Kedaulatan Permanen atas Sumber Daya Alam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kedaulatan Permanen atas Sumber Daya Alam"

Transkripsi

1 Kedaulatan Permanen atas Sumber Daya Alam Diadopsi oleh Resolusi Majelis Umum 1803(XVII), 14 Desember 1962 Majelis Umum, Mengingat Resolusi 523(Vl) 12 Januari 1952 dan 626(VII), 21 Desember 1952, Memperhatikan resolusi 1314 (XIII) 12 Desember 1958, di mana Majelis membentuk Komisi mengenai Kedaulatan Permanen atas Sumber Daya Alam dan memerintahkan kepadanya untuk melakukan survei sepenuhnya mengenai status kedau1atan permanen atas kekayaan dan sumber daya-sumber daya a1am sebagai unsur pokok hak-hak penentuan nasib sendiri, dengan rekomendasi-rekomendasi, apabi1a per1u, untuk penguatannya, dan memutuskan lebih lanjut bahwa, dalam me1akukan survei penuh mengenai status kedaulatan permanen dari bangsa-bangsa dan negara-negara atas kekayaan dan sumber daya-sumber daya alam mereka, perhatian semestinya harus diberikan pada segala hak dan kewajiban Ncgara menurut hukum internasional dan pentingnya mendorong kerja sama internasional dalam pembangunan ekonomi negara-negara sedang berkembang, lvfemperhatikan resolusi 1515 (XV) 15 Desember 1960, di mana Majelis merekomendasikan bahwa hak kcdaulatan setiap Negara untuk mengatur kekayaan dan sumber daya alamnya harus dihormati, Mempertimbangkan bahwa setiap tindakan dalam hal ini didasarkan pada pengakuan terhadap hak yang tidak dapat dipisahkan dari semua Negara untuk secara behas mengatur kckayaan dan sumber daya alam mereka sesuai dengan kepentingan nasional mereka dan ata penghormatan terhadap kemerdekaan ekonomi Negara, Mempertimbangkan bahwa tidak ada satu pun dalam ketentuan ayat 4 di bawah ini dengan cara apapun mengurangi posisi setiap Negara Anggota pada setiap aspek dari masalah segala hak dan kewajiban para Negara dan Pemerintah pengganti yang berkaitan dengan harta kekayaan yang diperoleh sebelum pencapaian pada kedaulatan sempurna dari negara negara yang semula di bawah pemerintahan kolonial, Mencatat bahwa subyek suksesi Negara dan Pemerintah sedang diperiksa sebagai persoalan prioritas oleh Komisi Hukum Internasional, Mempertimbangkan bahwa keinginan meningkatkan kerja sama internasional bagi pembangunan ekonomi negara-negara sedang berkembang dan bahwa persetujuan persetujuan ekonomi dan keuangan antara negara-negara maju dan negara-negara sedang berkembang harus didasarkan pada asas-asas persamaan dan hak bangsa dan negara atas penentuan nasib sendiri, Mempertimbangkan bahwa pengakuan mengenai bantuan ekonomi dan teknik, pinjaman dan penanaman modal asing yang meningkat harus tidak tunduk pada syarat-syarat yang bertentangan dengan kepentingan-kepentingan Negara penerima, Mempertimbangkan berbagai manfaat yang diperoleh dari pertukaran informasi teknik dan ilmu pengetahuan, mungkin sekali untuk meningkatkan pembangunan dan penggunaan kekayaan dan sumber daya alam tersebut, dan bagian penting di mana Perserikatan Bangsa Bangsa dan organisasi-organisasi internasional yang lain diminta untuk berperan dalam hubungan tersebut, Menganggap sangat penting pada masalah peningkatan pengembangan ekonomi negara negara sedang berkembang dan menjamin kemerdekaan ekonomi mereka, Mencatat bahwa mewujudkan dan memperkuat kedaulatan yang tidak dapat dipisahkan dari para Negara atas kekayaan dan sumber daya alam mereka memperkuat kemerdekaan ekonomi mereka,

2 Menginginkan bahwa harus terdapat pertimbangan lebih jauh oleh Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai pokok kedaulatan pcrmanen atas sumber daya alam dalam semangat kerja sama internasional di bidang pengembangan ekonomi, terutama pembangunan negara negara sedang berkembang, Menyatakan bahwa: 1. Hak bangsa dan negara atas kedaulatan permanen pada kekayaan dan sumber daya alam mereka harus dilaksanakan demi kepentingan pembangunan nasional mcreka dan demi kesejahteraan penduduk negara yang bersangkutan. 2. Eksplorasi. pembangunan dan pengaturan sumber daya dan juga impor modal asing yang dibutuhkan untuk tujuan-tujuan ini, harus sesuai dengan peraturan-peraturan dan syarat-syarat di mana bangsa-bangsa dan negara-negara dengan bcbas menganggap diperlukan atau diinginkan mengenai pembcrian izin, pembatasan atau pelarangan aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan. 3. Dalam hal-hal apabila pemberian izin diberikan, modal yang diimpor dan penghasilanpenghasilan pada modal itu harus diatur dengan syarat-syarat mengenainya, dengan pcrundangundangan nasional yang berlaku, dan dengan hukum internasional. Kcuntungan-keuntungan yang diperoleh harus dibagi-bagi dalam proporsi-proporsi yang disepakati secara bebas, dalam tiap-tiap kasus, antara para penanam modal dan Negara pencrima, perhatian yang semestinya diambil untuk menjamin bahwa tidak ada perusakan, karena alasan apapun, terhadap kedaulatan Negara atas kekayaan dan sumber daya-sumber daya alamnya. 4. Nasionalisasi, pcrampasan atau pengambilalihan harus didasarkan pada Jatar belakang atau alasanalasan utilitas umum, kcamanan atau kepentingan nasional yang diakui sebagai di atas kepentingan-kepentingan murni individu atau pribadi, baik domestik maupun asing. Dalam kasuskasus tersebut kepada pemilik harus dibayarkan,kompensasi yang layak sesuai dengan peraturanperaturan yang berlaku di Negara yang mengambil tindakan-tindakan tersebut dalam melaksanakan kedaulatannya dan sesuai dengan hukum intcrnasional. Dalam kasus apapun apabila masalah kompensasi menimbulkan silang pcmlapat, yurisdiksi nasional Negara yang mengambil tindakan-tindakan tersebut harus digunakan secara maksimal mungkin. Namun demikian, atas dasar persetujuan para Negara yang berdaulat dan pihak lainnya yang bersangkutan, maka penyelesaian persel isihan harus dilakukan melalui arbitrase atau pengadilan internasional. S. Pelaksanaan kedaulatan bangsa dan negara yang be bas dan bermanfaat atas sumber daya alam mereka harus dimajukan dengan saling menghormati para Negara yang didasarkan pada persamaan kedaulatan mereka. 6. Kerja sama internasional untuk pengembangan ekonomi negara-negara sedang berkembang, apakah dalam bentuk penanaman modal umum atau swasta, pertukaran barang dan pelayanan, bantuan teknik, atau pertukaran informasi ilmu pengetahuan, harus sedemikian rupa untuk memajukan pembangunan nasional mereka yang mandiri, dan harus didasarkan atas penghormatan terhadap kedaulatan mereka atas kekayaan dan sumber daya alam mereka. 7. Pelanggaran terhadap hak -hak bang sa dan negara atas kedaulatan pada kekayaan dan sumber daya alam mereka adalah bertentangan dengan jiwa dan asas-asas Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa dan menghalangi pengembangan kerja sama internasional dan pemeliharaan perdamaian.

3 X. Pcrsetujuan-persetujuan penanaman modal asing yang dengan bebas dibuat oleh atau di antara para Negara berdaulat harus ditaati dengan itikad baik; para Negara dan organisasi internasional harus sepenuhnya dan dengan kesadaran menghormati kedaulatan bangsa dan negara atas kekayaan dan sumber daya alam

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 40 TAHUN 1996 (40/1996) Tanggal : 17 JUNI 1996 (JAKARTA)

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN

Lebih terperinci

KONVENSI TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN

KONVENSI TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN KONVENSI TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN Negara-negara peserta pada Konvensi yang sekarang lni, Memperhatikan bahwa Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa menguatkan lagi keyakinan

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA Diadopsi pada 20 Desember 2006 oleh Resolusi Majelis Umum PBB A/RES/61/177 Mukadimah Negara-negara

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Karyawan PT Jurnalindo Aksara Grafika, dengan penuh kesadaran, ikhlas serta didorong oleh semangat berkoperasi

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA E/CN.4/2005/WG.22/WP.1/REV.4 23 September 2005 (Diterjemahkan dari Bahasa Inggris. Naskah Asli dalam Bahasa Prancis) KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN. (Preambule)

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN. (Preambule) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,

Lebih terperinci

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 SALINAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus

Lebih terperinci

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA 2003-2006 ANGGARAN DASAR MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e)

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa

Lebih terperinci

International Labour Organization. Hak Atas Pekerjaan yang Layak. bagi Penyandang. Disabilitas

International Labour Organization. Hak Atas Pekerjaan yang Layak. bagi Penyandang. Disabilitas International Labour Organization Hak Atas Pekerjaan yang Layak bagi Penyandang Disabilitas International Labour Organization Hak Atas Pekerjaan yang Layak bagi Penyandang Disabilitas Hak Pekerjaan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa manusia, sebagai mahluk ciptaan Tuhan

Lebih terperinci

REPUBLIK DEMOKRATIS TIMOR LESTE

REPUBLIK DEMOKRATIS TIMOR LESTE TERJEMAHAN TIDAK RESMI UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK DEMOKRATIS TIMOR LESTE 22 MARET 2002 MAJELIS KONSTITUANTE TIMOR LESTE FINAL DAFTAR ISI Mukadimah BAGIAN I ASAS-ASAS DASAR Pasal-Pasal 1. Republik 2.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 (yang dipadukan dengan Perubahan I, II, III & IV) PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM KOVENAN INTERNASIONAL

KOMENTAR UMUM KOVENAN INTERNASIONAL KOMENTAR UMUM KOVENAN INTERNASIONAL HAK SIPIL DAN POLITIK HAK EKONOMI SOSIAL DAN BUDAYA KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA KOMENTAR UMUM KOVENAN INTERNASIONAL HAK SIPIL DAN POLITIK HAK EKONOMI SOSIAL DAN

Lebih terperinci

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial K102 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial 1 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial Copyright Organisasi Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

PEMBUKAAN (PREAMBULE)

PEMBUKAAN (PREAMBULE) PEMBUKAAN (PREAMBULE) Kami para wakil industri pariwisata dunia, para delegasi negara-negara, wilayah, perusahaan, lembaga-lembaga dari badan-badan, anggota dari Organisasi Pariwisata Dunia, yang bersidang

Lebih terperinci

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

UUD HAM NO. 39 TAHUN 1999 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UUD HAM NO. 39 TAHUN 1999 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 UUD HAM NO. 39 TAHUN 1999 BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci