OLEH: Melia Fatrani Rufaidah NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OLEH: Melia Fatrani Rufaidah NIM:"

Transkripsi

1 PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Melia Fatrani Rufaidah NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 25 September 2015 Melia Fatrani Rufaidah ii

3 PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Proposal Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Melia Fatrani Rufaidah NIM: Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Marita Fadhilah, PhD NIP dr. Zulhafdy M., Sp.M NIP PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M iii

4 LEMBAR PENGESAHAN Laporan penelitian berjudul PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 yang diajukan oleh Melia Fatrani Rufaidah (NIM ), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 25 September Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. DEWAN PENGUJI Ketua Sidang Ciputat, 25 September 2015 dr. Marita Fadhilah, PhD NIP Pembimbing I Pembimbing II dr. Marita Fadhilah, PhD NIP Penguji I dr, Zulhafdy M., Sp.M NIP Penguji II dr. Hari Hendarto, Sp.PD, FINASIM, PhD NIP dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM NIP PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes NIP dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT NIP iv

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah, M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 4. dr. Zulhafdy M, Sp.M selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini. 5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi penulis untuk melakukan penelitian ini. 6. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku ketua KPKM Buaran yang ikut serta memberi saran dan kritiknya untuk uji validasi dan reliabilitas dalam penelitian ini. 7. Mama, Ayah, Teteh, dan Ade atas doa, dukungan, motivasi, saran yang tidak pernah berhenti diberikan untuk penulis baik untuk penelitian ini maupun segala studi yang sedang penulis jalani. v

6 8. Raka Petra Prazasta sebagai teman terdekat dan teman sekelompok yang selalu ada untuk membantu dan memberi dukungan sehingga proses penelitian ini berjalan lancar, terima kasih atas segala waktu yang sudah diluangkan. 9. Teman-teman sekelompok, Aliefa Asyifa, Riza Mawaddatar Rohmah, dan Irvan Fathurohman, yang mulai dari perancangan judul hingga mengolah data selalu bersama-sama, semoga selalu saling menolong hingga sukses nanti. 10. Kakak-adik angkat saya di PSPD yang selalu memberikan semangat serta doanya untuk kelancaran penelitian ini. 11. Official CIMSA UIN 2014/2015 khususnya Octafika dan Fiizhda yang selalu memberikan dukungan dan doanya sehingga proses pengambilan data penelitian ini lancar. 12. Seluruh teman sejawat PSPD 2012 tersayang yang tidak pernah berhenti memberikan semangat untuk selalu berjuang belajar disini, khususnya Firda, Amelia Rosita, Shabrina, Dewi, Reni, Ranita, Amelia Nurfajrina, Amatillah Raifah, Harlia, Nadya, Hana dan Irma. Semoga setelah tiga tahun bersama membuat kekompakan ini semakin erat hingga menjadi dokter nanti. Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap mendapatkan saran dan kritik demi kebaikan di kemudian hari. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat. Ciputat, 25 September 2015 Melia Fatrani Rufaidah vi

7 ABSTRAK Melia Fatrani Rufaidah. Program Studi Pendidikan Dokter. Penilaian Tingkat Risiko Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Masyakarat Binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit degeneratif yang terjadi akibat memiliki pola hidup yang kurang baik selain dari memiliki risiko usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner ini maka diperlukan pencegahan primer yang memiliki efektivitas 44% untuk menurunkan angka kejadian tersebut. Pencegahan primer dapat diawali dengan menilai seberapa banyak risiko yang dimiliki oleh seseorang untuk mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun menggunakan Framingham Risk Score. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkatan risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat sekitar KPKM Buaran dan apa saja sebaran faktor risikonya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan responden sejumlah 128 orang yang terbagi dari tiga RW dan RT yang diambil berdasarkan two stage cluster sampling. Responden mengisi kuesioner dan dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, gula darah puasa, tekanan darah, dan kolesterol total. Hasil yang didapatkan adalah masyarakat binaan KPKM Buaran memiliki tingkatan risiko untuk mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun sebesar 8,6% pada risiko tinggi, 30,5% pada risiko sedang, dan 60,9% pada risiko rendah. Berdasarkan analisis Chisquare dan Kolmogrov-Smirnov didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkatan risiko dengan sebaran faktor risikonya yaitu pada variabel jenis kelamin, usia, perokok, kadar kolesterol total, tekanan darah, dan obesitas sentral (p<0,05). Kata kunci: Penyakit jantung koroner, tingkatan risiko, Framingham Risk Score vii

8 ABSTRACT Melia Fatrani Rufaidah. Medical Education Study Program. The Assessment of Coronary Heart Disease Risk Levels and Associated Factors in the Community of KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah in the year of Coronary heart disease is one of degenerative disease caused by unhealthy lifestyle beside of having an increased age, gender, and family history. As a prevention of this disease, a primary prevention is needed with the effectivity value 44%. Primary prevention begins with the assessing how many risk factor of coronary heart disease that one person may have within 10 years with Framingham Risk Factor. This study aims to know the level of coronary heart disease risk in the community around the KPKM Buaran and the distribution of the risk factor. This study used cross sectional design with 128 respondents from three RW and RT and taken by two stages cluster sampling. Respondents filled the questionnaire and did some examinations of body weight and height, waist circumference, fasting blood sugar, blood pressure, and total cholesterol. The result was the community around KPKM Buaran had risk levels of coronary heart disease within 10 years respectively 8,6% at high risk, 30,5% at moderate risk, and 60,9% at low risk. Based on Chi-square and the Kolmogorov-Smirnov there was a significant relationship between the risk levels and the risk factors distribution of some variables, that were gender, age, smoking, total cholesterol, blood pressure and central obesity (p<0,05). Key words: Coronary heart disease, risk levels, Framingham Risk Score viii

9 DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner Definisi Faktor Risiko Patogenesis dan patofisiologi Gejala klinis dan diagnosis Pencegahan primer Framingham Risk Score Peranan penilaian risiko penyakit degeneratif Kerangka Teori Kerangka Konsep Definisi Operasional BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Cara pengambilan sampel Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi ix

10 3.4. Cara Kerja Penelitian Manajemen Data Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Analisis Univariat Analisis Bivariat Penyajian data Etika Penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Demografi Hasil uji validitas dan reliabilitas Uji validitas Uji reliabilitas Analisis univariat Gambaran karakteristik responden Gambaran faktor risiko PJK pada responden berdasarkan Framingham Risk Score Gambaran faktor risiko PJK lainnya pada responden Gambaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden Analisis bivariat Hubungan karakteristik responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Hubungan faktor risiko responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Kelebihan penelitian Keterbatasan penelitian BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah... 8 Tabel 2.2 Kadar lipid serum... 9 Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes Tabel 2.4 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia Tabel 2.5 Definisi Operasional Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item pemeriksaan Tabel 4.2 Hasil uji validitas pada item kuesioner Tabel 4.3 Nilai Alpha uji reliabilitas Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas pada item kuesioner Tabel 4.5 Sebaran karakteristik responden (N=128) Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PJK berdasarkan Framingham Risk Score pada responden (N=128) Tabel 4.7 Sebaran faktor risiko PJK lainnya pada responden (N=128) Tabel 4.8 Sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.10 Hubungan Usia dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.11 Hubungan status pekerjaan dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.12 Hubungan riwayat keluarga PJK dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.13 Hubungan perokok dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.14 Hubungan klasifikasi kolesterol dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.15 Hubungan diabetes mellitus dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.16 Hubungan tekanan darah dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.17 Hubungan obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis xii

13 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada kardiovaskular Bagan 2.2 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dengan komponen lainnya Bagan 2.3 Aplikasi pelayanan prospektif di komunitas Bagan 2.4 Kerangka teori Bagan 2.5 Kerangka konsep xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat permohonan komite etik Lampiran 2 Surat tanda terima komite etik Lampiran 3 Lembar surat persetujuan responden Lampiran 4 Framingham Risk Score Lampiran 5 Kuesioner penelitian Lampiran 6 Hasil uji validitas dan reliabilitas Lampiran 7 Hasil uji statistik Lampiran 8 Dokumentasi Lampiran 9 Daftar riwayat hidup xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit jantung yang gangguannya terjadi di pembuluh darah koroner. Fungsi dari pembuluh darah tersebut adalah memberikan suplai darah berupa nutrisi dan oksigen untuk otot-otot jantung sehingga jantung dapat berkontraksi dan memberikan suplai darah ke seluruh tubuh. Menurut World Heart Organization (WHO), PJK menjadi penyebab paling tinggi mortalitas di dunia sebanyak 7,3 juta penduduk dari seluruh angka mortalitas penyakit jantung pada tahun 2008 yang terjadi sebanyak 17,3 juta penduduk yaitu 30 persen dari kejadian mortalitas di dunia dan diperkirakan akan meningkat lebih dari 23,6 juta penduduk pada tahun ,2,3 Menurut American Heart Association (AHA), di wilayah Asia prevalensi penyakit paling banyak akibat jantung dan pembuluh darah adalah hipertensi sebesar 21,0% penduduk, diikuti oleh 6,1% penduduk yang memiliki penyakit jantung, 3,7% penduduk yang memiliki PJK, dan 1,9% penduduk yang memiliki stroke. Pada tahun 2011, kematian diantara penduduk Asia dan Pasifik adalah karena penyakit jantung, kematian karena PJK, dan kematian karena infark miokard. Data lain di Amerika Serikat pada tahun 2009 menyatakan bahwa kejadian mortalitas karena PJK ini adalah 1 dari 6 orang dan angka kejadiannya yaitu penduduk. Mortalitas yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak ada gejala sebelumnya itu dialami oleh 50% laki-laki dan 64% pada perempuan. Diperkirakan pada tahun 2030, prevalensi PJK akan meningkat sebesar 18% dari perkiraan tahun ,4 Data insidensi AHA pada tahun 2013, menyatakan bahwa setiap 44 detik warga Amerika akan mengalami infark miokard dan diperkirakan sekitar penduduk yang akan mengalami kasus infark miokard atau kematian karena PJK pada tahun Perkiraan angka insidensi pertahun berupa terjadinya kasus baru infark miokard adalah dan serangan berulangnya adalah Dari perkiraan angka insidensi tersebut rata-rata usia yang mengalaminya yaitu 64 tahun untuk laki-laki dan 72 tahun untuk perempuan. Data perkiraan insidensi 1

16 2 menurut usia dan jenis kelamin ini sesuai dengan data Atherosclerosis Risk in Communities Surveillance pada tahun bahwa angka per 1000 penduduk yang di diagnosis serangan jantung atau PJK yang sudah fatal pada laki-laki sudah mulai meningkat tinggi di usia tahun sedangkan pada perempuan mulai meningkat tinggi pada usia tahun. Prevalensi PJK pada tahun menyebutkan bahwa pada usia lebih dari 80 tahun, angka kejadian pada laki-laki dan perempuan samasama meningkat dari usia sebelumnya tetapi angka kejadiannya lebih rendah dari laki-laki yaitu sebesar 18,6% dari populasi. 3,4 Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), angka mortalitas yang terjadi karena PJK ini mengalami penurunan dalam rentang waktu di dunia. Selain itu, menurut AHA pada tahun 2015, angka kematian karena penyakit jantung menurun sebanyak 39% namun beban dan faktor risiko dari penyakit jantung tersebut masih cukup tinggi walaupun penurunan angka mortalitas tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu penanganan dari faktor risiko itu sendiri dan penatalaksanaan yang ditingkatkan lebih baik lagi. 3,5 Semakin bertambahnya usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko PJK yang tidak dapat diubah dengan begitu penanganan yang dilakukan lebih kepada modifikasi dari faktor risiko yang dapat diubah berupa dislipidemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, dan obesitas. Menurut data dari Framingham Heart Study, laki-laki dengan tekanan darah >140/90, kolesterol 240, HDL 40, memiliki diabetes, dan merokok memiliki faktor risiko yang tinggi mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 37% dan pada perempuan yaitu 27%. Dengan begitu perlu dilakukan penjaringan faktor risiko pada usia lebih dari 30 tahun agar dapat segera dilakukan pencegahan primer, salah satunya menggunakan Framingham Risk Score yang hasilnya adalah memperkirakan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun. 4,6,7,8 Setelah faktor risiko dari PJK terdeteksi lebih dini maka yang perlu dilakukan adalah pengendalian dari faktor risiko tersebut yang berupa penurunan kolesterol total, tekanan darah sistolik, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh hingga mencapai normal, kejadian diabetes mellitus, dan meningkatkan aktivitas fisik. Pencegahan primer yang efektif adalah dengan cara menentukan pola diet dan aktivitas fisik dari setiap individu yang memiliki faktor risiko rendah sampai tinggi. Pencegahan primer dari asupan nutrisi sudah beberapa kali ditegaskan

17 3 bahwa memiliki dampak yang baik untuk memodifikasi faktor resiko penyakit kardiovaskular karena dengan menurunkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat menurunkan angka kejadian PJK sebesar 30% dan 11% angka kejadian mortalitasnya. Pencegahan primer atau pengendalian untuk faktor risiko PJK secara keseluruhan juga berpengaruh untuk menurunkan kejadian PJK sebanyak 44% dan lebih efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal karena dengan tatalaksana untuk PJK yang tidak sedikit tersebut hanya berpengaruh sebanyak 47% untuk menurunkan angka mortalitas PJK dengan biaya yang mahal. 4,9,10 Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner ini juga harus tetap diperhatikan karena menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, penyebab kematian tertinggi di Indonesia berubah menjadi penyakit tidak menular yaitu prevalensinya sebesar 59,5% dengan penyakit jantung koroner yang menempati posisi ke-9 yaitu sebesar 5,1%. Diprediksikan bahwa penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian tertinggi tersebut akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013, di Indonesia prevalensi penyakit jantung koroner yang sudah terdiagnosis dokter atau hanya gejala sebesar 1,5% yang terjadi lebih tinggi pada perempuan, tinggal di perkotaan, dan kejadian PJK ini meningkat seiring bertambahnya usia. 11,12 Dengan data-data berupa terus meningkatnya prevalensi PJK di Indonesia dan efektifnya pencegahan primer terhadap PJK ini maka perlu dilakukan tindakan pencegahan agar angka mortalitas dan prevalensi PJK yang harus diberikan tatalaksana yang tepat dan tidak sedikit dengan biaya yang tidak murah dapat berkurang. Tindakan pencegahan yang efektif bisa dimulai dengan penilaian faktor risiko PJK ini menggunakan Framingham Risk Score. Penilaian faktor risiko penyakit jantung koroner pada penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber untuk mengendalikan faktor risiko PJK yang dapat diubah. Sehingga setelah dilakukan penilaian, masyarakat dapat mengatur pola diet dan aktivitas fisiknya agar kejadian PJK bisa semakin berkurang. Penilaian risiko ini bermanfaat untuk dilakukan pada era sistem jaminan kesehatan nasional (JKN) karena pada era-jkn nanti akan lebih diutamakan program pencegahan

18 4 pada fasilitas pelayanan kesehatan primer agar angka kesakitan semakin berkurang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sebaran faktor risiko penyakit jantung koroner berdasarkan Framingham Risk Score pada masyarakat binaan Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015? 2. Bagaimana tingkat risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015? 3. Bagaimana hubungan antara tingkat risiko penyakit jantung koroner dengan faktor risiko jenis kelamin, usia, status pekerjaan, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, kadar kolesterol, diabetes mellitus, perokok, tekanan darah, dan obesitas sentral? 1.3 Hipotesis 1. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Jakarta tahun 2015, sebaran faktor risiko yang memiliki persentase paling tinggi adalah tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas sentral, diabetes mellitus, dan perokok. 2. Masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Jakarta tahun 2015 lebih dari 50% berisiko tinggi untuk mengalami PJK dalam 10 tahun. 3. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat risiko PJK dengan faktor risiko jenis kelamin, usia, status pekerjaan, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, kadar kolesterol, diabetes mellitus, perokok, tekanan darah, dan obesitas sentral,

19 5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum 1. Mengetahui sebaran faktor risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun Mengetahui tingkat risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun Tujuan Khusus 1. Mengetahui persentase masyarakat sekitar KPKM Buaran yang memiliki faktor risiko rendah, sedang, tinggi untuk menderita penyakit jantung koroner berdasarkan Framingham Risk Score. 2. Mengetahui hubungan antara faktor risiko yang ada dengan tingkatan risiko mengalami penyakit jantung koroner dalam 10 tahun. 1.5 Manfaat Penelitian Bagi KPKM Buaran, hasil dari penelitian ini dapat menjadi sebuah data mengenai pengelompokan masyarakat sekitar terhadap faktor risiko penyakit jantung koroner sehingga pihak KPKM dapat melakukan tindakan pencegahan primer maupun sekunder terhadap masyarakat yang memiliki faktor risiko tersebut. Bagi masyarakat sekitar KPKM Buaran, hasil dari penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit degeneratif sehingga masyarakat ikut serta untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumber bacaan untuk penelitian selanjutnya. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran tentang metodologi penelitian, pengetahuan tentang bagaimana pola penyebaran faktor risiko penyakit jantung koroner pada masyarakat sekitar KPKM Buaran, dan menambah wawasan peneliti terhadap hubungan faktor risiko PJK dengan keadaan PJK itu sendiri.

20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Koroner Definisi Menurut AHA, penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu istilah yang digunakan ketika terjadi penumpukan plak di arteri koroner jantung. Penumpukan plak tersebut dapat membuat asupan oksigen ke otot-otot jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat berkontraksi secara normal dan menyebabkan serangan jantung. 2 Istilah lain untuk PJK adalah penyakit aterosklerotik koroner. Aterosklerotik dapat menyebabkan penimbunan lemak dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah Faktor Risiko Kejadian aterosklerotik pada pembuluh darah terjadi karena beberapa faktor risiko yang saling berkaitan sehingga dapat mempercepat proses aterogenik. Faktor risiko yang berpengaruh terbagi menjadi dua, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. 13 Faktor risiko yang tidak dapat diubah terdiri dari: 1. Usia Seiring dengan peningkatan usia, kejadian aterosklerotik semakin mudah terjadi. Sekitar 82% kejadian PJK pada usia lebih dari 65 tahun akan menyebabkan angka mortalitas pada individu tersebut meningkat karena jantung mengalami perubahan fisiologis bahkan tanpa ada penyakit sebelumnya Jenis kelamin Secara umum, laki-laki lebih sering mengalami PJK. Namun kejadian mortalitas pada perempuan menopause sering dikarenakan oleh PJK tetapi tidak setinggi angka kejadian pada laki-laki. 2 6

21 7 3. Riwayat keluarga Angka kejadian meningkat pada pasien dengan riwayat infark miokard pada ayah atau sodara laki-laki sebelum usia 55 tahun dan ibu atau saudara perempuan sebelum usia 65 tahun.2 Menurut data dari AHA, angka kejadian mortalitas juga meningkat pada pasien yang memiliki ras African American. Selain itu, risiko PJK juga lebih tinggi pada beberapa orang Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii dan beberapa orang America Asia. Hal tersebut dikarenakan tingkat obesitas dan diabetes yang tinggi dan pada orang Asia dikarenakan oleh rendahnya high density lipoprotein cholesterol (HDL-C).2 Faktor risiko yang dapat diubah, terdiri dari: 1. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolik 90 mmhg. Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan resistensi perifer total. 13,14 Di dunia, sekitar satu miliyar penduduk memiliki hipertensi dan dua pertiganya adalah penduduk dari Negara berkembang. Hipertensi juga merupakan penyebab paling utama kematian karena kadang hipertensi ini bersifat sebagai silent killer yang tidak dirasakan oleh penderitanya hingga sudah terjadi komplikasi ke organ lain seperti gagal jantung, infark miokard, stroke, atau gagal ginjal. 2,13 Menurut Framingham heart study, hipertensi dapat meningkatkan keadaan PJK dua kali lipat dibandingkan dengan orang yang mempunyai tekanan darah normal. Sehingga pencegahan dengan deteksi dini dan penanganan tekanan darah yang tepat dapat menurunkan juga angka morbiditas dan mortalitas dari komplikasinya. 2,5

22 8 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah.15 Tekanan darah Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah sistolik Normal <120 mmhg <80 mmhg Prehipertensi mmhg mmhg Hipertensi derajat mmhg mmhg Hipertensi derajat 2 diastolik 160 mmhg 100 mmhg Peningkatan tekanan darah sistemik dapat menyebabkan beban ventrikel kiri jantung bertambah dikarenakan peningkatan curah jantung ke seluruh tubuh sehingga beban ventrikel kiri yang semakin meningkat tersebut membuat otot jantung ventrikel kiri hipertrofi atau disebut left ventricular hypertrophy (LVH). 13,16 Hipertensi selain membuat beban ventrikel jantung meningkat juga membuat permeabilitas dinding pembuluh darah menurun sehingga memperparah keadaan elastisitasnya tidak seperti keadaan normal. Kejadian-kejadian tersebut semakin aterosklerosis koroner karena dengan meningkatnya beban ventrikel maka semakin tinggi juga kebutuhan oksigen ventrikel tersebut, sedangkan dengan adanya penyempitan pada pembuluh darah koroner, kebutuhan oksigen untuk ventrikel tersebut akan berkurang sehingga menyebabkan iskemik hingga infark pada otot jantungnya. 13,16 2. Hiperlipidemia Hiperlipidemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan lipid serum diatas batas normal. Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesis lemak (endogen).2 Dalam aterogenesis, kolesterol dan trigliserida adalah lipid yang paling berperan. Lipid plasma tidak dapat beredar bebas dalam darah sehingga dibutuhkan protein yang disebut lipoprotein. Lipoprotein terbagi menjadi empat kelas di dalam darah, yaitu:13 - Kilomikron yang mengandung banyak trigliserida,

23 9 - Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) yang kandungannya sama seperti kilomikron, - Lipoprotein densitas rendah (LDL) yang memiliki kadar paling tinggi kolesterolnya, - Lipoprotein densitas tinggi (HDL) yang kandungan proteinnya lebih tinggi dari kolesterol. Tabel 2.2 Kadar lipid serum17,18 Lipid Optimal (mg/dl) Kolesterol total <200 Kolesterol HDL Borderline Tinggi/sangat tinggi (mg/dl) (mg/dl) Laki-laki: > 40 Perempuan: >50 Kolesterol LDL < Trigliserida < Peningkatan kolesterol memiliki hubungan dengan peningkatan angka kejadian PJK. Satu pertiga dari penyakit jantung iskemik dikarenakan oleh tingginya kolesterol. Secara umum, 2,6 juta kematian di dunia disebabkan oleh tingginya kolesterol. Pada tahun 2008 di dunia, prevalensi peningkatan kolesterol total pada dewasa (>240 mg/dl) yaitu sebesar 9,7 %.14 Kolesterol yang tinggi ini lebih berperan pada pembentukan plak aterom ketika sudah terjadi jejas pada pembuluh darah koroner. Hal tersebut terbukti dengan diturunkannya kadar kolesterol dalam darah, angka kejadian PJK semakin menurun Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan dimana terjadi gangguan metabolisme yang dapat berupa kerusakan pancreas sehingga membuat defisiensi insulin ataupun terjadinya resistensi insulin pada sel-sel tubuh sehingga dampak dari kedua keadaan tersebut adalah terjadinya peningkatan glukosa darah. 17

24 10 Peningkatan glukosa dalam darah pada DM tipe 2 dijelaskan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah yang dikarenakan oleh stress oksidatif sehingga akan mempermudah LDL berakumulasi dalam jejas tersebut. LDL yang terakumulasi dapat membuat plak aterom dan kemudian terjadi permeabilitas vaskular yang abnormal.19 Tabel 2.3 Kadar glukosa dalam darah untuk diagnosis diabetes.18,20 DM Belum pasti DM Bukan DM Glukosa darah puasa Glukosa darah sewaktu (mg/dl) (mg/dl) Plasma Darah vena kapiler Plasma vena Darah kapiler <90 <100 <90 Penyakit jantung koroner dapat terjadi 2 sampai 4 kali lebih mudah dengan faktor risiko diabetes dibandingkan dengan yang tidak memiliki faktor risiko tersebut. Penelitian di United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyatakan bahwa penurunan glukosa darah dapat menurunkan resiko stroke (21%) dan infark miokard (23%) dengan menurunkan juga angka kejadian komplikasi mikrovaskular.19 Diabetes sering dikaitkan dengan beberapa faktor risiko lainnya seperti hiperlipidemia, hipertensi sistemik, dan obesitas sehingga dibutuhkan terapi yang secara keseluruhan untuk sindrom metabolik tersebut Obesitas Obesitas adalah keadaan dimana terjadi kelebihan kandungan lemak di jaringan adipose sehingga dampaknya adalah peningkatan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang. Obesitas dipicu oleh asupan kalori yang masuk dari makanan tidak seimbang dengan asupan kalori yang keluar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat, lemak, dan protein pada sel-sel adiposit sebagai trigliserida. Untuk obesitas sentral diukur dari lingkar pinggang yang

25 11 diinterpretasikan jika lingkar pinggang untuk perempuan. 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm 21,22 Obesitas sering menjadi faktor pemicu dari diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia sehingga obesitas dapat dijadikan faktor risiko dari penyakit jantung koroner. Menurut World Heart Federation, 58% dari diabetes mellitus dan 21% dari penyakit jantung iskemik disertai oleh peningkatan indeks massa tubuh diatas Tabel 2.4 Klasifikasi kategori IMT untuk Asia.18,24 IMT (kg/m2) Klasifikasi < 18,5 Berat badan kurang 18,5 22,9 Berat badan normal 23,0 24,9 Berat badan lebih dengan risiko 25,0 29,9 Obesitas I 30,0 5. Obesitas II Merokok Rokok merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat. Data dari CDC menyebutkan bahwa merokok akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebanyak 2-3 kali dibandingkan dengan non-perokok. Tetapi perokok pasif yang hanya menghirup asap rokok di tempat kerja maupun rumah mempunyai kesempatan yang sama dengan perokok aktif yaitu 25-30% untuk berkembang menjadi penyakit jantung.25 Efek rokok terhadap peningkatan risiko PJK sering dijumpai apabila telah mengkonsumsi rokok lebih dari 25 batang perhari, dan risiko tersebut akan semakin meningkat apabila konsumsi dari rokok tersebut juga meningkat. Zat-zat kimia pada rokok yang paling kuat efeknya untuk menyebabkan penyakit jantung adalah nikotin, karbon monoksida (CO), dan gas oxidant (bagan 2.1).26 Nikotin adalah zat yang mengaktifkan saraf simpatis sehingga akan membuat vasokontriksi pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen terhadap jantung meningkat. Selain itu, nikotin

26 12 juga dapat menyebabkan disfungsi endotel vaskular, abnormalitas lipid, dan resistensi insulin. 26 CO adalah konstituen mayor yang terdapat pada rokok. CO yang beredar didalam darah nantinya akan mengikat pada hemoglobin sehingga mengurangi jumlah hemoglobin untuk membawa oksigen dan menghambat hemoglobin juga untuk pelepasan oksigen. Paparan CO pada perokok dalam jangka panjang akan membuat massa sel darah merah membesar dan mengurangi kapasitas dari sel darah merah untuk membawa oksigen sehingga hasilnya adalah keadaan hipoksemia. Keadaan hipoksemia dapat menyebabkan juga peningkatan massa sel darah merah yang efeknya adalah peningkatan kekentalan darah atau hiperkoagulasi. 26 Zat oksidan pada rokok menghasilkan radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi dan nantinya akan mengaktifkan trombosit serta disfungsi endotel. Aktivasi trombosit akan membantu proses aterogenesis pada vaskular semakin mudah. 26 Bagan 2.1 Mekanisme rokok menyebabkan keadaan akut pada kardiovaskular Aktivitas Fisik Olahraga mempunyai banyak efek terhadap beberapa faktor risiko PJK yang dapat diubah. Beberapa contohnya yaitu olahraga dapat menurunkan angka kejadian obesitas, hipertensi, kolesterol total dan LDL, serta

27 13 meningkatkan kolesterol HDL dan sensitivitas insulin pada orang dengan diabetes. 27 Manfaat fisiologis dari olahraga adalah perbaikan fungsi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen sehingga ketika kemampuan ini sudah membaik maka ketika melakukan pekerjaan sehari-hari hanya akan sedikit merasa kelelahan. 27 Terdapat beberapa bukti bahwa olahraga dapat meningkatkan kapasitas pembuluh darah untuk dilatasi sehingga dinding pembuluh darah lebih konsisten dan kemampuan untuk memberikan oksigen ke otot lebih baik. Menurut penelitian, pasien serangan jantung yang berpartisipasi dalam program olahraga yang diberikan, angka mortalitasnya berkurang dari 20% menjadi 25%. 27 Rekomendasi aktivitas fisik dari CDC/ American College of Sports Medicine (ACSM) consensus statement and surgeon General s Report adalah melakukan aktivitas sedang 30 menit atau lebih setiap harinya. Aktvitas sedang yang dimaksud adalah kegiatan yang sebanding dengan berjalan cepat sekitar 2 sampai 4 mil per jam yaitu berbagai tugas rumah tangga, bersepeda, berenang, dan lain-lain. Dengan melakukan 30 menit dari aktivitas sedang harian tersebut energi yang dikeluarkan per minggu adalah kalori Stres Stres merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada penyakit jantung koroner. Hal tersebut dikarenakan stres dapat memicu abnormalitas metabolisme lipid karena peningkatannya hormon kortisol. Selain itu, hormon lainnya yang berperan adalah katekolamin. Peningkatan katekolamin ini akan meningkatkan denyut jantung dan membuat vasokontriksi. 33 Stres akut seperti keadaan trauma atau bencana dapat menjadi pemicu munculnya gejala serangan jantung atau infark miokard. Stres kronik seperti keadaan stres ketika bekerja dapat menjadi pemicu berulangnya gejala infark miokard yang sudah pernah dialami sebelumnya. 33

28 Patogenesis dan patofisiologi Aterosklerosis pada arteri koroner jantung merupakan awal mula terjadinya penyakit jantung koroner. Proses pembentukan aterosklerosis tersebut dimulai dengan terjadinya cedera endotel pembuluh darah yang disebabkan oleh hipertensi, zat nikotin pada pembuluh darah, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. 16 Gambar 2.1 Patogenesis pembentukan aterosklerosis. 16 Setelah cedera endotel, terjadi beberapa proses seperti pada gambar 2.1 yaitu: 16,28 1. Akumulasi lipoprotein pada tunika intima pembuluh darah. LDL yang masuk akan teroksidasi didalamnya. 2. Stress oksidatif, termasuk konstituen dari LDL-teroksidasi menginduksi sitokin lokal. 3. Sitokin tersebut meningkatkan ekspresi dari molekul adhesi yang mengikat leukosit pada endotel dan molekul kemoatraktan (monocyte chemoattractant protein 1 [MCP-1]) yang secara langsung membantu migrasi leukosit ke dalam tunika intima. 4. Setelah masuk dinding arteri, monosit darah mendapatkan stimulus dari macrophage colony-stimulating factor (M-CSF) yang meningkatkan ekspresi dari reseptor scavenger. 5. Reseptor scavenger membantu makrofag untuk fagositosis LDLteroksidasi dan nantinya membentuk sel busa. 6. Migrasi sel otot polos ke tunika intima dari tunika media. Terjadi penebalan dinding pembuluh darah 7. Sel otot polos mengalami proliferasi dan terjadi pembentukan matriks ekstraseluler.

29 15 8. Pada tahap berikutnya, kalsifikasi dapat terjadi dan fibrosis dapat terus berlanjut, kadang disertai dengan kematian sel otot polos yang nantinya terbentuk kapsul fibrosa atau disebut plak fibrosa. Plak yang terbentuk pada arteri koroner membuat lumen pembuluh darah koroner menyempit sehingga asupan oksigen otot jantung untuk berkontraksi menurun dan menimbulkan rasa tidak nyaman yang sering disebut sebagai nyeri dada dan biasanya muncul saat beraktivitas dan stress emosional. Keadaan tersebut sering disebut juga stable angina pectoris sebagai manifestasi dari penyakit jantung iskemik. 16 Plak fibrosa yang bisa terbentuk adalah plak yang stabil dan yang rentan. Plak fibrosa yang stabil mengandung lipid yang sedikit dan kapsul fibrosa yang tebal, sedangkan plak yang rentan mengantung lipid yang banyak dan kapsul fibrosa yang tipis sehingga lebih rentan pula untuk mengalami ruptur. Ruptur plak aterom akan mengaktifkan agregasi platelet yang nantinya aktivasi faktor pembekuan darah dan membentuk thrombus di dalam lumen pembuluh darah. 16 Sumbatan thrombus yang terdapat dalam pembuluh darah akan menyebabkan ketidak-seimbangan suplai oksigen dan kebutuhannya. Bentuk dari sindrom koroner akut bergantung kepada derajat obstruksi koroner. Sindrom koroner akut (SKA) adalah kumpulan gejala klinis yang sesuai dengan iskemia miokard akut dan yang termasuk ke dalam SKA adalah unstable angina (UA), non ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI), dan ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI). 29 Obstruksi trombus yang parsial akan menimbulkan gejala dari UA, sedangkan obstruksi trombus yang total akan menyebabkan infark pada miokard. STEMI dan NSTEMI termasuk ke dalam infark miokard tetapi hanya dapat dibedakan jika sudah dilakukan pemeriksaan EKG yaitu didapatkan elevasi dari ST-segment. NSTEMI dan UA dapat dibedakan dengan test biomarker jantung, pada NSTEMI didapatkan biomarker jantung (Creatine Kinase-MB, troponin T, dan troponin I) yang meningkat. 29

30 Gejala klinis dan diagnosis Penegakan diagnosis dari penjakit jantung koroner selain dari gejala klinis yaitu dengan pemeriksaan fisik, biomarker jantung, dan elektrokardiogram (EKG). Gejala klinis dari penyakit jantung koroner terbagi sesuai dengan kejadiaan yang dialami oleh penderitanya. 1. Stable Angina 30 - rasa tidak nyaman atau nyeri angina biasanya digambarkan dengan dada terasa ditekan dan tidak dapat terlokalisir. - rasa tidak nyaman pada dada tersebut muncul ketika olahraga atau stress emosional dan hilang dengan istirahat. - gejala lain yang biasanya terasa adalah gejala seperti dispepsia yaitu mual, muntah, dan nyeri di epigastrium. 2. Unstable Angina Angina yang tidak stabil ini memiliki tiga gejala klinis khusus dibandingkan dengan angina yang stabil. Tiga gejala klinis tersebut yaitu: 30 - Angina yang terjadi saat istirahat atau aktivitas ringan dan terasa lebih dari 20 menit. Angina ini terasa dalam satu minggu. - Angina terjadi pertama kali dengan onset terjadinya dalam dua bulan dari gejala awal. - Angina yang terjadi lebih sering, durasi lebih lama dibandingkan dengan angina yang sudah pernah di diagnosis sebelumnya. Selain dari tiga gejala klinis khusus tersebut, angina yang tidak stabil ini biasanya menyebar dari daerah sternum ke leher, lengan dan bahu Non-STEMI dan STEMI Pada NSTEMI dan STEMI, gejala klinisnya tidak banyak berbeda dengan unstable angina tetapi hanya berbeda pada derajat keparahannya. 29 Derajat keparahan tersebut dikarenakan pada unstable angina tidak terjadi kerusakan otot jantung sehingga tidak ada pelepasan enzim-enzim yang menjadi biomarker dari nekrosis miokard yaitu creatine kinase (CK) dan CK- MB. Perbedaan dari NSTEMI dan STEMI adalah terjadinya elevasi dari STsegmen pada pemeriksaan EKG dari STEMI. 29

31 Pencegahan Primer Pengelolaan pola hidup adalah salah satu pencegahan primer yang efektif karena pentingnya nutrisi dan aktivitas fisik untuk memodifikasi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sudah beberapa kali ditegaskan. 9 Beberapa rekomendasi pengelolaan pola hidup, yaitu: 9 1. Menurunkan kolesterol LDL - Diet yang dianjurkan: sayur-sayuran, buah-buahan, gandum; termasuk produk susu yang rendah lemak, ikan, minyak nabati, dan kacangkacangan. Kurangi asupan gula dan daging merah. Sesuaikan dengan kebutuhan kalori perhari dan nutrisi keadaan khusus seperti diabetes mellitus serta mengikuti Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dietary pattern, the United States Departement of Agriculture (USDA) food pattern, atau the AHA diet. - Kurangi persentasi kalori dari lemak jenuh - Kurangi persentasi kalori dari trans fat 2. Menurunkan tekanan darah - Pola diet sama seperti menurunkan LDL yaitu menggunakan DASH diet - Mengurangi asupan garam yaitu tidak kebih dari 2,400 mg/hari - Mengurangi asupan garam hingga 1,500 atau 1,00 mg/hari dapat menurunkan tekanan darah - Kombinasi DASH diet dengan mengurangi asupan garam 3. Aktivitas fisik terhadap lemak dan tekanan darah Secara umum, melakukan 3-4 sesi aktivitas fisik aerobik per minggu dan berlangsung selama 40 menit per sesi dapat menurunkan kadar LDL di tubuh dan tekanan darah Framingham Risk Score Framingham Risk Score adalah salah satu skoring yang digunakan untuk mengetahui faktor risiko klasik penyakit kardiovaskular seperti usia, jenis kelamin, hipertensi, diabetes mellitus, merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan kadar kolesterol dalam darah. Instrumen ini merupakan sebuah proyek yang

32 18 dikembangkan oleh National Heart Institute and Boston University mulai dari tahun 1984 hingga Kategori Framingham Risk Score pada penelitian ini yang digunakan adalah penilaian tingkat risiko terhadap perkembangan infark miokard atau mortalitas dari penyakit jantung koroner dalam 10 tahun kemudian. Instrumen ini dibentuk untuk usia > 30 tahun tanpa diketahui riwayat penyakit jantung sebelumnya. 31,32 Instrumen Framingham Risk Score pada penelitian ini memiliki tujuh item penilaian yaitu jenis kelamin, usia, tekanan darah, kadar kolesterol total atau LDL, kadar kolesterol HDL, diabetes mellitus, dan perokok. Namun karena keterbatasan penelitian yaitu pada item pemeriksaan kadar kolesterol LDL dan HDL maka instrumen ini di modifikasi sehingga hanya item selain kolesterol LDL dan HDL yang diteliti (lampiran 4 dan 5). 7 Framingham Risk Score selain digunakan untuk identifikasi orang-orang yang beresiko terhadap PJK, tetapi juga dapat digunakan untuk penyakit lain seperti stroke, klaudikasio intermiten, gagal jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan atrial fibrilasi Peranan Penilaian Risiko Penyakit Degeneratif Penilaian risiko terhadap penyakit degeneratif mempunyai manfaat yang baik karena dapat mendeteksi lebih awal dan mencegahnya menjadi sebuah penyakit kronik. Pasien yang datang ke dokter biasanya membawa sebuah keluhan utama dan dokter tersebut hanya mencari riwayat penyakit pasien dan memikirkan apa diagnosis banding dari keluhan utama pasien serta rencana penatalaksanaannya. Dari siklus tersebut, dokter tidak dipaksa untuk melakukan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Sedangkan upaya pencegahan dan promosi kesehatan dapat memberikan penanggulangan terbaik untuk setiap pasien sehingga meminimalkan kemungkinan berkembangnya penyakit kronis. 34 Upaya promosi kesehatan tersebut membutuhkan profil kesehatan pasien yang berupa gambaran status kesehatan pasien saat ini, analisis risiko kesehatan berupa (genetik, lingkungan, dan aspek gaya hidup), penilaian biomarker, dan pencitraan. Profil kesehatan pasien tersebut akan menjadi penilaian risiko pada oleh dokter yang berkomunikasi dengan pasien. Dokter tersebut nantinya akan

33 19 membuat perencanaan untuk mengurangi risiko tersebut dengan pengaturan dari gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi lainnya. 34 Upaya pencegahan ini selain dibutuhkan interaksi antara dokter dan pasien sebaiknya lebih baik lagi terdapat tim pelayanan kesehatan yang nantinya bekerja memantau kemajuan dari rencana kesehatan pasien dan mengingkatkan dokter terhadap kejadian yang buruk dari pasien tersebut. Yang terpenting adalah dibutuhkannya pengembangan alat penilaian risiko yang lebih akurat dan sesuai. 34 Bagan 2.2 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dengan komponen lainnya. 34 Hasil dari penilaian risiko pada pasien di komunitas adalah pasien yang memiliki risiko rendah, risiko tinggi dan penderita penyakit kronik. Pasien yang memiliki risiko tinggi adalah fokus utama yang nantinya akan dilakukan perencanaan kesehatan pribadi seperti modifikasi risiko yang dimilikinya. Sedangkan pada penderita, akan dberikan tatalaksana sesuai dengan penyakit yang dimilikinya. 34 Bagan 2.3 Aplikasi pelayanan prosektif di komunitas. 34

34 Kerangka Teori Bagan 2.4 Kerangka teori

35 Kerangka Konsep Bagan 2.5 Kerangka konsep

36 2.6. Definisi operasional Tabel 2.5 Definisi operasional No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Skala Hasil ukur ukur 1. Usia 7 Usia partisipan Kuesioner 35 tahun Mengisi kuesioner Ordinal 1. Usia Usia Usia Usia Usia Usia Usia Usia Tekanan darah Tekanan darah sistolik dan diastolik partisipan Spigmo- Pengukuran dilakukan dua kali Ordinal 1. <120/ 80 mmhg manometer dengan jarak waktu lima menit dan /80-84 mmhg diklasifikasikan berdasarkan /85-89 mmhg Framingham Risk Score /90-99 mmhg /100 mmhg 3. Kadar puasa 18 gula darah Gula darah puasa didapatkan Strip Darah partisipan didapatkan dari setelah glukosa ujung responden minimal delapan jam. puasa kapiler jari dengan menggunakan jarum lanset dan Ordinal 1. <100 mg/dl mg/dl 3. mg/dl dimasukan di alat strip glukosa 22

37 4. Kolesterol total7 Kadar kolesterol total dalam Strip Darah partisipan didapatkan dari darah pasrtisipan kolesterol ujung kapiler jari Ordinal 1. < 160 mg/dl dengan mg/dl menggunakan jarum lanset dan mg/dl dimasukan di alat strip kolesterol mg/dl Riwayat kadar Kadar 7 kolesterol HDL HDL dalam darah Kuesioner Mengisi kuesioner Ordinal 280 mg/dl 1. Tidak tahu partisipan yang pernah diperiksa 2. < 35 mg/dl di laboraturium atau rumah mg/dl sakit mg/dl mg/dl Merokok Pernah atau sedang Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal mengkonsumsi rokok 7. Diabetes Mellitus7 Keadaan dimana terjadi Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal gangguan metabolisme akibat kelainan sekresi 60 mg/dl 1. Tidak merokok 2. Ya, merokok. 1. Tidak 2. Ya 1. Tidak 2. Ya insulin sehingga terjadi hiperglikemia disertai gejala klasik diabetes dan pernah di diagnosis oleh dokter Riwayat penyakit Riwayat nyeri dada seperti jantung koroner dalam ditekan yang menjalar ke bahu, Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 23

38 keluarga7 lengan, dan leher selama menit atau pernah di diagnosis oleh dokter pada orangtua, kakak, atau adik sebelum usia 65 tahun.7 9. Riwayat penyakit Riwayat memiliki tekanan darah hipertensi dalam tinggi lebih dari 140 mmhg keluarga Kuesioner Mengisi kuesioner Nominal 1. Tidak 2. Ya pada orangtua, kakak, atau adik. Obesitas sentral 22 Keadaan dimana ukuran lingkar Meteran Mengukur diantara batas inferior pinggang seseorang melebihi lingkar tulang iga terakhir dengan krista laki dan batas. Untuk perempuan pinggang illiaca. perempuan cm dan laki-laki 80 Ordinal cm cm untuk laki untuk cm untuk lakilaki dan < 80 untuk perempuan Aktivitas fisik Kegiatan fisik yang dilakukan Kuesioner Mengisi kuesioner dan Ordinal 1. Aktivitas rendah responden yang dapat berupa mengklasifikasikannya berdasarkan 2. Aktivitas sedang kegiatan fisik dengan intensitas standar dari physical activity 3. Aktivitas tinggi berat dan sedang. guidelines for americans, yaitu: 1. aktivitas rendah: Kegiatan fisik berat yaitu intensitas kegiatan fisik kegiatan yang membuat otot sedang yang kurang dari 150 Anda bekerja kuat dan membuat menit/minggu dan intensitas 24

39 Anda sulit bernapas. Contoh: kegiatan fisik berat yang lari, bersepeda, panjat tebing, kurang dari 75 menit/minggu. berenang dengan cepat, tenis, bulu tangkis, lompat tali, 2. Aktivitas sedang, jika: bermain bola, berkebun berat intensitas kegiatan fisik (menggali misalnya), sedang yang berikisar mengangkat barang berat, yoga. menit/minggu dan intensitas kegiatan fisik berat yang Kegiatan fisik sedang yaitu berkisar kegiatan yang membuat otot menit/minggu. Anda bekerja tidak terlalu kuat dan membuat Anda bernapas 3. Aktivitas berat, jika lebih dari cukup sulit. Contoh: berjalan, 300 menit/ minggu untuk berjalan cepat, menari, berenang intensitas kegiatan fisik dengan santai, berkebun ringan sedang dan lebih dari 150 seperti menyiram tanaman, menit/minggu untuk intensitas menyapu, mengepel, memasak, kegiatan fisik berat. menjemur, naik turun tangga. 12 Tingkatan risiko untuk Tingkatan risiko ini untuk Instrumen Hasil kuesioner dan pemeriksaan Ordinal - Risiko tinggi: > 20% mengalami PJK dalam memprediksi risiko dari Framingham yang sesuai dengan pertanyaan - Risiko sedang tahun 7,31,32 perkembangan infark miokard Risk Score pada Framingham Risk Score di - Risiko rendah: < 10% atau mortalitas dari penyakit skoring sesuai instrumen 25

40 koroner di 10 tahun kemudian. 32 Framingham dan dijumlahkan sehingga mendapatkan jumlah secara umum dan di lihat berapa persentase yang sesuai. 26

41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif- analitik dengan menggunakan desain cross sectional Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) terpilih pada kelurahan Buaran, kecamatan Serpong yang merupakan wilayah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan September tahun 2014 sampai Agustus tahun Populasi dan Sampel Populasi Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat di RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 di daerah Buaran yang berusia lebih dari 35 tahun pada tahun 2015 dan belum pernah didiagnosis penyakit jantung koroner sebelumnya Sampel Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus untuk penelitian analitik. Besar sampel analitik kategorik tidak berpasangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Keterangan: n = Jumlah sampel yang dibutuhkan Z = Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% dengan hipotesis dua arah yaitu sebesar 1,96 27

42 28 Z = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84 P1 = Proporsi kejadian PJK yang mendapat pengaruh dari faktor risiko merokok sebesar 0,635.6 P2 = Proporsi kejadian PJK yang tidak mendapat pengaruh dari faktor risiko merokok sebesar 0,365.6 P = Proporsi total: (P1+P2)/2 Q1 = 1-P1 Q2 = 1-P2 Q = 1-P Sampel minimal pada penelitian analitik ini berdasarkan hasil perhitungan adalah sebesar 55 orang untuk masing-masing kelompok yang memiliki faktor risiko merokok maupun tidak sehingga total sampel minimal untuk penelitian ini adalah 110 orang Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu pemilihan RT diambil dari RW yang menjadi wilayah binaan KPKM Buaran FKIK, setelah itu dilakukan two stage cluster sampling, warga yang berada di RT yang terpilih akan dipilih lagi beberapa orang untuk memenuhi sampel yang telah dihitung Kriteria Inklusi - Masyarakat yang tinggal di daerah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah - Usia responden diatas 35 tahun - Belum pernah di diagnosis penyakit jantung koroner sebelumnya Kriteria Eksklusi - Pasien yang menolak menjadi responden

43 Cara Kerja Penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dikembangkan dari Framingham Risk Score untuk menilai faktor risiko seseorang terhadap penyakit jantung koroner. Penelitian dilakukan dalam dua hari di setiap RT. Hari pertama responden yang sudah terpilih sebagai sampel didatangi rumahnya kemudian dilakukan wawancara kuesioner Framingham Risk Score secara terpimpin oleh peneliti. Setelah itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah tekanan darah menggunakan spigmomanometer dan stetoskop Riester yang dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu selama lima menit. Setelah itu responden diberikan pemberitahuan bahwa pemeriksaan pada kemudian hari harus berpuasa dahulu selama minimal delapan jam dan hanya diperbolehkan minum air putih sebelum responden tidur. Hari kedua dilakukan pemeriksaan lainnya dengan urutan pertama yaitu pemeriksaan tinggi badan yang menggunakan meteran tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm dan pasien berdiri menghadap ke depan, setelah itu dilakukan pemeriksaan berat badan yang menggunakan timbangan berat badan merk One med dengan ketelitian 0,1 cm dan pasien berdiri menghadap ke depan. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan lingkar pinggang yang diukur menggunakan meteran lingkar pinggang dengan ketelitian 0,1 cm dan diukur diantara batas inferior tulang iga terakhir dengan krista iliaca. Pemeriksaan terakhir pada hari kedua adalah pemeriksaan kolesterol total dan kadar gula darah puasa yang dilakukan menggunakan alat easy touch. Hasil dari pengambilan data pada RT disekitar KPKM Buaran ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu untuk melihat apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel atau tidak, setelah itu dilakukan pengolahan data Manajemen Data Pengumpulan Data - Data primer Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol total serta dari

44 30 hasil kuesioner yang dibagikan pada masyarakat RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 sekitar KPKM Buaran yang telah dipilih dengan two stage cluster sampling serta memenuhi kriteria inklusi. - Alur pengumpulan data Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan dari responden akan diolah dengan menggunakan program computer software SPSS for windows versi Tahapan pengolahan data yaitu coding, editing, entry data, dan cleaning Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat Analisis Univariat Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi-square untuk hipotesis kategorik tidak berpasangan.

45 31 Syarat uji Chi-square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Bila syarat uji Chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk tabel 2xK.36 Melalui uji statistik Chi-square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak Penyajian Data Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular Etika Penelitian Penelitian ini sudah diajukan ke komite etik dan sudah mendapatkan persetujuan. Peneliti menyediakan lembar informed consent untuk responden sebagai bukti persetujuan responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

46 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data demografi Kelurahan Buaran terletak dibagian selatan kecamatan Serpong dengan luas wilayah 379,98 Ha. Batas utara dari kelurahan Buaran yaitu kelurahan Ciater, batas timur yaitu kecamatan Pamulang, batas selatan dan barat yaitu kecamatan Setu. Jumlah RT/RW pada kelurahan Buaran ini sebanyak 9 RW dan 33 RT dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk berdasarkan usia diatas 35 tahun sebanyak jiwa. Wilayah binaan KPKM Buaran hanya sebatas pada 3 RW yaitu RW 3, 4, dan 5 dengan jumlah masing-masing RT adalah 4, 3, dan 4. Dalam penelitian ini RT yang terpilih adalah RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005 dengan masing-masing jumlah penduduk berdasarkan usia lebih dari 35 tahun adalah 313, 335, dan 201 jiwa Hasil uji validitas dan reliabilitas Uji validitas kuesioner pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur sebelum dilakukannya pengambilan data sehingga instrumen tersebut memiliki kualitas yang baik. Hasil dari uji validitas adalah menentukan mana item kuesioner dan pemeriksaan yang valid dan kurang valid. Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan dapat konsisten di semua responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang yang menjadi responden pada penelitian di daerah Buaran ini. Dari jumlah total didapatkan jumlah perempuan sebanyak 20 orang dan laki-laki 10 orang dengan rata-rata usianya yaitu usia 47 tahun. 32

47 Uji validitas Suatu item dikatakan validitasnya baik ketika hasil Pearson Correlation lebih besar dari koefisien kolerasi sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada pengujian ini adalah 0,361 karena N=30 dengan tingkat signifikan 5%. Tabel 4.1. Hasil uji validitas pada item pemeriksaan No. Item Pemeriksaan Pearson Correlation Tabel r Keterangan 1. Usia 0,303 0,361 Validitas kurang baik 2. Tekanan darah sistolik 0,782 0,361 Validitas baik 3. Tekanan darah diastolik 0,617 0,361 Validitas baik 4. Kolesterol 0,476 0,361 Validitas baik 5. Gula darah puasa 0,765 0,361 Validitas baik 6. Berat badan 0,348 0,361 Validitas kurang baik 7. Tinggi badan -0,179 0,361 Validitas kurang baik 8. Lingkar pinggang 0,497 0,361 Validitas baik Dari hasil uji validitas item yang dilakukan pemeriksaan, semua item yang mempunyai validitas baik adalah pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, gula darah puasa, dan lingkar pinggang dan hasil yang validitasnya kurang adalah usia, berat badan, dan tinggi badan. Hal ini bisa dikarenakan jumlah sampel untuk validitas yang kurang banyak sehingga kurang variasi sehingga kolerasinya dengan total skor masih kurang mencapai angka dari tabel r. Namun, item ini akan terus ditanyakan untuk kepentingan skoring di Framingham Risk Score dan analisis data.

48 34 Tabel 4.2. Hasil uji validitas pada item kuesioner No. Item Kuesioner Pearson Correlation Tabel r Keterangan 1. Berapakah tekanan darah Anda 0,708 0,361 Validitas baik biasanya? 2. Apakah Anda pernah meminum obat 0,596 0,361 Validitas baik darah tinggi? 3. Apakah Anda meminum obat darah 0,625 0,361 Validitas baik tinggi tersebut secara rutin/teratur? 4. Apakah Anda masih meminum obat 0,750 0,361 Validitas baik darah tingginya? 5. Berapa gula darah Anda biasanya? 0,787 0,361 Validitas baik 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai penyakit diabetes/ penyakit gula/ kencing manis? 7. Apakah Anda meminum obat diabetes/ penyakit gula/ kencing manis secara rutin? 8. Centanglah pilihan disamping jika Anda pernah merasakan gejalagejala tersebut! - kencing lebih dari 3x pada malam hari - rasa haus lebih sering dari biasanya, sehingga banyak minum - rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan banyak dari biasanya - berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas - tidak ada 0,756 0,361 Validitas baik 0,756 0,361 Validitas baik 0,222 0,361 Validitas kurang baik

49 35 Tabel 4.2 Hasil uji validitas pada item kuesioner (sambungan) No. Item kuesioner Pearson Correlation Tabel r Keterangan 9. Berapa kolesterol Anda biasanya? 0,709 0,361 Validitas baik 10. Berapa kadar kolesterol-hdl Anda 0,409 0,361 Validitas baik biasanya? 11. Apakah ada anggota keluarga yaitu 0,570 0,361 Validitas baik Ayah, Ibu, Anak, atau saudara kandung Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi? 12. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, Ibu, Anak, atau saudara 0,243 0,361 Validitas kurang baik kandung yang memiliki penyakit jantung seperti serangan jantung, gagal jantung atau angin duduk? 13. Apakah Anda seorang perokok? 0,091 0,361 Validitas kurang baik 14. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan kegiatan fisik 0,192 0,361 Validitas kurang baik berat? 15. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan kegiatan fisik sedang? 0,221 0,361 Validitas kurang baik Dari hasil uji validitas pada item kuesioner yang ditanyakan khusus pada penelitian ini, didapatkan satu beberapa item yang validitasnya kurang, yaitu item nomor 8, 12, 13, 14, dan 15. Hal tersebut bisa dikarenakan pertanyaan yang dibuat sulit di mengerti oleh responden sehingga berpengaruh kepada jawaban responden atau jawaban dari responden yang kurang bervariasi. Item yang kurang valid tidak akan di analisis dalam penelitian ini kecuali item nomor 12 dan 13 karena untuk kepentingan skoring di Framingham Risk Score.

50 Uji reliabilitas Item kuesioner yang dikatakan konsisten dalam mengukur setiap sampel adalah item kuesioner yang hasil uji reliabilitasnya didapatkan ketika membandingkan nilai Cronbach s Alpha dengan kriteria pembagian dari interpretasi nilai cronbach alpha, yaitu sebagai berikut 32 : 1. Kurang reliabel: Cronbach s Alpha 0,00-0,20 2. Agak reliabel: Cronbach s Alpha 0,21-0,40 3. Cukup reliabel: Cronbach s Alpha 0,42-0,60 4. Reliabel: Cronbach s Alpha 0,61-0,80 5. Sangat reliabel: Cronbach s Alpha 0,81-1,00 Tabel 4.3. Nilai Alpha uji reliabilitas Cronbach s Alpha N of items 0, Dari nilai Cronbach s Alpha yang didapatkan yaitu sebesar 0,728 jika dibandingkan dengan kriteria interpretasi maka kuesioner yang digunakan reliabel walaupun kuesioner tersebut ada beberapa item yang validitasnya kurang. Tabel 4.4. Hasil uji realibilitas pada item kuesioner No. Item Kuesioner Cronbach s Alpha if item deleted Keterangan 1. Berapakah tekanan darah Anda biasanya? 0,689 Reliabel 2. Apakah Anda pernah meminum obat darah 0,702 Reliabel tinggi? 3. Apakah Anda meminum obat darah tinggi 0,703 Reliabel tersebut secara rutin/teratur? 4. Apakah Anda masih meminum obat darah 0,693 Reliabel tingginya? 5. Berapa gula darah Anda biasanya? 0,672 Reliabel 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai penyakit 0,704 Reliabel diabetes/ penyakit gula/ kencing manis? 7. Apakah Anda meminum obat diabetes/ penyakit gula/ kencing manis secara rutin? 0,704 Reliabel

51 37 Tabel 4.4. Hasil uji realibilitas pada item kuesioner (sambungan) No. Item Kuesioner Cronbach s Alpha if item deleted Keterangan 8. Centanglah pilihan disamping jika Anda pernah merasakan gejala-gejala tersebut! 0,730 Reliabel - kencing lebih dari 3x pada malam hari - rasa haus lebih sering dari biasanya, sehingga banyak minum - rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan banyak dari biasanya - berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas - tidak ada 9. Berapa kolesterol Anda biasanya? 0,721 Reliabel 10. Berapa kadar kolesterol-hdl Anda 0,724 Reliabel biasanya? 11. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, 0,704 Reliabel Ibu, Anak, atau saudara kandung Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi? 12. Apakah ada anggota keluarga yaitu Ayah, 0,726 Reliabel Ibu, Anak, atau saudara kandung yang memiliki penyakit jantung seperti serangan jantung, gagal jantung atau angin duduk? 13. Apakah Anda seorang perokok? 0,759 Reliabel 14. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya 0,730 Reliabel melakukan kegiatan fisik berat? 15. Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan kegiatan fisik sedang? 0,728 Reliabel Dari hasil uji reliabilitas pada item kuesioner tersebut didapatkan bahwa semua item kuesioner ini reliabel, dilihat dari seluruh nilai Cronbach s Alpha lebih dari 0,6. Item kuesioner yang reliabel ini dapat diartikan bahwa kuesioner tetap konsisten jika digunakan di tempat yang berbeda dan responden yang berbeda.

52 Analisis Univariat Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini terlebih dahulu akan dideskripsikan dengan analisis univariat yang hasilnya nanti memberi gambaran umum mengenai responden. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan variabel terikatnya adalah risiko tinggi, sedang, dan rendah dari PJK tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 128 responden dan jumlah tersebut sudah memenuhi batas minimal sampel untuk penelitian ini yaitu 110 responden Gambaran karakteristik responden Gambaran karakteristik responden pada penelitian ini yaitu sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Tabel 4.5 Sebaran karakteristik responden (N=128) Variabel Kategori N % Jenis kelamin Laki-laki 38 29,7 Perempuan 90 70, tahun ,3 60 tahun 24 18,8 Bekerja 45 35,2 Tidak bekerja 83 64,8 Rendah 91 71,1 Menengah 35 27,3 Tinggi 2 1,6 Usia Pekerjaan Pendidikan terakhir Dalam tabel 4.5 didapatkan jumlah laki-laki sebanyak 38 responden (29,7%) dengan lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebesar 90 responden (70,3%). Usia responden pada usia tahun distribusinya sebanyak 104 responden (81,3%) dan pada usia 60 tahun sebanyak 24 responden (18,8%). Rerata usia responden yaitu 48 tahun dengan usia minimal 35 tahun dan

53 39 maksimal 76 tahun. Untuk usia sudah sesuai dengan kriteria inklusi yaitu 35 tahun. Pekerjaan responden yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu bekerja dengan sebaran respondennya sebanyak 45 responden (35,2%) dan tidak bekerja sebanyak 83 responden (64,8%). Pendidikan terakhir responden dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan terakhir rendah, sedang, dan tinggi. Untuk yang termasuk ke dalam pendidikan terakhir rendah adalah responden yang tidak sekolah, tidak lulus SD, lulus SD, dan lulus SMP. Untuk pendidikan terakhir menengah yang termasuk kedalamnya adalah lulus SMA atau sederajatnya. Pendidikan terakhir tinggi adalah yang lulus perguruan tinggi atau sarjana. Hasil sebaran respondennya adalah sebanyak 91 responden (71,1%) berpendidikan terakhir rendah, 35 responden (27,3%) berpendidikan terakhir menengah, dan 2 responden (1,6%) berpendidikan terakhir tinggi Gambaran faktor risiko PJK pada responden berdasarkan Framingham Risk Score Variabel faktor risiko pada penelitian ini diambil berdasarkan faktor risiko yang ada di Framingham Risk Score tentang PJK yaitu berupa kadar kolesterol total, kadar kolesterol HDL, tekanan darah sistolik dan diastolik, diabetes mellitus, dan perokok.

54 40 Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PJK berdasarkan Framingham Risk Score pada responden (N=128) No Variabel Kategori N % Kolesterol total < 160 mg/dl 12 9, mg/dl 20 15, mg/dl 35 27, mg/dl 42 32,8 280 mg/dl 19 14,8 Belum pernah periksa ,9 < 35 mg/dl 1 0, mg/dl 1 0,8 60 mg/dl 2 1,6 < 120 mmhg 50 39, mmhg 5 3, mmhg 29 22, mmhg 26 20,3 160 mmhg 19 14,1 < 80 mmhg 49 38, mmhg 6 4, mmhg 40 31,3 100 mmhg 33 25,8 Tidak ,0 Ya 9 7,0 Non-perokok 97 75,8 Perokok 31 24,2 Riwayat pemeriksaan kolesterol HDL Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Diabetes mellitus Perokok Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa yang memiliki kadar kolesterol total 240 mg/dl sebanyak 61 responden (47,6%). Rerata kadar kolesterol pada responden yaitu 234 mg/dl. Dengan hasil tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata masyarakat di sekitar KPKM Buaran memiliki kadar kolesterol yang cukup tinggi dengan begitu masyarakat tersebut memiliki salah satu faktor risiko terhadap PJK. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian dari Supriyono6

55 41 yang menyebutkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita PJK lebih banyak diatas 200 mg/dl (56,3%). Pada riwayat pemeriksaan kolesterol-hdl didapatkan sebanyak 124 responden menjawab belum pernah diperiksa kolesterol-hdl. Hal ini menjadi kekurangan dalam penelitian karena kolesterol HDL adalah salah satu faktor risiko yang harus dihitung dalam Framingham Risk Score. Kolesterol HDL merupakan salah satu lipid yang bersifat antiaterogenesis karena semakin tinggi kadar kolesterol HDL dalam tubuh, semakin banyak kolesterol ekstrahepatik yang dibawa kembali ke hepar untuk dikeluarkan bersama empedu. Selain itu, kolesterol HDL dapat secara langsung menghambat migrasi monosit ke dalam ruang subendotelial sehingga tidak ada kolesterol-ldl yang dapat fagositosis oleh makrofag dan reseptor scavenger dalam pembentukan plak. 37 Pada hasil tekanan darah didapatkan bahwa pada penelitian ini yang memiliki tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg yaitu sebanyak 45 responden (34,4%) yang artinya responden tersebut sudah menderita hipertensi derajat 1 dan 2. Rerata kadar tekanan darah sistolik pada seluruh responden adalah 130 mmhg dengan tekanan darah sistolik minimal 95 mmhg dan maksimal 190 mmhg. Untuk hasil dari tekanan darah diastolik, yang memiliki tekanan darah diastolik diatas 90 mmhg adalah 73 responden (57,1%). Rerata tekanan darah diastoliknya adalah 90 mmhg dengan minimal 65 mmhg dan maksimal 120 mmhg. Jika di lihat dari yang memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg, jumlahnya lebih sedikit dari yang tekanan darah sistoliknya normal yaitu 50 responden, tetapi jika di lihat dari tekanan darah diastolik, didapatkan jumlah yang lebih banyak pada tekanan darah diatas 90 mmhg yang mengartikan bahwa sebanyak 73 responden tersebut sudah menderita hipertensi derajat 1 dan 2. Hasil penelitian ini yang menjelaskan bahwa terdapat banyaknya masyarakat di sekitar KPKM Buaran yang menderita hipertensi baik dilihat dari tekanan darah sistolik maupun diastolik yang mengartikan bahwa banyaknya masyarakat tersebut yang mempunyai salah satu risiko PJK, hal ini didukung

