, B Determinants of Employment Externalization: A Study of Temporary Workers and Independent Contractors. Administrative Science Quarterly 38: Deborah S. et al The Need for an Internal Auditor Report to External Stakeholders to Improve Governance Transparency. Accounting Horizons 22(4): Goodwin-S, J. and Kent, P The use of internal audit by Australian companies. Managerial Auditing Journal 21 (1): Hassan, M.S, et al Determinants of Financial Instruments Disclosure Quality among Listed Firms in Malaysia. Social Science Research Network (SSRN July). ICAEW (2002), Mandatory Rotation of Audit Firms (ICAEW: London) The IIA The Role of Internal Auditing in Enterprise-Wide Risk Management. The IIA IIA Position Paper on Resourcing Alternatives for the Internal Audit Function (Considerations When Evaluating Outsourcing Alternatives). Karamanou, I. and Vafeas, N The Association between Corporate Boards, Audit Committees, and Management Earnings Forecasts: An Empirical Analysis. Journal of Accounting Research 43(3): Matusik S. and Hill, C The Utilization of Contingent Work, Knowledge Creation, and Competitive Advantage. Academy of Management Review 23: Puan Yatim Audit Committee Characteristics and Risk Management of Malaysian listed firms. Malaysian Accounting Review 8 (1): Puan Yatim Board Structures and the Establishment of A Risk Management Committee by Malaysian Listed Firms. Journal of Management and Governance 14 (1):

14 Rittenberg, L and Covaleski, M.A Internalization versus Externalization of the Internal Audit Function: An Examination of Professional and Organizational Imperatives. Accounting, Organizations and Society 26: Walker, P.L., Shenkir, W.G. and Barton, T.L ERM in Practice. Internal Auditor 60 (4): Willekens M., Bauwhede H.V., Van de Gucht l., and Gaeremynck A The Impact of Internal and External Governance Mechanisms on the Voluntary Disclosure of Financial and Non-Financial Performance. BAA Auditing Conference. Birmingham, United Kingdom, March.

Analisis Manajemen Risiko terhadap Tingkat Pengungkapan pada Informasi Instrumen Keuangan

Analisis Manajemen Risiko terhadap Tingkat Pengungkapan pada Informasi Instrumen Keuangan Analisis Manajemen Risiko terhadap Tingkat Pengungkapan pada Informasi Instrumen Keuangan Nama : Tri Adiyuwono Perta Alam NPM : 21208242 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. M. Abdul Mukhyi, SE, MM. Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pelaku usaha atas usaha yang dijalankannya atau perusahaan yang telah didirikannya pasti memiliki harapan agar perusahaan tersebut dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

GLOBAL ADVOCACY PLATFORM

GLOBAL ADVOCACY PLATFORM GLOBAL ADVOCACY PLATFORM 2 PENDAHULUAN Platform advokasi global (The Global Advocacy Platform) dibentuk untuk mendukung upaya advokasi yang dilakukan oleh IIA, chapter, sukarelawan, anggota, pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang diterapkan pada suatu perusahaan sebagai langkah antisipatif untuk mengatasi permasalahan keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan perusahaan merupakan instrumen penyedia informasi yang penting bagi para stakeholder perusahaan terkait dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori keagenan dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga meningkat. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga meningkat. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan sebuah perusahaan tidak terlepas dari laporan keuangan. Seiring dengan perkembangan ekonomi, kebutuhan terhadap informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena globalisasi ekonomi saat ini memberikan kesadaran bagi semua pihak untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance termasuk

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk perusahaan yang merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap. pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap. pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan BAB I PENDAHULUAN 2.5 Latar Belakang Banyak artikel dan berita mengenai skandal keuangan yang terjadi di Enron, World.Com, dan beberapa perusahaan lainnya. Namun salah satu yang paling banyak menyita perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan seperti pemegang saham (investor), kreditor dan pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Good corporate governance (GCG) merupakan isu sentral di kalangan masyarakat bisnis terkini. Isu ini mulai muncul dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997.

Lebih terperinci

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang besar dimana para pemilik atau penanam modalnya sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, sangat diperlukan adanya komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya. Perekonomian masyarakat tersebut

Lebih terperinci

Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance

Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif Disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance 30 Mei 2002 1 Daftar Isi No. Bagian Halaman 1. Pembukaan 3 2. Komite Audit secara Garis Besar 5 3.

Lebih terperinci

MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN. Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP.

MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN. Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP. MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP Abstract Auditor Internal dituntut untuk mampu melaksanakan perannya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Diajukan

Lebih terperinci

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk. Halaman = 1 dari 10 PIAGAM Komite Audit PT Malindo Feedmill Tbk. Jakarta Halaman = 2 dari 10 DAFTAR ISI Halaman I. Tujuan 3 II. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit 3 III. Hak dan Kewenangan Komite Audit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor eksternal yang berprofesi sebagai akuntan publik. Terkait dengan itu, bahwa laporan keuangan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia bisnis selalu terdapat risiko yang timbul dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko perusahaan adalah suatu kondisi dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis saat ini yang memiliki tingkat kompetisi semakin tinggi menyebabkan perubahan tuntutan dan paradigma suatu perusahaan untuk menjadi lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS

RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS Hubungan auditor internal dengan board of audit committee menjadi tantangan tersendiri bagi tim auditor internal. Auditor internal bertanggungjawab

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Executive Summary BAB I Tujuan Umum... 3 BAB II Organisasi... 4 1. Struktur... 4 2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang... 4 3. Hubungan Kerja dengan Dewan Komisaris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang didapatkan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi Manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia yang tergabung dalam G-20, Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya memperkuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana mengkomunikasikan kondisi keuangan perusahaan terhadap stakeholdersnya, baik internal stakeholders maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang

BAB 1 PENDAHULUAN. intellectual capital dianggap penting untuk. diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir ini intellectual capital dianggap penting untuk diungkap dan diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang digunakan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang dipakai perusahaan untuk menginformasikan apa yang telah dilakukan dan dialami perusahaan serta memberikan informasi atas hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini good corporate governance (GCG) telah menjadi salah satu pilar dalam sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang diterbitkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang diterbitkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), auditor internal merupakan bagian dari pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah entitas bisnis. Setiap usaha tentu membutuhkan adanya pencatatan atas laporan keuangan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangannya, penekanan dan mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai watchdog dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) sebagai pelaku ekonomi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Good corporate governance, seperti yang kita ketahui, beberapa tahun terakhir ini telah menjadi statu topik dan sorotan Publik, setelah berhasil membangun kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen

Lebih terperinci

PT Gema Grahasarana Tbk Piagam Unit Pengawasan Internal Internal Audit Charter DITETAPKAN OLEH DISETUJUI OLEH

PT Gema Grahasarana Tbk Piagam Unit Pengawasan Internal Internal Audit Charter DITETAPKAN OLEH DISETUJUI OLEH Halaman 1 dari 6 DITETAPKAN OLEH DEDY ROCHIMAT Direktur Utama DISETUJUI OLEH PULUNG PERANGINANGIN Komisaris Utama HARTOPO Komisaris Independen Halaman 2 dari 6 I. PENDAHULUAN Piagam Unit Audit Internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dipercepatnya program AEC (Asean Economic Community) yang awal

BAB I PENDAHULUAN. Dipercepatnya program AEC (Asean Economic Community) yang awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bekalang Dipercepatnya program AEC (Asean Economic Community) yang awal mulanya untuk tahun 2020 menjadi tahun 2015 membuat persaingan di dunia bisnis semakin meningkat. Hal

Lebih terperinci

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk. PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT A. PENDAHULUAN A.1 TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM UNIT INTERNAL AUDIT a. Memenuhi Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-496/BL/2008 tanggal 28

Lebih terperinci

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) Daftar Isi Halaman I. Pendahuluan Latar belakang..... 1 II. Komite Audit - Arti dan tujuan Komite Audit...... 1 - Komposisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I 1.1. Pengertian Komite Audit dan Risiko Usaha adalah komite yang dibentuk oleh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit, BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi komite audit, expertise

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga ekonomi yang didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar besarnya, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses yang sangat vital dalam dunia bisnis, pemerintahan, dan perekonomian. Boynton dan Johnson (2006) dalam bukunya mengutip Committee on Basic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pihak- pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, sehingga laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal Audit internal menurut Hiro Tugiman (2001:11) adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bates, William dan Robet J. Leclerc Boards of directors and Risk Committees. The Corporate Advisor, Vol.17, No.

