BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang efisien demi menghasilkan rentetan kemajuan ekonomi yang benar-benar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang efisien demi menghasilkan rentetan kemajuan ekonomi yang benar-benar"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi berkaitan langsung dengan keseluruhan proses politik, budaya, dan ekonomi yang diperlukan untuk mempengaruhi transformasi struktural dan kelembagaan yang cepat dari seluruh masyarakat melalui proses yang efisien demi menghasilkan rentetan kemajuan ekonomi yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat (Todoro dan Smith, 2006: 11). Lebih lanjut Todoro dan Smith (2006: 22) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Arsyad (2005: 6) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi sangat erat kaitannya dengan indikator-indikator makro ekonomi, sehingga pembangunan ekonomi khususnya negara-negara industri (negara maju) yang paling dominan sering diukur berdasarkan tingkat kemajuan struktur produksi dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini diupayakan secara terencana, biasanya dalam proses tersebut peranan sektor manufaktur dan jasa akan mengalami perkembangan sementara di sektor pertanian akan menurun (Todoro dan Smith, 2006: 20). Pertumbuhan ekonomi merupakan representasi 1

2 2 dari ekspansi Produk Domestik Bruto (PDB) potensial suatu negara atau output nasional (Samuelson dan Nordhaus, 2005: 568). Sukirno (2006: 423) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa, dan pertambahan produksi barang modal. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dengan cara menghitung PDB. Tujuan PDB tersebut adalah untuk meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama priode waktu tertentu (Mankiw, 2007: 17). Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi, suatu negara biasanya menggunakan perhitungan PDB atas harga konstan atau disebut PDB riil. Hal ini merupakan ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik dibanding dengan PDB nominal karena dengan cara menghitung output barang dan jasa perekonomian yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sangat bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Berdasarkan konsep kewilayahan, provinsi atau kabupaten/kota, dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah (Kuncoro, 2013: 230). Data PDRB sangat perlu untuk kegiatan perencanaan dan evaluasi ekonomi makro bagi daerah. BPS (2012: 8) menjelaskan, data PDRB dapat digunakan untuk melihat berbagai indikator ekonomi makro suatu wilayah seperti tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita,

3 3 perubahan/pergeseran struktur perekonomian daerah, inflasi dan deflasi serta potensi suatu wilayah. Pencapaian keberhasilan pembangunan daerah melalui pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah. Kota Batam secara geografis terletak dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti Singapura, Johor dan Riau (SIJORI) serta terletak di Selat Malaka yang merupakan perlintasan alih kapal tersibuk di dunia. Hal ini yang menjadi dasar pemerintah mengeluarkan Keputusan Pemerintah Nomor 41 tahun 1973 tanggal 22 November 1973 tentang seluruh Pulau Batam dinyatakan sebagai daerah industri. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan memiliki implikasi kebijakan yang cukup luas. Pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan ekonomi regional semakin meningkat dalam era otonomi daerah, masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Dengan ditetapkan Kota Batam sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 53 tahun 1999 mendorong pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan kapasitas ekonominya guna mempercepat tercapainya kesejahteraan masyarakat. Menurut Glasson dalam BPS (2012: 7) untuk mengidentifikasi sektor potensial daerah dilihat dari struktur PDRB. Apabila sektor potensial itu dikembangkan dengan baik akan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat

4 4 mendorong sektor-sektor ekonomi lain untuk berkembang. Menurut Muzammil dalam BPS (2012: 11) bahwa perekonomian wilayah terspesialisasi jika suatu wilayah memprioritaskan pengembangan suatu sektor melalui kebijakan yang mendukung kemajuan sektor tersebut. Spesialisasi dalam perekonomian merupakan hal penting dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Batam, (diolah) Gambar 1.1 Distribusi Persentase PDRB Riil Rata-rata per Tahun per Sektor di Kota Batam (Persen), Berdasarkan hasil olahan data BPS periode , mengkonfirmasi bahwa kontribusi PDRB sektor industri manufaktur di Kota Batam dari tahun ke tahun selalu mendominasi. Jika dilihat dari struktur PDRB-nya, maka rata-rata kontribusi PDRB sektor industri manufaktur pada PDRB total sangat signifikan, dari tahun sekitar 62,77 persen seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Hal ini menggambarkan bahwa naik dan turunnya laju pertumbuhan total PDRB riil di Kota Batam sangat dipengaruhi laju PDRB riil sektor industri manufaktur.

5 5 Jika dilihat dari struktur ekonominya, Kota Batam terspesialisasi pada sektor industri manufaktur. Dengan dukungan regulasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang meliputi Pulau Batam, Tonton, Setokok, Rempang, Galang, Galang Baru dan Nipah menjadikan Kota Batam lebih kompetitif sebagai pusat industri manufaktur. Sektor tersebut memainkan peranan penting dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Batam, hal ini tidak lepas dari wilayahnya yang memiliki keunggulan komparatif dengan didukung faktor endowment (letak geografis). Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pengangguran. Laju pertumbuhan ekonomi yang stabil diharapkan dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga kemakmuran dapat meningkat, tetapi kerapkali kemajuan pembangunan ekonomi tidak sejalan dengan apa yang direncanakan baik ditingkat nasional maupun daerah. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005: 667) pengangguran adalah orang yang tidak bekerja tetapi masih aktif mencari kerja atau menunggu untuk kembali bekerja. Lebih lanjut Samuelson dan Nordhaus menjelaskan bahwa dampak dari tingginya tingkat pengangguran mengakibatkan banyaknya sumber daya yang terbuang dan berkurangnya pendapatan masyarakat, sehingga akan mengurangi kesejahteraan masyarakat. BPS (2012: 3) mendefinisikan pengangguran terbuka merupakan penduduk usia kerja yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, yang sudah pernah bekerja karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan, yang dibebastugaskan baik akan dipanggil kembali atau tidak tetapi sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran selalu menjadi isu yang penting, baik pemerintah pusat

6 6 maupun di daerah, apabila pengangguran tersebut tidak segera diatasi dapat menimbulkan kerawanan sosial dan berpotensi mengakibatkan kemiskinan. Tabel 1.1 PDRB Sektor Industri Manufaktur, Pekerja Sektor Industri Manufaktur dan Pengangguran di Kota Batam, Tahun PDRB Riil Sektor Industri Manufaktur (Jutaan Rupiah) Pekerja Sektor Industri Manufaktur (Orang) Pengangguran (Orang) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Batam, (diolah) Mengaitkan PDRB sektor industri manufaktur dengan pengangguran yang terjadi di Kota Batam, maka tidak selalu kenaikan PDRB sektor tersebut akan menurunkan jumlah pengangguran. PDRB sektor industri manufaktur mengalami kenaikan rata-rata di atas 11,16 persen sepanjang tahun 1988 sampai dengan tahun 2012 tetapi pengangguran Kota Batam selalu mengalami fluktuasi seiring

7 7 pertambahan jumlah penduduk yang mencapai jiwa pada tahun Rata-rata jumlah pengangguran terbesar didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas yang mencapai 84,55 persen dari total pengangguran di Kota Batam dalam rentang waktu 1988 sampai dengan 2012, sedangkan selebihnya disumbang oleh lulusan jenjang pendidikan lainnya yaitu Sekolah Dasar sebesar 1,40 persen, Sekolah Menengah Pertama sebesar 3,87 persen dan Diploma serta Sarjana masing-masing 5,62 persen dan 4,56 persen. Sebagai penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Batam, sektor industri manufaktur merupakan penyedia lapangan pekerjaan terbesar di Kota Batam, sehingga besar kecilnya penyerapan angkatan kerja di sektor tersebut akan berdampak terhadap naik dan turunnya tingkat pengangguran. Berdasarkan data BPS bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut dari tahun 1988 sampai tahun 2012 menyumbang 54,6 persen dari total jumlah orang yang bekerja. Jika mencermati data BPS pada Tabel 1.1 di atas, pertumbuhan PDRB industri manufaktur terus mengalami kenaikan, tetapi tidak demikian dengan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut yang fluktuasi, terutama mulai tahun 2005 sampai tahun dengan Fluktuasi di sektor ketenagakerjaan dapat dilihat juga pada jumlah pengangguran. Jika membandingkan jumlah pengangguran di Kota Batam satu dekade terakhir, pada tahun 2002 tercatat sebanyak orang dan terus mengalami peningkatan sampai mencapai orang di tahun 2004 dan selanjutnya di tahun 2006 bertambah lagi menjadi orang sebelum akhirnya mengalami penurunan yang signifikan menjadi orang di akhir tahun Menurut Kuncoro (2012: 84) ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi disaat PDB/PDRB mengalami kenaikan, tetapi penyerapan tenaga kerja tidak mengalami peningkatan yang berakibat TPT tidak turun, yaitu:

8 8 1. bila terjadi pertumbuhan output sebesar 1 persen, tetapi jumlah pekerjaan tidak naik sebesar 1 persen, disebabkan perusahaan mungkin meraih kenaikan output dengan meningkatkan jumlah jam kerja dan bisa juga perusahaan kelebihan tenaga kerja ketika terjadi kenaikan output, maka sebagian kenaikan output berasal dari pemanfaatan tenaga kerja yang berlebih; 2. perubahan dalam jumlah pekerjaan dan jumlah orang yang dipekerjakan. Bila jumlah pekerjaan meningkat, beberapa pekerjaan baru diisi oleh orang yang telah memiliki pekerjaan dan tidak diisi oleh orang yang menganggur. Artinya, kenaikan jumlah orang dipekerjakan lebih sedikit dari pada kenaikan jumlah pekerja. Selain kemungkinan-kemungkinan di atas, faktor-faktor lain yang mempengaruhi meliputi peningkatan tenaga kerja, manajemen, peningkatan investasi padat modal, penerapan teknologi hemat tenaga kerja, dan penurunan permintaan tenaga kerja (Wolnicki, dkk., 2006). Dapat juga diakibatkan adanya asuransi pengangguran (unemployment insurance) dan kekakuan upah rill atau upah minimum (Mankiw, 2007: ). Indikator ekonomi lainnya yang berkaitan juga dengan pengangguran adalah masalah inflasi. Untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) tanpa inflasi merupakan yang paling ideal dari tujuan-tujuan lainnya (Sukirno, 1999: 24). Inflasi menunjukkan kenaikan pada seluruh tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus (Mankiw, 2012: 347). Dari pengertian tersebut, apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara atau daerah selalu menginginkan inflasi yang stabil, karena inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk

9 9 mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Salah satu akibat penting dari inflasi adalah cenderung menurunkan taraf kemakmuran sebagian besar masyarakat (Sukirno, 1999: 16). Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor-faktor produksi dan output nasional (Jamli, 2001: 163). Berdasarkan temuan A.W. Phillips, ekonom kelahiran New Zealand, mengemukakan bahwa telah terjadi pertukaran (trade off) yang berbanding terbalik antara perubahan inflasi dan pengangguran dalam jangka pendek. Mankiw (2007: 384) mengungkapkan bahwa ekspektasi inflasi merupakan salah satu penyebab tingginya inflasi ke depan. Hal ini diperparah lagi jika tersumbatnya informasi kepada pelaku-pelaku ekonomi (imperfect information) sehingga pasar mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan yang merupakan hubungan positif antara harga dan output. Dalam satu dekade terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Batam mencapai 7,23 persen, angka tersebut di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan provinsi Kepulauan Riau yang masing-masing tumbuh pada level 6 persen dan 6,35 persen. Hal ini memberikan tolok ukur untuk tercapainya visi Kota Batam yaitu Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional, tetapi pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi belum tentu dapat mengurangi pengangguran serta dapat menjaga daya beli masyarakat. Gambar 1.2 menjelaskan bahwa antara pertumbuhan PDRB, inflasi dan tingkat pengangguran selalu berfluktuasi, di mana pertumbuhan PDRB riil maupun PDRB sektor industri pada level pertumbuhan yang positif, namun inflasi

10 dan pengangguran cenderung tidak stabil, kadangkala membaik dan begitu juga sebaliknya. Rata-rata inflasi dan pengangguran selama rentang waktu tahun 1988 sampai dengan tahun 2012 masing-masing yaitu 9,43 persen dan 9,60 persen % 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% % PDRB Riil PDRB Rill Sektor Industri Manufaktur TPT Inflasi Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Batam, (diolah) Gambar 1.2 PDRB Riil, PDRB Riil Sektor Industri Manufaktur, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Inflasi per Tahun di Kota Batam (Persen), Meningkatnya PDRB diiringi dengan penurunan tingkat pengangguran sejalan dengan kondisi yang diharapkan dan mempunyai arti positif bagi pembangunan ekonomi, namun jika terjadi secara bersamaan peningkatan pengangguran dan inflasi merupakan masalah serius dan berakibat buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan. Menjaga tingkat pengangguran, inflasi dan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang diharapkan merupakan satu kesatuan dari tujuan kebijakan makro untuk menstabilkan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya dapat meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

11 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini bahwa tingkat pengangguran di Kota Batam dengan rata-rata sebesar 9,60 persen per tahun masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran Provinsi Kepulauan Riau (9,20 persen) dan Nasional (6,32 persen). Seharusnya seiring pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur dengan rata-rata diatas 13 persen dan kontribusi terhadap PDRB total di atas 60 persen per tahun diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang signifikan. Oleh karena itu, maka disusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana trend pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur, inflasi dan tingkat pengangguran terbuka di Kota Batam tahun ? 2. Bagaimana hubungan kausalitas antara tingkat pengangguran terbuka dengan pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur di Kota Batam tahun ? 3. Bagaimana hubungan kausalitas antara tingkat pengangguran terbuka dengan inflasi di Kota Batam tahun ? 1.3 Keaslian Penelitian Berbagai penelitian yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran terbuka telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Sebagai acuan, perlu diuraikan secara singkat mengenai penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini dalam bentuk tabel sebagai berikut.

12 12 Peneliti/ No Tahun 1. Munir, dkk., (2009) 2. Puzon (2009) 3. Hye dan Siddiqui (2010) 4. Beaton (2010) Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu Topik/Lokasi Metoda Penemuan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Malaysia: Pendekatan Regresi Ambang Batas. Dinamika Inflasi di Empat Negara ASEAN: Studi Kasus Hubungan Kurva Phillips. Stabilitas Kurva Phillips: Analisis Kasus di Pakistan. Variasi Waktu dalam Hukum Okun: Perbandingan antara Kanada dan Amerika. Threshold Autoregressive (TAR) models, Correlation. OLS, instrumental variable, Time Series Data. Cointegration Approach, VEC Model, Regression. Time-Varying Parameter (TVP) model, OLS Regression, Chow Test. Bahwa ada nilai ambang batas inflasi di Malaysia, berarti ada hubungan nonlinear antara inflasi dan pertumbuhan. Ambang batas diperkirakan 3.89 persen, jika inflasi di atas tersebut signifikan memperlambat laju pertumbuhan PDB, di bawah ambang batas, terdapat hubungan positif yang signifikan antara inflasi dan pertumbuhan Bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan inflasi di Thailand dan Malaysia, sedangkan di Indonesia dan Filipina terdapat hubungan positif, tahun Bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran, sehingga hipotesis kurva Phillips terbukti tidak stabil untuk penerapan di Pakistan. Tingkat pengangguran cenderung lebih merespon terhadap perubahan output dalam resesi dari pada ekspansi. Penurunan masingmasing 2,6 dan 2,0 persen output, ada peningkatan 1 persen pada tingkat pengangguran di Kanada dan Amerika Serikat tahun

13 13 No Peneliti/ Tahun 5. Lal, dkk. (2010) 6. Pawestri (2011) 7. Al-Habees dan Rumman (2012) 8. Umaru dan Zubairu (2012) Topik/Lokasi Metoda Penemuan Uji Hukum Okun di beberapa Negara Asia dengan Pendekatan Kointegrasi. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia, Hubungan antara Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi di Yordania dan Beberapa Negara Arab. Analisis Empirik Hubungan antara Pengangguran dan Inflasi di Nigeria dari Fully Ordinary Least Square (FOLS), Engle Granger, Time Series Data. Analisis Trend, Kausalitas Granger, Regresi, Data Panel. Metoda Analisis Deskriptif, Comparison- Simulation Approach. Granger causality test, Augmented Dickey-Fuller, cointegration test, ARCH and GARCH techniques. Pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi pengangguran di negaranegara berkembang yang tidak mengalami krisis politik, seperti Korea, Malaysia, China, dan Singapura pada tahun Tingkat pengangguran terbuka di sebagian besar provinsi menunjukkan tren kubik. Ada hubungan satu arah antara pertumbuhan ekonomi dan TPT, hubungan dua arah antara inflasi dan TPT, pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap TPT. Tidak adanya hubungan yang kuat antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengangguran tahun Dianjurkan membuat kebijakan yang terpisah antara pertumbuhan ekonomi dan pengurangan tingkat pengangguran. melalui pengeluaran pemerintah, dan mendorong investasi untuk menciptakan lapangan kerja. Inflasi berdampak negatif pada pengangguran. Uji kausalitas menunjukkan tidak ada penyebab antara pengangguran dan inflasi di Nigeria, namun ada hubungan jangka panjang.

14 14 No Peneliti/ Tahun 9. Fei dan Qianyi (2013) 10. Jaradat (2013) 11. Umoru dan Anyiwe (2013) 12. Umair dan Ullah (2013) 13. Elshamy (2013) Topik/Lokasi Metoda Penemuan Penelitian Inflasi dan Pengangguran di China. Dampak Inflasi dan Pengangguran pada Produk Domestik Bruto Yordania. Dinamika Inflasi dan Pengangguran dalam Vector Correction Model (VEM), Nigeria. Dampak PDB dan Inflasi pada Tingkat Pengangguran: Studi Ekonomi Pakistan Hukum Okun dan Validitasnya di Mesir. Koefisien Korelasi, dan Kausalitas. Anova Regression, Pearson Correlation. Vector Error Correction Model (VECM) dengan Engle- Granger Test dan Johansen Maximum Likelihood Test. Analisis Deskriptif, Pearson Correlation, Regresi. Cointegration Analysis dan Error Correction Mechanism (ECM). Secara empiris teori kurva Phillips tidak efektif untuk menemukan hubungan sebab akibat antara inflasi dan tingkat pengangguran di Cina, Ada hubungan negatif yang signifikan antara Pengangguran dan Produk Domestik Bruto dan ada hubungan positif yang signifikan antara Inflasi dan Produk Domestik Bruto di Yordania Ada hubungan positif antara inflasi dan pengangguran, inflasi yang signifikan menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di Nigeria, sedangkan tingkat pengangguran tidak signifikan dalam menjelaskan inflasi, tahun Korelasi antara pengangguran dan inflasi positif, Korelasi antara PDB dan tingkat pengangguran tidak signifikan, sedangkan inflasi tidak signifikan terhadap PDB dan pengangguran dengan korelasi negatif. Dengan menggunakan data time series tahun ditemukan bahwa hukum Okun baik dalam jangka pendek maupun panjang terbukti signifikan di Mesir.

15 15 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek yang diamati, dengan memfokuskan pada sektor industi manufaktur untuk variabel pertumbuhan PDRB. Hal ini disebabkan pertumbuhan sektor tersebut di Kota Batam selalu mendominasi dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi serta mampu menarik dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya jika dibanding pertumbuhan PDRB sektor lainnya, sedangkan variabel inflasi dan tingkat pengangguran tidak berbedah dengan penelitian sebelumnya. Data yang digunakan adalah data time series periode Untuk alat analisis yang digunakan, ada beberapa persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hye dan Siddiqui, Fei dan Qianyi, Jaradat, Umoru dan Anyiwe, dan Elshamy serta Pawestri. Alat analisis yang digunakan oleh Munir dkk, Puzon, Beaton Lal dkk, Al-Habees dan Rumman, serta Umaru dan Zubairu memiliki perbedaan dengan penelitian ini. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah. 1. Untuk menganalisis trend pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur, inflasi, dan tingkat pengangguran terbuka di Kota Batam. 2. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara tingkat pengangguran terbuka dengan pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur di Kota Batam. 3. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara tingkat pengangguran terbuka dengan inflasi di Kota Batam.

16 Manfaat penelitian Hasil dari studi empiris dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan setidaknya manfaat sebagai berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan di Kota Batam dalam memahami potensi dan keunggulannya, sehingga dapat merumuskan kebijakan lebih terencana dan terarah yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. 2. Sebagai bahan informasi atau referensi yang mungkin berguna bagi penelitian selanjutnya, khususnya pada topik yang diteliti. 3. Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang bagaimana peranan sektor industri manufaktur khususnya di Kota Batam terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pengangguran terbuka. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini terdiri dari 4 (empat) bab yang disajikan dengan sistematika sebagai berikut. Bab I Pengantar, bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, bab ini berisi uraian mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori, dan alat analisis yang digunakan. Bab III Analisis Data, bab ini berisi uraian tentang cara penelitian, perkembangan variabel yang diamati, dan hasil analisis data beserta pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang didapatkan dari hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian, serta saran yang disampaikan sebagai sumbangan pemikiran.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan yang lain. Secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki inflasi yang berfluktuasi dan cenderung lebih tinggi dibandingkan negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional memiliki hakekat mewujudkan masyarakat aman, damai dan sejahtera. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus berupaya melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase

Lebih terperinci

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam pengelompokkan negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakat, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam analisis mikro ekonomi perkataan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua segi pengertian berbeda. Di satu pihak istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, pembangunan daerah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi. Judul : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Investasi Terhadap Pengangguran di Provinsi Bali Tahun 1995-2014. Nama : I Nyoman Bayu Dirga NIM : 1215151004 ABSTRAK Pengangguran merupakan suatu ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( ) SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT (1996-2010) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk miskinnya. Semakin banyak jumlah penduduk miskin, maka negara itu disebut negara miskin. Sebaliknya semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Disparitas perekonomian antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu elemen penting dalam tercapainya pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin besar jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kemajuan pembangunan, indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mengelola sumber daya daerah tersebut. menentukan kebijakan untuk masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari ekonomi. Semakin tinggi ekonomi semakin baik pula perekonomian negara tersebut. Laju ekonomi harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketiadaan pekerjaan dapat menjadi kejadian ekonomi yang paling menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan pendapatan dari pekerjaan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN 1985 2005 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit untuk dihindari bagi suatu negara, baik di negara berkembang maupun negara maju, namun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah hasil dari perubahan dalam bidang teknis dan tata kelembagaan dengan mana output tersebut diproduksi dan didistribusikan (Adrimas,1993).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high

BAB I PENDAHULUAN. umum ditujukan untuk mencapai tingkat pengangguran yang rendah (high BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang sering dihadapi oleh suatu negara. Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara, secara umum ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan suatu cita-cita dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi daerah ialah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk meningkatkan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang. Proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan di berbagai daerah dan di segala bidang. Pembangunan ini sendiri bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

RINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL

RINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL RINGKASAN PENGARUH DAYA SAING REGIONAL TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA: ANALISIS DATA PANEL Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan utama dari sebuah proses

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015 Mangaradot Saur A. Sinaga Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan E-mail : Mangaradot@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang secara otomatis akan terjadi. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ketenagakerjaan merupakan aspek mendasar pada kehidupan manusia sebab mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur untuk mencapai kebehasilan pembangunan suatu negara. Pembangunan ekonomi suatu negara pada awalnya merupakan perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci