Sepsis adalah komplikasi yang sering. Angka Kematian Sepsis Neonatal pada Bayi Risiko Tinggi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sepsis adalah komplikasi yang sering. Angka Kematian Sepsis Neonatal pada Bayi Risiko Tinggi"

Transkripsi

1 Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 3 (Suplemen), 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007: Januari Angka Kematian Sepsis Neonatal pada Bayi Risiko Tinggi Johanes Edy Siswanto, Budining Wirastari, Firmansyah Tb Rifai Latar belakang. Angka kematian bayi masih tinggi yang umumnya disebabkan infeksi atas septikemia, hal ini terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Tujuan. Untuk mengetahui angka kematian pada bayi baru lahir dengan berat badan normal serta berat lahir rendah dan untuk mengetahui angka kematian pada bayi risiko tinggi berdasarkan rujukan. Metoda. Penelitian potong lintang terhadap seluruh bayi yang dirawat di NICU (level III) dan ruang perawatan (level II) dari Januari sampai dengan Desember Datadata bayi yang diambil antara lain temperatur, frekuensi nafas, frekuensi nadi & denyut jantung, aktivitas menyusui & menangis, umur kehamilan dan berat badan, lama dari ketuban pecah dini, warna cairan ketuban, cairan lambung, darah lengkap termasuk neutropil granulotoksik, C-reactive protein, outcome/keluaran. Hasil. Angka case fatality rate (CFR) pada BBLR di NICU (yang dicurigai infeksi) adalah 20,3% sedangkan di level II sebesar 8,5% CFR di NICU, untuk BBLR sebesar 15,6% dan di level II sebesar 3,8%. Angka kematian bayi berdasarkan berat lahir antara bayi yang dirujuk dari luar dan tidak, terdapat perbedaan yaitu angka kematian lebih tinggi di dapat pada bayi yang dirujuk untuk bayi dengan BBL < 1500 gr, angka kematian pada bayi yang dirujuk 8,8 %o (non rujukan=3,1%o), BBL gr sebesar 47,1%o (non rujukan 4,7%o) dan BBL > 2500 gr sebesar 170,1%o (non rujukan 3,1%o). Kesimpulan. Angka kematian lebih tinggi ditemukan pada bayi yang datang dari luar rumah sakit (rujukan) Kata kunci: Sepsis neonatal, CFR, rujukan. Sepsis adalah komplikasi yang sering diketemukan pada unit perawatan intensif, hal tersebut terjadi pada bayi kecil terutama bayi prematur. Pada umumnya gejala klinik tidak khas dan sulit ditemukan. 1,2,3 Angka kematian bayi (AKB) di negara-negara berkembang seperti India/Asia Tenggara/Pasifik sekitar per 1000 kelahiran Alamat korespondensi: Dr. Johanes Edy Siswanto, Sp.A. Unit Perinatologi SMF Anak RSAB. Harapan Kita Jl. S Parman Slipi, Jakarta Barat. hidup (hospital based studies) dan per 1000 kelahiran hidup (community based studies); sedangkan AKB yang berhubungan dengan infeksi adalah 14%- 36% (hospital based studies) dan 8%-64% (community based studies). 4 Di negara maju misalnya Amerika Serikat, insidens sepsis neonatal 1-2 per seribu kelahiran hidup. 1 Neonatal mortality rate (NMR) di India (1996) 47 ) kelahiran hidup dan hampir 2/3 dari angka kematian bayi; sedangkan kematian neonatus dini menyumbang 75% dari seluruh kematian bayi baru lahir. Perinatal mortality rate (PMR) 44 kelahiran hidup, namun angka tersebut masih di bawah perkiraan sebenarnya karena kesulitan dalam 48

2 mendokumentasi angka lahir mati (still birth). Hal yang sama terjadi di negara berkembang lain termasuk Indonesia dalam hal mendapatkan data vital yang akurat tentang angka kelahiran dan kematian. 5,6,7 Berbagai intervensi dan jalan pintas dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan meningkatkan kelangsungan hidup anak. Namun walaupun saat ini terjadi kecenderungan penurunan angka kematian bayi, angka kematian neonatus masih tetap tinggi. 6,8 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ialah, 1. Mendapatkan informasi angka kematian untuk bayi lahir normal dan lahir rendah 2. Menentukan antibiotik yang sesuai untuk menggantikan antibiotik empiris dengan mempertimbangkan hasil biakan darah dan cairan tubuh lainnya 3. Membandingkan angka kematian bayi risiko tinggi antara kelompok lahir di luar dan lahir di RSAB Harapan Kita 4. Memberikan saran atau pemikiran untuk penanganan yang komprehensif dalam menurunkan angka kematian Metoda Penelitian observasional cross sectional pada bayi risiko tinggi yang tercatat di UPIN (Unit Perawatan Intensif Neonatus) and intermediate ward RSAB Harapan Kita Jakarta, mulai Januari sampai Desember Jumlah bayi yang lahir pada periode tersebut 3203 bayi dan 248 (7,7%) diantaranya bayi berat lahir rendah. Di UPIN ditemukan 99 (35,9%) berat bayi lahir rendah dan 161 (64,1%) berat bayi lahir normal. Sedangkan dari Intermediate ward dijumpai 63 (23,1%) berat bayi lahir rendah dan 210 (76,9 %) berat bayi lahir normal. Data bayi yang dicatat antara lain suhu, frekuensi nafas, frekuensi nadi & denyut jantung, aktivitas menyusui & menangis, umur kehamilan dan berat badan, lama ketuban pecah sebelum kelahiran, warna cairan ketuban, cairan lambung, darah perifer lengkap termasuk neutropil granulotoksik, C-reactive protein, serta prognosis/keluaran. Hasil Angka case fatality rate (CFR) pada bayi dengan berat lahir rendah di UPIN (yang dicurigai terinfeksi) adalah 20,3% dan di Intermediate ward adalah 8,5%. Sedangkan Tabel 1. Karakteristik klinis bayi dengan sepsis Karakteristik n %/ Tempat perawatan UPIN IW Kelahiran di RSAB Jumlah 3203 Berat lahir rendah (%) 248 7,7 Bayi berisiko tinggi Berat normal Berat lahir rendah Lahir di RSAB Lahir di luar RSAB Kematian bayi Lahir di RSAB NMR* (%) PNR* (%) Luar RSAB Kematian bayi dengan positif kuman Lahir di RSAB 12 1 Lahir di luar RSAB 31 6 NMR*= neonatal mortality rate UPIN= unit perawatan intensive neonatal PNR*= perinatal mortality rate IW= intermediate ward 49

3 Percentage (%) Case Fatality Rate in CMH Harapan Kita 20,3 15,6 NICU 8,5 INTERMEDIATE WARD LOW birth weight NORMAL birth weight Gambar 1. Case Fatality rate (CFR) bayi risiko tinggi di RSAB Harapan Kita berdasarkan berat badan lahir 3,8 CFR dari bayi dengan berat lahir normal di UPIN adalah 15,6% dan di Intermediate ward 3,8% (Gambar 1). Case fatality rate menggambarkan jumlah kasus kematian dibandingkan dengan jumlah seluruh kasus yang dirawat dalam populasi yang sama. Masalah utama di ruang perawatan bayi adalah infeksi maka kami mengambil masalah ini sebagai obyek utama yang harus diwaspadai dan harus ditangani. Pada saat ditemukan dan dicurigai septic work up dengan pengambilan sampel darah serta dimasukkan dalam kultur media biakan Bactec. Pola kuman secara berurutan yang diketemukan adalah Serratia sp, K. pneumoniae, E. aerogenes, Pseudomonas sp, P. aeruginosa, Klebsiella sp, S. aureus, S. epidermidis, dan Candida sp. Mikroorganisme tersebut erat kaitannya sebagai penyerta kematian di UPIN khususnya bila diketemukan biakan positif, walaupun bila dilihat lebih jauh penyebab kematian di ruang intensif adalah multifaktorial yang tentunya harus ditangani secara komprehensif. 10 Jumlah kasus kematian pada bayi risiko tinggi yang dicurigai menderita infeksi di ruang neonatologi 112 kasus, terdiri dari 77 kasus bayi lahir di luar dan 35 kasus bayi lahir di RSAB. Jumlah kematian lebih banyak 2,2x banyak pada kasus rujukan. Di lain pihak berdasarkan berat badan lahir, kematian terjadi pada 13 (11,6%) kasus BBLSR (bayi berat lahir sangat rendah) (<1500 g), 31 (27,7%) kasus BBLR (bayi berat lahir rendah) dan 68 (60,7%) kasus berat lahir normal. Data dari India menunjukkan sepsis neonatal sebagai penyebab utama kematian (52%), sedangkan imaturitas menjadi penyebab umum di rumah sakit (31%). Sehubungan dengan 1/3 jumlah bayi baru lahir di negara tersebut adalah BBLR, maka hampir 70% kematian perinatal terjadi pada persalinan BBLR. 5 Di Indonesia SKRT 2001 BBLR menjadi penyebab kematian di masyarakat (29%) diikuti asfiksia 27%. 8 Pada END kejadiannya lebih tinggi lagi, prematur dan BBLR 35% sedangkan asfiksia 33,6%. 8 Bila di analisis lebih lanjut, dari 340 kasus bayi risiko tinggi yang dirujuk ke RSAB Harapan Kita 261 (76,8%) adalah kasus bayi dengan BBL >2500 g. Kemungkinan besar hal tersebut disebabkan karena, 1. Bayi kecil tidak sempat terkirim ke rumah sakit, dengan kondisi yang cepat sekali memburuk di lapangan. 2. Kecenderungan untuk merujuk bayi baru lahir dibandingkan dengan rujukan janin 3. Sistem transport neonatal yang belum berkembang dengan baik di Indonesia 4. Kendala sosial ekonomi, karena perawatan bayi kecil sangat mahal dan cukup lama. Apabila di analisis lebih lanjut bayi terlambat dalam segala hal, baik dalam keterlambatan melakukan diagnosis, terlambat untuk melakukan tindakan ataupun terlambat dalam hal melakukan rujukan/ transport ke rumah sakit rujukan. Otomatis jumlah kematian bayi dengan berat badan lahir = 2500 g terlihat lebih tinggi yakni sebanyak 58 (75,3%) diantara 77 kasus kematian bayi rujukan. Sebaliknya pada kasus non-rujukan 35 kasus dengan 10 (28,6%) kematian pada berat badan =2500 gram, dan angka kematian BBLR 25 kasus (71,4%). Tentunya hal tersebut terjadi karena banyaknya kendala yang terjadi pada saat menghadapi kasus dengan berat badan 50

4 Tabel 2. Angka kematian neonatus Berat badan lahir Lahir di luar RSAB Lahir di RSAB (gram) Jumlah Angka kematian Jumlah Angka kematian < (8,8) 24 10(3,1) (47,1) (4,7) > (170,1) (3,1) Jumlah rendah ataupun kurang bulan. Pada Tabel 2 dan Gambar 2, tampak angka kematian neonatus pada kelompok bayi lahir luar (340) dibandingkan dengan kelompok bayi lahir dalam RSAB (184), untuk berat lahir renadah. Pembahasan lama rawat berkaitan erat dengan kondisi pada saat bayi memulai perawatan, kondisi beratnya penyakit, komplikasi yang terjadi, berat badan dan masa gestasi serta kasus rujukan atau non rujukan. Berbagai kendala lainnya seperti fasilitas, transportasi, infeksi nosokomial, masalah sosial-ekonomi serta faktor-faktor lainnya berhubungan dengan lama perawatan. Oleh karena itu pemahaman masalah dan pemecahannya harus ditangani secara menyeluruh dan lintas sektoral. Tabel 3 memperlihatkan 39 (35%) kematian terjadi <48 jam, sedangkan 73 (65%) kasus terjadi =48 jam. Pada kasus =2500 gram kematian 46 kasus terjadi pada >48 jam dan 22 kasus <48 jam. Bayi berat badan lahir rendah 27 kasus meninggal =48 Mortality Rate based on Outborn and Inborn Babies Mortality Rate ( 1 / 1000 ) 200,0 150,0 100,0 50,0 0,0 8,8 3,0 < 1500 gram 47,1 4, gram 170,1 3,1 > 2500 gram OUTBORN INBORN Birth Weight Gambar 2. Angka kematian berdasarkan kasus lahir dalam dan lahir luar RSAB. Tabel 3. Distribusi pasien berdasarkan lama rawat saat bayi meninggal UPIN Intermediate Ward (jam) Berat Lahir (gram) Lahir luar Lahir dalam Lahir luar Lahir dalam <48 >48 <48 >48 <48 >48 <48 >48 < > Total

5 jam sedangkan 13 kasus meninggal <48 jam. Dari tabel 2 terlihat juga bahwa jumlah kasus yang dapat ditangani =48 jam 2,1x lebih banyak dari kelompok kasus <48 jam. Pada asumsinya bahwa dengan unit fasilitas yang baik mampu menangani lebih lama sebelum pasien tersebut meninggal. Banyak hal yang masih dapat dilakukan untuk menyelamatkan kelangsungan hidup bayi. Sedangkan bila kasus <48 jam menggambarkan kewaspadaan petugas untuk dapat lebih dini dalam mendeteksi kegawatdaruratan pasien dan merujuk lebih dini bila dijumpai kasus risiko tinggi pada pemeriksaan antenatal. Bagaimanapun rujukan janin lebih baik daripada rujukan bayi baru lain. Rahim adalah inkubator yang terbaik bagi bayi yang tidak dapat digantikan dengan alat yang canggih sekalipun. Tabel 4 menunjukkan sebaran pasien berdasarkan hasil biakan dan prognosis/ keluaran setelah pasien dirawat. Biakan positif ditemukan pada 50 (54,3%) kelompok kasus bayi yang meninggal dan 167 (40,5%) pada kelompok bayi hidup. Presentasi biakan positif diketemukan lebih tinggi pada kelompok bayi yang meninggal, sebaliknya biakan yang negatif diketemukan lebih banyak pada kelompok bayi yang hidup. Tetapi apakah hasil tersebut bermakna secara statistik? Hal tersebut memerlukan penghitungan dan penelitian lebih lanjut. Bagaimanapun keluaran yang terjadi dari setiap kasus, hasil biakan positif tetap menjadi pertimbangan dan membantu dalam penentuan kebijakan antibiotik baik untuk first line antibiotic sebagai terapi empiris ataupun sebagai terapi definitif terhadap bakteria yang tumbuh berdasarkan pola resistensi secara invitro di laboratorium mikrobiologi. Pembahasan Masalah kelangsungan hidup anak adalah salah satu faktor yang sangat berperan dalam menentukan angka derajat kesehatan masyarakat. Data statistik seperti angka kelahiran dan angka kematian merupakan hal yang sangat penting sebagai tolak ukur keberhasilan. Sebagai salah satu pusat rujukan perinatologi Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita diharapkan dapat menjadi contoh panutan dalam pelayanan perinatologi. Data RSAB Harapan Kita ditemukan, jumlah kelahiran bayi periode Januari sampai dengan Desember 2004 adalah 3203 bayi. Dari jumlah tersebut 13 bayi (4,1%) meninggal di ruang transisi yang termasuk dalam kematian neonatus dini (early neonatal death = END). Kematian terjadi karena incompatible life dengan segala keterbatasan baik dari sisi berat lahir maupun kelainan yang tidak memungkinkan untuk hidup. Sepuluh bayi dengan BBL < 1500 gram, 1 bayi dengan berat badan lahir gram, dan 2 bayi > 2500 gram. Sebagian besar adalah bayi prematur, disertai kelainan genetik termasuk trisomi 13, hidrosefalus dan meningocele dengan disertai asfiksia berat. Berdasarkan klasifikasi ICD (international code of disease) X, data (END) pola penyakit penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah prematur dan BBLR 35%, asfiksia 33,6%, kelainan kongenital dan problem minum masing- Tabel 4. Distribusi bayi risiko tinggi menurut hasil biakan kuman dan outcome UPIN Intermediate Ward Berat Lahir Lahir luar Lahir dalam Lahir luar Lahir dalam M H M H M H M H (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) (+) (-) < > Total

6 masing 8,45 selanjutnya diikuti gangguan hematologik 4,9%, dan tetanus neonatal 4,2%. 8 Angka Kematian Penilaian perinatal mortality rate (PMR) di RSAB Harapan Kita dihitung berdasarkan jumlah bayi lahir yang masuk dalam kasus kematian neonatus dini (13 bayi meninggal di ruang transisisi) dan bayi yang meninggal = 7 hari (26 bayi); maka jumlah bayi meninggal 39. Jadi angka kematian perinatal di RSAB Harapan Kita adalah 12,2 (12 perseribu kelahiran hidup). Selain angka tersebut, untuk mendapatkan angka kematian bayi (NMR) di RSAB Harapan Kita; dihitung dari 35 bayi (10,9 ) yang meninggal dalam ruangan perawatan, 25 bayi dirawat diruang UPIN dan 10 bayi dirawat di ruang intermediate ward. Sebagian besar adalah berat badan lahir 71,4% (termasuk BBLSR 10 bayi dengan BBL < 1500 gram). Kondisi yang sama didapatkan dari penelitian di negara lain. Dengan demikian didapatkan angka NMR di rumah sakit ini adalah 48 (15 perseribu kelahiran hidup). Dari data tersebut menunjukkan bahwa kematian bayi di UPIN terhitung 2,5x lebih tinggi dari bayi yang dirawat di intermediate ward. Hal ini wajar mengingat kasus yang dirawat di UPIN adalah kasus dengan komplikasi dan masalah berat yang memerlukan observasi sangat ketat dibandingkan kasus yang ada di rawat di intermediate ward. Bila dibandingkan dengan angka nasional NMR 22 (Survei Demografi dan Kesehatan di Indonesia ), angka tersebut jauh lebih rendah. Hal tersebut dimungkinkan karena RSAB Harapan Kita adalah salah satu pusat rujukan bayi baru lahir dengan dilengkapi UPIN serta fasilitas yang baik, sehingga banyak kasus ibu/bayi risiko tinggi yang dirujuk ke rumah sakit ini berhasil mendapatkan pertolongan dengan baik. Ada fenomena yang menarik yang dapat diamati dalam menilai angka kematian bayi yang kita kenal dengan Fenomena 2/ 3, yakni: Kematian neonatus 2/3 dari angka kematian bayi Kematian perinatal 2/3 dari angka kematian neonatus Angka kematian bayi pada hari pertama 2/3 dari angka kematian perinatal Proporsi kematian bayi di Indonesia 2001 adalah 32% pada neonatus umur 0-7 hari (early neonatal death= END), 8-28 hari 8% (late neonatal death=lnd) dan 28 hari 11 bulan 60%. Jadi angka kematian neonatus adalah 40% dari angka kematian bayi sedangkan angka perinatal 80% dari angka kematian neonatus. Berdasarkan SKRT (survai kesehatan rumah tangga) 2001 berdasarkan ICD X secara nasional kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh prematur/lbw (low birth weight) 29,2%, asfiksia 27,0%, problem minum dan tetanus masing-masing 9,5% diikuti oleh kematian yang diakibatkan kelainan kongenital 7,3% serta gangguan hematologik 5,6%. Untuk tetanus ada hal yang patut dicermati angka melonjak dari 4,2% (END) menjadi 31,4% (LND) diikuti dengan pneumonia dan problem minum masing-masing 14,3%, sepsis, gangguan pernapasan dan gangguan hematologik masing-masing 8,6% dan prematur/lbw 5,7%. 8 Keberhasilan dalam imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil, terlihat dengan angka yang melonjak begitu bermakna (hampir 8x) berbeda dibandingkan angka kematian selepas 7 hari. Hal yang hampir mirip terjadi di Lahore (Pakistan) angka tetanus pada END 8,5% namun pada LND meningkat menjadi 28,6%. 9 Dari angka tersebut sebagai petugas kesehatan kita dapat mengamati pentingnya pertolongan dan bimbingan pasca kelahiran, sehingga angka infeksi tetanus menjadi menurun bahkan seharusnya menjadi tidak ada. Rekomendasi WHO 1990 mengenai etiologi kematian neonatal di negara berkembang, diperkirakan angka kematian neonatus 60% dari angka kematian bayi dan proporsi terbesar berhubungan dengan infeksi. Stoll , mengindikasikan tetanus, sepsis, pneumonia dan diare sebagai kategori utama dari infeksi neonatal. Terlihat tetanus tetap terhitung sebagi penyebab kematian secara global diikuti oleh sepsis. Oleh karena itu usaha elimisasi tetanus neonatorum, problem neonatal sepsis, asfiksia dan prematuritas bila dapat diatasi sampai ke tingkat terendah pelayanan kesehatan akan membawa dampak yang besar dari kelangsungan hidup bayi baru lahir. 5 Hanya sedikit data mengenai etiologi sepsis neonatal dari negara berkembang, disebabkan karena masalah fasilitas diagnostik di masyarakat serta kesenjangan dalam mekanisme pelaporan dan informasi hanya berasal dari berbagai pusat fasilitas kesehatan. Evaluasi saat ini, alasan yang berhubungan dengan perawatan neonatus di rumah sakit di berbagai pusat kesehatan di Pakistan adalah infeksi sebagai penyebab kategori diagnosis utama 53