56 42 dengan penelitian dari Amelia 38 yang hasil penelitiannya berupa pasien PJK lebih banyak yang memiliki hipertensi (68,2%). Dari tabel 4.6 tentang diabetes mellitus didapatkan responden yang tidak DM sebanyak 119 responden (93,0%) dan yang DM sebanyak 9 responden (7,0%). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pada masyarakat KPKM Buaran yang memiliki DM tidak terlalu banyak sehingga hanya sedikit yang memiliki risiko 2-3 kali untuk menderita PJK, karena pada penelitian Amelia 38 dijelaskan bahwa pada penderita PJK lebih banyak yang menderita DM (71,8%). Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden yang non-perokok adalah 97 responden (75,8%). Hal tersebut bisa dikarenakan lebih banyaknya responden perempuan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga untuk sebaran responden yang perokok sebanyak 31 responden (24,2%). Menurut penelitian Fadma 39, pada penderita PJK lebih banyak yang mempunyai kebiasaan merokok (85%) dibandingkan dengan bukan penderita PJK Gambaran faktor risiko PJK lainnya pada responden Gambaran faktor risiko PJK lainnya ini adalah variabel-variabel yang tidak termasuk ke dalam penilaian Framingham Risk Score tetapi merupakan faktor risiko penting dalam patogenesis PJK. Tabel 4.7 Sebaran faktor risiko PJK lainnya pada responden (N=128) No. Variabel kategori N % 1. Obesitas sentral Tidak Ya ,2 75,8 2. Riwayat keluarga 1. PJK 2. Hipertensi Tidak Ya Tidak ,7 13,3 60,2 Ya 51 39,8 3. Aktivitas fisik Rendah Sedang Tinggi ,8 20,3 60,9

57 43 Dari tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang mengalami obesitas sentral adalah sebanyak 97 responden (75,8%) dan yang tidak mengalami obesitas sentral sebanyak 31 responden (24,2%). Tingginya jumlah yang mengalami obesitas sentral akan memberikan dampak terhadap peningkatan kejadian PJK dengan salah satu mekanismenya yaitu hipoadiponektinemia. Selain itu, obesitas sentral dapat secara tidak langsung menjadi faktor pemicu sindrom metabolik sehingga dalam diagnosis sindrom metabolik, obesitas sentral menjadi salah satu poin penilaiannya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Aryana 40 yang menyebutkan bahwa prevalensi obesitas sentral pada pasien PJK cukup tinggi yaitu 51,1%. Responden yang memiliki riwayat penyakit keluarga PJK pada penelitian ini sebanyak 17 responden (13,3%) dan yang tidak memiliki riwayat PJK dalam keluarga sebanyak 111 responden (86,7%), tetapi untuk yang memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi didapatkan 51 responden (39,8%) yang lebih banyak dari riwayat penyakit keluarga PJK. Dengan memiliki riwayat penyakit keluarga hipertensi berarti responden tersebut memiliki faktor risiko untuk terjadinya hipertensi yang dimana hipertensi juga masuk ke dalam faktor risiko PJK. Oleh karena itu, pencegahan primer perlu dilakukan responden tersebut agar tidak menjadi hipertensi yang diubahnya melalui pola hidup seperti makanan dan olahraga agar kemudian tidak berkembang menjadi faktor risiko PJK. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Andi 41 yang menyatakan bahwa pada pasien PJK di usia muda lebih banyak yang mempunyai faktor risiko rriwayat PJK pada keluarga dibandingkan dengan yang bukan penderita PJK. Faktor risiko yang terakhir yaitu aktivitas fisik. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki aktivitas fisik rendah sebanyak 24 responden (18,8%) dan yang memiliki aktivitas tinggi sebanyak 78 responden (60,9%). Aktivitas fisik dalam penelitian ini diambil dari aktivitas fisik harian responden seperti aktivitas saat bekerja atau saat dirumah, bukan hanya olahraga. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Amelia 38 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penderita PJK dengan tingkat aktivitas seseorag.

58 Gambaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden Tabel 4.8 Sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun pada responden Tingkatan risiko N % Risiko tinggi 11 8,6 Risiko sedang 39 30,5 Risiko rendah 78 60,9 Total ,0 Dalam tabel 4.8, faktor risiko PJK seperti usia, kolesterol total, kolesterol-hdl, tekanan darah, diabetes mellitus, dan perokok dijumlahkan dalam skoring di Framingham Risk Score dan menghasilkan tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun yang terbagi menjadi risiko tinggi sebanyak 11 responden (8,6%), risiko sedang sebanyak 39 responden (30,5), dan risiko rendah sebanyak 78 responden (60,9%). Banyaknya responden yang mempunyai risiko rendah dikarenakan rerata usia dalam penelitian ini usia 48 tahun dengan minimal usianya adalah 35 tahun selain itu kemungkinan adanya bias informasi terutama pada variabel kolesterol HDL dan sedikitnya jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini, karena pada beberapa penelitian salah satunya penelitian Gholamreza42 yang diambil dari komunitas yaitu sebanyak 5874 subjek penelitian akan bisa mengambarkan keadaan sebenarnya pada populasi tersebut. Namun pada penelitian ini dengan jumlah 128 responden bisa didapatkan 11 responden yang 20% akan mengalami PJK dalam 10 tahun dan 39 responden yang 10-20% juga akan mengalami PJK dalam 10 tahun. Hasil penelitian ini secara umum didukung oleh penelitian Gholamreza42, karena pada penelitian tersebut hasilnya adalah 74,3% pasien dengan sindrom metabolik berisiko rendah, 18,1% berisiko sedang, dan 7,6% berisiko tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah dalam 10 tahun namun angka tersebut lebih rendah lagi pada kelompok tanpa sindrom metabolik. Menurut

59 45 penelitian Chia dkk 43 yang diambil pada populasi Asia, secara umum kejadian di dalam penyakit jantung dan pembuluh darah tersebut lebih banyak pada kejadian PJK (8,8%) dibandingkan dengan gagal jantung (0,7%), stroke (4,2%), dan penyakit vaskular perifer(0%). Dengan jumlah sampel yang sedikit ini dapat dilihat bahwa pencegahan primer PJK sejak usia muda perlu dilakukan karena seiring dengan bertambahnya usia maka risiko untuk mengalami PJK ini semakin besar terutama dengan pola hidup yang kurang baik yang menyebabkan faktor risiko PJK semakin berkembang Analisis Bivariat Uji yang akan dilakukan dalam analisis bivariat ini adalah Chi-square karena semua variabel distribusinya tidak normal dan syarat penggunaan uji ini terpenuhi kecuali pada variabel diabetes mellitus yang menggunakan uji kolmogrov-smirnov. Variabel bebas yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan faktor risiko PJK akan dianalisis terhadap variabel terikat yaitu tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun. Jika p value < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna dari variabel-variabel yang diteliti dengan derajat kepercayaan yaitu 95%.

60 Hubungan karakteristik responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Jenis Kelamin Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Laki-laki 9 81, , , ,7 Perempuan 2 18, , , ,3 Total p-value=0,0001 Dari tabel 4.13 didapatkan hasil laki-laki memiliki faktor risiko tinggi sebesar 81,8% dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 18,2% dan sebaliknya perempuan memiliki risiko rendah sebesar 80,8% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 19,2%. Hasil ini memiliki hubungan yang bermakna karena hasil dari p-value = 0,0001 (< 0,05). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Supriyono 6 yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena PJK dan terjadi 10 tahun lebih awal dibandingkan dengan perempuan yang akan meningkat ketika sudah masa menopouse namun tidak akan sebesar risiko laki-laki.

61 47 Tabel 4.10 Hubungan Usia dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Usia Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % tahun 4 36, , , ,3 60 tahun 7 63, ,9 3 3, , Total p-value=0,0001 Dari tabel 4.14 didapatkan hasil bahwa usia 60 tahun memiliki risiko tinggi mengalami PJK sebesar 63,6% dibandingkan dengan usia tahun yang sebesar 36,4%. Hal tersebut berlaku sebaliknya pada risiko rendah, usia 3559 tahun memiliki risiko rendah untuk mengalami PJK sebesar 96,2% dibandingkan dengan usia 60 tahun yaitu sebesar 3,8%. Hasil tersebut mempunyai hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 (< 0,05). Hasil analisis bivariat ini sesuai dengan teori Sorrentino MJ bahwa risiko PJK semakin meningkat pada pria yang berusia berusia 55 tahun dan pada wanita 45 tahun yang berlaku jika onset menopause normal.35

62 48 Tabel 4.11 Hubungan status pekerjaan dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Status pekerjaan Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Bekerja 6 54, , , ,2 Tidak 5 45, , , ,8 bekerja Total p-value=0,096 Dalam tabel 4.15 didapatkan hasil bahwa responden yang bekerja memiliki risiko tinggi mengalami PJK sebesar 54,5% dibandingkan dengan yang tidak bekerja yaitu sebesar 45,5%. Sebaliknya, yang tidak bekerja memiliki risiko rendah mengalami PJK sebesar 71,8%. Status pekerjaan berkaitan dengan tingkat stres dari responden. Namun hasil ini tidak mempunyai hubungan yang bermakna dikarenakan p-value=0,096 (> 0,05). Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Amelia 38 bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dengan penyakit jantung koroner (p=0,107). Secara teori, pekerjaan selalu dikaitkan dengan tingkat stres seseorang, dan pekerjaan termasuk dalam keadaan yang membuat stres kronik yang akan memicu berulangnya infark miokard dengan meningkatnya hormon kortisol dan katekolamin. Dengan begitu, status pekerjaan bukan penentu utama seorang responden memiliki risiko tinggi untuk mengalami PJK dalam 10 tahun jika gaya hidup responden cukup baik.

63 Hubungan faktor risiko responden dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tabel 4.12 Hubungan riwayat keluarga PJK dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Riwayat PJK keluarga Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Tidak 9 81, , , ,7 Ya 2 18,2 6 15,4 9 11, ,3 Total p-value=0,746 Dalam tabel 4.16 didapatkan hasil bahwa yang memiliki risiko tinggi dan tidak memiliki riwayat penyakit PJK di keluarga sebesar 81,8% dan yang memiliki riwayat penyakit keluarga PJK sebesar 18,2%. Hasil ini tidak memiliki hubungan yang bermakna karena p-value=0,746 (> 0,05). Penelitian ini sama seperti penelitian Yusnidar 44 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit jantung dalam keluarga dengan kejadian PJK dan riwayat penyakit jantung dalam keluarga bukan merupakan faktor risiko utama terjadinya PJK dengan p=0,310 dan Odds Ratio (OR)=0,7. Hasil tersebut dapat dikarenakan riwayat penyakit jantung koroner dalam keluarga bukan faktor risiko utama namun riwayat keluarga akan meningkatkan angka kejadian jika responden sudah memiliki gaya hidup yang berisiko terhadap penyakit jantung koroner, selain itu masih adanya kemungkinan recall bias pada responden.

64 50 Tabel 4.13 Hubungan perokok dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Perokok Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Tidak 4 36, , , ,8 Ya 7 63, , , ,2 Total p-value=0,0001 Dalam tabel 4.17 didapatkan hasil bahwa seorang perokok memiliki risiko tinggi mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 63,6% dan seorang nonperokok memiliki risiko rendah mengalami PJK dalam 10 tahun sebesar 85,9%. Hasil ini mempunyai hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 (< 0,05). Hasil analisis ini didukung dengan penelitian dari Supriyono 6 yang hasil p-value=0,011 (<0,05) dan Amelia 38 yang hasil p-value=0,027 sehingga menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan bermakna dengan PJK dan merokok ini berisiko untuk terjadinya PJK pada usia > 45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan yang tidak merokok (OR=2,4). 6

65 51 Tabel 4.14 Hubungan klasifikasi kolesterol dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Klasifikasi kolesterol Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Optimal dan 2 18, , , ,3 borderline (<239 mg/dl) Tinggisangat 9 81, , , ,7 tinggi (>240 mg/dl) Total p-value=0,005 Dalam tabel 4.18 didapatkan hasil bahwa kolesterol > 240 mg/dl dan memiliki risiko tinggi sebesar 81,8% dibandingkan dengan kolesterol < 239 mg/dl dan memiliki risiko rendah sebesar 62,8%. Hasil ini memiliki hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol dengan tingkatan risiko PJK karena p- value=0,005 (< 0,05). Berdasarkan penelitian Supriyono 6, kenaikan kadar kolesterol > 200 mg/dl tidak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,082), namun dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya PJK sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar kolesterol darah < 200 mg/dl (OR=1,8). Namun menurut Amelia 38, jika responden memiliki dislipidemia maka responden berisiko 6,479 kali menderita PJK dibandingkan yang tidak dislipidemia. Hasil tersebut didukung hasil dari penelitian Supriyono 6 dan Amelia 38 dengan p value 0,006 dan 0,0001, OR 2,8 dan 6,479.

66 52 Tabel 4.15 Hubungan diabetes mellitus dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Diabetes mellitus Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Ya 2 18,2 4 10,3 3 3,8 9 7,0 Tidak 9 81, , , ,0 Total p-value=0,452 Dalam tabel 4.19 didapatkan hasil bahwa yang menderita DM dan memiliki risiko tinggi untuk mengalami PJK lebih sedikit jumlahnya (18,2%) dibandingkan dengan yang tidak menderita DM (81,8%). Hal tersebut dapat dikarenakan jumlah sampel yang tidak DM lebih banyak dibandingkan yang DM sehingga mempengaruhi hasil dari analisis ini. Namun, hasil dari yang tidak menderita DM dan memiliki risiko rendah untuk mengalami PJK lebih banyak (96,2%) dibandingkan yang memiliki risiko tinggi. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus dengan tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun karena p-value=0,452 (>0,05). Berdasarkan penelitian Supriyono 6 bahwa DM dengan kejadian PJK memiliki hubungan yang bermakna (p=0,0001). Namun pada penelitian Andi 41, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DM dengan kejadian PJK pada usia (p=0,09). Secara teori, keadaan hiperglikemi akan membuat disfungsi endotel sehingga mempermudah terjadinya plak aterom. Perbedaan hasil penelitian ini bisa dikarenakan adanya beberapa kemungkinan yaitu pasien yang mempunyai diabetes mellitus tersebut belum menderita selama >10 tahun seperti hasil penelitian Fadma 39 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama menderita DM dengan kejadian PJK (p=0,043), selain itu kemungkinan DM

67 53 dikelola dengan baik dari farmakoterapi atau non-farmakoterapinya, dan responden tidak memiliki faktor risiko lain seperti hipertensi, hiperlipidemia, dan kadar glukosa darah puasa pasien 126 mg/dl.34 Tabel 4.16 Hubungan tekanan darah dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Total Tekanan darah Normal dan Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah N % N % N % N % 1 9,1 9 23, , , , , , , prehipertensi Hipertensi derajat 1 dan 2 Total p-value=0,0001 Analisis bivariat dalam tabel 4.19 menunjukan bahwa hipertensi derajat 1 dan 2 yang memiliki risiko tinggi dan sedang untuk mengalami PJK adalah sebesar 90,9% dan 76,9% dibandingkan dengan tekanan darah normalprehipertensi yang memiliki risiko tinggi dan sedang sebesar 9,1% dan 23,1%. Hasil ini memilliki hubungan yang bermakna karena p-value=0,0001 (<0,05). Hasil analisis ini diperkuat oleh penelitian Amelia38 dan Yusnidar44 bahwa ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan PJK yaitu p value=0,002 dan 0,004 dengan OR 5,091 dan 3,5. Teori Soeharto juga menyebutkan bahwa hipertensi menjadi suatu awal untuk menimbulkan gejala lain dari stroke dan PJK.35

68 54 Tabel 4.17 Hubungan obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Obesitas sentral Tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun Risiko Risiko Risiko tinggi sedang rendah Total N % N % N % N % Ya 4 36, , , ,8 Tidak 7 63, , , ,2 Total p-value=0,004 Dalam tabel 4.17 menunjukan bahwa yang mengalami obesitas sentral dan memiliki risiko tinggi jumlahnya 36,4% lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas sentral 63,6% dan untuk hasil risiko rendahnya jumlah yang mengalami obesitas sentral lebih banyak 82,1%. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor risiko lain juga yang sangat berperan dalam patogenesis PJK seperti hipertensi, dislipidemia, DM, dan merokok, sedangkan obesitas sentral ini lebih berperan banyak pada kejadian dislipidemia dan DM sebagai sindrom metabolik. Hasil analisis ini memiliki hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas sentral dengan tingkatan risiko mengalami PJK dalam 10 tahun karena p value=0,004 (<0,05). Secara teori, walaupun obesitas sentral berperan pada sindrom metabolik namun semakin tinggi tingkat obesitas sentral maka semakin meningkat risiko untuk mengalami kejadian PJK dan dipengaruhi oleh faktor risiko lainnya. Hal tersebut dikaitkan dengan kadar adiponektin plasma yang rendah atau hipoadiponektinemia sehingga mekanisme anti inflamasi dan antithrombosis sedikit. Selain itu, lemak pada abdomen merupakan lemak jahat atau LDL yang merupakan salah satu komponen patogenesis PJK. Hasil ini diperkuat dengan penelitian dari Aryana 40 yang menyatakan bahwa obesitas sentral memiliki hubungan bermakna dengan kejadian hipoadiponektinemia dengan p- value=0,001.

69 Kelebihan Penelitian Penelitian penilaian tingkatan risiko penyakit jantung koroner dalam 10 tahun ini merupakan penelitian yang jarang dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan untuk melihat apakah instrumen Framingham Risk Score ini dapat digunakan di Indonesia atau tidak. Kelebihan lainnya dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada komunitas karena jika dilakukan di KPKM maka yang datang ke KPKM belum tentu mewakili secara keseluruhan masyarakat binaan KPKM Buaran Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, pada penelitian ini memiliki subjektifitas terhadap riwayat pemeriksaan kolesterol HDL karena jarang di suatu komunitas yang memeriksa kadar kolesterol HDL sehingga yang belum pernah periksa dianggap skornya 0 atau dalam batas normal. Kedua, kuesioner pada penelitian ini merupakan kuesioner gabungan sehingga diperlukan uji validitas dan reliabilitas untuk semua pertanyaannya, namun pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan hanya yang berkaitan dengan faktor risiko PJK dan ada beberapa pertanyaan yang kurang valid sehingga ketika pengolahan data untuk data yang kurang valid tidak dilakukan analisis kecuali item dari Framingham Risk Score. Selain itu, uji validitas pada kuesioner ini hanya dilakukan pada 30 responden. Ketiga, jumlah sampel pada penelitian ini tidak cukup banyak jika ingin mendeskripsikan mengenai suatu komunitas dan distribusi dari sampel tidak rata dilihat dari sebaran jenis kelamin yang lebih banyak pada perempuan dan sebaran data responden yang terkena diabetes lebih sedikit dibandingkan yang tidak.

70 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan 1. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2015, sebaran faktor risiko PJK yang memiliki persentase tertinggi adalah kolesterol total yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan obesitas sentral. 2. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2015, sebaran tingkatan risiko untuk mengalami PJK dalam 10 tahun yaitu risiko tinggi sebesar 8,6%, risiko sedang sebesar 30,5%, dan risiko rendah 60,9%. 3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna (p<0,05) pada variabel jenis kelamin, usia, perokok, kadar koleterol total, tekanan darah, dan obesitas sentral. 4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p>0,05) pada variabel status pekerjaan, riwayat keluarga PJK, dan diabetes mellitus Saran 1. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan kembali dengan sasaran yang berbeda dan jumlah yang ditambahkan sehingga dapat diketahui tingkatan risiko terbanyak terhadap PJK pada masyarakat khususnya di sekitar tangerang selatan. 2. Sebaiknya penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan kolesterol-hdl karena kolesterol HDL merupakan salah satu poin penilaian tingkat risiko seseorang menurut Framingham Risk Score. 3. Jika penelitian ini dilanjutkan sebaiknya kuesioner yang digunakan diperbaiki lagi pada item yang kurang valid dan uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada semua item kuesioner sehingga didapatkan satu kuesioner mengenai penilaian tingkatan risiko penyakit degeneratif. 56

71 DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Cardiovascular Diseases Fact Sheets [internet] [diakses pada Oktober 2014]. Tersedia pada: 2. American Heart Association. Coronary artery disease Coronary heart disease [internet] Sep [diakses pada Des 2014]. Tersedia pada: s/coronary-artery-disease---coronary-heart- Disease_UCM_436416_Article.jsp 3. Mozaffarian D, dkk. Heart disease and stroke statistics 2015 update: a report from the American Heart Association. Circulation. 2015; 131:e29- e322. doi: /CIR Alan SG, dkk. Heart disease and stroke statistics 2013 Update: A report from the American Heart Association. Circulation. 2013;127:e6-e245. doi: /CIR.0b013e ad. 5. Jing F, Kate MS, Nora LK. Prevalence of coronary heart disease United States, CDC Morbidity and Mortality Weekly Report Oct 14;60(40): M Supriyono, Soeharyo H, Sugiri, Ari U, MS Adi. Faktor-faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada kelompok usia <45 tahun (studi kasus di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang) [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; Framingham Heart Study. Coronary Heart Disease (10-risk year) [internet] [diakses pada 2014 Dec]. Tersedia pada: 8. Peter WFW, Ralph BD, Daniel L, Albert MB, Halit S, William BK. Prediction of Coronary Heart Disease using factor categories. Circulation. 1998;97:

72 58 9. Eckel RH, dkk AHA/ACC guideline on lifestyle management to reduce cardiovascular risk: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J Am Coll Cardiol. 2014;63: Daan K, Alessandro M, Hugo K, Susana S. Prevention of coronary heart disease by diet and lifestyle: evidence from prospective cross-cultural, cohort, and intervention studies. Circulation. 2002;105: Doi: /hc Riset Kesehatan Dasar 2013: penyakit jantung. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; Hal Riset Kesehatan Dasar 2007: mortalitas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; Hal Sylvia AP, Lorraine M. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 1: Bab 31 penyakit aterosklerotik koroner. Jakarta: EGC; Hal World Heart Federation. Cardiovascular disease: Risk factor (fact sheets) [internet] April [diakses pada 2014 Dec]. Tersedia pada: grounderapril2012riskfactors.pdf 15. Paul AJ, dkk Evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults: report from the panel members appointed to the eighth joint national committee (JNC 8). JAMA. 2013: e1-e14. doi: /jama LS Lilly. Pathophysiology of heart disease: Atherosclerosis. Edisi 5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; Hal Paul SJ, dkk. American Association of clinical endocrinologists guidelines for management of dyslipidemia and prevention of atherosclerosis. Endocrine Practice. 2012; 18(1): Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2011.

73 MK Ali, KM Venkat N, Nikhil T. Diabetes and coronary heart disease: Current perspectives. Indian J Med Res November: 132; National Diabetes Information Clearinghouse. Diagnosis of Diabetes and Prediabetes June [diupdate pada 2014 September, diakses pada 2014 Dec]. Tersedia pada: Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem: Bab 17 keseimbangan energi dan pengaturan suhu tubuh. Jakarta: EGC: Hal The American Association of Clinical Endocrinologists and the American College of Endocrinology advanced framework for a new diagnosis of obesity as a chronic disease. Washington; American Heart Association. Obesity Information [internet] Feb [diakses pada Desember 2014]. Tersedia pada: sity/obesity-information_ucm_307908_article.jsp 24. Approproate body-mass index for Asian populations and its impilcations for policy and interventions strategies. The lancet. 2004; 363: Tersedia pada: Centers for disease control and prevention. Smoking and tobacco use [internet]. Review terakhir Nov 2014 [diakses pada 2 Jan 2015]. Tersedia pada: heart_disease/ 26. How tobacco smoke causes disease: the biology and behavioral basis for smoking-attributable disease: a report of the Surgeon General. United States: Dept. of Health and Human Services, Public Health Service, Office of Surgeon General; Hal Jonathan Myers. Cardiology Patient page: exercise and cardiovascular health. Circulation. 2003; 107: e2-e5. doi: /01.CIR D. Tersedia pada: Frederick JS, Richard NM. Robbins buku ajar patologi volume 2: pembuluh darah. Edisi 7. Jakarta: EGC; Hal

74 Kumar A, Cannon CP. Acute coronary syndromes: diagnosis and management, Part I. Mayo Clinic Proceedings 2009;84(10): Fihn SD, dkk ACCF/AHA/ACP/AATS/PCNA/SCAI/STS guideline for the diagnosis and management of patients with stable ischemic heart disease: a report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines, and the American College of Physicians, American Association for Thoracic Surgery, Preventive Cardiovascular Nurses Association, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, and Society of Thoracic Surgeons. Circulation. 2012;126:e354 e de Ruijter Wouter, dkk. Use of Framingham risk score and new biomarkers to predict cardiovascular mortality in older people: population based observational cohort study. BMJ. 2009; 338:a National Heart, lung, and blood institute. Risk Assessment Tool for estimating your 10-year risk of having a heart attack. Nov 2014 [diakses pada 2 Jan 2015]. Tersedia pada: Sari DH, David SK, Heather R, John G, Richard JC. Mental stress and coronary artery disease: a multidisciplinary guide. Progress in Cardiovascular disease. 2006; 49(2): Ralph S, RS Williams. Prospective medicine: the next health care transformation. Acad Med. 2003;78: Physical activity guidelines for Americans. United States: Departemet of Health and Human Services; Hal M Sopiyudin D. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariat, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika; Hal P Natarajan, Kausik KR, Christopher PC. High-density lipoprotein and coronary heart disease: current and future therapies. Journal of the American College of Cardiology. 30 Maret 2010; 55(13): Doi: /j/jack

75 Amelia F, Mahalul A. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit jantungn koroner pada usia dewasa madya (41-60 tahun) (studi kasus di RS umum daerah kota Semarang). UJPH. 2015; 4(2): Fadma Y, Fadil O, Detty I. Hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada penderita diabetes mellitus tipe 2 [Artikel penelitian]. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014;3(1): Tersedia pada: IGPS Aryana, RA Tuty K, K Suastika, A Santoso. Korelasi antara obesitas sentrak dengan adiponektin pada lansia dengan penyakit jantung koroner. J Peny Dalam. 2 Mei 2011; 12(2): Andi AF. Analisis faktor risiko penyakit jantung koroner pada usia muda di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Samarinda: Universitas Mulawarman; Gholamreza Y, dkk. Applying the Framingham risk score for prediction of metabolic syndrome: the Kerman coronary artery disease risk study, Iran. ARYA Atheroscler 2015; 11(3): Chia YC, dkk. Validation of the Framingham general cardiovascular risk score in a multiethnic Asian population: a retrospective cohort study. BMJ Open 2015;5: e doi: /bmjopen Yusnidar. Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner pada wanita usia > 45 tahun (studi kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang) [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007.

76 Lampiran 1. Surat permohonan komite etik 62

77 Lampiran 2. Surat tanda terima komite etik 63

78 Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden KUESIONER PENELITIAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Assalamualaikum Wr.Wb. SURAT PERSETUJUAN PARTISIPAN Saat ini, kami mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Dokter dalam Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sedang melakukan penelitian sebagai salah satu syarat menjadi sarjana kedokteran. Penelitian ini tentang penilaian faktor risiko terhadap penyakit usia lanjut yaitu penyakit jantung koroner. Pada penelitian ini kami akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang riwayat kesehatan Bapak/Ibu dan keluarga. Setelah itu kami akan melakukan pemeriksaan berupa berat badan, tinggi badan, gula darah puasa, kolesterol, dan tekanan darah. Dengan surat ini, kami meminta persetujuan Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan penelitian kami. Data dari Bapak/Ibu hanya akan kami gunakan sebagai bahan penelitian dan akan kami rahasiakan. Atas pengertian dan pertisipasinya kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jakarta, 28 April 2015 Mengetahui, Melia Fatrani Rufaidah

79 65 (lanjutan) LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Usia Alamat No. Hp : : tahun : : Dengan ini menyetujui menjadi partisipan dalam penelitian oleh mahasiswa/i Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Segala hal yang menyangkut kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti. Buaran,. Mei 2015 ( ) Partisipan

80 66 Lampiran 4. Framingham Risk Score

81 Lampiran 5. Kuesioner KUESIONER PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Silakan isi pada titik-titik yang tersedia dan centang pada pilihan yang sesuai A. IDENTITAS RESPONDEN NO. VARIABEL HASIL INDIKATOR A01 Nama... A02 Usia... tahun o tahun o tahun o tahun o tahun o tahun o tahun o tahun o tahun o tahun o >75 tahun A03 Jenis Kelamin o Perempuan o Laki laki A04 Pekerjaan o PNS o Wiraswasta o Karyawan o Honorer o TNI/ABRI/ POLISI o Satpam o Ibu Rumah Tangga o Lainnya... A05 Pendidikan Terakhir o Tidak sekolah o SD o SMP o SMA o Sempat/sedang kuliah o Diploma o Sarjana o Pascasarjana 67

82 68 B. RIWAYAT KESEHATAN PRIBADI NO. Pertanyaan Jawaban B02 B03 Berapa tekanan darah Anda biasanya? Apakah Anda pernah meminum obat darah tinggi? (lanjutan) Tekanan darah saya biasanya sebesar... mmhg o Kurang dari 120/80 mmhg o ( ) / (80-84) mmhg o ( ) / (85-89) mmhg o ( ) / (90-99) mmhg o 160/100 mmhg atau lebih o Tidak tahu o Tidak, saya tidak pernah minum obat darah tinggi o Tidak tahu o Ya, saya pernah minum obat darah tinggi. Nama obatnya adalah... Jika Anda menjawab Tidak atau Tidak Tahu pada B03 maka lanjut ke B06; Jika Anda menjawab Ya lanjut ke B04 B04 B05 B06 Apakah anda meminum obat darah tinggi tersebut secara rutin/teratur? Apakah anda masih meminum obat darah tingginya? Berapa kadar gula darah Anda biasanya? o Ya, saya minum obat darah tingginya secara rutin/teratur o Tidak, saya meminum obat darah tingginya tidak secara rutin/teratur o Ya, saya masih meminum obat darah tinggi o Tidak, saya sudah berhenti o Tidak tahu o Gula darah tanpa saya puasa terlebih dahulu biasanya sebesar... mg/dl o Gula darah setelah saya berpuasa 8 sampai 10 jam biasanya sebesar... mg/dl o Gula darah setelah saya berpuasa 8 sampai 10 jam kemudian diberi cairan gula kemudian puasa lagi selama 2 jam biasanya sebesar...mg/dl

83 69 (lanjutan) B07 B08 B09 B10 B11 Apakah Anda mempunyai penyakit diabetes / penyakit gula / kencing manis? Apakah Anda meminum obat diabetes / penyakit gula / kencing manis secara rutin? Centanglah pilihan di samping jika Anda pernah merasakan gejala-gejala tersebut! (boleh centang lebih dari satu) Berapa kadar kolesterol total Anda biasanya? Berapa kadar kolesterol-hdl Anda biasanya? o Tidak o Ragu-ragu / tidak tahu o Ya o Tidak, saya tidak meminum obat diabetes secara rutin o Ya, saya minum secara rutin o Kencing lebih sering dari biasanya, terutama malam hari o Rasa haus lebih sering dari biasanya sehingga lebih banyak minum dari biasanya o Rasa lapar terus menerus sehingga makan lebih sering dan lebih banyak dari biasanya o Berat badan menurun drastis tanpa sebab yang jelas o Saya tidak tahu / belum pernah diperiksa o Kurang dari 160 mg/dl o mg/dl o mg/dl o mg/dl o 280 mg/dl atau lebih o Saya tidak tahu / belum pernah diperiksa o Kurang dari 35 mg/dl o mg/dl o mg/dl o mg/dl o 60 mg/dl atau lebih

84 70 (lanjutan) C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA C01 C02 Apakah ada anggota keluarga Anda yang pernah mempunyai penyakit tekanan darah tinggi/hipertensi? (Boleh isi lebih dari satu) Apakah ada anggota keluarga Anda yang memiliki riwayat penyakit jantung (serangan jantung, gagal jantung, angina duduk) sebelum usia 60 tahun? o Tidak ada o Saya tidak yakin / tidak tahu o Ya, ada : o Ayah o Tidak ada o Ya, ada,yaitu : o Ayah o Ibu o Anak o Saudara Kandung o Lainnya... o Ibu o Anak o Saudara kandung D. KEBIASAAN D01 Apakah Anda seorang perokok? o Saya bukan perokok (bila merokok kurang dari 100 rokok dan tidak merokok dalam 1 bulan terakhir) o Saya sedang mencoba untuk berhenti merokok (bila merokok lebih dari 100 rokok tetapi sudah tidak merokok dalam 1 bulan terakhir) o Ya, saya seorang perokok (bila merokok lebih dari 100 rokok dan tetap merokok dalam 1 bulan terakhir) D02 Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan Kegiatan Fisik Berat? (Yaitu kegiatan yang membuat otot Anda bekerja kuat dan membuat Anda sulit bernapas. Contoh: lari, bersepeda, panjat tebing, berenang dengan cepat, tenis, bulu tangkis, lompat tali, bermain bola, berkebun berat (menggali misalnya), mengangkat barang berat, yoga) o... hari dalam 1 minggu o Saya biasanya tidak melakukan kegiatan fisik berat sama sekali dalam 1 minggu

85 71 (lanjutan) Jika ada kegiatan fisik berat yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D03 ; Jika tidak ada lanjut ke D04 D03 berapa lama Anda melakukan Kegiatan Fisik Berat biasanya dalam satu hari? o... jam / hari D04 Berapa hari dalam seminggu Anda biasanya melakukan Kegiatan Fisik Sedang? (Yaitu kegiatan yang membuat otot Anda bekerja tidak terlalu kuat dan membuat Anda bernapas cukup sulit. Contoh: berjalan, berjalan cepat, menari, berenang dengan santai, berkebun ringan seperti menyiram tanaman, menyapu, mengepel, memasak, menjemur, naik turun tangga) o... hari dalam 1 minggu o Saya biasanya tidak melakukan kegiatan fisik sedang sama sekali dalam 1 minggu Jika ada kegiatan fisik sedang yang Anda lakukan dalam 1 minggu, lanjut ke D05; Jika tidak ada maka Anda telah selesai mengisi kuesioner ini. D05 Berapa lama Anda melakukan Kegiatan fisik sedang biasanya dalam satu hari? o... jam / hari

86 72 LEMBAR PENGUKURAN (diisi oleh peneliti) (lanjutan) NO. VARIABEL HASIL INDIKATOR E01 Berat Badan (BB) Tinggi Badan (TB) BB =... kg TB =... cm E02 Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT=... o 18,5 22,9 o 23,0 24,9 o 25,0 29,9 o 30,0 atau lebih Jika Jika E03 Lingkar Perut (LP) LP =... cm responden laki-laki: o < 90 cm o cm responden perempuan: o < 80 cm o cm o > 98 cm o > 88 cm E04 Tekanan Darah Hasil (dalam mmhg) Pengukuran 1:... Pengukuran 2:... Rata-rata: o kurang dari 120/80 mmhg o ( ) / (80-84) mmhg o ( ) / (85-89) mmhg o ( ) / (90-99) mmhg o 160/100 mmhg atau lebih...

87 73 (lanjutan) o Kurang dari 110 E06 Gula Darah Puasa (GDP) GDP =... mg/dl mg/dl o mg/dl o 126 mg/dl atau lebih E07 Kadar Total kolesterol Kadar Kolesterol Total =... mg/dl o Kurang dari 160 mg/dl o mg/dl o mg/dl o mg/dl o 280 mg/dl atau lebih TERIMA KASIH

88 Lampiran 6. Hasil uji validitas dan reliabilitas 1. Uji validitias item kuesioner Correlations total TD Pearson Correlation.708 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 Minum ODT Pearson Correlation.596 ** Sig. (2-tailed).001 N 30 ODT Rutin Pearson Correlation.625 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 Masih ODT Pearson Correlation.750 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 Gula Pearson Correlation.787 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 DM Pearson Correlation.756 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 OAD Pearson Correlation.756 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 Gejala Pearson Correlation.222 Sig. (2-tailed).238 N 30 Kolesterol Pearson Correlation.709 ** Sig. (2-tailed).000 N 30 HDL Pearson Correlation.409 * Sig. (2-tailed).025 N 30 74

89 75 (lanjutan) Keluarga HT Pearson Correlation.570 ** Sig. (2-tailed).001 N 30 Keluarga Jantung Pearson Correlation.243 Sig. (2-tailed).196 N 30 Perokok Pearson Correlation.091 Sig. (2-tailed).634 N 30 KFB Pearson Correlation.192 Sig. (2-tailed).309 N 30 KFS Pearson Correlation.221 Sig. (2-tailed).240 N 30 total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 30 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Keterangan: ODT: obat darah tinggi KFB: Kegiatan fisik berat KFS: kegiatan fisik ringan

90 76 2. Uji validitas item pemeriksaan (lanjutan) 3. Uji reliabilitas item kuesioner

91 Lampiran 7. Hasil uji statistik ANALISIS UNIVARIAT 1. Sebaran karakteristik responden 2. Sebaran faktor risiko responden 77

92 78 (lanjutan)

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit jantung koroner (PJK) yangmemiliki risiko komplikasi serius bahkan kematian penderita. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian diseluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah sindrom koroner akut (Lilly, 2011). Sindom koroner akut (SKA) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard merupakan perkembangan yang cepat dari nekrosis miokard yang berkepanjangan dikarenakan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Jantung Koroner A.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah Acute Coronary Syndrome (ACS) digunakan untuk menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009 Siska Wijayanti, 2010 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr. ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL Marissa Johannes, 2006 Pembimbing: Suhendar A.G.,dr.FCCP. FACA Aming Tohardi,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang (Rima Melati, 2008). Menurut WHO, 7.254.000 kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah dengan membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Transisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbanyak di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab 48% kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari center for medicine and

Lebih terperinci

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung Koroner 1. Definisi Jantung Koroner Jantung koroner adalah suatu penyakit kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci