FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARBARU KECAMATAN SIBOLANGIT TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARBARU KECAMATAN SIBOLANGIT TAHUN"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARBARU KECAMATAN SIBOLANGIT TAHUN 2014 Dewi R. Bancin ABSTRAK Upaya penyebaran IMS dan HIV-AIDS secara horizontal terutama terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman, maka penanggulangan epideminya dapat dilakukan melalui perspektif kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya adalah upaya menurunkan insiden penyebaran IMS, HIV/AIDS dari pelanggan ke WPS dan sebaliknya. Perilaku menggunakan kondom 100 persen (Use Condom 100%) atau konsistensi menggunakan kondom pada setiap hubungan seksual seharusnya dilaksanakan termasuk antara WPS dengan pelanggannya. Secara geografis lokasi Bandar Baru merupakan daerah perbatasan antara Kecamatan Sibolangit dengan Kabupaten Tanah Karo. Lokasi ini cukup besar di Kabupaten Deli Serdang dan banyak mempekerjakan WPS yang jumlahnya setiap tahun terus meningkat. Tahun 2011 terdapat 49 orang WPS, akhir Desember 2012 jumlah tersebut meningkat menjadi ± 272 orang, tahun pada tahun 2013 terus meningkat menjadi 292 orang, dan sampai Maret 2014 terjadi penurunan menjadi 84 orang, (Puskesmas Bandar Baru, 2014). Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan desain sekat silang (cross sectional study) yang bertujuan untuk menganalisa berbagai faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom dan teridentifikasinya pemakaian kondom pada WPS di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru Tahun Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru dan waktu penelitian ini dimulai dari September 2013 sampai Juli Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita Pekerja Seks (WPS), yaitu penghuni barak-barak penginapan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru sampai pada Februari tahun Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi (total sampling) yaitu 84 orang. Hasil penelitian tentang pemakaian kondom oleh wanita pekerja seks (WPS) di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru dapat dilihat bahwa sebagian besar responden pemakai kondom saat melakukan hubungan seks dengan pelanggan yaitu 60 orang (71,4%), selebihnya dinyatakan tidak memakai yaitu 24 orang (28,6%). Dari ketiga variabel yang dianalisis (ketersediaan kondom, cara negosiasi, dan karakter pelanggan), baik analisis bivariat maupun multivariat maka variabel yang berhubungan dengan pemakaian kondom adalah variabel cara negosiasi dengan nilai OR = 4,455 artinya WPS yang memiliki cara negoisasai tidak baik mempunyai peluang 4,4 kali lebih berisiko tidak memakaian kondom dibanding WPS yang memiliki cara negoisasai yang baik. Dengan diketahuinya bahwa variabel yang berhubungan terhadap pemakaian kondom oleh WPS di Bandar Baru adalah cara negosiasi maka variabel tersebut penting dirubah ke arah yang positif sehingga menjadikan perilaku yang benar yaitu menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seks untuk pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Kata Kunci : Faktor-faktor, Pemakaian Kondom, WPS 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), sekarang ini dianggap sebagai pandemik paling hebat yang pernah terjadi dalam dua dekade terakhir. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga daya tahan tubuh makin melemah dan mudah terjangkit penyakit infeksi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa dari bulan April sampai Juni 2011 jumlah kasus AIDS baru yang dilaporkan sebanyak kasus dari 59 Kabupaten / Kota di 19 Provinsi. Ratio kasus AIDS antara lakilaki dan perempuan adalah 2 : 1. Cara penularan kasus AIDS baru yang dilaporkan adalah melalui heteroseksual (76,3%), IDU (16,3%), Perinatal (4,7%) dan LSL (2,2%). Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur tahun (36,4%), disusul kelompok umur tahun (34,5%), dan kelompok umur tahun (13,3%). Laju kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan Juni

2 2011 adalah 11,09 per penduduk (berdasarkan data BPS 2011, jumlah penduduk Indonesia jiwa), (Kemenkes RI, 2011). Prevalensi kasus AIDS per penduduk sampai dengan Juni 2011 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 3,73, dimana jumlah kumulatif AIDS sampai dengan Juni 2011 adalah 222 orang dengan jumlah kematian 94 orang. Menurut Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) Tahun 2011 pada kelompok beresiko tinggi di Indonesia, penggunaan kondom oleh pelanggan WPSL masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari jumlah wanita pekerja seks langsung (WPSL) yang pelanggannya menggunakan kondom pada saat hubungan seks terakhir sebesar 69,4%, sedangkan ketika melihat konsistensinya dalam seminggu hanya 30,6% WPSL yang pelanggannya selalu menggunakan kondom. Salah satu wilayah yang kasus HIV/AIDS nya tinggi di Sumatera Utara adalah Kabupaten Deli Serdang. Dimana prevalensi HIV/AIDS Deli Serdang berada pada posisi kedua setelah Kota Medan, yaitu sebanyak 169 jiwa ODHA dan 114 jiwa dengan HIV (+). Penderita peny akit ini lebih dominan pada jenis kelamin lakilaki, yaitu sebanyak 642 jiwa dengan HIV (+) dan 947 jiwa ODHA. Bandar Baru memiliki peringkat nomor lima setelah Bandar Kalifah untuk data kasus KHIV/AIDS, dimana pada Bandar Baru terdeteksi adanya 9 orang terkena HIV dan 2 orang yang positif AIDS, (KPA Deli Serdang, 2012). Salah satu daerah rawan bagian dari Kabupaten Deli Serdang adalah Bandar Baru. Secara geografis lokasi Bandar Baru merupakan daerah perbatasan antara Kecamatan Sibolangit dengan Kabupaten Tanah Karo. Lokasi ini cukup besar di Kabupaten Deli Serdang dan banyak mempekerjakan WPS yang jumlahnya setiap tahun terus meningkat. Tahun 2011 terdapat 49 orang WPS, akhir Desember 2012 jumlah tersebut meningkat menjadi ± 272 orang, tahun pada tahun 2013 terus meningkat menjadi 292 orang, dan sampai Maret 2014 terjadi penurunan menjadi 84 orang, (Puskesmas Bandar Baru, 2014). Puskesmas Bandar Baru juga merupakan klinik IMS / VCT. Dari survei awal yang dilakukan diperoleh data WPS sampai Maret 2014 adalah sebanyak 84 orang yang beroperasi dan rutin melakukan kunjungan ke Puskesmas Bandar Baru. Sebagian besar beroperasi secara terselubung, seperti pada tempattempat yang khusus atau barak, dengan jumlah rata-rata 6 orang yang beroperasi setiap hari baik siang maupun malam, (Puskesmas Bandar Baru, 2013). Menurut data di Puskesmas Bandar Baru kasus IMS dan HIV mengalami trend naik turun selama 3 tahun berturut-turut. Di tahun 2011 ditemukan 50 kasus IMS dan 2 kasus HIV, tahun 2012 menjadi 247 kasus IMS dan 8 kasus HIV, dan tahun 2013 menurun menjadi 151 kasus IMS dan 2 kasus HIV (Puskesmas Bandar Baru, 2014). Pengamatan yang dilakukan penulis pada saat survei menemukan fakta bahwa cakupan penggunaan kondom masih saja kurang, meskipun pihak Puskesmas atau petugas kesehatan sudah memberikan kondom gratis sebanyak 3 pcs untuk setiap kali kunjungan ke Klinik IMS / VCT. Data Puskesmas menunjukkan bahwa pendistribusian kondom dilakukan sekali sebulan pada saat WPS melakukan kunjungan ke Klinik IMS/VCT. Didukung wawancara yang dilakukan kepada beberapa WPS yang sudah lama berdomisili dan beroperasional di Bandar Baru bahwa kendati petugas kesehatan sudah memberikan penyuluhan dan pembagian kondom secara gratis setiap bulannya, WPS belum konsisten dalam memakai kondom setiap melakukan hubungan seks. WPS juga menemukan kesulitan untuk menggunakan kondom secara konsisten karena ketidaksetaraan gender dan rendahnya daya tawar menawar mereka sebagai wanita,

3 meskipun secara umum sikap mereka terhadap kondom lebih positif, yaitu menyadari bahwa resiko mereka akan lebih tinggi untuk terinfeksi jika tidak menggunakan kondom. Pengakuan dari beberapa WPS juga mengatakan bahwa ada beberapa karakter pelanggan yang tidak senang dilayani dengan menggunakan kondom. Hal itu diungkapkan karena adanya asumsi pelanggan yang menganggap bahwa berhubungan seks dengan menggunakan kondom akan terasa tidak enak dan membuat para pelanggan tidak nyaman yang mengakibatkan nilai jual untuk kepuasan pelanggan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tidak menggunakan kondom. Setelah berhubungan seks para pelanggan dan WPS lebih sering mengkonsumsi antibiotik dan alat kontrasepsi dari pada menggunakan kondom sebelum berhubungan seks. Hal tersebut juga didukung oleh pengakuan dua apotik yang ada di Bandar Baru yang menyatakan bahwa nilai komersial penjualan antibiotik lebih tinggi dibandingkan penjualan kondom. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang Faktorfaktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom pada wanita penjaja seks di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun Perumusan Masalah Adapun rumusan masalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah faktor ketersediaan kondom berhubungan dengan pemakaian kondom pada wanita pekerja seks (WPS) di wilayah kerja Puskesmas Tahun 2014? 2. Apakah faktor cara negosiasi berhubungan dengan pemakaian kondom pada wanita pekerja seks (WPS) di wilayah kerja Puskesmas Tahun 2014? 3. Apakah faktor karakter pelanggan berhubungan dengan pemakaian kondom pada wanita pekerja seks (WPS) di wilayah kerja Puskesmas Tahun 2014? 1.3.Tujuan Penelitian Menganalisa berbagai faktor yang berhubungan dalam pemakaian kondom pada wanita pekerja seks (WPS) di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru Tahun Manfaat Penelitian Manfaat Aplikasi 1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom, yang dapat menjadi pertimbangan Dinas Kesehatan dalam menyusun program dalam meningkatkan kesehatan reproduksi wanita kelompok resiko tinggi khususnya Wanita Pekerja Seksual dalam mengendalikan laju penularan IMS dan HIV/AIDS. 2. Tenaga kesehatan dapat memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom yang pada akhirnya dapat menjadi acuan dalam menentukan strategi keberhasilan program pemakaian kondom 100% (Use Condom 100%) pada hubungan seksual yang beresiko, sehingga derajat kesehatan reproduksi pada wanita dapat ditingkatkan. 3. Wanita Pekerja Seksual dapat memperoleh pengetahuan tentang IMS dan HIV/AIDS, sehingga dapat merubah sikap dan faktorfaktor yang dapat meningkatkan partisipasi aktif dalam mewujudkan hubungan seksual yang aman, khususnya dalam pemakaian kondom secara konsisten pada hubungan seksual beresiko Manfaat Keilmuan Hasil penelitian ini akan memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

4 WPS dalam pemakaian kondom untuk pencegahan IMS dan HIV/AIDS, sehingga derajat kesehatan reproduksi WPS dapat ditingkatkan Manfaat Metodologis Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya untuk meneliti setiap faktor yang berhubungan dalam pemakaian kondom pada wanita pekerja seks (WPS) dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan reproduksi wanita. KAJIAN TEORITIK 2.1. Penggunaan Kondom Kondom dalam bahasa Indonesia adalah sarung kontrasepsi (sarkon). Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada 2 macam, yaitu polos dan berputing. Bentuk berputing ada kelebihannya yaitu bahwa puting pada ujung kondom tersebut dapat menampung sperma setelah ejakulasi (Suratun, 2010). Bila dikaitkan dengan indikator keberhasilan program pengendalian HIV- AIDS di Indonesia, maka hasil STPB 2011 menunjukkan bahwa persentase penggunaan kondom dalam seminggu terakhir pada perempuan (dalam hal ini WPSL) adalah sebesar 35% dan pada lakilaki (dalam hal ini pria potensial risiko tinggi) dalam setahun terakhir adalah sebesar 14%. Dengan demikian, pencapaian indikator keberhasilan penggunaan kondom pada kelompok berisiko tinggi tahun 2011 adalah sebesar 100% pada perempuan (target tahun 2011: 35%) dan 70% pada laki-laki (target tahun 2011: 20%) (Kemenkes RI, 2011) Keuntungan Penggunaan Kondom Keuntungan penggunaan kondom adalah sebagai berikut : 1. Mencegah kehamilan, dapat diandalkan dan reversible. 2. Tidak mengganggu kesehatan klien. 3. Mencegah penularan IMS termasuk Hepatitis B Virus (HBV) dan HIV/AIDS dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil). 4. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up. 5. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks pada perempuan (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks). 6. Pria secara aktif ikut dalam program KB, pasangan saling berinteraksi 7. Mencegah imuno infertilitas 8. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar (Pinem, 2009) Cara Penggunaan Kondom Menurut Pinem (2009), c ara penggunaan kondom/instruksi bagi pekerja seks adalah sebagai berikut: 1. Gunakan kondom setiap kali akan melakukan hubungan seksual dengan pelanggannya 2. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam lainnya saat membuka kemasan 3. Agar efek kondom lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom 4. Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis (kepala penis) dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina 5. Bila kondom tidak mempunyai penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi 6. Kondom dilepas sebelum penis melembek

5 7. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina 8. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai 9. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman 10. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang panas karena hal itu dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan Keterbatasan Penggunaan Kondom Keterbatasan penggunaan kondom adalah : 1. Efektivitas tidak terlalu tinggi (angka kegagalan kondom 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun). 2. Cara penggunaan memengaruhi keberhasilan kontrasepsi. 3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung) 4. Pada beberapa klien dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi. 5. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks untuk memakai kondom. 6. Harus dipakai setiap kali bersenggama sehingga harus selalu tersedia. 7. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum. 8. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah (Pinem, 2009) Konsistensi Pemakaian Kondom Kondom adalah landasan untuk pencegahan HIV dan kesehatan seksual. Penggunaan kondom secara konsisten dan benar memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS) bakteri, para peneliti melaporkan dalam jurnal Sexually Transmitted Infections. Orang yang selalu menggunakan kondom secara benar adalah 60% lebih mungkin untuk didiaghnosis dengan infeksi. Penggunaan kondom secara konsisten sendiri tidak mengurangi risiko IMS bakteri. WPS yang menggunakan kondom secara benar dan konsisten diperkirakan 59% lebih kecil untuk terinfeksi IMS dalam tiga bulan jika dibandingkan dengan WPS yang tidak menggunakan kondom dengan benar dan konsisten Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom pada wanita pekerja seksual adalah : a. Ketersediaan Kondom b. Cara Negosiasi c. Karakter Pelanggan 2.2. Kerangka Teori Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penularan penyakit tersebut melalui medis maupun perubahan perilaku. Perilaku pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS oleh WPS dengan menawarkan penggunaan kondom saat berhubungan seks merupakan perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri maupun dukungan dari luar diri. Sejalan dengan konsep yang ditawarkan oleh Green (1980) bahwa untuk mendiagnosa atau menilai perilaku individu atau kelompok masyarakat di mana perilaku individu ataupun kelompok masyarakat dipengaruhi 3 faktor utama, yaitu faktor pendukung ( predisposing), faktor pemungkin ( enabling), dan faktor penguat (reinforcing). Ketiga faktor tersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktor internal yaitu faktor predisposisi, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan

6 fisik, ketersediaan atau tidak tersedianya disimpulkan bahwa perilaku seseorang fasilitas atau sarana kesehatan misalnya atau masyarakat tentang kesehatan puskesmas, obat-obatan, alat-alat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kontrasepsi, jamban, dan sebagainya; dan kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari faktor pendorong (reinforcing factors) orang atau masyarakat yang yang terwujud dalam sikap dan perilaku bersangkutan. Di samping itu, petugas kesehatan atau petugas lain dalam ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku memberikan pendidikan kesehatan, yang para petugas kesehatan terhadap merupakan kelompok referensi dari kesehatan juga akan mendukung dan perilaku masyarakat. Sehingga dapat memperkuat terbentuknya perilaku. Kerangka Teori Penelitian (Konsep Green 1980) Tingginya penyebaran PMS dan HIV/AIDS - Tingginya PMS pada WPS - Informasi Kespro tidak tuntas - Cara menjaga Kespro WPS yang keliru - Umur, Pendidikan, dan Penghasilan - Pengetahuan WPS tentang PMS dan HIV/AIDS - Sikap WPS terhadap pemakaian kondom - Ketersediaan Kondom - Karakter Pelanggan - Dukungan social - Sosialisasi program condom use 100% untuk pencegahan PMS dan HIV/AIDS Keinginan WPS untuk pemakaian kondom Negoisasi dalam penggunaan kondom Peningkatan kesehatan reproduksi WPS Perilaku seks yang sehat : pemakaian kondom secara konsisten

7 Skema 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Variable Independen Variabel Dependen Faktor Pendukung : - Ketersediaan Kondom - Cara Negoisasi - Karakter Pelanggan 2.3. Hipotesis Penelitian Dari kerangka konsep diatas dapat dirumuskan hipotesa penelitian adalah Terdapat hubungan antara ketersediaan kondom, cara negosiasi, dan karakter pelanggan terkait dalam pemakaian kondom oleh wanita pekerja seksual (WPS). METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan desain sekat silang ( cross sectional study) karena subyek diamati hanya sesaat atau satu kali. Pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang variable dependen yaitu pemakaian kondom pada WPS dan variable independen yaitu ketersediaan kondom, cara negoisasi, dan karakter pelanggan dilakukan bersama-sama pada saat penelitian dengan menggunakan kuisioner secara kuratif, (Sugiyono, 2010) Tujuan Penelitian 1. Teridentifikasinya faktor faktor (ketersediaan kondom, cara negosiasi, dan karakter pelanggan) yang berhubungan dengan pemakaian kondom pada WPS. 2. Teridentifikasinya pemakaian kondom pada WPS Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru yang merupakan salah satu daerah strategis yang rentan penularan HIV/AIDS. Adapun tempat-tempat yang khusus atau barak yang dihuni oleh WPS Pemakaian Kondom adalah seperti Barak Agen Gurusinga, Barak Mira, barak Novi, Barak Lina, Barak Agung, Barak Leni, Barak Maria, Barak Erik, Barak Sempurna, Barak Sembiring, Barak Salon, Barak Ayu Wulandari, Barak Ani, Barak WintoBarak Gres / Ines, Barak Hadi, Barak Sagu, Barak Oukup dan Barak Bukit Indah Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari September 2013 sampai Juli 2014, yang diawali dengan pengajuan outline judul penelitian, penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan data, dan penulisan laporan akhir Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan unit dalam pengamatan yang akan dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita Pekerja Seks (WPS), penghuni barak-barak penginapan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandar Baru sampai pada Februari tahun Metode Pengumpulan Data Sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Puskesmas yaitu data mengenai jumlah WPS, sedangkan data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sesuai dengan variabel peneliti secara langsung kepada (responden) Persetujuan Menjadi Responden Penelitian (informed concent)

8 Sebelum wawancara dilakukan, responden diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini. Jika setelah penjelasan tersebut responden tidak keberatan untuk menjadi responden, maka wawancara atau pengumpulan data dapat dilakukan. Jika tidak maka peneliti beralih ke responden lainnya Instrumen Penelitian 3.6. Defenisi Operasional Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembaran kuesioner. Kuesioner yang ada merupakan kumpulan dari beberapa peneliti sebelumnya (penelitian Ida (2011), penelitian Abdullah (2012)) dan diperbaharui kembali. Kuisioner penelitian ini terdiri dari ketersediaan kondom, cara negosiasi, karakter pelanggan, dan pemakaian kondom. Variable Definisi Operasional Independen Ketersediaan Sedia atau tidaknya kondom kondom di lokasi/barak penginapan yang dihuni oleh WPS dengan pelanggan Cara negoisasi Tindakan yang dilakukan WPS untuk menawarkan kondom pada pelanggannya Karakter Pelanggan Dependen Pemakaian kondom Tanggapan WPS terhadap pelanggan dalam menanggapi tawaran WPS untuk menggunakan kondom Keajegan WPS hanya bersedia melayani pelanggan yang mau menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dalam kondisi apapun Cara Ukur dan Alat Ukur 5 pertanyaan dalam bentuk quis atau angket tertutup (1-4) yaitu selalu (S1) = 4, Sering (S) = 3, Kadangkadang (K) = 2, tidak pernah (T) = 1 10 pertanyaan dalam bentuk quis atau angket tertutup (1-4) yaitu selalu (S1) = 4, Sering (S) = 3, Kadang-kadang (K) = 2, tidak pernah (T) = 1 5 pertanyaan dalam bentuk quis atau angket tertutup (1-4) yaitu selalu (S1) = 4, Sering (S) = 3, Kadangkadang (K) = 2, tidak pernah (T) = 1 5 pertanyaan dalam bentuk quis atau angket tertutup (1-4) yaitu selalu (S1) = 4, Sering (S) = 3, Kadangkadang (K) = 2, tidak pernah (T) = 1 Hasil Ukur 11=Tersedia=1 10=Tidak Tersedia=2 21=baik=1 20=tidak baik=2 11=mendukung=1 10= tidak mendukung=2 11=konsisten=1 10=tidak konsisten=2 Skala Likert (modifikasi) dengan menghilangkan nilai tengah Likert (modifikasi) dengan menghilangkan nilai tengah Likert (modifikasi) dengan menghilangkan nilai tengah Likert (modifikasi) dengan menghilangkan nilai tengah 3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan ujicoba terhadap 30 orang pekerja seks komersil di lokalisasi Simpang Barat Kecamatan Medan Petisah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur Uji Validitas Untuk menguji validitas alat ukur oleh pernyataan tersebut. Untuk menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dimana nilai = 0,361. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk menguji kesahihan butir soal. Kriteria yang digunakan untuk menguji kesahihan butir yaitu sebagai berikut : a. Jika >, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan dikatakan valid

9 b. Jika <, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan dikatakan tidak valid Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau kostruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi dan butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika nilai Cronbach s Alpha > 0,60 maka pertanyaan reliabel b. Jika nilai Cronbach s Alpha < 0,60 maka pertanyaan tidak reliabel Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji Alpha Cronbach. Variabel dikatakan reliabel jika nilai r Alpha Cronbach > 0, Manajemen Data 1. Editing 2. Coding 3. Entry 4. Cleaning 3.9. Analisa Data Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program statistik (Statistic / Data analysis) dengan tahapan sebagai berikut : 1. Analisis Univariat Analisis dan penyajian data penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yang dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui karakteristik dan distribusi data. 2. Analisis Bivariat Pada analisa bivariat ini setiap variabel dikategorikan. Selain untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen dengan variabel independen, analisa ini juga untuk melihat variabel yang akan menjadi kandidat pemodelan. Semua variabel yang diuji berbentuk kategori dengan demikian analisis yang digunakan adalah chi-square (X²) dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Jika hasil uji menunjukkan nilai p 0,05 maka hubungan antara variabel bermakna (signifikan). Analisis data bivariat dilakukan dengan menggunakan program komputer. 3. Analisis Multivariat Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel independent yang memiliki hubungan variabel yang paling dominan dengan variabel independen. HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian Puskesmas Bandar Baru merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Deli Serdang, terletak di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang beralamat di Jalan Jamin Ginting. Batas-batas wilayah Puskesmas Bandar Baru adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Sinembah Tanah Karo 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Doulu Kecamatan Berastagi 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rumah Pil-pil. Lokalisasi Bandar Baru berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru terletak di Jalan Jamin Ginting Sibolangit yang terdiri dari 19 barak dengan jumlah WPS sebanyak 84 orang. Barak-barak tersebut meliputi beragam usaha seperti salon, tempat hiburan, penginapan (bungalow). Nama barak-barak tersebut yaitu Barak Agen Gurusinga, Barak Sembiring, Barak Erik, Barak Novi, Barak Agung, Barak Bukit Indah, Barak Leni, Barak Maria, Barak Sempurna, Barak Hadi, Barak Lina, Barak Sagu, Barak Ayu Wulandari, Barak Ani, Barak Gres / Ines,

10 Barak Mira, Barak Winto, Barak Oukup dan Barak Salon Analisis Univariat Pemakaian Kondom Berdasarkan hasil penelitian terhadap butir soal tentang pemakaian kondom yang diberikan kepada responden, menunjukkan bahwa mayoritas responden pemakai kondom, yaitu sebanyak 60 orang (71,4%), dan yang tidak pemakai kondom sebanyak 24 orang (28,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi Pemakaian Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 No Pemakaian Kondom Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Pemakai 60 71,4 2. Tidak 24 28,6 Pemakai Total , Ketersediaan Kondom Berdasarkan hasil penelitian tentang jawaban responden pada butir pernyataan ketersediaan kondom menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab tersedia yaitu sebanyak 56 orang (66,7%), dan yang mengakui tidak tersedia sebanyak 28 orang (33,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut : Tabel 4.3. Distribusi Ketersediaan Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 No Ketersediaan Kondom Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Tersedia 56 66,7 2. Tidak 28 33,3 Tersedia Total , Cara Negosiasi Berdasarkan butir pertanyaan tentang cara negoisasai yang diberikan kepada responden, maka hasil penelitian yang diperoleh adalah mayoritas responden dapat melakukan negoisasi yang baik, yaitu sebanyak 61 orang (72,6%), dan yang memiliki negoisasi yang tidak baik sebanyak 23 orang (27,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.4. Distribusi Cara Negosiasi di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 No Cara Negosiasi Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Baik 61 72,6 2. Tidak Baik 23 27,4 Total , Karakter Pelanggan Berdasarkan hasil penelitian melalui butir soal tentang karakter pelanggan, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pelanggan yang mendukung yaitu 53 orang (63,1%), dan responden yang memiliki pelanggan yang tidak mendukung sebanyak 31 orang (36,9%). Hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.5. Distribusi Karakter Pelanggan di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 No Karakter Pelanggan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Mendukung 53 63,1 2. Tidak 31 36,9 Mendukung Total , Analisis Bivariat Hubungan Ketersediaan Kondom Dengan Pemakaian Kondom Berdasarkan hasil penelitian hubungan ketersediaan kondom dengan pemakaian kondom menunjukkan bahwa dari 56 responden yang mengakui ketersediaan kondom, ditemukan 39 orang (69,6%) yang pemakai kondom, sedangkan dari 28 responden yang mengakui tidak tersedianya kondom ditemukan sebagian besar yang pemakai kondom yaitu 21 orang (75%).

11 Hasil uji statistik dengan uji Chi- Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan kondom dengan pemakaian kondom, nilai probabilitas (p) = 0,608 > 0,05. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel silang berikut ini. Tabel 4.6. Tabulasi Silang Hubungan Ketersediaan Kondom Dengan Pemakaian Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2014 Keterse diaan Kondo m Tersedia Tidak Tersedia Pemakaian Kondom Pema Tidak Jumlah kai Pemakai Jlh % Jlh % Jl % h , ,6 75 Total 60 71, , p 0, Hubungan Cara Negosiasi Dengan Pemakaian Kondom Berdasarkan hasil penelitian hubungan cara negoisasi dengan pemakaian kondom menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki cara negosiasi yang baik, ditemukan 49 orang (80,3%) yang pemakai kondom, sedangkan dari 23 responden yang memiliki cara negosiasi yang tidak baik ditemukan mayoritas tidak pemakai kondom yaitu 12 orang (52,2%). Dari hasil penelitian tersebut dapat dibandingkan antara responden yang memiliki cara negosiasi yang baik (49 orang) dengan cara negosiasi yang tidak baik (11 orang) memiliki trend yang sangat signifikan dalam pemakaian kondom, sehingga hal ini dapat dinyatakan bahwa cara negosiasi memiliki hubungan yang bermakna dengan pemakaian kondom bagi para WPS. Hasil uji statistik dengan uji Chi- Square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara cara negosiasi dengan pemakaian kondom, nilai probabilitas (p) = 0,003 < 0,05. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel silang berikut ini. Tabel 4.7. Tabulasi Silang Hubungan Cara Negoisasi Dengan Pemakaian Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Cara Negosi asi Baik Tidak Baik Pemakaian Kondom Jum Tidak Pemakai lah Pemakai Jlh % Jlh % Jl % h 49 80, , , , Total 60 71, , p 0, Hubungan Karakter Pelanggan Dengan Pemakaian Kondom Berdasarkan hasil penelitian hubungan karakter pelanggan dengan pemakaian kondom menunjukkan bahwa dari 53 responden yang mengakui memiliki pelanggan yang mendukung, ditemukan 40 orang (75,5%) yang pemakai kondom, sedangkan dari 31 responden yang mengakui memiliki pelanggan yang tidak mendukung pemakaian kondom ditemukan mayoritas tetap pemakai kondom yaitu 20 orang (64,5%). Hasil uji statistik dengan uji Chi- Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara karakter pelanggan dengan pemakaian kondom, nilai probabilitas (p) = 0,283 > 0,05. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel silang berikut ini.

12 Tabel 4.8. Tabulasi Silang Hubungan Karakter Pelanggan Dengan Pemakaian Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2014 Karakter Pelanggan Mendukung Tidak Mendukung Pemakaian Kondom Pemakai Tidak Jumlah Pemakai Jlh % Jlh % Jlh % , 5 64, 5 Total 60 71, 4 24, 5 35, , Analisis Multivariat Pada analisis multivariat, langkah pertama adalah melakukan analisis bivariat terhadap semua variabel independen dengan variabel dependen. Bila hasil bivariat pada tes omnibus pada bagian bloc menghasilkan nilai p < 0,25 maka variabel tersebut akan masuk dalam multivariat. Untuk variabel independen yang hasil bivariatnya menghasilkan p value > 0,25 namun secara substansi penting, maka variabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam model multivariat. Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Tabel 4.9. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda Variabel B Sig. OR Ketersediaan Kondom Cara Negosiasi Karakter pelanggan Constant %CI for Exp(B) p 0,283 yang tidak berhubungan yaitu ketersediaan kondom (p = 0,608), dan karakter pelanggan (p = 0,283), (lihat lampiran uji regresi logistik ganda). Dari ketiga variabel yang berhubungan secara signifikan adalah variabel cara negosiasi dengan p = 0,004 dengan nilai OR = 4,455 yang artinya WPS yang memiliki cara negoisasai yang tidak baik mempunyai risiko 4,4 kali lebih beresiko untuk tidak memakai kondom dibandingkan dengan WPS yang memiliki cara negosiasi yang baik. PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang konsistensi pemakaian kondom oleh wanita pekerja seks (WPS) di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Baru dapat diihat bahwa mayoritas responden pemakai kondom saat melakukan hubungan seks dengan pelanggan yaitu 60 orang (71,4%), selebihnya dinyatakan tidak pemakai kondom yaitu 24 orang (28,6%). Jika dilihat dari jawaban responden maka mayoritas responden menjawab bahwa mereka selalu mengajukan syarat agar setiap melakukan hubungan seks pelanggan harus menggunakan kondom, namun seringkali syarat yang diajukan tidak dipenuhi pelanggan karena keputusan menggunakan jasa WPS tergantung pada pelanggan, jika pelanggan tidak mau dengan syarat tersebut maka pelanggan dapat mencari WPS yang mau melakukan hubungan seks tanpa mengajukan syaratsyarat untuk menggunakan kondom, dan itu berarti WPS akan kehilangan pelanggan. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda diperoleh hasil bahwa variabel yang berhubungan signifikan terhadap pemakaian kondom yaitu variabel cara negoisasi (p = 0,03), sedangkan variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS PADA PSK El Rahmayati*, Ririn Sri Handayani* Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan banyak hal tentang sisi gelap kehidupan manusia, tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelacuran merupakan fenomena sosial yang senantiasa hadir dan berkembang di setiap putaran roda zaman dan keadaan. Keberadaan pelacuran tidak pernah selesai dikupas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1987). Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui kontak seperti genitor genital, oro genita lmaupun anogenital

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit yang menjadi masalah di dunia adalah penyebaran penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency Syndrome). Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan seks merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yang telah mencapai kematangan fisik dan psikis baik pada wanita maupun laki-laki terutama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Infeksi menular seksual merupakan infeksi yang rute transmisinya terutama adalah melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana peneliti menyajikan suatu fakta untuk menggambarkan secara keseluruhan peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Dalam penelitian ini, Survey

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua dasa warsa lebih sudah, sejak dilaporkannya kasus AIDS yang pertama di Indonesia tahun 1987 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar Bali, respon reaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh manusia. Sejalan dengan berkembangnya proses infeksi, mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di berada di RW Sosrowijayan Kulon Gang 3 kelurahan Sosromenduran Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan pola penyakit yang dikenal sebagai transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit dan penyebab kematian. Pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat kompleks dan menjadi beban ganda dalam pembiayaan pembangunan kesehatan. Pola penyakit yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti **

PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL. Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti ** PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKSUAL DENGAN KEJADIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL Anggia Suci W *, Tori Rihiantoro **, Titi Astuti ** Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 34 juta orang. Dua pertiganya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan kesehatan reproduksi terutama

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan utama dan menjadi beban ekonomi bagi negara-negara berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation

Statistics. Total skor sikap responden. N Valid Missing Mean Median Std. Deviation 1. Analisis Univariat Frequencies Statistics Total skor pengetahuan Total skor sikap Total skor tindakan N Valid 8 8 8 Missing 0 0 0 Mean 2.14 1.1 1.33 Median 2.00 1.00 1.00 Std. Deviation.350.35.501 Minimum

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

TRI BUANA TUNGGA DEWI /IKM

TRI BUANA TUNGGA DEWI /IKM HUBUNGAN PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SIFILIS DAN HIV DI LOKALISASI PERBATASAN KECAMATAN BAGAN SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2008 TESIS Oleh TRI BUANA TUNGGA DEWI 067010021/IKM

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG

1. Pendahuluan FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONORE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 FAKT-FAKT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GONE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG 1 Budiman, 2 Ruhyandi, 3 Anissa Pratiwi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang BAB V HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang memaparkan gambaran umum lokasi penelitian, data deskriptif, serta menyajikan hasil pengolahan data yang meliputi analisis bivariat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN HIV PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 JURNAL MARNI BR KARO PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syindrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune BAB 1 PENDAULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Immune Deficiency Virus) merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun ((Morgan dan Carole, 2009). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. jenis penelitian termasuk penelitian analitic observational. Rancang bangun

BAB IV METODE PENELITIAN. jenis penelitian termasuk penelitian analitic observational. Rancang bangun 53 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, dengan jenis penelitian termasuk penelitian analitic observational. Rancang bangun penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Penelitian analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian dan rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik Cross Sectional.Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian dengan metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau penelitian

Lebih terperinci

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan PENDAHULUAN Secara umum Indonesia adalah negara dengan epidemi rendah, tetapi terkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan

Lebih terperinci

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Situasi HIV & AIDS di Indonesia Situasi HIV & AIDS di Indonesia 2.1. Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009 Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kebutuhan konsumen akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan keadaan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan adalah Croos Sectional yaitu suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan analitik,adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.(

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 92 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENGUAT DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WPS UNTUK PENCEGAHAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2012 I. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci