Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Tugas Kelompok

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Tugas Kelompok"

Transkripsi

1 2010 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Tugas Kelompok Dian Kurniasarie ( ), Rahma S. Pratiwi ( ), Sandi Sifananda ( ), Tesar Ahmad Zakaria ( ), The Fensy ( ), Triyoga Laksito ( ) 10/4/2010

2 2 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Daftar Isi 1 Ketentuan Umum Tentang Perikatan Ketentuan Umum Tentang Perjanjian Kontrak Bisnis Perikatan Yang Lahir dari Undang Undang Contoh surat perjanjian Contoh Surat Kuasa Referensi... 23

3 3 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian 1 Ketentuan Umum Tentang Perikatan Perikatan adalah kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum perikatan tersebut (Muljadi & Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, 2004, p. 17). Istilah perikatan ini diambil dari istilah obligation dalam Code Civil Perancis. Jika dilihat dari unsur unsurnya, unsur Perikatan terdiri dari: 1. perikatan merupakan suatu hubungan hukum 2. hubungan hukum tersebut melibatkan dua atau lebih orang (pihak) 3. hubungan hukum tersebut adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum harta kekayaan 4. hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban pada salah satu pihak dalam perikatan Pihak yang memiliki kewajiban dalam suatu perikatan disebut dengan debitor. Kewajiban ini merupakan utang atau prestasi bagi debitor. Disisi lain, pihak yang memiliki yang memiliki hak atas perikatan yang disepakati disebut dengan kreditor, yaitu yang memeliki hak atas pelaksanaan prestasi oleh debitor. Perikatan dapat dibagi dalam beberapa pembagian, antara lain menurut sumber hukum, menurut isi perikatan, menurut sifat keutamaan perikatan, dan kewajiban pihak dalam perikatan untuk melakukan prestasi (Muljadi & Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, 2004). Pembagian menurut sumber perikatan dapat dibagi lagi menjadi: 1. Perikatan yang bersumber dari Perjanjian (Muljadi & Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, 2004, pp ) Dalam perjanjian, salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban sebagaimana yang dijanjikan. Prestasi yang timbul dari perjanjian tidak saja yang telah ditentukan untuk dipenuhi salah satu pihak dalam perjanjian, tetapi juga prestasi yang ditentukan oleh undang undang dan dilakukan secara timbal balik antara kedua belah pihak dalam perjanjian. 2. Perikatan yang bersumber pada Undang Undang (Muljadi & Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, 2004, pp ) Undang Undang Hukum Perdata membagi lagi perikatan ini menjadi perikatan yang lahir dari undang undang saja dan perikatan yang lahir dari undang undang yang disertai perbuatan manusia, baik yang diperbolehkan maupun yang bertentangan dengan hukum. Peristiwa hukum merupakan contoh dalam perikatan yang lahir dari undang undang saja. Kegagalan debitor didalam memenuhi prestasinya dapat menimbulkan perikatan lainnya, yaitu berupa kewajiban untuk mengganti biaya, kerugian, dan bunga. Kewajiban ini timbul apabila kreditor telah melakukan teguran terhadap debitor tetapi tetap tidak dapat melaksanakan prestasinya atau diistilahkan dengan wanprestasi. Bentuk bentuk dari wanprestasi adalah (Muljadi & Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, 2004, p. 70): 1. debitor sama sekali tidak melaksanakan kewajibannya; 2. debitor tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya/melaksanakan kewajibannya tetapi tidak sebagaimana mestinya; 3. debitor tidak melaksanakan kewajibannya pada waktunya

4 4 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian 4. debitor melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan 2 Ketentuan Umum Tentang Perjanjian Perikatan menunjukkan suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua atu lebih orang atau pihak, dimana hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang terlibat dalam hubungan hukum tersebut (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 1). Perikatan yang lahir dari perjanjian merupakan yang paling banyak terjadi dalam kehidupan sehari hari. Eksitensi perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan dapat ditemui dalam ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHP) yang menyatakan Tiaptiap perakitan dilahirkan, baik karena perjanjian baik karena undang undang. Kemudian dipertegas dengan ketentuan Pasal 1313 KUHP yang menyatakan bahwa Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri pada satu orang atau lebih. Dengan kata lain suatu perjanjian adalah: 1. suatu perbuatan; 2. antara sekurang kurangnya dua orang (jadi dapat lebi dari dua orang); 3. perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak pihak yang berjanji tersebut. Atas dasar inilah kemudian dikenal adanya perjanjian konsesuil, perjanjian formil dan perjanjian riil (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 8). 1. Dalam perjanjian konsesuil, kesepakatan dicapai oleh para pihak secara lisan, melalui ucapan saja telah memihak para pihak. Contoh: perjanjian jual beli. 2. Dalam perjanjian formil, kesepakatan atau perjanjian lisan semata mata antara para pihak yang berjanji belum melahirkan kewajiban pada pihak yang berjanji untuk menyerahkan sesuatu, melakukan atau berbuat sesuatu atau utuk tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu. Contoh: perjanjian hibah. 3. Perjanjian riil menunjukkan adanya suatu perbuatan nyata yang harus dipenuhi agar perjanjian yang dibuat tersebut mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian. Contoh: penitipan barang. Asas asas hukum perjanjian: 1. Asas personalia (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 14) Pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri. Asas ini diatur dalam ketentuan Pasal 1315 Kitab Undanng Undang Hukum Perdata. 2. Asas konsesualitas (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 34) Pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat secara lisan antara dua atau lebih orang yang telah mengikat, dan karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah pihak pihak tersebut mencapai kesepakatan atau consessus,

5 5 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian meskipun kesepakatan tersebut telah dicapai secara lisan semata mata. Ketentuan yang mengatur mengenai konsesualitas mengacu pada rumusan Pasal 1320 KUHP. 3. Asas kebebasan berkontrak (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 45) Para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang. Dasar hukum asas ini mengacu pada rumusan angka 4 Pasal 1320 KUHP. 4. Perjanjian berlaku sebagai undang undang (pasca sunt sevande) (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 59) Perikatan dapat lahir dari undang undang maupun karena perjanjian. Jadi perjanjian sumber dari perikatan. Sebagai perikatan yang dibuat dengan sengaja, atas kehendak para pihak secara sukarela, maka segala sesuatu yanng telah disepakati, disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh mereka. Asas ini mengacu pada Pasal 1338 ayat (1). Tiga unsur dalam perjanjian: 1. Unsur esnsialia (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 85) Unsur ini dalam perjanjian mewakili ketentuan ketentuan berupa prestasi prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu pihak atau lebih, yang mencerminkan sifat dan perjanjian tersebut, dan yang membedakan secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Pada umumnya dalam memberikan rumusan, definisi atau pengertian dari suatu perjanjian umumnya unsur ini digunakan. 2. Unsur naturalia (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 88) Unsur naturalia adalah unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur esensialia nya diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur esensilia jual beli, akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual dari cacat cacat tersembunyi. 3. Unsur aksedentalia (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002, p. 89) Unsur aksedentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang merupakan ketentuanketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama sama oleh para pihak.

6 6 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian 3 Kontrak Bisnis Peristiwa di mana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya dibuat secara tertulis. Para pihak yang bersepakat mengenai hal hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan melaksanakannya, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan (verbitenis). Kontrak akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat merupakan sumber hukum formal selama kontrak tersebut merupakan kontrak yang sah (Saliman, 2006, p. 49). Syarat kontrak yang sah sebagai berikut (Saliman, 2006): Syarat subyektif : apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan o kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan) o kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya Syarat obyektif : apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum o suatu hal (obyek) tertentu o sesuatu sebab yang halal ( kausa) Asas lain dakam kontrak selain asas asas hukum dalam perjanjian (Saliman, 2006): kepercayaan persamaan keseimbangan moral kepatutan kebiasaan kepastian hukum Sumber hukum kontrak (Saliman, 2006): Persetujuan para pihak (kontrak) Undang undang: o Undang undang saja o UU karena suatu perbuatan : yang diperbolehkan (zaakwaarnaming) yang berlawanan dengan hukum Resiko merupakan kewajiban untuk memikul kerugian jika ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam kontrak (Saliman, 2006). Kondisi dari wanprestasi (Saliman, 2006): tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

7 7 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya Akibat dari wanprestasi itu biasanya dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara, namun demikian masih dapat membela diri dengan alasan (Saliman, 2006): keadaan memaksa (overmacht / force majeure) kelalaian pihak lain pihak lain telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi Oleh karena itu dalam setiap kontrak bisnis yang dibuat dapat dicantumkan mengenai risiko, wanprestasi dan keadaan memaksa. Keadaan memaksa merupakan kondisi dimana di luar kekuasaannya, memaksa dan tidak dapat diketahui sebelumnya. Keadaan memaksa ada yang bersifat mutlak (absolute) seperti bencana alam dan bersifat tidak mutlak (relative) yaitu berupa keadaan di mana kontrak tersebut masih dapat dilaksanakan namun dengan biaya yang sangat tinggi. Macam macam kontrak bisnis: 1) Perjanjian kredit (Saliman, 2006) a) Pengertian kredit Kredit atau credere (bahasa Romawi) artinya percaya, kepercayaan merupakan dasar dari setiap perjanjian. Unsur kredit adalah adanya dua pihak kesepakatan pinjam meminjam kepercayaan prestasi imbalan jangka waktu tertentu dengan obyeknya benda Dasar dari perjanjian kredit adalah UU Perbankan No. 10 tahun 1998 tentang perjanjian kredit diatur dalam pasal 1 ayat 11, yang berbunyi: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yan bisa dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank (kreditor) dengan pihak lain (debitor) yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Terdapat 2 kelompok perjanjian kredit yaitu: perjanjian kredit uang perjanjian kredit barang

8 8 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian b) Perjanjian kredit uang i) Para Pihak Setiap pihak yang melakukan aktivitas menghimpun dana dari masyarakat wajib memiliki ijin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, persyaratan tersebut adalah: ii) Bunga o o o o o o susunan organisasi dan pengurusan permodalan kepemilikan keahlian dalam bidang perbankan kelayakan rencana kerja hal hal lain yang ditetapkan Bank Indonesia Meskipun menurut UU tidak boleh lebih dari 6%, tetapi dalam praktek bisnis kesepakatan antara kreditor dan debitor biasanya boleh lebih dari yang ditentukan, yang penting bunga itu ada. iii) Batas maksimum pemberian kredit Menurut UU, tidak boleh melebihi 30% dari modal bank sesuai dengan ketentuan BI. BI menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa dapat dilakukan oleh bank tidak boleh melebihi 10% dari modal bank kepada: pemegang saham yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetorkan bank anggota dewan komisaris anggota direksi keluarga dari pemegang saham yang memiliki 10% dari modal yang disetorkan bank, anggota dewan komisaris, dan direksi. Pejabat bank lainnya Perusahaan perusahaanyang di dalamnya terdapat kepentingan dari pemegang saham yang memiliki 10% dari modal yang disetorkan bank, anggota dewan komisaris, dan direksi. Dalam pemberian kredit, bank wajib menempuh cara cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah, tentunya lepas dari indikasi paktek kolusi, korupsi dan nepotisme. iv) Jaminan Biasanya kredit yang diberikan mengandung risiko sehingga dalam memberikan kredit bank harus memperhatikan dasar perkreditan yang sehat agar debitor bisa mengembalikan segala pinjamannya dengan teratur dan lancar. Dalam hal ini, seringkali untuk memperoleh keyakinan atas kemampuan debitor yang perlu diperhatikan adalah

9 9 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian studi kelayakan kerja dan prospek bisnis dari debitur di samping melakukan penilaian aspek watak, kemampuan, modal, agunan serta kecenderungan yang sering dilakukan oleh debitor, termasuk mencari informasi dari sumber lainnya. Mengenai agunan yang dijadikan jaminan perlu mendapat perhatian khusus, mengingat banyak sekali dalam praktek proyek dijadikan jaminan, bila perlu ditambahkan dengan jaminan hipotik, gadai, dan fidusia, atau tanggunan personal dan corporate guarantee. v) Jangka waktu Dalam perjanjian kredit perlu diatur jangka waktunya mengingat kredit adalah kontrak yang suatu waktu harus dikembalikan. Jika setelah jatuh tempo debitor masih belum memenuhi kewajibannya apalagi dengan indikasi sengaja atau lalai, perlu dicantumkan sanksi atas kelalaian tersebut termasuk waktu maksimal yang ditentukan sehingga debitor tidak berlarut larut. c) Problematika Isi perjanjian telah ditentukan sebelumnya secara sepihak (standard contract) untuk alasan efisiensi. Meski demikian, untuk setiap public contract perlu mendapat perlindungan/ pengawasan khusus dengan undang undang seperti yang telah diterapkan pada beberapa negara. Di samping itu, perkembangan yang demikian tidak menguntungkan konsumen, karena hubungan hak dan kewajiban antara para pihak cenderung ditentukan pihak kreditor sehingga tidak ada kepastian hukum. 2) Perjanjian leasing (Saliman, 2006) a) Perngertian Leasing adalah perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah angsurannya lunas dibayar. b) Ciri ciri pokok Hak milik atas barang baru beralih setelah pembayaran lunas, berarti selama kurun waktu kontrak berjalanhak milik masih menjadi hak lessor, hal ini berbeda dengan perjanjian pembiayaan untuk jual beli barang. Sewaktu waktu lessor bisa membatalkan kontrak bila lessee lalai. Leasing bukan perjanjian kredit murni, namun cenderung perjanjian kredit dengan jaminan terselubung. Ada registrasi kredit dengan tujuan untuk melahirkan sifat kebendaan dari perjanjian jaminan. Menurut Komar Andasasmita, ciri ciri pokok leasing adalah: menyangkut barang atau obyek khusus yang merupakan suatu kesatuan tersendiri. memperoleh pemakaian menjadi tujuan utama. ada hubungan antara lamanya kontrak dengan jangka waktu pemakaian obyek leasing.

10 10 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian tenggang waktu kontrak berlaku tetap. tenggang waktu tersebut sesuai dengan maksud para pihak seluruhnya atau hampir sama dengan lamanya pemakaian barang yang merupakan obyek perjanjian dilihat dari segi ekonomi menurut perkiraan para pihak. 3) Perjanjian keagenan dan distributor (Saliman, 2006) a) Pengertian keagenan Agen adalah perusahaan nasional yang menjalankan keagenan Keagenan adalah hubungan hukum antara pemegang merek (principal) dan suatu perusahaan dalam penunjukkan untuk melakukan perakitan/pembuatan/manufaktur serta penjualan/distribusi barang modal atau produk industri tertentu. Jasa keagenan adalah usaha jasa perantara untuk melakukan suatu transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan produsen di satu pihak dan konsumen di lain pihak. b) Hubungan hukum keagenan Hubungan hukum antara agen dengan principal merupakan hubungan yang dibangun melalui mekanisme layanan lepas jual, di sini hak milik atas produk yang dijual oleh agen tidak lagi berada pada principal melainkan sudah berpindah kepada agen, karena pada prinsipnya agen telah membeli produk dari principal. c) Status hukum keagenan Hukum keagenan hanya diatur oleh Keputusan Menteri saja, hal ini menyebabkan lemahnya status dan hubungan hukum yang terjadi pada bisnis keagenan bahkan banyak terjadi praktik praktik penyimpangan. Kontrak harus ditandatangani secara langsung antara principal dan agen. Kontrak antara principal dan agen wajib didaftarkan ke Departemen Perindustrian dan Perdagangan, kalau tidak berarti batal demi hukum. Persyaratan untuk mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran menurut Instruksi Direktorat Jendral Perdagangan Dalam Negeri No. 01 Tahun 1985: o Surat permohonan dari perusahaan yang berbentuk badan hukum. o Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). o Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya. o Tanda Daftar Perusahaan yang masih berlaku. o Fotokopi surat penunjukan (letter of appointment) atau kontrak (agreement) yang telah dilegalisir oleh notaris dan perwakilan RI di luar negeri di negara domisili principal (dokumen aslidiminta diperlihatkan). o Surat perjanjian atau penunjukkan dari produsen kepada supplier, apabila penunjukan dilakukan oleh supplier, dan harus dilampirkan surat persetujuan dari produsen barang sehubungan dengan penunjukkan tersebut.

11 11 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian o o Leaflet, brosur, katalog asli dari produk atau jasa yang hendak yang akan dijadikan agen. Surat pernyataan dari principal dan agen yang ditunjuk yang menyatakan bahwa barang atau jasa tersebut belum ada perusahaan lain yang ditunjuk sebagai agen atau distributor. d) Problematika kontrak keagenan Hukum keagenan di Indonesia memberi kebebasan antara principal dan agen untuk menjalin hubungan hukum melalui penunjukan atau perjanjian yang keduanya memiliki implikasi hukum yan berbeda. Dilihat dari wajib daftar perusahaannya, maka hubungan hukum keagenan, belum ditetapkannya perjanjian ataukah pendaftaran sebagai penentu legalitas hubungan keagenan. Berbagai persyaratan yang diminta sehubungan permohonan pendaftaran tersebut, tidak hanya sekadar tanda menyangkut status dan kedudukan keagenan, melainkan lebih menyerupai izin. Dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 428/M/SK/12/1987 tentang Agen Tunggal Pemegang Merek, bila dicermati, untuk beberapa hal menimbulkan kontradiksi bahkan mengesankan terjadinya campur tangan pemerintah terhadap suatu transaksi perdata. Mengenai hak prioritas untuk kepemilikan saham dari principal untuk mendirikan perusahaan manufaktur dari barang yang diagenkan tersebut, bagaimana penanganan track record dan kinerja yang buruk dari agen buruk. Hal ini berimplikasi pada mustahilnya principal akan menggandeng agen tersebut. e) Sengketa sengketa keagenan Perselisihan biasanya disebabkan terutama menyangkut tata cara pengakhiran (siapakah yang dimaksud dengan pihak, versi pricipal, pihak adalah agen saja, sementara versi agen, pihak adalah baik principal maupun agen. Standar atau ukuran untuk menilai kegiatan yang tidak memuaskan dari pihak agen. Penunjukkan agen lain sebelum ada penyelesaian tuntas. Lemahnya sistem pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak keagenan. Masih ada anggapan bahwa agen hanyalah sebatas working relationship, bukan sebagai partnership dari principal yang kemudian berujung pada habis manis sepah dibuang, setelah melakukan berbagai upaya untuk membangun channel of distribution, promosi, pemasaran, dll. f) Perbedaan pokok agen dan distributor Distributor membeli dan menjual barang untuk diri sendiri dan atas tanggung jawab sendiri termasuk memikul semua risiko, sedangkan agen melakukan tindakan hukum atas perintah dan tanggung jawab principal dan risiko dipikul oleh principal.

12 12 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Distributor mendapat keuntungan atas margin harga beli dengan harga jual, sementara agen mendapatkan komisi. Distributor bertanggung jawab sendiri atas semua biaya yang dikeluarkan, sedangkan agen meminta pembayaran kembali atas biaya yang dikeluarkannya. Sistem manajemen dan akuntansi dari distributor bersifat otonom, sedangkan keagenan berhak menagih secara langsung kepada nasabah. 4) Perjanjian franchising dan lisensi (Saliman, 2006) Franchise adalah pemilik dari sebuah merek dagang, nama dagang, sebuah rahasia dagang, paten, atau produk (biasanya disebut franchisor) yang memberikan lisensi ke pihak lain (biasanya disebut franchisee) untuk menjual atau memberikan layanan dari produk di bawah nama franchisor. Franchisee biasanya membayar semacam fee (royalti) kepada franchisor terhadap aktivitas yang mereka lakukan. Franchisee dan franchisor merupakan dua pihak yang terpisah satu sama lainnya Di samping jenis kontrak tersebut di atas, terdapat jenis kontrak lainnya, yaitu (Saliman, 2006): kontrak jual beli kontrak sewa menyewa pemberian atau hibah (schenking) perseroan (maatschap) kontrak pinjam meminjam kontrak penganggungan utang (borgtocht) kontrak kerja kontrak pembiayaan Berakhirnya kontrak dapat disebabkan karena (Saliman, 2006): 1. pembayaran 2. penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan produk yang hendak dibayarkan di suatu tempat 3. pembaruan utang 4. kompensasi 5. pencampuran utang 6. pembebasan utang 7. hapusnya produk yang dimaksudkan dalam kontrak 8. pembatalan kontrak 9. akibat berlakunya suatu syarat pembatalan 10. lewat waktu Bentuk kontrak dan penulisan kontrak kredit, leasing dan keagenan: 1) Pola umum anatomi sebuah kontrak a. judul

13 13 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian b. pembukaan c. pihak pihak d. latar belakang e. isi f. penutup 2) Tahapan tahapan kontrak Biasanya dalam tahapan berkontrak para pihak melalui: a. Prakontrak: negosiasi, pembuatan Memory of Understanding (MoU), studi kelayakan dan negosiasi lanjutan. b. Kontrak: penulisan naskah awal, pembahasan naskah, penulisan naskah akhir, penandatanganan. c. Pascakontrak: pelaksanaan kontrak, penafsiran kontrak, penyelesaian sengketa. 4 Perikatan Yang Lahir dari Undang Undang Perikatan yang lahir dari undang undang didefinisikan dalam Bab III Kitab Undang Undang Hukum Perdata sebagai berikut : Pasal 1352 Perikatan perikatan yang dilahirkan demi undang undang, timbul dari undang undang saja atau dari undang undang sebagai akibat perbuatan orang. Pasal 1353 Perikatan perikatan yang dilahirkan dari undang undang sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melanggar hukum. Dalam konteks pasal 1352, undang undang membagi perikatan yang lahir dari undang undang dibagi menjadi perikatan yang lahir dari undang undang semata mata dan perikatan yang lahir dari undang undang sebagai akibat perbuatan atau tindakan manusia. Contoh kategori perikatan sesuai dengan pasal 1352 yaitu kematian seseorang yang melahirkan kewajiban pada ahli warisnya untuk memenuhi kewajiban pewaris kepada para kreditornya, pernyataan pailit yang mengakibatkan seluruh harta kekayaan pemilik perserikatan disita untuk melunasi kewajiban kepada kreditor. Perikatan yang lahir dari undang undang saja banyak diketemukan dalam lapangan hukum kekeluargaan dan hukum kebendaan (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). Dalam konteks pasal 1353, perikatan dibagi menjadi 1) perikatan yang lahir dari undang undang sebagai akibat perbuatan manusia atau orang perorangan yang diperkenankan oleh undang undang, yang halal, yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku,

14 14 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian 2) perikatan yang lahir dari undang undang sebagai akibat perbuatan manusia atau orang perorangan yang melanggar undang undang yang tidak diperkenankan oleh hukum yang melawan hukum (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). Pengaturan Perikatan yang lahir dari undang undang tersebut akan dibahas secara terperinci sebagai berikut: 1) Pengurusan Kepentingan Orang Lain Tanpa Perintah Dari Orang Yang Bersangkutan (Zaakwaarneming). Zaakwaarneming diatur pada Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata Bab III pasal 1354 pasal Berdasarkan Pasal 1354, memiliki 5 unsur yaitu: a. Zaakwaanerming ialah suatu perbuatan hukum pengurusan kepentingan pihak atau orang lain. Terkait dengan perbuatan hukum, maka pelaksanaan pengurusan harus sejalan dan sesuai dengan hasil akhir yang dikendaki atau memang diharapkan oleh dominus. Untuk membatasi penyalagunaan Zaakwaanerming, pasal 1357 Kitab Undang Undang hukum perdata menyatakan dengan tegas bahwa jika kepentingan telah diurus dengan baik yang artinya sesuai dengan kehendak dan pengharapan dari dominus, maka dominus berkewajiban untuk mengganti segala pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh gestor yang dianggap perlu dan atau berfaedah bagi jalannya pengurusan kepentingan yang baik tersebut (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). Selanjutnya, Zaakwaanerming pelaksanaannya diatur pada pasal 1356 dan pasal 1357 mengungkapkan dua hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sehubungan dengan pengurusan kepentingan pihak lain: Berhubungan dengan makna kepentingan, pengurusan harus selalu dikaitkan dengan kepentingan dominus. Suatu hal yang merupakan kepentingan bagi gestor belum tentu kepentingan bagi dominus. Dalam kehidupan sehari hari contoh zaakwaanerming antara lain pembayaran tagihan listrik, tagihan telepon dan lain lain. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi zaakwaanerming jarang dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada dominus Berhubungan dengan makna pengurusan dengan baik, dan pengeluaran yang perlu dan berfaedah harus dilihat dari kebiasaan, kepatutan dan kepantasan yang berlaku dimana kegiatan zaakwaanerming dilakukan. Contoh analisa diskusi (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002): A memiliki rumah di pemukiman X, ketika A mendapat tugas kantor selama 3 bulan diluar negeri, pipa ledeng di halaman rumah A bocor hingga air melimpah ke luar. B selaku tetangga A berinisiatif meminta tukan ledeng untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Tidak lama setelah perbaikan selesai A kembali, dan tukang ledeng menyampaikan kwitansi biaya perbaikan sebesar Rp. 10,000, lengkap dengan perinciannya. Pertanyaan : o apakah A harus membayar tukang ledeng yang atas perintah B memperbaiki kerusakan,

15 15 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian o apakah tindakan B dianggap sebagai pengurusan kepentingan A, o apakah sudah terjadi zaakwaanerming? b. Zaakwaanerming dilakukan secara sukarela. Pernyataan sukarela yang dimaksud ialah pekerjaan pengurusan kepentingan dominus oleh gestor dilakukan tanpa maksud tertentu dalam lapangan harta kekayaan. Pasal 1358, mengatur hal ini menegaskan setiap tindakan pengurusan kepentingan dominus oleh gestor tidak memberi hak kepada gestor untuk menuntut pemenuhan upah dari dominus. Namun demikian seringkali ditemui pengurusan sukarela dalam masyarakat untuk tujuan atau maksud tertentu, contoh karyawan mengurus kepentingan pribadi atasannya agar mendapat kenaikan gaji, seorang A mengurus pemakaman perijinan surat kematian tetangganya ke kekelurahan dan kecamatan. Dalam undang undang hal tersebut tidak dilarang, bahkan dalam suatu masyarakat adalah suatu bentuk kewajiban moral untuk saling membantu, yang jika tidak dilaksanakan akan mendapat sangsi moral tertentu (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). c. Zaakwanerming dilakukan tanpa adanya perintah (kuasa atau kewenangan) yang diberikan oleh pihak yang kepentingannya diurus. Unsur ini membedakan antara Zaakwanerming dengan lastgeving (pemberian kuasa). Pada lastgeving, tidak hanya memberikan kewenangan untuk melakukan pengurusan atas kepentingan tertentu dari lastgever (pemberi kuasa), tetapi juga membebani lasthebber (penerima kuasa) untuk menyelesaikan tugas hingga selesai. Jika lasthebber bermaksud membebaskan diri dari beban yang diberikan, ia wajib menyampaikan pemberitahuan mengenai maksudnya kepada lastgever dalam suatu jangka waktu tertentu yang layak, yang sesuai dengan beban yang harus dijalankan kepengurusannya olehnya serta menurut pertimbangan dan kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Jika terjadi kerugian pada lastgever, maka lasthebber wajib mengganti kerugian tersebut (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). d. Zaakwanerming dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan dari orang yang kepentingannya diurus. Merupakan salah satu unsur yang membedakan Zaakwanerming dengan lastgeving (pemberian kuasa). Hal yang membedakannya ialah pada lastgeving selalu diawali dengan penawaran dari seorang lastgever kepada orang yang akan menjadi lasthebber mengenai pemberian suatu beban. Berdasarkan pasal 1795 dan 1796 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, lastgeving dibagi menjadi dua yaitu lastgeving yang bersifat umum dan lastgeving yang bersifat khusus. Lastgeving yang bersifat umum dapat diwujudkan pada zaakwaanerming, karena pengurusan kepentingan lastgever tidak mengandung hak bagi lasthebber untuk mengalihkan kebendaan milik lastgever, maupun untuk membebani kebendaan milik lastgever dengan jaminan jaminan kebendaan, maupun hal hal

16 16 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik terhadap kebendaan yang dimilikinya. Sedangkan lastgeving bersifat khusus tidak dapat dilakukan melalui zaakwaaneming, karena bertujuan untuk melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik sejati dari suatu kebendaan tidak dapat dilaksanakan tanpa perintah, kuasa atau kewenangan yang diberikan secara tegas oleh pemilik tersebut (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). e. Pihak yang melakukan pengurusan (gestor) dengan dilakukannya pengurusan, berkewajiban untuk menyelesaikan pengurusan tersebut hingga selesai atau hingga pihak yang diurus kepentingannya tersebut (dominus) dapat mengerjakan sendiri kepentingannya tersebut. f. Hak dan kewajiban Gestor Gestor berhak atas (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002): o Penggantian atas segala biaya dan ganti kerugian yang telah dikeluarkan oleh gestor yang perlu dan berfaedah bagi pengurusan kepentian dominus, sebagai akibat penguruan kepentian dominus olehnya, kecuali hak atas upah. o Menahan segala apa kepunyaan dominus yang berada di tangannya, sekian lamanya, hingga kepadanya telah dibayar lunas segala biaya dan ganti kerugian yang telah dikeluarkan gestor yang perlu dan berfaedah bagi pengurusan kepentian dominus. Kewajiban dari seorang gestor (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002): o Menyelesaikan kepengurusan kepentingan dominus yang telah mulai dilaksanakan atau dikerjakan olehnya, kecuali jika kegiatan pengurusan tersebut diambil alih oleh dominus setelah ia sendiri dapat mengerjakannya. o Dalam hal dominus meninggal, maka kepentingan yang telah diurus oleh gestor tetap harus diselesaikan, hingga dapat diambil alih oleh ahi waris dominus. Pada sisi sebaliknya jika gestor meninggal, ahli waris gestor berkewajiban menyelesaikan urusan terkait tersebut. o Melakukan pengurusan kepentingan dominus sebagai layaknya seorang bapak rumah tangga yang baik. o Memberikan laporan pertanggungjawaban tentang apa yang telah dilakukan atau diperbuatnya sehubungan dengan kepengurusan yan telah dimulai olehnya hingga selesai. o Memberikan perhitungan kepada dominus tentang segala apa yang telah diterimanya kepada dominus (dikeluarkan untuk kepentingan dominus) dalam kaitannya dengan kepengurusan kepentingan dominus tersebut.

17 17 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian o Memberikan penggantian kerugian, biaya dan bunga kepada dominus sebagai akibat kesalahan, maupun kelalaian dalam melakukan pengurusan kepentingan dominus. o g. Hak dan kewajiban Dominus Dominus berhak atas (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002): Menuntut agar gestor melakukan pengurusan kepentingan dominus sebagaimana layaknya bapak rumah tangga yang baik Meminta agar gestor menyampaikan laporan pertanggung jawaban tentang apa yang telah dilakukan atau diperbuatnya olehnya sehubungan dengan kepenguran yang telah dimulai olehnya tersebut hingga selesai Meminta gestor memberikan perhitungan kepada dominus tentang segala apa yang telah diterimanya kepada dominus (dikeluarkannya untuk kepentingan dominus) dalam kaitannya dengan kepengurusan kepentingan dominus tersebut. Menuntut gestor atas setiap kerugian, biaya dan bunga yang diderita dominus sebagai akibat kesalahan, maupun kelalaian dalam melakukan pengurusan kepentingan dominus. Menuntut gestor untuk bertanggung jawab atas setiap perikatan yang dibuat oleh gestor untuk kepentingan dominus, yang telah dibuatnya secara tidak baik, yang tidak perlu, dan berfaedah bagi kepentingan dominus. Kewajiban dominus (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002): Memberi penggantian atas seluruh biaya yang telah dikeluarkan gestor yang perlu dan berfaedah bagi pengurusan kepentingan dominus. Memberi ganti rugi atas setiap perikatan yang dibuat oleh gestor, yang berfaedah dan perlu untuk kepentingan dominus dalam rangka pengurusan kepentingan dominus. Memenuhi seluruh perikatan yang telah dibuat oleh gestor, yang berfaedah dan perlu untuk kepentingan dominus dalam rangka pengurusan kepentingan dominus. h. Berakhirnya Zaakwaanerming, hanya berlaku dalam hal: Diselesaikannya pengurusan kepentingan dominus yang telah dilaksanakan oleh gestor. Diserahkannya pekerjaan pengurusan kepentingan dominus yang telah dilaksanakan tapi belum selesai kepada dominus atau ahli warisnya jika dominus telah meninggal, yang disertai dengan laporan dan perhitungan mengenai perikatan yang telah dibuat atau dilaksanakan serta biaya biaya yang telah dikeluarkan yang perlu dan berfaedah bagi pengurusan kepentingan dominus.

18 18 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian 2) Pembayaran yang Tidak Terutang (Onverschuldigde betaling, condictio indebiti) Pengaturan pembayaran yang tidak terutang sebagai salah satu perikatan yang lahir dari undang undang sebagai akibat perbuatan yang halal diatur pada pasal 1359 pasal 1364 kitab undang undang hukum perdata. Rumusan pasal 1359 kitab undang undang hukum perdata, menyatakan pembayaran yang tidak terutang ialah pembayaran yang dilakukan oleh sesorang atau pihak tertentu kepada orang lain atau pihak tertentu lainnya yang didasarkan pada suatu asumsi atau anggapan bahwa orang atau pihak yang pertama kali disebut tersebut (yang membayar) memiliki utang atau kewajiban atau prestasi atau perikatan yang harus dipenuhi olehnya kepada pihak atau orang disebut belakangan ini, meskipun sesungguhnya hutang atau kewajiban atau prestasi atau perikatan mana pada dasarnya tidak pernah ada sejak awal, ataupun karena sebab tertentu telah hapus, sehingga sesungguhnya utang atau kewajiban atau prestasi atau perikatan tersebut sudah tidak ada lagi (Muljadi & Widjaja, Perikatan yang lahir dari perjanjian, 2002). Undang undang hukum perdata mengatur pembayaran tidak terutang sebagai berikut: Pembayaran yang dilakukan bukan dalam rangka perikatan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1381 kitab undang undang hukum perdata, yang berbunyi : Perikatan hapus : 1) karena pembayaran, 2) karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, 3) karena pembaharuan hutang, 4) karena perjumpaan utang atau kompensasi, 5) karena pencampuran utang, 6) karena pembebasan utang, 7) karena musnahnya barang yang terutang, 8) karena kesalahan atau pembatalan, 9) karena berlakuknya suatu syarat pembatalan, dan 10) karena lewatnya waktu yang diatur dalam suatu bab tersendiri Pembayaran yang dilakukan bukan dalam rangka pemenuhan perikatan yang tidak memenuhi syarat subyektif, sebagaimana yang diatur dalam pasal 1451 kitab undangundang hukum perdata. Pembayaran yang dilakukan bukan merupakan terhadap perikatan ilmiah, yaitu pemenuhan terhadap perikatan dengan kewajiban pada pihak debitor tetapi tanpa adanya hak tuntutan kebendaan kepada kreditor atas harta benda atau kekayaan debitor. Pada pasal kitab undang undang hukum perdata, menjelaskan lebih lanjut bahwa pembayaran yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya berutang tetapi sesungguhnya tidak berhutang, maka debitor berhak menuntut kembali pada kreditor apa yang telah dibayarkannya, dan kreditor yang mengetahui pembayaran yang tidak seharusnya dibayarkan, berkewajiban mengembalikan pembayaran tersebut kepada debitor. Peraturan ini berlaku untuk kreditor beritikad baik. Sedangkan untuk kreditor beritikad buruk, Pasal 1362 kitab undang undang hukum perdata mengatur rumusan sebagai berikut:

19 19 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Jika kebendaan yang dibayarkan secara khilaf masih berada ditangan orang yang tidak menerima pembayaran yang tidak terutang dengan itikad buruk, maka ia berkewajiban mengembalikan kebendaan, bunga dan hasil yang diperoleh dari kebendaan tersebut, selama kebendaan tersebut berada dalam penguasaannya, biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang melakukan pembayaran, kerugian yang diderita oleh pihak yang melakukan pembayaran dan bunga atas kemerosotan nilai kebendaan yang telah diserahkan tersebut. Jika kebendaan yang dibayarkan secara khilaf tidak lagi berada ditangan atau tidak lagi dimiliki oleh orang yang menerima pembayaran yang tidak terutang dengan itikad buruk, tetapi belum musnah, maka ia berkewajiban mengembalikan bunga dan hasil yang diperoleh dari kebendaan tersebut, selama kebendaan tersebut berada dalam penguasaannya, biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang melakukan pembayaran, kerugian yang diderita oleh pihak yang melakukan pembayaran dan bunga atas kemerosotan nilai kebendaan yang telah diserahkan tersebut. Jika kebendaan yang dibayarkan secara khilaf tersebut musnah, maka orang yang tlah menerima pembayaran yang tidak terutang dengan itikad buruk berkewajiban mengganti harga dari kebendaan, memberikan penggantian atas semua biaya yang telah dikeluaran oleh pihak yang melakukan pembayaran, kerugian yang diderita oleh pihak yang melakukan pembayaran dan bunga atas kemerosotan nilai kebendaan yang telah diserahkan tersebut. Jika kebendaan yang dibayarkan secara khilaf tersebut musnah dengan cara yang sama juga seandainya kebendaan tersebut berada pada orang kepada siapa seharusnya kebendaan tersebut diberikan, maka orang yang telah menerima pembayaran yang tidak terutang dengan itikad buruk diwajibkan untuk mengganti harga dari kebendaan tersebut. 3) Perbuatan Melawan Hukum yang Mengacu Pada Undang Undang, Kesusilaan, Kepatutan dan Ketertiban Umum (Tort, Onrechtmatige Daad) Perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk perikatan yang lahir dari undang undang sebagai akibat perbuatan manusia yang melanggar hukum. Berdasarkan rumusan pasal 1356 kitab undang undang hukum perdata, perbuatan melawan hukum memiliki unsur unsur berikut ini: a. Ada suatu perbuatan yang melawan hukum b. Perbuatan tersebut merugikan pihak lain c. Ada kesalahan dalam perbuatan hukum yang dilakukan tersebut. 5 Contoh surat perjanjian SURAT PERJANJIAN SEWA KONTRAK RUMAH

20 20 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Kami yang bertanda tangan di bawah ini : = = bertempat tinggal di Jalan Jakarta, nomor KTP dan pemilik rumah di Jalan Jakarta Selatan, dalam surat perjanjian ini menjadi penandatangan sebagai yang mengontrakkan dan selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA; dan = = dalam kedudukannya selaku, bertempat tinggal di Jalan Bogor, nomor KTP dan dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama sendiri. Tersebut di atas menjadi penandatangan sebagai pengontrak dan selanjutnya disebut PIHAK KEDUA; m e n y a t a k a n bahwa antara kedua belah pihak telah tercapai kata sepakat mengadakan perjanjian sewa kontrak bangun rumah (gedung) tempat tinggal yang terletak di Jalan Jakarta Selatan, dengan telepon nomor, menurut perjanjian dan penetapan yang ditentukan di bawah ini. P A S A L Persetujuan sewa kontrak rumah (gedung) yang tersebut pada alamat di atas beserta 1 (satu) sambungan nomor telepon nomor dan 1 (satu) unit Jet Pump Sanyo, berlaku untuk jangka waktu ( ) tahun dan berjalan mulai tanggal sampai dengan tanggal Pada saat berakhirnya surat perjanjian sewa kontrak bangun rumah (gedung) ini, yaitu pada tanggal, PIHAK KEDUA harus sudah mengosongkan dan menyerahkan rumah (gedung) tersebut kepada PIHAK PERTAMA tanpa alasan apapun juga dan dalam keadaan baik. P A S A L Uang imbalan jasa ditetapkan sebesar Rp ( Rupiah) dan dibayar secara ( ) tahap untuk jangka waktu tersebut pada pasal 1 ayat 1 oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA Pembayaran tahap 1 (satu) sebesar Rp ( Rupiah) dibayar TUNAI pada saat penandatanganan surat perjanjian sewa rumah (gedung) ini Pembayaran tahap 2 (dua) sebesar Rp ( Rupiah) dibayar TUNAI paling lambat tanggal Perjanjian sewa rumah (gedung) ini SAH apabila PIHAK KEDUA telah melunasi pembayaran tahap 2 (dua) dan PIHAK PERTAMA akan memberikan kwitansi tanda terima pembayaran sewa rumah (gedung). P A S A L 3

21 21 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian 3.1. PIHAK PERTAMA menjamin dan bertanggungjawab penuh terhadap PIHAK KEDUA atas gangguan (gugatan) PIHAK KETIGA selama dalam masa tersebut dalam perjanjian ini; demikian pula tidak akan merubah sifat rumah dan perjanjian ini, khususnya tentang masa berlakunya pada pasal 1 ayat PIHAK KEDUA tidak dibenarkan mengadakan perjanjian dengan PIHAK KETIGA mengenai rumah (gedung) tersebut; demikian pula tidak akan minta ganti rugi apabila PIHAK KEDUA membatalkan hubungan perjanjian sewa kontrak bangun ini sebelum waktunya berakhir PIHAK KEDUA tidak dibenarkan mengadakan perubahan (perombakan) pengalihan hak hak PIHAK PERTAMA menjadi hak hak PIHAK KEDUA atau pihak pihak lainnya, termasuk pengertian pula tidak mengusahakan mendapatkan V.B. dari instansi instansi berwenang atas akomodasi dari rumah (gedung) tersebut dalam perjanjian ini. P A S A L PIHAK PERTAMA mengaku telah mengetahui bahwa rumah (gedung) tersebut hanya digunakan untuk rumah tinggal dan tempat usaha dalam kepentingan kesejahteraan keluarga PIHAK KEDUA dalam jangka waktu tersebut pada perjanjian ini PIHAK KEDUA mempunyai wewenang untuk pengaturan penunjukkan penghuni atas rumah (gedung) tersebut dengan pengertian bahwa penghuni tadi harus berstatus anggota keluarga dan penunjukkannya tidak bertentangan dengan perjanjian dan penetapan surat sewa kontrak bangun ini PIHAK KEDUA tidak dibenarkan menggunakan rumah (gedung) tersebut untuk pergudangan, perbengkelan dan hal hal perbuatan yang melanggar norma norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum. P A S A L Biaya karena penggunaan aliran listrik (PLN) dan pemakaian hubungan sambungan telepon selama berlakunya surat perjanjian ini, menjadi tanggungan PIHAK KEDUA Segala perbaikan, perubahan, dan tambahan atas rumah (gedung) tersebut yang dilaksanakan atas kehendak PIHAK KEDUA harus mendapat persetujuan PIHAK PERTAMA dan segala biayanya menjadi tanggungan PIHAK KEDUA dengan ketentuan dan pengertian hasilnya menjadi milik PIHAK PERTAMA Kwitansi akhir karena penggunaan aliran listrik (PLN) dan saluran telepon menjadi tanggungan PIHAK KEDUA pada saat berakhirnya perjanjian ini Pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB) selama berlakunya perjanjian ini menjadi tanggungan PIHAK KEDUA. P A S A L 6 Segala sesuatu yang belum diatur dalam surat perjanjian ini akan diatur dan ditentukan kemudian dan tersendiri oleh kedua belah pihak. P A S A L 7

22 22 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Untuk perselisihan yang timbul dari atau karena surat perjanjian ini, kedua belah pihak memilih domisili pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri di Jakarta. P A S A L 8 Demikian surat perjanjian sewa kontrak bangun rumah (gedung) ini dibuat di Jakarta pada tanggal dalam rangkap dua dengan penyaksian oleh 2 (dua) orang saksi dan dilengkapi materai secukupnya yang mempunyai kekuatan yang sama; sehelai diserahkan pada PIHAK PERTAMA, sedangkan sehelai lainnya pada PIHAK KEDUA. Jakarta, PIHAK PERTAMA/yang mengontrakkan PIHAK KEDUA/Pengontrak ( ) ( ) S A K S I S A K S I 1. ( ) 2. ( ) 6 Contoh Surat Kuasa Yang bertanda tangan dibawah ini, ahli waris alm : 1. Nama: Umur: th, Pekerjaan: 2. Nama: Umur: th, Pekerjaan: 3. Nama: Umur: th, Pekerjaan: 4. Nama: Umur: th, Pekerjaan: 5. Nama: Umur: th, Pekerjaan: Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya telah memberi kuasa penuh dengan hak Substitusi Kepada:, Umur: th, Pekerjaan: Alamat: Untuk bertindak atas nama dan guna kepentingan pemberi kuasa, menjual dan atau melepaskan serta memindahkan segala hak apapun juga yang ada, dan atau dapat dilakukan serta harus dan boleh dilakukan atas sebidang tanah yang terletak di Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang, terletak pada persil kohir nomor C blok Luas M2, dengan batas batas sebagai berikut:

23 23 Prinsip Prinsip Hukum Perikatan dan Perjanjian Utara: Tanah milik Timur: Tanah milik Selatan: Tanah milik Barat: Tanah milik Dan untuk menghadap pejabat,instansi instansi,badan badan,orang orang,orang menerima dan memberikan penerangan dan memutuskan dan lain lain,menandatangani perjanjian perjanjian naskah atau surat surat permohonan lain menerima uang dan untuk menandatangani kwitansi atau tanda bukti penerimaan yang sah mengajukan claim claim atau lain lain hal tidak satupun kecualinya dan pada umumnya mengurus dan menyelesaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kuasa ini dalam arti yang seluas luasnya dan ditandatangani diatas materai yang cukup serta dalam keadaan sehat badan,waras pikiran dan tidak dipaksa oleh siapapun juga. Yang Menerima Kuasa Nomor: / /Pem Ds.PB/ Tanggal: Mengetahui Lurah/Kepala: Pamulang Yang Memberi Kuasa 1. ( ) 2. ( ) 3. ( Materai ) 4. ( ) 5. ( ) Nomor: Tanggal: Mengetahui Camat Kecamatan Pamulang ( ) ( ) NIP: 7 Referensi Muljadi, K., & Widjaja, G. (2004). Perikatan Pada Umumnya. Jakarta: Rajawali Pers. Muljadi, K., & Widjaja, G. (2002). Perikatan yang lahir dari perjanjian. Jakarta: Rajawali Pers. Muljadi, K., & Widjaja, G. (2003). Perikatan yang lahir dari undang undang. Jakarta : Rajawali Pers. Saliman, A. S. (2006). Hukum bisnis untuk perusahaan: teori dan contoh kasus. Jakarta: Kencana.

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak ) PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari dan tanggal yang disebutkan dalam Lampiran I Perjanjian ini, oleh dan antara: 1. Koperasi Sahabat Sejahtera Anda, suatu koperasi

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan Pemasok Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa : Consgnment

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT) BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT) A. DASAR-DASAR PERIKATAN 1. Istilah dan Pengertian Perikatan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak memberikan rumusan, definisi, maupun arti istilah Perikatan.

Lebih terperinci

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB

KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY Atik Indriyani*) Abstrak Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) diatur dalam buku III, bab XVII mulai pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 KUHPerdata tentang penanggungan utang.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukannya dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya 36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERMOHONAN FASILITAS SEWA GUNA USAHA. Menyampaikan permohonan sewa untuk dapat dipertimbangkan sebagai berikut : Jenis Barang : XXX

LAMPIRAN 1 PERMOHONAN FASILITAS SEWA GUNA USAHA. Menyampaikan permohonan sewa untuk dapat dipertimbangkan sebagai berikut : Jenis Barang : XXX LAMPIRAN 1 PERMOHONAN FASILITAS SEWA GUNA USAHA Kepada : PT. Bonavara Finance Dengan hormat, Kami, Harapah Sambilan, PT NPWP : XX..XX.X-. Menyampaikan permohonan sewa untuk dapat dipertimbangkan sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN

PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN 49 PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PERUSAHAAN Pada hari ini, Senin tanggal empat bulan satu tahun dua ribu sepuluh (04-01-2010), bertempat di Jakarta, kami yang bertandatangan di bawah ini: 1. Amin,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

AKAD/PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

AKAD/PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH Halaman 1/15 Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang bertanda tangan dibawah ini: PERJANJIAN ANTARA PT DANA SYARIAH INDONESIA DAN Nomor. I. PT Dana Syariah Indonesia, berkedudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan 2 Prof. Subekti Perikatan hubungan hukum antara 2 pihak/lebih, dimana satu pihak

Lebih terperinci

A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017

A. Pengertian Perjanjian. C. Unsur-unsur Perjanjian. B. Dasar Hukum Perjanjian 26/03/2017 PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN DAN DARI UNDANG-UNDANG 1. FITRI KHAIRUNNISA (05) 2. JULI ERLINA PRIMA SARI (06) 3. ABDILBARR ISNAINI WIJAYA (14) 4. SHIRLY CLAUDIA PERMATA (18) 5. NADYA FRIESKYTHASARI

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA NO. URAIAN GADAI FIDUSIA 1 Pengertian Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA) Sumber: LN 1995/13; TLN NO. 3587 Tentang: PERSEROAN TERBATAS Indeks: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke

Lebih terperinci

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN

1 KETENTUAN MENDAPATKAN FASILITAS PINJAMAN PERJANJIAN PINJAMAN Perjanjian pinjaman ini ( Perjanjian ) dibuat pada hari [masukan hari penandatanganan] tanggal [masukkan tanggal penandantangan], oleh dan antara: 1. Koperasi Mapan Indonesia, suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 9-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1983 (ADMINISTRASI. FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata 23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB) Pada hari ini ( ) tanggal [( ) ( tanggal dalam huruf )] ( bulan dalam huruf ) tahun [( ) ( tahun dalam huruf )], kami yang bertanda

Lebih terperinci

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana ketentuan hukum mengenai pembuatan suatu kontrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy

Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian Pendaftaran Obligasi Di KSEI Nomor: SP- /PO/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek

Lebih terperinci

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT Rochadi Santoso rochadi.santoso@yahoo.com STIE Ekuitas Bandung Abstrak Perjanjian dan agunan kredit merupakan suatu hal yang lumrah dan sudah biasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata.

Lebih terperinci

Dokumen Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi 1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai

Lebih terperinci

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy

Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian Agen Pembayaran Nomor: SP- /AP/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang, ditegaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi merupakan wadah usaha bersama yang

Lebih terperinci

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA Copyright (C) 2000 BPHN PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA *36161 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 9 TAHUN 1999 (9/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus 34 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus Hak ialah sesuatu yang diperoleh dari pihak lain dengan kewenangan menuntut jika tidak dipenuhi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Definisi perjanjian diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa setiap kerugian daerah yang

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK

CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK CONTOH SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG DENGAN KUASA HIPOTEK SURAT PERJANJIAN UTANG PIUTANG Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Umur : Pekerjaan : No. KTP / SIM : Alamat : Telepon : Bertindak

Lebih terperinci

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy

PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy PERJANJIAN TENTANG REKENING EFEK Nomor: SP- /RE/KSEI/mmyy Perjanjian ini dibuat pada hari ini, , tanggal , bulan tahun (dd-mm-yyyy), antara: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia,

Lebih terperinci

KONTRAK KERJA. Makalah. Igit Nurhidayat Oleh :

KONTRAK KERJA. Makalah. Igit Nurhidayat Oleh : KONTRAK KERJA Makalah Oleh : Igit Nurhidayat 0114104001 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG 2014 Kata Pengantar Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah, karenanya Makalah Kontrak Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth Syarat dan Ketentuan Umum untuk Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth 1. Definisi Syarat dan Ketentuan Umum ANGSURAN adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek ekonomi. Kondisi demikian tidak terlepas dari peran pelaku usaha. Pelaku usaha berperan penting

Lebih terperinci