RENCANA KERJA 2016 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA KERJA 2016 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN"

Transkripsi

1 RENCANA KERJA 2016 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

2 KATA PENGANTAR Penyelenggaraan sistem perencanaan pembangunan diharapkan menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; dengan memperhatikan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk terciptanya Good Governance. Salah satu kerangka perencanaan untuk mewujudkan sistem manajemen dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan industri melalui tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian, maka pada setiap tahun anggaran seluruh unit kerja perlu menyusun (RENJA) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang mor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. RENJA merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-undang. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Prioritas (RIPIN) , Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) yang dilaksanakan dalam program kegiatan tahunan. Untuk mewujudkan sistem manajemen pemerintahan yang baik serta memenuhi amanat sebagaimana dimaksud, Biro Perencanaan menyusun sebagai acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran dan target yang ditetapkan. Jakarta, Juni 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 C. RUANG LINGKUP... 1 BAB II ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN... 2 BAB III RENCANA KERJA... 6 A. SASARAN TAHUN B. PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN C. PROGRAM PRIORITAS TAHUN D. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN BAB IV PENUTUP LAMPIRAN - RINCIAN KEGIATAN, OUTPUT DAN KOMPONEN KEMENPERIN TAHUN A. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka B. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro C. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika D. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah E. Program Percepatan Penyebaran dan Pemerataan Pembangunan Industri F. Program Peningkatan Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional G. Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri H. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian I. Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian J. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian ii

4 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan program pembangunan industri, maka pada tahun anggaran 2016 Kementerian Perindustrian menyusun (RENJA) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang-undang. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Prioritas (RIPIN) , Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) RENJA ditetapkan pada awal setiap tahun anggaran dan merupakan suatu rencana kerja yang akan dilaksanakan pada tahun B. MAKSUD DAN TUJUAN ini merupakan pedoman bagi seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan industri pada tahun C. RUANG LINGKUP ini disusun dengan ruang lingkup meliputi: 1. Arah kebijakan sektor industri ; 2. Program Prioritas : 3.. 1

5 BAB II ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Pada tahun 2016 industri pengolahan di targetkan tumbuh sebesar 5,5-6,0 persen, dimana industri nonmigas ditargetkan tumbuh 6,9 persen. Untuk dapat mencapai sasaran pengembangan industri pengolahan tahun 2016, maka arah kebijakan pembangunan industri pengolahan sesuai dengan Pemerintah (RKP) adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM. Strategi pengembangan perwilayahan industri adalah: a. Memfasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI) yang mencakup: (i) Bintuni - Papua Barat; (ii) Buli - Halmahera Timur- Maluku Utara; (iii) Bitung Sulawesi Utara, (iv) Palu - Sulawesi Tengah; (v) Morowali - Sulawesi Tengah; (vi) Konawe Sulawesi Tenggara; (vii) Bantaeng - Sulawesi Selatan; (viii) Batulicin - Kalimantan Selatan; (ix) Jorong - Kalimantan Selatan; (x) Ketapang - Kalimantan Barat; (xi) Landak Kalimantan Barat, (xii) Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (xiii) Sei Mangke Sumatera Utara; dan (xiv) Tanggamus, Lampung. b. Membangun paling tidak satu kawasan industri di luar Pulau Jawa. c. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang trdiri dari 11 di Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur), dan 11 di Kawasan Barat Indonesia. d. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan dalam membangun infrastruktur utama (jalan, listrik, air minum, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik), infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan sarana pendukung kualitas kehidupan (Quality Working Life) bagi pekerja. 2

6 Gambar I Pembangunan 14 Kawasan Industri di Luar Jawa 2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha. Strategi utama penumbuhan populasi adalah dengan mendorong investasi baik melalui penanaman modal asing maupun modal dalam negeri, terutama pada: a. Industri pengolah sumber daya alam, yaitu industri pengolah: i. ii. Hasil-hasil pertanian/perkebunan yang pengolah minyak sawit (oleokimia), kemurgi, industrii karet dan produk karet, industri cokelat, industri pangan termasuk industri gula, bahan penyegar, pakan, serta industri pengolahan hasil hutan dan perkebunan lainnya. Produk turunan Migas (petrokimia) yang mencakup industri mencakup industri petrokimia hulu, kimia organik, pupuk, garam, semen, resin sintetik dan bahan plastik, karet sintetik, serat tekstil, kimia penunjang pertahanan, plastik dan karet hilir, farmasi dan obat- obatan; Kementerian Perindustriann 3

7 iii. Mineral hasil pertambangan yang mencakup industri pengolahan dan pemurnian besi baja dasar, pengolahan dan pemurnian bukan besi (aluminium, tembaga, dan nikel), pembentukan logam, logam untuk industri strategis, pengolahan logam tanah jarang. b. Industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang padat tenaga kerja: industri mesin permesinan, tekstil dan produk tekstil, alat uji dan kedokteran, alat transportasi, kulit dan alas kaki, alat kelistrikan, elektronika dan telematika. c. Industri penghasil bahan baku, bahan setengah jadi, komponen, dan sub-assembly (pendalaman struktur). d. Industri yang memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi global baik sebagai perusahaan subsidiary, contract manufacturer, maupun sebagai pemasok independen (Global Production Network). e. Di samping itu, Industri Kecil dan Menengah (IKM) akan dibina agar dapat terintegrasi dengan rantai nilai industri pemegang merek (Original Equipment Manufacturer, OEM) di dalam negeri dan menjadi basis penumbuhan populasi industri besar / sedang. 3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (nilai ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja) dengan strategi sebagai berikut: a. Peningkatan Efisiensi Teknis i. Pembaharuan/revitalisasi permesinan industri; ii. Peningkatan dan pembaharuan keterampilan tenaga kerja; iii. Optimalisasi keekonomian lingkup industri (economic of scope) melalui pembinaan klaster industri. b. Peningkatan Penguasaan Iptek/Inovasi i. Infrastruktur mutu (measurement, standardization, testing, and quality); ii. Layanan perekayasaan dan teknologi; iii. Penyelenggaraan riset dan pengembangan teknologi; iv. Penumbuhan entrepreneur berbasis inovasi teknologi (teknopreneur). 4