DAFTAR PUSTAKA. Bates, William dan Robet J. Leclerc Boards of directors and Risk Committees. The Corporate Advisor, Vol.17, No. DAFTAR PUSTAKA Adhi, Nurseto. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. Skripsi. Program Studi Akuntansi : Universitas Andarini,

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang ditandai dengan masuknya dana-dana asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Pendahuluan Piagam Audit Internal ( Internal Audit Charter ) adalah dokumen formal yang berisi pengakuan keberadaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan terhadap regulasi atau peraturan atas penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN Halaman I. Pembukaan 1 II. Visi dan Misi SPI 2 III. Kebijakan Umum Pengendalian Internal Dan Audit Internal 3 IV. Kedudukan SPI 3 V. Peran SPI 3 VI. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT A. PT Duta Intidaya, Tbk (Perseroan) sebagai suatu perseroan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mematuhi hukum dan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal dalam Sawyer s et al

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal dalam Sawyer s et al BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) audit internal dalam Sawyer s et al (2003:9) Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Risiko yang melekat pada suatu kegiatan investasi menyebabkan pentingnya penyajian informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang disebut dengan corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata kelola pada perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaporan intellectual capital (IC) merupakan salah satu unsur dari pelaporan sukarela. Meskipun bukan termasuk laporan yang cukup mendasar dalam sebuah laporan tahunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah memperoleh laba. Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perkembangan zaman yang kaya akan teknologi informasi memacu perusahaan-perusahaan untuk dapat menyajikan informasi secara lebih baik lagi. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi yang sering digunakan dan diakses oleh pihak eksternal perusahaan dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan

Lebih terperinci

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan.

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan. dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan. II. TINJAUAN TEORITIS Perkembangan adanya komite audit dimulai pada tahun 1939, New York Stock Exchange (NYSE) mulai mengusulkan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada awal abad 21, sejak munculnya kasus Enron yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP (Keputusan Dewan Komisaris No. 07/KEP/DK/2013 tanggal 22 Juli 2013) I. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN 1. LATAR BELAKANG Perusahaan Perseroan (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian dalam mencapai visi dan misi perusahaan. Salah satu risiko tersebut dapat berupa keuangan maupun nonkeuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik, Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini cenderung menurun dikarenakan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang di mulai pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11 PIAGAM KOMITE AUDIT Rincian Administratif dari Kebijakan Nama Kebijakan Piagam Komite Audit Pemilik Kebijakan Fungsi Corporate Secretary Penyimpan Kebijakan - Fungsi Corporate Secretary - Enterprise Policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu masalah

Lebih terperinci

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika

Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika KAJIAN TEORITIS PERANAN INTERNAL AUDITOR Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika ABSTRACT Internal auditor as internal examination which evaluating all the operation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi tentang risiko harus diungkapkan secara memadai agar dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan yang cermat dan tepat. Informasi tentang pengungkapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada masa seperti sekarang ini. Untuk itu para pengambil keputusan membutuhkan informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1997 pernah melanda Negara Asia yaitu Negara Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak perusahaan besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan lembaga keuangan yang berdampak sistemik serta disfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis keuangan global memberikan pelajaran yang sangat berharga tentang pentingnya menjaga sistem keuangan agar tetap tahan terhadap krisis. Krisis yang saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini beserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan praktik akuntan publik. Praktek akuntan publik merupakan aktivitas jasa yaitu jasa pemeriksaan,

Lebih terperinci