7 22%-66%. 8 Di RSAB Harapan Kita dari 1331 bayi yang dirawat tahun 2004, 524 (39,4%) diantaranya dikaitkan erat dengan penyebab infeksi. Penyebab infeksi tersebut secara berurutan adalah infeksi bakteri Gram negatif 83,2%, Gram positif 12,0% dan kandida 4,8%. 10 Etiologi sepsis neonatal mengalami perubahan di negara barat selama lebih dari tahun. Terjadi penurunan prevalensi S. aureus dan bakteri Gram negatif digantikan dengan group B streptococcus (GBS) sebagai patogen utama dalam early onset neonatal sepsis. Bersamaan dengan itu coagulase negative Staphylococcus berkembang menjadi organisme penting penyebab infeksi nosokomial. Sebaliknya di negara berkembang agak berbeda dengan tetap munculnya kasus infeksi Gram negatif. 9 Harus lebih diwaspadai kecenderungan yang muncul pada akhir-akhir ini kejadian multi drug resistance (MDR) diantara organisme penyebab sepsis neonatal. Sementara problem seperti ini sudah dikenal dengan baik dan terjadi di UPIN negara maju, ketersediaan dan pemakaian antibitok yang luas serta kontrol infeksi yang tidak efektif akan dapat membuat situasi yang sama di negara-negara berkembang. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah memfokuskan strategi terhadap pencegahan/ preventif daripada menggunakan antibiotik yang mahal untuk mengontrol infeksi neonatal (MDR). 9 Di RSAB Harapan Kita angka kematian perinatal 12 (12 perseribu kelahiran hidup), sedangkan angka kematian neonatus 15. Perbandingan angka di rumah sakit ini (12/15) agak menyimpang dan sedikit lebih tinggi dengan angka di masyarakat karena kasuskasus yang dirawat adalah kasus risiko tinggi yang walaupun dengan pertolongan resusitasi dan fasilitas yang baik belum dapat mengubah kematian di periode perinatal (= 7 hari). Angka yang dapat ditekan dan berhasil diatasi dengan cukup baik adalah angka kematian bayi di era neonatal > 7 hari. Perlu kerjasama yang baik untuk penataan rujukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah baik untuk ibu maupun bayi risiko tinggi. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah kerjasama antar rumah sakit, komunikasi, peningkatan ketrampilan, pendidikan formal/non-formal maupun transportasi antar unit/ lembaga/departemen/area yang saling menunjang satu dengan yang lain. Di lain pihak, bila merujuk data Survei Demografi dan Kesehatan di Indonesia (data dihitung berdasarkan NMR 22/1000 kelahiran hidup): 4,608,000 bayi lahir tiap tahun, 100,454 kematian neonatus tiap tahun, 275 kematian neonatus tiap hari, 12 kematian neonatus tiap jam, dan 1 kematian neonatus tiap 5 menit Dapat dibayangkan kerja keras dari Departemen Kesehatan dan jajarannya dalam memutus penyebab kematian yang begitu tinggi. Peran serta dokter anak diharapkan dapat mengubah angka tersebut yang begitu fenomenal. Pengajaran tehnik resusitasi yang baik dan pendampingan persalinan oleh tenaga-tenaga terlatih di masyarakat maupun oleh para bidan desa diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi, angka kematian neonatus, bahkan angka kematian perinatal. Dengan pemeriksaan antenatal yang baik diharapkan dapat mendeteksi kasus risiko tinggi yang harus dirujuk ke pusat-pusat pelayanan yang berkompeten dengan berbagai macam fasilitasnya. Namun ada hal yang patut disyukuri dan menjadi perhatian, bahwa angka kematian balita, bayi dan neonatus terus menurun seperti terpapar dalam Tabel 5. Proporsi kematian neonatal menurut karateristik demografi 58,6% ada di pedesaan dan 41,4% ada di perkotaan. Menurut karateristik perawatan bayi baru lahir yang tidak berobat 72,3%, berobat di rumah sakit 8,3%, Puskesmas/klinik 5,5%, tenaga kesehatan 6,7%, dan alternatif lainnya 6,1%. Jadi terlihat Tabel 5. Angka kematian di Indonesia Angka kematian balita Angka kematian bayi Angka kematian neonatal Tahun (U5MR) (IMR) (NMR) 1000 kelahiran hidup 1000 kelahiran hidup 1000 kelahiran hidup Sumber: Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia

8 masalah yang sering terjadi dalam kesehatan neonatal yaitu 1) Sebagian besar persalinan terjadi di rumah, 2) Secara budaya dan kepercayaan neonatus tidak boleh keluar rumah sebelum berumur 40 hari, 3) Dan adanya anggapan bahwa untuk mencegah kematian neonatal memerlukan teknologi canggih. Dengan alasan semacam itulah pemerintah membuat pelayanan neonatal berjenjang, mulai dari tingkat keluarga dengan munculnya MTBM (manajemen terpadu bayi muda), pelayanan kesehatan neonatal di Puskesmas dengan PONED (Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar serta pelayanan kesehatan neonatal tingkat kabupaten dan kota PONEK). 8 Rumah sakit Harapan Kita mencoba memprakarsai terbentuknya JANETS (Jakarta Neonatal Transport System) yang tentunya memerlukan pemantauan dan koordinasi yang berkesinambungan dan menyeluruh dengan berbagai pihak yang berkompeten. Untuk melihat kinerja dari tim perinatologi/ neonatologi RSAB Harapan Kita selain angka kematian perinatal dan angka kematian neonatus, juga bisa diamati angka kematian dengan perbedaan atas dasar asal rujukan, yakni bayi lahir luar ataupun bayi lahir dalam. Kinerja tersebut diharapkan berbeda karena pendampingan persalinan oleh dokter jaga spesialis anak/neonatologist sudah dimulai sejak detik-detik awal, kemudian dokter jaga harus siap 24 jam untuk melakukan resusitasi, ditunjang sistem penataan ruangan yang memungkinkan untuk referal pasien gawat dengan cepat dan mudah. Rumah Sakit Harapan Kita sebagai salah satu pusat rujukan neonatus selain menerima rujukan pasien-pasien UPIN juga menerima rujukan pasien intermediate ward. Dilihat dari sisi rujukan dan non rujukan, jumlah kasus kematian bayi lahir diluar RSAB (77 kasus) ternyata 2,2x dari bayi bayi lahir di RSAB (35 kasus) (Tabel 1). Program Nasional dan Perawatan Bayi Keterlibatan pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam hal kelangsungan hidup bayi. Seperti diketahui perawatan bayi baru lahir yang esensial meliputi a) resusitasi neonatus pada kasus asfiksia, b) pencegahan hipotermi c) pencegahan infeksi 4) EBF=exclusive breast feeding dan e) rujukan bayi sakit. 5,11 Keberhasilan dan program tersebut harus diserasikan dengan pelayanan kesehatan ibu yakni registrasi dini kehamilan, tiga kali pemeriksaan antenatal, pemberian tetanus toxoid, suplementasi besi dan asam folat, nasehat makanan yang adekuat dan istirahat cukup, deteksi dini dan rujukan risiko tinggi, persalinan oleh tenaga terlatih, persalinan di rumah sakit untuk ibu risiko tinggi, manajemen kedaruratan obstetrik serta jarak kelahiran. Kebutuhan lain yang harus dikerjakan pada program nasional perawatan bayi dalam masyarakat diantaranya adalah 1) Operasionalisasi, pemantauan dan evaluasi perawatan bayi di fasilitas kesehatan perifer 2) Pelatihan provider berdasarkan ketrampilan 3) Pengembangan dan validasi protokol manajemen kasus bayi sakit di masyarakat, 4) Penghargaan pada petugas kesehatan desa dalam hal perawatan bayi, 5) Melibatkan tenaga tradisional terlatih untuk memperbaiki cara perawatan bayi, dan 6) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pada keluarga dan partisipasi masyarakat dalam perawatan bayi yang esensial sebagai kunci strategi untuk sukses dalam mempromosikan kesehatan neonatal di masyarakat. Di jalur institusional yang harus dilakukan adalah 1) Peningkatan fasilitas perawatan bayi dan edukasi pada tenaga medis, 2) Peningkatan ilmu neonatologi pada kurikulum kedokteran dan keperawatan, 3) promosi penelitian bayi baru lahir dan 4). Peningkatan kursus lanjut neonatologi untuk mempersiapkan dokter anak untuk berkarir dalam bidang neonatologi sebagai guru, peneliti dan klinisi. 11 Kesimpulan 1. Angka kematian bayi dengan berat lahir rendah di Unit perawatan intensif neonatal adalah 20,3% dan di intermediate ward 8,5%; sedangkan angka kematian dari bayi dengan berat lahir normal di Unit perawatan intensif neonatal 15,6% dan di intermediate ward 3,8% 2. Angka kematian untuk kelompok bayi lahir di luar RSAB (rujukan) adalah lebih tinggi dibandingkan kelompok bayi lahir di RSAB 3. Hasil dari biakan darah atau cairan tubuh lainnya sangat penting dalam menentukan antibiotik yang tepat untuk membantu peningkatan pelayanan medis dan mungkin dapat menurunkan angka kematian. 4. Diperlukan manajamen komprehensif dalam upaya menurunkan angka kematian, termasuk 55

9 keterlibatan, kewaspadaan dan partisipasi aktif masyarakat. Daftar Pustaka 1. Horng Jiang Jia. Neonatal sepsis in the neonatal intensive care unit: characteristic of early versus late onset, J. Microbiol Immunol Infect, 2004; 37: Baltimore RS, Hule SM, Meek JI, Schuchat A, O Brien KL, Early onset neonatal sepsis in the era of grup B streptococcal prevention, Pediatrics, 2001; 108: Barbara J. Stoll. Late-onset sepsis in very low birth weight neonates: The experience of the NICHD neonatal research network. Pediatrics 2002; 110: Barbara J. Stoll. The global impact of neonatal infection. Clin Perinatol 1977; 24: Vinod Kumar Paul. Newborn care in India: a promising beginning, but o long way to go, Semin Neonatol 1999; 4: Anthony M. de L Costello and Meharban Singh. Recent developments for neonatal health in developing countries, Semin Neonatol 1999; 4: Harendra de Silva DG., Perinatal in Sri Lanka; secrets of success in a low income country. Semin Neonatol, 1999; 4: Subdit Kesehatan Balita. Dep Kes. Pelayanan Kesehatan neonatal di pelayanan kesehatan dasar,, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan RI h Zulfiqar Ahmed Bhutta. Neonatal bacterial infection in developing countries: strategies for prevention Semin Neonatol 1999; 4: Siswanto EJ, Ferdy, Latre B. Micrroorganisms pattern and its sensitivity from clinical specimens in NICU and intermediate ward. Dipresentasikan pada KONIKA XIII, Bandung, MCH Division, Department of Family Welfare, Ministry of Health and Family Welfare. National Child Survival and Safe Motherhood Programme, New Delhi India

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002). Di Amerika Serikat, angka mortalitas neonatus dan bayi kulit hitam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013, 2,8 juta kematian neonatus terjadi secara global. Penurunan angka mortalitas neonatus menurun

Lebih terperinci

Infeksi neonatal merupakan salah satu penyebab

Infeksi neonatal merupakan salah satu penyebab Artikel Asli Pola Mikroorsganisme dan Sensitivitas dari Spesimen Klinik di UPIN dan Intermediate ward s Johanes Edy S*, Ferdy H*, Latre B** * Unit Perinatologi SMF Anak, RSAB Harapan Kita, Jakarta, **

Lebih terperinci

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara global, sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada neonatorum, yaitu 40 % dari kematian balita di dunia dengan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium Development Goals/MDGs

Lebih terperinci

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian (Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian 30,4% (Wilar, 2010). Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010) BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asfiksia neonatal merupakan masalah global yang berperan dalam meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Insidensi asfiksia di negara maju 1,1 2,4 kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa semua bayi baru baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya tinggal di rumah sakit, dan kematian pada bayi. 1 Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adaptasi bayi baru lahir yang baru mengalami proses kelahiran sangat perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3). Kehidupan antara intrauterine

Lebih terperinci

Efikasi terhadap penyebab kematian ibu

Efikasi terhadap penyebab kematian ibu 203 Efikasi terhadap penyebab kematian ibu Intervensi Efikasi (%) Perdarahan (ante partum) PONED 90 PONEK 95 Perdarahan (post partum) Manajemen aktif kala tiga 27 PONED 65 PONEK 95 Eklamsi/pre- eklamsi

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dengan menganut asas norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera maka tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah persalinan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi tingkat tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (2000) telah menyepakati berbagai komitmen tentang Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 termasuk di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun dalam prosesnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merumuskan delapan tujuan pembangunan, dua diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman Oleh: Dewiyana* Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: bagaimanakah pengelolaan rujukan kasus maternal di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura?.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia. Hal tersebut merupakan tanggung

Lebih terperinci

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs terdapat

Lebih terperinci

Aplikasi Pengolahan Dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Berbasis Desktop

Aplikasi Pengolahan Dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Berbasis Desktop Aplikasi Pengolahan Dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Berbasis Desktop Nanik Anita 1, Trismayanti Dwi Puspitasari 2, Claudia Putri Aisyabillah 3 Jurusan Teknologi Informasi Politeknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan kebidanan meliputi Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH Supiati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: Age, Parity, Incidence of LBW. One indicator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah Systemc Inflammation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih Lampiran 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prematuritas merupakan persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 2499 gram. Kejadiannya masih tinggi dan merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penilaian status kesehatan masyarakat adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu telah lama menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan kematian anak, termasuk di dalamnya adalah kematian anak bawah lima tahun (balita). Secara global,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamannya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dhihitung dari hari perama haid terakhir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menyebutkan angka kematian bayi di Indonesia sebesar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kematian ibu di negara berkembang pada umumnya adalah wanita hamil yang meninggal disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan untuk mendapatkan perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama komunikasi pada manusia sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health Organisation (WHO) angka kematian dan kesakitan

Lebih terperinci

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 1 LATAR BELAKANG Setiap tahun, lebih dari 10 juta anak di dunia meninggal sebelum Latar mencapai Belakang usia 5 tahun Lebih dari setengahnya akibat dari 5 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kematian Ibu 2.1.1.1 Definisi Kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari setelah akhir tanpa melihat usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal

Lebih terperinci

BUKU REGISTER PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT

BUKU REGISTER PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT BUKU REGISTER PERINATOLOGI DI RUMAH SAKIT Cetakan Keempat : ver.23 Juni 2015 No.Buku Periode Nama RS Kabupaten Petunjuk Pengisian Kolom Nama Kolom Cara Pengisian Definisi 1. No Urut Angka Nomor Urut Pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS 1 UPAYA DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN I. PENGEMBANGAN INSTITUSI 1. Klasifikasi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara fleksibel, kreatif, suportif, membimbing dan memonitoring yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penurunan angka Kematian Bayi dan Angka kematian Ibu terkait dengan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang percepatan pencapaian Millenium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan preterm (prematur) merupakan persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis yang akan dialami perempuan dalam masa reproduksi. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung

Lebih terperinci

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIK BIDAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan kejadian kematian pada neonatus. Penyebab utama kematian neonatus berhubungan secara intrinsik dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 Negara, yang bertujuan membangun manusia menjadi paradigma landasan pembangunan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses persalinan merupakan masa yang kritis sepanjang kehidupan bayi. Perubahan minimal yang terjadi sebelum atau pada saat persalinan, dapat berpengaruh

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI I. PENDAHULUAN Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Rawat inap ulang merupakan masalah kesehatan yang penting. Hal ini disebabkan karena morbiditas yang bermakna dan mempengaruhi pembiayaan kesehatan yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) dilaporkan antara 0,25 sampai 1,7%, di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau sebesar 37%, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat, dimana angka kematian bayi di Indonesia

Lebih terperinci

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah

PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK (PWS-KIA) Tarwinah Pengertian PWS KIA alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum 37 minggu usia kehamilan), dan angka ini terus meningkat. Persalinan prematur merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur antara 0 sampai 28 hari. Perawatan yang lazim diberikan pada neonatus adalah pertolongan segera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. 1 Penyebab utama yang menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan terhadap kesehatan bayi baru lahir tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan terhadap ibu hamil, pelayanan persalinan serta pelayanan kesehatan bayi tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap

Lebih terperinci

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

Sepsis neonatorum merupakan penyebab Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 8, No. Vol. 2, September 8, No. 2, 2006: September 122-2006 126 Pola Kuman, Sensitifitas Antibiotik dan Risiko Kematian oleh Kuman Staphylococcus coagulase Negatif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah penduduk yang meninggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat waktu lahir, tubuh bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi-periode

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28). 1 BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Bidan sangat berperanan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Peran tersebut mencakup pemeriksaan yang berkesinambungan yaitu asuhan pada kehamilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci