BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan didunia bisnis saat ini terasa semakin ketat, terutama semenjak perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari Perjanjian tersebut sebenarnya telah disepakati sejak tahun 2002 oleh Indonesia dan pemerintah pun tidak akan mengundur berlakunya pelaksanaan perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) tersebut. Indonesia sebagai penandatangan akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati antar negara-negara ASEAN dan Cina itu. Seiring dengan berlakunya ACFTA mulai timbul kekhawatiran masyarakat Indonesia terkait produk lokal yang rawan tergerus produk impor Cina dan persaingan diberbagai sektor industri yang akan semakin ketat. Diperkirakan ada sepuluh sektor industri yang paling dirugikan dalam perjanjian perdagangan tersebut, salah satunya adalah sektor industri tekstil. Cina merupakan negara pesaing terkuat dalam industri tekstil Indonesia. Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 memperlihatkan nilai ekpor tekstil Indonesia terhadap Cina sebagai berikut (angka di antara tanda kurung menandakan peringkat) : 1. Serat sintetik : 7,2 (1) 2. Serat lainnya dengan nilai 13,1 (3) 3. Benang tekstil (untuk pembuatan kain) memiliki nilai 73,7 (3) 4. Benang dan kain yang memiliki kekhususan tertentu (special yarns and fabrics) : 10,2, (5)

2 Total nilai ekspor 104,2 Sementara Indonesia mengimpor : 1. Kapas dengan nilai 55,6 (3) 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3 (1) 4. Mesin tekstil dan pengolahan kulit dengan value 33,8 (4) Total nilai impor 180,8 Sumber : Dari data ini jelas terlihat bahwa impor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia dari Cina lebih banyak daripada ekspornya. Data ini juga sekaligus menunjukkan dimana sebenarnya letak kekuatan tekstil Indonesia, yaitu pada serat. Kelemahan tekstil kita terutama ada pada ketergantungan akan bahan baku berupa kapas, benang dan mesin. Angka-angka pertumbuhan ekspor impor tekstil ini masih akan terus berubah secara dinamis mengikuti gerak perkembangan industrinya. Diawal perkembangannya, industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat pada tahun 1992, sehingga pada saat itu menjadi penghasil devisa tertinggi di antara komoditas nonminyak dan nongas dengan nilai ekspor sebesar US$ 3.5 milyar. Industri tekstil tersebut tidak berbasis pada produksi bahan baku domestik yang kuat. Bahan baku tekstil yang berupa serat kapas harus diimpor. Setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dalam jumlah besar. Pada tahun 1993 Indonesia mengimpor ton atau di atas 96% total kebutuhan nasional dan

3 kurang dari 4% yang dapat disediakan dari hasil kapas dalam negeri. (Baharsjah,1993) Adapun data indeks terbaru mengenai tingkat produksi besar dan sedang yang tertera di BPS (Biro Pusat Statistik) Indonesia sebagai berikut : Tabel 1.1 Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Dua Digit Kode ISIC, Tahun Kode Industri Uraian Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau 2010 Rata an Tah Triwulan unan Rata an Tah Triwulan unan 2011 I II III IV I II III IV Tekstil Pakaian 18 Jadi Kulit dan Barang dari 19 Kulit dan Alas Kaki Sumber : (7 Maret 2012) Dari tabel data diatas terlihat bahwa indeks tingkat produksi tekstil di Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, meskipun tingkat produksi pada Triwulan IV tahun 2011 dan Rataan Tahunan 2011 belum diketahui. Ini salah satu bukti bahwa saat ini

4 perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat lamban. Dan tak bisa dipungkiri industri tekstil kita selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil dunia sehingga industri tekstil kita masih mampu bertahan karena mendapat limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota. Secara umum industri tekstil diartikan sebuah industri yang bahan bakunya berasal dari serat (kapas, poliester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut: 1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll) 2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar 4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.

5 Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Bahan baku yang berkualitas, tentu akan menghasikan produk yang berkualitas juga. Salah satu perusahaan tekstil yang bergerak dibidang produksi weaving (tenun) adalah PT. Tarumatex. PT. Tarumatex menghasilkan produk tekstil berupa kain grey tenun atau kain mentah. Kain grey tenun atau kain mentah tersebut harus melalui proses coloring (pewarnaan) dan finishing (penyempurnaan) sebelum dijual ke konsumen. Kain merupakan salah satu produk tekstil yang terbuat dari benang yang ditenun. Bahan baku untuk membuat kain adalah benang. Ada banyak sekali jenis-jenis benang, yang dikelompokkan berdasarkan seratnya, ada yang berasal dari serat alam seperti kapas dan serat buatan. PT. Tarumatex selalu berusaha bertahan dalam persaingan, namun semakin meningkatnya harga segala kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak ditambah dengan semakin tingginya persaingan industri tekstil khususnya dengan masuknya pedagang Cina, sehingga membuat PT. Tarumatex tidak mengalami peningkatan produktivitas yang berarti dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan biaya produksi yang tidak dapat ditekan. Besarnya biaya produksi dalam perusahaan dikarenakan oleh besarnya biaya persediaan. Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya penyiapan, dan biaya kekurangan bahan baku. Namun biaya persediaan yang dapat dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sedangkan biaya kekurangan bahan baku dan penyiapan sebagai biaya opportunity.

6 Dalam memenuhi permintaan pelanggannya PT. Tarumatex memiliki kebijakan sendiri dalam melakukan pengendalian persediaanya. Perusahaan melakukan pemesanan persediaannya setiap dua bulan sekali, dengan jumlah dan interval yang tidak tetap sesuai dengan pemesanan. Oleh karena itu persediaan yang tersisa tersimpan didalam gudang tidak menentu, sehingga selalu terjadi penumpukan bahan baku dan terkadang kekurangan bahan baku, sehingga menimbulkan bertambahnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan maupun biaya kekurangan. Hal ini berarti besarnya investasi perusahaan ada pada persediaan yang tak menentu, padahal jika perusahaan mampu menentukan berapa besarnya yang mereka perlukan secara tepat jumlah dan tepat waktu besarnya persediaan dapat dikelola secara efektif. Tabel 1.2 Data Total Permintaan Kain Di PT. Tarumatex Tahun

7 8,800,000 8,300,000 meter 7,800,000 7,300,000 6,800, Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex Tabel 1.3 Data Persediaan Bahan Baku Di PT. Tarumatex Tahun

8 Bahan Baku Kain Polyester Rayon (PR) 2, , Bale 1, P Ry Tabel 1.4 Data Biaya Total Persediaan Di PT. Tarumatex Tahun ,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000, Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex Melihat permasalahan diatas mengenai tingginya biaya yang timbul akibat persediaan dalam gudang dan pemesanan bahan baku, sehingga semakin besar biaya-biaya yang ditimbulkan, seperti biaya akomodasi dan transportasi. Oleh sebab itu PT. Tarumatex harus mampu membuat suatu pengelolaan dan perencanaan bahan baku atas permintaan yang ada. Untuk itu PT. Tarumatex perlu

9 menerapkan teknik perencanaan persediaan bahan baku yang tepat dalam rangka mengendalikan persediaannya. Persediaan merupakan salah satu bagian terbesar dalam penggunaan modal kerja perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Pesediaan yang terlalu berlebihan akan merugikan perusahaan karena ini berarti lebih banyak uang atau modal yang tertanam dalam persediaan dan biayabiaya yang timbul akibat adanya penyimpanan tersebut. Sebaliknya apabila persediaan terlalu kecil akan timbul biaya-biaya karena kekurangan persediaan bahan baku, seperti biaya pemesanan, biaya akomodasi dan biya transportasi yang tinggi, bahkan apabila permintaan konsumen tidak terpenuhi karena kekurangan persediaan bahan baku, jelas sekali akan menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Kegiatan produksi di PT. Tarumatex harus diarahkan pada tindakan yang menuju kearah keberhasilan dari usaha itu sendiri, dimana tindakan tersebut dapat diterapkan dalam fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan, karena melalui perencanaan yang baik segala kegiatan dan tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat dengan jelas dirumuskan dan diperinci sehingga dapat teroganisir sesuai dengan harapan. Jadi pada dasarnya, perencanaan ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk mengamankan rencana yang telah dibuat dan yang akan direncanakan. Salah satu aspek yang

10 harus direncanakan dalam perusahaan manufaktur adalah perencanaan bahan baku. Selanjutnya agar kegiatan pelaksanaan dapat dijalankan sesuai dengan rencana, maka diperlukan suatu pengendalian atau pengawasan pada setiap proses kegiatan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan bahan baku perusahaan menunjukkan suatu proses sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana perusahaan sendiri, implementasi dari rencana tersebut sampai pada akhirnya tahap pegawasan dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana tersebut. Perusahaan harus mampu melaksanakann fungsifungsi manajemen secara menyeluruh agar dapat melakukan kegiatan operasi yang efektif dan efisien. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang efektif dan efisien diperlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi dan menjadi salah satu faktor penting dari kegiatan perindustrian salah satunya bagi PT. Tarumatex. Hal ini dikarenakan perencanaan kebutuhan bahan baku dapat mempengaruhi jalannya proses produksi yang akan berlangsung dan juga akan mempengaruhi variabel biaya produksi dari produk tersebut. Tingkat kefektifan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku diukur dari pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ketepatan dalam menetapkan metode atau teknik yang digunakan dalam

11 melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku merupakan ukuran pencapaian target atau tujuan perusahaan itu sendiri. Tingkat efisiensi dapat diukur dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi merupakan suatu tidakan yang berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak biaya dan waktu dalam proses pengerjaannya. Dalam penelitian kali ini, tingkat efisiensi dapat diukur dari jumlah akhir atau total biaya persediaan bahan baku dari perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling rendah (minimal cost) berdasarkan penerapan metode atau teknik perencanaan kebutuhan bahan baku yang ditetapkan. Perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan baku harus menjadi hal penting dan menjadi salah satu inti perhatian bagi PT. Tarumatex. Kemampuan dalam mengatur persediaan yang tepat akan memberikan dampak positif bagi kemajuan dan kinerja perusahaan dalam mengatur biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Permasalahan perencanaan bahan baku tersebut dapat diatasi dengan berbagai metode dalam persediaan, salah satunya dengan metode Material Requirement Planning (MRP). Menurut Vincent Gaspers (2004:177) mengatakan bahwa Material Requirement Planning (MRP) adalah : Perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning) adalah metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan (purchased

12 planned orders) dan perencanaan pesanan manufktur (manufactured planned oders). MRP merupakan metode perencanaan (planning) dan penjadwalan (scheduling) pesanan dan inventory untuk item-item permintaan yang bersifat tidak bebas (dependent inventory) yaitu permintaan satu produk berkaitan dengan permintaan untuk produk produk lainnya. Jadi, MRP adalah teknik untuk merencanakan dan menjadwalkan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan jadwal produksi. Dengan menggunakan sistem MRP dapat diketahui berapa banyak dan kapan suatu bahan baku yang dibutuhkan akan dipesan. Konsep MRP adalah menyediakan bahan baku pada jumlah, waktu dan jenis secara tepat, sehingga dapat selalu tersedia pada saat dibutuhkan guna memproduksi suatu barang atau produk. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa MRP juga merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan kebutuhan bahan baku. Menurut Agus Ristono (2009:2) dalam bukunya Manajemen Persediaan, menerangkan bahwa : Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan.

13 Tujuan MRP dari sudut pandang logistik adalah untuk menghindari sebanyak mungkin penumpukan bahan baku dalam persediaan dan untuk memastikan berapa banyaknya bahan baku yang harus disediakan sesuai pesanan dengan periode waktu yang tepat. Komponen dasar dari MRP terdiri dari Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule-MPS), Struktur Produk (Bill of Material) dan Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record). Dalam proses MRP, terdapat beberapa teknik untuk menentukan besarnya lot atau besarnya kuantitas pesanan, diantaranya teknik Lot For Lot (LFL), Fixed Order Quantity (FOQ), Fixed Period Quantity (FPQ), Least Unit Cost (LUC), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Part Period Balancing (PPB), Silver Mean (SM), dan lain-lain. Salah satu dari teknik-teknik perhitungan lot dalam MRP ini bisa dijadikan solusi untuk merencanakan jumlah pesanan yang efektif sehingga biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan oleh perusahaan bisa dikendalikan. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dengan judul Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada PT. Tarumatex (Studi Komparatif Dengan Metode Lot For Lot, Fixed Order Quantity dan Fixed Period Quantity). Karena sistem perencanaan persediaan bahan baku di PT. Tarumatex belum efektif sehingga menimbulkan biaya total persediaan perusahaan yang cukup tinggi.

14 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Identifikasi Masalah Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang didalamnya dibutuhkan berbagai sumber daya produksi itu sendiri, diantaranya modal produksi, bahan baku produksi, fasilitas produksi (mesin; kendaraan; dll), tenaga kerja, tempat dan waktu produksi. Proses produksi yang baik tentu didasari oleh perencanaan produksi yang baik pula, dimana semua kegiatan-kegiatan produksinya berjalan lancar dan terkendali sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi perusahaan tersebut. Salah satu aspek yang perlu direncanakan sejak awal sebelum dilakukannya proses produksi adalah perencanaan persediaan bahan baku. Perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian produksi akibat fluktuasi supply bahan baku dan mengantisipasi baik penurunan atau peningkatan permintaan pelanggan. Jika persediaan bahan baku terlalu sedikit, hal ini akan menghambat dan mengganggu kelancaran proses produksi serta dapat menurunkan tingkat pelayanan kepada pelanggan. Sebaliknya, jika persediaan bahan baku terlalu banyak, hal ini dapat

15 meningkatkan biaya-biaya persediaan yang besar serta dapat menimbulkan risiko kerusakan bahan baku karena penimbunan yang terlalu banyak dan penyimpanan bahan baku yang cukup lama. Untuk itu diperlukan perencanaan bahan baku yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan perusahaan itu sendiri. PT. Tarumatex adalah perusahaan tekstil yang bergerak di bagian weaving (tenun) yang memproduksi berbagai macam kain. PT. Tarumatex memproduksi produknya berdasarkan pada pemesanan atau job order. Dalam melakukan produksi dibutuhkan bahan baku berupa benang. Perencanaan kebutuhan bahan baku ini sangat penting karena jika perusahaan mengalami kondisi kelebihan atau kekurangan bahan baku, yang jika tidak diolah sedemikian rupa dapat menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Masalah perencanaan bahan baku adalah yang paling mendasar, yakni apabila proses produksi terdapat jumlah persediaan berlebihan yang mengakibatkan kerusakan atau keusangan bahan baku dan jumlah persediaan yang terlalu sedikit sehingga tidak mampu melayani semua permintaan pelanggan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan baku, yaitu adanya waktu antara barang sejak dipesan sampai dikirim (lead time), keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti bahan baku yang tersedia dan jumlah mesin yang dimiliki oleh perusahaan apakah cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan atau tidak, selain itu dalam menerima pesanan perusahaan harus memperhatikan berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pesanan tersebut.

16 Dari latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh PT. Tarumatex pada proses produksinya adalah belum efektifnya penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dalam perusahaan yang ditandai dengan masih besarnya jumlah total biaya persediaan sehingga menimbulkan masalah-masalah dalam proses produksi dan menimbulkan peningkatan biaya produksi perusahaan. Penelitian ini membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dengan teknik perhitungan Lot dalam metode MRP untuk produk kain Polyester Rayon (PR) pada PT. Tarumatex dalam upaya efisiensi biaya total persediaan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana metode atau kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku yang diterapkan oleh PT. Tarumatex? 2. Bagaimana tingkat biaya total persediaan di PT. Tarumatex? 3. Bagaimana penerapan 3 (tiga) teknik perencanaan kebutuhan bahan baku yaitu dengan teknik Lot For Lot, Fixed Order Quantity, dan Fixed Period Quantity dan implementasinya terhadap biaya total persediaan bahan baku?

17 4. Metode perencanaan kebutuhan bahan baku mana yang paling tepat bagi PT. Tarumatex sehingga dapat menciptakan efisiensi biaya persediaan? 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Tarumatex. 2. Gambaran tingkat biaya persediaan di PT. Tarumatex. 3. Membandingkan teknik penentuan lot dalam metode MRP mana yang paling tepat bagi PT. Tarumatex dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan bakunya. 4. Rekomendasi metode penerapan kebutuhan bahan baku bagi PT. Tarumatex Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini dapat dikelompokkan pada kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis, diantaranya : a) Kegunaan Ilmiah

18 Secara ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetauan serta referensi pengembangan ilmu manajemen operasional, khususnya dalam hal teori perencanaan bahan baku dengan metode MRP. b) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan tekstil dan pertimbangan yang berarti dalam menerapkan metode perencanaan bahan baku.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakanng Masalah. Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakanng Masalah. Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanng Masalah Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini perusahaan manufaktur semakin ketat bersaing dalam memproduksi produk-produk yang bermutu dengan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen atau varibel bebas (X) yang diteliti adalah metode MRP pada persediaan bahan baku benang pada

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Tarumatex adalah salah satu perusahaan tekstil yang ada di Indonesia, berlokasi di Jalan Jendral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja khususnya dalam perencanaan produksi. Salah satu perencanaan produksi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja khususnya dalam perencanaan produksi. Salah satu perencanaan produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi order dari konsumen, perusahaan perlu meningkatkan kinerja khususnya dalam perencanaan produksi. Salah satu perencanaan produksi adalah dengan melakukan

Lebih terperinci

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha A B S T R A K Negara Indonesia saat ini masih menyandang status sebagai negara berkembang dan masih terus melakukan pembangunan besar-besaran di berbagai bidang. Termasuk pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

Ekonomi & Bisnis Manajemen

Ekonomi & Bisnis Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 12Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) PPB Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dengan tetap mempertahankan dari segi yang menguntungkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dengan tetap mempertahankan dari segi yang menguntungkan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin pesat pada era sekarang menjadikan suatu negara berada pada suatu kondisi dimana perdagangan bebas dan terbuka yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri otomotif dan komponen, sehingga tercipta industri otomotif nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. industri otomotif dan komponen, sehingga tercipta industri otomotif nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Benz phaeton merupakan mobil pertama di Indonesia yang dipesan dari negara Jerman oleh sultan solo (Nurcholis, 2015). Pada tahun 1930 bisnis otomotif di tanah air

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI

BUKU PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI BUKU PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI IMPLEMENTASI APLIKASI PENENTUAN METODE LOT SIZING TERBAIK PADA MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA INVENTORY Oleh : Julianto Lemantara, S.Kom., M.Eng.,

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Perusahaan Plastik X adalah perusahaan penghasil plastik injection process dengan orientasi pasar lokal, sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitasnya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan biasanya dilakukan melalui pendekatan reaktif sbb : a. Reorder

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisis Teknik Lot Size MRP (Material Requirement Planning) Dalam perencanaan dan penegendalian persediaan bahan baku produk benang Cotton, digunakan MRP sebagai teknik untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot.

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. XYZ Muhamad Adi Sungkono, Wiwik Sulistiyowati

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL di PT. PRATAMA ABADI INDUSTRI

Universitas Bina Nusantara. USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL di PT. PRATAMA ABADI INDUSTRI Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1 - Semester Genap tahun 2004 / 2005 USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL di PT. PRATAMA ABADI INDUSTRI Sherly Monaco

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram pemecahan masalah dapat dilihat pada diagram 3.1 Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - Data Produksi - Data Kebutuhan bahan baku - Inventory Master

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB Juliana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email : kallya_des @yahoo.com Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak operasi manufaktur terutama pada tingkat kecil dan menengah dimanajemeni secara kacau, persediaan menumpuk, suku cadang/persediaan dipercepat/diperbanyak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Hal ini merupakan tanda bahwa semakin pesatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Teknik Part Period Balancing Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) di Indonesia. MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau AEC (ASEAN Economic Community)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sediaan 1 pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Dan Liris merupakan industri yang bergerak di bidang textile yang memproduksi benang, kain dan juga pakaian jadi. Pada bagian textile khususnya divisi Weaving

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi hal yang biasa bagi setiap perusahaan manufaktur untuk memesan bahan baku yang akan melewati proses produksi beberapa waktu sebelumnya yang tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah menunjukkan kemajuan cepat dan pesat dengan adanya pertumbuhan industri. Persaingan yang ketat antar

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan harus mampu mempersiapkan diri secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada masa sekarang ini keadaan ekonomi yang tumbuh dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada masa sekarang ini keadaan ekonomi yang tumbuh dengan pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada masa sekarang ini keadaan ekonomi yang tumbuh dengan pesat membuat permintaan terhadap barang maupun jasa meningkat dengan signifikan sehingga banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Di Indonesia, sektor industri properti mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Salah satu produk yang digunakan untuk pembangunan yaitu beton ready mix. Adapun kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai bidang usaha dewasa ini sudah mulai terasa dampaknya termasuk

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai bidang usaha dewasa ini sudah mulai terasa dampaknya termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan kebebasan bersaing diberbagai bidang usaha dewasa ini sudah mulai terasa dampaknya termasuk terhadap dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material berdasarkan metode MRP. Berdasarkan hasil pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat persaingan semakin ketat di seluruh sector industry dan masing-masing perusahaan dalam

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan sebuah perusahaan penghasil kertas yang dalam kegiatan produksinya, perusahaan tersebut menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT KYODA MAS MULIA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan spare part yang memiliki pasar sasaran baik untuk domestik maupun mancanegara. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya suatu perusahaan maka diperlukan suatu perencanaan produksi yang tepat dan cepat. Sistem manual pada perencanaan dan pengendalian produksi sudah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-8328 Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Kulit dengan Menggunakan Metode Material Requirement Planning untuk Meminimumkan Biaya Persediaan pada Bengkel Sepatu Beevy

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk dapat menghasilkan produk dengan optimal. Namun

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk dapat menghasilkan produk dengan optimal. Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada zaman sekarang ini sangat pesat, khususnya pada bidang industri. Seiring dengan kemajuan tersebut perusahanperusahaan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang produksi, distribusi maupun retail untuk mengoptimalkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang produksi, distribusi maupun retail untuk mengoptimalkan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat bisnis berkembang menjadi dinamis dan kompetitif, seorang manajer yang mengurus persediaan, semakin merasakan tingginya kebutuhan akan sebuah sistem. Sistem

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 58 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini pokok bahasan atau variabel independent (x) yang diteliti adalah metode MRP pada persediaan bahan baku serat pada PT. Sun

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisis Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaann Kebutuhan Material atau MRP dimulai setelah inputnya yaitu Jadwal Induk Produksi, Struktur Produk dan Catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, tingkat persaingan yang terjadi di dunia industri mengalami peningkatan. Hal ini berarti tingkat persaingan tidak hanya terjadi antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan persediaan dalam kegiatan operasi perusahaan. Menurut Riah

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan persediaan dalam kegiatan operasi perusahaan. Menurut Riah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Secara umum perusahaan terbagi ke dalam tiga jenis yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Semua jenis perusahaan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/jkie Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE) PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PADA

Lebih terperinci

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri Gunawan Wibisono 1*, Sri Rahayuningsih 2, Heribertus Budi Santoso 3 1,2,3) Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di bidang industri berjalan seiring dengan semakin majunya teknologi. Tingkat persaingan antar perusahaan yang sangat ketat menyebabkan setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci