Upaya Peningkatan Mutu dan Sertifikasi Minyak Nilam di Kolaka Utara ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Upaya Peningkatan Mutu dan Sertifikasi Minyak Nilam di Kolaka Utara ABSTRAK"

Transkripsi

1 Upaya Peningkatan Mutu dan Sertifikasi Minyak Nilam di Kolaka Utara Tamrin 1, Nur Asyik 1, Gusnawaty 2 1 Staf Pengajar Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Haluo Oleo Kendari 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Haluo Oleo Kendari ABSTRAK Kolaka Utara adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, dengan ibukota Lasusua, merupakan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka pada tahun Sekitar 80% penduduk kabupaten ini menekuni usahatani perkebunan (terutama kakao, kelapa dan cengkeh) untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun beberapa tahun terakhir nilam mulai dikembangkan disamping usahatani yang telah ditekuni sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik mutu minyak nilam serta mengupayakan peningkatan mutu dan sertifikasi minyak nilam di Kolaka Utara. Penelitian ini diawali dengan survei beberapa faktor yang terkait dengan rendemen dan mutu minyak nilam (jenis tanaman, teknik budidaya, penanganan pasca panen, dan teknologi penyulingan minyak nilam). Selain itu dilakukan karakterisasi mutu minyak nilam menurut Standar Mutu Indonesia (SNI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanaman nilam yang diusahakan sebagian besar adalah jenis Sidikalang dan Tapaktuan serta teknik budidaya yang diterapkan rata-rata telah mendekati teknik budidaya yang sesuai untuk tanaman nilam, namun masih ditemukan penanganan pasca panen terutama ukuran terna yang panjang (5 10 cm) dan masih tedapat perbandingan terna 1 : 2 dalam proses penyulingan. Selain itu, belum dilakukan proses penjernihan/redestilasi pada minyak nilam yang hasilkan. Kondisi tersebut diduga kuat menyebabkan rendemen minyak nilam rata-rata hanya mencapai 1,8% dan masih sedikit yang mencapai 2 3% serta daya simpan minyak nilam yang rendah. Hasil analisis laboratorium menunjukkan karakteristik mutu minyak nilam dari Lasusua Kolaka Utara terutama warna, bobot jenis, bilangan asam, bilangan ester dan Patchouli Alcohol (PA) telah memenuhi standar SNI-No Keyword : Mutu, minyak, nilam, Patchouli Alcohol. PENDAHULUAN Kolaka Utara adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, dengan ibukota Kecamatan Lasusua. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka yang disahkan dengan UU Nomor 29 tahun 2003 tanggal 18 Desember Jumlah penduduk dari hasil registrasi akhir tahun 2009, yaitu sebesar jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan jiwa. Sekitar 80% penduduk kabupaten ini menekuni usahatani tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan hidup (BPS Kab. Kolaka Utara, 2010). Hal ini menggambarkan bahwa sumber pendapatan utama masyarakat di kabupaten ini adalah usahatani tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan yang menjadi andalan utama dan telah lama ditekuni masyarakat adalah kakao, kelapa dan cengkeh. Namun dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Kolaka Utara mulai mengusahakan tanaman nilam disamping usahatani yang telah ditekuni sebelumnya. Peningkatan nilai pendapatan yang dirasakan masyarakat dari usaha tanaman nilam cukup menguntungkan sehingga usaha tanaman tersebut begitu cepat menyebar di Kabupaten Kolaka Utara. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri penting yang menyumbang devisa 50% lebih dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Sebagian besar pertanaman nilam di Indonesia merupakan usahatani rakyat yang melibatkan kepala keluarga petani (Ditjen Perkebunan, 2006). Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 85%, dengan rata-rata volume ekspor mencapai ton/tahun dengan pasar tujuan utama antara lain Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Inggris, dan Switzerland. Sifat fixatif (mengikat minyak astiri lainnya) yang sangat kuat dari minyak nilam menyebabkan pemanfaatannya yang luas dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida serta penggunaannya dalam aroma terapi (Ibnusantoso, 2000; Wahyudi dan Emiarti, 2012). A-202

2 Mutu minyak nilam ditentukan oleh sifat fisika kimia minyaknya. Faktor yang paling menentukan mutu minyak nilam adalah kadar patchouli alcohol (PA). PA merupakan komponen terbesar (50-60%) dari minyak dan memberikan bau yang khas pada minyak nilam. Dari jenis Nilam Aceh yang saat ini dikembangkan sebagai varietas unggul, kadar PA yang tertinggi dijumpai pada varietas Tapak Tuan (33,31%). Kadar PA >30%, merupakan syarat minimum untuk ekspor. Kadar PA dari Nilam selain dipengaruhi oleh jenis tanaman dan teknik budidaya, penanganan pasca panen dan teknik pengolahan minyak merupakan tahap yang paling menentukan mutu dan kadar PA dari minyak nilam. Tahap pasca panen mulai dari ukuran perajangan terna (daun dan ranting), cara dan lama penjemuran, serta cara dan lama penyimpanan. Sedangkan pada teknik pengolahan faktor yang berpengaruh meliputi perbandingan bahan terna, volume air dan kapasitas alat, cara dan lama penyulingan. Dan terkait dengan alat penyulingan terutama jenis bahan dari tangki penyulingan, tipe alat (model, kelengkapan alat kontrol suhu dan tekanan). Mutu minyak nilam selain ditentukan oleh Nilai PA, yang perlu menjadi perhatian adalah tingkat kejernihan, warna, berat jenis, indeks bias, putaran optic, kelarutan dalam alcohol, bilangan ester, bilangan asam, dan kadar besi dalam minyak nilam. Karakteristik minyak tersebut perlu diupayakan agar sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Untuk itu upaya peningkatan mutu dan sertifikasi minyak nilam yang dihasilkan masyarakat Kolaka Utara perlu dilakukan untuk perbaikan kualitas dan nilai jualnya. Keseluruhan proses peningkatan mutu dan sertifikasi perlu dikawal dalam sistem kelembagaan kemitraan multistakeholder. Kelembagaan tersebut perlu mendorong partisipasi petani/pengolah baik secara perorangan maupun kelompok dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan peningkatan mutu. Selanjutnya faktor-faktor terkait peningkatan mutu tersebut perlu dipelajari secara mendalam sehingga diperoleh paket teknologi penanganan nilam sejak dari budidaya sampai pengolahan untuk peningkatan mutu dari minyak nilam di kolaka utara. METODE Lokasi Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Lasusua Kolaka Utara. Pemilihan di lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu kawasan pengembangan nilam di Kolaka Utara. Selain itu juga mempertimbangkan kebijakan Pemerintah Daerah, kondisi wilayah dan masyarakat sasaran. Survey sistem budidaya, pascapanen dan pengolahan nilam Penelitian ini diawali dengan survey yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran teknik budidaya tanaman nilam, pascapanen, sistem pengolahannya dan nilai tambah yang diperoleh petani. Responden dalam kegiatan ini terdiri dari instansi terkait (antara lain penyuluh pertanian lapangan), kepala desa, kontak tani/petani. Proses pengumpulan data dengan teknik Focus Discussion Group (FGD) dan wawancara mendalam, kemudian dilanjutkan observasi di industri pengolahan nilam. Penentuan responden secara purposive dengan kriteria petani nilam: 1) memiliki lahan perkebunan nilam minimal 0,5 Ha; 2) memiliki umur tanaman nilam produktif; 3) mudah di jangkau. Karakterisasi minyak nilam dari Lasusua Kolaka Utara Karaterisasi dilakukan untuk memperoleh data minyak nilam menurut Standar Nasional Indonesia (SNI). Peralatan yang digunakan adalah neraca, polarimeter, refraktometer, hot plate, gas kromatografi, tabung polari, piknometer, termometer, tabung reaksi, labu, dan pendingin tegak. Parameter yang diukur meliputi bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol, bilangan asam, bilangan ester, dan patchouli alkohol. Bahan pereaksi yang digunakan adalah alkohol, HCl, KOH, boraks, dan indicator pp. Adapun tahap analisis menurut SNI No adalah sebagai berikut : - Berat jenis. Piknometer kosong yang telah diketahui bobotnya diisi minyak nilam kemudian ditimbang. Bobot piknometer yang berisi air juga diukur dan suhu dalam neraca dicatat. Perbandingan bobot minyak dan air menunjukkan bobot jenisnya. A-203

3 - Bilangan asam. Minyak nilam 1,5-2,5 g minyak nilam ditambahkan 10 ml alkohol netral serta beberapa tetes indikator pp, kemudian dititar dengan KOH 0,1 N hingga berwarna merah muda. ml contoh x N x 56,1. Bilangan asam = g contoh, ml contoh = ml penitaran contoh, N = normalitet dari KOH 56,1 = bobot setara KOH g = bobot contoh - Bilangan ester adalah kelanjutan dari bilangan asam. Ke dalam contoh ditambahkan 25 cc KOH 0,5 N kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 1,5 jam, didinginkan lalu dititar dengan HCI 0,5 N hingga warnanya berubah. (blanko - contoh) ml x N x 56,1, Bilangan ester = g contoh - Kadar patchouli alkohol (PA) diukur dengan menggunakan gas kromatografi pada kondisi kolom Carbowax 20 M; detector ionisasi nyala; gas pendorong nitrogen; suhu injector 220 C; suhu detektor 250 C; suhu kolom program o C kecepatan kenaikan 3 C/menit; laju alir N2 kenaikan 3 o C/menit; laju alir H2 30 ml/menit; laju alir UT 40 ml/menit; sensitivitas 4 x 10 m; dan volume contoh 0,2. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknik Budidaya Tanaman Nilam, Pasca Panen dan Pengolahannya di Kecamatan Lasusua Teknik Budidaya Survey tanaman Nilam dan wawancara terhadap petani Nilam dilakukan di kelurahan Lasususa dan beberapa desa di Kecamatan Lasusua yaitu Pongiha, Patowonua, Tojabi, Watuliu dan Pitulua. Hasil survey menunjukkan karakteristik petani nilam secara umum dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Petani Nilam di Lasusua Karakteristik Petani Nilam Umur Pendidikan Kedudukan usaha Nilam bagi petani Luas lahan Usaha tani dilakukan secara Hasil Survey tahun SMP - SMA Usaha sampingan Ha Individu Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa umur rata-rata petani yang dijumpai di kecamatan Lasusua berada pada kisaran umur yang cukup produktif, walaupun beberapa diantaranya sudah berusia lanjut (62 tahun). Dari segi pendidikan (yaitu tingkat SMP SMA), petani Lasusua memiliki kemampuan menyerap informasi dan potensi mengembangkan diri untuk kemajuan usahanya. Namun dari Tabel 1 diketahui bahwa secara umum usaha nilam skala produksi per petani tergolong kecil. Hasil survey menunjukkan rata-rata luas areal tanaman nilam berkisar antara Ha/petani dan umum hanya menjadi usaha sampingan. Kondisi ini berbeda dengan situasi beberapa tahun sebelumnya, yaitu tanaman nilam menjadi usaha utama karena tingginya harga yang diperoleh petani. Tetapi setelah harga nilam kering mengalami penurunan (saat survey hanya sekitar /kg), banyak petani tidak lagi mengurus tanaman nilamnya karena biaya produksi lebih tinggi dibandingkan hasil penjualan yang diperoleh. Oleh karena itu terdapat areal penanaman nilam yang dijumpai telah berumur lebih dari 1 (satu) tahun belum dipanen dan sudah bercampur dengan gulma (tanaman pengganggu) karena tidak pernah lagi dilakukan penyiangan. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Areal penanaman Nilam yang tidak lagi terurus di desa Pongiha Kecamatan Lasusua Kolaka Utara A-204

4 Gambar 1 menunjukkan kondisi tanaman nilam yang tidak lagi di pedulikan oleh pemiliknya karena taksiran harga penjualan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya produksi (modal) yang telah diinvestasikan. Menurut Kastaman (2003) Gulma yang tumbuh disekitar tanaman nilam harus dibersihkan (penyiangan) sebelum pemupukan, yakni menjelang umur 1 bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Disamping itu juga ditemukan areal tanaman yang sebelumnya merupakan lokasi penanaman nilam, namun pada saat survey areal tersebut tidak lagi ditanami nilam. Walaupun demikian beberapa petani yang memiliki tanaman nilam yang masih bertahan dan terus menerapkan beberapa teknik budidaya dalam penanamannya. Petani tersebut umumnya juga memiliki penyulingan nilam atau yang telah terikat perjanjian dengan pengusaha nilam. Teknik budidaya yang dijumpai bervariasi, dan sumber bibit umumnya diperoleh dari Pak Hamsa, seorang tokoh masyarakat Lasusua yang diketahui sebagai orang pertama yang membawa dan mengusahakan tanaman nilam di Lasusua. Selain itu, beberapa petani juga memperoleh bibit nilam dari desa Lapolu yang jaraknya sekitar 30 kilometer dari Lasusua. Secara rinci teknik budidaya yang diterapkan pada tanaman nilam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Teknik Budidaya Tanaman Nilam di Lasusua Budidaya Tanaman Nilam Varietas nilam yg ditanam Sumber bibit Jarak tanam nilam Sistem pertanaman Umur panen nilam pertama Lama umur produktif tanaman nilam sampai diganti dgn tanaman baru Jenis pupuk yang digunakan Alat panen yg digunakan Panjang batang bawah yang akan menjadi tempat pertumbuhan vegetative berikutnya Banyaknya Penyiangan yang dilakukan sampai panen Pengendalian hama penyakit tanaman Hasil Survey Sidikalang dan Tapak Tuan Lasusua (dari Pak Hamsa) dan desa Lapolu 50 x 50 cm dan 80 x 80 cm Monokultur dan Tumpang sari 6-7 bulan 1 tahun 1,5 tahun Urea Gunting pangkas 10 cm, 20cm, dan 25 cm 1 4 kali dan ada yang seringkali (setiap bulan) Pestisida/fungsida Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa jenis tanaman nilam yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat Lasusua yaitu jenis sidikalang dan Tapak Tuan. Nilam ini termasuk jenis Pogostemon cablin atau sering disebut nilam Aceh. Pogostemon cablin termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia (Sudaryani et al, 2004). Sudaryani et al. (2004) dan Herdiani (2011) menjelaskan bahwa Tanaman nilam tumbuh pada ketinggian m dpl. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat m dpl, suhu yang panas dan lembap serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan berkisar mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Sedang suhu yang baik adalah 24 0 C-28 0 C dengan kelembapan lebih dari 75%. Agar pertumbuhannya optimal tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran matahari yang cukup. Kondisi iklim dan curah hujan tersebut secara umum terpenuhi di Kecamatan Lasusua. Kecamatan Lasusua memiliki luas daratan sebesar 287,67 km 2. Ketinggian wilayahnya mencapai ± 15 m dari permukaan laut. Keadaan iklim Kecamatan Lasusua terdiri dari dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Selama tahun 2008, musim hujan terjadi dua kali yaitu pada bulan Februari sampai April dan pada bulan Agustus sampai dengan Nopember. Arus angin yang terjadi pada bulan-bulan tersebut banyak mengandung uap air yang berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara akhir bulan April sampai dengan Juli dimana antara bulan tersebut angin Timur yang bertiup dari Australia yang sifatnya kering dan kurang mengandung uap air (BPS Kab. Kolaka Utara, 2010). Tabel 2 juga menggambarkan bahwa jarak tanam nilam di Lasusua yaitu 50 x 50 cm dan 80 x 80 cm. jarak tersebut telah sesuai dengan jarak tanam yang dianjurkan. Sudaryani et al. (2004) dan Herdiani (2011) menjelaskan bahwa lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 A-205

5 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm - 50 cm. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring (150) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah. Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5-6 bulan, kanopi sudah bertemu. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa selama proses penanaman nilam di Lasusua sebagian besar hanya di pupuk dengan urea. Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak seragam, beberapa diantaranya menunjukkan pertumbuhan yang lambat. Untuk itu perlu upaya peningkatan kesuburan tanah melalui sistem pemupukan maupun pergiliran tanaman sehingga diperoleh hasil produksi nilam yang optimal. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa pola tanam yang diterapkan untuk tanaman nilam di Lasusua adalah monokultur dan tumpang sari. Walaupun pola tanam yang terbaik adalah system monokultur, tumpang sari juga dapat dilakukan tetapi diupayakan agar tanaman tidak banyak ternaungi. Tanaman nilam yang ternaungi umumnya memiliki kadar minyak yang rendah. Tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara %. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi (Anonimous, 2012). Umur panen nilam di Lasusua menurut Tabel 2 yaitu umur 6-7 bulan. satu tahun. Pemanenan seperti ini telah sesuai, tetapi yang terbaik adalah umur 6 bulan. Jika panen terlambat, maka akan terjadi penurunan kadar minyak. Menurut Nuryani (2006) panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanaman berumur tiga tahun. Panen dilakukan ketika daunnya masih berwarna hijau tua dan belum berubah menjadi cokelat. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Penanganan pasca panen dan sistem pengolahan/penyulingan nilam Berdasarkan hasil survey, karakteristik bahan baku dan proses penyulingan nilam di Lasusua rata-rata seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik bahan baku dan proses penyulingan Nilam di Lasusua Uraian Hasil Survey Bahan Baku: -Ukuran terna Panjang potongan 5 10 cm -Pengeringan Dengan Sinar matahari -Lamanya pengeringan 2 4 hari Proses Penyulingan Jenis bahan : - ketel suling Plat besi - Pipa kondensor Stainless steel tipe spiral Sistem penyulingan Sistem kukus Kapasitas ketel suling (kg daun kering) kg Tinggi ketel (cm) cm Diameter ketel (cm) 200 cm Diameter kondensor (cm) 10 cm Suhu air pendingin ( o C) 50 o C Bahan bakar Kayu bakar dan oli bekas Perbandingan Terna 2:1 dan 1:2 Lama Penyulingan 7 9 jam A-206

6 Jumlah minyak yang dihasilkan 8-14 kg/hari Daya simpan Jika lebih dari 1 bulan akan asam Rendemen (ml) 1,8 % dan sebagian kecil 2 3% Berdasarkan hasil survey (Tabel 3) diketahui bahwa panjang ukuran terna (perbandingan daun dan ranting) pada nilam yaitu 5 10 cm. Ukuran tersebut masih cukup panjang jika dibandingkan dengan anjuran ukuran terna. Menurut Pujiharti et al., (2008) potongan hasil pangkasan nilam yang dianjurkan adalah 3 5 cm dan pengeringan dengan sinar matahari selama 5 6 jam. Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau rambut gladular. Apabila bahan dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya tergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat. Perlakuan tersebut akan menyebabkan kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan mengurangi sifat kamba bahan tersebut. Tabel 3 juga menunjukkan bahwa pengeringan nilam di Kolaka Utara rata-rata dilakukan 2 4 hari. Pengeringan dilakukan menggunakan sinar matahari. Nuryani (2006) menjelaskan bahwa pelayuan terna (daun dan ranting) dengan cara mengering anginkan selama 2-3 hari, sampai kadar air mencapai 15%. Tebal lapisan penjemuran sekitar 50 cm dan harus dibalik 2-3 kali sehari. Terna (daun dan ranting) yang sudah cukup kering dapat disimpan atau langsung dilakukan proses penyulingan. Hindari pengeringan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Kalau terlalu lambat seperti musim hujan, daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur, hingga rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah. Pelayuan dan pengeringan bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan lebih singkat. Selain itu juga untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi menjadi berbau wangi (Ketaren, 1985). Penyulingan daun segar akan menghasilkan rendemen minyak terlalu rendah, karena hanya minyak dipermukaan saja yang dapat keluar saat pemanasan. Dengan pelayuan atau pengeringan, dinding-dinding sel akan terbuka sehingga lebih mudah ditembus uap. Nurdjanah dan Ma mun (1994) menyatakan bahwa daun nilam yang tanpa dijemur atau dianginkan selama 2 minggu menghasilkan produksi lebih tinggi yaitu 29,7 ml/2 kg bahan sedangkan dengan di-jemur selama 4 jam di panas matahari menghasilkan minyak nilam 27,0 ml/2 kg bahan. Minyak nilam yang dihasilkan dari daun yang mengalami penjemuran mempunyai bilangan ester yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami penjemuran. Penyulingan menggunakan ketel stainless steel Penyulingan nilam yang dijumpai di Lasusua adalah cara kukus. Secara umum terdapat dua cara yang bisa digunakan dalam penyulingan daun nilam, pertama cara uap tidak langsung atau cara dikukus. Kedua, cara uap langsung yang menggunakan ketel uap terpisah. Metode yang diterapkan di Lasusua termasuk cara yang pertama. Cara pertama biayanya relatif murah dan baik untuk bahan baku yang berupa rumput-rumputan dan daun. Sedang cara yang kedua memerlukan modal besar dan teknologi yang rumit. Prosesnya, daun nilam dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam ketel penyulingan dan dipanaskan dengan brander melalui dapur dialirkan melaui celahcelah daun kering, dimana uap tersebut membawa serta uap minyak yang berasal dari daun ke dalam sebuah pendingin. Di dalam alat pendingin ini uap air dan minyak tersebut akan mengalami pengembunan. Dari alat pendingin campuran air dan minyak pada tempertur C (suamsuam kuku) mengalir ke alat pemisah minyak dari air. Minyak nilam yang lebih ringan dari air akan mengapung di atas air dan dialirkan melalui bagian atas alat pemisah ke alat pengumpul minyak. Sedangkan air yang dihasilkan dari proses penyulingan dapat digunakan kembali pada proses penyulingan berikutnya, dengan memasukkan kembali ke dalam ketel uap, agar minyak yang masih terdapat dalam air dapat diambil kembali (Anonimous, 2012). Ketel suling dan pipa kondensor sebaiknya terbuat dari stainless steel (besi tahan karat). Sementara yang dijumpai di Lasusua, ketel suling masih menggunakan bahan besi plat seperti yang terlihat pada Gambar 3. A-207

7 Gambar 3. Ketel penyulingan di Lasusua yang terbuat dari plat besi Gambar 3 menunjukkan ketel penyuilingan masih menggunakan bahan dari plat besi, tetapi pipa kondensator sudah berbahan stainless steel. Penggunaan stainless steel sebagai bahan konstruksi sangat menguntungkan karena selama masa pakai cukup lama karena tahan karat, juga warna minyak yang dihasilkan cerah sehingga mutu minyak tinggi. Ketel penyulingan berbahan stainlees steel seperti yang tampilkan pada Gambar 4. Gambar 4. Ketel penyulinngan dari bahan stainless steel Gambar 4 menunjukkan ketel penyulingan dan pipa kondensator yang telah menggunakan bahan stainless steel. Alat ini telah digunakan untuk uji coba proses penyulingan untuk membandingkan minyak Nilam dari Lasusua yang diproses menggunakan ketel penyuilingan berbahan besi plat tetapi pipa kondensator berbahan stainless steel. Gambar 5. Minyak nilam dari Lasusua yang dihasilkan dari alat penyulingan menggunakan bahan besi plat Hasil penyulingan menunjukkan bahwa secara organoleptik warna minyak nilam tidak berbeda nyata dengan warna minyak nilam dari Lasusua (Gambar 5). Keadaan ini menggambarkan bahwa walaupun ketel penyulingan masih menggunakan bahan besi plat, tetapi jika pipa kondensator berbahan stainless steel dapat menghasilkan minyak dengan warna yang hampir sama dengan ketel penyulingan yang menggunakan stainless steel. Walaupun demikian secara kimia, karakteristik kedua minyak tersebut kemungkinan dapat berbeda. Ketel penyulingan dapat berbentuk konikal (besar ke atas). Bentuk silinder yang konikal gunanya untuk memudahkan membongkar bahan sesudah penyulingan dengan bantuan katrol. Pada bagian pinggir saringan penahan bahan diberi 4 buah kuping untuk kaitan rantai sehingga A-208

8 bahan sisa penyulingan dapat diangkat dengan katrol (Rusli, 2002). Penyulingan dengan cara dikukus dianjurkan selama 5 10 jam dengan perbandingan daun dan tangkai/ranting 2:1 (Pujiharti et al., 2008). Dengan demikian lama penyulingan di Lasusua telah sesuai dengan anjuran, tetapi perbandingan terna masih ada yang menggunakan 1:2. Proses penyulingan berlangsung menggunakan prinsip pemisahan komponen cairan berdasarkan perbedaan titik uapnya. Awal penyulingan, menghasilkan komponen minyak yang bertitik didih rendah, lalu disusul dengan komponen yang bertitik didih lebih tinggi. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan uap air ditentukan oleh tiga faktor, besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul dari masing-masing komponen dalam minyak, dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang disuling. Uap hasil penyulingan dialirkan melalui pipa dan melewati tempat pendinginan untuk mengubah uap menjadi cair. Proses pendinginan dilakukan di saluran air yang terus mengalir. Setelah didinginkan, campuran minyak nilam dan air dipisahkan di sebuah tempat dengan mengandalkan beda berat jenis kedua zat itu. Hasil survey juga menemukan bahwa rendemen minyak nilam yang dihasilkan hanya mencapai 1,8 3%. Rendemen 3% sebenarnya sudah cukup tinggi, namun persentase tersebut tidak selalu diperoleh. Rendemen nilam aceh sebenarnya bisa mencapai 2,5 sampai dengan 5 %. Meskipun demikian dalam praktek rendemen rata-rata hanyalah 1 sd. 2 %. Rendahnya rendemen ini bisa disebabkan oleh teknik budidaya, penanganan pasca panen maupun sistem penyulingannya. Jika rendemen minyak nilam 3 % saja, dan hasil penyulingan diperoleh 1,8 %, berarti masih terdapat 1,2 % minyak dalam ampas tersebut. Analisis Laboratorium dan Penjernihan Minyak Nilam Minyak Nilam yang dihasilkan dari penyulingan di Lasusua selanjutnya di analisis di laboratorium dengan mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia No ). Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik kimia minyak nilam dari Lasusua Sampel Minyak Nilam Jenis Uji SNI* Sebelum pemurnian (Crude) Setelah pemurnian (Pure) Warna Kuning muda - coklat Kuning Kuning kemerahan Bobot Jenis (25 o C)/25 o C 0,950-0,975 0,957 0,952 Bilangan Asam Maksimum 8,0 7,6 7,0 Bilangan Ester Maksimum 20,0 18,9 19,2 Patchouli Alcohol Minimal 30% 29,41 % 29 % (C 15 H 26 O) *SNI- No Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa warna, bobot jenis, bilangan asam, bilangan ester dan (Patchouli Alcohol) PA yang dihasilkan dari minyak Nilam Lasusua telah memenuhi standar SNI- No Tingginya bilangan asam dapat menjadi indikator adanya reaksi hidrolisis yang cukup tinggi selama penyimpanan minyak nilam. Adanya proses hidrolisis menggambarkan kadar air yang terdispersi di dalam minyak nilam masih cukup tinggi. Kondisi ini akan menyebabkan minyak nilam yang disimpan lama menjadi asam. Hasil survey menunjukkan minyak nilam Lasusua tidak dapat disimpan lebih dari tiga bulan karena akan menjadi asam yang menyebabkan harga jualnya menurun. Untuk itu kadar air perlu dikurangi melalui proses penyaringan dan pemurnian. Minyak nilam sebenarnya terdiri atas campuran senyawa terpen yang bercampur dengan alkohol, aldehid, dan ester-ester yang memberikan aroma yang khas dan spesifik. Senyawasenyawa tersebut antara lain : sinamaldehid, benzaldehid, patchoulen, eugenol benzoat, dan patchouli alkohol (PA) sebagai komponen utama minyak nilam (sekitar 50 %) (Hernani dan Risfaheri, 1989). A-209

9 Gambar 6. Perbandingan warna minyak Nilam Lasusua sebelum dan sesudah pemurnian Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia, karena setiap negara penghasil dan pengimpor menentukan standar minyak nilam sendiri. Di Indonesia standar yang digunakan sebelumyan mengacu pada SNI yang telah direvisi tahun 2003, namun tahun 2006 telah diterbitkan standar mutu nilam dengan SNI Hayani (2005) menjelaskan bahwa mutu minyak nilam yang memenuhi standar SNI dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bibit yang baik, teknik budidaya yang tepat, umur panen yang cukup, dan penanganan bahan yang tepat sebelum penyulingan. Penjernihan Minyak Nilam Warna minyak Nilam Lasusua yang telah memenuhi standar SNI antara lain karena faktor alat penyulingan yang digunakan. Walaupun ketel suling masih menggunakan plat besi, tetapi pipa kondensator sudah menggunakan bahan stainless steel. Alat penyuling yang terbuat dari logam besi, menyebabkan minyak nilam yang dihasilkan berwarna gelap dan keruh, karena terjadi reaksi antara logam besi (Fe) dengan minyak. Payne (1964) dalam Ma mun (2008) menjelaskan bahwa ion logam selain secara langsung dapat menimbulkan perubahan warna, juga dapat memacu reaksi oksidasi yang menghasilkan senyawa pembentuk warna dari gugus >C=C< atau >C=O dengan ikatan rangkap yang terkonyugasi. Pada temperatur yang tinggi, besi dari ketel suling berada dalam bentuk ion akan terikut dengan uap dan terakumulasi dalam minyak. Keadaan tersebut sangat tidak dikehendaki, karena dapat berpengaruh terhadap produk-produk yang dibuat dari minyak Nilam, seperti obat-obatan dan parfum (Gunawan, 2002). Di samping itu minyak nilam yang tidak jernih mempunyai nilai jual yang lebih rendah. Ma mun (2008) menjelaskan bahwa secara garis besar teknik pemurnian dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Secara kimia terdapat dua cara, pertama dapat dilakukan dengan mengadsorpsi logam pengotor menggunakan adsorban seperti bentonit, arang aktif, dan zeolit. Cara kedua yaitu dengan mengkhelat (menyelimuti) logam pengotor dengan larutan senyawa pembentuk khelat seperti asam sitrat dan asam tartarat. Rusli (2003) dan Ketaren (2005) menjelaskan cara fisika dapat dilakukan dengan redestilasi atau penyulingan ulang. Namun metode pengkelatan lebih mudah dan lebih menguntungkan dibanding cara penyulingan ulang. Ma mun (2008) menjelaskan bahwa minyak nilam yang keruh (berwarna gelap) dapat dimurnikan dengan metoda kompleksometri menggunakan bahan pengkelat Etilen Diamin Tertra Asetat (EDTA), asam sitrat atau asam tartarat. Perlakuan pengkelat dengan EDTA pada konsentrasi 1,50% dan pengadukan selama 90 menit menghasilkan minyak nilam dengan tingkat kejernihan 88,86%. Pengkelatan merupakan proses pengikatan logam dalam suatu cairan oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas. Mekanisme pengkelatan (dari metode kompleksometri) karena adanya penggunaan elektron bersama (sharing electron) antara ion logam dan ion bahan pengkelat, sehingga terbentuk senyawa kompleks antara logam dengan bahan pengkelat. A-210

10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: - Teknik budidaya yang diterapkan dan kondisi iklim di Lasusua telah sesuai untuk tanaman nilam. - Penanganan pasca panen dan teknik penyulingan nilam masih perlu disempurnakan, terutama ukuran terna dan perbandingan terna dalam proses penyulingan - Hasil karakterisasi minyak nilam menunjukkan warna, bobot jenis, bilangan asam, bilangan ester dan Patchouli Alcohol ( PA) dari minyak nilam Lasusua telah memenuhi standar SNI-No Proses penjernihan/pemurnian dengan cara redestilasi dan cara kimia dapat meningkatkan mutu Minyak Nilam. Cara kimia dengan menggunakan EDTA dalam proses penjernihan minyak Nilam menghasilkan mutu minyak yang lebih baik tanpa mempengaruhi nilai PA. Saran Penelitian ini baru pada tahap karakterisasi minyak nilam atau masih kegiatan awal dari proses sertifikasi. Karakterisasi minyak nilam yang dilakukan di Lasusua Kolaka Utara hanya meliputi warna, bobot jenis, bilangan asam, bilangan ester dan kadar PA, atau belum semua kriteria mutu sesuai standar SNI-No dilakukan pengujian. Untuk itu kriteria mutu tersebut perlu dilengkapi (uji lanjut) termasuk perubahan mutu selama proses penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA Hayani E., Teknik Analisis Mutu Minyak Nilam. Teknik Pertanian Vol. 10 (1): pp Herdiani E Nilam, Primadona Tanaman Aromatik Indonesia. Hernani dan Risfaheri Pengaruh perlakuan bahan sebelum penyulingan terhadap rendemen dan karakteristik minyak nilam. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri XV(2): Ketaren, S Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta. Ma mun, Pemurnian Minyak Nilam dan Minyak Daun Cengkeh Secara Kompleksometri. JURNAL LITTRI VOL. 14, No. 1 Maret,,: pp Nuryani, Karakteristik Empat Aksesi Nilam. Buletin Plasma Nutfah Vol.12 No.2 Th.2006: pp Rusli, S Teknologi Penyulingan dan Penanganan Minyak Bermutu Tinggi. Booklet Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : 18p. Santoso, H.R Bertanaman Nilam (Bahan Industri Wewangian). Kanisius, Yogyakarta. Wahyudi A. dan Emiarti, Prospek Pengembangan Industri Minyak Nilam di Indonesia. Bunga Rampai Inovasi Tanaman Atsiri Indonesia, Balittro, Bogor. Wijaya, H.S Ekstraksi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk (Citrus hystrix DC) pada skala Pilot-Plant. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol.9 (3) : pp A-211

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth) Pengaruh Lama dan Komposisi Bahan baku terhadap Rendemen...A.Sulaiman, Dwi Harsono. PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM

Lebih terperinci

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit Ika Sri Hardyanti 1, Dyan Septyaningsih 2, Isni Nurani 3 Emas Agus Prastyo Wibowo

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk tanaman penghasil minyak atsiri

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN. Oleh: Ferdinand Mangundap

PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN. Oleh: Ferdinand Mangundap PEMURNIAN EUGENOL MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ADSORPSI HASIL PENELITIAN Oleh: Ferdinand Mangundap 0931010014 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam 1. Penyulingan Minyak Nilam a. Daun nilam ditimbang dalam keadaan basah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memisahkan komponen utama minyak sereh wangi yaitu rodinol (

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : minyak nilam, pemurnian kimia, pemurnian fisik, kejernihan, kandungan PA ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci : minyak nilam, pemurnian kimia, pemurnian fisik, kejernihan, kandungan PA ABSTRACT KAJIAN PENGARUH DUA METODE PEMURNIAN TERHADAP KERJERNIHAN DAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL MINYAK NILAM (PATCHOULY OIL) ASAL SUMEDANG Study on Effect of Two Purification Methods on Clarity and Patchouly Alcohol

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO (Enhancement of Patchouli Alcohol Degree in Purification

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak.Teknik penyulingan yang dilakukan pengrajin minyak atsiri belum benar, sehingga minyak

Lebih terperinci

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Ellyta Sari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang Kampus III-UBH Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun, Padang 2143

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia 2.2 Minyak Nilam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia 2.2 Minyak Nilam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Nilam Indonesia Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Cengkeh Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari kepulauan Maluku. Diselundupkan untuk dibudidayakan di Malagasi dan Tanzania oleh para pedagang Arab,

Lebih terperinci

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 APLIKASI

Lebih terperinci

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Minyak terpentin SNI 7633:2011 Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PEMURNIAN MINYAK NILAM SEBAGAI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PENGRAJIN DI KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG Emas Agus Prastyo Wibowo 1 Jurusan Kimia Faklultas

Lebih terperinci

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru PENGARUH POLA PENGERINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN NILAM (Pogostemon calbin Benth) Oleh/By SUNARDI 1, FATRIANI 1, DAN HUSNUL CHOTIMAH H 2 1) Program Studi Teknologi Hasil Hutan,

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

UJI PERFORMA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) MENGGUNAKAN BOILER DI KABUPATEN BLITAR

UJI PERFORMA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) MENGGUNAKAN BOILER DI KABUPATEN BLITAR UJI PERFORMA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) MENGGUNAKAN BOILER DI KABUPATEN BLITAR Distillation Plant Performance Test of Patchouli (Pogostemon cablin, Benth) Using Boiler in Blitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Nilam jenis Pogostemon cablin Benth adalah nilam yang digunakan dalam penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan, Ngemplak Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) telah dikenal bertahun - tahun sebagai tanaman penghasil minyak atsiri. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH).

KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH). KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH). Supriono, SP, Theresia Adi Susanti, SP Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM NILAM DENGAN CARA SETEK ( Pogostemon cablin Benth) Oleh Agung Mahardhika, SP ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH Indrie Ambarsari 1, Abdul Choliq 1, dan Dian Adi A. Elisabeth 2 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, negara yang sangat subur tanahnya. Pohon sawit dan kelapa tumbuh subur di tanah Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Akarwangi Tanaman akarwangi (Vetiveria zizanioides) termasuk keluarga graminae, berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau abu-abu

Lebih terperinci

Minyak daun cengkih SNI

Minyak daun cengkih SNI SNI 06-2387-2006 Standar Nasional Indonesia Minyak daun cengkih ICS 71.100.60 Badan Standardisasi Nasional i Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL

PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL Harunsyah Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe e-mail: aroensyah@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh bunga kenanga dengan kadar air 82 %, kadar protein 17,30% dan kadar minyak 1,6 %. Masing-masing penyulingan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan

Lebih terperinci

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen klorida encer, natrium tiosulfat 0,01 N, dan indikator amilum. Kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 6,8 g kalium hidroksida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT Syukran 1, Saifuddin 2, Elfiana 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Minyak Nilam. 2.1 Tanaman Nilam

TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Minyak Nilam. 2.1 Tanaman Nilam II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) termasuk dalam famili labiatae dengan tinggi antara 0.3 1.3 meter. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang subur

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI Nur Asni dan Linda Yanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Pengkajian pengolahan minyak kelapa telah dilakukan

Lebih terperinci

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle)

BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle) BUDIDAYA SERAI WANGI (Cymbopogon nardus L. Randle) Disusun Oleh SUROSO.SP PENYULUH KEHUTANAN LAPANGAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2018 I. PENGENALAN TANAMAN SERAI WANGI A.

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENYULINGAN DAUN NILAM METODE STEAM DESTILLATION DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PENGERINGAN SUHU RENDAH TERMODIFIKASI

EFEKTIFITAS PENYULINGAN DAUN NILAM METODE STEAM DESTILLATION DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PENGERINGAN SUHU RENDAH TERMODIFIKASI PKMI-1-2-1 EFEKTIFITAS PENYULINGAN DAUN NILAM METODE STEAM DESTILLATION DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PENGERINGAN SUHU RENDAH TERMODIFIKASI Betty Herlina, Harry Perjaka, Derry Arisandi, Yuli Henriyani,

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi

Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Halaman 1 Peluang Investasi Minyak Akar Wangi Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah Tingkat II di Jawa Barat yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik, oleh karena itu daerah Garut sangat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODA PENYULINGAN DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI : MINYAK CENGKEH DAN MINYAK NILAM

METODA PENYULINGAN DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI : MINYAK CENGKEH DAN MINYAK NILAM Ienni Feknis Fungsional ion Penelm 2002 METODA PENYULINGAN DAN ANALISIS MINYAK ATSIRI : MINYAK CENGKEH DAN MINYAK NILAM EM HAYANI DAN ABDUi. GANI Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Chat.11. Tentara Pelaiar

Lebih terperinci

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta ABSTRAK Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap atau

Lebih terperinci

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014

Online Jurnal of Natural Science, Vol.3(2): ISSN: Agustus 2014 dalam Minyak Daun Cengkeh Fatma Saputri 1*), Abd. Rahman Razak 1) dan Musafira 1) 1) Jurusan Kimia FMIPA UNTAD Palu ABSTRACT The investigation about study of the use of chelating agent to reduce iron content

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cengkeh Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis menyelundupkan tanaman ini dan menanamnya di Madagaskar dan Zanzibar. Dan ternyata tanaman

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I Ujicoba peralatan penyulingan minyak sereh wangi sistem uap pada IKM bertujuan untuk memanfaatkan potensi sereh wangi;menyebarluaskan

Lebih terperinci