Oleh: Iim Fathimah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Iim Fathimah"

Transkripsi

1 PENGARUH PENEMPATAN DANA SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) DAN PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH (PUAS) TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) PERBANKAN SYARIAH Oleh: Iim Fathimah KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

2 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Alla SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlantun bagi kekasihnya, Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya hingga hari kebangkitan. Alhamdulillah ucapan syukur yang tiada henti-hentinya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Penempatan Dana SBIS dan PUAS terhadap FDR Perbankan Syariah. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak lain, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung atau tidak langsung, karena skripsi ini yang tidak akan mendekati kesempurnaan tanpa bantuannya. Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, ketua prodi muamalat (Ekonomi Islam), Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag. Sekertaris prodi muamalat; 3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, kortek program Non Reguler, Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag, sekretaris program Non Reguler;

3 4. Bapak Drs. Agustianto, M.Ag dan juga bapak Drs. Heldi, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat kepada penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini; 5. Bapak Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan juga Ibu Nurhasanah, M.Ag, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat kepada penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini; 6. Ibu Tri Puji Lestari selaku pembimbing penulis selama mengadakan penelitian di Bank Indonesia, terima kasih untuk waktu, fikiran dan bantuannya; 7. Kepada seluruh staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hdayatullah Jakarta, yang telah membantu menyediakan fasilitas perpustakaan; 8. kepada seluruh keluarga penulis khususnya; kedua orang tua penulis yang dengan iringan doa, tawa dan air mata-nyalah penulis bisa lebih semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini; untuk kakak-kakak penulis yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis, dan untuk seseorang yang akan menemani hari-hari penulis kelak. Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan;

4 9. Kepada sahabat-sahabat penulis: Mair, n cuy, kiki, mora, huda, hasnah, q- think, mumu, ani, k ikcha, dan tina yang selalu mengisi dan menemani harihari penulis dengan canda, tawa, dan semangat hingga penulis menyelesaikan skripsi ini, Love U guys...; 10. Kepada seluruh teman-teman Muamalat (perbankan syariah D) khususnya ria, leli, ema, amel, ozhar, dan titin terima kasih untuk kebersamaan empat tahun yang indah, tetap semangat ya friends... Semoga amal baik yang telah diberikan untuk penulis dapat diterima oleh Allah SWT dan dibalasnya dengan pahala yang melimpah. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amin. Ciputat 9 Desember 2008 Penulis

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi penghimpunan dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Kegiatan bank mengumpulkan dana disebut dengan kegiatan funding. Sementara kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat oleh bank disebut dengan kegiatan financing atau lending. Dalam menjalankan dua aktifitas besar tersebut, bank syariah harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah perbankan yang berlaku. Utamanya adalah kaidah transaksi dalam pengumpulan dan penyaluran dana menurut islam. Namun bagi bank syariah, disamping harus memenuhi ketentuan kaidah islam, juga mengikuti kaidah hukum perbankan yang berlaku dan telah diatur oleh bank sentral. 1 Ada beberapa prinsip yang digunakan bank syariah dalam mobilisasi yaitu dengan menggunakan prinsip sayembara, titipan, kerjasama bagi hasil. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip sayembara ialah Ju alah, ju alah adalah jenis akad atas manfaat sesuatu yang diduga kuat akan diperolehnya, misalnya, memenangkan suatu kompetisi tertentu. Ju alah artinya janji hadiah atau upah. UII), h.41 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia kampus Fak Ekonomi 1

6 Pengertian secara etimologi berarti upah atau hadiah yang diberikan kepada seseorang karena orang tersebut mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Secara terminologi fiqih berarti suatu Iltizâm (tanggung jawab) dalam bentuk janji memberikan imbalan upah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Madzhab Maliki mendefinisikan Ju alah: Suatu upah yang dijanjikan sebagai imbalan atas suatu jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan oleh seseorang. Madzhab Syafi i mendefinisikannya: Seseorang yang menjanjikan suatu upah kepada orang yang mampu memberikan jasa tertentu kepadanya. Dasar hukum jua lah menurut Madzhab Maliki, Syaf i dan Hanbali berpendapat, bahwa Ju alah boleh dilakukan. dengan alasan firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 72: 2 9 ❸❷ ) يوسوف (٧٢: 10 Artinya Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan Aku menjamin terhadapnya". 2 M.Ali Hasan, Bagaimana Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h

7 Sedangkan akad yang sesuai dengan prinsip titipan adalah Wadi ah, secara etimologi, kata al-wadi ah berarti menempatkan sesuatu yang bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. 3 Sedangkan akad yang sesuai dengan prinsip kerjasama bagi hasil adalah Mudhârabah, yaitu salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang pakar dalam berbisnis. Akad mudhârabah dibolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang. 4 Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian Nasional demi menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas perbankan ini sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia Krisis Moneter yang terjadi pada akhir Juli 1997 menimbulkan dampak hebat terhadap seluruh sektor perekonomian, jatuhnya nilai rupiah langsung meravaluasi seluruh valuta asing perbankan baik asset maupun kewajibannya. Akibatnya ketika banyak nasabah yang melakukan penarikan tiba-tiba terhadap 3 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, cet ) h Ibid, h. 175

8 simpanan valuta asing perbankan tidak memiliki cadangan likuiditas yang cukup untuk memenuhinya. 5 Likuditas bank biasanya disebut alat likuid atau reserve requirtment atau simpanan uang di Bank Indonesia dalam bentuk giro dalam jumlah yang ditentukan, disebut Giro Wajib Minimum (GWM). Dengan demikian, suatu bank syariah dikatakan likuid apabila: 6 1. Dapat memelihara Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. dapat memelihara Giro di Bank Koresponden. Giro di Bank Koresponden adalah rekening yang dipelihara di Bank Koresponden yang besarnya ditetapkan berdasarkan saldo minimum. 3. dapat memelihara sejumlah kas secukupnya untuk memenuhi pengambilan uang tunai. Selanjutnya bank yang berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur pengguna dana ini dalam aktifitasnya sangat besar dapat mengalami kekurangan ataupun kelebihan likuiditas. Kekurangan likuiditas ini dapat disebabkan oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana, 5 Muhammad, dkk, Bank Syariah; Analisis, Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancama, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), cet ke 3, h Imam Rusyamsi, Asset Liability Management, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), 1999, h.

9 sedangkan kelebihan likuiditas dapat terjadi karena dana yeng terhimpun belum disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Untuk mengatasi hal tersebut dan untuk mengendalikan uang yang beredar, Bank Indonesia mengelurakan kebijakan moneter dengan melakukan Oprasi Pasar Terbuka (OPT) berdasarkan prinsip syariah, dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Sertifikat Wadiah Bank Indonesia mulai diberlakukan pada ketentuan BI Nomor 2/9/PBI/2000, dan sampai bulan Juni 2006 posisi SWBI mencapai Rp. 1,188 triliun. SWBI juga dapat menjadi sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Sedangkan dalam upaya meningkatkan efisiensi pengelolaan dana secara syariah, Bank Indonesia membentuk Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS) sebagai suatu kegiatan jangka pendek dalam rupiah berdasarkan prinsip mudhârabah. Sebagaimana tercantum dalam Fatwa DSN MUI Nomor. 36/DSN-MUI/x/ 2002, tentang SWBI disebutkan bahwa SWBI dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi likuiditasnya. Dengan kata lain, pada saat dimana bank syariah memeliki kesulitan dalam menyalurkan dana-dananya sehingga menyebabkan over liquidity, maka bank syariah dapat menanamkan dana tersebut dalam instrument moneter yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) seperti SWBI dan PUAS. 7

10 Posisi SWBI yang ada di Bank Indonesia mengalami peningkatan pada bulan Januari 2003 sampai Januari 2004 hingga mencapai Rp. 2 Triliun. Kemudian posisi terus menurun sampai bulan November 2004 dengan posisi terendah sebesar Rp. 309 Milyar, pada bulan Juli 2004 posisi SWBI berfluktuasi pada Desember 2004 sampai November 2005, kemudian berada diposisi tertinggi sebesar Rp Triliun pada Desember Faktor yang diperkirakan mendukung peningkatan posisi SWBI adalah perbankan syariah membutuhkan alokasi pada kelebihan likuiditas yang dialami, sementara pada saat yang sama terjadi beberapa penyebab yang membuat perbankan syariah tidak menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada sektor riil, diantaranya faktor risiko. Hal ini juga diperkirakan berarti bahwa penempatan dana pada SWBI cukup menarik perbankan syariah pada saat terjadi kelebihan likuiditas, oleh karena itu diduga penempatan dana pada SWBI mempengaruhi tingkat FDR perbankan syariah, begitu juga dengan PUAS dimana tingkat PUAS diduga cukup menarik pihak perbankan syariah untuk menempatkan dananya, sehingga diduga bahwa tingkat bonus PUAS mempengaruhi tingkat FDR perbankan syariah. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan nasabah kepada sektor perbankan yang selama ini diakui sebagai lembaga perantara antara pemilik modal dan pengguna modal. 7 Bank Indonesia, peratuaran BI tentang SWBI, peraturan Bi No. 6/ 7/ PBI/ 2004 Tanggal 16 Februari Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 20 DPM. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No DPM. Pasal 1 dan pasal 13

11 Kini, Bank syariah memiliki alternatif tambahan dalam pengelolaan dana investasinya. Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah yang bernama Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS). Instrumen khusus untuk perbankan syariah ini menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang selama ini berlaku sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang telah diterbitkan. Penerbitan instrumen investasi syariah yang kompetitif untuk menyerap akses likuiditas perbankan syariah. Instrumen ini bisa diterbitkan oleh Bank Indonesia, pemerintah, maupun pihak swasta. Terbitnya SBIS dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan instrumen investasi yang diperlukan untuk memacu perkembangan perbankan syariah. Instrumen Sertifikat Wadiah bank Indonesia (SWBI) dengan tingkat return yang relatif menyebabkan perbankan syariah tidak memiliki banyak pilihan instrumen investasi yang kompetitif ketika terjadi ekses likuiditas, sehingga ekspansi penghimpunan dana menjadi tertahan. Keberadaan SBI Syariah dengan tingkat return yang setara atau mendekati tingkat bunga SBI konvesional akan menjadi pilihan instrumen investasi yang menarik ketika masih diperlukannya waktu analisis sebelum penyaluran pembiayaan yang prudent dan berkualitas diakses pada tanggal 05 Juli 2008

12 Sebagaimana instrument moneter syariah yang sudah ditetapkan peraturannya oleh Bank Sentral, penulis berkeinginan menggambarkan bagaimana aplikasi instrumen ini dalam prakteknya, perkembangannya dan pengaruhnya terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah. Maka bertolak dari hal itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hal tersebut, dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: Pengaruh Penempatan Dana Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terlalu luasnya penelitian yang akan dilakukan, maka dalam penelitian ini hanya akan membahas pengaruh dari penempatan dana SBIS dan PUAS terhadap tingkat FDR perbankan syariah dari bulan Januari 2004 hingga maret meskipun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat FDR perbankan syariah namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada Dua variabel saja, yaitu SBIS dan PUAS, berupa instrumen yang disediakan oleh Bank Indonesia yang dianggap mempengaruhi FDR perbankan syariah. 2. Perumusan Masalah

13 Bila pada Perbankan Konvensional pasca rekap (setelah masa krisis moneter) terjadi suatu fenomena berupa tingginya penempatan dana bank pada pos Sertifikat Bank Indosesia (SBI), hal ini merupakan kompensasi atas rendahnya Loan to Deposit Ratio (LDR) dimana bank harus mencari peluang untuk memperoleh margin bunga yang cukup besar tetapi dengan resiko penempatan dana yang rendah, kemudian berdasarkan hal trsebut, penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh adanya alokasi dana yang dilakukan oleh Perbankan Syariah pada SBIS dan PUAS terhadap FDR berhubungan dengan tersedianya piranti moneter yang berdasarkan prinsip syariah tersebut, maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah: a. Bagaimana pengaruh penempatan dana pada SBIS terhadap FDR perbankan syariah? b. Bagaimana pengaruh bonus PUAS terhadap FDR perbankan syariah? c. Faktor manakah yang lebih mempengaruhi FDR perbankan syariah? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui seberapa besar penempatan dana SBIS berpengaruh terhadap tingkat FDR perbankan syariah b. Untuk mengetahui apakah penempatan dana pada PUAS berpengaruh terhadap tingkat FDR perbankan syariah

14 c. Untuk mengetahui faktor manakah yang lebih mempengaruhi FDR Perbankan Syariah 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfat dalam memberikan masukan antara lain: a. Bagi pemerintah, sebagai masukan bahwa SBIS dan PUAS itu tidak membuat Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank syariah terserap, tetapi tetap produktif, maka pemerintah harus mendorong perkembangan bank syariah. b. Bagi Bank Syariah, berguna untuk para praktisi dan share holder bank syariah sebagai masukan dan informasi ilmiah bahwa dana-dana di bank syariah senantiasa produktif sekalipun SBIS lebih tinggi c. Bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk mengkomparasi teori-teori yang diperoleh kedalam praktek yang sesungguhnya,. d. Bagi ilmu pengetahuan, untuk menambah kepustakaan khususnya di bidang instrument moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk perbankan syaiah yaitu SBIS dan PUAS.

15 D. Review Studi Terdahulu Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini adalah: 1. Analisa Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Nisbah Bagihasil Deposito Mudharabah dan Implikasinya terhadap Dana Pihak Ketiga (studi kasus Bank DKI Syariah Jakarta) oleh: Surya Wijaya, UIN, Skripsi, penelitian ini membahas tentang pengaruh bunga SBI terhadap nisbah bagi hasil deposito mudharabah dan mengetahui bagaimana cara menentukan nisbah bagi hasil pada sisi pendanaan dan sisi pembiayaan bank dan diketahui bahwa terdapat pengaruh suku bunga SBI dalam menentukan nisbah bagi hasil. Sedangkan dalam skripsi yang di tulis oleh penulis menjaelaskan tentang pengaruh SBIS terhadap FDR perbankan syariah dan implikasinya terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) 2. Pasar Uang Antar Bank Konvensional dan Pasar Uang Antar Bank Syariah(sebuah studi banding) oleh: Sholihin, UIN, Skripsi, penelitian ini membahas tentang perbandingan pasar uang konvensional dan pasar uang antar bank syariah. Akan tetapi dalam skripsi ini tidak membahas tentang bagaiman perkembangan instrument moneter ini dari tahun ke tahun. Sedangkan dalam skripsi penulis membahas dan meniliti perkembangan pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah dari bulan ke bulan dimulai dari tahun 2004 hingga Penempatan SWBI dalam Industri Perbankan Syariah Indonesia, Studi Kasus Tahun oleh: Tia Fitri Haryani, Pasca Sarjana UI, Tesis,

16 2005. Penelitian ini membahas tentang faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI dan mengidentifikasi bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi jumlah permintaan SWBI. Dan dalam skripsi yang penulis buat adalah lebih kepada factor-faktor yang mempengaruhi FDR perbankan yang mana salah satu faktornya adalah SWBI. E. Kerangka konsep dan Kerangka Teori Sarana untuk menempatkan kelebihan likuiditas tersebut sebenarnya sudah tersedia, yaitu melalui sarana Pasar Uang Antar Bank dengan berlandaskan prinsip syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. (SWBI) yang saat ini telah diganti dengan kebijakan baru yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) selain menjadi piranti untuk pengendalian uang beredar juga dijadikan sarana penitipan jangka pendek khususnya bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Dan Bank Indonesia menjalankan piranti PUAS agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dapat juga mengelola kelebihan dan kekurangan dana secara efisien, piranti yang digunakan dalam PUAS adalah Investasi Mudharabah Antar Bank (IMA) yang menggunakan akad mudhârabah, oleh karena itu diduga bahwa penempatan dana pada SBIS dan PUAS berpengaruh pada FDR perbankan syariah.

17 Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) Financing to Deposit Ratio (FDR) Pasar Uang antar Bank Syariah (PUAS) Independent Variable Dependent Variable Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesisnya adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel PUAS dan SBIS terhadap FDR perbankan syariah Ha : Terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel PUAS dan SBIS terhadap tingkat FDR perbankan syariah F. Tehnik Penulisan Tehnik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi fakultas syariah dan hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun G. Sistematika Penulisan

18 Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN, Pada bab ini pendahuluan ini berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Hipotesis, serta Sistematika Penulisan BAB II : KERANGKA TEORITIS, membahas tentang pengertian, Landasan Hukum, Mekanisme dan penyelesaian Transaksi, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). pengertian, Landasan Hukum, Mekanisme dan penyelesaian Transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Perbandingan Antara SWBI dan SBIS. Pengertian, Landasan Hukum, Mekanisme dan Penyelesaian Sengketa, perhitungan Imbalan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Dan pengertian tentang Financing to Deposit Ratio (FDR). BAB III : METODE PENELITIAN, membahas tentang Ruang Lingkup Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Tehnik Analisis Data. BAB IV : ANALISIS, pada bab ini membahas tentang Gambaran Umum Objek Penelitian, Analisis Data, Uji Stasioneritas, Pengujian Asumsi Klasik, Pengujian Hipotesis. BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

19 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ABSTARAK i iv vii viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9 D. Review Study Terduhulu 10 E. Kerangka Teori dan Konsep 12 F. Hipotesis 13 G. Sistematika Penulisan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Sekilas tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 15 B. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 19 C. Perbandingan antara SWBI dan SBIS 30 D. Pengertian Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) 32 E. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR) 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 45 B. Metode Pemgumpulan Data 46 a. Data Primer 47 b. Data Skunder 47

20 C. Tehnik Analisis Data Analisis Kuantitatif a. Uji Normalitas Data 48 b. Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda 1) Multikolonearitas 49 2) Heteroskedastisitas 49 3) Auto korelasi 50 c. Uji Hipotesis 51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Sejarah singkat Bank Indonesia 52 b. Visi, misi, Bank Indonesia 53 c. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia 54 B. Analisis Data 55 C. Uji Stasioneritas 58 D. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian Multikolonearitas Pengujian Heterokedastisitas Pengujian Auto korelasi 62 E. Pengujian Hipotesis 1. Uji F Uji t 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 66 B. Saran 67

21 DAFTAR PUSTAKA 70 LAMPIRAN 72

22 DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 1. Tabel 4.1 Tingkat FDR Perbankan Syariah Tabel 4.2 Posisi SBIS Tabel 4.3 Posisi bonus PUAS Tabel 4.4 Coeffisients a Tabel 4.5 Model summary b Tabel 4.6 Annova b Gambar 1.1 Model kerangka berfikir Gambar 4.1 Normal P-Plot of Regresion standadized Rasidual Gambar 4.2 Graph scatter plot 58

23 ABSTRACT Penelitian ini secara khusus ingin mengetahui seberapa besar penempatan dana pada SBIS sebagai sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah yang mengalami kelebihan likuiditas dan penempatan dana pada PUAS berpengaruh terhadap FDR perbankan syariah. Data penelitian ini bersumber dari Bank Indonesia dan juga dari berbagai buku, koran, tesis yang berhubungan dengan skripsi ini, data yang digunakan dimulai dari bulan Januari 2004 hingga Maret Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel, hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan dua variabel bebas X. Dari hasil analisis diketahui bahwa kedua variabel terikat yaitu variabel SBIS dan PUAS tidak secara bersama-sama dapat mempengaruhi FDR perbankan syariah. Dan hasil uji t menunjukan bahwa hanya variabel PUAS yang signifikan dalam mempengaruhi FDR perbankan syariah. Kata kunci: SWBI, SBIS, PUAS, FDR perbankan syariah, Analisis regresi linier berganda.

24 DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 10. Tabel 4.1 Tingkat FDR Perbankan Syariah Tabel 4.2 Posisi SBIS Tabel 4.3 Posisi bonus PUAS Tabel 4.4 Coeffisients a Tabel 4.5 Model summary b Tabel 4.6 Annova b Gambar 1.1 Model kerangka berfikir Gambar 4.1 Normal P-Plot of Regresion standadized Rasidual Gambar 4.2 Graph scatter plot 58

25 ABSTRACT Penelitian ini secara khusus ingin mengetahui seberapa besar penempatan dana pada SBIS sebagai sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank syariah yang mengalami kelebihan liuiditas dan penempatan dana pada PUAS berpengaruh terhadap FDR perbankan syariah. Data penelitian ini bersumber dari Bank Indonesia dan juga dari berbagai buku, koran, tesis yang berhubungan dengan skripsi ini, data yang digunakan dimulai dari bulan Januari 2004 hingga Maret Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel, hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan dua variabel bebas X. Dari hasil analisis diketahui bahwa kedua variabel terikat yaitu variabel SBIS dan PUAS tidak secara bersama-sama dapat mempengaruhi FDR perbankan syariah. Dan hasil uji t menunjukan bahwa hanya variabel PUAS yang signifikan dalam mempengaruhi FDR perbankan syariah. Kata kunci: SBIS, PUAS, FDR perbankan syariah, Analisis regresi linier berganda.

26 BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Masalah Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi penghimpunan dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Kegiatan bank mengumpulkan dana disebut dengan kegiatan funding. Sementara kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat oleh bank disebut dengan kegiatan financing atau lending. Dalam menjalankan dua aktifitas besar tersebut, bank syariah harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah perbankan yang berlaku. Utamanya adalah kaidah transaksi dalam pengumpulan dan penyaluran dana menurut islam. Namun bagi bank syariah, disamping harus memenuhi ketentuan kaidah islam, juga mengikuti kaidah hukum perbankan yang berlaku dan telah diatur oleh bank sentral. 9 Ada beberapa prinsip yang digunakan bank syariah dalam mobilisasi yaitu dengan menggunakan prinsip sayembara, titipan, kerjasama bagi hasil. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip sayembara ialah Ju alah, ju alah adalah jenis akad atas manfaat sesuatu yang diduga kuat akan diperolehnya, misalnya, memenangkan suatu kompetisi tertentu. Ju alah artinya janji hadiah atau upah. UII), h.41 9 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia kampus Fak Ekonomi 1

27 Pengertian secara etimologi berarti upah atau hadiah yang diberikan kepada seseorang karena orang tersebut mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Secara terminologi fiqih berarti suatu Iltizâm (tanggung jawab) dalam bentuk janji memberikan imbalan upah tertentu secara sukarela terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Madzhab Maliki mendefinisikan Ju alah: Suatu upah yang dijanjikan sebagai imbalan atas suatu jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan oleh seseorang. Madzhab Syafi i mendefinisikannya: Seseorang yang menjanjikan suatu upah kepada orang yang mampu memberikan jasa tertentu kepadanya. Dasar hukum jua lah menurut Madzhab Maliki, Syaf i dan Hanbali berpendapat, bahwa Ju alah boleh dilakukan. dengan alasan firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 72: 10 9 ❸❷ ) يوسوف (٧٢: 10 Artinya Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan Aku menjamin terhadapnya". 10 M.Ali Hasan, Bagaimana Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h

28 Sedangkan akad yang sesuai dengan prinsip titipan adalah Wadi ah, secara etimologi, kata al-wadi ah berarti menempatkan sesuatu yang bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. 11 Sedangkan akad yang sesuai dengan prinsip kerjasama bagi hasil adalah Mudhârabah, yaitu salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan seseorang yang pakar dalam berbisnis. Akad mudhârabah dibolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang. 12 Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian Nasional demi menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Stabilitas perbankan ini sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan, sebagaimana yang pernah terjadi pada saat krisis moneter dan perbankan di Indonesia Krisis Moneter yang terjadi pada akhir Juli 1997 menimbulkan dampak hebat terhadap seluruh sektor perekonomian, jatuhnya nilai rupiah langsung meravaluasi seluruh valuta asing perbankan baik asset maupun kewajibannya. Akibatnya ketika banyak nasabah yang melakukan penarikan tiba-tiba terhadap 11 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, cet ) h Ibid, h. 175

29 simpanan valuta asing perbankan tidak memiliki cadangan likuiditas yang cukup untuk memenuhinya. 13 Likuditas bank biasanya disebut alat likuid atau reserve requirtment atau simpanan uang di Bank Indonesia dalam bentuk giro dalam jumlah yang ditentukan, disebut Giro Wajib Minimum (GWM). Dengan demikian, suatu bank syariah dikatakan likuid apabila: Dapat memelihara Giro Wajib Minimum di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. dapat memelihara Giro di Bank Koresponden. Giro di Bank Koresponden adalah rekening yang dipelihara di Bank Koresponden yang besarnya ditetapkan berdasarkan saldo minimum. 3. dapat memelihara sejumlah kas secukupnya untuk memenuhi pengambilan uang tunai. Selanjutnya bank yang berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyalur pengguna dana ini dalam aktifitasnya sangat besar dapat mengalami kekurangan ataupun kelebihan likuiditas. Kekurangan likuiditas ini dapat disebabkan oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana, 13 Muhammad, dkk, Bank Syariah; Analisis, Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancama, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), cet ke 3, h Imam Rusyamsi, Asset Liability Management, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), 1999, h.

30 sedangkan kelebihan likuiditas dapat terjadi karena dana yeng terhimpun belum disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Untuk mengatasi hal tersebut dan untuk mengendalikan uang yang beredar, Bank Indonesia mengelurakan kebijakan moneter dengan melakukan Oprasi Pasar Terbuka (OPT) berdasarkan prinsip syariah, dalam bentuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Sertifikat Wadiah Bank Indonesia mulai diberlakukan pada ketentuan BI Nomor 2/9/PBI/2000, dan sampai bulan Juni 2006 posisi SWBI mencapai Rp. 1,188 triliun. SWBI juga dapat menjadi sarana penitipan dana jangka pendek oleh bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Sedangkan dalam upaya meningkatkan efisiensi pengelolaan dana secara syariah, Bank Indonesia membentuk Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS) sebagai suatu kegiatan jangka pendek dalam rupiah berdasarkan prinsip mudhârabah. Sebagaimana tercantum dalam Fatwa DSN MUI Nomor. 36/DSN-MUI/x/ 2002, tentang SWBI disebutkan bahwa SWBI dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi likuiditasnya. Dengan kata lain, pada saat dimana bank syariah memeliki kesulitan dalam menyalurkan dana-dananya sehingga menyebabkan over liquidity, maka bank syariah dapat menanamkan dana tersebut dalam instrument moneter yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) seperti SWBI dan PUAS. 15

31 Posisi SWBI yang ada di Bank Indonesia mengalami peningkatan pada bulan Januari 2003 sampai Januari 2004 hingga mencapai Rp. 2 Triliun. Kemudian posisi terus menurun sampai bulan November 2004 dengan posisi terendah sebesar Rp. 309 Milyar, pada bulan Juli 2004 posisi SWBI berfluktuasi pada Desember 2004 sampai November 2005, kemudian berada diposisi tertinggi sebesar Rp Triliun pada Desember Faktor yang diperkirakan mendukung peningkatan posisi SWBI adalah perbankan syariah membutuhkan alokasi pada kelebihan likuiditas yang dialami, sementara pada saat yang sama terjadi beberapa penyebab yang membuat perbankan syariah tidak menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada sektor riil, diantaranya faktor risiko. Hal ini juga diperkirakan berarti bahwa penempatan dana pada SWBI cukup menarik perbankan syariah pada saat terjadi kelebihan likuiditas, oleh karena itu diduga penempatan dana pada SWBI mempengaruhi tingkat FDR perbankan syariah, begitu juga dengan PUAS dimana tingkat PUAS diduga cukup menarik pihak perbankan syariah untuk menempatkan dananya, sehingga diduga bahwa tingkat bonus PUAS mempengaruhi tingkat FDR perbankan syariah. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan nasabah kepada sektor perbankan yang selama ini diakui sebagai lembaga perantara antara pemilik modal dan pengguna modal. 15 Bank Indonesia, peratuaran BI tentang SWBI, peraturan Bi No. 6/ 7/ PBI/ 2004 Tanggal 16 Februari Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 20 DPM. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No DPM. Pasal 1 dan pasal 13

32 Kini, Bank syariah memiliki alternatif tambahan dalam pengelolaan dana investasinya. Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan instrumen moneter berbasis syariah yang bernama Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS). Instrumen khusus untuk perbankan syariah ini menggantikan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang selama ini berlaku sebagaimana Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang telah diterbitkan. Penerbitan instrumen investasi syariah yang kompetitif untuk menyerap akses likuiditas perbankan syariah. Instrumen ini bisa diterbitkan oleh Bank Indonesia, pemerintah, maupun pihak swasta. Terbitnya SBIS dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan instrumen investasi yang diperlukan untuk memacu perkembangan perbankan syariah. Instrumen Sertifikat Wadiah bank Indonesia (SWBI) dengan tingkat return yang relatif menyebabkan perbankan syariah tidak memiliki banyak pilihan instrumen investasi yang kompetitif ketika terjadi ekses likuiditas, sehingga ekspansi penghimpunan dana menjadi tertahan. Keberadaan SBI Syariah dengan tingkat return yang setara atau mendekati tingkat bunga SBI konvesional akan menjadi pilihan instrumen investasi yang menarik ketika masih diperlukannya waktu analisis sebelum penyaluran pembiayaan yang prudent dan berkualitas diakses pada tanggal 05 Juli 2008

33 Sebagaimana instrument moneter syariah yang sudah ditetapkan peraturannya oleh Bank Sentral, penulis berkeinginan menggambarkan bagaimana aplikasi instrumen ini dalam prakteknya, perkembangannya dan pengaruhnya terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah. Maka bertolak dari hal itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang hal tersebut, dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: Pengaruh Penempatan Dana Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah I. Pembatasan dan Perumusan Masalah 3. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terlalu luasnya penelitian yang akan dilakukan, maka dalam penelitian ini hanya akan membahas pengaruh dari penempatan dana SBIS dan PUAS terhadap tingkat FDR perbankan syariah dari bulan Januari 2004 hingga maret meskipun ada faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat FDR perbankan syariah namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada Dua variabel saja, yaitu SBIS dan PUAS, berupa instrumen yang disediakan oleh Bank Indonesia yang dianggap mempengaruhi FDR perbankan syariah. 4. Perumusan Masalah

34 Bila pada Perbankan Konvensional pasca rekap (setelah masa krisis moneter) terjadi suatu fenomena berupa tingginya penempatan dana bank pada pos Sertifikat Bank Indosesia (SBI), hal ini merupakan kompensasi atas rendahnya Loan to Deposit Ratio (LDR) dimana bank harus mencari peluang untuk memperoleh margin bunga yang cukup besar tetapi dengan resiko penempatan dana yang rendah, kemudian berdasarkan hal trsebut, penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh adanya alokasi dana yang dilakukan oleh Perbankan Syariah pada SBIS dan PUAS terhadap FDR berhubungan dengan tersedianya piranti moneter yang berdasarkan prinsip syariah tersebut, maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah: a. Bagaimana pengaruh penempatan dana pada SBIS terhadap FDR perbankan syariah? b. Bagaimana pengaruh bonus PUAS terhadap FDR perbankan syariah? c. Faktor manakah yang lebih mempengaruhi FDR perbankan syariah? J. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 3. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui seberapa besar penempatan dana SBIS berpengaruh terhadap tingkat FDR perbankan syariah b. Untuk mengetahui apakah penempatan dana pada PUAS berpengaruh terhadap tingkat FDR perbankan syariah

35 c. Untuk mengetahui faktor manakah yang lebih mempengaruhi FDR Perbankan Syariah 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfat dalam memberikan masukan antara lain: a. Bagi pemerintah, sebagai masukan bahwa SBIS dan PUAS itu tidak membuat Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank syariah terserap, tetapi tetap produktif, maka pemerintah harus mendorong perkembangan bank syariah. b. Bagi Bank Syariah, berguna untuk para praktisi dan share holder bank syariah sebagai masukan dan informasi ilmiah bahwa dana-dana di bank syariah senantiasa produktif sekalipun SBIS lebih tinggi c. Bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk mengkomparasi teori-teori yang diperoleh kedalam praktek yang sesungguhnya,. d. Bagi ilmu pengetahuan, untuk menambah kepustakaan khususnya di bidang instrument moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk perbankan syaiah yaitu SBIS dan PUAS.

36 K. Review Studi Terdahulu Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini adalah: 1. Analisa Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Nisbah Bagihasil Deposito Mudharabah dan Implikasinya terhadap Dana Pihak Ketiga (studi kasus Bank DKI Syariah Jakarta) oleh: Surya Wijaya, UIN, Skripsi, penelitian ini membahas tentang pengaruh bunga SBI terhadap nisbah bagi hasil deposito mudharabah dan mengetahui bagaimana cara menentukan nisbah bagi hasil pada sisi pendanaan dan sisi pembiayaan bank dan diketahui bahwa terdapat pengaruh suku bunga SBI dalam menentukan nisbah bagi hasil. Sedangkan dalam skripsi yang di tulis oleh penulis menjaelaskan tentang pengaruh SBIS terhadap FDR perbankan syariah dan implikasinya terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) 4. Pasar Uang Antar Bank Konvensional dan Pasar Uang Antar Bank Syariah(sebuah studi banding) oleh: Sholihin, UIN, Skripsi, penelitian ini membahas tentang perbandingan pasar uang konvensional dan pasar uang antar bank syariah. Akan tetapi dalam skripsi ini tidak membahas tentang bagaiman perkembangan instrument moneter ini dari tahun ke tahun. Sedangkan dalam skripsi penulis membahas dan meniliti perkembangan pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah dari bulan ke bulan dimulai dari tahun 2004 hingga Penempatan SWBI dalam Industri Perbankan Syariah Indonesia, Studi Kasus Tahun oleh: Tia Fitri Haryani, Pasca Sarjana UI, Tesis,

37 2005. Penelitian ini membahas tentang faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI dan mengidentifikasi bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi jumlah permintaan SWBI. Dan dalam skripsi yang penulis buat adalah lebih kepada factor-faktor yang mempengaruhi FDR perbankan yang mana salah satu faktornya adalah SWBI. L. Kerangka konsep dan Kerangka Teori Sarana untuk menempatkan kelebihan likuiditas tersebut sebenarnya sudah tersedia, yaitu melalui sarana Pasar Uang Antar Bank dengan berlandaskan prinsip syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. (SWBI) yang saat ini telah diganti dengan kebijakan baru yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) selain menjadi piranti untuk pengendalian uang beredar juga dijadikan sarana penitipan jangka pendek khususnya bagi bank yang mengalami kelebihan likuiditas. Dan Bank Indonesia menjalankan piranti PUAS agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dapat juga mengelola kelebihan dan kekurangan dana secara efisien, piranti yang digunakan dalam PUAS adalah Investasi Mudharabah Antar Bank (IMA) yang menggunakan akad mudhârabah, oleh karena itu diduga bahwa penempatan dana pada SBIS dan PUAS berpengaruh pada FDR perbankan syariah. Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) Financing to Deposit Ratio (FDR) Pasar Uang antar Bank Syariah (PUAS)

38 Independent Variable Dependent Variable Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesisnya adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel PUAS dan SBIS terhadap FDR perbankan syariah Ha : Terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel PUAS dan SBIS terhadap tingkat FDR perbankan syariah M. Tehnik Penulisan Tehnik penulisan yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi fakultas syariah dan hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun N. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN, Pada bab ini pendahuluan ini berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

39 Penelitian dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Hipotesis, serta Sistematika Penulisan BAB II : KERANGKA TEORITIS, membahas tentang pengertian, Landasan Hukum, Mekanisme dan penyelesaian Transaksi, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). pengertian, Landasan Hukum, Mekanisme dan penyelesaian Transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Perbandingan Antara SWBI dan SBIS. Pengertian, Landasan Hukum, Mekanisme dan Penyelesaian Sengketa, perhitungan Imbalan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Dan pengertian tentang Financing to Deposit Ratio (FDR). BAB III : METODE PENELITIAN, membahas tentang Ruang Lingkup Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Tehnik Analisis Data. BAB IV : ANALISIS, pada bab ini membahas tentang Gambaran Umum Objek Penelitian, Analisis Data, Uji Stasioneritas, Pengujian Asumsi Klasik, Pengujian Hipotesis. BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

40 BAB II LANDASAN TEORI A. Sekilas tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia bukan merupkan cara penghimpunan dana bank syariah, tetapi merupakan prinsip yang diterapkan oleh Bank Indonesia pada saat bank syariah kelebihan dana dan dititipkan ke Bank Indonesia. Landasan syariah dan ketentuan tentang sertifikat wadiah Bank Indonesia diatur dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 36/DSN- MUI/X/2002, dimana fatwa tersebut sebagai landasan syariahnya. Dimana dalam fatwa tersebut sebagai landasan syariahnya terdapat dalam surat al-baqarah ayat 283: ❷ ❼ 9 ❷ ❽ &10 ⓿ ⓿ ❻ 3 9 ) البقره : ٢٨٣ ( 10 Artinya:

41 Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha 15 mengetahui apa yang kamu kerjakan. Selain itu ketentuan syariah tentag Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang tercantum dalam fatwa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrument moneter berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditasnya. 2. Akad yang digunakan untuk instrumen SWBI adalah akad wadiah sebagaimana diatur dalam fatwa DSN Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan fatwa DSN Nomor 02/DSN-MUI/2000 tentang tabungan. 3. Dalam SWBI tidak boleh ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian ( athaya) yang bersifat sukarela dari pihak Bank Indonesia. 4. SWBI tidak boleh diperjual belikan. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) diatur dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

42 tertanggal 23 Februari Karakteristik, jumlah dan jangka waktu penitipan dana (PBI 2/9/PBI/2000, pasal 2-5) adalah sebagai berikut 1. Bank Indonesia dapat menerima penitipan dana dari bank syariah atau unit usaha syariah dengan menggunakan prinsip wadiah dan sebagai bukti penitipan Bank Indonesia menerbitkan sertifikat wadiah Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas penitipan dana yang diperhitungkan pada saat jatuh waktu. 2. Jumlah dana yang dititipkan sekurang-kurangnya Rp , (lima ratus juta rupiah) dan penitipan diatas jumlah tersebut hanya dapat dilakukan dalam kelipatan Rp ,-(lima puluh juta rupiah) 3. jangka waktu penitipan dana ditetapkan 1 (satu) minggu, 2 (dua) minggu dan 1 (satu) bulan yang dinyatakan dalam hari. Tatacara penyelesaian jatuh waktu transaksi penitipan dana (PBI 2/9/PBI/2000, pasal 10-11) adalah sebagai berikut: 1. pada saat jatuh waktu penitipan dana Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro Bank atau UUS pada Bank Indonesia sebesar nilai titipan dana. 2. dalam hal Bank Indonesia memberikan bonus pada saat jatuh waktu penitipan maka Bank Indonesia akan mengkredit rekening giro bank sebesar nilai bonus. Besarnya bonus akan dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS) yang merupakan rata-rata tertimbang tingkat indikasi imbalan Sertifikat

43 Mudharabah Antarbank (SIMA) yang terjadi di PUAS pada tanggal penitipan dana. Dalam data tidak tersedia, besarnya bonus akan dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan PUAS terakhir yang terjadi atau rata-rata tingkat imbalan deposito investasi mudharabah sebelum didistribusikan pada bulan sebelum nya dari seluruh bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan UUS. Sanksi yang berkaitan dengan transaksi penitipan dana adalah sebagai berikut: 1. dalam hal saldo rekening giro bank syariah atau UUS tidak mencukupi untuk menyelesaikan tersebut maka transaksi penempatan dana dibatalakan dan atas pembatalan tersebut bank syariah atau UUS dikenakan sanksi administrative berupa surat peringatan. 2. dalam hal pembatalan transaksi penitipan dana karena saldo rekening giro bank syariah atau UUS pada Bank Indonesia tidak mencukupi untuk menyelesaikan transaksi penitipan dana lebih dari 2 (dua) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan maka atas pembatalan yang ketiga dan seterusnya dikenakan sanksi administrative berupa surat peringatan dan membayar 1%o (satu permil) dari kekurangan penitipan dana. 3. Bagi bank syariah atau UUS yang mengambil titipan dana sebelum jatuh waktu tidak diberikan bonus. Tanpa mengurangi ketentuan tersebut terhadap

44 bank atau yang mengambil titipan dana sebelum jangka waktu penitipan berakhir dikenakan biaya administrasi. 17 No Besaran Untuk jumlah titipan dana a Rp Sampai dengan Rp. 100 Miliar b Rp Diatas Rp.100 Miliar sampai dengan Rp.500 Miliar c Rp Diatas Rp. 500 Miliar B. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Instrumen moneter ini sekaligus menjawab keluhan perbankan syariah. Pasalnya, selama ini bank syariah merasa diperlakukan berbeda dengan bank konvensional, yang telah lebih dulu menikmati Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Konvensional. ketentuan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) diterbitkan guna meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah melalui Oprasi Pasar Terbuka. Awalnya, usulan penerbitan SBI Syariah disinyalir dari adanya keluhan-keluhan bank syariah. Perbankan syariah menilai return penempatan dana Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) lebih 17 Wiroso, PenghimpunanDana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah,( Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h

45 rendah dibanding dengan penempatan dana bank konvensional di SBI. Untuk itu, mereka meminta keadilan kepada Bank Indonesia agar menerbitkan SBI Syariah. Dalam Peraturan Bank Indonesia disebutkan bahwa SBI Syariah diterbitkan melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan pialang yang bertindak atas nama BUS atau UUS. Hanya, BUS atau UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financing To Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah dapat merepokan Sertifikat Bank Indonesia Syariah miliknya kepada Bank Indonesia dengan terlebih dahulu menandatangani perjanjian penggunaan SBIS dalam rangka Repo SBIS. Terhadap Repo SBIS, Bank Indonesia akan mengenakan biaya kepada BUS atau UUS. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah: Menggunakan akad Ju alah 2. Satuan unit sebesar satu juta Rupiah 3. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12 bulan 4. Diterbitkan tanpa warkat 5. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia, dan 6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar skunder diakses pada tanggal 5 Agustus 2008

46 1. Landasan Hukum Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Setelah lama dinanti oleh perbankan syariah, akhirnya Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 19. PBI itu mulai diberlakukan sejak 31 Maret Beleid tersebut dikeluarkan setelah Bank Indonesia mengantongi izin dari Dewan Syariah Nasional-Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) untuk menerbitkan SBIS. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini, maka Peraturan Bank Indonesia Nomor. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Semua istilah SWBI yang selama ini digunakan dalam ketentuan Bank Indonesia yang masih berlaku, harus dibaca sebagai SBIS. Dan ketentuan lebih lanjut dari peraturan BI ini diatur dengan Surat Edaran Bank Indonesia, termasuk diantaranya tentang Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/16/ DPM tanggal 31 Maret 2008 tentang tata cara penerbitan SBIS melalui lelang. Dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/37/DPM tanggal 8 Agustus 2005 tentang tata cara pelaksanaan dan penyelesaian SWBI dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ketentuan dalam Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal 31 Maret Dan Surat Edaran No. Syariah 19 Bank Indonesia, Peraturan BI No. 10/ 11/ PBI/ 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Penyajian Data Berikut ini penulis sajikan data yang diperoleh dalam penelitian melalui pengkajian Laporan Tahunan Bank Indonesia. Data-data tersebut merupakan

Lebih terperinci

PRINSIP PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH Oleh : Ibnudin, M.H.I

PRINSIP PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH Oleh : Ibnudin, M.H.I Vol,1, Vol. 1, Desember 2016 Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu www.jurnal.faiunwir.ac.id PRINSIP PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH Oleh : Ibnudin, M.H.I Abstrak Likuiditas pada umumnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11 /PBI/2008 TENTANG SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835) No. 50, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 11

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/7/PBI/2004 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu simbol perekonomian di sebuah negara. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/21/PBI/2004 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 9 /PBI/2000 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 9 /PBI/2000 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 9 /PBI/2000 TENTANG SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berkembangnya bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bagi hasil merupakan salah satu faktor pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Seiring berkembangnya aset yang dimiliki perbankan syariah sekarang,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit, presentase profit dan loss

IV. GAMBARAN UMUM. bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit, presentase profit dan loss 40 IV. GAMBARAN UMUM Pada penelitian ini instrumen moneter yang digunakan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu instrumen moneter konvensional dan syariah. Instrumen moneter konvensional dicerminkan melalui

Lebih terperinci

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga intermediasi antara surplus unit dan deficit unit. Fungsi bank pada umumnya adalah sebagai penerima kredit dan pemberi kredit. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB IV. perkembangan cukup pesat, Perbankkan Syari ah sebagai lembaga yang bergerak

BAB IV. perkembangan cukup pesat, Perbankkan Syari ah sebagai lembaga yang bergerak 66 BAB IV STUDY ANALISIS FLEKSIBILITAS SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARI AH (SBIS) DAN SERTIFIKAT INVESTASI MUDHARABAH ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARI AH (SIMA) TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PERBANKKAN SYARI

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan perbankan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai

Lebih terperinci

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perekonomian agar tumbuh dan berkembang, dan juga sebagai gambaran ekonomi

Lebih terperinci

No. 14/ 2 /DPM Jakarta, 4 Januari 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No. 14/ 2 /DPM Jakarta, 4 Januari 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No. 14/ 2 /DPM Jakarta, 4 Januari 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara dengan kuantitas penduduk mus\im terbesar di dunia, institusi perbankan di Indonesia dituntut untuk dapat mengoperasionalkan sistem perbankan

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA No.7/42/DPNP Jakarta, 6 September 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 7 /PBI/2000 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 7 /PBI/2000 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 7 /PBI/2000 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui, kegiatan perbankan syariah di Indonesia baru di mulai sejak tahun 1992. Pengaturan mengenai perbankan syariah pada saat itu masih sangat terbatas.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memenuhi tujuan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Seperti halnya perbankan konvensional, perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Seperti halnya perbankan konvensional, perbankan syariah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eksistensi perbankan syariah saat ini menempati posisi yang sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan pemilik dana

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesi

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.87, 2015 PERBANKAN. BI. Pasar Uang. Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5693). PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Titik kulminasi regulasi perbankan syariah terjadi pada tahun 1998. Pada tahun itu diberlakukan UU No. 10 Tahun 1998. Undang-undang tersebut merupakan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Bank berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti di susun berdasarkan pada penelitian-penelitian yang terdahulu beserta persamaan dan perbedaannya yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umat Islam di Indonesia sudah cukup lama menginginkan perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan dalam segenap aspek

Lebih terperinci

Fungsi Pasar Uang. deden08m.com

Fungsi Pasar Uang. deden08m.com Materi 2 Pengertian Pasar Uang (Money Market) Pasar uang (money market) merupakan pertemuan demand dan supply dana jangka pendek. Dalam pasar uang, valuta asing diperlukan untuk membayar kegiatan ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dahulu sektor perbankan hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan besar,

Lebih terperinci

BAB III KETENTUAN DAN MEKANISME SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH

BAB III KETENTUAN DAN MEKANISME SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH BAB III KETENTUAN DAN MEKANISME SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH A. Ketentuan Sertifikat Bank Indonesia Syariah 1. Sejarah Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Alokasi Penempatan Dana Terhadap Muqabalah (Profitabilitas) Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun ABSTRAK

Analisis Pengaruh Alokasi Penempatan Dana Terhadap Muqabalah (Profitabilitas) Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun ABSTRAK Analisis Pengaruh Alokasi Penempatan Dana Terhadap Muqabalah (Profitabilitas) Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2006-2014 Iftihatul Badriah Saputri Uin Maliki Malang E-mail: Iftihatulbadriahs@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas. harus hati-hati dalam mengelola kegiatan operasionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas. harus hati-hati dalam mengelola kegiatan operasionalnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas penduduk di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/17/PADG/2017 TENTANG KRITERIA DAN PERSYARATAN SURAT BERHARGA, PESERTA, DAN LEMBAGA PERANTARA DALAM OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Sentral merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/7/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA No.7/ 54 /DPNP Jakarta, 29 November 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi didunia, termasuk di Indonesia. Di Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 1 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/5/PBI/2007 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank Indonesia (BI) memprediksi tahun 2016 ini, fundamental ekonomi Indonesia kedepan akan semakin membaik dan lebih kokoh dengan stabilitas yang lebih

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi ke arah peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan Syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu Negara yaitu sebagai lembaga perantara keuangan. Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran perbankan dalam suatu negara sangat penting dalam memacu pertumbuhan perekonomian. Dengan adanya perbankan yang bertindak sebagai financial intermediary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di dunia sekarang ini mengalami perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu representasi aplikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu representasi aplikasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan syariah merupakan salah satu representasi aplikasi dari ekonomi Islam yang melarang penggunaan sistem bunga dalam perekonomian khususnya perbankan, karena

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 8 /PBI/2000 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 8 /PBI/2000 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 8 /PBI/2000 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyediakan sarana untuk penanaman dana

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS

URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS URGENSI MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK : TARIK-ULUR (TRADE-OFF) ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS Abstrak: Oleh: Muhammad Ardy Zaini Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang e-mail : iniazardy@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/4/PBI/2015 TENTANG PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan syariah di Indonesia saat ini dihadapkan dengan situasi yang kompetitif. Kendala yang disebabkan oleh sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kondisi makro ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Kinerja individual bank dan

Lebih terperinci

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari 2012 2008 31 Maret SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang cukup besar dalam usaha untuk meningkatkan perhimpunan dana dari masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO Tugas 4 Kelompok : M. Abrar (20120730071) Ainil Fadhilah (20120730075) Serli (20120730080) Risdayanti (20120730081) GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO Giro merupakan salah satu instrumen dalam produk

Lebih terperinci

No.6/ 26 /DPNP Jakarta, 30 Juni Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 26 /DPNP Jakarta, 30 Juni Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 26 /DPNP Jakarta, 30 Juni 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban segera, baik kewajiban untuk memenuhi penarikan dana maupun permintaan pembiayaan dari nasabah.

Lebih terperinci

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.15/ 41 /DKMP Jakarta, 1 Oktober 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Perhitungan Giro Wajib Minimum Sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu Negara. Perbankan syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa lainnya. Menurut UU

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Operasi Moneter. Syariah. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 178) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL Nama : Suci Lestari NPM : 26210706 Kelas : 3EB14 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan syariah pada dasarnya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perbankan syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan dan kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis perbankan syariah pada tahun 2015 memasuki fase menurun. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49% pada tahun 2013 mengalami penurunan drastis

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak mulai dikembangkannya sistem bagi hasil dalam kurun waktu 17 tahun, total aset perbankan syariah telah mengalami peningkatan sebesar 27 kali lipat dari Rp 1,79

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 36 /PBI/2008 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 36 /PBI/2008 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 36 /PBI/2008 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi tujuan untuk mencapai

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang No.82, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Konvensional. Jangka Pendek. Likuiditas. Pinjaman. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6044) PERATURAN

Lebih terperinci

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Reverse Repurchase Agreement Surat

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NOMOR 20/4/PBI/2018 TANGGAL 3 APRIL 2018 TENTANG RASIO INTERMEDIASI MAKROPRUDENSIAL DAN PENYANGGA LIKUIDITAS MAKROPRUDENSIAL BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL, BANK UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah sinergi antara sektor moneter, fiskal dan riil. Bila ketiganya dapat disinergikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah Negara yang mayoritas warga Negaranya memeluk agama Islam, telah membuat Indonesia menjadi tempat yang cocok untuk mengembangkan industri perbankan

Lebih terperinci

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 12: Pasar Uang Syariah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Definisi Pasar Uang mekanisme memperdagangkan dana jangka pendek. Pasar Uang Syariah mekanisme memperdagangkan instrumen

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH SESI 7: Manajemen Likuiditas dan GAP Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA Masalah yang timbul dari Fungsi Intermediasi Manajemen Likuiditas Manajemen Gap Manajemen Perubahan Kurs Manajemen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

Lebih terperinci

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan BAB V PEMBAHASAN Pengujian penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara

Lebih terperinci