8 c. Peningkatan Penguasaan dan Pelaksanaan Pengembangan Produk Baru (New Product Development) oleh industri domestik. d. Pembangunan Faktor Input i. Peningkatan kualitas SDM Industri; ii. Akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau. Fasilitasi dan pemberian insentif dalam rangka peningkatan daya saing dan produktivitas diprioritaskan pada: (1) industri strategis menurut Kebijakan Industri Nasional; (2) industri maritim; dan (3) industri padat tenaga kerja. Kebijakan fiskal terhadap impor bahan baku, komponen, barang setengah jadi diharmonisasikan sesuai dengan rantai pertambahan nilai berikutnya di dalam negeri. 5

9 BAB III RENCANA KERJA A. SASARAN TAHUN 2016 Sasaran pembangunan sektor industri yang akan dicapai pada tahun 2016 seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 1 Sasaran Pembangunan Industri NO Sasaran Pembangunan Industri Pertumbuhan sektor industri nonmigas % 6,9 2 Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB % 21 3 Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor % 66,9 4 tenaga kerja di sektor industri Juta orang 16,01 5 Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri nonmigas % 39,41 6 Nilai Investasi sektor industri Rp Trilyun 305,6 7 Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa % 28,06 Sasaran Pertumbuhan sektor Industri nonmigas pada tahun 2016 adalah sekitar 6,9 persen, dengan sasaran pertumbuhan tersebut, maka kontribusi industri nonmigas terhadap PDB pada tahun 2016 diharapkan dapat mencapai 21 persen. Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor yang pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 66,9 persen. Seiring dengan kondisi diatas, tenaga kerja di sektor industri non migas yang pada tahun 2016 diperkirakan sebanyak 16,01 juta orang dan ketergantungan terhadap bahan baku impor diharapkan akan semakin menurun menjadi 39,41 persen pada tahun Proyeksi kebutuhan Investasi untuk mendukung pertumbuhan sektor industri yang pada tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp 305,6 trilyun dan penyebaran industri diluar pulau Jawa dengan indikator persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa, yang pada tahun 2016 sebesar 28,06 persen. 6

10 B. PROGRAM DAN ANGGARAN TAHUN 2016 Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan sektor industri tahun 2016, Kementerian Perindustrian didukung dengan anggaran per program sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Tabel 2 Program dan Anggaran NO PROGRAM UNIT KERJA 1 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka ANGGARAN (Rp.000) Ditjen IKTA Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro Ditjen IA Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Ditjen ILMATE Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 5 Program Percepatan Penyebaran dan Pemerataan Pembangunan Industri Ditjen IKM Ditjen PPI Program Peningkatan Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional 7 Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri Ditjen KPAII BPPI Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian 9 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian 10 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian Inspektorat Jenderal Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal TOTAL

11 C. PROGRAM PRIORITAS TAHUN 2016 Dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden mor 60 Tahun 2015 tentang Pemerintah, Kementerian Perindustrian akan melaksanakan program prioritas antara lain sebagai berikut : 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa: (1) 9 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (2) 22 Kawasan Peruntukan Industri; (3) 17 Kawasan Industri; dan (4) 8 Sentra IKM; 2. Fasilitasi Pembangunan (1) Bufferstock Bahan Baku Kapas di Jawa Barat dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur (lokasi); (2) pabrik pupuk NPK di Aceh kapasitas ton/tahun; (3) Mould and Dies center; (4) Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Industri Alat Kesehatan; (5) Alsintan Center di luar Pulau Jawa (Sumbar, Kalbar, Sulsel, NTB,NTT, dan Kaltim); 3. Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka; 4. Pembuatan prototype kereta api penumpang; 5. Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) Technopark; 6. Penyusunan Front End Enginering Design (FEED) 1 Pabrik Methanol berbasis gasifikasi batubara (low rank coal) dengan kapasitas ton/tahun; 7. Penyusunan Detail Enginering Design (DED) pabrik Paracetamol kapasitas ton/th, amoxicilin kapasitas 750 ton/th, garam farmasi ton/th, Dextrose for infusion ton/th, Vitamin C kapasitas ton/th, Sefalosporin kapasitas 150 ton/th; 8. Pengembangan Industri Oleokimia dan Kemurgi. 9. Pengembangan Industri Hilir Rumput Laut. 10. Fasilitasi Pengembangan produk untuk sentra, UPT dan IKM; 11. Restrukturisasi Mesin dan Peralatan IKM; 12. Penumbuhan Wirausaha Baru Industri Kecil; 13. Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi SDM Industri; 8

12 14. Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi dan Kejuruan Industri; 15. Penyusunan dan Penerapan SKKNI, RSNI dan SNI industri; 16. Penguatan Kemampuan Balai Besar dan Baristand Industri melalui pemutakhiran peralatan laboratorium pengujian; dan peningkatan sarana dan prasarana gedung sesuai dengan standar pelayanan publik (standard ombudsman) dalam rangka peningkatan daya saing dan produktifitas industri; 17. Penyusunan Analisis Dampak Perjanjian-Perjanjian Kerjasama Internasional dan Analisa Penyusunan Strategi Promosi Investasi Industri Pengolah Sumber Daya Alam (berbasis agro, berbasis mineral tambang dan berbasis migas); 18. Penyusunan Rekomendasi Pemberdayaan Produk Industri Dalam Negeri untuk Penurunan Rezim Impor. D. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN 2016 I. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Kimia, Tekstil dan Aneka dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) Direktorat sebagai berikut: 1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka pada Direktorat Industri Tekstil dan Aneka dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan Bufferstock Bahan Baku Kapas di Jawa Barat dan Bufferstock Kulit di Jawa Timur; b. Penyusunan RSKKNI Industri Tekstil dan Aneka; c. Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan standard Industri Tekstil dan Aneka; d. Peningkatan Penguasaan Pasar; e. Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka. 9

13 2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir pada Direktorat Industri Kimia Hilir, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: a. Fasilitasi Pengembangan Industri Kimia Hilir; b. Peningkatan keterkaitan Industri Kimia Hilir; c. Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hilir; serta d. Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan standard Industri Kimia Hilir. 3. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hulu pada Direktorat Industri Kimia Dasar dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Revitalisasi / Penumbuhan Industri Pupuk; b. Revitalisasi Pabrik Pupuk Organik; c. Fasilitasi Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam; d. Penyusunan SKKNI Industri Kimia Hulu; e. Penyusunan, Penerapan Dan Pengawasan Standard Industri Kimia Hulu; f. Fasilitasi Otoritas Nasional Senjata Kimia; g. Peningkatan Kerjasama Internasional dan Iklim Usaha Industri Kimia Hulu; h. Fasilitasi Center of Excellence (CoE) Industri Petrokimia; serta i. Fasilitasi Pengembangan Industri Pupuk dan Petrokimia di Papua Barat. 4. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam pada Direktorat Industri Material Dasar Logam dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan Industri Pengolahan Hasil Tambang Menjadi Produk dan Jasa Industri; b. Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standard Industri Material Dasar Logam; 10

14 c. Penyusunan RSKKNI Industri Material Dasar Logam Logam; serta d. Peningkatan Kerjasama Internasional dan Iklim Usaha Industri Kimia Hulu. 5. Penyusunan dan Evaluasi Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Melalui verifikasi dan Sertifikasi TKDN Produk Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka; b. Pembangunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Database Direktorat Jenderal IKTA; c. Fasilitasi Peningkatan Iklim Usaha, Mutu Produk, dan Kerjasama Industri; d. Laporan Sistem Tata Kelola Keuangan Ditjen IKTA; serta e. Pengembangan kompetensi aparatur dan administrasi kepegawaian Ditjen IKTA; f. Penyusunan Dokumentasi Perencanaan, Penganggaran, dan Evaluasi Pengembangan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka; g. Pemenuhan Sarana dan Prasarana Perkantoran. II. Program di Direktorat Jenderal Industri Agro adalah Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro, dengan alokasi anggaran tahun 2016 sebesar Rp ,- yang dilaksanakan untuk membiayai 4 (empat) kegiatan sebagai berikut: 1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan pada Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: 11

15 a. Pengembangan industri oleokimia dan kemurgi dengan target sebanyak 2 komoditas; b. Penyusunan standard produk industri hasil hutan dan perkebunan dengan target sebanyak 15 RSNI/SNI; c. Partisipasi Dit. IHHP dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar negeri dengan target sebanyak 15 partisipasi; serta d. Pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan lainnya dengan target sebanyak 3 komoditas. 2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau pada Direktorat Industri Minuman dan Tembakau, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pengembangan industri pangan dengan target sebanyak 2 komoditas; b. Pengembangan industri bahan penyegar dengan target sebanyak 3 komoditas; c. Penyusunan standard produk industri minuman dan tembakau dengan target sebanyak 5 RSNI/SNI; d. Partisipasi dalam sidang dan pameran di dalam dan luar negeri dengan target sebanyak 15 partisipasi; serta e. Pengembangan industri minuman lainnya dengan target sebanyak 2 komoditas. 3. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan pada Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pengembangan industri pangan dengan target sebanyak 4 komoditas; 12

16 b. Pengembangan industri pakan dengan target sebanyak 1 komoditas; c. Pengembangan industri bahan penyegar dengan target sebanyak 1 komoditas; d. Pengembangan industri oleofood dengan target sebanyak 1 komoditas; e. Penyusunan standard produk industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebanyak 8 RSNI/SNI; serta f. Promosi dan kerjasama pada industri makanan, hasil laut dan perikanan dengan target sebanyak 8 partisipasi. 4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran, monitoring, evaluasi dan data dengan target sebanyak 4 dokumen; b. Rekomendasi peningkatan iklim usaha, mutu produk dan kerjasama industri dengan target sebanyak 9 rekomendasi; c. Penyusunan laporan keuangan dan BMN dengan target sebanyak 3 laporan; d. Fasilitasi kepesertaan dan pelaksanaan pembinaan aparatur dengan target sebanyak 90 orang; serta e. Layanan perkantoran dengan target sebanyak 12 bulan layanan. III. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Alat Transportasi, Mesin, Elektronika dan Alat Pertahanan sebesar Rp ,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit Eselon II sebagai berikut : 1. Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat pada Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (IATD) dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : 13

17 a. Fasilitasi Pembangunan Protype Kereta Penumpang; b. Penyusunan 6 standardd IATD; c. Peningkatan Kompetensi SDM IATD; d. Fasilitasi Pengembangan Teknologi IATD; serta e. Promosi Kemampuan IATD. 2. Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan pada Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Revitalisasi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional; b. Penyusunan 5 standard IMKAP; c. Peningkatan Kompetensi SDM IMKAP; d. Pengembangan Teknologi IMKAP; serta e. Promosi Kemampuan IMKAP. 3. Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika pada Direktorat Industri Elektronika dan Telematika (IET) dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan dan Pengembangan 5 (lima) ICT Center dalam bentuk Incubator Business Center (IBC), RICE dan Technopark (Bandung, Bali, Semarang, Batam, dan Makassar); b. Penyusunan 15 standard IET; c. Peningkatan Kompetensi SDM IET; d. Pengembangan Teknologi IET; serta e. Promosi Kemampuan IET. 4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi pada Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Fasilitasi Pembangunan Mould and Dies Center; 14

18 b. Penyusunan Dokumen Perencaaan, Evaluasi dan Pelaporan; c. Fasilitasi Pembinaan Bidang IUBTT; d. Penyusunan Rekomendasi Dukungan Kebijakan Teknis IUBTT; e. Layanan Perkantoran; serta f. Pengadaan Peralatan dan Failitas Perkantoran. 5. Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika pada Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian (IPAMP) dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pembangunan Pusat Pengembangan Teknologi Industri Mesin Perkakas dan Industri Alat Kesehatan; b. Pembangunan dan Pengembangan Alsintan Center di luar Pulau Jawa; c. Penyusunan 15 standardd IPAMP; d. Peningkatan Kompetensi SDM IPAMP; e. Pengembangan Teknologi IPAMP; serta f. Promosi Kemampuan IPAMP. IV. Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil Menengah dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,-,- yang dilaksanakan oleh 4 (empat) unit Eselon II dengan kegiatan utama sebagai berikut : a. Fasilitasi Pengembangan Produk untuk IKM melalui fasilitasi peningkatan kualitas dan desain produk, bahan baku serta sarana produksi; b. Fasilitasi peningkatan kemampuan 170 sentra IKM baik sentra IKM Agro, sentra IKM Kimia Tekstil dan Aneka (KTA) dan IKM Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (LMATE); c. Fasilitasi pembangunan wirausaha industri sebanyak wirausaha melalui peningkatan kemampuan dan pelatihan wirausaha industri; 15

19 d. Restrukturisasi Mesin/Peralatan IKM melalui pemberian bantuan keringanan harga untuk pembelian mesin peralatan produksi pada 102 IKM; e. Fasilitasi Peningkatan Pelayanan IKM Melalui 22 UPT yakni UPT Agro, Kimia Tekstil dan Aneka (KTA) dan Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (LMATE); f. Fasilitasi Informasi Pasar, Promosi dan Pameran untuk 147 IKM; g. Pengembangan industri di daerah melalui mekanisme dekonsentrasi di 34 Propinsi dan 1 BPIPI. h. Peningkatan kualitas Desain Kemasan dan Produk bagi IKM melalui Klinik Hak Atas Kekayaan Intelektual IKM serta Klinik Pengembangan Desain Merek dan Kemasan; i. Pengembangan Tenaga Penyuluh Lapangan Ikm (TPL-IKM) Program Beasiswa; j. Peningkatan Mutu dan Standar IKM melalui Penyusunan RSNI, SKKNI serta pembentukan Sekretariat OVOP; k. Pengembangan Pembinaan IKM melalui Kerjasama dengan Lembaga Nasional dan Internasional, Pengembangan Iklim Usaha dan Kelembagaan, Fasilitasi Pengembangan IKM Melalui Lembaga Pendidikan Keagamaan serta Fasilitasi Peningkatan Akses Pembiayaan IKM. V. Program Pengembangan Perwilayahan Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp yang dilaksanakan oleh 4 (empat) unit Eselon II sebagai berikut : 1. Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah Sumatera dan Kalimantan pada Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: 16

20 a. Pembangunan infrastruktur di dalam Kawasan Industri Sei Mangkei berupa pembangunan jalan poros, drainase, dan gedung pengelola kawasan industri; b. Penyusunan masterplan pengembangan WPPI di Sumatera dan Kalimantan; c. Penyusunan perencanaan pembangunan Sentra IKM di Kab. Murung Raya, Kota Padang, Kota Tarakan, Tanjung Pinang, Kab. Aceh Selatan; d. Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas (Kuala Tanjung, Tanggamus, Batulicin, Landak, Ketapang, Jorong). 2. Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah Jawa dan Bali pada Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penguatan Kerjasama WPPI Jawa dan Luar Jawa; b. Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur dalam WPPI di Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah; c. Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Barat dan Jawa Timur; d. Penyusunan Rencana Pembangunan Sentra IKM di Majalengka, Magetan, dan Bangkalan; e. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Melalui Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/Kota. 3. Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua pada Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah III dengan alokasi anggaran sebesar Rp yang digunakan untuk : a. Pembangunan Jalan Poros, Jalan Lingkungan, dan Waste Water Treatment Plant (WWTP) dalam Kawasan Industri Bitung, 17

21 Pembangunan Jalan Poros, Jalan Lingkungan, dalam Kawasan Industri Palu, Peningkatan Kapasitas Politeknik di Kawasan Industri Morowali, dan Pembangunan Akademi Komunitas (Politeknik) di Kawasan Industri Bantaeng; b. Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur dalam WPPI di Sulawesi, Maluku dan Papua; c. Penyusunan perencanaan pembangunan Sentra IKM; d. Koordinasi Percepatan Pembangunan Kawasan Industri Prioritas (Teluk Bintuni, Buli, Konawe, Morowali, Bitung, Palu, dan Bantaeng); e. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Melalui Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/Kota. 4. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp yang digunakan untuk : a. Monitoring dan evaluasi serta updating data pengembangan sektor perwilayahan industri; b. Rekomendasi peningkatan iklim usaha dan kerjasama pengembangan perwilayahan industri; c. Laporan keuangan dan BMN; d. Pengembangan SDM aparatur yang profesional; e. Layanan perkantoran Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri. VI. Program Pengamanan Industri Dan Kerjasama Internasional dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan oleh 4 (empat) unit eselon II sebagai berikut : 18

22 1. Peningkatan Ketahanan Industri pada Direktorat Ketahanan Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: a. Pengamanan Industri Dalam Negeri (IDN) dari dampak Kebijakan Regulasi dan Iklim Usaha (KRI) yang mengancam dan merugikan Industri Dalam Negeri (IDN); b. Pengamanan IDN dari dampak Persaingan Global; c. Pendampingan atau monitoring IDN dari dampak persaingan global; d. Pendampingan atau Monitoring IDN dalam mempertahankan pangsa pasar domestik akibat lonjakan impor; e. Data dan informasi modul IRIS; f. Kegiatan/Monev Bidang Ketahanan Industri Internasional; g. Dukungan Manajemen Kinerja Direktorat Ketahanan Industri. 2. Pengembangan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; pada Direktorat Pengembangan Akses Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral dengan alokasi Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penyusunan Program dan Kinerja Direktorat Wilayah I dan Multilateral; b. Pameran Produk dan jasa industri; c. Penyusunan Posisi runding sektor industri; d. Fasilitasi Pemanfaatan Rantai Suplai Global; e. Penjajakan Kerjasama Teknik Inisiatif Baru; f. Implementasi kerjasama teknik. 3. Pengembangan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; pada Direktorat Pengembangan Akses Industri Internasional Wilayah II dan Regional dengan alokasi Rp ,- yang digunakan untuk : 19

23 a. Penyusunan Program dan Kinerja Direktorat Wilayah II dan Regional; b. Pameran Produk dan jasa industri; c. Penyusunan Posisi runding sektor industri; d. Fasilitasi Pemanfaatan Rantai Suplai Global; e. Penjajakan Kerjasama Teknik Inisiatif Baru; f. Implementasi kerjasama teknik; g. Peningkatan Minat investasi dari Perusahaan/Negara/Industri. 4. Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Kerjasama Industri Internasional; pada Sekretariat Ditjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional dengan alokasi Rp ,- yang digunakan untuk : a. Peningkatan kualitas Sistem Perencanaan, Penganggaran, Evaluasi dan Pelaporan; b. Pembangunan Kapasitas SDM Industri Dalam Penanganan Kerjasama Internasional di Bidang Industri; c. Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel; d. Penyediaan informasi kerjasama internasional yang terintegrasi; e. Koordinasi dan Fasilitasi Pelaksanaan Kerjasam Teknik dan Promosi Industri yang terintegrasi; f. Pembayaran gaji dan tunjangan. VII. Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri sebesar Rp ,-. yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit eselon II, 11 unit Balai Besar Industri, 11 unit Baristand Industri dan 1 unit Balai Sertifikasi Industri sebagai berikut : 1. Pengkajian Kebijakan Iklim dan Usaha Industri oleh Pusat Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : 20

24 a. Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Perpajakan Sektor Industri; b. Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Industri di Bidang Tarif dan n Tarif; c. Partisipasi Aktif Pusat PKIUI pada Fora Kerjasama Internasional; d. Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Perindustrian tentang Penetapan Pengamanan Objek Vital Nasional Sektor Industri (OVNI); e. Penyusunan Analisis Kebijakan Industri berbasis Sektoral dan Kewilayahan; f. Penyusunan kebijakan industri dalam rangka pengembangan bentuk-bentuk fasilitas nonfiskal; g. Konsultasi Publik Dalam Pengembangan Fasilitas Sektor Industri; h. Analisis Industrial terhadap Isu Aktual Sektor Industri; i. Penyusunan Analisis Struktur Industri ; j. Analisis Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi. 2. Perencanaan kebijakan standarddisasi industri oleh Pusat standardisasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: a. Perumusan 150 judul RSNI; b. Pemeliharaan sistem manajemen mutu (SMM); c. Diseminasi standard, Regulasi Teknis dan Penilaian Kesesuaian; d. Penyusunan rancangan peraturan pemerintah tentang perencanaan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan SNI, spesifikasi teknis (ST) dan pedoman tata cara (PTC) barang dan/atau jasa industri; e. Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) dalam rangka SNI, ST dan PTC wajib; f. Kerjasama standarddisasi nasional dan internasional; 21

25 g. Koordinasi penyusunan Peraturan Menteri tentang penujukkan LPK dalam rangka pemberlakuan SNI, ST dan PTC secara wajib. 3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup oleh Pusat Pengkajian Industri Hijau Dan Lingkungan Hidup dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: a. Koordinasi Nasional dan Internasional Dalam Rangka Pengembangan Industri Hijau; b. Penyusunan kebijakan lingkungan hidup pada sektor industri; c. Campaign industri hijau; d. Penyusunan standard industri hijau; e. Fasilitasi Sertifikasi Industri Hijau; f. Penguatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Industri Hijau; g. Bimbingan Teknis Auditor Industri Hijau; h. Penganugerahan penghargaan industri hijau. 5. Perencanaan, Pelaporan dan pendukung operasional BPPI oleh Sekretariat Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, Dan Mutu Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pembayaran Gaji dan tunjangan; b. Pembayaran Remunerasi; c. Rintisan Gelar S-3; d. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran; e. Perencanaan, pelaksanaan dan monev program dan kerjasama; f. Pembinaan dan tindak lanjut keuangan; g. Publikasi Produk dan Penyuluhan Riset Industri; h. Pembinaan SDM Fungsional dan Struktural. 5. Pengkajian Teknologi dan HKI oleh Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Litbang unggulan Balai Besar dan Baristand Industri; 22

26 b. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) pelaksanaan UU tentang Perindustrian terkait teknologi industri; c. Pemasyaratan teknologi hasil litbang Balai Besar dan Baristand Industri; d. Penerapan Teknologi Hasil Litbang di Industri e. Perlindungan Teknologi Hasil Litbang secara hukum (paten, merek, desain, dll) f. Penghargaan rintisan teknologi industri; g. Percepatan pemanfaatan teknologi melalui DAPATI (Dana Kemitraan Peningkatan Teknologi Industri); h. Penelitian dan penerapan teknologi industri; i. Perlindungan HKI hasil litbang; j. Layanan pusat manajemen HKI. 6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penelitian dan pengembangan industri sebanyak 71 litbang di 11 Balai Besar; b. Jasa pelayanan teknis berupa Sertifikasi Sistem Mutu dan Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT SNI. 7. Riset dan standardisasi Bidang Industri (11 Baristand Industri) dan Balai Sertifikasi Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penelitian dan pengembangan industri sebanyak 91 litbang di 11 Baristand Industri; b. Jasa pelayanan teknis berupa Sertifikasi Sistem Mutu dan Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT SNI, Sertifikasi Industri. 23

27 VIII. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perindustrian dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) unit eselon II sebagai berikut : 1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I pada Inspektorat I dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Layanan Audit Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat I, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat I, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat I, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat I, Laporan Monev Efektifitas Penelitian dan Rekayasa Balai Besar & Baristand; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat I; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat I dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 2. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II pada Inspektorat II dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : 24

28 a. Layanan Audit Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat II, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat II, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat II, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat II, Laporan Monitoring dan Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian Perindustrian; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat II; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat II dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 3. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III pada Inspektorat III dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Layanan Audit Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat III, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat III, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat III, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan 25

29 Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat III, Laporan Monitoring Dan Evaluasi Reformasi Birokrasi; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat III; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat III dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 4. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV pada Inspektorat IV dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- untuk kegiatan utama meliputi : a. Layanan Audit Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Audit Kinerja Unit Pusat dan Vertikal Inspektorat IV, Audit Pelaksaan Dana Dekonsentrasi Perindustrian Inspektorat IV, Pengawasan Untuk Tujuan Tertentu/Riksus Inspektorat IV, Audit Hibah; b. Layanan Reviu Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Reviu Laporan Keuangan dan BMN; c. Layanan Monitoring dan Evaluasi Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Laporan Hasil Monitoring Dan Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (sakip) Inspektorat IV, Laporan Monev Program Peningkatan Kemampuan Sentra Ikm; d. Layanan Manajemen Kinerja Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Layanan Manajemen Inspektorat IV; e. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat IV dengan komponen kegiatan meliputi Penyusunan Laporan Kinerja. 5. Dukungan Manajemen, Pembinaan, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Serta Dukungan Teknis Inspektorat Lainnya 26

30 Inspektorat Jenderal pada Sekretariat Inspektorat Jenderal dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Data bahan Pengawasan dan sistem informasi pengawasan; b. Layanan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal; c. Dokumen Perencanaan dan Akuntabilitas Inspektorat Jenderal; d. Dokumen analisa hasil pengawasan Inspektorat Jenderal; e. Layanan Dukungan Pengawasan dan Pengembangan Sistem Pengendalian; f. Layanan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Pengawasan; g. Layanan Organisasi dan Manajemen Kinerja Inspektorat Jenderal; h. Layanan perkantoran Inspektorat Jenderal. IX. Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang dilaksanakan oleh 5 (lima) biro dan 3 (tiga) pusat serta 24 satker unit pendidikan dan Balai Diklat Industri (BDI) sebagai berikut: 1. Peningkatan Pelayanan Hukum dan Penataan organisasi pada Biro Hukum dan organisasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan : a. Fasilitasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri dan Bidang Terkait Industri; b. Evaluasi Produk Hukum Bidang Industri; c. Pelayanan Informasi dan Dokumentasi; d. Layanan Bantuan Hukum; serta e. Layanan Organisasi dan Tata Laksana. 2. Pelayanan Administrasi dan Manajemen Perkantoran Berbasis Teknologi pada Biro Umum dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : 27

31 a. Pelayanan Pengelolaan Administrasi Kementerian dan Ketatauasahaan Pimpinan; b. Pelayanan Pengelolaan Kerumahtanggaan dan Perlengkapan. 3. Pengembangan SDM Aparatur pada Biro Kepegawaian dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pembinaan dan Pengembangan ASN Kementerian Perindustrian; b. Layanan Administrasi ASN Kementerian Perindustrian. 4. Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional pada Biro Keuangan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai Sekretariat Jenderal; b. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Dan BMN di Lingkungan Kementerian Perindustrian; c. Peningkatan Kompetensi SDM Pengelolaan Keuangan; d. Pedoman Pengelolaan Keuangan Dan BMN. e. Layanan Pengadaan Barang/jasa (ULP); f. Fasilitas Operasional Otorita Asahan; g. Pembinaan/penyelenggaraan KDEI Taiwan dan Atase Perindustrian di Belgia dan Jepang; 5. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan pada Biro Perencanaan, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penyusunan Perencanaan Program, Kegiatan, dan Anggaran Kementerian Perindustrian; b. Penyusunan Kebijakan Industri Nasional; c. Penyusunan Pembangunan Industri; d. Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Industri Daerah (Ripida); 28

32 e. Perencanaan Penguatan Struktur dan Daya Saing Industri (Staf Ahli Menteri); f. Fasilitasi Kesekretariatan Timnas P3DN; g. Perencanaan Sumber Daya dan Fasilitasi Industri; h. Penyusunan Perencanaan dan Kerjasama Investasi Industri; i. Pemantauan, Analisa, dan Evaluasi Program dan Kegiatan; serta j. Layanan Fungsional Perencana. 6. Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal pada Pusat Data dan Informasi dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS); b. Pembangunan Database dan Datawarehouse yang mutakhir; c. Analisis dan Penyajian Data Industri; d. Pengembangan Aplikasi e-goverment; e. Pelaksanaan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE); f. Inventarisasi Barang/Jasa Produksi dalam negeri; serta g. Pengadaan perangkat keras, perangkat lunak dan pengembangan data center dan Jaringan. 7. Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik pada Pusat Komunikasi Publik, dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk: a. Pengembangan Layanan Publik Kementerian; b. Pengembangan Layanan Kehumasan Kementerian; serta c. Penyelenggaraan Unit Pelayanan Publik (UP2) Kementerian Perindustrian. 8. Peningkatan kualitas SDM Industri pada Pusdiklat Industri dan 7 Balai Diklat Industri dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pembangunan Infrastruktur Kompetensi SDM Industri; 29

33 b. Penyelenggaraan Pelatihan Industri Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi sistem 3 in 1 ( Orang); c. Penyelenggaraan Diklat Teknis, Struktural, dan Fungsional untuk SDM Aparatur; d. Penguatan Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan Vokasi Industri. 9. Peningkatan kualitas Pendidikan Vokasi Industri pada Pusdiklat Industri dan 17 Satker Pendidikan yang terdiri dari pendidikan menengah kejuruan (9 satker), pendidikan tinggi (8 satker) dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan Industri di 9 SMK Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi (Lulusan Orang); b. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Vokasi di 8 Politeknik Industri Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi (lulusan Orang); c. Penyelenggaraan Pendidikan Akademi Komunitas Industri di Morowali, Solo, dan Cilegon (Lulusan 450 Orang); d. Penguatan kelembagaan status pendidikan vokasi yang ada dan fasilitasi ijin pendirian Akademi atau Politeknik di kawasan industri atau WPPI; e. Pengembangan Workshop, laboratorium dan TUK pada Pusat pendidikan (Akademi Komunitas) di Kawasan Industri dan di Pendidikan Vokasi Industri yang sudah ada; f. Fasilitasi Pembangunan Gedung Pendidikan di Unit Pendidikan (SMK dan Politeknik) serta AK TPT di SOLO. X. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Kementerian Perindustrian dengan alokasi anggaran sebesar Rp , Kegiatan yang dilakukan adalah Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan, Pemeliharaan dan Peningkatan Sarana dan 30

34 Prasarana Kerja pada Biro Umum dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,- yang digunakan untuk : a. Pengadaan perlengkapan kerja, kendaraan bermotor, peralatan dan fasilitas pendukung gedung; b. Pemeliharaan dan renovasi gedung dan bangunan; serta c. Pemeliharaan sarana/perlengkapan kesehatan. 31

35 BAB IV PENUTUP Perencanaan kerja merupakan proses penyusunan rencana kerja tahun 2016 sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Di dalam rencana kerja ditetapkan rencana capaian kerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Penyusunan rencana kerja tahun 2016 dilakukan seiring dengan agenda penyusunan kebijakan dan anggaran, mengacu pada Peraturan Menteri Perindustrian mor 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, dan juga mengacu pada Peta Strategi Kementerian Perindustrian, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu. Untuk itu Rencana Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016 ini merupakan acuan bagi Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing, sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan administrasi dalam lingkungan Kementerian Perindustrian. Untuk itu dalam rangka memenuhi sasaran tugas dan fungsi Kementerian Perindustrian perlu diambil langkah-langkah seoptimal mungkin melalui penyusunan rencana kegiatan yang lebih mantap berdasarkan skala prioritas didukung dengan tertib hukum, administrasi dan keuangan. Selanjutnya dalam rangka mewujudkan program/kegiatan yang berdaya guna, maka diperlukan adanya kerja keras yang terarah, terkoordinasi dengan baik antara keseluruhan unit/instansi yang terkait baik internal maupun eksternal. 32

36 LAMPIRAN - RINCIAN KEGIATAN, OUTPUT DAN KOMPONEN KEMENPERIN TAHUN 2016 A. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 1. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka 01 Regulasi Pemberlakuan SNI Wajib Produk Industri Tekstil dan Aneka Penyusunan Regulasi SNI Wajib Produk Industri Tekstil dan Aneka Penerapan dan Pengawasan SNI Wajib Produk Industri Tekstil dan Produk Tekstil , , , , ,0 952, , ,0 Partisipasi Rapat/Seminar Terkait SNI Wajib 1 123,0 123,0 02 RSNI/ SNI Produk Industri Tekstil dan Aneka , , , ,0 Identifikasi dan Penentuan RSNI Produk Industri Tekstil dan Aneka Penyusunan Draft RSNI Produk Industri Tekstil dan Aneka Fasilitasi Konsensus SNI Produk Industri Tekstil dan Aneka 3 87,3 262, , , ,3 400,0 03 SKKNI Industri Tekstil dan Aneka , , , ,0 Bimbingan Teknis SDM Industri Tekstil dan Aneka , ,0 Penguatan Lembaga Kompetensi SDM Industri Tekstil dan Aneka Identifikasi dan Penentuan RSKKNI Industri Tekstil dan Aneka , ,0 3 54,0 162,0 Penyusunan Draft RSKKNI Industri Tekstil dan Aneka 2 728, ,0 Fasilitasi Konvensi SKKNI Industri Tekstil dan Aneka 2 200,0 400,0 04 Revitalisasi Perusahaan Industri Tekstil dan Aneka , , , ,0 Fasilitasi Tim Pengarah, Tim Teknis dan Tim Pendukung Program 1 755,0 755,0 Sosialisasi dan Publikasi Program 8 162, ,0 Penyusunan Permen dan Juknis Program 2 196,5 393,0 Bantuan Potongan Harga Pembelian Mesin dan Peralatan Pengelolaan Operasional Program dan Verifikasi Perusahaan yang Mengikuti Program , , , ,0 Fasilitasi Rapat Tim Pengarah dan Tim Teknis Program 3 235,3 706,0 05 Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka Identifikasi Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Usaha Industri Tekstil dan Aneka , , , , ,0 131, , ,0 06 Keterkaitan Industri Tekstil dan Aneka , , , ,0 Penguatan dan pengembangan keterkaitan Industri Tekstil dan Aneka 1 993,0 993,0 Peningkatan Akses Pasar Industri Tekstil dan Aneka , ,0 Pembahasan Iklim Usaha Industri Tekstil dan Aneka 1 867,0 867,0 33

37 07 Dokumen Perencanaan dan Penganggaran 1 393, , , ,0 Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran 1 393,0 393,0 08 Dokumen Pelaporan dan Data 1 957, , , ,0 Penyusunan Dokumen Pelaporan dan Data Industri 1 957,0 957,0 09 Terbentuknya Lembaga Penyediaan Bahan Baku Kapas dan Kulit , ,0 25,0 25,0 Pendirian Bufferstock Bahan Baku Kapas , ,0 Pendirian Bufferstock Bahan Baku Kulit (Material Center) , ,0 10 Pendirian Industri Technical Textile 0, , ,0 0,0 11 Pendirian Lab Uji Dalam Rangka Penerapan dan Pengawasan SNI Wajib Industri Tekstil dan Aneka 0, , , , , , , ,0 2. Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir 01 Rekomendasi Iklim Usaha Industri Kimia Hilir 1 379, ,7 664,2 708,7 Persiapan Pembinaan dan Pengawasan Implementasi GHS 1 22,0 22,0 Diseminasi Petunjuk Teknis Implementasi GHS 1 182,0 182,0 Monitoring Penerapan GHS di Pabrik Produk Industri Kimia Hilir Fasilitasi Verifikasi TKDN Perusahaan Industri Kimia Hilir dan Profil Komoditi Industri Kimia Hilir Forum Komunikasi Teknologi Industri Semen dan Monitoring GRK 1 55,5 55, ,0 101,0 1 19,0 19,0 02 Kerjasama Industri Kimia Hilir di dalam dan luar negeri 7 526, ,7 700,4 770,4 Perundingan di dalam dan luar negeri 1 393,0 393,0 Penyusunan Posisi Runding Sektor IKH 1 133,0 133,0 03 Rekomendasi Kebijakan Pengamanan Bahan Baku, Bahan Penolong dan Energi Forum dan Rapat Koordinasi Fasilitasi Pengembangan Industri , , , , , ,0 Pertemuan Teknis Fasilitasi Pengembangan Industri 1 901,0 901,0 04 Pilot Project untuk mendukung pengembangan Industri Kimia Hilir 05 Bantuan Mesin dan Peralatan Pengembangan Industri Kimia Hilir 3 0, , , , , , , ,6 Optimalisasi bantuan mesin dan peralatan , ,0 Fasilitasi peralatan pengembangan Industri Kimia Hilir , ,0 06 Promosi/ Pameran Industri Kimia Hilir , , , ,2 Partisipasi IKH dalam Pameran dalam Negeri 1 443,0 443,0 Partisipasi IKH dalam Pameran Luar Negeri 1 698,0 698,0 07 SKKNI Industri Kimia Hilir 2 774, , , ,4 Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SKKNI 1 50,0 50,0 Pembentukan Tim Perumus dan Verifikasi 1 210,0 210,0 Penyusunan Draft RSKKNI 1 100,0 100,0 34

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014 RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN JAKARTA, APRIL DAFTAR ISI I. Laporan Rekapitulasi Rencana Kerja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran II. Rekapitulasi Per Program Rincian kegiatan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENJELASAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG REALISASI ANGGARAN TAHUN 2014, REALISASI ANGGARAN TAHUN 2015 SAMPAI DENGAN BULAN APRIL TAHUN 2015, DAN RKA K/L TAHUN 2016

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN I. VISI No 01 II. MISI No 01 02 03 04 05 06 07 Uraian Visi Visi Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016 KODE PROGRAM RUPIAH MURNI 19.1.2 19.2.7 19.3.6 19.4.8 19.5.9 19.6.3 19.7.12 19.8.1 19.9.11 Program Pengembangan SDM Industri dan Dukungan Manajemen Kementerian Perindustrian Program Peningkatan Sarana

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 () () (..) PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBIJAKAN INDUSTRI SATUAN KERJA (43) Badan Penelitian dan Pengembangan Industri PROPINSI () DKI JAKARTA () KOTA JAKARTA PUSAT PERHITUNGAN TAHUN 6

Lebih terperinci

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 215 BERDASARKAN JENIS NO SUMBER ANGGARAN RINCIAN ANGGARAN TA 215 (dalam ribuan rupiah) BARANG MODAL JUMLAH 1 RUPIAH MURNI 629459711 1.468.836.8 42882193 2.527.117.694

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014 FORMULIR RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 24 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN I. VISI No III. SASARAN STRATEGIS No Uraian Visi Visi Kementerian Perindustrian sampai

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012 NO KODE UNIT KERJA/PROGRAM PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 212 BARANG MODAL (Dalam ribuan rupiah) 1 SEKRETARIAT JENDERAL 12,47,993 53,265,361 283,213,727

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018

PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018 PROGRAM KERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN 2018 oleh : Muhammad Khayam Direktur Industri Kimia HUlu. Hotel Rancamaya Bogor, 10-11 Januari 2018 INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035 Industri

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Kementerian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BIRO PERENCANAAN 2017 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2012 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT

Lebih terperinci

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PARIWISATA

PEMBANGUNAN PARIWISATA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBANGUNAN PARIWISATA 2015-2019 DEPUTI BIDANG EKONOMI Jakarta, Desember 2014 PENINGKATAN DAYA SAING PARIWISATA Sasaran

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL - 6 - LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2011 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

Renstra Ditjen IA

Renstra Ditjen IA Renstra Ditjen IA 20209 3 PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS AGRO 34.789,8 646.848,3 660.630, 692.396, 72.96,9 Ditjen Industri Agro Tingginya laju pertumbuhan industri agro (persen)

Lebih terperinci

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN DAN KELAS JABATAN SERTA TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan I Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

Tahun Anggaran 2013 III

Tahun Anggaran 2013 III Tahun Anggaran 2013 III Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI

Lebih terperinci

II Tahun Anggaran 2013

II Tahun Anggaran 2013 Tahun Anggaran 2013 II Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Fungsi dan Subfungsi Kendala Yang Dihadapi dan Tindak Lanjut Tahun Anggaran 2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/M-IND/PER/11/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Daftar Isi Kata Pengantar Pembentukan struktur organisasi baru Kementerian Perindustrian yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian nomor 105/M-IND/

Lebih terperinci

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian Organisasi struktur Kementerian Perindustrian 2 3 Daftar Isi Kata Pengantar 3 4 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kata Pengantar Struktur Organisasi Kementrian Perindustrian Arah Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPIMNAS KADIN INDONESIA TAHUN 2014 JAKARTA, 8 DESEMBER 2014 PEMBAHASAN I. PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI HILIRISASI INDUSTRI

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016. Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015

Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016. Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN PERAN Nomor: 163.1/M-IND/ 1/2016 Sehubungan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Lebih terperinci

RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010

RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010 RINCIAN FORMASI CPNS DARI PELAMAR UMUM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2010 Gol Alokasi JUMLAH FORMASI 328 I. UNIT FASILITATIF 30 SEKRETARIAT JENDERAL 30 1 Biro Perencanaan 3 Penyusun Program

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI B (BPPT) A D A N P PERATURAN E N KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN G TEKNOLOGI K NOMOR 009 TAHUN 2015 A TENTANG J I ORGANISASI DAN TATA KERJAA N BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan II Berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2012 Laporan Konsolidasi Program Dirinci

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2011

Kegiatan Prioritas Tahun 2011 Anggaran Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran 2011 berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-676/MK.02/2010 tentang Pagu Definitif Kementerian/Lembaga T.A. 2011 adalah sebesar Rp. 2.240.113.190.000.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN 2016 Ringkasan Eksekutif Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29

Lebih terperinci

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015 DAFTAR NAMA JABATAN STRUKTURAL, KELAS JABATAN, DAN PERSEDIAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,

Lebih terperinci

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014 DR. Ir. Budi Darmadi, M.Sc DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Disampaikan pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian LINGKUP BINAAN IUBTT Kendaraan Bermotor Roda 4 atau Lebih Kendaraan Bermotor Roda

Lebih terperinci

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan II Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan II Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015 Kementerian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan II Berdasarkan PP 39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2015 Kementerian 2015 Formulir C Peraturan

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 14 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan P No.783, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Nama Jabatan dan Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG NAMA JABATAN DAN KELAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan

Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Laporan Konsolidasi Program Dirinci Menurut Kegiatan Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014 BIRO PERENCANAAN 2015 KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 () () (..) SEKRETARIAT JENDERAL PENGEMBANGAN SDM INDUSTRI DAN DUKUNGAN MANAJEMEN SATUAN KERJA (4) SEKRETARIAT JENDERAL PROPINSI () DKI JAKARTA (4) KOTA JAKARTA SELATAN PERHITUNGAN TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Contents

Contents Contents suhuindonesia.com Kementerian Perindustrian telah mengusulkan anggaran sebesar Rp800 miliar untuk tahun 2018 sebagai kebutuhan merevitalisasi sekitar 1.700 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau

Lebih terperinci

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan, pengendalian dan pemantauan pelaksanaan kegiatan di

Lebih terperinci

Tema Pembangunan 2007

Tema Pembangunan 2007 Tema Pembangunan 2007 Berdasarkan kemajuan yang dicapai dalam tahun 2005 dan perkiraan 2006, serta tantangan yang dihadapi tahun 2007, tema pembangunan pada pelaksanaan tahun ketiga RPJMN adalah MENINGKATKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA)

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 BALAI DIKLAT INDUSTRI YOGYAKARTA SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI BALAI DIKLAT INDUSTRI YOGYAKART TA Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Lebih terperinci

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan. Jakarta, 28 Februari 1 Maret 2011 Rapat Kerja dengan tema Reindustrialisasi Dalam Rangka Mendukung Transformasi Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, Pejabat Eselon II, Kepala Balai Besar,

Lebih terperinci

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM / KEGIATAN PERINDUSTRIAN 1 Meningkatnya perkembangan

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Oleh: DR. Dedi Mulyadi, M.Si Jakarta, 1 Februari 2012 Rapat Kerja Kementerian Perindustrian OUTLINE I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG. Jakarta, 9 April Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM KUNJUNGAN KEIDANREN JEPANG Jakarta, 9 April 2015 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua, Yang saya hormati,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) Pokok Bahasan I II III IV V PENDAHULUAN PERANAN DAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012 PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) ISU STRATEGIS DITJEN BIM 2012 2 I PENDAHULUAN PERMENPERIN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan Lakip Kementerian Perindustrian Tahun 2013 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011

PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011 PROGRAM KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2010 DAN RENCANA KERJA DITJEN ILMTA TAHUN 2011 Oleh: DIREKTUR JENDERAL ILMTA Dalam Acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Dengan Kabupaten / Kota di Indonesia Wilayah

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF i Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci