Coastal Community Development Project IFAD (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Coastal Community Development Project IFAD (CCDP-IFAD) Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2013 PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN/KOTA (COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT) DISUSUN KONSULTAN PIU KAB/KOTA YAPEN 1. MATIUS PARADA 2. YASSER AHMED 13 JANUARI 2014 LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 1 of 39

2 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Indonesia dan IFAD telah mengembangkan proyek pembangunan masyarakat pesisir atau Coastal Community Development Project (CCDP) dan pada saat ini sedang dalam proses perekrutan konsultan pengelola dan tenaga ahli lainnya yang akan terlibat dalam implementasi kegiatan. Proyek dilaksanakan di sejumlah kabupaten/kota, dengan keberagaman sumberdaya lingkungan laut dan sosial budaya masyarakat, yang terdiri dari masyarakat miskin namun memiliki sumberdaya yang potensial dan akses terhadap pasar. Tujuan utama proyek ini adalah pengurangan kemiskinan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil. Tujuan proyek akan dicapai melalui peningkatan pendapatan rumah tangga bagi keluarga yang terlibat dalam kegiatan perikanan dan kelautan di masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil, yang merupakan tujuan pembangunan. Untuk mendukung tujuan pembangunan, proyek ini akan memiliki tiga outcome, masing-masing terkait dengan salah satu dari komponen investasi proyek: (i) rumah tangga sasaran dapat menerapkan kegiatan ekonomi berbasis kelautan yang menguntungkan tanpa menimbulkan efek merugikan pada sumber daya laut, (ii) perluasan peluang ekonomi di kabupaten proyek untuk keberkelanjutan, berbasis pasar, usaha perikanan / kelautan skala kecil, dan (iii) proyek dikelola secara efisien dan transparan untuk kepentingan rumah tangga sasaran proyek dan masyarakat. Ada empat elemen utama yang penting dalam proyek: Komponen tersebut mewakili inti dari proyek dan menjadi landasan untuk kegiatan proyek dan bagaimana diimplementasikan. Pemberdayaan masyarakat, pada dasarnya pendekatan demand-driven partisipatif untuk pembangunan, telah dan terus menjadi salah satu strategi kunci yang mendasari pembangunan program LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 2 of 39

3 pemerintah. Konsep inilah yang akan membentuk cara bagaimana CCDP akan dilaksanakan, terdapat unsur penataan utama dalam desain proyek dan merupakan dasar untuk bagaimana proyek kegiatan investasi dilaksanakan dan berhubungan satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana proyek dan juga menentukan bagaimana manajemen proyek dapat berfungsi/berjalan. Sementara aspek partisipatif, pendekatan demand-driven memungkinkan masyarakat dan rumah tangga untuk berpartisipasi dan memutuskan prioritas mereka, ini adalah strategi pasar dan intervensi terkait dengan itu yang akan memberikan keuntungan kepada nelayan / kelautan rumah tangga dan memungkinkan mereka untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan meningkatkan laba bersih yang berkelanjutan dari ikan dan produk laut lainnya. Unsur ketiga, fokus pada kemiskinan dan menargetkan kaum miskin, adalah kebijakan pemerintah yang mendasar dan mandat utama dari IFAD. Fokus bagi masyarakat miskin telah menjadi salah satu faktor penentu utama dalam pemilihan masyarakat sasaran - semua desa yang dipilih memiliki setidaknya 20% rumah tangga di bawah garis kemiskinan TUJUAN DAN SASARAN PROYEK Tujuan utama proyek ini adalah pengurangan kemiskinan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil. Tujuan proyek akan dicapai melalui peningkatan pendapatan rumah tangga bagi keluarga yang terlibat dalam kegiatan perikanan dan kelautan di masyarakat miskin pesisir dan pulau-pulau kecil, yang merupakan tujuan pembangunan. Sasaran masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil miskin, yang memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan dari usaha dibidang kelautan dan perikanan, dan ruang lingkup untuk meningkatkan skala kegiatan di kabupaten. Mereka telah dipilih untuk mewakili kabupaten, yang di masa depan akan dapat memulai intervensi proyek. Dimasukkannya wilayah lingkungan laut LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 3 of 39

4 yang beragam akan memungkinkan proyek untuk memperkenalkan proses yang berbeda untuk pengelolaan sumber daya, dikombinasikan dengan pembangunan ekonomi berkelanjutan baik budidaya, penangkapan ikan maupun usaha lainnya STRUKTUR KELEMBAGAAN PROYEK STRUKTUR KELEMBAGAAN DI KABUPATEN/KOTA BUPATI/WALIKOTA Bupati, atau Kepala Administratif Kabupaten Dinas KP Kepala Dinas, atau Kepala Dinas Perikanan di Kabupaten Ketua PIU tanggu ng jawab administratif keseluruhan terhadap proyek KOMITE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR Bappeda, Dinas KP Kab/Kota, LSM, Organsasi Wanita, Perguruan Tinggi, UPT BPSPL/BKKPN, Dinas KP Propinsi, Pengusaha Perikanan, (9-11 orang) Konsultan Sekretaris bertanggung jawab atas operasi harian proyek (Kepala Bidang Dinas KP penuh waktu) Administrasi Bendahara Pejabat Keuangan dan anggaran/ perencanaan Pe jabat Monev/SAKIP Pejabat Pengadaan barang/jasa Pejabat pengadaan Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumber Daya Kepala Bagian Dinas PK (penuh waktu) Konsultan Pemberdayaan dan Penge lolaan Sumber Daya Staf kabupaten lainnya Pembangunan Ekonomi Berbasis Kelautan Kepala Bagian Dinas PK (penuh waktu) Konsultan Pasar, Lembaga dan Prasarana Staf kabupaten lainnya Fasilitasi Masyarakat dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Pengembangan usaha, tabungan dan prasarana desa Dukungan Pasar/Rantai Pasok Investasi kabupaten dalam kapasitas prasarana dan kelembagaan Perikanan Berskala Kecil Kelompok Usaha Masyarakat dan Kelompok Kerja Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Desa Tim Pendamping Desa/.Motivator Desa Motivator Desa (ketua Kelompok Kerja Desa) 1.4. TAHAPAN KEGIATAN, KOMPONEN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PROYEK 1. Pembentukan Kelembagaan PIU 2. Rekruitmen TPD/Fasilitator 3 Orang 3. Pembentukan Komite Pesisir (DOB) 4. Sosialisasi Desa di 6 Desa 5. Penilaian Desa berbasis Masyarakat di 9 desa 6. Pertemuan Desa di 9 desa 7. Pelatihan Kelompok Masyarakat (Pokmas) di 9 desa 8. Inventory Sumberdaya di 9 desa 9. Pelatihan Co-Management Group di 9 desa 10. Pembangunan Pondok Informasi di 9 desa LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 4 of 39

5 11. Detailed Village Co-Management Plan di 9 desa 12. Workshop Coastal Marine Resources management 13. Fasilitasi P3MP 1 kali 14. Pelatihan system Monev 1 kali 15. Penyaluran BLM di 3 desa 16. Pelatihan Pemasaran di 9 desa 17. Pengembangan AIG dan jaringan Pasar 1 kali 18. Sinkronisasi perencanaan 1 kali 19. Pertemuan Tim Teknis 3 kali 20. BASELINE RIMS 21. ANNUAL OUTCOME SURVEY 22. MARKET STUDY 23. GENDER STUDY 24. VILLAGE PROFILING 1.5. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN INDIKATOR KINERJA PROYEK Setiap tahapan kegiatan program di masing-masing desa dilakukan pemantauan oleh PIU, Konsultan dan TPD, kemudian di evaluasi secara bersama-sama mengenai permasalahan di lapangan DESKRIPSI SINGKAT CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2013 Kegiatan CCDP-IFAD PIU Yapen tahun 2013 di awali dengan Sosialisasi Perdana di Kampung Banawa Distrik Yapen Selatan dan di Akhiri dengan Kegiatan Monitoring Berbasis Masyarakat. Capaian Kegiatan Program CCDP-IFAD Kabupaten Kepulauan Yapen realisasi kegiatan mencapai 100 %. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 5 of 39

6 2. GAMBARAN UMUM LOKASI CCDP-IFAD Kondisi Geografis Karakteristik Wilayah Secara geografis Kabupaten Kepulauan Yapen terletak pada 134º46 BT - 137º54 BT dan 01º27 LS - 02º58 LS. Kabupaten Kepulauan Yapen merupakan salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Papua dengan karakteristik sebagai kabupaten kepulauan yang terletak pada pertengahan Teluk Cenderawasih. Secara administrasi Kabupaten Kepulauan Yapen memiliki batas batas wilayah, sebagai berikut: (a) sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Biak Numfor; (b) sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Waropen; (c) sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Manokwari; dan (d) sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sarmi dan Jayapura. Kabupaten Kepulauan Yapen mempunyai luas wilayah daratan sekitar Km 2 meliputi 12 distrik, yaitu Distrik Yapen Barat, Distrik Yapen Selatan, Teluk Ampimoi (Lokasi Proyek IFAD), Distrik Poom, Distrik Wonawa, Distrik Windesi, Distrik Kosiwo, Distrik Yapen Utara, Distrik Raimbawi, Distrik Kepulauan Ambai, Distrik Angkaisera, dan Distrik Yapen Timur. Sebagian besar distrik-distrik Yapen Waropen berada di wilayah pesisir dimana terletak sejajar dengan garis pantai sepanjang ± 847 Km dan perairan laut seluas ± Km 2, serta termasuk pulau-pulau kecil disekitarnya (Gambar 1). Gambar 1. Peta Kabupaten Kepulauan Yapen LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 6 of 39

7 Distrik Yapen Selatan Distrik Yapen Selatan memiliki luas ± 60,5 Km 2, terdiri dari 14 kampung dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK dan jumlah RW sebanyak 40 rukun dan jumlah RT sebanyak 104 rukun (Tabel 2). Tabel. 2. Luas Wilayah Menurut kampung, Jumlah KK, RW dan RT No. Kelurahan/Kampung Luas Jumlah (Km²) KK RW RT 1. Anotaurei 6, Tarau 3, Serui Kota 12, Serui Jaya 6, Mariadei 4, Serui Laut 1, Pasir Putih 1, Pasir Hitam 1, Banawa 3, Turu 5, Warari 5, Mantembu 3, Famboaman 3, Yapan 2, J u m l a h 60, Sumber: BPS Kabupaten YAWA, 2005 Ibukota Distrik Kota Serui Gambar 3. Lokasi Distrik Yapen Selatan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 7 of 39

8 Distrik Teluk Ampimoi Secara umum, Distrik Teluk Ampimoi terdiri dari 9 kampung. Kampungkampung ada yang berada dalam lokasi yang sama seperti Kampung Randawaya dan Ayari yang dibatasi dengan jalan, serta Kampung Waita dan Warironi sedang 5 lainnya terpisah. Kampung yang terpisah ini sebagian besar permukiman berada di atas air. Kampung Tarei merupakan kampung yang terjauh sebelah timur dan Kampung Bareraipi sebelah barat dari ibukota distrik. Wilayah Distrik Teluk Ampimoi berbatasan langsung sebelah Utara Distrik Raimbawi dan Distrik Pantura; sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Seireri; sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Angkaisera; dan sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Yapen Timur. Kondisi penutupan lahan (hutan) berada pada kisaran 46,07-68,07%. No. Kampung Luas (Ha) (%) 1. Ampimoi 3.498,05 13,15 2. Ayari 145,79 0,55 3. Bareraipi 1.221,73 4,59 4. Karoaipi 459,61 1,73 5. Randawaya 3.980,66 14,96 6. Tarei 2.759,46 10,37 7. Wabuayar ,26 43,56 8. Waita 1.342,62 5,05 9. Warironi 1.606,42 6, Laut ,30 - Total ,89 100,00 Gambar 4. Lokasi Distrik Teluk Ampimoi LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 8 of 39

9 2. 2. Demografi, Sosial, Ekonomi dan Budaya Wilayah Pesisir Demografi Distrik Yapen Selatan Hingga tahun 2008, jumlah penduduk di Distrik Yapen Selatan adalah Jiwa yang tersebar di 10 kampung dan 4 kelurahan dengan kepadatan penduduknya sebesar 453,38 jiwa/km 2 (Tabel 6). menunjukkan penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Serui Kota. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kampung Turu. Sementara itu, kepadatan penduduk terbesar (9.854,96 jiwa/km 2 ) berada di Kampung Serui Jaya, sedangkan Kampung Mantembu adalah kampung yang mempunyai kepadatan penduduk terkecil, yakni sebesar 25,78 jiwa/km 2. Tabel 6. Tingkat kepadatan Penduduk di Distrik Yapen Selatan. No. Kampung Luas (Km 2 ) Penduduk Kepadatan (jiwa/km2) Kategori Penduduk 1. Banawa 1, ,51 Sangat padat 2. Famboaman 6, ,43 Kurang Padat 3. Mantembu 18, ,78 Tidak padat 4. Mariadei 5, ,05 Kurang Padat 5. Pasir Hitam 0, ,75 Sangat Padat 6. Pasir Putih 0, ,94 Sangat Padat 7. Serui Laut 1, ,35 Kurang Padat 8. Turu 3, ,30 Tidak Padat 9. Warari 6, ,44 Kurang Padat 10. Yapan 9, ,57 Tidak Padat 11. Anotaurei 2, ,30 Padat 12. Serui Jaya 0, ,96 Sangat Padat 13. Serui Kota 1, ,31 Sangat Padat 14. Tarau 0, ,87 Sangat Padat Jumlah 58, ,38 Sangat Padat Sumber: Analisis Tim, Sosekbud Distrik Yapen Selatan Untuk kondisi sosial dan ekonomi Distrik Yapen Selatan dapat dicermati dari beberapa hal, meliputi: sistem keamanan sosial, pola pemukiman penduduk, jaringan dan kohesi sosial, serta karakterisitk pekerjaan dan tenaga kerja. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 9 of 39

10 Untuk sistem keamanan sosial, umumnya persoalan sosial yang dihadapi oleh masyarakat disesuaikan dengan berat dan ringannya perkara. Untuk perkara yang ringan (seperti: perceraian dan sejenisnya), penyelesaian masalah menggunakan dua pendekatan, yakni pertama, penyelesaian secara kekeluargaan atau non-formal institution melalui para tetua adat; dan kedua, penyelesaian secara hukum yang berlaku atau formal institution melalui pengadilan agama. Sedangkan untuk kasus yang tergolong berat (seperti: pembunuhan, pencurian, dan lain-lain), pende-katan penyelesaiannya menggunakan institusi formal (formal institution) atau lembaga peradilan. Baik penduduk asli Papua dan pendatang (non-papua), pola pemukimannya mengikuti struktur ekonomi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Adapun struktur ekonomi di Distrik Yapen Selatan adalah pedagang, perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan nelayan tangkap. Untuk mata pencaharian yang bertumpu pada perdagangan, perkebunan, dan pertanian tanaman pangan, pemukiman warga umumnya berada di daratan. Adapun kampung/kelurahan yang masuk kategori pemukiman yang berada di daratan adalah Mantembu, Mariadei, Banawa, Warari, Turu, Pasir Putih, Yapan, Famboaman, Anotaurei, Tarau, Serui Kota, dan Serui Jaya. Berbeda dengan masyarakat yang mata pencaharian pokoknya bertumpu pada nelayan tangkap, pemukimannya berada di pesisir laut. Ini dengan mudah dilihat pada Kampung Serui Laut dan Pasir Hitam. Meski terdapat sebagian warga kampung yang tinggal di daratan. Selanjutnya perekat sosial (social cohesion) masyarakat adalah ikatan kekerabatan atau marga. Kohesi sosial dalam bentuk ikatan kekerabatan atau marga dapat dilihat dari aktivitas warga berdasarkan etnik masing-masing. Ikatan sosial inilah yang kemudian membentuk jaringan sosial dalam konteksnya. Umumnya, ikatan kekerabatan atau marga digunakan untuk membentuk jaringan sosial pengaman kebutuhan subsistensi warga, seperti: keamanan pangan Demokrafi Distrik Teluk Ampimoi Hingga tahun 2008, jumlah penduduk di Distrik Teluk Ampimoi adalah Jiwa yang tersebar di 9 kampung dengan kepadatan penduduknya sebesar 12,39 LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 10 of 39

11 jiwa/km 2 dengan kategori tidak padat (Tabel 7), menunjukkan penduduk terbanyak terdapat di Kampung Waita. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kampung Tarei. Sementara itu, kepadatan penduduk terbesar (214,68 jiwa/km 2 ) berada di Kampung Ayari, besarnya kepadatan jiwa ini dikarenakan luas wilayahnya yang relatif sempit. Meskipun kepadatannya tinggi namun terkonsentrasi pada pemukiman tertentu. Sedangkan Kampung Wabuayar adalah kampung yang mempunyai kepadatan penduduk terkecil, yakni sebesar 1,01 jiwa/km 2. Tabel 4. Tingkat kepadatan Penduduk di Distrik Teluk Ampimoi No. Kampung Luas (Km 2 ) Penduduk Kepadatan (jiwa/km2) Kategori Penduduk 1. Ampimoi 34, ,90 Tidak padat 2. Ayari 1, ,68 Sangat Padat 3. Bareraipi 12, ,38 Tidak padat 4. Karoaipi 4, ,38 Kurang Padat 5. Randawaya 39, ,84 Tidak padat 6. Tarei 27, ,69 Tidak padat 7. Wabuayar 115, ,01 Tidak Padat 8. Waita 13, ,28 Kurang Padat 9. Warironi 16, ,91 Tidak padat Jumlah 266, ,39 Tidak padat Sosekbud Distrik Teluk Ampimoi Kondisi sosial dan ekonomi Distrik Teluk Ampimoi dapat dicermati dari beberapa hal, meliputi: sistem keamanan sosial, pola pemukiman penduduk, jaringan dan kohesi sosial, serta karakterisitk pekerjaan dan tenaga kerja. Umumnya keamanan sosial seperti halnya dengan distrik lainnya, dimana penyelesaian persoalan sosial yang dihadapi oleh masyarakat tergantung dengan berat dan ringannya perkara. Untuk perkara yang ringan, penyelesaian masalah menggunakan dua pendekatan, yakni pertama, penyelesaian secara kekeluargaan atau non-formal institution melalui para tetua adat atau lembaga gereja; dan kedua, penyelesaian secara hukum yang berlaku atau formal institution melalui pengadilan negeri. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 11 of 39

12 Sedangkan untuk kasus yang tergolong berat (seperti: pembunuhan, pencurian, dan lain-lain), pendekatan penyelesaiannya menggunakan lembaga formal peradilan. Warga di Distrik Teluk Ampimoi mempunyai pola pemukiman mengikuti struktur ekonomi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Dikarenakan mayoritas mata pencaharian penduduk Distrik Teluk Ampimoi adalah sebagai petani dan nelayan, maka pola pemukimannya berada di daratan dan pesisir pantai. Dimana antar rumah satu dengan rumah lainnya masih mempunyai ikatan kekerabatan atau kekeluargaan. Selanjutnya perekat sosial (social cohesion) masyarakat adalah ikatan kekerabatan atau marga. Kohesi sosial dalam bentuk ikatan kekerabatan atau marga ini dapat dilihat dari aktivitas warga dalam hal kepemilikan lahan dan aktivitas pertanian dan perikanan tangkap. 2. PERAN KONSULTAN PIU/KABUPATEN 2.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Konsultan Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Ketua PIU dan memiliki tanggung jawab utama sebagai berikut: a. Bekerja sama dengan Penasehat PMO untuk Pemasaran dan value chain berkonsultasi dengan para konsultan Pemasaran dan value chain Kabupaten/Kota lainnya mengkaji dan menguraikan lebih lanjut rancangan pelaksanaan Sub- Komponen 1.3 dan 2.2. b. Melakukan penilaian pasar kabupaten/kota, meliputi kajian jaringan harga secara terinci yang mencakup identifikasi daftar awal hingga jaringan pasar produk potensial di kabupaten/kota, seleksi dan validasi hingga jaringan harga produk sangat potensial, serta Pembangunan strategi intervensi bersasaran namun terinci bagi setiap jaringan harga produk prioritas sangat potensial bagi kabupaten/kota dengan pengawasan dan bimbingan Penasehat PMO untuk Pemasaran dan value chain dan kerjasama dengan para Spesialis Pemasaran dan value chain Kabupaten/Kota. c. Untuk Sub-Komponen 1.3, merancang format standar rencana konsep bisnis serta persiapan rencana bisnis dan model finansial sederhana (misalnya untuk LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 12 of 39

13 Peralatan Pengumpul Ikan atau Kelompok Usaha Produksi Rumput Laut) yang dapat dipakai sebagai contoh bagi kelompok-kelompok peminat dan rujukan untuk mengkaji kelayakan proposal yang diterima. d. Berperan serta dalam mengkaji dan membandingkan proposal kelompok usaha dan usaha jasa dari kabupaten/kota lainnya. e. Menyiapkan modul dan bahan pelatihan keterampilan bisnis dasar bagi kelompok usaha (meliputi penggunaan dan/atau adaptasi bahan pelatihan yang ada bilamana diperlukan). f. Mengkaji rancangan pengelolaan dan penggunaan Dana BLM dan Infrastruktur serta menjabarkan rancangan pelaksanaannnya, juga memberikan masukan bagi modifikasi rancangan Pedoman Pelaksanaan Proyek. g. Mengatur peluncuran program Dana BLM dan Infrastruktur di kabupaten/kota (meliputi applikasi, seleksi dan pendanaan kelompok usaha dan usaha jasa) serta mendorong pelaksanaannya. h. Menfasilitasi pengelolaan Dana tersebut oleh desa serta pembuatan keputusan perihal distribusi antara infrastruktur desa, usaha jasa, dan usaha produksi. i. Membantu desa menyiapkan rencana pelaksanaan ketiga jenis investasi yang berasal dari Dana tersebut. j. Bersama para tenaga pendamping, mengorganisasikan desa dalam memilih dan melaksanakan pembangunan infrastruktur, membentuk Kelompok Infrastruktur Desa guna mengawasi pengelolaan proyek infrastruktur. k. Dengan berkoordinasi dengan para konsultan Pemasaran dan value chain Kabupaten/Kota lainnya, membantu menyiapkan rencana bisnis dan model finansial sederhana sesuai dengan kondisi dan studi jaringan pasar di kabupaten/kota mereka masing-masing, melakukan validasi silang dengan model dari kabupaten/kota lainnya sebagai contoh bagi kelompok-kelompok peminat dan rujukan untuk mengkaji kelayakan proposal yang diterima. l. Bekerja sama dengan para tenaga pendamping, memberikan dukungan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 13 of 39

14 teknis kepada kelompok-kelompok peminat untuk menyiapkan rencana/konsep bisnis mereka guna pengajuan kebutuhan investasi ke Dana BLM dan Infrastruktur yang diperuntukkan bagi kelompok usaha dan usaha jasa. m. Bersama para Tenaga Pendamping, mengidentifikasi dan membentuk kelompok penabung yang terdiri dari keluarga-keluarga beresiko. n. Mengkaji proposal kelompok usaha, melakukan saringan kelayakan, memberikan prioritas akhir dan memilih kelompok usaha yang harus disokong. o. Mengkaji proposal usaha dalam konteks Rencana Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan memastikan bahwa kelompok-kelompok usaha itu sejalan dengan Rencana tersebut dan tidak akan memberi dampak negatif terhadap lingkungan. p. Melakukan kajian banding atas pemilihan proposal kelompok usaha dari kabupaten/kota lainnya. q. Koordinasi dengan Penasehat PMO bagi Pemasaran dan value chain, memberikan pelatihan teknis dan pelatihan bisnis serta dukungan kepada kelompok usaha. Pelatihan dan dukungan tersebut mencakup pelatihan keterampilan bisnis bagi kelompok usaha yang didukung, dengan topik antara lain: kepemimpinan, manajemen bisnis, perencanaan dan manajemen keuangan, keterampilan negosiasi, pemasaran, pencarian dan pemanfaatan informasi pasar, akses keuangan, pemberian pelatihan, dan kerjasama dengan tenaga pendamping. r. Memberikan pelatihan dan bimbingan berjalan kepada kelompok usaha dan jasa yang didukung sebagaimana diperlukan. s. Bekerja sama dengan Penasehat PMO bagi Pemasaran dan value chain, berkonsultasi dengan konsultan Pemasaran dan value chain Kabupaten/kota lainnya, mengkaji dan menjabarkan rancangan pelaksanaan pengelolaan dan pelatihan manajemen tabungan dan pinjaman bagi kelompok usaha. t. Berkenaan dengan pelaksanaan Sub-Komponen 2.2, menyelesaikan pekerjaan penilaian pasar kabupaten/kota, termasuk seleksi jaringan harga prioritas dan penyelenggaraan pertemuan di desa proyek untuk mendiskusikan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 14 of 39

15 temuan dan dampak terhadap setiap desa. u. Mengadakan lokakarya validasi strategi dan peluang pasar serta rapat dengan calon pembeli dan kalangan bisnis swasta. v. Menyiapkan strategi intervensi terinci untuk setiap jaringan harga produk prioritas sangat potensial, dengan menyertakan jaringan terkait, strategi dan rencana aksi dengan kejelasan tahapan, tanggung jawab, dan komitmen para pemangku kepentingan. w. Mengkoordinasikan pelaksanaan strategi intervensi dan rencana aksi yang disepakati bagi setiap jaringan harga prioritas, dengan memasukkan (tanpa maksud membatasi) prioritas, studi peluang pasar bagi keompok usaha dan rumah tangga nelayan, promosi peluang pasar, demo dan pelatihan kelompok usaha skala kecil tentang teknologi produksi dan penanganan pasca panen, penyelenggaraan event terkait pasar kabupaten/kota, seleksi, desain, dan penyertaan pembiayaan dari investasi awal yang mempertemukan kelompok produsen dengan mitra bisnis/pembeli serta seleksi, negosiasi, dan penyertaan pembiayaan oleh pemasok swasta untuk mengembangkan/memperbaharui jaringan pasokan penting di kabupaten/kota. x. Mengkoordinasikan pembentukan kerangka kerja monitoring hasil sederhana bagi setiap strategi intervensi guna memantau kemajuan, hasil dan dampak serta memberikan umpan balik untuk pemutakhiran dan pengkajian strategi intervensi berjalan. y. Mengkoordinasikan pelaksanaan, analisis dan penyebaran survey tahunan penelusuran jaringan pasar bagi setiap jaringan pasar prioritas di kabupaten/kota dengan dukungan staf M&E (Monitoring dan Evaluasi) PIU dan PMO. z. Memimpin persiapan dan penyebaran arahan tahunan jaringan pasar dan harga serta pemutakhiran daftar kontak pembeli/produsen/pemasok. aa. Menyelenggarakan dan memfasilitasi lokakarya tahunan pemangku LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 15 of 39

16 kepentingan jaringan harga bersama-sama pembeli, perusahaan, produsen dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengkaji persoalan yang timbul dalam jaringan harga, kemajuan atas tahapan yang disepakati, serta pemutakhiran strategi intervensi dan rencana aksi bagi setiap jaringan harga. bb. Menyelenggarakan survey standar tahunan penelusuran industri, catatan arahan standar dua tahunan, dan daftar kontak pembeli/produsen/pemasok. cc. Memfasilitasi dan menjalin hubungan dan kontak dengan pembeli potensial dan mitra bisnis di jaringan harga prioritas yang sesuai dengan lebih dari satu kabupaten/kota. dd. Membantu agar proyek berjalan secara efektif sesuai dengan penetapan harga nasional dan daerah permintaan dan penawaran bagi produk perikanan dan kelautan yang dihasilkan proyek. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 16 of 39

17 4. IMPLEMENTASI KEGIATAN / PROYEK KOMPONEN 1. Pemberdayaan Sumberdaya Pesisir. Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Pada tahun 2013, kegiatan CCDP IFAD banyak bertumpu pada komponen 1 terkait untuk mendorong partisipatif masyarakat dan penentuan desa/kampung prioritas yang berada di tingkat Kabupaten dengan bertujuan untuk pembangunan kelautan dan perikanan termasuk pengelolaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan. Ada beberapa proses untuk meningkatkan partisipatif masyarakat yang telah dilakukan dengan dibentuknya kelompok kerja nelayan yang terdiri dari kelompok usaha, kelompok tabungan, dan kelompok pengelolaan sumberdaya alam. Hasil yang telah dilakukan pada kegiatan tahun 2013, menunjukkan perubahan signifikan pada peningkatan kerjasama antar kelompok dalam melakukan kegiatan serta kesadaran untuk menjaga sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat kampung meningkat. Indicator kegiatan yang berhasil dicapai dapat dilihat dengan merampungkan pembentukan kelompok nelayan, meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan CCDP IFAD dalam rangka sosialisasi, serta merampungkan beberapa pembangunan infrastruktur seperti pembangunan pondok informasi dan jalan setapak untuk mendukung kegiatan masyarakat nelayan setempat. Hal-hal menarik yang perlu dicermati dalam kegiatan ini di Kabupaten Yapen yaitu ada perubahan paradigma masyarakat untuk melakukan proses peningkatan kesejahteraan serta perlu diantisipasi penggunaan sumberdaya alam yang berlebihan atau mengeksplorasi terumbu karang sebagai media konsumsi masyarakat (kapur sirih) sehingga perlu peningkatan monitoring sumberdaya alam. Hal lain yang perlu dicermati bahwa setiap kegiatan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat perlu melibatkan nilai budaya atau kultur setempat untuk membuat peraturan kampung (perkam) agar mengikat kesadaran masyarakat dalam mencapai peningkatan kesejahteraan. Kecenderungan masyarakat di awal dalam kegiatan CCDP IFAD ini adalah kegiatan yang hanya membagikan uang di tingkat masyarakat namun setelah dilakukan sosialisasi maka proses penyadaran masyarakat meningkat. Sub-Komponen 1.1. Fasilitasi, Perencanaan dan Pemantauan Masyarakat Fasilitasi, perencanaan dan pemantauan masyarakat memberikan kerangka kerja bagi keterlibatan kelompok masyarakat untuk mendukung partisipatif masyarakat, menyediakan alat social dan keterampilan pengelolaan proyek yang diperlukan untuk melaksanakan proyek di tingkat desa. Kualitas, dedikasi dan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 17 of 39

18 keterampilan para tenaga pendamping desa (TPD), konsultan, dan kualitas kepemimpinan dari para pemimpin (leader) di tingkat desa akan menentukan factorfaktor dalam mencapai hasil. Sub-Komponen 1.2. Penilaian, Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya pesisir Penilaian, Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya pesisir menetapkan visi dari hasil consensus yang luas dari desa untuk pemanfaatan dan konservasi sumberdaya pesisir secara berkelanjutan di desa/kampung dan struktur hubungannya dengan kampung di sekitar dan para pengguna sumberdaya dari luar masyarakat kampung tersebut. Hal ini dirancang untuk membangun keterpaduan antar wilayah dan ekosistem pesisir untuk pembangunan ekonomi berbasis kelautan. Sub-komponen 1.3. Pembangunan Desa yang Berorientasi Pasar Pembangunan desa yang berorientasi pasar menyediakan investasi dalam pembangunan ekonomi. Komponen ini adalah pendorong inti dari peningkatan penghidupan dan pengurangan kemiskinan di masyarakat sasaran. 4 jenis investasi akan disediakan, semuanya dalam bentuk dana BLM (bantuan langsung mandiri) kepada kelompok masyarakat yaitu: (i) untuk prasarana desa, khususnya terkait dengan ekonomi kelautan, (ii) untuk sarana jasa ekonomi terkait dengan ekonomi kelautan, (iii) untuk usaha yang terlibat dalam produksi dan pemasaran dan kegiatan ekonomi sepanjang rantai pasok berdasarkan kegiatan ekonomi kelautan, (iv) dana bersama untuk kelompok tabungan, ditargetkan terutama pada rumah tangga tanpa tabungan atau dengan tabungan rendah dan dipertimbangkan sebagai sarana transisi dari kelompok tabungan ke kelompok usaha. KOMPONEN 2. Pengembangan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan Sub-Komponen 2.1. Dukungan Pengembangan Usaha Skala Kecil di Kab/Kota Dukungan pengembangan usaha skala kecil di Kabupaten Yapen masih belum nampak hasilnya seiring dengan berbagai kendala yang dihadapi. Usaha kecil dalam lingkup yang cukup besar dalam sarana dan prasarana. Kita dapat melihat jumlah nelayan yang cukup besar karena didukung dengan kondisi geografis namun keterbatasan perahu, alat tangkap, bagan dan sebagainya. Sub-Komponen 2.2. Dukungan Pemasaran, Tata Niaga, dan Rantai Pasok Pada tahun 2013, berdasarkan hasil pemaparan dari tim IPB dalam bidang pemasaran, tata niaga dan rantai pasok menunjukkan bahwa khusus di Kabupaten LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 18 of 39

19 pemasaran hasil produksi perikanan berada di tingkat local terkait dengan tingginya konsumsi masyarakat Kabupaten Yapen terhadap ikan atau hasil perikanan, sehingga pasar yang mendukung hanya di tingkat local. Selain itu, kendala yang sering dihadapi dalam pemasaran adalah lokasi yang masih cukup jauh dan tidak didukung dengan sarana jalan darat yang memadai KOMPONEN 3. Pengelolaan Proyek 1. Pembentukan Kelembagaan PIU 2. Rekruitmen TPD/Fasilitator 3. Pembentukan Komite Pesisir (DOB) 4. Sosialisasi Desa di 6 Desa Sosialisasi dilakukan di 3 desa di Distrik Yapen Selatan dan 3 desa di Distrik Teluk Ampimoi. Pada kegiatan ini dilakukan dengan mensosialisasikan kegiatan CCDP-IFAD di desa-desa tersebut dan diharapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. Hal ini perlu adanya dukungan dari masyarakat agar kegiatan ini tepat sasaran dan bekerja secara efektif. 5. Penilaian Desa berbasis Masyarakat di 9 desa Penilaian desa dilakukan oleh PIU Yapen di 3 Desa di distrik Yapen Selatan dan 6 Desa di Distrik Teluk Ampimoi untuk melihat perkembangan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok penerima bantuan, kemudian di buat rekomendasi untuk evaluasi kegiatan Pertemuan Desa di 9 desa Pertemuan desa yang dilakukan di 9 kampung untuk mencari informasi kegiatan yang terkait dengan kebutuhan masing-masing kampung untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan. Hal ini dilakukan untuk kegiatan yang dilakukan dari masyarakat dan untuk masyarakat. Pola ini dikembangkan agar kegiatan ini terarah sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lapangan. Kegiatan pertemuan desa diharapkan juga dapat mempertemukan PIU, konsultan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 19 of 39

20 dan TPD untuk dapat membantu memecahkan masalah yang timbul di masyarakat. 7. Pelatihan Kelompok Masyarakat (Pokmas) di 9 desa Melakukan kegiatan pelatihan bagi kelompok masyarakat dengan melibatkan seluruh kelompok masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini. Pelatihan untuk kelompok penangkapan dimaksudkan agar masing-masing kelompok dapat dilatih untuk selalu menjaga kelestarian alam sehingga daya dukung penangkapan di alam dapat tercukupi. Kegiatan ini juga dilatih agar nelayan menjaga DPL (daerah perlindungan laut) agar tetap terjaga fungsinya sebagai tempat berkembang biak. 8. Inventory Sumberdaya di 9 desa Kegiatan inventory sumberdaya dilakukan dengan mengiventarisir sumberdaya yang ada di kelompok masyarakat nelayan dengan menginterview kelompok masyarakat dalam melihat potensi sumberdaya yang ada di masingmasing kelompok. Hal ini untuk melihat sumberdaya dan daya dukung terhadap potensi yang ada di kelompok masyarakat. Data inventory ini akan mendukung peluang potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan. Kegiatan ini melibatkan PIU, konsultan, TPD dan kelompok masyakat. 9. Pelatihan Co-Management Group di 9 desa Pelatihan yang ditujukan pada kelompok masyarakat dengan melakukan pengelolaan sumberdaya serta memperkuat kelompok dalam mengelola sumberdaya yang ada. Hal ini dilakukan dengan output untuk melatih kelompok dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. 10. Pembangunan Pondok Informasi di 9 desa Status pembangunan pondok informasi pada untuk 3 kampung di Distrik Yapen Selatan dan 6 kampung di Distrik Teluk Ampimoi telah rampung. Dana pondok informasi dikeluarkan bertahap, tahap pertama dikeluarkan 50% dan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 20 of 39

21 sisanya 50% akan dikeluarkan jika pembangunan telah rampung mencapai 80%- 90%. 11. Detailed Village Co-Management Plan di 9 desa Kegiatan Detailed telah dilakukan di 9 desa dan dihasilkan perencanaan detail tentang pengelolaan wilayah pesisir di 9 desa tersebut, perencanaan kali ini lebih menekankan ke sonasi wilayah pesisir berbasis desa, dalam pelatihan tersebut peserta menggambarkan sendiri rencana sonasi di masing-masing desa. 12. Workshop Coastal Marine Resources management Kegiatan ini melihat potensi sumberdaya alam yang mempunyai potensi untuk dapat di kelola untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengatur sumberdaya tersebut serta pengelolaannya dalam menunjang kehidupan masyarakat local dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Kendala yang dihadapi adalah sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan perekonomian. 13. Fasilitasi P3MP 1 kali Fasilitasi ini dilakukan dengan mewadahi pemberdayaan serta pelayanan social dan budaya masyarakat pesisir yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan masyarakat pesisir untuk berperan serta aktif terutama dalam mendukung program CCD IFAD dan dalam mendukung terlaksananya pembangunan SDKP yang berkelanjutan. Hal ini dengan membentuk kepengurusan P3MP di Kab Yapen yang ditunjuk berdasarkan musyawarah yaitu bapak Ebson sembai. Diharapkan P3MP ini juga dapat melanjutkan kinerja kegiatan CCDP IFAD secara berkelanjutan. 14. Pelatihan system Monev 1 kali Pelatihan sistem monitoring sumber daya pesisir untuk kelompok Siriwini (Kelompok Konservasi Terumbu Karang) di Kampung Serui laut di lakukan di Ponduok Informasi di kampung tersebut dengan melibatkan semua anggota kelompok dan keluarganya, dengan pemaparan materi pentingnya pengelolaan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 21 of 39

22 ekosistem mangrove secara berkelanjutan, metode monitoring dan upaya transplantasi karang. 15. Penyaluran BLM di 3 desa Bantuan Langsung Masyarakat atau BLM merupakan dana bantuan sosial yang diberikan kepada kelompok masyarakat/pokmas. BLM disalurkan melalui rekening bank masing-masing pokmas dalam bentuk bantuan pengembangan usaha kelautan dan perikanan serta bantuan sarana dan prasarana pesisir. Dana BLM adalah dana publik yang diberikan sebagai bantuan sosial dari pemerintah kepada masyarakat dengan maksud bahwa penggunaan dana BLM hanya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Sebagai dana yang berasal dari pinjaman hutang luar negeri dan harus dibayar kembali oleh seluruh rakyat Indonesia. Pada satu sisi hal ini berarti bahwa seluruh pihak berhak memperoleh informasi tentang status keberadaan dan pemanfaatan dana tersebut, dan pada sisi lain masyarakat yang dipercaya mengelola dana tersebut juga harus menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas, terutama kepada pemerintah, termasuk pemerintah kota/kabupaten. Kegiatan pencairan BLM di Kabupaten Yapen diserahkan langsung secara simbolis oleh Bupati Kabupaten Yapen (Bpk Tony Tesar) dan diliput juga oleh media TVRI Papua dan RRI Serui. Dana BLM harus dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat. Tujuan penyaluran dana BLM, antara lain: (1) Membuka akses masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi persoalan kemiskinan di wilayahnya; (2) Menumbuhkembangkan proses pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui kegiatan kegiatan sesuai komponen kegiatan CCDP- IFAD; (3) Tumbuhnya rasa kebersamaan di masyarakat kampung; (4) Tumbuhnya rasa kepemilikan yang besar terhadap program melalui kegiatan kegiatan yang dilaksanakannya serta membangkitkan potensi swadaya masyarakat baik berupa materi, tenaga maupun pikiran. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 22 of 39

23 Pencairan tahap pertama dana BLM di Kabupaten Yapen telah dilakukan pada tanggal 20 November Dana BLM tersebut diambil langsung oleh masing-masing pokmas melalui ketua dan bendahara kelompok dari bank. Saat ini TPD, Penyuluh, PIU, dan Konsultan bekerjasama dalam pengawalan pemakaian dana yang telah dicairkan. Secara ringkas tahapan-tahapan penyaluran dana BLM di Kabupaten Yapen, adalah sebagai berikut: Tahap 1: Pembentukan dan pengesahan pokmas penerima BLM. Tahap 2: Masing-masing pokmas mengusulkan proposal rencana usaha bersama, yang selanjutnya akan diseleksi dan diverifikasi, kemudian penetapan proposal. Tahap 3: Penandatanganan berita acara serah terima barang antara PIU dan pokmas. Tahap 4: Pembukaan rekening bank masing-masing pokmas. Mitra kerja yang dirangkul Kabupaten Yapen adalah Bank Mandiri. Tahap 5: Masing-masing pokmas mengajukan usulan pencairan dana BLM tahap pertama. Untuk pokmas Kabuten Yapen, secara umum pencairan tahap pertama dana BLM sebesar 50% dari pagu rencana anggaran biaya. Tahap 6: Pengambilan dana BLM dari bank mandiri. Tabel 01. Status Pencapaian/pencairan BLM No Kampung/ Kecamata n 1 Serui Jaya 2 Serui Laut Kelompok Status Pencairan (%) Catatan Status 1. Gaban 100 % Rp Camar 100 % Rp Lumba-lumba 100 % Rp Rajawali 100 % Rp Fiserei 100 % Rp Albaros 100 % Rp Padaelo 100 % Rp Siriwini 100 % Rp Wiwoi 100 % Rp Baitani 100 % Rp LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 23 of 39

24 3 Banawa 4. Andani 100 % Rp Cempaka 100 % Rp Yamari 100 % Rp Yarmah 100 % Rp Aremin 100 % Rp Perspem 100 % Rp Sanesoi 100 % Rp Towawei 100 % Rp Adisore 100 % Rp Mansbur 100 % Rp Rawaido 100 % Rp Pelatihan Pemasaran di 9 desa Pelatihan pemasaran atau market awareness dengan melakukan kunjungan lapangan serta melibatkan masyarakat dalam memasarkan hasil produk penangkapan dan menawarkan solusi untuk dapat memberikan langsung ke pasar agar harga dapat ditentukan oleh nelayan. Hal ini dihindari agar para tengkulak tidak dapat menentukan harga tangkapan yang dihasilkan oleh nelayan. Selain itu ketika ada jumlah penangkapan yang meningkat maka perlu ada pengolahan ikan asap agar dapat bertahan lama dan masih dapat dikonsumsi. Penyadaran pasar penting untuk memberikan inisiatif harga terhadap kondisi pasar. 17. Pengembangan AIG dan jaringan pasar 1 kali Pengembangan alternative income generating (AIG) yang dipaparkan oleh tim dari IPB menunjukkan adanya pola pemasaran yang signifikan hanya berada di tingkat local karena tingginya konsumsi ikan masyarakat local dan cukup tinggi pula daya beli masyarakat terhadap hasil perikanan. Kendala yang dihadapi adalah jalur transportasi untuk pemasaran yang cukup jauh dan harga jual yang rendah sehingga nelayan memilih untuk memasarkan di tingkat local. 18. Sinkronisasi perencanaan 1 kali Sinkronisasi perencanaan dilakukan oleh PIU dan bekerjasama dengan PMO serta melibatkan konsultan, TPD dan stake holder terkait dalam kegiatan CCDP IFAD. Sinkronisasi dilakukan agar pemahaman tentang kegiatan CCDP IFAD LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 24 of 39

25 dapat berjalan lancar dan sesuai dengan criteria yang dibutuhkan oleh masyarakat nelayan. 19. Pertemuan Tim Teknis 3 kali Pertemuan tim teknis yang dilakukan di tingkat PIU untuk membahas kendala yang sering dihadapi dan solusi untuk pembelajaran kegiatan selanjutnya ke depan. 20. BASELINE RIMS Pada kegiatan RIMS, konsultan melakukan survey dan interview di 2 desa sasaran yang diambil secara acak. Survey ini konsultan yang difasilitasi oleh TPD berkoordinasi melakukan RIMS di beberapa kelompok masyarakat yang diambil secara acak. Koordinasi ini dilakukan agar RIMS survey dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan RIMS survey dilakukan di desa Serui Laut dan desa Serui Jaya. 21. ANNUAL OUTCOME SURVEY PIU, Konsultan dan TPD berkoordinasi untuk memfasilitasi tim IPB melakukan survey annual outcome dan market survey selama 5 hari di Kab Yapen. Tim dari IPB berkoordinasi untuk melakukan survey di 3 desa sasaran dan 2 desa control yang tidak menerima bantuan CCDP IFAD. 22. MARKET STUDY Market study yang dilakukan oleh tim IPB menunjukkan bahwa jaringan pemasaran yang menariknya sebagian besar hanya berada di tingkat local karena tingkat kebutuhan hasil perikanan di Kabupaten Yapen tinggi. Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa perlu dilihat sisi lain dari kondisi Kabupaten Yapen yang dikelilingi oleh lautan dimana memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisata kelautan. Saya selaku konsultan pemberdayaan dan pengelolaan sumberdaya alam melihat ini sebuah peluang strategis untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. 23. GENDER STUDY Belum dilakukan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 25 of 39

26 24. VILLAGE PROFILING Kegiatan profil desa dilakukan oleh konsultan profil desa dan terjun langsung ke Kabupaten Yapen. Kendala yang dihadapi adalah waktu konsultan yang turun ke lapangan cukup singkat hanya 1 hari efektif di lapangan 25. SINKRONISASI PERENCANAAN Sinkronisasi perencanaan dilakukan oleh PIU dan bekerjasama dengan PMO serta melibatkan konsultan, TPD dan stake holder terkait dalam kegiatan CCDP IFAD. Sinkronisasi dilakukan agar pemahaman tentang kegiatan CCDP IFAD dapat berjalan lancar dan sesuai dengan criteria yang dibutuhkan oleh masyarakat nelayan. 5. ANALISIS/STRATEGI UNTUK OPTIMASI PENDAMPINGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM CCDP TAHUN 2014 Ada beberapa factor analisis strategi konsultan pemberdayaan dalam mengoptimalkan pendampingan dan pemberdayaan kelompok masyarakat (POKMAS) CCDP di Kabupaten Yapen yaitu perlu komunikasi yang intensif dengan kelompok masyarakat serta berbaur dengan masyarakat setempat untuk dapat menarik informasi yang dibutuhkan dalam mengoptimalkan kegiatan pendampingan. Perlu strategi komunikasi dalam membentuk mindset masyarakat local dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat serta memberi mediasi atau pendampingan dalam kegiatan yang dapat meningkatkan strategi pengelolaan sumberdaya alam yang berorientasi pada jaringan pasar yang luas. 6. ANALISIS/STRATEGI UNTUK EFEKTIFITAS PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN USAHA DALAM CCDP TAHUN 2014 Situasi dan kondisi umum kegiatan pemasaran di Kabupaten Kepulauan Yapen pada umumnya masih bersifat skala lokal, hal ini disebabkan karena kendala akses transportasi masih tergolong sulit, akses pasar dan infrastruktur yang belum memadai. Berbagi kegiatan yang telah dilakukan untuk mecari solusi dalam hal strategi LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 26 of 39

27 pemasaran adalah di lakukannya market studi, annual outcome, RIMS, market awareness yang sudah dilakukan di 3 desa. Berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok masyarakat, maka di tentukan enam produk unggulan dari Yapen yaitu: Ikan Tuna, Ikan Cakalang, Ikan Kerapu, Lobster, Ikan Kakap dan Rumput laut. Fokus usaha kelompok yang ada yang bergerak di bidang pengolahan hanya satu kelompok yang bergerak di bidang Pengolahan ikan asin dan ikan asap yaitu kemlompok Gaban yang berasal dari Kelurahan Serui Jaya dengan jumlah anggota kelompok 10 orang. Hasil Pengolahan kelompok masih terfokus pada skala lokal karena produksi yang dihasilkan masih terbatas, disebabkan karena masih tergantung pada hasil tangkapan yang ada. Potensi daya beli masyrakat terhadap hasil perikanan di Kabupaten Kepulauan Yapen cukup tinggi, terutama di kota Serui. Hal ini terlihat dari antusias masyarakat dalam membeli di pasar ikan dan mulai menjamurnya warung makanan sea food. Potensi perikanan yang ada cukup mendapat perhatian dari Pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Yapen. Pada tahun 2013 melalu dana sharing APBN dan APBD sementara di bangun Pasar Ikan bagi masyarakat, yang diharapkan ke depannya bisa meningkatkan kegiatan pemasaran ikan di Yapen dengan ketersediaan infrastruktur yang ada. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Yapen saat ini sedang menggodok kerjasama dengan pemerintah Norwegia untuk membangun kegiatan Budi daya Ikan Tuna, yang nantinya akan mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran sampai kepada pengolahan. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh Tim dari Norwegia, maka di simpulkan bahwa terdapat 4 lokasi yang sesuai meliputi: Distrik Teluk Ampimoi, Distrik Kepulauan Ambai, Distrik Angkaisera dan Distrik Miosnom. 7. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 4.1. PEMANTAUAN KEGIATAN DAN KELOMPOK Pemantauan kegiatan dan kelompok berjalan dengan baik, namun masyarakat local belum terbiasa dengan kerja kelompok yang tidak mempunyai LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 27 of 39

28 hubungan keluarga sehingga ini bisa menjadi rawan konflik. Seringkali kegiatan ini dianggap kegiatan yang memberikan uang atau dana yang hanya memenuhi kebutuhan masyarakat sementara. Hal ini perlu diubah paradigm masyarakat agar pola peningkatan taraf hidup masyarakat meningkat EVALUASI KEGIATAN Ada kegiatan yang perlu diperhatikan secara seksama yaitu pembuatan jalan setapak di Serui Jaya yang tidak sesuai rencana. Hal ini dapat dilihat dengan panjang jalan setapak tidak mencapai 100 meter yang telah disepakati sebelumnya. Kelompok infrastruktur di kampung Serui Jaya perlu dirombak atau direformasi PELAPORAN Pelaporan perlu diperhatikan secara seksama untuk dapat memahami masalah yang terjadi di Kabupaten Yapen secara khusus 8. GENDER PERSPEKTIF 8.1. GAMBARAN SINGKAT POLA KETERLIBATAN WANITA DALAM BERBAGAI AKTIFITAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB/KOTA 8.2. KETERLIBATAN PEREMPUAN DALAM BERBAGAI AKTIFITAS CCDP-IFAD Keterlibatan Perempuan dalam kepengurusan PIU Yapen cukup terwakili dan setiap kegiatan pelatihan/workshop selalu melibatkan perempuan dalam setiap kegiatan KETERLIBATAN PEREMPUAN DALAM KELOMPOK MASYARAKAT/USAHA CCDP Tabel 02. Daftar Status Kelompok Masyarakat (USAHA) di 3 kampung I. Kelurahan/Kampung Serui Jaya N o Nama kelompok Jumlah anggota Proposal Usaha darimasyarakat Total Laki-laki Perempuan Jenis Usaha Kelompok Pengolahan ikan asin dan ikan asap 1. Kelompok Gaban Kelompok Camar Penangkapan LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 28 of 39

29 3. Kelompok lumbalumba Penangkapan 4. Kelompok Rajawali Penangkapan 5. Kelompok Fiserei Penangkapan 6. Kelompok Albaros Penangkapan 7. Kelompok Padaela Penangkapan II. Kelurahan/Kampung Serui Laut N o Nama kelompok Jumlah anggota Proposal Usaha darimasyarakat Total Laki-laki Perempuan Jenis Usaha Kelompok 1. Kelompok Siriwini Terumbu karang 2. Kelompok Wiwoi Penangkapan 3. Kelompok Baitani Penangkapan 4. Kelompok Andani Budidaya (KJA) 5. Kelompok Cempaka Penangkapan 6. Kelompok Yamari Tabungan 7 Kelompok Yarmah Penangkapan I. Kelurahan/Kampung Banawa N o Namakelompok Jumlah anggota Proposal Usaha darimasyarakat Total Laki-laki Perempuan Jenis Usaha Kelompok 1. Kelompok Aremin Penangkapan 2. Kelompok Perspem Penangkapan 3. Kelompok Sanesoi Penangkapan 4. Kelompok Towawei Penangkapan 5. Kelompok Adisore Penangkapan 6. Kelompok Mansbur Tabungan 7. Kelompok Rawaido Penangkapan Tabel 03. Daftar Status Kelompok Masyarakat (infrastruktur) di 3 Kampung/Kelurahan N o Jumlah anggota KELOMPOK INFRASTRUKTUR KAMPUNG Total Laki-laki Perempuan 1. Kampung Serui Jaya Kampung Serui Laut Proposal yang diajukan JenisUsaha infrastruktur Pondok informasi dan jalan gang Jalan setapak dan pondok informasi LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 29 of 39

30 3. Kampung Banawa Jalan setapak dan pondok informasi Tabel 04. Daftar Status Kelompok Masyarakat (VWG) di 3 Kampung/Kelurahan N o Jumlah NAMA KELOMPOK VWG Total Lakilaki Perempu an Kegiatan Yang telahdilakukan 1. Kampung Serui Jaya Memfasilitasi 2. Kampung Serui Laut Kampung Banawa pembentukan kelompok pengelolaan sumberdaya pesisir membantu kelompok infrastruktur untuk merancang design dan proposal pembanguan pondok informasi Mengkoordinasi kegiatankegiatan CCDP-IFAD Mengawas dan mengontrol pokmas dalam penggunaan dana BLM Tabel 05. Daftar Status Kelompok Masyarakat (PENGELOLA SUMBERDAYA PESISIR) di 1 Kampung/Kelurahan N o NAMA KELOMPOK PENGELOLA SUMBERDAYA Jumla h Total anggot a Lakilaki 1. Kampung Serui Laut Perempu an Proposal yang diajukanuntukaktifitaspeng elola SD Pengelolaan terumbu karang 8.4. HAL YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENINGKATKAN PERAN PEREMPUAN Hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan peran perempuan adalah setiap kegiatan yang dilakukan dalam CCDP-IFAD Yapen perlu keseimbangan keterlibatan perempuan dalam setiap program, termasuk rekrut TPD 6 orang, kiranya perlu di wakili oleh 2 orang perempuan. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 30 of 39

31 9. PENGEMBANGAN KAPASITAS / PELATIHAN / WORKSHOP KELOMPOK KERJA DESA (VWG) Kelompok kerja desa (VWG) yang telah terbentuk masih 3 kelompok, yaitu masing-masing satu kelompok di desa target Kelompok VWG sangat berperan penting untuk membantu TPD dan penyuluh waktu di lapangan. Gambaran singkat mengenai kelompok VWG di Kabupaten Yapen, adalah sebagai berikut: Anggota kelompok VWG Kampung Serui Jaya ada 5 orang (3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan). Anggota kelompok VWG Kampung Serui Laut ada 5 orang (3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan). Anggota kelompok VWG Kampung Banawa ada 5 orang (4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan). Status kelompok telah dikukuhkan melalui SK. Memfasilitasi pembentukan kelompok pengelolaan sumberdaya pesisir membantu kelompok infrastruktur untuk merancang design dan proposal pembanguan pondok informasi. Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan CCDP-IFAD. Mengawas dan mengontrol pokmas. KELOMPOK USAHA (ENTERPRISES) Kelompok usaha di Kabupaten Yapen terdiri dari perikanan tangkap, pengolahan produk perikanan, terumbu karang dan budidaya. Secara umum, kelompok usaha perikanan tangkap mengajukan usulan pengadaan armada tangkap dan alat tangkap. Sedangkan kelompok pengolahan mengajukan bantuan berupa alat pengolahan perikanan. Pada kelompok terumbu karang mengajukan bantuan untuk membuat daerah perlindungan laut (DPL) agar ekosistem terumbu karang dapat terjaga. Kelompok budidaya adalah berupa bahan-bahan pendukung budidaya KJA yaitu drum plastic. LAPORAN AKHIR KEGIATAN KONSULTAN Page 31 of 39

LAPORAN PERKEMBANGAN

LAPORAN PERKEMBANGAN LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD YASSER AHMED : KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KAB. YAPEN 30 NOVEMBER 2013 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN

LAPORAN PERKEMBANGAN LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD MATIUS PARADA KONSULTAN PEMASARAN DAN RANTAI PASOK KABUPATEN YAPEN 5 DESEMBER 2013 LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 1 of

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PIU-CCDP IFAD Kota Ternate Disampaikan Pada Acara : Sinkronisasi Perencanaan dan Review Kegiatan Proyek PMP CCD-IFAD Jakarta, 17 20

Lebih terperinci

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURE DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) LAPORAN PERKEMBANGAN

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURE DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) LAPORAN PERKEMBANGAN COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURE DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD OLEH MUKHTAR YAHYA, SE KABUPATEN MERAUKE

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013 DESKRIPSI UMUM Rangkaian kegiatan CCDP-IFAD pada bulan November 2013 berjalan lancar dengan aktivitas yang padat.

Lebih terperinci

DRAFT: LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP- IFAD

DRAFT: LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP- IFAD DRAFT: LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP- IFAD DESEMBER 2013 M. TAUFIK HIZBUL HAQ. Konsultan Individu Bidang Pemberdayaan CCDP IFAD, PIU Kabupaten Lombok Barat. LAPORAN PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan dengan terumbu

Lebih terperinci

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE Rancangan Perencanaan Pembangunan Kelurahan Mado Kecamatan Pulau Hiri Selama 3 (tiga) Tahun Berbasis Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP)

PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP) PEDOMAN TEKNIS PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (PMP) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN

Lebih terperinci

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEREKONOMIAN BERBASIS KERAKYATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PANTAI SECARA PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 CCDP-IFAD KUBU RAYA PERENCANAAN DESA SASARAN CCDP-IFAD TAHUN 2013-2014 KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT Potensi sumberdaya pesisir yang sedemikian besar seharusnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

MELAWAN KEMISKINAN PESISIR

MELAWAN KEMISKINAN PESISIR WARTA CCDP Edisi 1, Okt 2013 Newsletter ini diterbitkan dalam bentuk cetak/elektronik setiap 2 (dua) bulan sepanjang implementasi program Mengurangi kemiskinan pesisir peningkatan income dan akses pasar

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP

Kata Pengantar. Makassar, 10 Desember Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Dekan, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP Kata Pengantar Proyek Pengembangan Masyarakat Pesisir ( Coastal Community Development Project, CCDP) didukung oleh pendanaan dari International Fund for Agricultural Development (IFAD) di beberapa distrik

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan

Lebih terperinci

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT AIR TIBA II DISTRIK KAIMANA KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KOTA TERNATE

KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KOTA TERNATE LAPORAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD SYAHNUL SARDI TITAHELUW KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KOTA TERNATE 3 DESEMBER 2013 LAPORAN PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang    Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta No.1934, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penggunaan. Tahun 2016. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN Disampaikan Pada Rakornas Gubernur Dan Bupati/Walikota DEPARTEMEN PERTANIAN Jakarta, 31 Januari 2008 1 LATAR BELAKANG Pengembangan Usaha

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu produksi dan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketimpangan persebaran

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci