BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Gambaran Lembaga Eksekutif Pasca Reformasi. Sebagaimana dengan ajaran Trias Politica tugas badan eksekutif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Gambaran Lembaga Eksekutif Pasca Reformasi. Sebagaimana dengan ajaran Trias Politica tugas badan eksekutif"

Transkripsi

1 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Lembaga Eksekutif Pasca Reformasi 1.1. Gambaran Lembaga Eksekutif Pasca Reformasi Sebagaimana dengan ajaran Trias Politica tugas badan eksekutif merupakan peyelenggara undang-undang yang dibuat oleh badan legislatif. Di negara demokratis badan eksekutif merupakan kepala negara beserta menterimenterinya. Eksekutif dijadikan pelaku utama kekuasaan negara. Dalam sisitem Presidensil menteri-menteri merupakan pembantu Presiden dan langsung dipimpin oleh Presiden. Dalam Sistem Presidensil Presiden memperoleh mandat dari rakyat dan oleh karenanya bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam sistem ini program eksekutif sepenuhnya merupakan tanggung jawab Presiden dengan rakyat. Demikian juga pembentukan kabinet dalam sistem presidensil didasarkan sepenuhnya kepada pilihan Presiden yang umumnya dipilih berdasarkan kriteria yang profesional yang disebut kabinet keahlian 36 Sistem pemerintahan Presidensil memiliki tiga karakteristik yang mendasar yaitu : 1. Presiden dipilih langsung oleh rakayat atau melalui dewan pemilih untuk periode tertentu dengan masa jabatan yang pasti dan bertanggug jawab kepada rakyat. Presiden tidak bertanggug jawab kepada legislatif. 36 Hendarmin Ranadireksa, op cit, hal. 127

2 2. Presiden tidak dapat diberhentikan dengan mosi tidak percaya dengan alasan politik politik oleh legislatif. Presiden hanya dapat diberhentikan oleh impeachment karena telah melanggar suatu haluan negara. 3. Presiden merupakan Kepala Negara eksekutif tunggal. Presiden berada pada posisi yang kuat dan memiliki kekuasaan yang luas dalam menentukan kebijakan publik dalam batas-batas rambu undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi yang mendasari sistem politik indonesia, sistem yang digunakan dalam hal ini yaitu sistem Presidensiil. Yang di era kekuasaan pada Presiden sedemikian besar sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan kekuasaan politik itu sebahagian besar ada ditangan Presiden. Hal ini akan memberikan konskuensi yaitu melemahnya peranan parpol dan parlemen. Dalam ketentuan sistem politik Indonesia berkaitan dengan negara Indonesia yaitu negara kesatuan. Sebagai negara kesatuan sistem ketatanegaraan yang menetapkan bahwa seluruh wilayah negara tanpa kecuali merupakan kesatuan wilayah administrasi hukum. Dalam konteks Undang-Undang Dasar 1945 yang sebelum amandemen yang menganut sistem Presidensiil, untuk memahami suasana itu dapat ditandai dengan beberapa hal yaitu Presiden sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR dan DPR tidak dapat menjatuhkan Presiden. Namun ketika reformasi bergulir banyak perubahan yang dilakukan mengenai kekuasaan eksekutif yaitu melalui empat kali amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

3 1.2. Kekuasaan, Wewenang dan Tugas Presiden Kedudukan, kekuasaan, wewenang dan tugas Presiden dalam negara demokrasi modern diatur secara rinci dialam Undang-Undang Dasar. Rincian kewenangan Presiden tersebut dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan Presiden agar tidak menyimpang. Dala sistem Presidensiil, Presiden mempunyai fungsi ganda yaitu sebgai Kepala Pemerintahan dan sebagai Kepala Negara. Presiden sebagai Kepala Pemerintahan diatur dalam pasal 4 Undang- Undang Dasar 1945 baik sebelum atau sesudah amandemen. Kedudukan Presiden sebagai Kepala Negara ditemukan dalam penjelasan UUD 1945 terutama dalam Pasal 10, 11, 12, 13, 14, dan Kekuasaan Presiden Sebagai Kepala Eksekutif Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif mempunyai tugas melaksanakan undang-undang akan tetapin selain tugas melaksanakan undangundang Presiden juga memiliki berbagai kekuasaan dan wewenang dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini Suny Ismail mengemukakan bahwa kekuasaan umum ekskutif adalah berasal dari Undang-Undang Dasar yang anatara lain : a. Kekuasaan Administratif Presiden Penyelenggaraan kekuasaan eksekutif dapat dibedakan antara kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum dan pemerintahan yang bersifat khusus. Presiden sebagai kekuasaaan peyelenggaraan pemerintahan bersifat umum adalah kekuasaan menyelenggarakan administrasi negara. 37 Lihat UUD setelah amandemen.

4 Sedangkan kekuasaaan Peyelenggaraan negara yang bersifat khusus adalah penyelenggaraan tugas dan wewenang pemerintahan. b. Kekuasaan Legislatif Selain bertugas menjalankan undang-undang seorang Presiden juga memiliki wewenang dalam bidang legislatif hal ini terlihat dengan adanya Pembentukan undang-undang oleh Presiden, Penetapan Peraturan pemerintah (PP), Penetapan Peraturan undang-undang (perpu) c. Kekuasaan Yudikatif Kekuasaan Presiden bidang yudikatif merupakan kekuasaan Presiden dalam memberikan grasi, abolisi, amnesti dan rehabilitasi. Kekuasaan ini sering juga disebut dengan kekuasaan Preogratif seorang Presiden. Pasca amandemen UUD 1945 ketentuan pemberian grasi, amnesti, abolisi dan rehailitasi mengalami perubahan yang diatur dalam pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi : 1. Presiden memberi grasi amnesti dan rehabilitasi dengan memperhatikan Mahkamah Agung 2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Dengan adanya persyaratan bahwa Presiden harus memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemberian grasi, rehabilitasi, amnesti dan abolisi maka proses check and balances dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan baik

5 d. Kekuasaan Militer Sebagaimana yang tertera dalam Pasal 10 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Presiden memegang kekuasaan tertinggi terhadap Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angakatan Udara. Dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara sebagaimana ditentukan dalam pasal 11 Undang-Undang Dasar Pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 ketentuan pasal 11 dirubah menjadi tiga ayat, yakni ayat 1 yaitu Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakayat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. e. Kekuasaan Diplomatik Dalam pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan bahwa selain menguasai militer dan menyatakan perang. Seorang presiden juga diberikan kewenangan untuk membuat sebuah perjanjian internasional. Perjanjianperjanjian yang tidak mempunyai damapak terhadap APBN, politik dalam negeri dan politik luar negeri tidak perlu dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen menentukan bahwa Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan mengharuskan perubahan atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

6 1.2.2 Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Negara Setelah mengalami perubahan Undang-Undang dasar 1945 kekuasaan Presiden sebagai Kepala Negara mengalami perubhan yang diatur dalam pasalpasal berikut 38 : Pasal 10 Presiden memegang kekuasaan tertinggi terhadap angakatan darat, angkatan laut dan angakatan udara. Pasal 11 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain. Pasal 12 Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan oleh undang-undang Pasal Presiden mengangkat duta dan konsul 2. Dalam hal mengangkat duta, presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat 3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. 38 Lihat UUD 1945 setelah amandemen.

7 Pasal Presiden memberikan grasi dan rehabilitasai dengan memperhatikan pertimbangan Mahakamah Agung 2. Presiden memberi amnesti, dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 15 Presiden memberikan gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur undang-undang. Pasal 17 Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri. Kewenangan Presiden sebagai Kepala Negara yang diatur dalam pasal 16 Undang-Undang Dasar 1945 Pasca amandemen yaitu kewenangan presiden membentuk dewan perimbangn yang bertugas memberi nasihat dan masukan Tugas dan Wewenang Presiden Selanjutnya Zakaria bangun dalam bukunya sistem ketatanegaraan republik indonesia juga menjelaskan tentang tugas dan wewenang pemerintahan dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu :

8 1. Tugas dan wewenang administrasi di bidang keamanan dan ketertiban umum. Tugas utama pemerintahan adalah memelihara dan menjaga serta menegakkan ketertiban umum dan keamanan. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat dengan tegas menyebutkan bahwa tujuan Indonesia merdeka adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. a. Tugas dan wewenang menyelenggarakan tata usaha pemerintahan Tugas ketatausahaan dilaksanakan oleh Sekretaris Negara juga dilaksanakan oleh departemen- departemen dan badan-badan negara. Tugas ketatusahaan negara juga menyangkut pelayanan administrasi kepad masyarakat b. Tugas dan wewenang administrasi negara di bidang pelayanan umum Tugas dan wewenang dalam pelayanan umum sering disebut dengan public service. Pelayanan umum meliputi penyediaan rumah sakit, jalan, pendidikan, panti sosial, subsidi, dan pemberian izin bidang usaha c. Tugas dan wewenang administrasi negara dibidang peyelenggaraan kesejahteraan umum Pada alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa yang menjadi tujuan Indonesia merdeka adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pemerintah mempunyai tuga dan kewajiban untuk meningktkan kesejahteraan umum dengan menetapkan kebijakan pembangunan di bidang ekonomi.

9 Menurut ketentuan pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 maka Presiden mempunyai hak inisiatif untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk kemudian diminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat agar RUU yang diajukan presiden disahkan menjadi undang-undang. Setiap undangundang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Apabila RUU yang di ajukan Presiden tidak disetujui Dewan Perwakilan Rakyat, maka RUU tersebut gagal menjadi undang-undang. RUU tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana ditentukan dalam pasal 20 Undang-Undang Dasar Dari ketentuan pasal ini pasca amandemen mengharuskan RUU mendapat persetujuan bersama antar Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat yang menunjukkan posisi kesetaraaan antara Presiden dan Dewan Perwakilan rakyat. 2. Kewenangan Presiden dalam membuat peraturan Pemerintah Undang-undang seringkali membutuhkan peraturan pelaksanaan dalam bentuk peraturan pemerintah (PP). Kekuasaan Presiden dalam membentuk PP baik sebelum atau pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 tidak mengalami perubahan. Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1946 yang berbunyi Presiden menetapkan PP untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. PP yang di bentuk dimaksudkan sebagai peraturan menjalankan undang-undang. Materi muatan PP adalah semua materi undang-undang yang perlu di jalanakan dan diatur lebih lanjut sebagaiamana diisyaratkan undangundang.

10 Materi yang termuat dalam PP tidak dapat dipisahkan dengan materi yang termuat undang-undang. PP dalam praktik kenegaraan berisi ketentuan yang memperjelas materi yang termuat dalam undang-undang sehingga mempermudah dalam pelaksanaan undang-undang tersebut. Dalam praktek bernegara undangundang yang mensyaratkan adanya peraturan pelaksana sering tidak dapat dijalankan karena keterlambatan pembuatan PP. DPR sebagai lembaga pengawasan berhak mengingatkan Presiden untuk segera mengeluarkan PP untuk pelaksanaan undang-undang tersebut 3. Kewenangan Presiden membuat Peraturan Undang-Undang (PERPU) Kekuasaan Presiden membuat PERPU diatur dalam pasal 22 Undang- Undang Dasar Adapun isi pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945 sebelum dan pasca amandemen adalah sebagai berikut : a. Dalam hal keadaan yang genting, Presiden berhak menetapkan peraturan Pemerintah sebagai pengganti undang-undang b. Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan rakyat dalam persidangan c. Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

11 1.3 Kedudukan Presiden Setelah dilakukannya amandemen dalam tubuh Undang-Undang Dasar 1945, kedudukan seorang Presiden dalam suatu pemerintahan mengalami banyak perubahan. Menurut pasal 4 ayat 2 pasca amanedemen bahwa seorang Presiden dibantu oleh seorang Menteri dalam melakukan kewajibannya. Dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung sebagaimana yang ditentukan Pasal 6A ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen. Didalam Undang-Undang Dasar 1945 di jelaskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan program kerja yang telah disampaikan kepada rakyat. Dengan demikian seorang Presiden bertanggung jawab langsung kepada rakyat atas tugas dan kewajibannya. Oleh karenanya rakyat dapat secara langsung menilai berhasil atau tidakkah seorang Presiden berdasarkan hasil kerjanya. Selain itu dalam praktek kenegaraan Presiden biasanaya dibantu oleh menteri-menteri negara yang diwujudkan melaui pembentukan kabinet. Hal ini kemudian tertuang dalam pasal 17 Undang-Undang Dasar yang mengatakan bahwa Presiden berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri. Berdasarkan ketentuan ini, maka Presiden memiliki otoritas yang tinggi untuk menentukan siapa yang akan menduduki jabatan menteri. Dalam proses penentuan jabatan menteri biasanya bergantung pada kontribusi masing-masing paratai terhadap proses pencalon dan pemungutan suara terhadap Presiden terpilih. Oleh karenanya profesionalisme calon menteri dapat dikalahkan oleh kepentingan partai untuk memperoleh jabatan.

12 Dalam Pasal 6A dan pasal 17 ayat 2 cukup jelas dinyatakan, bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat serta menteri diangkat dan diberhentikan oleh seorang Presiden. Jika kita coba hubungkan dengan sistem pemerintahan indonesia maka sudah semestinya kita menganut sistem Presidensial agar sejalan dengan isi pasal diatas dimana sistem presidensial antara lain menyebutkan bahwa Presiden bersifat tunggal sebagai kepala negara, tidak adanya saling menjatuhkan antara DPR dan Presiden, masa jabatan bersifat tiddak pasti, tidak dapat dberhentikan kecuali melanggar suatu konstitusi, bertanggung jawab kepada rakyat serta dipilih oleh rakyat secara langsung. 1.4 Pemilihan Presiden Langsung Pengisian jabatan Presiden dan Wakil Presiden dilakukan melalui pemilihan dalam dua sistem yang berbeda. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebelum amandemen ditentukan MPR dengan suara terbanyak sebagaimana yang ditentukan pasal 6 ayat 1 (Sebelum Amandemen). Sedangkan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsug pasca amandemen UUD 1945 pada prinsipnya dipilih langsung oleh rakayat sebagaimana yang diatur dalam pasal 6A ayat (1) yang menentukan Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung oleh rakayat. Pasca amandemen Undang- Undang Dasar 1945, Indonesia menganut sistem pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat. Pemilihan presiden secara langsung adalah konskuensi logis dari sitem pemerintahan Presidensiil yang dianut oleh Indonesia. Pemilihan Presiden secara langsung mengandung makna substansial antara lain :

13 1. Penciptaan ekuilibrium (keseimbangan) legitimasi sekaligus check and balances antar lembaga legislatif dan ekskeutif 2. Pertanggungjawaban Presiden terpilih secara langsung kepada konstituen pemilihnya (direct responsible to the people) yang diharapkan mampu menciptakan kondisi yang diperlukan bagi pemrintahan yang legitimate. 3. Penyelenggaraan pemerintahan yang stabil karena kontrol dan legitimasi. 39 Selanjutnya dalam langkah pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Terhadap Presiden sesuai dengan ketentuan pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 dituliskan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden merupakan dua lembaga yang tidak dapat saling menjatuhkan. Walaupun Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana yang dituliskan oleh Undang-Undang Dasar Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengambil keputusan sendiri dalam menjatuhkan seorang Presiden melainkan mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi untuk mengadili, memriksa dan memutuskan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karenanya kekuasaan tertinggi negara balik lagi kepada konstitusi diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. 39 Leo agustino, Pemilihan Presiden secara langsung untuk Indonesia, Analisis CSIS. Tahun XXXI/2003, No.2, Hal. 248

14 2.Lembaga Legislatif Pasca Reformasi 2.1 Sejarah Berkembangnya Lembaga Legislatif di Indonesia Dalam perkembangan lembaga legislatif di Indonesia, Parlemen telah menjadi instrumen penting dalam penyelenggarann demokrasi dan merupakan pengejawatan prinsip kedaulatan rakyat dalam bentuk perwakilan. konsep demokrasi ini menempatkan partisipasi sebagai intinya, yang berarti menghendaki ikut sertanya masyarakat dalam pembuatan kebijakan dalam pemerinthan. Pembuatan kebijakan hukum merupakan tindakan politik sehingga dalam proses Rencana Undang-Undang terjadi tiga proses pelaksanaan fungsi sistem politik yaitu fungsi input, fungsi pengolahan dan fungsi output. Oleh karena itu, dinamika dalam parlemen sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan kekuatan-kekuatan politik yang bersaing di dalamnya. Sejarah terbentuknya lembaga legislatif sendiri di awali ketika masa penjajahan Belanda, yang dinamakan Volksraad pada tahun 1918 dibentuk sebagai dampak dari gerakan nasional serta perubuhan yang mendasar di seluruh dunia dengan selesainya Perang Dunia I ( ). Pada awalnya Jumlah anggotavolksraad sendiri berjumlah 38 orang, ditambah seorang ketua dari seorang belanda yang ditunjuk oleh pemerintah Indonesia kemudian pada tahun 1931 mengalami perubahan dengan mayoritas anggota pribumi yang berjumlah 60 orang dimana Fraksi nasional pimpinan Husni Thamrin. Volksraad sebagai jalan untuk mencapai cita-cita Indonesia merdeka. Sesuai dengan perkembanan politik di Indonesia perubahan sedikit demi sedikit terjadi di lembaga ini. Perubahan yang signifikan terjadi pada saat aturan pokok kolonial Belanda di Indonesia yaitu

15 RR (Regeling Reglement) menjadi IS (indische Staatsregeling). Perubahan ini membawa pengaruh pada komposisi dan tugas-tugas Volksraad. 40 Pada periode sistem politik demokrasi parlementer ( ) terdapat beberapa badan legislatif yang secara bergantian melaksanakan tugasnya. Pertama adalah (16 Oktober 1945 sampai dengan 15 Februari 1950) yaitu pada waktu Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berkarya sejak awal kemerdekaan sampai dengan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan senat Republik Indonesia Serikat. Sejak tanggal 16 Oktober 1945, terjadi perubahan mendesak dalam kedudukannya KNIP. Dalam sidang KNIP 15 Oktober 1945 diusulkan agar tugas dan keudukan KNIP, usulan tersebut ternyata direspon oleh pemerintah dan wakil persiden dalam hal ini Moh. Hatta mengeluarkan sebuah Maklumat Pemerintah No. X tanggal 16 Oktober Dan salah satu butir maklumat tersebut berbunyi sebelum terbentuk MPR, DPR dan DPA maka KNIP diserahi tugas atau kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN. Pada masa pemerintahan Soeharto diadakan sebuah pemilu dimana komposisi terdiri dari tujuh partai politik yang terdiri dari Partai Katolik, Partai Syarikat Islam Indonesia, Partai Nahdatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Nasionalis Indonesia, Partai Islam Perti dan Golongan Karya. Setelah pemilu 1971 sampai dngan pemilu 1997 hanya diikuti oleh dua partai politik dan Golongan karya. Adapun rincian anggota DPR berdasarkan hasil pemilu pada tahun 1971 dapat dilihat melalui tabel 2.1 dibawah ini. 40 AM Fatwa, Menjalankan Reformasi Membangun Kembali Demokrasi (Jejak Langkah Perlemen Di Indonesia Periode ), hal.6-7

16 Tabel 2.1 Komposisi Anggota DPR pada masa pemerintahan Orde Baru ( Pemilu 1971) Nama Partai Politik Jumlah Wakil Di DPR Partai Golongan Karya Pembangunan 227 melalui Pemilihan Umum, 25 diangkat, dan 9 anggota mewakili Irian Jaya Partai Nadhatul Ulama Partai Muslim Indonesia Partai Nasional Indonesia Partai Syarikat Islam Indonesia Partai Kristen Indonesia Partai Katolik Partai Islam Perti 58 anggota 24 anggota 20 anggota 10 anggota 7 anggota 3 anggota 2 anggota Fraksi ABRI 75 anggota ( seluruhnya diangkat) Sumber : Diolah dari Meriam Budiharjo, Dasar- dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008 hal 338 Setelah pemilu 1971, pelaksanaan pemilu secara periodik dan teratur mulai terlaksana. Pemilu III diselenggarakan 6 tahun setelah pemilu 1971 yakni tahun 1977 setelah itu pemilu selalu terjadwal sekali dalam lima tahun. namun perbedaannya dengan pemilu-pemilu sebelumnya adalah bahwa sejak pemilu 1977 pesertanya jauh lebih sedikit, dua partai politik dan satu golongan karya. Ini terjadi setelah pemerintahan dan DPR berusaha menyederhanakan jumlah Partai Politik dengan membuat UU No. 3 Tahun Dari beberapa kali pelaksanaan pemilu di Indonesia sejak (1971, 1977, 1982, 1992) ada semacam fluktuasi,

17 pergeseran dan perubahan terutama sejak tahun an meskipun tidak kentara dalam sistem politiknya sendiri. Adapun periodesisasi sejarah perlemen Indonesia dapat dilihat dalam tabel yang terdapat dibawah ini. Tabel 2.1 Periode Sejarah Parlemen di Indonesia Periode Nama Parlemen Jumlah Masa Tugas Anggota Pra Kemerdekaan Volksraad Kemerdekaan 1. Komite Nasional Pusat 60 29/08/ /10/1945 Pasca Kemerdekaan 2. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) 1.DPR dan Senat RIS /10/ /12/ /02/ /08/1950 Pemilu I 2.DPR Sementara 16/08/ /03/ DPR RI terdiri 272 (DPR) dari DPR dan /03/1956- Konstiuante (Konstituante) 22/07/ DPR (Dekrit Presiden) 3. DPR Gotong Royong /07/ / /06/ /11/ DPR Gotong Royong minus PKI (Semua Diangkat) 15/11/ /11/ DPR Gotong Royong (Orde baru) /11/ /10/1971

18 Pemilu II (1971) DPR RI 360 dipilih+100 diangkat 28/ /09/1977 Pemilu III (1977) DPR RI Diangkat 1/10/ /09/1982 Pemilu IV (1982) DPR RI Diangkat 1/10/ /09/1987 Pemilu V (1987) DPR RI Diangkat 1/10/ /09/1992 Pemilu VI (1992) DPR RI Dipilih 1/10/ /09/1997 Pemilu VII (1997) DPR RI Diangkat 1/10/ /09/1999 Pemilu VIII (1999) Pemilu IX (2004) Pemilu X (2009) DPR RI DPR RI DPR RI 462 dipilih+38 diangkat 550 dipilih 550 dipilih 10/ /09/2004 1/10/ /10/ Sumber : Diolah dari A.M.Fatwa, Melanjutkan Reformasi Membangun Demokrasi, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2004 Hal. 5 Setelah reformasi maka sususunan dan kedudukan legislatif diatur dengan undang-undang. Anggota MRP dan DPR perode merupakan produk reformasi yang mayoritas anggotanya dipilih melalui pemilihan umu. Susunan MPR dan DPR sudah mulai mencerminkan prinsip kedaulatan rakyat walupun belum sepenuhnya karena masih ada ang melalui pengangkatan. Ketentuan Pasal 19 ayat 1 dan 2 mengharuskan rektrutmen anggota DPR harus melalui pemilihan umum.

19 2.2. Fungsi, Tugas dan Wewenang DPR Dalam menjalankan fungsinya Tugas dan wewenang banyak diatur dalam pasal 5 ayat (1) UUD Dimana pasalnya menjelaskan bahwa presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang berada di tangan presiden. Dari rumusan pasal ini berarti RUU berasal dari presiden. Dan wewenang DPR adalah membahas secara bersama-sama RUU yang diajukan oleh presiden kemudian memberi pendapat berupa penolakan atau persetujuan terhadap RUU untuk disahkan untuk menjadi undang-undang. DPR juga berhak mengajukan RUU dan kemudian dibahas dan disahkan secara bersama-sama dengan presiden. Pasal 21 UUD 1945 ini dikenal sebagai hak inisiatif DPR. Tugas dan wewenang DPR dalam bidang anggaran diatur dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi anggaran pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Bidang anggaran ini merupakan tugas dan wewenang DPR dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tugas dan wewenag DPR secara lebih rinci diatur dalam pasal 33 ayat (2) No.4 tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD yang menentukan tugas dan wewenang DPR sebagai berikut : Bersama-sama dengan presiden membentuk undang-undang 2. Bersama-sama dengan presiden menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara. 3. Melaksanakan pengawasan terhadap : 41 Lihat UUD 1945 setelah amandemen 42 Zakaria Bangun, Sistem Ketatanegaraan RI Pascaamandemen UUD 1945, Medan:Penerbit Media Perintis, 2007, hal

20 a. Pelaksanaan undang-undang b. Pelaksanaan APBN c. Kebijakan Pemerintah sesuai denga jiwa UUD 1945 dan Ketetapan MRP 4. Membahas hasil pemeriksaan atas pertanggung jawaban keuangan negara yang diberitahukan oleh BPK yang disampaikan dalam Rapat Paripurna DPR untuk mempergunakan sebagai bahan pengawasan. 5. Membahas untuk meratifikasi dan atau memberi persetujuan atas pertnyataan perang serta pembuatan perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh presiden. 6. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat 7. Melaksanakan hal-hal yang ditugaskan oleh Ketetapan MPR atau undang undang kepada DPR ang meliputi : a. Menyampaikan memorandum untuk mengingatkan presiden apabila DPR menganggap presiden melanggar haluan negara dan meminta MPR mengadakan sidang istimewa apabila memorandum kedua tidak diindahkan. b. Memberikan persetujuan kepada presiden tentang pengangkatan dan pemberhentian Kapolri dan Panglima TNI c. Mengajukan dua orang calon kepada Presiden untuk mengisi jabatan Ketua, Wakil Ketua dan ketua muda dan hakim anggota MA d. Mengajukan tiga orang calon kepada Presiden untuk mengisi setiap lowongan jabatan ketua, wakil ketua dan anggota BPK

21 e. Memberikan persetujuan kepada pengusulan Gubernur dan deputi gubernur senior BI serta pengangkatannya f. Memilih dan mengajukan anggota Komisi Nasional HAM untuk diresmikan oleh Presiden g. Memberikan persetujuan kepada Presiden tentang pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Persaingan Pengawas Usaha h. Memberikan persetujuan kepada Presiden tentang pengangkatan anggota KPU Selain itu dalam pasal 28 UU No. 22 tahun 2003 mengatur pelaksanaan tugas dan wewenang DPR antara lain 43 : Mengajukan rancangan undang-undang Mengajukan pertanyaan Menyampaikan usul dan pendapat Memilih dan dipilih Membela diri Imunitas Protokoler Keuangan dan administrasi Adanya reformasi melalui amandemen Undang-undang Dasar 1945 telah mendorong pergeseran kekuasaan legislasi yang selama orde baru ditangan 43 H.subandi al Marsudi, Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi, Jakarta : PT Raja Grafindo 2004 hal. 57

22 eksekutif menjadi kembali ketangan eksekutif. Hal ini tentunya telah menjadikan lembaga negara ini kembali dalam fungsi aslinya sebagaimana yang diajarkan dalam Trias Politica.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah

BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Sistem Pemerintahan Indonesia Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah dipilih sebagai bentuk pemerintahan,

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) A. Pengertian Politik POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian

Lebih terperinci

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA!

JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA! JANGAN DIBACA! MATERI BERBAHAYA! MATERI KHUSUS MENDALAM TATA NEGARA Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia Menurut Uud 1945 Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak

Lebih terperinci

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017

Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Herlambang P. Wiratraman 2017 Presiden dan Wakil Presiden dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia Herlambang P. Wiratraman 2017 Pokok Bahasan Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Wewenang Presiden dan Wakil Presiden Kedudukan

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial

Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial Lembaga Kepresidenan dalam Sistem Presidensial R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 11 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Wewenang Presiden

Lebih terperinci

DPR Sebagai Pembuat Undang Undang

DPR Sebagai Pembuat Undang Undang UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG FAKULTAS HUKUM TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM DPR Sebagai Pembuat Undang Undang Oleh : Eman Sulaeman Putri Ellyza Setianingsih Sujono NPM 1141173300012 NPM 1141173300132

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN DAN PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA. Matakuliah : PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS ANALISIS UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN DAN PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA. Matakuliah : PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS ANALISIS UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN DAN PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA Matakuliah : PENDIDIKAN PANCASILA Dosen : SellyRahmawati, M.Pd. Disusun oleh : AnisaKhafida (207) RizkiUtami (210)

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA

KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA HERLAMBANG P. WIRATRAMAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SISTEM KETATANEGARAAN 2017 POIN DISKUSI Memahami teori kekuasaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam suatu negara harus memiliki hubungan antara lembaga negara yang satu dengan lembaga negara yang lainnya agar negara yang dipimpin dapat berjalan dengan baik.

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen

ara urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen V Lembaga-lemba a-lembaga a Negar ara Menur urut ut UUD 1945 Hasil Amandemen Gambar 5.1 Kegiatan DPR Sumber: www.dpr.go.id Kamu barangkali sering melihat kegiatan sebagaimana gambar di atas. Mungkin kamu

Lebih terperinci

Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif

Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif Eksekutif Dinegara demokratis biasanya terdiri atas negara beserta menteri-menterinya. Secara lebih luas badan eksekutif juga mencakup PNS dan militer. Anggota lembaga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB II TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KEKUASAAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF DI INDONESIA

BAB II TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KEKUASAAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF DI INDONESIA BAB II TUGAS DAN WEWENANG LEMBAGA KEKUASAAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF DI INDONESIA 2.1 Lembaga Kekuasaan di Indonesia Dalam sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia, lembaga kekuasaan negara

Lebih terperinci

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y.

Tugas Lembaga PKN. Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y. Tugas Lembaga PKN Disusun oleh: Rafi A. Naufal R. Raden M. Adrian Y. Nilai Paraf A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang benar! 1. Salah satu contoh lembaga legislatif adalah.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

Program Sasaran

Program Sasaran 1. Penguatan Lembaga Legislastif (DPR) Pasca-Amandemen UUD 1945 a. Fungsi: DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**]. b. Hak: DPR mempunyai hak interpelasi,

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

Dasar Pemikiran Perubahan. Sebelum Perubahan. Tuntutan Reformasi. Tujuan Perubahan. Kesepakatan Dasar. Dasar Yuridis. Hasil Perubahan.

Dasar Pemikiran Perubahan. Sebelum Perubahan. Tuntutan Reformasi. Tujuan Perubahan. Kesepakatan Dasar. Dasar Yuridis. Hasil Perubahan. 1 PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan Dasar Pemikiran Perubahan Tujuan Perubahan Amandemen UUD 1945 Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI Penegakan

Lebih terperinci

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan TRIAS POLITICA DI INDONESIA, ANTARA SEPARATION OF POWER DENGAN DISTRIBUTION OF POWER, MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen

Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Dalam perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi memasuki abad 21, hukum di Indonesia mengalami perubahan

Lebih terperinci

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :)

Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Soal LCC 4 Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara :) Berikut ini adalah contoh soal tematik Lomba cerdas cermat 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Ayoo siapa yang nanti bakalan ikut LCC 4 Pilar

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANGKUMAN KN KEDAULATAN ARTI : KEKUASAAN TERTINGGI

RANGKUMAN KN KEDAULATAN ARTI : KEKUASAAN TERTINGGI RANGKUMAN KN KEDAULATAN ARTI : KEKUASAAN TERTINGGI SUPREMUS Tertinggi DAULAT Tertinggi Kekuasaan tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia. KEDALAM Mengatur

Lebih terperinci

MPR sebelum amandemen :

MPR sebelum amandemen : Dalam UUD 1945, tidak dirinci secara tegas bagai mana pembentukan awal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penelusuran sejarah mengenai cikal-bakal terbentuknya majelis menjadi sangat penting dilakukan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1. B. Rumusan Masalah...7. C. Tujuan Penelitian...8. D. Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1. B. Rumusan Masalah...7. C. Tujuan Penelitian...8. D. Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xi INTISARI...xii ABSTRACT...xiii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e )

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e ) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 13 & 14 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA PENDAHULUAN PENDAHULUAN PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 1 Tuntutan Reformasi Sebelum

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

LEMBAGA NEGARA DALAM PERSPEKTIF AMANDEMEN UUD 1945 H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

LEMBAGA NEGARA DALAM PERSPEKTIF AMANDEMEN UUD 1945 H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI LEMBAGA NEGARA DALAM PERSPEKTIF AMANDEMEN UUD 1945 H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI LATAR BELAKANG MASALAH SEBELUM AMANDEMEN Substansial (regulasi) Struktural Cultural (KKN) Krisis Pemerintahan FAKTOR YANG

Lebih terperinci

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF

EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF EKSEKUTIF, LEGISLATIF, DAN YUDIKATIF HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA - B Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H. BADAN EKSEKUTIF PENGERTIAN Badan pelaksana UU yang dibuat oleh badan legislatif bersama dengan Pemerintah

Lebih terperinci

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 1 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

Lebih terperinci

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : TATA TERTIB DPR 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : 1. Dewan Perwakilan Rakyat, selanjutnya disingkat DPR, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman. Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit ( 3 x pertemuan )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman. Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit ( 3 x pertemuan ) lampiran Lampiran 1.1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan : SMP NEGERI 1 Prambanan, Sleman : Pendidikan Kewarganegaraan : VIII/2 : V Alokasi Waktu : 6

Lebih terperinci

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BAHAN TAYANGAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BAHAN TAYANGAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ------------ BAHAN TAYANGAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI TAHUN 2012 PENDAHULUAN w w w.m pr.g o.

Lebih terperinci

Struktur Pemerintahan. Kedudukan, fungsi, dan kewenagan lembaga-lembaga negara. UUD 1945 dan amandemennya

Struktur Pemerintahan. Kedudukan, fungsi, dan kewenagan lembaga-lembaga negara. UUD 1945 dan amandemennya STRUKTUR PEMERINTAHAN (Pengantar H.T.N) ÉÄx{M Kedudukan, fungsi, dan kewenagan lembaga-lembaga negara UUD 1945 dan amandemennya Pra Amandemen MPR PRESIDEN DPA DPR BPK MA Pasca Amandemen MPR PRESIDEN DPR

Lebih terperinci

BAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

BAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT 1 BAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai profil lembaga perwakilan rakyat sejak orde lama, orde baru, hingga saat ini. Bagaimana perkembangan lembaga perwakilan rakyat

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 1 ALINEA KE IV PEMBUKAAN UUD 1945 MEMUAT : TUJUAN NEGARA, KETENTUAN UUD NEGARA, BENTUK NEGARA, DASAR FILSAFAT NEGARA. OLEH KARENA ITU MAKA SELURUH

Lebih terperinci

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hak Recall Recall merupakan kata yang diambil dari bahasa Inggris, yang terdiri dari kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil, sehingga jika diartikan

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan

Lebih terperinci

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LEMBAGA KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LEMBAGA KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LEMBAGA KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa Presiden sebagai Penyelenggara Pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan

UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA Pembukaan UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945 Pembukaan Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 Oleh : Masriyani ABSTRAK Sebelum amandemen UUD 1945 kewenangan Presiden selaku kepala Negara dan kepala pemerintahan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia LEMBAGA LEMBAGA NEGARA Republik Indonesia 1. Sumbernya a. Berdasarkan UUD (Constitutionally entrusted powers) b. Berdasarkan UU (Legislatively entrusted powers) 2. fungsinya a. lembaga yang utama atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia

Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia Pengaruh Pembatasan Kekuasaan Presiden Terhadap Praktik Ketatanegaraan Indonesia Chrisdianto Eko Purnomo 278 Abstract This research effort to search the contents president power restriction in achieving

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945

TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945 BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945 Tujuan pokok dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah : 1 1. Melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945 Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945 Oleh: Jamal Wiwoho Disampaikan dalam Acara Lokakarya dengan tema Penyelenggaraan Sidang Tahunan MPR : Evaluasi Terhadap Akuntablitas Publik Kinerja Lembaga-Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang 12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUDNRI 1945) pada Pasal 1 Ayat (2) mengamanatkan bahwa kedaulatan

Lebih terperinci

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA bpk.go.id Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan pimpinan lembaga negara di Majelis Permusyawaratan Rakyat

Lebih terperinci

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O Politik Nasional Indonesia Indonesia merupakan negara republik presidensil yang multipartai demokratis Politik nasional merupakan kebijakan menggunakan potensi nasional

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD Oleh : Frits Marannu Dapu 2

Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014. SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD Oleh : Frits Marannu Dapu 2 SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945 1 Oleh : Frits Marannu Dapu 2 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang Undang-undang Dasar 1945 telah mengalami empat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/2004-2005 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka pada bab ini akan membahas tentang sejarah pada awal kemerdekaan sampai masa kini dan hubungannya dengan keberadaan DPR dan juga pendapat ahli hukum tentang DPR.

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014 Herlambang P. Wiratraman Unair - 2016 DPD update..! Apa isu hukum atas perdebatan ricuhnya? Mengapa? dan bagaimana ditinjau dari sudut hukum

Lebih terperinci

Hubungan antara MPR dan Presiden

Hubungan antara MPR dan Presiden Hubungan antara MPR dan Presiden Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan suatu badan yang memegang kekuasaan tinggi sebagai wakil rakyat disamping DPR dan Presiden. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD 68 BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD A. Analisis tentang Konsep Syura dalam Islam atas Pelaksanaan Demokrasi Konstitusional

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD I. PEMOHON Gerakan Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (GN-PK), dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci