KONDISI PEREKONOMIAN DAN OUTLOOK 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONDISI PEREKONOMIAN DAN OUTLOOK 2011"

Transkripsi

1 KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA KONDISI PEREKONOMIAN DAN OUTLOOK 2011 PEREKONOMIAN GLOBAL Jakarta, 23 Desember 2010 Pada tahun 2010 secara keseluruhan perekonomian global menunjukkan pertumbuhan yang posistif. Amerika Serikat sebagai pusat krisis ekonomi tahun 2008, pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sekitar 2,7 persen, setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,6 persen pada tahun Begitu juga dengan Jepang, yang pada tahun 2009 mengalami kontraksi ekonomi sebesar 5,2 persen, pada tahun 2010 mencatat pertumbuhan sebesar 3,1 persen, Namun menghadapi tahun 2011 perekonomian dunia kembali menghadapi ketidakpastian, khususnya di Amerika Serikat dan Zona Eropa. Bahkan akibat dipicu oleh ketidakstabilan ekonomi di Spanyol, Protugal, Irlandia dan Yunani, perekonomian Eropa berpeluang menimbulkan ketidakstabilan yang lebih besar dibandingkan perekonomian Amerika Serikat. Ada kekhawatiran bahwa ketidakstabilan tersebut berpotensi menimbulkan Double Dip Recessions pada tahun Sumber : Anton Gunawan, Ekonom Bank Danamon Penyebab ketidakstabilan ekonomi didunia antara lain disebabkan oleh : 1. Perang Kurs antara Amerika Serikat dan China Perang kurs dipicu oleh negosiasi USA yang gagal mendorong China membiarkan mata uang Yuan menguat dalam rangka menciptakan keseimbangan perdagangan dunia. Dalam hal ini China tetap memilih kebijakan untuk mempertahankan keunggulan produk ekspornya dan 1

2 memperkuat cadangan devisa yang sudah mencapai USD 2,6 triliun (terbesar didunia dan sebuah rekor). Sebagai sebuah bentuk frustasi karena tidak mampu melobi China, maka dilakukan kebijakan membuat mata uang dollar USA melemah, dengan cara bank sentral USA mencetak uang sebesar USD 600 milyar. Jumlah uang yang tidak terserap di dalam negeri Amerika Serikat pada gilirannya telah membanjiri negara emerging market, termasuk Indonesia. 2. Defisit anggaran yang berlebihan di negara maju. Negara maju memiliki defisit anggaran yang sangat berlebihan dan mencapai lebih dari 10 persen yang dibiayai dari hutang. Defisit anggaran ini pada akhirnya membebani negara dalam pembayaran hutang. 3. Posisi bond (obligasi) yang melebihi batas toleransi Zona Eropa telah menetapkan batas toleransi adalah 60 persen bond terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebuah negara. Namun kenyataannya negara Yunani lebih dari 130 persen, dan negara Zona Eropa lainnya rata-rata adalah 80 persen, sedang posisi Amerika Serikat adalah 90 persen. Sementara itu secara rata-rata negara emerging market hanya sekitar 40 persen, dimana Korea 35%, China 20%, Indonesia 27% dan Australia 18%. Kebijakan menutup anggaran dengan hutang ini pada akhirnya akan menciptakan krisis baru. Penerbitan obligasi terus menerus akan menyebabkan pasar obligasi dunia menjadi penuh sesak, dan pada akhirnya akan menawarkan Yield yang lebih tinggi lagi. Ini menyebabkan beban hutang negara akan menjadi semakin tinggi lagi. Meskipun menghadapi ketidakstabilkan ekonomi, pada tahun 2011 mendatang perekonomian dunia diperkirakan tetap dapat mencapai pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 3,4 persen. Cukup moderatnya pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan akan dipicu oleh pertumbuhan negara-negara Asia yang akan mencapai sekitar 6 persen, dimana China dan India masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 9 persen dan 8,4 persen. Ancaman krisis ekonomi pada beberapa negara Eropa dan Amerika, serta adanya potensi Double Dip Recression, diyakini akan dapat diatasi secara bersama-sama oleh seluruh negara di dunia. Hal ini terkait dengan kondisi perekonomian dunia yang telah menjadi sebuah rantai ketergantungan yang tidak terpisahkan. Sementara itu kecenderungan suku bunga dunia yang akan tetap rendah pada tahun 2011, tentunya memberikan keuntungan secara makro ekonomi bagi Indonesia, karena memberikan harapan bahwa suku bunga perbankan dapat turun lebih rendah lagi. Overview Perekonomian Indonesia Tahun 2010 Setelah mampu menghadapi krisis ekonomi global dengan cukup baik pada tahun 2009, perekonomian Indonesia terus tumbuh secara mengesankan. Pada triwulan III 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sebesar 5,8 persen (secara year on year), surplus neraca pembayaran tercatat sebesar US$ 6,9 miliar pada triwulan III 2010, cadangan devisa per akhir November 2010 mencapai sebesar US$ 92,76 miliar, inflasi mampu dikendalikan di angka 5,98 persen hingga bulan November 2010, dan BI rate berada di angka 6,5 persen. Meskipun suku bunga riil pembiayaan masih berada di kisaran 11% - 18%, namun banyak kalangan meyakini angka ini akan segera turun sejalan dengan membaiknya stabilitas kebijakan moneter nasional. 2

3 Sentimen positif dari investor asing atas cerahnya prospek ekonomi juga menandai kinerja ekonomi Indonesia di tahun Kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang tahun ini rata-rata tercatat sekitar Rp per dollar AS. Indeks Harga Saham Gabungan sempat mencatat rekor tertingginya sepanjang sejarah, yaitu pada angka 3.769,993. Perkembangan positif juga terlihat dari kinerja ekspor Indonesia, di mana selama periode Januari - Oktober 2010, nilai ekspor mencapai US$ 125,1 miliar, atau naik sekitar 35,5 persen terhadap nilai ekspor pada periode yang sama tahun Sementara itu pada Triwulan III 2010 jumlah penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$ 3,4 miliar, yang naik sebesar 244,1 persen terhadap PMA sebesar US$ 987 juta pada triwulan III Meningkatnya gairah investasi di Indonesia juga ditunjukkan oleh pertumbuhan investasi fisik (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dalam Produk Domestik Bruto, yang pada triwulan III 2010 mencatat pertumbuhan sebesar 8,9 persen terhadap investasi fisik pada triwulan yang sama tahun Angka pertumbuhan ini tidak saja jauh lebih tinggi dari pertumbuhan investasi pada tahun 2009 yang hanya sebesar 3,3 persen, tetapi juga dibandingkan dengan pertumbuhannya pada dua triwulan sebelumnya, yaitu triwulan I dan triwulan II 2010 yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 8% dan 7,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sejalan dengan membaiknya kinerja perekonomian Indonesia, gairah investasi dalam negeri juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan per sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yang tumbuh sebesar 13,3 persen pada triwulan III 2010 dibandingkan triwulan III Kemudian diikuti oleh pertumbuhan sektor perdagangan yang tumbuh sebesar 8,8 persen pada periode yang sama, dan kemudian sektor konstruksi dan jasa-jasa yang masing-masing tumbuh sebesar 6,4 persen. Sedangkan pertumbuhan sektor industri pengolahan tercatat sebesar 4,1 persen, yang sudah jauh lebih baik dari pertumbuhannya pada tahun 2009 yang hanya sebesar 2,1 persen. Lebih baiknya pertumbuhan sektor industri tentu tidak lepas dari iklim investasi yang sudah lebih baik dewasa ini. Meskipun iklim investasi belum dapat dikatakan memadai, namun dinilai sudah cukup kondusif bagi berlangsungnya kegiatan ekonomi dalam negeri belakangan ini. Fondasi perekonomian Indonesia yang relatif baik dewasa ini, juga dilengkapi oleh naiknya peringkat daya saing Indonesia secara drastis, baik menurut World Competitiveness Yearbook maupun versi terbaru The Global Competitiveness Report. Forum Ekonomi Dunia dalam The Global Competitiveness Report telah menempatkan Indonesia di peringkat ke-44 dari 139 negara yang disurvei. Sehingga dibandingkan dengan laporan tahun lalu, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-54, maka Indonesia mengalami kenaikan peringkat daya saing yang cukup tajam. Hal ini juga sejalan dengan laporan International Institute for Management Development (IMD) yang mempublikasikan World Competitiveness Yearbook. Berdasarkan versi lembaga ini, peringkat daya saing Indonesia naik tajam dalam 3

4 dua tahun terakhir ini. Jika hingga tahun 2008, posisi daya saing Indonesia hampir selalu berada nomor dua terbawah, namun pada tahun 2009 posisi Indonesia meningkat tajam dari urutan ke-51 ke urutan 42, dan pada tahun 2010 meningkat lagi ke urutan ke-35 dari 58 negara yang disurvei. Meskipun harus diakui bahwa kenaikan yang spektakuler dari peringkat daya saing Indonesia tersebut lebih disebabkan oleh keterpurukan negara-negara Eropa yang selama ini lebih baik dari Indonesia, namun hal tersebut tetap menggembirakan kita. Apalagi kita juga mengalami peningkatan peringkat kredit (credit rating) dari lembaga pemeringkat S&P yang meningkatkan peringkat Indonesia menjadi BB, yang sangat berpotensi menuju status investment grade. Namun, tetap harus diakui bahwa sesungguhnya daya saing perekonomian Indonesia belum bisa dikatakan membaik secara berarti. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh peranan ekspor di dalam Produk Domestik Bruto, yang hanya tinggal sekitar 23,2 persen pada triwulan III 2010, dibandingkan peranannya yang sebesar 41 persen pada tahun 2000, meskipun dengan struktur ekonomi seperti itu perekonomian Indonesia menjadi cukup kuat dalam menahan imbas krisis keuangan global pada tahun lalu. Rendahnya daya saing produk Indonesia juga terlihat jelas dari neraca perdagangan Indonesia dengan beberapa mitra dagang Indonesia, seperti China, Thailand, dan Singapura, yang menunjukkan cukup besarnya net impor non migas Indonesia terhadap ketiga negara tersebut. Dalam hal ini masalah infrastruktur, ketersediaan listrik yang memadai, dan persoalan logistik masih merupakan faktor-faktor penting, masih dianggap sebagai sumber persoalan dalam upaya meningkatkan daya saing produk Indonesia. Padahal suatu perekonomian baru bisa dikatakan berdaya saing tinggi jika sektor industri manufakturnya berkembang secara berarti dan menjadi basis ekspor dalam perekonomiannya. Prospek Perekonomian Tahun 2011 Relatif baiknya kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2010, yang didukung oleh terjaganya stabilitas sektor keuangan, diharapkan akan terus memberi dampak positif pada perekonomian Indonesia di tahun-tahun mendatang. Membaiknya minat investasi di Indonesia dan terus berkembangnya pasar modal nasional secara amat moderat, sebagai refleksi dari meningkatnya kredibilitas perekonomian nasional, telah menjadi pendorong utama bagi perbaikan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan asumsi tidak kembali terjadi gejolak pada perekonomian dunia, dan relatif stabilnya kondisi politik dalam negeri, pada tahun 2011 perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh di sekitar 5,8% 6,5%. Bahkan pertumbuhan ini diperkirakan bisa lebih tinggi lagi jika terus diikuti oleh membaiknya tingkat investasi dan terjaganya kredibilitas Pemerintah di mata investor asing dan dunia usaha. Semakin membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan, dan berlangsungnya diversifikasi pasar ekspor secara berarti ke negara-negara non-tradisional diperkirakan akan menjaga tetap baiknya kinerja ekspor Indonesia di tahun 2011 mendatang. 4

5 Dalam hal ini jika pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai sekitar 4,5%, dan tahun 2010 diperkirakan bisa mencapai sekitar 6 persen, maka sangat besar peluang bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di tahun Selain akan didukung oleh pertumbuhan investasi fisik dan pertumbuhan ekspor yang moderat, peningkatan daya beli masyarakat diperkirakan akan tetap menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Sedangkan dari sisi produksi, peranan sektor industri manufaktur non migas dan sektor pertambangan non migas diperkirakan akan terus meningkat dan memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mendatang. Di samping itu berkembangnya kembali sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor konstruksi, dan sektor keuangan juga akan sangat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun A. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Permintaan Pengeluaran konsumsi rumah tangga, yang dalam tiga tahun belakangan ini selalu menjadi motor perumbuhan ekonomi, diperkirakan akan kembali mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun Pertumbuhan konsumsi sektor swasta ini akan ditopang oleh membaiknya pendapatan masyarakat sejalan dengan perkiraan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011 tertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan berada dalam kisaran 4,8% - 5,3%. Sementara pada tahun yang sama pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan hanya akan mencapai sekitar 4% - 4,6%. Tabel 1 Proyeksi Produk Domestik Bruto Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Jenis Pengeluaran *) 2011**) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi: Impor Barang dan Jasa PRODUK DOMESTIK BRUTO Sumber: BPS *) Triwulan III (year on year) **) Proyeksi Sejalan dengan pulihnya perekonomian dunia, kenaikan ekspor barang dan jasa pada tahun 2011 diperkirakan akan berada di sekitar 9,7% - 10,8%. Meskipun menghadapi ACFTA, untuk mencapai pertumbuhan sebesar ini nampaknya tidak akan sulit dicapai Indonesia, karena berdasarkan data empiris, pertumbuhan ekspor barang dan jasa Indonesia rata-rata mencapai di atas 10 persen dalam periode 5

6 tahun Apalagi jika diikuti oleh meluasnya diversifkasi ekspor, baik dari jenis produk maupun negara tujuan ekspor. Namun hal tersebut dapat tercapai jika terjadi perluasan investasi dan peningkatan kapasitas produksi yang cukup berarti pada tahun 2011 nanti, terutama pada sektor industri manufaktur. Pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) diharapkan akan menjadi prioritas pemerintah jika ingin peningkatan ekspor yang moderat tersebut dapat dicapai. Tetapi yang lebih penting lagi adalah adanya upaya pemerintah untuk terus berusaha menciptakan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu, pada tahun 2011 mendatang Pemerintah diharapkan mampu mengatasi berbagai kendala investasi yang selama ini menghambat kegiatan di sektor riil, sehingga pertumbuhan investasi dapat dipacu lebih cepat lagi pada tahun Pada tahun 2011 pertumbuhan investasi diperkirakan akan berada di sekitar 8,4% - 9,3%, yang masih berada berada di bawah pertumbuhan investasi tahun 2008 yang mencapai sebesar 11,7 persen. Pertumbuhan ini sebenarnya berpeluang bisa lebih tinggi jika Pemerintah berhasil merancang sebuah kebijakan ekonomi yang bisa merangsang minat investasi dan minat berproduksi di setiap daerah. B. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat kembali didukung oleh pertumbuhan di sektor industri manufaktur, meskipun dalam tingkatan yang masih terbatas. Jika pada tahun 2010 pertumbuhan sektor industri diperkirakan akan berhasil mencapai sekitar 4,6 persen, maka pada tahun 2011 diperkirakan bisa tumbuh lebih tinggi, yaitu sekitar 5 persen. Pertumbuhan yang lebih tinggi ini tidak akan sulit dicapai, jika ada keinginan politik (political will) dari pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi seperti pada masa sebelum krisis tahun 1997/1998. Dan untuk itu diperlukan kerja keras Departemen Perindustrian untuk mencapai target pertumbuhan sektor industri, dengan menggunakan strategi-strategi yang dipersiapkan secara serius untuk mencapai sasaran pertumbuhan tersebut. Bahkan jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, industri manufaktur diperkirakan bisa tumbuh di atas 5 persen, dimana dalam hal ini industri otomotif, industri semen, dan industri makanan & minuman diharapkan bisa menjadi ujung tombak pertumbuhan industri manufaktur. Dalam hal ini peningkatan pertumbuhan diperkirakan akan lebih mudah dicapai dengan mulai sedikit teratasinya persoalan listrik dan pembenahan logistik dalam negeri, karena selama ini persoalan logistik memegang peranan cukup penting dalam kegiatan produksi sektor industri manufaktur. 6

7 Tabel 2 Proyeksi Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Sektor Ekonomi *) 2011**) 1. AGRICULTURE, LIVESTOCK FORESTRY AND FISHERY MINING AND QUARRYING MANUFACTURING INDUSTRY ELECTRICITY, GAS, AND WATER SUPPLY CONSTRUCTION TRADE, HOTEL, AND RESTAURANT TRANSPORT AND COMMUNICATION FINANCIAL, OWNERSHIP, AND BUS. SERVICE SERVICES GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP) Sumber: BPS *) Triwulan III (year on year) **) Proyeksi Seiring dengan pulihnya perekonomian global, sektor perdagangan diperkirakan juga dapat tumbuh secara berarti pada tahun 2011 nanti. Jika pada tahun 2009 pertumbuhan sektor perdagangan hanya mencapai sekitar 1,3 persen, yang kemudian melonjak tumbuh menjadi sebesar 8,8 persen pada triwulan III 2010, maka pada tahun 2011 diperkirakan akan berkisar 6,7% 7,3%. Selain dipengaruhi oleh membaiknya perekonomian global, pertumbuhan sektor ini diperkirakan searah dengan pertumbuhan sektor industri manufaktur dan meningkatnya kinerja ekspor dan impor Indonesia. Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan tetap mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan sektor ini diperkirakan akan mencapai sekitar 13% 14,3%. Subsektor komunikasi yang mencatat pertumbuhan sebesar 17,4 persen pada Triwulan III 2010 diperkirakan akan memegang peranan penting dalam pertumbuhan yang tinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 mendatang. Perkiraan ini dilihat tidak saja dari masih terbukanya peluang pasar di bidang telekomunikasi, tetapi juga dengan adanya investasi yang terus meningkat pada subsektor ini pada tahun-tahun terakhir ini. Masalah-Masalah Krusial yang Masih Dihadapi Dunia Usaha Beberapa pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan hingga penghujung tahun 2010 adalah konektivitas domestic. Meski kebijakan Sistem Logistik Nasional dan Indonesia Single Window telah dibuat, Kadin Indonesia melihat hal ini belum menyentuh tataran yang lebih operatif sehingga mampu menghasilkan dampak secara langsung. Padahal, solusi atas isu inter-konektivitas domestic adalah sesuatu yang amat ditunggu-tunggu oleh kalangan dunia usaha. Hal kedua yang menjadi sorotan Kadin Indonesia adalah realiasasi Pembiayaan Perbankan 2010 yang meskipun mencatat angka pertumbuhan yang tinggi, namun 7

8 pertumbuhan ini masih didorong oleh Kredit Konsumsi, dan bukan pada Kredit Investasi maupun Kredit Modal Kerja, sehingga trickle-down effect-nya belum cukup terasa pada sektor riil. Hal terakhir yang membayang-bayangi prospek ekonomi Indonesia ke depan adalah isu perang mata uang (currency wars), krisis pangan nasional, dan krisis utang Eropa. Usulan Kebijakan dan Usulan Program Aksi dari KADIN Indonesia 1. Selama ini pemerintah sangat berhati-hati dalam menentukan rasio defisit terhadap PDB, yang pada saat ini hanya mencapai 1,7% defisitnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi fiskal yang mementingkan pendekatan kehati-hatian. Namun, upaya ini tidak dibarengi dengan intensivitas realisasi anggaran untuk proyek-proyek pembangunan. Akibatnya, upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pendekatan defisit yang ditekan rendah, tidak tercapai. Terkait dengan hal tersebut, sebaiknya pemerintah meningkatkan level defisit lebih tinggi lagi (minimal 2,5%), sehingga tersedia dana yang dapat digunakan untuk memacu pergerakan sektor riil. Dana tersebut hendaknya diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan, bandara, kereta api, dan penyediaan lahan untuk kawasan industri. 2. Orientasi pembangunan hendaknya difokuskan pada manufaktur yang bernilai tambah tinggi, baik untuk sektor Industri, sektor pangan, maupun sektor pertambangan, sehingga Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor bahan baku mentah. 3. Kadin Indonesia mengusulkan agar pemerintah menetapkan kebijakankebijakan berupa insentif fiskal maupun moneter dalam rangka mempercepat upaya kemandirian bangsa terutama untuk mewujudkan swasembada energi maupun pangan. 4. Pada saat ini perbankan lebih cenderung menempatkan dana mereka pada instrumen SBI. Sebaiknya pemerintah mendorong perbankan untuk mengarahkan dana mereka untuk diinvestasikan di sektor riil, terutama untuk membiayai projek-projek infrastruktur yang dijamin pemerintah, mengingat infrastruktur menjadi isu paling krusial yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. 5. Perlu upaya untuk memperbaiki kebijakan-kebijakan makro Indonesia secara menyeluruh, baik kebijakan di bidang investasi, bidang perdagangan, bidang perbankan, dan lain lain, yang selama ini dinilai telah memasung upaya meningkatkan daya saing korporasi Indonesia. 6. Pemerintah seharusnya menetapkan sedini mungkin jenis industri yang akan dikembangkan, dan memberikan perlakuan-perlakuan khusus untuk pertumbuhan industri yang telah difokuskan tersebut. 8

9 7. Pemerintah harus berkomitmen untuk mengupayakan penurunan tingkat suku bunga di bawah 10% di tahun 2011 mendatang sebagaimana kondisi di negara-negara pesaing kita. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan daya saing dunia usaha kita serta memacu pertumbuhan sektor riil yang selama ini berjalan sangat lambat. 8. Perlu upaya menumbuhkan dan meningkatkan kembali nasionalisme cinta produk dalam negeri, guna mendukung keberlangsungan industri di Indonesia. 9. Perlu adanya konsistensi penetapan pengupahan minimum di tingkat nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing Indonesia, tanpa dicampuri kebijakan pengupahan di tingkat lokal/daerah. 10. Kunci utama untuk pembangunan ekonomi 2011 adalah: peningkatan investasi di daerah, percepatan pembangunan infrastruktur serta pengembangan industri padat karya. Dewan Pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia Ketua Umum Suryo B. Sulisto 9

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011

ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011 ANALISIS KEBIJAKAN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Rabu, 19 Oktober 2011 Data perkembangan Produk Domestik Bruto ditinjau dari sisi penggunaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir digunakan sebagai data dasar

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan termasuk sebagai salah satu negara berkembang di dunia membutuhkan dana untuk mendukung pertumbuhan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, Osoro dan Ogeto (2014) dalam Makori (2015). Kinerja perusahaan sangat bergantung kepada informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang pesat selalu diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002 2004 Bab perkembangan ekonomi makro tahun 2002 2004 dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh mengenai prospek ekonomi tahun 2002 dan dua tahun berikutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang erekonomian Jawa Barat 10 tahun pasca krisis ekonomi 1997 menunjukkan suatu pertumbuhan yang cukup menakjubkan. Proses recovery akibat krisis yang berkepanjangan tampaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci