PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, PDRB, DAN UPAH RIIL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT OLEH HERY FERDINAN H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, PDRB, DAN UPAH RIIL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT OLEH HERY FERDINAN H"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, PDRB, DAN UPAH RIIL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT OLEH HERY FERDINAN H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, PDRB, DAN UPAH RIIL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT Oleh HERY FERDINAN H Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 RINGKASAN HERY FERDINAN. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, PDRB, dan Upah Riil Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Barat (dibimbing oleh FIFI DIANA THAMRIN). Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting dan urgent mengingat erat kaitannya dengan pengangguran baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam masalah ketenagakerjaan menunjukkan bahwa semakin tinggi angka pengangguran maka akan meningkatkan probabilitas kemiskinan, kriminalitas, dan fenomena-fenomena sosial-ekonomi di masyarakat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama periode di Provinsi Sumatera Barat ternyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menganalisis keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat dan pengaruh pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat serta besarnya pengaruh dari masing-masing faktor tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan sekaligus rekomendasi mengenai strategi kebijakan yang optimal untuk mengurangi tingginya pengangguran di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS tahun yang meliputi data Pengeluaran Pemerintah, PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK), dan Upah Riil. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda data panel dengan fixed effects model. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah rill. Ketiga variabel tersebut berpengaruh secara signifikan. Variabel yang paling tinggi pengaruhnya adalah PDRB dengan elastisitas 0,7612. Sementara upah riil memiliki elastisitas sebesar -0,6753. Sedangkan pengeluaran pemerintah menghasilkan elastisitas sebesar 0,2356. Dengan mengetahui karakteristik penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat, diharapkan pemerintah daerah Sumatera Barat lebih memperhatikan masalah ketenagakerjaan. Selain itu, pemerintah daerah Sumatera Barat hendaknya mendorong sektor pertanian dengan peningkatan teknologi pertanian yang tepat guna, menetapkan upah minimum sewajarnya dengan mempertimbangkan standar biaya hidup yang diikuti dengan skill dan produktivitas pekerja, serta menciptakan stimulus fiskal bagi perluasan tenaga kerja.

4 Judul Skripsi : PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, PDRB, DAN UPAH RILL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT Nama NRP : Hery Ferdinan : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Fifi Diana Thamrin, M. Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP Tanggal Kelulusan :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, November 2011 Hery Ferdinan H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Hery Ferdinan, dilahirkan di Sleman pada tanggal 27 Februari 1982 dari pasangan Sukirman Saeno dan Sutarti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menikah dengan Ika Maylasari, dan dikaruniai satu orang putri bernama Fadia Khaylila Nurazizah. Penulis mengikuti pendidikan di SDN Rejowinangun Utara 5 pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1994, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 8 Magelang pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Magelang pada tahun 1997 sampai dengan tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta Jurusan Statistik Kependudukan pada tahun 2000 sampai dengan tahun Sejak Desember 2004 penulis bekerja di BPS Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Penulis diamanahi jabatan sebagai Kasi Statistik Produksi. Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa program alih jenis di Sekolah Pasca Sarjana Departemen Ilmu Ekonomi melalui program beasiswa kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, PDRB, DAN UPAH RIIL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA BARAT. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral-spiritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Seluruh jajaran pimpinan BPS, khususnya Dr. Rusman Heriawan, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui program tugas belajar pasca sarjana. 2. Fifi Diana Thamrin, M.Si, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Wiwiek Rindayati, selaku dosen penguji atas saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Deni Lubis, MA, selaku dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Istriku tercinta, Ika Maylasari, atas dukungannya yang setiap saat membantu penulis. Serta keluarga yang selalu memberikan bantuan doanya. 6. Rekan mahasiswa kelas khusus BPS-IPB Batch 4 angkatan 2011, khususnya yang satu kosan dengan penulis. 7. Seluruh jajaran pegawai BPS yang telah membantu penyediaan data. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2011 Hery Ferdinan H

8 viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Ketenagakerjaan Pengeluaran Pemerintah PDRB Upah Riil Tinjauan Penelitian Terdahulu Kerangka Pikir Definisi Operasional Hipotesis Statistik III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis Regresi Data Panel Model Common Effects Model Fixed Effects... 27

9 ix Model Random Effects Pemilihan Model Estimasi Data Panel Pengujian Asumsi Pengujian Parameter Model Model Penelitian IV. GAMBARAN UMUM Keadaan Geografi Penduduk V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Penyerapan Tenaga Kerja Pengeluaran Pemerintah PDRB Upah Riil Analisis Regresi Data Panel Pengujian Asumsi Asumsi Normalitas Asumsi Autokorelasi Asumsi Homoskedastisitas Pengujian Parameter Model Uji F Uji-t Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Pemilihan Model Estimasi Data Panel Analisis Model Regresi Penyerapan Tenaga Kerja PDRB Upah Riil Pengeluaran Pemerintah VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... 68

10 x DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 72

11 xi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Jumlah dan persentase pengangguran terbuka Indonesia dirinci menurut jenjang pendidikan (juta orang) Luas daerah dan persentase kabupaten/kota di Sumatera Barat Jumlah dan persentase penduduk Sumatera Barat dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2010 (jiwa) Keadaan tenaga kerja di Sumatera Barat Tahun Realisasi belanja daerah pemerintah provinsi Sumatera Barat Tahun (juta rupiah) PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Sumatera Barat Tahun (milyar rupiah) Distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Sumatera Barat Tahun Rata-rata upah nominal dan upah riil pekreja di Sumatera Barat tahun (rupiah) Hasil uji asumsi Autokorelasi Hasil uji asumsi Homoskedastisitas Hasil uji F Hasil uji t Hasil uji Chow Hasil uji Haussman... 61

12 xii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1 Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Sumatera Barat Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia dan Sumatera Barat periode Agustus 2008 s/d Februari Diagram ketenagakerjaan Keseimbangan pasar tenaga kerja Kerangka pikir Piramida penduduk Sumatera Barat dirinci menurut kelompok umur tahun 2010 (jiwa) Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat Tahun Persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama Tahun Penyerapan tenaga kerja berdasarkan sektor/lapangan usaha di Sumatera Barat Tahun (%) Pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat Tahun (%) Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat Tahun (%) Pertumbuhan upah riil dan penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat Tahun (%) Hasil uji asumsi Normalitas Kriteria uji asumsi Autokorelasi... 55

13 xiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Data penyerapan tenaga kerja, PDRB, Pengeluaran Pemerintah, dan upah riil kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat tahun Hasil uji regresi berganda data panel menggunakan EViews

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan pengangguran baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam masalah ketenagakerjaan menunjukkan bahwa semakin tinggi angka pengangguran maka akan meningkatkan probabilitas kemiskinan, kriminalitas, dan fenomena-fenomena sosial-ekonomi di masyarakat. Pembangunan merupakan upaya perubahan struktural yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk. Tujuan pembangunan Indonesia itu sendiri adalah untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, serta meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan adalah dengan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendapatan serta penyediaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Namun demikian tidak semua penduduk memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses dan kegiatan pembangunan, sehingga masih ada yang tertinggal dan tidak terangkat dari kemiskinan. Ketenagakerjaan masih menjadi salah satu prioritas perhatian pemerintah, hal ini dapat tercermin pada:

15 2 1. Ketenagakerjaan merupakan salah satu sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , sesuai triple track strategy (pro poor, pro growth, pro job). 2. Begitu pula pada RPJMN , sasaran pemerintah pada bidang ketenagakerjaan yaitu: a. Menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka menjadi 5-6 persen. b. Menyelesaikan masalah ketenagakerjaan antara lain: Terbatasnya kesempatan untuk memperoleh Pekerjaan yang layak Kualitas angkatan kerja yang rendah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda yang tinggi. TPT terdidik (di atas SLTA) masih tinggi. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia merupakan salah satu masalah makroekonomi. Dilihat dari dimensi regional beberapa permasalahan pengangguran adalah tidak adanya konvergensi dan tingkat pengangguran provinsi menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Sari, 2011). Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Pengangguran Terbuka Indonesia Dirinci Menurut Jenjang Pendidikan (juta orang) Februari 2010 Agustus 2010 Februari 2011 JENJANG PENDIDIKAN Penganggur Penganggur Penganggur % TPT % TPT % TPT Terbuka Terbuka Terbuka (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) < SD 2,13 24,80 2,16 25,96 1,92 23,65 SMP 1,65 19,21 1,66 19,95 1,80 22,17 SMA 2,11 24,56 2,15 25,84 2,27 27,96 SMK 1,34 15,60 1,20 14,42 1,08 13,30 DIPLOMA I/II/III 0,54 6,29 0,44 5,29 0,44 5,42 UNIVERSITAS 0,82 9,55 0,71 8,53 0,61 7,51 TOTAL 8,59 7,41 8,32 7,14 8,12 6,80 Sumber : BPS, diolah.

16 3 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa secara total persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia sampai dengan bulan Februari 2011 sebesar 6,80 persen. Apabila kita bandingkan dengan target RPJMN yang ingin dicapai maka dapat dikatakan bahwa TPT Indonesia masih jauh dari angka yang diharapkan dimana TPT terdidik (di atas SMA) masih tinggi. Pembangunan di Provinsi Sumatera Barat yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yang tidak terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat. Namun di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota. Salah satu masalah yang perlu disikapi secara tegas dan bijak adalah masalah ketenagakerjaan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun selalu menunjukkan adanya peningkatan. Terjadi sekali penurunan yaitu pada tahun 2009 dimana pertumbuhan ekonominya tidak sepesat tahun 2008, hal ini dikarenakan terjadi krisis global yang melanda negara-negara di dunia yang juga berimbas pada Indonesia. Kemudian di tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kembali menunjukkan adanya peningkatan. Seperti terlihat pada Gambar 1.1 bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2010 sebesar 6,10 persen sedangkan Sumatera Barat sebesar 5,93 persen.

17 4 7,00 6,88 6,00 5,73 6,14 6,35 6,34 6,01 6,10 5,93 5,69 5,50 5,00 4,58 Indonesia 4,00 Sumatera Barat 4, Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Sumatera Barat Tahun Sumber: BPS, diolah. 8,50 8,00 7,50 7,00 6,50 8,39 8,14 8,04 7,97 7,90 7,87 7,57 7,41 7,14 7,14 Indonesia 6,95 Sumatera Barat 6, Gambar 1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia dan Sumatera Barat Periode Agustus 2008 s/d Februari 2011 Sumber: BPS, diolah.

18 5 Menurut Wallis (2002), pertumbuhan ekonomi secara otomatis akan meningkatkan upah pekerja dan penyerapan tenaga kerja, karena meningkatnya permintaan tenaga kerja. Besarnya penyerapan tenaga kerja di Indonesia dan Sumatera Barat dapat dilihat dari tingginya angka Tingkat Pengangguran Terbuka. Berdasarkan Gambar 1.2 terlihat bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sumatera Barat sangat berfluktuasi dibandingkan dengan TPT Indonesia. Pada periode Februari Tahun 2011 Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatera Barat sebesar 7,14 persen di atas angka Indonesia yang sebesar 6,80 persen. Baik TPT Indonesia maupun Sumatera Barat keduanya menunjukkan angka yang sangat tinggi jika dibandingkan target yang telah ditetapkan dalam RPJM yang sebesar 5 s/d 6 persen. 1.2 Perumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, akan tetapi di sisi lain peningkatan ini justru tidak dapat menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu jumlah penduduk juga terus bertambah yang menumpuk pada usia produktif, peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja akan mengakibatkan jumlah pengangguran semakin bertambah. Tenaga kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi. Keterlibatannya dalam proses produksi menyebabkan mereka menginginkan

19 6 pendapatan yang memadai, tingkat keamanan dan kenyamanan kerja, serta keuntungan lain yang dapat diperoleh. Untuk mencari solusi yang tepat dari permasalahan tersebut dibutuhkan kajian mengenai ketenagakerjaan yaitu penyerapan tenaga kerja beserta faktorfaktor yang memengaruhi. Kajian tersebut juga berguna untuk merumuskan strategi kebijakan dalam ketenagakerjaan pada masa yang akan datang. Bertolak dari uraian di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat? 2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat, dan seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat. 2. Menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat serta besarnya pengaruh dari masing-masing faktor tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

20 7 bahan sekaligus rekomendasi mengenai strategi kebijakan yang optimal untuk mengurangi tingginya pengangguran di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan bagi pembaca diharapkan bisa menjadi informasi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian sejenis atupun lebih lanjut. Bagi penulis sendiri penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran dalam penerapan ilmu yang telah dipelajari di bidang ekonomi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya akan membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja mencakup seluruh sektor baik formal maupun informal. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dibatasi pada pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil. Objek penelitian ini adalah Provinsi Sumatera Barat dengan periode waktu Tahun Adapun data diperoleh dari publikasi-publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS RI) maupun BPS Provinsi Sumatera Barat.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja (15 tahun ke atas), sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun Penduduk usia kerja dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Dikatakan angkatan kerja adalah penduduk yang termasuk usia kerja yang mempunyai pekerjaan, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja atau sedang tidak bekerja atau tidak mempunyai pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya misal pensiunan. Tenaga kerja adalah salah satu dari faktor produksi yang penting, karena produktivitas dari faktor produksi lain bergantung pada produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produksi. Selain itu, tenaga kerja adalah penggerak pembangunan. Tenaga kerja diartikan sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang berusia dari tahun. Sebelum tahun 1997, definisi tenaga kerja adalah mereka yang berusia 10 tahun ke atas (BPS, 2010).

22 9 Konsep bekerja menurut BPS adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh dan membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Gambar 2.1 Diagram Ketenagakerjaan Sumber : Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Barat Tahun Pengeluaran Pemerintah Kegiatan pemerintah berfungsi untuk menyediakan jasa pelayanan umum bagi masyarakat yang secara ekonomis sulit dinilai, seperti melaksanakan administrasi pemerintah, menjaga kestabilan dan keamanan negara, meningkatkan

23 10 pendidikan dan kesehatan masyarakat, mengatur kebijaksanaan perekonomian dengan negara lainnya. Keynes berpendapat tingkat kegiatan dalam perekonomian ditentukan oleh perbelanjaan agregat. Pada umumnya perbelanjaan agregat dalam suatu periode tertentu adalah kurang dari perbelanjaan agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat full employment. Keadaan ini disebabkan karena investasi yang dilakukan para pengusaha biasanya lebih rendah dari tabungan yang akan dilakukan dalam perekonomian full employment. Keynes berpendapat sistem pasar bebas tidak akan dapat membuat penyesuaian-penyesuaian yang akan menciptakan full employment. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan kebijakan pemerintah. Tiga bentuk kebijakan pemerintah yaitu kebijakan fiskal, moneter dan pengawasan langsung. Kebijakan fiskal melalui pengaturan anggaran pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Dalam masa inflasi biasanya kebijakan fiskal akan berbentuk mengurangi pengeluaran pemerintah dan meningkatkan pajak. Sebaliknya apabila pengangguran serius maka pemerintah berusaha menambah pengeluaran dan berusaha mengurangi pajak (Mankiw, 2007) PDRB Indikator yang sering dipakai untuk menilai kinerja perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan indikator untuk melihat kinerja ekonomi suatu wilayah dalam suatu negara tertentu digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), yang merupakan keseluruhan nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam

24 11 suatu wilayah terutama yang dikaitkan dengan kemampuan wilayah tersebut dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah dan dinamakan bruto karena telah memasukkan komponen penyusutan dalam perhitungannya. PDRB secara umum disebut juga agregat ekonomi, maksudnya angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu wilayah. Dari agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi riil terlebih dahulu harus dihilangkan pengaruh perubahan harga yang melekat pada angkaangka agregat ekonomi menurut harga berlaku sehingga terbentuk harga agregat ekonomi menurut harga konstan. Penelitian Okun (1980) dalam Dornbusch (1991) di Amerika Serikat yang dilatarbelakangi anggapan bahwa dari waktu ke waktu angkatan kerja mengalami pertumbuhan sehingga pengangguran akan naik kecuali jika output riil maupun kesempatan kerja mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dalam bentuk pertumbuhan, Okun membuktikan bahwa tingkat pengangguran akan turun sebesar 0,4 persen setiap laju pertumbuhan PDB riil sebesar 1 persen per tahun. Hukum Okun ini merupakan hasil dari penelitian empiris sehingga hukum tersebut bukan merupakan hukum yang tetap, karena angka estimasi atas hubungan antara trend laju pertumbuhan output dan tingkat pengangguran akan berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat memerlukan tenaga kerja tambahan sebagai faktor produksi untuk memenuhi permintaan agregat yang meningkat. Kondisi seperti ini terutama akan terjadi pada struktur perekonomian

25 12 yang memiliki corak padat karya (labour intensive). Apabila struktur perekonomian suatu wilayah adalah capital intensive (padat modal), maka pertumbuhan ekonomi hanya akan meningkatkan kebutuhan modal dan tidak akan menyerap banyak tenaga kerja Upah Riil Kaum ekonom klasik menyatakan, bahwa tenaga kerja/karyawan mendasarkan penawaran tenaga kerja atas upah riil (W/P). Oleh karena itu, kenaikan upah nominal tidak akan mengubah penawaran tenaga kerja apabila kenaikan upah tersebut disertai dengan kenaikan tingkat harga yang sepadan. Orang yang merasa lebih kaya karena kenaikan upah nominal dan kenaikan tingkat harga yang sama dikatakan terkena money illusion. Orang yang rasional tidak akan mengalami ilusi uang, karena mereka hanya mau mengubah penawaran tenaga kerja apabila terjadi perubahan dalam upah riil. Burtt (1963) dalam bukunya berjudul Labor Market, Unions and Government Policies menyatakan bahwa ada beberapa teori yang menjelaskan proses penentuan upah dan faktor-faktor yang mempengaruhi upah pekerja, diantaranya yaitu: 1. Teori Kebutuhan Hidup (Subsistence Theory) Salah satu teori upah yang paling tua adalah teori kebutuhan hidup (Subsistence Theory) yang dikemukakan David Ricardo. Teori ini secara sederhana mengemukakan bahwa tingkat upah yang diterima oleh tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan (unskilled worker) hanya dipengaruhi oleh

26 13 kepentingan untuk menutup biaya hidup kebutuhan pekerja dan keluarganya. Keadaan upah di pasar tenaga kerja akan berfluktuasi di sekitar subsistence level. Penawaran tenaga kerja tidak akan meningkat atau menurun dalam hubungan jangka panjang (long run). Jika tingkat upah naik diatas biaya hidup minimum pekerja, maka akan meningkatkan penawaran tenaga kerja dan akan menurunkan tingkat upah. Apabila tingkat upah berada di bawah biaya hidup minimum maka hal ini akan menurunkan kekuatan penawaran tenaga kerja (labor force) dan kemudian tingkat upah akan naik menuju subsistence level kembali. 2. Teori Upah Besi (Iron Wage Theory) Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle, yang menyatakan bahwa dengan adanya subsistence theory kepentingan pekerja tidak terlindungi. Oleh karena itu peran serikat pekerja dalam melindungi kepentingan pekerja menjadi hal yang sangat penting. Dengan adanya serikat pekerja tersebut, pekerja akan berusaha menuntut upah yang melebihi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Teori iron wage ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha dan pekerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Kenaikan upah akibat desakan serikat pekerja akan menurunkan permintaan tenaga kerja sehingga para penganggur akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan kenaikan biaya produksi. 3. Wage Fund Theory Teori upah ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tingkat upah tergantung pada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang

27 14 disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan tabungan akan meningkatkan nilai investasi pada sektor-sektor ekonomi sehingga sektor-sektor ekonomi tersebut berupaya meningkatkan kapasitas produksinya, yaitu dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Peningkatan modal (capital) ini berakibat meningkatnya upah pekerja karena permintaan tenaga kerja semakin meningkat. Teori ini juga menjelaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. Sehingga menurut teori ini tingkat upah dapat ditingkatkan hanya dengan mengurangi penawaran tenaga kerja dan dengan meningkatkan tabungan. 4. Marginal Productivity Theory Teori ini menyatakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seorang pekerja sama dengan upah yang diterima pekerja tersebut. Teori ini menyatakan bahwa karyawan memperoleh upah sesuai dengan produktivitas marginalnya terhadap pengusaha. Kegagalan upah dalam melakukan penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan permintaannya merupakan indikasi adanya kekakuan upah (wage rigidity). Kekakuan upah merupakan salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Untuk memahami kekakuan upah dan pengangguran struktural,

28 15 maka penting untuk memahami mengapa pasar tenaga kerja tidak berada pada tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.2, saat upah riil melebihi tingkat ekuilibrium dan penawaran pekerja melebihi permintaannya, maka perusahaan-perusahaan diharapkan akan menurunkan upah yang akan dibayar kepada para pekerja. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak terjadi. Pengangguran struktural kemudian muncul sebagai implikasi karena perusahaan gagal menurunkan upah akibat kelebihan penawaran tenaga kerja (Mankiw 2007). Gambar 2.2 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja Sumber: Mankiw (2007). Menurut Mankiw (2007) kekakuan upah riil menyebabkan penjahatan pekerjaan. Jika upah riil tertahan di atas tingkat ekuilibrium (pada W 1 ) maka penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya akibatnya adalah pengangguran.

29 16 Kekakuan upah ini terjadi sebagai akibat dari undang-undang upah minimum atau kekuatan monopoli serikat pekerja. Berbagai faktor tersebut berpotensi menjadikan upah tertahan di atas tingkat upah keseimbangan. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan pengangguran. Undang-undang upah minimum menetapkan tingkat upah minimal yang harus dibayar perusahaan kepada para karyawannya. Kebijakan upah minimum ditengarai akan lebih banyak berdampak pada penganggur dengan usia muda (Mankiw 2007). Alasannya yaitu pekerja dengan usia lebih muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman, maka mereka cenderung memilki produktivitas marginal yang rendah. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Sari (2011), melakukan penelitian mengenai Pengangguran di Indonesia : Persistensi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya dengan menggunakan uji panel unit root test. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian antara lain: angkatan kerja, pangsa sektor manufaktur terhadap PDRB, tingkat kepemilikan rumah, upah minimum propinsi, dependency ratio, pangsa sektor pertanian terhadap PDRB, dan PDRB perkapita. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian tersebut adalah angkatan kerja dan upah minimum provinsi berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran regional. Faktorfaktor tersebut secara simultan mengarah pada kondisi kekakuan upah yang berkepanjangan dan proses pencarian kerja yang lebih panjang sehingga berdampak pada persistensi pengangguran.

30 17 Kuntoro (2007) dalam penelitiannya mengenai Hubungan Simultan Antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Variabel yang Mempengaruhinya menggunakan uji regresi data panel dengan model fixed effect. Penelitian dilakukan di 26 provinsi di Indonesia pada periode tahun Kesimpulan yang dihasilkan yaitu pertumbuhan ekonomi dan tingkat perubahan harga signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja, adapun investasi fisik tidak signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Pada tahun yang sama Nilasari (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi, dan Upah Minimum Regional Terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Barat studi kasus tahun Uji dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda model double-log. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian tersebut yaitu pengeluaran pemerintah dan upah minimum regional memberikan pengaruh positif terhadap kesempatan kerja, sedangkan investasi memberikan pengaruh negatif terhadap kesempatan kerja di Jawa Barat. Sitanggang dan Nachrowi (2004) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral. Penelitian dilakukan di 30 provinsi di Indonesia pada kurun waktu Metode anaisis yang digunakan adalah regresi data panel Generalized Least Squared (GLS) dengan penimbang Cross Section Weights. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu adanya peningkatan dan penurunan dalan jumlah penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh perubahan populasi, net migration, output dan juga upah.

31 18 Lembaga Penelitian Smeru (2004) dalam penelitian Kebijakan Pasar Tenaga Kerja dan Hubungan Industrial untuk Memperluas Kesempatan Kerja. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Analisis tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi dan upah riil berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Smeru (2001) juga melakukan penelitian dengan judul Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia. Uji dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Temuan yang lebih penting lagi dari studi ini adalah bahwa dampak negatif dari upah minimum sangat dirasakan oleh kelompok yang mempunyai kerentanan tinggi terhadap perubahan dalam kondisi pasar tenaga kerja, seperti pekerja perempuan, pekerja muda usia, dan pekerja berpendidikan rendah. Downes (1998) melakukan penelitian yang berjudul An Economic Analysis of Unemployment in Trinidad and Tobago. Penelitian dilakukan pada periode dengan menggunakan metode Ordinary least Squares (OLS) dan Error Correction Model. Analisis ekonomi mengenai pengangguran di Trinidad dan Tobago mengindikasikan masalah yang serius. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel-variabel yang dominan mempengaruhi penurunan tingkat pengangguran di Trinidad dan Tobago adalah GDP. Peningkatan upah riil juga berdampak pada tingkat pengangguran terutama pada jangka panjang.

32 Kerangka Pikir Berdasarkan identifikasi dan tujuan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, kemudian ditetapkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yaitu pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil akan dilakukan analisis deskriptif dan inferensia. Gambaran tentang alur pemikiran penulis untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, dapat digambarkan dalam diagram kerangka berpikir sebagai berikut: RPJMN MASALAH KETENAGAKERJAAN PERTUMBUHAN EKONOMI TINGGI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TINGGI PENGELUARAN PEMERINTAH PDRB UPAH RIIL (UPAH NOMINAL/IHK) PENYERAPAN TENAGA KERJA ANALISIS REGRESI DATA PANEL REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PROV. SUMBAR Gambar 2.3. Kerangka Pikir

33 Definisi Operasional Adapun variabel-variabel yang digunakan antara lain: 1. Penyerapan tenaga kerja Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dalam kegiatan ekonomi (produksi). Variabel ini didekati dengan jumlah penduduk yang bekerja. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus. Kegiatan bekerja ini mencakup orang yang sedang bekerja dan juga punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja seperti: cuti, sakit, menunggu panen dan sejenisnya. 2. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah merupakan jumlah seluruh pengeluaran pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatannya, yang terdiri dari pembelian barang dan jasa (belanja barang), pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai), dan penyusutan barang modal, tidak termasuk atau dikurangi dengan hasil penjualan (penerimaan) dari produksi barang dan jasa (output pasar) yang dihasilkan sendiri oleh pemerintah (yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah) tetapi dikonsumsi oleh masyarakat (bukan oleh pemerintah). Pengeluaran konsumsi pemerintah didasarkan pada realisasi pengeluaran baik yang berupa pengeluaran rutin maupun pembangunan.

34 21 3. PDRB PDRB atas dasar harga konstan (PDRB riil) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar. 4. Upah riil Upah riil adalah upah yang diterima pekerja yang telah diperhitungkan dengan daya beli dari upah nominal yang diterima. Upah Riil dihitung dengan membagi nilai dari upah nominal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dikali 100. Upah nominal adalah upah yang diterima pekerja secara nominal. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi untuk megukur tingkat perubahan harga barang-barang secara umum. 2.5 Hipotesis Statistik Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh yang positif antara pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat. 2. Terdapat pengaruh yang positif antara PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat. 3. Terdapat pengaruh yang negatif antara upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat.

35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun Data tersebut didapat dari beberapa sumber sebagai berikut: 1. Data Penyerapan Tenaga Kerja yang didekati dengan Penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja diperoleh dari publikasi Sumatera Barat Dalam Angka Tahun 2005 s/d 2010 dan Keadaan Angkatan Kerja di Sumatera Barat Tahun yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 2. Data Pengeluaran Pemerintah diperoleh dari publikasi Statistik Keuangan Daerah Kabupaten/Kota yang diterbitkan oleh BPS RI. 3. Data PDRB diperoleh dari publikasi Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Barat menurut Kabupaten/Kota yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 4. Data Upah Riil diperoleh dari hasil pembagian antara rata-rata pendapatan/gaji/upah nominal dengan indeks harga konsumen dikalikan 100, dimana: rata-rata pendapatan/gaji/upah nominal diperoleh dari publikasi Statistik Upah Buruh dan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional,

36 23 data Indeks Harga Konsumen (IHK) diperoleh dari publikasi Indeks Harga Konsumen Kota Padang Tahun yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 3.2 Metode Analisis Pengolahan atas data sekunder yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber dilakukan menggunakan beberapa paket program statistik, seperti: Microsoft Excel 2010, dan EViews 6.0. Kegiatan pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2010 menyangkut pembuatan tabel dan analisis. Sementara itu pada pengolahan regresi data panel, penulis menggunakan paket program EViews Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan situasi ketenagakerjaan secara umum meliputi jumlah angkatan kerja, penyerapan tenaga kerja dan pengangguran. Selain itu, juga untuk menggambarkan deskripsi variabel-variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja yaitu pengeluaran pemerintah, PDRB, dah upah riil.

37 Analisis Regresi Data Panel Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat pengaruh pengeluaran pemerintah, PDRB dan Upah Riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Barat melalui persamaan strukturalnya. Data panel diperoleh dengan menggabungkan data cross section dan time series. Penggunaan model regresi data panel memungkinkan peneliti untuk dapat menangkap karakteristik antar individu dan antar waktu yang bisa saja berbedabeda. Regresi dengan menggunakan panel data / data panel / pooled data, memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan standar cross section dan time series (Gujarati, 2004:637), diantaranya sebagai berikut: 1. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik. 2. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah penghilangan variabel (omitted variable). 3. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel. 4. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni dan cross section murni. 5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan perubahan teknologi.

38 25 6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak. Model regresi linear pada data panel dapat dituliskan sebagai berikut: (3.1) Dimana: i = 1,, N; N adalah jumlah individu/cross-sectional units (kabupaten/kota) t = 1,.,T; T adalah jumlah periode waktu (6 yaitu dari tahun ) Pada ada sebanyak k slope (tidak termasuk intersep) yang menunjukkan jumlah variabel bebas yang digunakan dalam model. Sedangkan merupakan efek individu yang dapat bernilai konstan sepanjang periode t atau bahkan berbeda-beda untuk setiap individu ke-i. Apabila diasumsikan sama untuk setiap unit, maka model itu dapat disebut juga sebagai model regresi klasik (classical regression model), dimana metode Ordinary Least Square (OLS) akan menghasilkan penduga yang konsisten dan efisien untuk dan. Apabila diasumsikan berbeda-beda antar cross-section unit, dan slope konstan, maka terdapat dua model regresi data panel yang mungkin yaitu model fixed effects atau model random effects. Apabila perbedaan intersep antar cross-sectional units tersebut merupakan variabel random atau stochastic maka model random effects-lah yang sesuai. Sementara itu error dalam model regresi data panel dapat dituliskan sebagai berikut:

39 26 (3.2) dimana = time specific effects (residual yang terjadi karena pengaruh perbedaan waktu) = individual specific effects (residual yang terjadi karena perbedaan karakteristik setiap individu) = efek hanya pada observasi it. Untuk menyederhanakan analisis biasanya sering diasumsikan = 0 (tidak ada pengaruh spesifik waktu/no time specific effects/time invariant). Terdapat tiga jenis estimasi standar untuk regresi data panel yaitu common effects Model (pooled regression), fixed effects model (Least Square Dummy Variables estimation, LSDV estimation) dan random effects model Model Common Effects (Pooled Regression) Model common effects merupakan pendekatan data panel yang paling sederhana, yakni dengan hanya mengkombinasikan data cross-section dalam bentuk pool. untuk i = 1,2,..,19 t = 1,2,,6 (3.3) Dari persamaan (3.2), apabila = 0 dan = 0, maka model tersebut adalah model pooled regression (common effects), yang dapat diestimasi dengan metode Least Square, namun asumsi jarang sekali terpenuhi pada model regresi data panel. Model ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu sama dalam

40 27 berbagai kurun waktu. Kelemahan model ini adalah ketidakseuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap obyek dapat berbeda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan waktu yang lain dapat berbeda. Pada model ini asumsi regresi linear klasik dengan metode OLS berlaku sepenuhnya Model Fixed Effects Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Namun intersep masing-masing crosssection bersifat fixed, tidak random. Untuk mengestimasi model fixed effects dengan intersep berbeda antar individu, maka digunakan teknik variabel dummy. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Least Square Dummy Variable (LSDV). Model persamaan panel fixed effects dengan asumsi tidak ada pengaruh periode waktu (no time specific effects) dapat dituliskan sebagai berikut: untuk i = 1,2,..,19 t = 1,2,,6 (3.4) Model pada persamaan (3.3) juga dapat dituliskan dalam bentuk stack model berdasarkan individu cross-section yaitu: [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] (3.5) Dimana: = vektor berukuran T x 1 = matriks berukuran T x k, dengan k adalah jumlah variabel bebas = vektor berukuran k x 1 yang berisi parameter tidak diketahui (slope)

41 28 = vektor berukuran T x 1 = vektor berukuran T x 1 Metode fixed effects, digunakan apabila error term terdiri dari: (3.6) Model Random Effects Estimasi data panel dengan fixed effects melalui teknik variabel dummy sering menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasi masalah ini kita bisa menggunakan metode random effects yang mengasumsikan bahwa individual effects ( ) bersifat random dan tidak berkorelasi dengan variabel bebasnya. Dengan asumsi tidak ada pengaruh waktu (no time specific effects) maka dalam model random effects terdapat dua komponen residual, yaitu residual yang tidak terukur oleh pengaruh individu dan waktu ( ) dan residual secara individu ( ). Persamaan regresi untuk model random effects dengan asumsi no time effects dapat ditulis sebagai berikut: untuk i = 1,2,..,19 t = 1,2,,6 (3.7) dimana Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model random effects, yaitu: E( = E( = 0 ; E(, = 0 ; E(, ) = E(, ) = 0 E( ) = 0 dimana t s dan i j E(, = 0 dimana i j

42 Pemilihan Model Estimasi Data Panel 1. Signifikansi Fixed Effects Model Signifikansi model fixed effects dapat dilakukan dengan statistik uji F. Statistik uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixed effects lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy(common effects) dengan melihat residual sum of squares (RSS). Hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : nilai intersep sama untuk setiap individu crosssection H 1 : sekurang-kurangnya ada 1 intercept yang berbeda Adapun statistik uji F-nya dapat dituliskan sebagai berikut: (3.8) dimana: N k = jumlah individu = jumlah variabel bebas/ regressor = residual sum of squares teknik tanpa variabel dummy = residual sum of squares teknik fixed effects dengan variabel dummy. Nilai statistik akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat bebas (df) sebanyak N-1 dan NT-N-k. Jika nilai statistik lebih besar daripada pada tingkat signifikansi tertentu, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti asumsi koefisien intersept dan slope adalah sama tidak

43 30 berlaku, sehingga teknik regresi data panel dengan fixed effects lebih baik dari model regresi data panel tanpa variable dummy (common effects). 2. Signifikansi Random Efects Model Untuk mengetahui apakah model random effects lebih baik dari model common effects, dapat digunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode ini didasarkan pada nilai residual dari metode common effects. Hipotesis null (H 0 ) yang digunakan adalah bahwa intersep bukan merupakan variabel random atau stochastic. Dengan kata lain varians dari residual bernilai nol. Adapun nilai Breusch-Pagan LM statistik dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut: [ ] (3.9) [ ] (3.10) Dimana N = jumlah individu; T = jumlah periode waktu dan adalah residual metode common effects (OLS). Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi-square dengan derajat bebas (df) sebesar 1. Jika hasil LM statistik lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah metode random effects daripada metode common effects.

44 31 3. Signifikansi Hausman Untuk mengetahui model yang terbaik antara fixed effects dengan random effects digunakan signifikansi Hausman. Uji signifikansi Hausman menggunakan hipotesis null residual persamaan panel tidak berkorelasi dengan variabel bebasnya yang berarti model random effects lebih baik dibandingkan model fixed effects. Adapun nilai statistik Hausman dapat dihitung berdasarkan formula sebagai berikut: (3.11) dimana dan Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi-square dengan derajat bebas sebanyak jumlah variabel independen (k). Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah model fixed effects dibandingkan dengan model random effects Pengujian Asumsi 1. Asumsi Normalitas Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term mengikuti distribusi normal. Jika asumsi tidak terpenuhi maka prosedur pengujian

45 32 menggunakan uji-t menjadi tidak sah. Pengujian dilakukan dengan uji Jarque Bera atau dengan melihat plot dari sisaan. Hipotesis dalam pengujian normalitas adalah: H 0 : error term mengikuti distribusi normal H 1 : error term tidak mengikuti distribusi normal. Keputusan diambil dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque Bera dengan taraf nyata α = 0,05. Jika nilai probabilitas Jarque Bera lebih dari α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa error term terdistribusi dengan normal. 2. Asumsi Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu peubah atau korelasi antar error masa yang lalu dengan error masa sekarang. Metode untuk mendeteksi adanya korelasi serial dilakukan dengan dengan membandingkan nilai Durbin Watson (DW) dari penghitungan dengan nilai DW tabel. Hipotesis dalam pengujian autokorekasi adalah: H 0 : tidak ada Otokorelasi positif atau negatif H 1 : terdapat masalah Otokorelasi positif atau negatif. Kriteria pengujian: 0 dl du du 4 - dl 4 Tolak H 0 Ada masalah Otokorelasi positif Tidak ada kesimpulan Tidak Tolak H 0 tidak ada masalah Otokorelasi Tidak ada kesimpulan Tolak H 0 Ada masalah Otokorelasi negatif d

46 33 Tolak H 0 bila Nilai d hitung atau nilai Durbin Watson Model lebih besar daripada nilai Durbin Watson table batas bawah (dl) yang berarti terdapat masalah otokorelasi positif (dw < dl) Atau, nilai d hitung atau nilai Durbin Watson Model terletak antara nilai (4 dl < dw < 4) yang berarti terdapat masalah otokorelasi negatif Tidak tolak H 0 bila Nilai d hitung atau nilai Durbin Watson Model terletak antara nilai (du < dw < 4-dU) 3. Asumsi Homoskedastisitas Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi homoskedastisitas yaitu variasi residual sama untuk semua pengamatan. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam model dilakukan menggunakan metode General Least Square (Cross section Weights) yaitu dengan membandingkan sum square Resid pada Weighted Statistics dengan sum square Resid unweighted Statistics. Jika sum square Resid pada Weighted Statistics lebih kecil dari sum square Resid unweighted Statistics, maka terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas, model diestimasi dengan menggunakan white-heteroscedasticity

47 Pengujian Parameter Model Pengujian parameter model bertujuan untuk mengetahui kelayakan model dan apakah koefisien yang diestimasi telah sesuai dengan teori atau hipotesis. Pengujian ini meliputi koefisien determinasi (R 2 ), uji koefisien regresi parsial (uji t) dan uji koefisien regresi secara menyeluruh (F-test/uji F). 1. Uji-F Uji-F digunakan untuk melakukan uji hipotesis koefisien (slope) regresi secara menyeluruh/bersamaan. Uji-F memperlihatkan ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Hipotesis dalam uji-f adalah : H o : β 1 = β 2 =.. = 0 H 1 : β 1 β 2 0 Kriteria pengujiannya adalah jika nilai nilai > atau probabilitas F-statistic < taraf nyata, maka keputusannya adalah tolak H 0. Dengan menolak H 0 berarti minimal ada satu peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap tak bebas. 2. Uji-t Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menguji koefisien regresi secara parsial menggunakan uji-t. Hipotesis pada uji-t adalah : H 0 : β i = 0, H 1 : β i 0.

48 35 Keputusan dalam pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai dengan atau dengan melihat nilai probabilitas dari. Jika nilai > atau jika nilai probabilitas t < α = 0,05 maka tolak H 0, sehingga kesimpulannya adalah peubah bebas secara parsial signifikan memengaruhi peubah tak bebas. 3. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (Goodness of Fit) merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Nilai R 2 mencerminkan seberapa besar variasi dari tak bebas dapat diterangkan oleh peubah bebas X atau seberapa besar keragaman peubah tak bebas yang mampu dijelaskan oleh model. Jika R 2 = 0, maka variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali dan jika R 2 = 1 berarti variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X Model Penelitian Secara matematis pengaruh pengeluaran pemerintah, PDRB, upah riil dapat digambarkan dalam fungsi sebagai berikut : (3.12) Keterangan: Emp G : Employment/ penyerapan tenaga kerja (jiwa) : Goverment Expenditure/ Pengeluaran Pemerintah (juta Rp.) PDRB : Produk Domestik Regional Bruto (milyar Rp.) WP : Wage per Price/ Upah Riil (Rp.)

49 36 i : urutan kabupaten/kota t : series tahun α : intersep β 1 - β 3 : parameter pengeluaran pemerintah, PDRB, dan upah riil : error term

50 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Provinsi Sumatera Barat terletak di sebelah barat pulau Sumatera dan sekaligus berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Provinsi Riau, Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, Sumatera Barat terletak antara 0 54 LU dan 3 30 LS serta dan BT, tercatat memiliki luas daerah sekitar 42,297 ribu Km 2. Luas tersebut setara dengan 2,20 persen dari luas Republik Indonesia. Tabel 4.1 Luas Daerah dan Persentase Kabupaten/Kota di Sumatera Barat Kabupaten / Kota Luas (km 2 ) Persentase (1) (2) (3) Kabupaten / Regency 01. Kep. Mentawai 6.011,35 14, Pesisir Selatan 5.794,95 13, S o l o k 3.738,00 8, Sijunjung 3.130,80 7,40 05.Tanah Datar 1.336,00 3, Padang Pariaman 1.328,79 3, A g a m 2.232,30 5, K o t a 3.354,30 7, P a s a m a n 3.947,63 9, Solok Selatan 3.346,20 7, Dharmasraya 2.961,13 7, Pasaman Barat 3.887,77 9,19 Kota/Municipality 71. P a d a n g 694,96 1, S o l o k 57,64 0, Sawahlunto 273,45 0, Padang Panjang 23,00 0, Bukittinggi 25,24 0, Payakumbuh 80,43 0, Pariaman 73,36 0,17 SUMATERA BARAT ,30 100,00 Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka 2010.

51 38 Sumatera Barat mempunyai 19 Kabupaten/Kota dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6,01 ribu Km 2 atau sekitar 14,21 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang Panjang, memiliki luas daerah terkecil, yakni 23,0 Km 2 (0,05%). 4.2 Penduduk Penduduk mempunyai peran besar dalam menjalankan roda kehidupan masyarakat jika dimbangi dengan sumber daya alam yang memadai. Jumlah penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Sumatera Barat Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 (jiwa) Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (1) (2) (3) (4) (5) 01 Kepulauan Mentawai ,57 02 Pesisir Selatan ,86 03 Solok ,19 04 Sijunjung ,16 05 Tanah Datar ,98 06 Padang Pariaman ,07 07 Agam ,38 08 Lima Puluh Kota ,19 09 Pasaman ,23 10 Solok Selatan ,98 11 Dharmas Raya ,95 12 Pasaman Barat ,53 71 Kota Padang ,20 72 Kota Solok ,23 73 Kota Sawah Lunto ,17 74 Kota Padang Panjang ,97 75 Kota Bukittinggi ,30 76 Kota Payakumbuh ,41 77 Kota Pariaman ,63 Provinsi Sumatera Barat ,00 Sumber: Data Sensus Penduduk BPS Republik Indonesia.

52 39 Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat sebanyak jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak jiwa (38,74 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak jiwa (61,26 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,97 persen di Kota Padang Panjang hingga yang tertinggi sebesar 17,20 persen di Kota Padang. Gambar 4.1 Piramida Penduduk Provinsi Sumatera Barat Dirinci Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 (jiwa) Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 BPS Republik Indonesia. Penduduk laki-laki Provinsi Sumatera Barat sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Seks Rasio adalah 98, berarti terdapat 98 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks Rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kota Bukittinggi sebesar 94 dan tertinggi adalah Kabupaten

53 40 Kepulauan Mentawai sebesar 108. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 107, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 92 sampai dengan 106, dan kelompok umur sebesar 78. Median umur penduduk Provinsi Sumatera Barat tahun 2010 adalah 25,74 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Sumatera Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun (BPS, 2010). Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Sumatera Barat adalah 60,22. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 60 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 53,07 sementara di daerah perdesaan sebesar 65,10.

54 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analis Deskriptif Penyerapan Tenaga Kerja Tenaga kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi. Adapun kondisi tenaga kerja di Sumatera Barat adalah sebagai berikut: Penduduk usia kerja (PUK) merupakan penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. PUK mengalami perubahan seiring dengan adanya perubahan proses demografi. Dengan kata lain, jika jumlah penduduk terus bertambah maka jumlah PUK pun akan meningkat. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 PUK Sumatera Barat terus meningkat. Pada tahun 2010 jumlah PUK sekitar 3,3 juta orang, sedikit lebih rendah jika dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 3,38 juta orang. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Angkatan kerja akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan PUK. Angkatan kerja yang terus bertambah tanpa adanya perluasan lapangan kerja dapat menyebabkan pengangguran. Secara umum, jumlah angkatan kerja ini terus meningkat. Tahun 2010 jumlah angkatan kerja telah mencapai 2,19 juta orang atau dua per tiga dari penduduk usia kerja.

55 42 Tabel 5.1 Keadaan Tenaga Kerja di Sumatera Barat Tahun Jenis Kegiatan/Type of Activity (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Population 15 Years of Age and Over Angkatan Kerja/Economically Active Bekerja/Working Pengangguran Terbuka /Unemploy TPAK/Tk. Partisipasi Angkatan Kerja 62,53 64,90 65,31 63,98 64,19 66,36 Labor Force Participation Rate (%) TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 11,50 9,73 10,31 8,04 7,97 6,95 Unemployment Rate(%) Sumber: BPS, diolah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan hasil bagi antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah tenaga kerja. TPAK merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 orang tenaga kerja. TPAK di Sumatera Barat berkisar antara persen. Terjadinya fluktuasi TPAK ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi yang belum stabil, yang dapat mempengaruhi faktor-faktor produksi. Karena naik turunnya faktor produksi dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya permintaan dan penawaran tenaga kerja. Besarnya pengangguran terlihat dari nilai Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan hasil bagi antara jumlah pengangguran terbuka/unemployment dengan jumlah angkatan kerja. TPT

56 43 Sumatera Barat pernah mencapai angka 11,5 persen di tahun 2005, yang kemudian menurun di tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2010 TPT Sumatera Barat mencapai 6,95 persen. Walaupun TPT Sumatera Barat telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun masih jauh dari keadaan/tingkat full employment (4 persen). 4,50 4,29 4,00 3,92 3,50 3,42 3,00 2,50 2,00 1,50 2,13 2,08 2,00 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja Gambar 5.1 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja di Sumatera Barat Tahun Sumber: BPS, diolah. Gambar 5.1 memperlihatkan trend pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Sumatera Barat Tahun Pada Tahun terjadi peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, akan tetapi pada Tahun pertumbuhan penyerapan tenaga kerja menunjukkan trend menurun. Penurunan ini disebabkan terjadinya bencana alam yang melanda Sumatera Barat yaitu gempa bumi pada bulan Maret tahun Gempa bumi telah merusak sarana

57 44 prasarana serta infrastruktur seperti jalan, bangunan, dan irigasi sehingga berdampak langsung terhadap lapangan pekerjaan. Gempa bumi Tahun 2007 hanya tercatat di 5 Kabupaten/Kota yaitu di Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Kota Bukitinggi, sehingga tidak sampai melumpuhkan perekonomian di Sumatera Barat. Demikian halnya pada tanggal 30 September 2009 juga terjadi gempa bumi besar di sebagian besar wilayah Sumatera Barat terutama di pusat pemerintahan dan perekonomian yaitu Kota Padang. Gempa bumi pada periode ini sempat melumpuhkan perekonomian di Sumatera Barat yang berdampak pada penurunan penyerapan tenaga kerja. Jasa Kemasyarakatan 18% Lainnya 11% Pertanian 44% Perdagangan 20% Industri 7% Gambar 5.2 Persentase Penduduk yang Berumur 15 tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010 Sumber: BPS, diolah. Berdasarkan Gambar 5.2 terlihat bahwa pada Tahun 2010 persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dominan pada sektor pertanian dengan persentase sebesar 44 persen. Lapangan pekerjaan utama kedua adalah pada sektor perdagangan dengan

58 45 persentase sebesar 20 persen, sedangkan sektor industri dengan persentase sebesar 7 persen merupakan lapangan pekerjaan yang paling rendah menyerap tenaga kerja. 50,00 47,97 45,46 47,93 47,25 45,39 44,10 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 18,46 19,48 20,33 20,24 20,76 19,90 16,63 13,89 14,17 11,89 13,01 14,34 12,18 14,32 12,45 12,94 7,51 6,57 7,41 12,95 12,60 6,56 6,56 6, Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan Industri Pengolahan Perrdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya Gambar 5.3 Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor/Lapangan Usaha di Sumatera Barat Tahun (%) Sumber: BPS, diolah. Sektor/lapangan Usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Sumatera Barat periode adalah sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Pada Tahun 2010, sektor ini dapat menyerap tenaga kerja sebesar 44,10 persen. Sedangkan urutan kedua adalah sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, disusul sektor jasa, lainnya, dan industri pengolahan. Sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel Tahun 2010 dapat menyerap tenaga kerja sebesar 19,90 persen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan BAB III METODE PENELITIAN A. Obejek Penelitian Obyek kajian pada penelitian ini adalah realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah data PDRB, jumlah penduduk dan PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun 2000-2014 yang meliputi kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun ,

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun , BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun 2003-2009, dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu pertumbuhan ekonomi, Dana Alokasi Khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang kemiskinan ini hanya terbatas pada kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011. Variabel yang digunakan dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang bersumber dari BPS adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki 29 kabupaten dan 6 kota. Dan dalam penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek/Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kota/kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Dengan pengertian obyek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:38)

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Dengan pengertian obyek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:38) BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Dengan pengertian obyek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:38) bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek penelitian Penelitian yang digunakan ini mengunakan obyek penelitian dari seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Jawa Timur yang totalnya ada 38 Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian 34 BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis penelitian ini menggunakan data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berwujud dalam kumpulan angka-angka. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Abstrak. Abstract. Pendahuluan Ryan Z., Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja dan... 187 Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja dan Upah Minimum Regional Terhadap Pengangguran Terdidik di

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ix HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia tahun 005-008, dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu pertumbuhan ekonomi, pengeluaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor perekonomian yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, karena efektif atau tidaknya suatu keputusan umumnya bergantung pada beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Variabel penelitian merupakan atribut atau perlengkapan yang digunakan untuk mempermudah suatu penelitian dan sebagai sara untuk pengukuran serta memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian dan Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah tentang hubungan atau pengaruh variabel pilihan terhadap tingkat kemiskinan dengan daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Banten. Pemilihan lokasi di Kabupaten/Kota disebabkan karena berdasarkan hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah seluruh pemerintah Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun 2011 2015,

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Bandung. Periode penelitian dipilih dari tahun 2011 sampai 2015 dan meliputi 5

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Bandung. Periode penelitian dipilih dari tahun 2011 sampai 2015 dan meliputi 5 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah di Kota Bandung. Periode penelitian dipilih dari tahun 2011 sampai 2015 dan meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis mengambil objek di seluruh provinsi di Indonesia, yang berjumlah 33 provinsi di 5 pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menguji teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja. III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu PDRB, dan variabel bebas yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan analisis mengenai pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap retribusi daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data-data yang akan digunakan diperoleh dari Badan Pusat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data tahunan dari periode 2003 2012 yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan kedudukan variabel-variabel penelitian yang diteliti serta pengaruh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan, rasio gini dan upah minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian yang dilakukan di Indonesia. Penelitian dalam pengambilan data dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Peneltian dan Definisi Operasional Untuk mempermudah analisis dan memperjelas variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini maka dilakukan variabel operasional

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H14094023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1. Mengetahui besarnya pengaruh tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dimana peneliti mengambil di daerah tersebut karena peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data numerik atau angka-angka. Metode deskriptif yaitu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah Kemiskinan sebagai variabel dependen, sedangkan untuk variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : TYAS AYU PRASANTI 24010211130029 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, tingkat pengangguran dan rasio gini di lima kabupaten/kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada lokasi penelitian ini diambil pada Kabupaten/Kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa tengah dengan variabel penelitian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kota Malang. Pemilihan obyek penelitian di Kota Malang adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Malang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional III. METODELOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengarhi prosiklikalitas sektor perbankan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah pada 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur, dengan pertimbangan bahwa Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, Indonesia dijadikan sebagai objek penelitian untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL SKRIPSI Disusun oleh : DODY APRILIAWAN J2E 009 045 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel bebas net profit margin, return on asset,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel bebas net profit margin, return on asset, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini salah satunya karena Provinsi Jawa Timur menepati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lokasi penelitian wilayah Provinsi Bali yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Luas Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kawasan SWP Gerbangkertosusila Plus yang terdiri dari 12 Kabupaten/Kota yaitu: Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik,

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) dan AMH (Angka Melek Huruf) pada kabupaten/ kota di Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data panel sebagai acuan sumber data yang digunakan. Dimana penelitian ini berfokus pada bagaimana peforma perusahaan ritel di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Subyek penelitian Penelitian ini tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelian BAB III METODE PENELITIAN Objek penelian yang digunakan pada penelian ini adalah seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Rencana

BAB I PENDAHULUAN. bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Rencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menyebutkan bahwa negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari spesifikasi model, definisi operasional variabel, data dan sumber data, serta metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu yang terdiri dari 9 Kabupaten dan 1 kota, antara lain Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan Obyek penelitian dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu, Satu kota madya kota Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan

III. METODE PENELITIAN. dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan 58 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD Cross-section F Pemilihan model estimasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder. Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan terbitan BPS nasional periode

Lebih terperinci