Juni Tangguh berkat reformasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Juni Tangguh berkat reformasi"

Transkripsi

1 Tangguh berkat reformasi

2 PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Tangguh berkat reformasi

3

4 Kata pengantar Perkembangan Triwulanan (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Diop, Lead Economist, dan Hans Beck, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Elitza Mileva, Country Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri dari Magda Adriani, Arsianti, Masyita Crystallin, Indira Maulani Hapsari, Ahya Ihsan, Taufik Indrakesuma, Yue Man Lee, Dhruv Sharma, Violeta Vulovic, dan Kelly Wyett. Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Jerry Kurniawan, GB Surya Ningnagara, Kurniasih Suditomo, Nugroho Sunjoyo, dan Suryo Utomo Tomi, dibawah bimbingan Dini Sari Djalal. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Christopher Juan Costain dan Tatiana Nenova (Bagian B.1, Tingginya bunga pinjaman), Babatunde Abidoye, Massimiliano Cali, dan Stephen Marks (Pomona College) (Bagian B.2, Perlindungan perdagangam dan harga domestik), Ndiame Diop dan Fitria Fitrani (Bagian C.1, Menghidupkan daya saing industri manufaktur), Taufik Indrakesuma dan Matthew Wai-Poi (Bagian C.2, Kebijakan fiskal dan ketimpangan). Laporan ini juga mendapat masukan yang penting dari Nathaniel Adams, Sarah Moyer, Shudhir Shetty, Nikola L. Spatafora, Amanda Apsden dan Nikhilesh Bhattacharya (Australia Department of Foreign Affairs and Trade), Ben Bingham (IMF), David Nellor (Australia Indonesia Partnership for Economic Governance). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Semua foto merupakan Hak Cipta Bank Dunia, kecuali Bagian B, yang merupakan Hak Cipta Masyitha Mutiara Ramadhan. Semua Hak Cipta dilindungi. Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini Untuk mendapatkan publikasi ini melalui , silakan hubungi Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi

5 Daftar isi KATA PENGANTAR... iii RINGKASAN EKSEKUTIF: TANGGUH BERKAT REFORMASI... I A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI Ekonomi dunia belum mendukung Lemahnya kondisi kuartal pertama menandakan risiko pertumbuhan Inflasi IHK mengalami moderasi namun harga bahan pangan tetap bergejolak Sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih pada kuartal satu Pertumbuhan kredit dalam negeri tetap lemah walaupun ada pelonggaran moneter Realisasi anggaran meningkat namun penerimaan masih lemah Penanganan hambatan penerimaan fiskal menjadi prioritas B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA Mengapa bunga pinjaman dan margin bunga bersih di Indonesia tinggi? a. Komponen apa yang mendorong tingginya NIM di Indonesia? b. Faktor struktural apa sajakah di balik tingginya NIM? c. Mendorong bank untuk menurunkan tingkat suku bunga dapat merugikan pertumbuhan jangka panjang 2 2. Biaya dari proteksi perdagangan di Indonesia a. Kenapa kebijakan pembatasan non-tarif berpotensi membahayakan? b. Apakah dampak NTM terhadap harga-harga dalam negeri? c. Apakah produsen dalam negeri terlindungi? C. INDONESIA 218 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN Membangkitkan daya saing industri a. Perjalanan manufaktur Indonesia: keluar jalur akibat krisis tahun b. Ekspor manufaktur: Menelusuri lebih dari sekadar angka agregat c. Mengembalikan daya saing manufaktur d. Bagaimana membuat manufaktur kembali menjadi mesin pendorong pertumbuhan Kebijakan fiskal dapat menargetkan lebih baik penurunan ketimpangan a. Belanja publik pada tahun 212 kurang efektif mengatasi Ketimpangan... 4 b. Reformasi subsidi BBM ikut membantu menurunkan kemiskinan dan ketimpangan LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA... 44

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Momentum pertumbuhan dan perdagangan dunia melemah... 2 Gambar 2: sementara perdagangan komoditas bersih Indonesia sedikit meningkat... 2 Gambar 3: Konsumsi dan investasi swasta mendukung pertumbuhan pada kuartal Gambar 4: Pendapatan riil petani padi menurun sejak kuartal Gambar 5: Indikator kepercayaan usaha mengalami peningkatan... 4 Gambar 6: Inflasi menurun seiring dengan penurunan lanjutan harga energi... 5 Gambar 7: sementara harga bahan pangan masih bergejolak... 5 Gambar 8: Penurunan investasi lain mendorong defisit neraca pembayaran... 8 Gambar 9: Impor turun lebih lambat dibanding kuartal-kuartal sebelumnya... 8 Gambar 1: Sektor swasta Indonesia menurunkan pinjaman luar negeri mereka... 9 Gambar 11: Aliran masuk modal ke pasar berkembang diperkirakan sedikit naik selama Gambar 12: Volatilitas valuta pasar berkembang meningkat pada kuartal Gambar 13: Suku bunga kebijakan BI yang baru adalah reverse repo 7-hari Gambar 14: Pertumbuhan pinjaman dan simpanan terus menurun Gambar 15: Pungutan penerimaan tahun berjalan mencatat penurunan yang besar Gambar 16: termasuk pajak penghasilan badan dan PPN Gambar 17: Suku bunga di Indonesia lebih tinggi daripada di negara-negara yang setara lainnya Gambar 18: NIM di Indonesia juga lebih tinggi daripada di negara-negara setara di ASEAN dan G Gambar 19: Biaya overhead yang tinggi berkontribusi pada NIM yang lebih tinggi Gambar 2: demikian pula pendapatan non-bunga yang rendah Gambar 21:Tren pembebasan perdagangan mulai terlihat Gambar 22: Pembatasan perdagangan menjaga tetap tingginya harga tepung terigu setelah tahun Gambar 23: Hasil estimasi menunjukkan kebijakan perdagangan baru-baru ini meningkatkan harga lintas sektor Gambar 24: Barang konsumen, terutama bahan pangan, mencatat kenaikan harga terbesar karena kebijakan pembatasan perdagangan Gambar 25: Tingkat proteksi lebih tinggi bila dihitung berdasarkan nilai tambah Gambar 26: Pertumbuhan manufaktur Indonesia tidak seperti sebelumnya... 3 Gambar 27: dan ekonomi mengalami de-industrialisasi prematur... 3 Gambar 28: Pangsa pasar manufaktur Indonesia di dunia tertahan pada tingkat yang rendah... 3 Gambar 29: Produk teknologi rendah mendominasi ekspor Indonesia Gambar 3: Sejumlah ekspor teknologi menengah meningkat tajam Gambar 31: sementara ekspor teknologi tinggi telah menyusut belakangan ini Gambar 32: REER mencatat apresiasi yang kuat pada tahun Gambar 33: dengan depresiasi belakangan ini yang terkait kenaikan pertumbuhan ekspor manufaktur Gambar 34: Rendahnya rata-rata upah bulanan manufaktur di Indonesia Gambar 35: namun biaya tenaga kerja unit relatif tinggi Gambar 36: Kebijakan fiskal di Indonesia belum cukup efektif dalam menurunkan ketimpangan... 4 Gambar 37: Tahun 212, belanja terbesar dialokasikan untuk subsidi energi dan belanja terkecil dialokasikan untuk bantuan tunai Gambar 38: Bantuan tunai langsung yang paling efektif dalam menurunkan ketimpangan memiliki alokasi anggaran paling rendah... 41

7 Gambar 39: Dari semua program transfer, PKH, program bantuan paling efektif, juga memiliki anggaran terkecil Gambar 4: Namun belanja pendidikan akan mengurangi Ketimpangan DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan Lampiran Gambar 9: Ekspor barang Lampiran Gambar 1: Impor barang Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus modal Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal.. 47 Lampiran Gambar 2: Spread obligasi dolar AS kelompok negara-negara EMBI Global Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri DAFTAR TABEL Tabel 1: Pada kasus dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen untuk tahun iii Tabel 2: Pada keadaan dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen untuk 216 dan 5,3 persen untuk Tabel 3: Defisit neraca berjalan diperkirakan akan sedikit meningkat pada tahun Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah dibanding APBN DAFTAR TABEL LAMPIRAN Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemeritah Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia... 5

8 Ringkasan Eksekutif: Tangguh berkat reformasi Dengan pemulihan global yang masih tertundan, ketahanan perekonomian Indonesia lebih baik dibanding negara ekportir komoditas lainnya, Kebijakan moneter yang kuat dan kenaikan investasi publik telah mendukung ekonomi, sementara deregulasi telah mendorong kepercayaan usaha Sejumlah data global kuartal pertama yang mengecewakan menunjukkan bahwa pemulihan dunia yang diproyeksikan untuk 216 belum dimulai. Pada tanggal 7 Juni, Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan globalnya sebesar setengah poin persentase, menjadi 2,4 persen. Separuh dari revisi ini diakibatkan oleh perkiraan perlambatan pertumbuhan negara-negara berkembang yang merupakan eksportir komoditas menjadi hanya,4 persen tahun ini. Ekonomi Indonesia terlihat lebih baik dibandingkan dengan kinerja negara-negara eksportir komoditas lainnya, dengan proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 5,1 persen untuk tahun 216. Dibandingkan dengan negara-negara pembandingnya di wilayah yang sama, perkiraan pertumbuhan Indonesia lebih tinggi dibanding Malaysia (4,4 persen) dan Thailand (2,5 persen), namun lebih rendah dibanding Filipina (6,4 persen) dan Vietnam (6,2 persen). Sejumlah kebijakan yang baik telah berkontribusi kepada daya tahan Indonesia. Pertama, kebijakan moneter dan kurs tukar valuta yang berhati-hati, bersama dengan kondisi keuangan internasional yang lebih baik dibanding setahun yang lalu, berkontribusi terhadap penurunan inflasi dan menstabilkan Rupiah. Faktor-faktor tersebut, serta lebih rendahnya harga energi, mendorong konsumsi rumah tangga secara agregat. Kedua, belanja infrastruktur publik menjadi prioritas bagi ruang fiskal Indonesia yang terbatas. Selain itu, peraturan-peraturan yang ditetapkan pada kuartal pertama 216 sebagai bagian dari paket-paket kebijakan ekonomi tampaknya akan menghasilkan peningkatan jangka menengah yang lebih berarti dalam kebijakan perdagangan dan iklim investasi, dibanding peraturan-peraturan yang diumumkan pada kuartal yang lalu. Sementara peraturan-peraturan terbaru merupakan campuran dari aturan yang membatasi dan melonggarkan, tindakan-tindakan terakhir diperkirakan akan lebih banyak bersifat melonggarkan. Semua peraturan tersebut, secara bersama-sama, dapat menandai titik balik dalam pembuatan kebijakan publik, yang pada gilirannya dapat mendorong -peningkatan sentimen dunia usaha. i

9 namun risiko penurunan pertumbuhan semakin meningkat Pertumbuhan PDB pada kuartal pertama 216 sebesar 4,9 persen yoy, dengan belanja publik yang lebih rendah dari perkiraan Defisit neraca berjalan menyusut ke 2,1 persen dari PDB, dengan impor yang turun lebih cepat dibanding ekspor Sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih pada kuartal 1 tahun 216 Risiko-risiko fiskal masih bertahan, karena RAPBN-P 216 secara signifikan bergantung kepada Namun prospek Indonesia yang lebih baik dari rata-rata tersebut juga terpengaruh oleh risiko penurunan yang jelas. Semakin melambatnya pertumbuhan negara-negara berkembang utama, lemahnya pemulihan pada negara-negara maju, volatilitas pasar keuangan dunia, dan periode rendahnya harga komoditas yang lebih panjang dari perkiraan, merupakan risiko-risiko global utama. Risiko-risiko fiskal dalam negeri juga meningkat, dengan RAPBN-P 216 yang diserahkan ke DPR pada tanggal 2 Juni mengasumsikan penerimaan yang signifikan dari pengampunan pajak. Jika aliran masuk dana dari pengampunan pajak itu tidak memenuhi harapan, maka potongan belanja tambahan harus dilakukan, sehingga meningkatkan risiko terhadap momentum belanja infrastruktur. Akhirnya, aturan-aturan deregulasi yang terakhir memfokuskan pada peningkatan prosedural. Pengecualian terhadap hal ini adalah pelonggaran terhadap sejumlah pembatasan investasi asing, walau banyak sektor masih tertutup atau setengah tertutup terhadap investasi asing. Dibutuhkan lebih banyak perubahan fundamental dalam kebijakan perdagangan dan iklim investasi, dan juga implementasi yang efektif pada tingkat nasional dan daerah, untuk mendorong kenaikan berkelanjutan dalam investasi swasta. Pertumbuhan PDB riil Indonesia mencapai 4,9 persen tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy) pada kuartal pertama tahun 216, sedikit lebih lambat dari perkiraan terutama karena belanja publik yang lebih rendah dari perkiraan. Pertumbuhan konsumsi swasta tetap bertahan pada 5 persen yoy, walau pendapatan riil yang stagnan terus membebani konsumsi rumah tangga pada desil distribusi pendapatan yang paling rendah, seperti petani padi. Pertumbuhan investasi tetap melambat ke 5,6 persen yoy pada kuartal pertama 216, dibanding 6,9 persen pada kuartal terakhir tahun 215, karena lebih rendahnya belanja modal pemerintah pusat. Walau dengan permulaan tahun yang lambat, investasi pemerintah diperkirakan akan meningkat pada kuartalkuartal berikut, mengikuti tren historis. Ekspor dan impor terus menurun baik secara volume dan nilai. Penurunan ekspor secara luas itu didorong oleh rendahnya permintaan global, apresiasi kurs tukar valuta sebesar 3,1 persen pada kuartal pertama 216, dan melemahnya harga untuk semua komoditas utama dibanding kuartal pertama 215. Impor bahan mentah dan barang modal menurun, sementara impor barang-barang konsumsi (tidak termasuk BBM) meningkat secara tahun-ke-tahun untuk pertama kali sejak kuartal empat 214. Defisit neraca berjalan menyusut ke 2,1 persen dari PDB karena penurunan impor yang lebih tajam dibanding ekspor secara kuartalan. Walau dengan peningkatan pada saldo neraca berjalan, neraca pembayaran mencatat defisit tipis pada kuartal pertama 216. Investasi langsung (Foreign Direct Investment) sedikit berkontraksi dibanding kuartal yang lalu menjadi 2,2 miliar dolar AS. Aliran modal portofolio tetap kuat pada 4,4 miliar dolar AS, didorong seluruhnya melalui hutang pemerintah jangka panjang. Namun investasi lain mencatat defisit kuartalan akibat aliran keluar simpanan swasta dan penurunan pinjaman asing oleh sektor swasta. Beralih ke kebijakan fiskal, pada akhir bulan April penerimaan menurun sebesar 9,8 persen dibanding periode yang sama tahun 215, terutama karena lebih rendahnya harga komoditas, permintaan dalam negeri dan sejumlah perubahan kebijakan dan administrasi. Pada saat yang bersamaan, jumlah pengeluaran meningkat sebesar 9,2 persen. Menanggapi prospek penerimaan yang lebih rendah, Pemerintah menyerahkan RAPBN-P 216 kepada DPR. Proyeksi penerimaan hanya lebih rendah sebesar Rp 88, triliun dibanding APBN, karena dampak negatif dari kondisi ii

10 penerimaan pengampunan pajak Prospek dasar (baseline) PDB sebesar 5,1 persen untuk tahun 216 tidak berubah Tingginya harga bahan pangan dalam negeri merupakan salah satu biaya distrosi perdagangan dalam ekonomi Indonesia Tingginya suku bunga dan margin bunga bersih (net interest margin) di makroekonomi yang lebih lemah dari perkiraan diimbangi dengan perkiraan penerimaan dari pengampunan pajak yang signifikan. Sasaran penerimaan dari pengampunan pajak yang besar ini meningkatkan risiko potensi pemotongan pengeluaran tambahan yang besar, termasuk kepada proyek-proyek belanja yang diprioritaskan, di paruh kedua tahun ini. Melihat ke depan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB pada 5,1 persen pada tahun 216 dan 5,3 persen pada tahun 217, tetap sama dengan proyeksi pada Triwulanan bulan Maret 216 (Tabel 1). Konsumsi swasta diperkirakan akan Tabel 1: Pada kasus dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen untuk tahun p 217p PDB riil Indeks harga konsumen Saldo neraca berjalan Saldo anggaran (Persen perubahan tahunan) (Persen perubahan tahunan) (Persen dari PDB) (Persen dari PDB) 4,8 5,1 5,3 6,4 3,9 4,4-2,1-2,3-2,5-2,6-2,8 Tidak ada Sumber: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia sedikit meningkat karena inflasi yang moderat, Rupiah yang relatif stabil, lebih rendahnya harga energi, perkiraan kenaikan dalam batas pajak penghasilan pribadi, dan gaji ke-14 untuk pegawai negeri. Pengeluaran pemerintah, terutama pengeluaran modal, diproyeksikan akan meningkat pada tiga kuartal berikut sejalan dengan tren historis. Perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa 9 persen dari sasaran investasi APBN 216 dapat dicapai dengan proyeksi penerimaan yang bahkan lebih rendah dibanding APBN-P 216, kenaikan defisit fiskal hingga 2,8 persen dari PDB, dan pemotongan pengeluaran yang bukan merupakan prioritas (lihat Bagian 6). Menuju akhir tahun 216 dan setelahnya, prospeknya akan bergantung kepada peningkatan investasi swasta berkat upaya reformasi iklim usaha oleh Pemerintah dan pemulihan bertahap dalam pertumbuhan dan perdagangan internasional. Selama beberapa bulan terakhir, inflasi IHK juga mengalami moderasi, menjadi 3,3 persen yoy pada bulan Mei. Namun inflasi IHK yang kecil itu sesungguhnya menutupi inflasi harga bahan pangan yang tetap tinggi (sebesar 7,7 persen yoy pada bulan Mei). Salah satu alasan mengapa inflasi bahan pangan dalam negeri tetap tinggi sementara harga bahan pangan dunia mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir, adalah proteksi perdagangan. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bank Dunia dan Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), jumlah aturan non-tarif tingkat produk (non-tariff measures, NTM) untuk impor Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 29 dan 215, memperluas jumlah produk yang tercakup ke dalam NTM hingga lebih dari 38 persen. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa pada tahun 215 harga beras giling dalam negeri ternyata 68 persen lebih tinggi bila dibanding keadaan tanpa peraturan perdagangan. Dengan memperhitungkan bahwa sejumlah produk tertentudigunakan sebagai barang jadi dan masukan (input) ke produksi, analisis tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 215, seluruh kebijakan perdagangan telah meningkatkan biaya hidup di Indonesia sebesar 7,4 persen dibandingkan skenario tanpa pembatasan perdagangan. Inflasi yang moderat juga merupakan salah satu alasan Bank Indonesia (BI) memotong BI Rate hingga tiga kali sepanjang tahun ini. Namun penurunan BI Rate belum sepenuhnya mempengaruhi ke suku bunga simpanan dan pinjaman perbankan. Hal ini mendukung persepsi bahwa bank-bank di Indonesia iii

11 Indonesia disebabkan oleh struktur pendapatan dan pengeluaran bank, dangkalnya pasar keuangan dan crowding out akibat pinjaman luar negeri pemerintah Beberapa prioritas kebijakan Pemerintah yang berjalan dapat membantu membangkitkan daya saing manufaktur, namun masih banyak yang perlu dilakukan Kebijakan fiskal di Indonesia belum efektif dalam menurunkan ketimpangan, walau telah dibantu oleh reformasi subsidi BBM menetapkan suku bunga dan margin bunga bersih (net interest margin, NIM) yang terlalu tinggi. Penelitian oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa berbagai tantangan dalam struktur pendapatan dan pengeluaran perbankan Indonesia, terutama rendahnya pendapatan biaya, tingginya biaya overhead, tingginya rasio modal, dan rendahnya cadangan untuk kredit macet, merupakan penjelasan untuk tingginya tingkat NIM. Analisis empiris lanjutan menunjukkan bahwa pasar ekuitas dan hutang yang kurang berkembang, pasar bank yang cenderung oligopolistis dan pengaruh penurunan belanja investasi swasta karena kenaikan suku bunga (crowding out) pinjaman pemerintah merupakan penentu utama dari NIM di Indonesia. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa solusi berkelanjutan jangka panjang untuk tantangan seperti itu adalah dengan memperbesar ukuran pasar finansial dan meningkatkan persaingan. Tajamnya penurunan pendapatan ekspor komoditas menyebabkan peningkatan ekspor bukan komoditas menjadi prioritas utama. Komposisi ekspor Indonesia saat ini sangat didominasi oleh produk-produk berteknologi rendah (sepertiga dari ekspor manufaktur pada tahun 214), diikuti oleh ekspor industri teknologi menengah sebesar 28 persen. Ekspor teknologi tinggi (terutama elektronik) menurun pasca krisis tahun Jadi bagaimana Indonesia dapat membuat manufaktur kembali menjadi mesin pertumbuhan? Pemerintah dapat mempertimbangkan memfokuskan upayanya dalam mendukung industri-industri (ekspor) yang bertumbuh sangat cepat walau menghadapi banyak rintangan dan memberdayakan sumber daya alam Indonesia yang berlimpah. Kemitraan yang transparan dan strategis dengan sektor swasta merupakan hal yang penting. Menjaga inflasi tetap rendah melalui investasi dalam produktivitas pertanian dan melalui penurunan hambatan perdagangan akan mendukung pertumbuhan ekspor melalui pembatasan apresiasi kurs tukar valuta riil. Akhirnya, kenaikan belanja infrastruktur dan reformasi peraturan, yang telah menjadi prioritas kebijakan, akan membantu meningkatkan daya saing. Baru-baru ini perhatian dialihkan kepada pengembangan fiskal jangka pendek dan dampaknya terhadap pertumbuhan. Namun, kebijakan fiskal juga merupakan alat utama yang tersedia bagi pemerintah untuk menurunkan ketimpangan. Ketimpangan di Indonesiayang telah meningkat sejak awal tahun 2an dan sebagian besar penduduk Indonesia berpendapat bahwa hal ini perlu segera diatasi dengan tindakan yang tepat. 1 Pilihan kebijakan pajak dan belanja disusun dengan pertimbangan untuk menurunkan ketidaksetaraan pada sejumlah negara. Di Brasil, misalnya, koefisien Gini (suatu ukuran ketidaksetaraan) lebih rendah sebesar 14 poin setelah memperhitungkan dampak kebijakan fiskal pada tahun 29. Menurut suatu penelitian Bank Dunia, kebijakan fiskal di Indonesia pada tahun 212 menurunkan koefisien Gini hanya sebesar 2,5 poin. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa Pemerintah mengalokasikan belanja dana terkecil untuk program-program yang paling efektif dan sebaliknya. Namun reformasi subsidi BBM tahun 215, dan kompensasi bagi penduduk miskin, telah membantu menurunkan ketidaksetaraan, karena penghematan belanja diarahkan kembali kepada bidang infrastruktur, kesehatan dan bantuan sosial. 1 Bagian B.2 dari Triwulanan edisi bulan Maret membahas perhatian publik tentang kenaikan ketidaksetaraan di Indonesia. iv

12 A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Ekonomi dunia belum mendukung Data terkini belum menunjukkan tandatanda dimulainya pemulihan global Bukannya meraih momentum seperti yang diperkirakan, pertumbuhan dan perdagangan dunia kembali menyusut pada kuartal pertama 216 Data produksi dan perdagangan bulanan dunia menunjukkan kegiatan ekonomi yang lambat pada kuartal pertama. Selain itu, minat risiko investor internasional untuk aset-aset negara berkembang menyusut seiring dengan ketidakpastian terkait kebijakan moneter AS mendatang Faktor-faktor tersebut menyebabkan perkiraan pertumbuhan dunia tahun 216 menjadi lebih rendah. Menurut proyeksi terkini Bank Dunia, pertumbuhan global diproyeksikan sebesar 2,4 persen, sama dengan laju pada tahun 215. Sedikit peningkatan dalam iklim usaha Indonesia di internasional berasal dari kenaikan sebagian harga-harga komoditas pada beberapa bulan terakhir. Secara keseluruhan, risiko penurunan terhadap prospek jangka pendek Indonesia terkait kondisi luar negeri meningkat. Data perdagangan dan industri bulanan dunia menunjukkan awal yang lemah tahun 216. Menurut data CPB World Trade Monitor bulan Maret 216, volume impor dunia mengalami kontraksi sebesar 1,8 persen pada kuartal pertama dibanding tiga bulan sebelumnya (Gambar 1). 2 Negara-negara maju mencatat momentum impor yang cukup positif, didorong oleh zona Euro dan Jepang, sementara pasar-pasar berkembang mengalami kontraksi lanjutan, terutama di Asia dan Amerika Latin. Produksi industri dunia (tidak termasuk konstruksi) hanya tumbuh sebesar,2 persen pada periode yang sama, dengan momentum negatif di AS dan Jepang serta momentum positif dengan peningkatan pada zona Euro dan negara-negara maju lainnya pada kuartal pertama tahun 216. Di antara negara berkembang, pertumbuhan produksi industri tetap positif namun melambat di Asia, sementara pertumbuhan produksi industri masih negatif di Amerika Latin sejak bulan Desember 214. Selain itu, volatilitas pasar keuangan global telah sedikit meningkat pada beberapa bulan terakhir, seiring dengan pengumuman kenaikan suku bunga 2 CPB Netherlands Bureau for Economic Policy Analysis: 1

13 oleh Bank Sentral AS, walaupun data ekonomi AS masih memperlihatkan kondisi beragam. Gambar 1: Momentum pertumbuhan dan perdagangan dunia melemah (data penyesuaian musiman tiga bulan pada pertumbuhan tiga bulanan, persen) Produksi industri Impor -2.5 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Oct-15 Jan-16 Catatan: Pengamatan terakhir pada bulan Maret 216. Sumber: CPB Netherlands Bureau for Economic Policy Analysis; perhitungan staf Bank Dunia Gambar 2: sementara perdagangan komoditas bersih Indonesia sedikit meningkat (indeks, 211=1) Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Catatan: Indeks harga perdagangan tertimbang bersih dari enam komoditas ekspor utama Indonesia (karet, logam dasar, batubara, minyak, gas, dan minyak sawit). Sumber: BPS; World Bank; perhitungan staf Bank Dunia namun hargaharga sejumlah komoditas ekspor utama Indonesia telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir Pada saat yang bersamaan, sejumlah harga komoditas dunia meningkat dalam beberapa bulan terakhir, mendorong sedikit peningkatan pada rasio perdagangan (terms of trade) Indonesia (Gambar 2). Harga-harga karet, logam dasar, batubara, dan minyak sawit telah meningkat sejak bulan Januari maupun Februari 216. Hargaharga minyak dunia juga mencapai titik terendah pada bulan Januari, namun peningkatan harga minyak mentah akan menurunkan rasio perdagangan bersih Indonesia karena Indonesia adalah importir minyak bersih (walau kenaikan harga minyak memang membawa peningkatan penerimaan negara). Secara keseluruhan, indeks harga perdagangan tertimbang Bank Dunia untuk enam komoditas ekspor utama Indonesia meningkat sebesar 9, persen pada kuartal pertama 216 dibanding kuartal terakhir 215, namun tetap lebih rendah sebesar 19,6 persen dari nilainya satu tahun yang lalu. 2. Lemahnya kondisi kuartal pertama menandakan risiko pertumbuhan PDB pada kuartal pertama 216 tumbuh 4,9 persen yoy, dengan belanja publik lebih rendah dari perkiraan PDB riil Indonesia meningkat 4,9 persen tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy) pada kuartal pertama 216, sedikit lebih lambat dari perkiraan terutama karena belanja publik yang lebih lemah dari perkiraan (Gambar 3). Konsumsi swasta masih bertahan, didukung oleh rendahnya tekanan inflasi pada kuartal pertama dan Rupiah yang stabil. Walau tahun 216 dimulai dengan lambat, investasi Pemerintah diperkirakan akan meningkat mengikuti perkembangan historis. Prospek pertumbuhan untuk tahun 216 masih tetap pada 5,1 persen yoy, yang didukung oleh kenaikan permintaan dalam negeri secara perlahan, termasuk percepatan belanja modal Pemerintah. Namun prospek itu dapat terpengaruh oleh risiko-risiko fiskal dan luar negeri signifikan yang tidak menguntungkan. 2

14 Konsumsi swasta tetap bertahan Laju pengeluaran konsumsi swasta mencapai 5, persen yoy, laju yang sama dengan paruh kedua tahun 215. Rupiah yang stabil dan inflasi yang rendah mendukung belanja rumah tangga secara keseluruhan, sementara pendapatan riil yang stagnan terus membebani konsumsi rumah tangga pada desil distribusi pendapatan terendah. Menurut Sakernas bulan Agustus 215, rata-rata upah nasional meningkat sebesar,1 persen yoy secara riil (setelah deflasi IHK) setelah turun sebesar 2,2 persen yoy pada tahun 214. Namun rata-rata upah bulanan riil dalam bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan, dimana sepertiga tenaga kerja bekerja, menurun sebesar 2,3 persen yoy pada tahun 215. Di antara petani, petani padi belakangan ini mengalami tekanan dari penurunan pendapatan riil mereka. Rasio perdagangan (terms of trade) petani padi, yaitu perbandingan antara harga yang mereka terima untuk produksi dibanding biaya yang dibayarkan untuk produksi dan investasi, menurun pada kuartal keempat 215 (Gambar 2). Kondisi perdagangan untuk semua petani tidak menurun pada periode yang sama. Gambar 3: Konsumsi dan investasi swasta mendukung pertumbuhan pada kuartal (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB yoy, poin persentase) Stat. discrepancy* Net exports Investment Government consumption Private consumption GDP Gambar 4: Pendapatan riil petani padi menurun sejak kuartal (indeks terms of trade petani, data dengan penyesuaian musiman) Semua petani Petani padi -4 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Catatan: *Perbedaan statistik meliputi perubahan persediaan. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia 96 Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 Dec-15 Catatan: Terms of trade petani adalah rasio indeks harga produsen yang diterima petani dibanding indeks biaya yang dibayar petani untuk produksi dan investasi. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia sementara belanja konsumsi publik melemah Penurunan belanja modal Pemerintah juga berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan investasi tetap Berbeda dengan bertahannya belanja rumah tangga secara keseluruhan, belanja konsumsi Pemerintah menurun ke 2,9 persen yoy, dari 7,1 dan 7,3 persen yoy pada dua kuartal sebelumnya. Namun, belanja publik pada kuartal pertama 216 secara umum sejalan dengan tren historis rendahnya pengelolaan pada kuartal pertama, dan jauh lebih tinggi dibanding tingkatan rata-rata yang tercatat selama lima tahun terakhir (lihat Bagian 6). Investasi tetap meningkat sebesar 5,6 persen yoy pada kuartal pertama 216, dibanding 6,9 persen pada kuartal terakhir tahun 215. Perlambatan itu disebabkan oleh penurunan belanja Pemerintah pusat hanya Rp 1 triliun pada tiga bulan pertama tahun 216 (5 persen dari target anggaran tahunan). Porsi investasi Pemerintah pusat pada kuartal pertama hanya mencapai 1, persen dari jumlah nominal investasi tetap, dibanding 13,3 persen pada kuartal keempat 215. Walau terdapat peningkatan yang signifikan dalam pencairan belanja modal publik pada periode yang sama tahun lalu (lihat Bagian 6), sangat rendahnya porsi investasi Pemerintah pusat menunjukkan bahwa sebagian besar pertumbuhan investasi pada 3

15 kuartal pertama ditopang oleh sektor swasta. Hal ini memperlihatkan fakta bahwa keuntungan dunia usaha pada sejumlah sektor, seperti barang-barang konsumsi dan telekomunikasi, meningkat secara signifikan pada kuartal terakhir tahun 215 dan kuartal pertama tahun ini. 3 Tidak terdapat kontribusi ekspor bersih terhadap pertumbuhan Sejumlah indikator sentimen baru-baru ini mengalami peningkatan, namun beberapa data lainnya memberi gambaran yang beragam Pada skenario dasar (base case), pertumbuhan PDB pada 5,1 persen untuk tahun 216 tetap sama seperti IEQ edisi Maret 216 Volume ekspor menurun sebesar 3,9 persen yoy, sementara volume impor menurun sebesar 4,2 persen yoy. Dengan demikian, ekspor bersih berkontribusi sebesar poin persentase terhadap pertumbuhan PDB yoy, suatu kemajuan dibanding kontribusi negatif pada kuartal sebelumnya. Namun terdapat tanda-tanda tentatif bahwa perdagangan mungkin telah mencapai titik terendahnya, karena laju penurunan ekspor dan impor riil telah melambat secara signifikan pada kuartal pertama 216. Sebagai perbandingan, volume ekspor dan impor menyusut masing-masing sebesar 6,4 persen yoy dan 8,1 persen yoy pada kuartal penutup tahun 215. Tingkat kepercayaan usaha dan konsumen telah membaik dalam beberapa bulan terakhir. Indeks kegiatan usaha BI meningkat tajam pada awal tahun 216 dan indeks manager pembelian Nikkei/Markit (purchasing manager index, PMI) meningkat melampaui 5 pada bulan Maret, yang menandakan peningkatan kegiatan (Gambar 5). Setelah agak melemah pada kuartal pertama tahun 216, penjualan semen komersial meningkat pada bulan April. Namun, impor barang modal kembali menurun pada kuartal Gambar 5: Indikator kepercayaan usaha mengalami peningkatan (indeks, poin) Kegiatan usaha: realisasi Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Catatan: Nilai PMI di atas 5 menunjukkan peningkatan kegiatan ekonomi. Sumber: BI; Nikkei/Markit; perhitungan staf Bank Dunia pertama, sebesar 18,9 persen yoy. Serupa dengan itu, kepercayaan usaha meningkat pada empat bulan pertama tahun ini, namun indikator-indikator konsumsi bulanan lainnya memberikan gambaran beragam. Penjualan sepeda motor mengalami kontraksi sebesar 8,3 persen yoy pada bulan April, sementara penjualan mobil meningkat hingga 3,6 persen yoy (dari laju pertumbuhan negatif yang tercatat sejak bulan Agustus 214). Proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB tetap pada 5,1 persen untuk 216 dan 5,3 persen untuk 217, walau dengan belanja publik yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal pertama. Konsumsi swasta diperkirakan akan sedikit meningkat karena inflasi yang moderat, Rupiah yang relatif stabil, dan penurunan harga energi pada bulan April. Pengumuman kenaikan batas pajak penghasilan pribadi PTKP dari Rp 36 juta ke Rp 54 juta per tahun pada tahun 216, serta gaji bulan ke-14 bagi pegawai negeri sipil, akan memberikan dorongan tambahan bagi belanja rumah tangga. Proyeksi dasar (baseline) itu juga memperhitungkan percepatan belanja Pemerintah, PMI Kegiatan usaha: perkiraan 3 Berdasarkan data dari sekitar 1 perusahaan besar yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia. 4

16 namun risiko penurunan terhadap proyeksi tersebut meningkat terutama belanja modal, pada tiga kuartal berikut sesuai dengan tren historis. Namun, prospek pada akhir 216 dan kedepannya akan bergantung pada peningkatan pertumbuhan investasi swasta sebagai respon dari upaya reformasi iklim usaha Pemerintah dan lambatnya pemulihan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. Walau masih menurun pada tahun 216, ekspor telah direvisi naik karena data kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan. Skenario dasar (baseline) juga tergantung pada risiko-risiko penurunan yang signifikan. Dari dalam negeri, kekurangan penerimaan yang lebih tinggi dari proyeksi akan menghambat rencana-rencana pembangunan infrastruktur Pemerintah (lihat Bagian 6), sementara pertumbuhan kredit yang masih lemah dapat menghambat pemulihan investasi swasta (lihat Bagian 5). Dari sisi eksternal, risiko-risiko utama mencakup lebih lemahnya pertumbuhan dan perdagangan global dibanding perkiraan serta tingkat volatilitas pasar keuangan global yang lebih besar (lihat Bagian 1). Terdapat risiko-risiko peningkatan terkait dengan potensi penerimaan dari program Pengampunan Pajak, yang akan mendorong belanja Pemerintah dan swasta. Investasi tetap dapat terbantu oleh suntikan modal kepada BUMN, jika disetujui oleh DPR sebagai bagian dari APBN-P 216 (lihat Bagian 6). 3. Inflasi IHK mengalami moderasi namun harga bahan pangan tetap bergejolak Tekanan inflasi melemah, sebagian berakibat dari penurunan harga energi Inflasi IHK tahun berjalan tidaklah besar, sebagian karena rendahnya harga energi. Pemerintah menurunkan harga BBM sebesar 11,5 persen pada bulan April. Sebagai akibatnya, rata-rata ongkos transportasi turun sebesar 2,4 persen bulan-ke-bulan. Inflasi IHK terus turun ke 3,3 persen yoy pada bulan Mei, dari 3,4 persen yoy pada bulan April (Gambar 6). Selain itu, inflasi inti, yang tidak menyertakan harga-harga bahan pangan dan energi yang lebih bergejolak, mengalami perlambatan selama enam bulan terakhir, hingga 3,4 persen yoy pada bulan Mei. Gambar 6: Inflasi menurun seiring dengan penurunan lanjutan harga energi (perubahan yoy, persen) Beras Gambar 7: sementara harga bahan pangan masih bergejolak (perubahan yoy, persen) 12 8 Ramadan Cabai Ramadan Bawang 8 Pangan 4 Daging 4 Inti IHK -4 Gula Kedelai Beras May-14 Jan-15 Sep-15 May-16 Catatan: Harga bahan pangan adalah rata-rata tertimbang dari komponen harga bahan pangan mentah dan olahan dari IHK. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia -8 May-14 Jan-15 Sep-15 May-16 Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia 5

17 sementara harga bahan pangan terus bertahan tinggi Inflasi diperkirakan akan tetap moderat, namun harga bahan pangan menjadi risiko yang signifikan menjelang Idul Fitri Namun, inflasi IHK yang stabil ini menutupi inflasi harga bahan pangan yang tetap bertahan tinggi. Pada bulan Mei, harga bahan pangan mentah meningkat sebesar 7,7 persen yoy dan harga bahan pangan olahan meningkat sebesar 6,1 persen. Harga sejumlah bahan pangan utama, seperti beras, bawang, cabai, dan daging sapi, tetap tinggi, yang mencerminkan kurangnya pasokan dan tantangan distribusi (Gambar 7). Antara bulan Oktober 215 dan Maret 216, inflasi harga beras mengalami moderasi yang signifikan, kemungkinan besar disebabkan karna ijin impor yang lebih besar oleh Pemerintah pada periode tersebut. Namun pada bulan April dan Mei inflasi harga beras kembali meningkat menjadi 5,3 persen yoy pada bulan Mei dari 1,6 persen yoy pada bulan Maret. Bank Dunia memproyeksikan rata-rata inflasi IHK tahunan sebesar 3,9 persen untuk tahun 216, dan meningkat ke 4,4 persen untuk tahun 217. Inflasi diperkirakan berada di batas sasaran BI sebesar 3-5 persen per tahun. Harga bahan pangan diperkirakan akan tetap bergejolak terutama selama bulan Ramadan dan libur Lebaran, dari 5 Juni hingga 7 Juli. Bagian B.2 dari Triwulanan ini memberikan bukti-bukti dampak inflasi dari pembatasan perdagangan internasional. Guna membatasi inflasi harga bahan pangan untuk jangka pendek, Pemerintah dapat menerapkan kebijakan pengijinan impor untuk komoditas-komoditas bahan pangan utama. 6

18 Tabel 2: Pada keadaan dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan pada 5,1 persen untuk 216 dan 5,3 persen untuk 217 (persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain) 1. Indikator ekonomi utama Tahunan YoY pada kuartal empat Revisi tahunan Jumlah pengeluaran konsumsi 4,9 4,8 5,2 4,8 5, 4, -,2. Pengeluaran konsumsi swasta 4,8 5,1 5,2 5, 5,1 4,,2, Konsumsi pemerintah 5,4 3, 4,9 2,9 3,7 4,2-3, -,3 Pembentukan modal tetap bruto 5,1 5,2 5,3 5,6 4,6 4,2,1,1 Ekspor barang dan jasa -2, -1,1 3,6-3,9 3,4 2,7 2,8, Impor barang dan jasa -5,8-1, 2,8-4,2 1,5 2,6-1,2, Produk Domestik Bruto 4,8 5,1 5,3 4,9 5,4 4,,, 2. Indikator luar negeri Neraca pembayaran (Miliar AS$) -1,1 1,4 5, ,1-1,9 Saldo neraca transaksi berjalan (miliar AS$) -17,8-21,1-24, , 1,1 Sebagai bagian dari PDB (persen) -2, -2,3-2, ,, Neraca perdagangan (Miliar AS$) 4,8 4,2 3, ,1 4,9 Saldo neraca keuangan & modal (miliar AS$) 17,1 22,5 3, ,1-3, 3. Indikator Fiskal Pendapatan pem. pusat (% dari PDB) 13,1 12, ,1 - Pengeluaran pem. pusat (% dari PDB) 15,7 14, ,2 - Neraca fiskal (% dari PDB) -2,6-2, , - Neraca primer (% dari PDB) -1,2-1, ,1-4. Pengukuran ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 6,4 3,9 4,4 4,8 4, 4,7 -,1 -,2 Deflator PDB 4,2 2,9 4,5 4, 3,6 4,5-1,7 -,4 PDB nominal 9,2 8,1 1,1 9,2 8,8 1,1-1,8 -,4 5. Asumsi ekonomi Kurs tukar (Rp/AS$) , -5, Harga minyak mentah Indonesia (AS$/barel) , 2, Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Semua angka-angka berdasarkan PDB yang direvisi dan diubah tahun dasarnya. Asumsi kurs tukar dan harga minyak mentah adalah berdasar rata-rata terbaru. Revisi-revisi adalah relatif dibanding proyeksi pada Triwulanan edisi bulan Maret 216. Sumber: BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia 4. Sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih pada kuartal satu 216 Penurunan pada jenis investasi lainnya menghasilkan defisit yang kecil pada neraca pembayaran Penurunan yang besar dalam investasi lain mendorong defisit yang kecil dalam neraca pembayaran untuk kuartal pertama, setelah surplus yang besar pada kuartal sebelumnya (Gambar 8). Defisit neraca berjalan menyusut ke 2,1 persen dari PDB. Namun perbaikan ini disebabkan oleh penurunan kuartalan yang lebih tajam dalam impor ketimbang ekspor. Pada kuartal pertama 216, saldo neraca keuangan Indonesia juga mengalami penurunan akibat aliran keluar modal bersih sektor swasta, walau aliran masuk modal ke obligasi pemerintah masih tetap kuat. Risiko-risiko 7

19 pembiayaan luar negeri terkait lemahnya perdagangan dan volatilitas aliran modal jangka pendek masih tetap tinggi. Gambar 8: Penurunan investasi lain mendorong defisit neraca pembayaran (AS$ miliar) Current account Portfolio investment Overall balance Direct investment Other investment Basic balance -15 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Catatan: Neraca dasar = investasi langsung + saldo neraca berjalan. Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Gambar 9: Impor turun lebih lambat dibanding kuartal-kuartal sebelumnya (kontribusi ke pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase) Fuel Capital Consumer goods net of fuels Raw materials net of fuel Imports Mar-14 Mar-15 Mar-16 Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Defisit neraca berjalan menyusut ke 2,1 persen dari PDB pada kuartal 1 216, karena impor turun lebih cepat dibanding ekspor Aliran keluar modal bersih sektor swasta mendorong penurunan dalam neraca keuangan Defisit neraca berjalan sedikit membaik ke 2,1 persen dari PDB, dari 2,4 persen pada kuartal sebelumnya. Neraca perdagangan masih mencatat surplus pada 1,6 miliar dolar AS. Baik ekspor maupun impor masih terus menurun, masing-masing sebesar 12,3 persen yoy dan 12,5 persen yoy. Penurunan ekspor tercatat pada seluruh kategori sebagai akibat dari lemahnya permintaan global, apresiasi kurs tukar valuta riil sebesar 3,1 persen pada kuartal pertama 216, dan melemahnya harga untuk semua komoditas utama dibanding kuartal pertama Impor untuk bahan mentah maupun barang modal mencatat penurunan, sementara impor barangbarang konsumsi (kecuali BBM) memberikan kontribusi sebesar 1,8 poin persentase terhadap pertumbuhan impor yoy, yang merupakan kontribusi pertumbuhan positif pertama (yoy) sejak kuartal pertama tahun 214 (Gambar 9). Beralih ke neraca keuangan, sektor swasta mencatat aliran keluar modal bersih, sementara aliran masuk modal bersih sektor publik mencatat nilai positif (Gambar 1). Investasi langsung mencatat kontraksi kecil dibanding kuartal sebelumnya menjadi 2,2 miliar dolar AS. Aliran portofolio juga sedikit lebih rendah, namun masih kukuh pada 4,4 miliar dolar AS, yang sepenuhnya didorong oleh pinjaman pemerintah jangka panjang. Namun pinjaman pemerintah sedikit lebih rendah dibanding kuartal pertama tahun lalu, akibat langkah-langkah pembiayaan awal pemerintah pada kuartal akhir 215. Investasi lainnya mencatat defisit kuartalan, yang didorong oleh aliran keluar modal simpanan swasta, serta penurunan pinjaman luar negeri oleh sektor swasta. 4 Harga CPO dan karet meningkat pada kuartal pertama tahun ini dibanding kuartal akhir

20 Gambar 1: Sektor swasta Indonesia menurunkan pinjaman luar negeri mereka (miliar AS$) Financial derivatives Net public capital flows Net private capital flows Financial account -5 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Gambar 11: Aliran masuk modal ke pasar berkembang diperkirakan sedikit naik selama 216 (rata-rata bergerak empat kuartalan, miliar AS$) forecast Indonesia (LHS) 25 emerging markets (RHS) Mar-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar Sumber: The Institute of International Finance; perhitungan staf Bank Dunia 5 Defisit neraca berjalan diperkirakan akan melebar menjadi 2,3 persen dari PDB pada 216 dan 2,5 persen pada 217 Bank Dunia memperkirakan defisit neraca berjalan untuk tahun 216 dan 217 masing-masing berada pada 2,3 dan 2,5 persen dari PDB (Tabel 3). Mengingat perkembangan harga komoditas yang bervariasi sampai pada tahun 216, dan penurunan penerimaan ekspor pada kuartal pertama 216, ekspor tampaknya akan tetap lemah selama tahun 216. Namun, neraca perdagangan diperkirakan akan tetap positif, karena impor diperkirakan akan turun lebih besar dibanding ekspor. Secara keseluruhan, aliran masuk Tabel 3: Defisit neraca berjalan diperkirakan akan sedikit meningkat pada tahun 216 (miliar AS$ kecuali dinyatakan lain) Keseluruhan neraca pembayaran -1,1 1,4 5,8 Sebagai % dari PDB -,1,2,6 Neraca berjalan -17,7-21,1-24,9 Sebagai % dari PDB -2, -2,3-2,5 Neraca perdagangan barang 13,3 12,6 13,8 Neraca perdagangan jasa -8,3-8,4-1,8 Penerimaan -28,2-3,7-33,4 Transfer 5,5 5,4 5,5 Neraca modal dan keuangan 17,1 22,5 3,7 Sebagai % dari PDB 2, 2,4 2,9 Investasi langsung 9,9 9,9 11,3 Investasi portofolio 16,7 13,7 18,1 Derivatif keuangan,, -,1 Investasi lain -9,8-1,1 1,4 Catatan: Neraca dasar -7,7-11,2-13,6 Sebagai % dari PDB -,9-1,2-1,5 Catatan: Neraca dasar = investasi langsung bersih + saldo neraca berjalan. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia modal ke Indonesia diperkirakan akan sedikit meningkat selama sisa tahun 216, sejalan dengan perkiraan kenaikan aliran modal ke ekonomi-ekonomi berkembang secara umum (Gambar 11). Aliran bersih ke obligasi pemerintah tampaknya akan sedikit lebih rendah dibanding tahun 215, akibat pra-pembiayaan Pemerintah sebesar 3,5 miliar dolar AS pada bulan Desember

21 5. Pertumbuhan kredit dalam negeri tetap lemah walaupun ada pelonggaran moneter Kondisi keuangan relatif ketat dengan melemahnya pertumbuhan kredit dan penurunan aliran masuk modal Harga-harga aset keuangan bersifat volatil selama kuartal kedua Ekuitas Indonesia juga tercatat turun dari keuntungan sebelumnya Pengaruh pelonggaran moneter ke penurunan suku bunga pinjaman dan simpanan masih terbatas Seperti pada banyak pasar berkembang, harga-harga aset keuangan di Indonesia telah terkena dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan dunia. Kondisi kredit dalam negeri Indonesia masih ketat, dengan tingkat pertumbuhan kredit yang hampir mencapai nilai terendah dalam tujuh tahun terakhir. Lebih lanjut, pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (pemotongan BI Rate selama tiga kali berturut-turut pada awal tahun ini) belum secara efektif mempengaruhi suku bunga pinjaman dan simpanan. Dalam upaya untuk menjawab tantangan ini, BI mengumumkan perubahan kerangka kebijakan moneternya: dari tanggal 19 Agustus 216, alat kebijakan utamanya adalah suku bunga reverse repo 7 hari. Pemulihan Rupiah yang tercatat pada kuartal pertama 216 terhenti pada kuartal kedua. Bersama dengan mata uang pasar berkembang lainnya, Rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS pada periode akhir Maret dan kemudian pulih kembali, menghasilkan depresiasi keseluruhan sebesar,5 persen antara akhir Maret dan 13 Juni (Gambar 12). Sebagai perbandingan, pada periode yang sama, JP Morgan Emerging Market Currency Index (EMCI) terdepresiasi sebesar 1,5 persen. Tren penurunan Gambar 12: Volatilitas valuta pasar berkembang meningkat pada kuartal (Indeks, 4 Jan = 1) Dolar AS/ Rupiah JP Morgan EMCI 85 Jan-16 Mar-16 May-16 Sumber: BI; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia yang tercatat sejak awal tahun ini dalam imbal hasil (yield) obligasi pemerintah berlanjut pada kuartal kedua 216. Yield obligasi 1-tahun turun sebesar 33 basis poin antara 31 Mei dan 13 Juni menjadi 7,6 persen. Yield obligasi ini jauh lebih rendah dibanding satu tahun lalu ketika pasar-pasar berkembang menghadapi pembalikan arah aliran modal asing. Setelah meningkat 5,5 persen pada kuartal pertama 216, Indeks Harga Saham Gabungan terkoreksi sebesar,5 persen sejak 31 Maret. Kinerja lintas sektor bervariasi, dengan pertanian turun 8,3 persen antara 31 Maret dan 14 Juni. Di lain pihak, sektor pertambangan meningkat 13,6 persen, didorong oleh stabilisasi harga komoditas, sementara infrastruktur meningkat 5,6 persen pada periode yang sama. Dengan relatif stabilnya Rupiah serta inflasi yang berada di dalam batas sasaran 3 hingga 5 persen, BI menurunkan suku bunga kebijakan utamanya dari 7,5 persen pada bulan Desember 215 ke 6,5 persen pada bulan (Gambar 13). Walaupun pelonggaran kebijakan moneter telah mempengaruhi JIBOR, dampaknya terhadap suku bunga pinjaman dan simpanan perbankan masih belum terlihat. 1

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a Ringkasan eksekutif: Menjaga ketahanan Tantangan dalam menjaga ketahanan di tengah melambatnya perekonomian dunia, yang mendorong pembaruan ekspansi moneter Di tengah lemahnya permintaan eksternal dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember 212 Menyoroti kebijakan Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia 18 Desember 212 World Bank and The Habibie Center Joint

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Oktober Di tengah volatilitas dunia

Oktober Di tengah volatilitas dunia Oktober 215 Di tengah volatilitas dunia PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Di tengah volatilitas dunia Oktober 215 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan (Indonesia Economic Quarterly/IEQ)

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Maju perlahan. Juli Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Maju perlahan. Juli Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and

Lebih terperinci

Maret 2015. Harapan besar

Maret 2015. Harapan besar Harapan besar PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Harapan besar Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Desember Membawa perubahan

Desember Membawa perubahan Membawa perubahan PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Membawa perubahan Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan

Lebih terperinci

Reformasi di tengah ketidakpastian

Reformasi di tengah ketidakpastian Reformasi di tengah ketidakpastian Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Maret Investasi swasta diperlukan

Maret Investasi swasta diperlukan Investasi swasta diperlukan PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Investasi swasta diperlukan Kata pengantar Perkembangan Triwulanan (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Januari Mempertahankan momentum reformasi

Januari Mempertahankan momentum reformasi Mempertahankan momentum PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Mempertahankan momentum Kata Pengantar (Indonesia Economic Quarterly, IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 20 January 2011 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Keluarnya Modal Asing Menekan Rupiah dan Obligasi Di AS, pertumbuhan ekonomi mulai memiliki momentum, namun inflasi kembali meningkat seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 Eric Sugandi Chief Economist eric.sugandi@skhaconsulting.com Ekonomi Indonesia mungkin akan segera memasuki tahap ekspansi pada siklus bisnisnya. Skha Institute

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY

PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY INDONESIA Mengatasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Robohnya Rupiah Kami 1

Robohnya Rupiah Kami 1 Jakarta, 9 Maret 2015 Robohnya Rupiah Kami 1 Selama pekan lalu ketika kurs rupiah melemah melewati Rp13.000 per dollar banyak yang bertanya kepada saya -- termasuk melalui sosial media -- tentang rupiah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Terbitlah Terang September 9 Pengantar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Tekanan meningkat Maret 13 PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Tekanan meningkat Maret 13 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan

Lebih terperinci

Desember Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Desember Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Pertumbuhan melambat; PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan melambat; Kata pengantar (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004

BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 BAB III PROSPEK EKONOMI TAHUN 2004 Bab ini membahas prospek ekonomi Indonesia tahun 2004 dalam dua skenario, yaitu skenario dasar dan skenario dimana pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat. Dalam skenario

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci