I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Ketahanan Pangan dan Pertanian masih merupakan prioritas PembangunanDaerah Kabupaten Bandung dalam RPJMD yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan dan percepatan penganekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat petani melalui upaya pemberdayaan kelompok pelaku usaha dan pelaku utama pada bidang agribisnis khususnya komoditas-komoditas unggulan. Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian juga dilaksanakan melalui berbagai upaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan sebagai perwujudan pembangunan sosial-ekonomi sebagai bagian pembangunan daerah Kabupaten Bandung secara keseluruhan. Implementasi program pembangunan ketahanan pangan dan pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan sub sistem ketahanan pangan yaitu melalui upaya peningkatan produksi, ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan, pemantapan distribusi dan cadangan pangan, serta peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan. Dengan demikian, program-program pembangunan ketahanan pangan dan pertanian tersebut diarahkan untuk mendorong terciptanya kondisi sosial-ekonomi yang kondusif, menuju ketahanan pangan masyarakat dan kesejahteraan petani yang mantap dan berkelanjutan. Berbagai peraturan dan perundangan yang ditetapkan oleh Pemerintah, juga telah mengarahkan dan mendorong pemantapan ketahanan pangan yaitu: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 pada Pasal 2 dan Pasal 3, menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membuat laporan mempertanggungjawabkan urusan ketahanan pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahanantara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Dalam kerangka mendorong dan mensinkronkan pembangunan ketahanan pangan dan pertanian untuk 5 (lima) tahun ke depan ( ), dan menindaklanjuti Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bandung tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun , maka Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bandung sebagai salah satu Unit eselon II pada Pemerintah Kabupaten Bandung menyusun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bandung Tahun Rencana Strategis (Renstra) SKPD Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Tahun Kabupaten Bandung Tahun merupakan dokumen perencanaan jangka menengah yang memuat visi, misi, kebijakan dan strategis organisasi serta rencana program kegiatan indikatif kurun waktu lima tahun. Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung merupakan perangkat dokumen yang bertujuan untuk mencapai harmonisasi perencanaan pembangunan ketahanan pangan dan sumberdaya manusia pertanian kurun waktu 5(lima) tahun secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi dengan kebijakan pembangunan Renstra BKP3 Tahun

2 Sabilulungan jangka menengah nasional, kebijakan pembangunan jangka menengah Provinsi Jawa Jawa Barat serta Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bandung. Renstra Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Tahun merupakan acuan, arahan kebijakan dan strategi pembangunan ketahanan pangan dan SDM pertanian dalam menyusun program dan kegiatan pembangunan Tahun Landasan Hukum Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Tahun disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan; 10. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; 13. Kepres RI Nomor 132 Tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273 /Kpts/OT.160/4/2007, tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian; 18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Kebijakan dan Strategi Penyuluhan Pertanian; 19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/OT.140/12/2009 tentang Pedoman Standar Minimal dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Pertanian; 20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2008 tentang Pedoman Pembinaan THL-TBPP; Renstra BKP3 Tahun

3 Sabilulungan 21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah (diantaranya pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung, Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun ; 23. Peraturan Bupati Bandung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung; 24. Keputusan Bupati No 501/Kep.208-BKPPP/2008 Tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung; 25. Keputusan Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Nomor581/SK.137A/BKPPP/2008 tentang Susunan Organisasi Kelompok Kerja pada Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Maksud dan Tujuan Rencana strategis ini disusun dengan maksud : a) Dijadikan sebagai arah kebijakan dan program dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bandung selama lima tahun ke depan; b) Sebagai penjabaran implementatif dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada sebagian bidang ketahanan dan pertanian, perikanan dan kehutanan di Kabupaten Bandung; c) Menjadi salah satu pedoman dan bahan acuan bagi seluruh unsur pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan. Penyusunanan Rencana Strategis BKP3 Kabupaten Bandung, bertujuan untuk : a) Membantu seluruh jajaran petugas/aparatur Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung dalam pencapaian tujuan dan sasaran berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bandung; b) Memudahkan bagi para pemangku kepentingan dalam pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian dalam memahami dan mensinergiskan dengan arah kebijakan dan program prioritas serta kegiatan operasional tahunan pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung; c) Mengarahkan pembangunan bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bandung pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai selama lima tahun ke depan Sistematika Penulisan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bandung Tahun disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, berisikan Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan, serta sistematika penulisan Renstra BKP3 Kabupaten Bandung. BAB II menjelaskan Gambaran Umum pelayanan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung, meliputi :Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Renstra BKP3 Tahun

4 Sabilulungan BKP3, Sumberdaya yang dimiliki dan kinerja, Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan. BAB III membahas Isu-isu Strategis berdasarkan tugas dan fungsi yang diemban oleh BKP3 Kabupaten Bandung. Pada bab ini dipaparkan identifikasi permasalahan, telaahan visi dan misi serta program Bupati dan Wakil Bupati Bandung, dan penentuan isu-isu strategis. Pada BAB IV dijelaskan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi dan kebijakan BKP3 Kabupaten Bandung. BAB V menguraikan rencana program dan kegiatan sebagai penjabaran dari strategi kebijakan yang ditetapkan, serta indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif. BAB VI menjelaskan indikator kinerja BKP3 yang mengacu pada tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung. BAB VII Penutup. Renstra BKP3 Tahun

5 BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi BKP3 Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang peningkatan ketahanan pangan dan koordinasi pelaksanaan penyuluhan yang meliputi ketahanan pangan, programa penyuluhan, ketenagaan, sarana dan prasarana penyuluhan serta melaksanakan ketatausahaan Badan. Tugas pokok tersebut kemudian diperinci lagi melalui Peraturan Bupati Bandung (Perbup) Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung dan dinyatakan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik sebagian bidang pertanian dan ketahanan pangan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya; c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bandung, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) memiliki Struktur Organisasi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat, bahwa Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung memiliki 1 unit kerja eselon III A (sekretariat) yang membawahi 3 unit kerja eselon IV A, 3 unit kerja eselon III B (Bidang) masing-masing membawahi 2 unit eselon IV A, dan Unit Pelaksana Teknis Pengendali Program Penyuluhan (UPT-PPP) yang merupakan unit kerja yang dipimpin oleh seorang Kepala UPT eselon IV A dan membawahi Sub Bagian Tata Usaha UPT, eselon IV B. Terdapat 8 (delapan) UPT PPP, meliputi : 1. UPT Ciwidey 2. UPT Soreang 3. UPT Banjaran 4. UPT Bojongsoang 5. UPT Cilengkrang 6. UPT Pacet 7. UPT Solokanjeruk 8. UPT Cikancung Renstra BKP3 Tahun

6 Kepala Badan Sekretaris Sub Bagian Penyusunan Program Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Jabatan Fungsional Bidang Ketahanan Pangan Bidang Programa Penyuluhan Bidang Ketenagaan, Sarana dan Prasarana Penyuluhan Sub Bidang Identifikasi Infrastruktur Distribusi Pangan Sub Bidang Koordinasi Penyusunan Programa Penyuluhan Sub Bidang Koordinasi Ketenagaan Pneyuluhan Sub Bidang Keamanan Pangan Sub Bidang Kerjasama dan Kemitraan Penyuluhan Sub Bidang Koordinasi Sarana dan Prasarana Penyuluhan Unit Pelaksana Teknis Pengendali Program Penyuluhan (UPT-PPP) Gambar 1.Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung (Perda No. 21 Tahun 2007) 2.2. Sumberdaya SKPD a. Kondisi Sumberdaya Manusia BKP3 Kabupaten Bandung Saat ini BKP3 Kabupaten Bandung memiliki pegawai/personil PNS sebanyak 177 orang (per Desember 2011), terdiri dari : Pegawai yang bertugas di Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (Kabupaten) sebanyak 34 orang (termasuk 6 orang KJF/Penyuluh) Pegawai yang bertugas di UPT Pengendali Program Penyuluhan sebanyak 17orang; Petugas Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan yang bertugas di lapangan sebanyak 132 orang. Selain pegawai/personil PNS tersebut di atas juga dibantu oleh Penyuluh THL-TBPP di lapangan sebanyak 97 orang Berdasarkan Golongan / Pangkat, pegawai BKP3 Kabupaten Bandung terdiri dari : - Pegawai golongan IV sebanyak 47 orang atau 26,554% dari jumlah keseluruhan pegawai; Renstra BKP3 Tahun

7 - Sebanyak 114 orang atau 81,36% dari jumlah pegawai BKP3 adalah pegawai dengan golongan III; - Pegawai golongan II sebanyak 6 orang (3,39%); - Pegawai golongan I sebanyak 1 orang (0,56%). Selengkapnya mengenai pegawai BKP3 Kabupaten Bandung berdasarkan Golongan/Pangkat bisa dilihat pada Tabel 1.berikut ini : Tabel 1.Pegawai BKP3 Berdasarkan Golongan/Pangkat Golongan / Pangkat a B c d Jumlah IV III II I Jumlah 177 Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir yang berhasil diselesaikan, pegawai BKP3 Kabupaten Bandung lebih didominasi (49,15%) oleh pegawai dengan tingkat pendidikan S-1 (Sarjana), kemudian SLTA (30,51%), D-4 (11,30%), D-3 (6,21%) dan S-2 (2,26%). Dari komposisi ini dapat dilihat bahwa pegawai BKP3 yang berpendidikan S-1 cukup banyak, hal ini dimungkinkan karena banyak pegawai yang berpendidikan D-3 dan SLTA yang telah meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. S-2 : 4 S-1 : 87 SLTA : 54 D-4 :20 D-3 : 11 Gambar 2.Komposisi Pegawai BKP3 Kabupaten Bandung berdasarkan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Diselesaikan Berdasarkan jenis kelamin, pada Tahun 2010, jumlah pegawai pria yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bandung adalah sebanyak 137 orang (77,40%), dan jumlah pegawai wanita tercatat sebanyak 40 orang (22,60%). Dengan demikian jumlah pegawai wanita di BKP3 Kabupaten Bandung telah memenuhi komposisi anjuran pemerintah sebesar 20% dari jumlah keseluruhan pegawai. Renstra BKP3 Tahun

8 Wanita:40 orang 22,60 % Pria : 137 orang 77,40 Pria Wanita Gambar 3.Komposisi Pegawai Pria dan Wanita BKP3 Kabupaten Bandung b. Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di BKP3 Kabupaten Bandung. Saat ini jumlah keseluruhan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan yang bertugas di Kabupaten Bandung berjumlah 132 orang, terdiri dari Penyuluh PNS sebanyak 137 orang (termasuk 5 orang yang bertugas pada unit kerja Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) di kantor BKP3 Kabupaten Bandung dan Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 97 orang. Tabel 2. Petugas Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Bandung 1. Penyuluh Pertanian = 79 orang 2. Penyuluh Peternakan = 17 orang 3. Penyuluh Perikanan = 12 orang 4. Penyuluh Kehutanan = 24 orang Jumlah Penyuluh PNS = 132 orang 5. Penyuluh THL-TBPP = 97 orang Jumlah Total Petugas Penyuluh = 229 orang c. Sumberdaya Sarana dan Prasarana. 1. Gedung Kantor Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebuah lembaga teknis daerah tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh BKP3, baik yang berasal dari pembiayaan APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat maupun APBN meliputi : Gedung Kantor, Kendaraan Bermotor, Peralatan Elektronik dan Studio, sarana informasi dan sebagainya. BKP3 Kabupaten Bandung memiliki 9 unit gedung kantor, terdiri dari 1 (satu) unit gedung kantor BKP3 yang terletak di kompleks perkantoran Pemkab Bandung, Jl. Raya Soreang Km. 17 Bandung, pada peta GPS berada pada posisi LS; BT, dan 8 (delapan) unit gedung kantor UPT-PPP (Unit Pelaksana Teknis - Pengendali Program Penyuluhan) yang tersebar di 8 wilayah kerja UPT, meliputi : UPT Ciwidey, UPT Soreang, UPT Banjaran, UPT Bojongsoang, UPT Pacet, UPT Solokanjeruk, UPT Cilengkrang dan UPT Cikancung. Renstra BKP3 Tahun

9 Gambar 4.Gedung Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bandung Gedung kantor yang sekarang digunakan oleh BKP3 adalah gedung kantor eks Dinas Sosial Kabupaten Bandung, bila dibandingkan dengan jumlah pegawai dan volume pekerjaan/kegiatan yang diselenggarakan oleh BKP3, kapasitas gedung ini (saat ini terdapat 11 unit ruangan) dapat dikatakan tidak memadai, karena belum memiliki ruangan rapat tersendiri, ruang rapat yang selama ini digunakan oleh BKP3 (meskipun kapasitasnya tidak mencukupi untuk menampung 200 orang lebih) adalah unit bangunan yang dikelola oleh Dinas Sosial. Melalui kegiatan APBD Kabupaten Bandung Tahun 2010, telah dilaksanakan beberapa upaya pemeliharaan dan perbaikan gedung kantor BKP3, meliputi : pemeliharaan rutin (pengecatan), pembuatan tempat parkir motor, dan pemasangan paving blockpada sebagian halaman kantor. Melihat kondisi tersebut, di masa mendatang perlu dipertimbangkan untuk membangun satu unit ruang rapat/pertemuan representatif yang dapat menampung peserta sebanyak 250 orang. BKP3 Kabupaten Bandung juga mengelola 8 (delapan) unit gedung kantor UPT-PPP yang tersebar di 8 wilayah kerja UPT. Ke-8 gedung UPT-PPP tersebut umumnya telah mengalami pembangunan dan rehabilitasi, seperti; gedung pertemuan/rapat, bangunan kantor maupun rumah dinas, sehingga ke-8 bangunan UPT-PPP tersebut saat ini dapat dikatakan cukup representatif untuk menampung berbagai aktivitas khususnya dalam pelayanan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Renstra BKP3 Tahun

10 Selain bangunan / gedung-gedung tersebut, pada tahun 2010 di 3 UPT-PPP, yakni; UPT Banjaran, UPT Bojongsoang dan UPT Pacet telah selesai dibangun Pos Penyuluhan Perikanan (Posluhkan) yang dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Perikanan dan Kelautan RI. 2. Kendaraan Bermotor Gambar 5.Beberapa Gedung UPT-PPP Untuk menunjang kegiatan operasional para petugas, BKP3 memiliki kendaraan bermotor sebanyak : a. Roda 4, sebanyak 5 unit; b. Roda 2, sebanyak 155 unit; Tabel 3.Kendaraan Bermotor pada BKP3 Kabupaten Bandung No Kendaraan operasional Merk Jumlah (unit) Tahun 1 Mobil - Isuzu panther Toyota kijang 1 - SuzukiKatana Sepeda motor Ket. Renstra BKP3 Tahun

11 3. Peralatan Elektronik / Studio Peralatan elektronik dan studio yang dimiliki BKP3 Kabupaten Bandung meliputi : Komputer, LCD Projector, Telephone dan Faximile, Sarana Wi-Fi, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.di bawah ini : Tabel 4.Peralatan Elektronik dan Studio di BKP3 Kabupaten Bandung No Peralatan Jumlah Keterangan 1 Laptop 8 unit APBD 2008, Desktop 20 unit 2008, 2009, LCD Projector/ Infocus 10 unit 1 unit di BKP3, 3 unit di Posluhkan 4 Telepon 9 unit 1 unit di BKP3, 8 unit di UPT 5 Faximile 9 unit 1 unit di BKP3, 8 unit di UPT 6 Cybernet 4 unit 1 unit di BKP3, 3 unit di Posluhkan 7 Wi-fi 1 unit BKP3 8 Mesin pengisap debu 1 unit APBD Lemari es 1 unit 10 AC split 1 unit 11 Camera digital 12 unit 1 unit ex Distanbunhut 12 Handycam 2 unit 1 unit ex Distanbunhut 13 Computer PC 24 unit 1 unit ex Distanbunhut 14 Laptop/note book 12 unit 1 unit ex Distanbunhut 1 unit ex bag. Perekonomian 15 Printer 24 unit 1 unit ex Distanbunhut 16 Wireles/sound system 4 unit 17 Mesin absen 1 unit 18 Kipas angin 5 unit 19 TV 5 unit 20 Loudspeaker 3 unit 21 Dispenser 14 unit 22 DVD player 3 unit 23 UPS/stabilizer 1 unit 24 Scanner 1 unit d. Stakeholders Hampir seluruh kegiatan BKP3 Kabupaten Bandung di tingkat lapangan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi aktif stakeholders, baik stakeholders penerima manfaat yang umumnya adalah kelompok-kelompok masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, sertastakeholders pendukung, seperti :Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Kontak Tani Nelayan Renstra BKP3 Tahun

12 Andalan (KTNA), Kontak Tani Hutan Andalan (KTHA), Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan Perikanan (P2MKP), Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), Ikatan Penyuluh Perikanan Indonesia (Ipkani), Ikatan Penyuluh Kehutanan (IPK), Perum Bulog, dan Asosiasi Petani Ikan Air Tawar (Aspat), Asosiasi-asosiasi Komoditas, Penangkar Benih, Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS), KUD/Koperasi, dan sebagainya. Stakeholderstersebut umumnya sudah berbentuk kelembagaan. Beberepa kelembagaan pada kegiatan ketahanan pangan diantaranya : - Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM); - Lumbung Pangan; - Kelompok Affinitas pada Desa Mandiri Pangan (Demapan). Sedangkan pada kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan, kelembagaan-kelembagaan tersebut, di antaranya : - Kelompok Tani (Poktan) Dewasadan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan); - Kelompok Wanita Tani; - Kelompok Taruna Tani; - KelompokPeternakan; - Kelompok Perikanan; - Kelompok Kehutanan (Kelompok Tani Penghijauan). Tabel 5.Kelembagaan Stakeholders Penerima Manfaat pada BKP3 Kabupaten Bandung No Kelompok Bidang JUMLAH Kec. Desa Gapoktan Poktan Anggota Luas areal (ha) 1 Pertanian Wanita Tani (KWT) Taruna Tani Peternakan Perikanan Penghijauan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) 2.3. Kinerja Pelayanan SKPD Jumlah Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanan Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bandung sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi adalah membantu Kepala Daerah khususnya dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian. a. Situasi Ketahanan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Bandung 1. Ketersediaan energi dan protein per kapita Terpenuhinya kebutuhan penyediaan pangan penduduk disuatu wilayah dapat ditunjukan oleh dimensi kuantitatif yaitu berdasarkan energi dan zat gizi tiap orang tian hari. Pangan yang tersedia dikatakan memenuhi kebutuhan penduduk jika energinya mencapai angka 2,200 kkal/kapita/hari dan proteinnya 57 gram/kapita/hari, Menurut Situasi ketersediaan Renstra BKP3 Tahun

13 Energi di Kabupaten Bandug pangan berdasarkan Perhitungan Analisa dan Penyusunan Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Bandung kerjasama antara FEMA IPB dengan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan bahwa data Ketersediaan energi dan protein per kapita pada akhir Tahun 2010 mencapai 2.753/kkal/kapita/hari. 2. Penguatan cadangan pangan Upaya mencapai ketahanan pangan berkelanjutan selama ini melalui pendekatan ketersediaan pangan. Ketahanan pangan tingkat rumah tangga atau individu tergantung aksesibilitasnya terhadap pangan. Kecukupan pangan pada tingkat makro belum menjamin kecukupan pangan setiap individu atau rumah tangga. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dapat dipenuhi dari produksi dan cadangan pangan sendiri. Penguatan Cadangan Pangan terdiri dari Cadangan Pangan Pemerintah dan Cadangan Pangan Masyarakat. Cadangan Pangan bertujuan untuk meningkatkan penyediaan pangan untuk menjamin pasokan pangan yang stabil antar waktu di setiap tingkatan wilayah, menjaga stabilitas harga pangan dan meningkatkan akses pangan kelompok masyarakat rawan pangan transien khususnya pada daerah terisolir dan/dalam kondisi darurat karena bencana maupun masyarakat rawan pangan kronis. Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten Bandung pada Tahun 2010 sebanyak 30 ton. Cadangan Pangan Masyarakat adalah cadangan pangan yang dikuasai atau dikelola oleh masyarakat atau rumahtangga termasuk petani, koperasi, pedagang dan industri rumah tangga. Salah satu bentuk kelembagaan cadangan pangan masyarakat adalah Lumbung Pangan. Kabupaten Bandung sampai dengan akhir Tahun 2010 telah memiliki 10 kelompok Lumbung dan Pembangunan Lumbung DAK dan Lantai Jemur sebanyak 5 (lima) buah. Pada Tahun 2008 Kabupaten Bandung telah mendapat bantuan keuangan untuk optimalisasi ketahanan pangan berupa fasilitasi lumbung pangan perdesaan yang merupakan dana bergulir antar anggota atau antar kelompok untuk pengembangan usaha lumbung pangan perdesaan dari APBD Provinsi Jawa Barat sebesar Rp ,- setiap lumbung mendapat Rp ,- meliputi usaha simpan pinjam dan atau tunda jual gabah/pangan pokok setempat sebagai upaya penyedia cadangan pangan paling rendah 80 % dan usaha eknomi produktif berbasis pangan paling tinggi sebesar 20 %, 10 (sepuluh) kelompok lumbung tersebut tersebar di 9 (sembilan) kecamatan dengan data sebagai berikut : No. Kelompok Lumbung Desa Kecamatan Jumlah Anggota 1. Lumbung Desa Sukapura Kertasari Lumbung Desa Maruyung Pacet Lumbung Desa Mekarwangi Ibun Lumbung Desa Mekarwapitan Paseh Lumbung Desa Bojongemas Solokanjeruk Lumbung Desa Mandalawangi Nagreg Lumbung Desa Sugihmukti Pasirjambu Lumbung Pangan Mitra Tani 4 Tanjunglaya Cikancung Lumbung Pangan Harapan Ciaro Nagreg 26 Mekar 10. Lumbung Gotong Royong Tarajusari Banjaran 33 Simpan Pinjam (GORSIP) Renstra BKP3 Tahun

14 Pada Tahun 2010 Kabupaten Bandung mendapat alokasi pembangunan fisik lumbung pangan masyarakat dan lantai jemur sumber dana DAK (Dana Alokasi Khusus) sebanyak 5 (lima ) buah diantaranya : No. Kelompok Lumbung Ketua Desa Kecamatan Nilai Fisik Lumbung dan Lantai Jemur (Rp) 1. Subur Mukti E. Entin Cikalong Cimaung ,- 2. Caralang A. Saefudin Cinanggela Pacet ,- 3. Kenanga Samsu Dukuh Ibun ,- 4. Tani Makmur Abu B. Sidik Mekarlaksana Cikancung ,- 5. Jati Asih II Asep Lili Cipedes Paseh ,- 1. Lumbung Subur Mukti Desa Cikalong Kecamatan Cimaung 2. Lumbung Caralang Desa Cinanggela Kecamatan Pacet Renstra BKP3 Tahun

15 3. Lumbung Kenanga Desa Dukuh Kecamatan Ibun 4. Lumbung Tani Makmur Desa Mekarlaksana Kecamatan Cikancung 5. Lumbung Jati Asih II Desa Cipedes Kecamatan Paseh Renstra BKP3 Tahun

16 3. Ketersediaan informasi harga dan akses pangan Harga dan pasokan pangan merupakan indikator-indikator strategis yang saling terkait, yang dapat digunakan untuk mengetahui status distribusi pangan. Gejolak harga pangan dapat menunjukkan gejala terganggunya distribusi pangan yang mungkin disebabkan karena kurangnya pasokan atau meningkatnya permintaan. Gejolak harga pangan dapat menyebabkan timbulnya gejolak social dan mengakibatkan terganggunya kondisi social politik nasional. Untuk menghindari terjadinya gejolak harga pangan diperlukan suatu sistem deteksi dini serta kebijakan penanganan gejolak harga pangan yang cepat dan tepat. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan data dan informasi yang cepat, tepat, akurat dan berkesinambungan melalui ketersediaan informasi harga. Kabupaten Bandung memiliki 1 (satu) orang petugas pemantau harga yang harus mengumpulkan data harga dan pasokan komoditas pangan strategis di Kabupaten yang diperoleh dari pasar-pasar Kecamatan dan mengirimkan laporan harga 11 (sebelas) komoditas setiap minggu melalui SMS Center. Harga Rata-rata Pangan Pokok Strategis Tahun 2010 adalah sebagai berikut : No. Komoditas Harga Rata-Rata 1. Beras - IR 64 Kualitas IR 64 Kualitas Daging - Sapi Ayam Telur Ayam Ras Terigu Gula Pasir Minyak Goreng Curah Bawang Merah Cabe - Cabe Merah TW Cabe Merah Keriting Jagung - Jagung Manis - - Jagung Pipilan Kacang Kedelai Kacang Tanah Pada Tahun 2010 kegiatan analisis akses pangan di Kabupaten Bandung belum dilaksanakan. Analisis akses pangan tersebut merupakan gabungan atau komposit dari berbagai indikator yang sudah ditentukan, dimana indikator tersebut bersifat tahunan yang meliputi indikator fisik, ekonomi dan sosial. Analisis situasi akses pangan menggambarkan kondisi akses pangan di suatu wilayah tertentu, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan maupun wilayah desa. Untuk itu tahun-tahun ke depan perlu dilakukan analisis akses pangan melalui pemantauan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Renstra BKP3 Tahun

17 4. Stabilitas harga dan pasokan pangan Terwujudnya Stabilitas harga dan pasokan pangan merupakan dampak dari kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) khususnya di wilayah gapoktan. Kabupaten Bandung melalui hingga akhir Tahun 2010 mendapatkan Dana Bantuan Sosial Kegiatan Penguatan LDPM sebanyak 4 Gapoktan adalah sebagai berikut : No. Gapoktan Alamat Jumlah Bansos Tahapan Desa Kecamatan Tahap I (Rp) Tahap II (Rp) LDPM 1. Mekarsari Tangsimekar Paseh Pengembangan 2. Cibeet Cibeet Ibun Pengembangan 3. Gumati Cikawao Pacet Pengembangan 4. Wargisaluyu Sindangpanon Banjaran Penumbuhan Kegiatan Penguatan LDPM merupakan kegiatan stategis, karena dimaksudkan untuk menjaga stabilisasi harga di tingkat petani pada saat menghadapi panen raya dan meningkatkan akses pangan anggota Gapoktan pada saat musim paceklik. Pada kegiatan Penguatan LDPM pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang mengenai perkembangan keuangan dan kegiatan dalam pengelolaan usaha distribusi (jual beli gabah/beras/jagung) dan pengelolaan cadangan pangan kepada Tim Teknis Kabupaten secara tertulis setiap bulan, sedangkan laporan untuk kegiatan pembelian/penjualan, harga, sisa barang dan pengadaan penyaluran cadangan pangan dilaporkan melalui SMS center setiap minggu pada hari Senin ke Nomor Tim Teknis Kabupaten membuat laporan kepada Tim Pembina BKPD Provinsi Jawa Barat setiap 2 bulan. Hasil Kajian Rantai Pasokan dan Pemasaran Pangan Kabupaten Bandung Tahun 2010 kerjasama antara Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB adalah sebagai berikut : Indikator distribusi pangan mencakup persepsi pelaku pasar dan perubahan harga pangan. Pelaku pasar mempersepsikan adanya kendala distribusi karena infrastruktur jalan yang kurang baik, ketidakstabilan biaya operasional, persaingan harga, serta ketidakstabilan stok. Sementara itu perubahan harga pangan cenderung fluktuatif, khususnya pada daging ayam ras yang laju perubahan harganya lebih dari 25% ketika menjelang hari raya keagamaan. Kenaikan harga tertinggi pada komoditas beras terjadi antara bulan April-Mei dan antara bulan Juli-Agustus di tingkat pengecer, sedangkan di tingkat grosir terjadi antara bulan Juli- Agustus. Komoditas telur ayam ras mengalami kenaikan harga tertinggi antara bulan Maret- Mei dan antara bulan Juli-Agustus di tingkat pengecer maupun di tingkat grosir. Komoditas daging ayam ras mengalami kenaikan harga tertinggi antara bulan April-Mei dan antara bulan Juli-Agustus di tingkat pengecer maupun di tingkat grosir. Rantai pasokan pada komoditas beras dimulai dari produsen yang menjual hasilnya ke pedagang pengumpul desa atau kecamatan. Kemudian pedagang pengumpul desa/ kecamatan menjual sebagian berasnya ke grosir (33,05 % dari total pasokan grosir), pasokan grosir sisanya dipenuhi dari grosir luar daerah (66,95%). Dari grosir, beras dijual ke pedagang pengecer (41,12%), swalayan/ toko (6,63%), konsumen (13%), dan sisanya dijual ke luar daerah (39,25%). Pada komoditas telur ayam ras, peternak bertindak sekaligus sebagai grosir Renstra BKP3 Tahun

18 Sabilulungan yang menjual telurnya ke grosir luar daerah (37%), pedagang besar (33,8%), pedagang pengecer/ toko/ swalayan (9,7%), dan lansung ke konsumen (19,5%). Kemudian dari pedagang besar, telur ayam ras dijual ke pedagang pengecer (43,7%) dan konsumen (56,3 %). Sedangkan pada komoditas daging ayam ras produsen menjual hasil ternaknya ke grosir/ pedagang besar, perusahaan pemotongan, dan pedagang pengecer berturut-turut sebanyak 64,8%, 6,06%, 29,13%. Setelah itu, daging ayam ras dari grosir/ pedagang besar dijual ke pedagang pengecer (52,6%) dan sisanya 47,4% dijual ke konsumen. S a r a n Para pelaku utama masing-masing komoditas pangan tersebut harus diajak bekerjasama untuk menjamin kelancaran pasokan pangan. Selain itu, perlu dilakukan antisipasi kenaikan tertinggi harga pangan yang terjadi pada bulan tertentu sehingga perlu adanya koordinasi dengan dinas perindustrian dan perdagangan serta asosiasi perdagangan Kabupaten Bandung. 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) disusun setiap dua tahun sekali skor PPH pada tahun 2010 sebesar 86,7 ini berati masih belum mencapai maksimal 95 hal ini disebabkan kelompok padi-padian masih mendominasai kontribusi PPH. Sementara skor PPH untuk kelompok buah pangan hewani, buah biji/ berminyak serta sayur dan buah belum mencapai skor PPH ideal terlihat dalam tabel : Sasaran Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2010 No Kelompok Pangan Skor Pola Pangan Harapan Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/biji Berminyak Kacang-kacang Gula Sayur dan Buah Lai-lain Terlaksanannya Program P2KP pada tahun 2010 Pelaksanaan P2KP di 5 kecamatan atau sebesar 16,13 persen dari target 31 kecamatan. Untuk memasyarakatkan melaksanakan pembinaan dan pelatihan bagi kelompok wanita tani di 10 Desa yang berada di Kecamatan tersebut diatas dalam rangka mengurangi mengkonsumsi beras masyarakat di Kabupaten Bandung dengan uraian sebagai berikut: Renstra BKP3 Tahun

19 No. Kecamatan Desa/Kelurahan Nama Kelompok Demplot Tahap I (Rp.) Jumlah pemanfaatan (Rp.) Tahap II Cilengkrang Girimekar Saluyu Jatiendah Melati Jati Arjasari Patrolsari Mawar Ancol Mekar Melati Solokanjeruk Padamukti Mitra Binangkit I Bojong Emas Melati I Pasirjambu Mekarsari Melati Cisondari Sagabota I Cicalengka Nagrog Giri Mekar Narawita Mekarsari III Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan TerlaksananMelaksanakan pembinaan mutu dan keamanan pangan skala kecil/rumahtangga pada kelompok produsen serta melaksanakan pembinaan penerapan standar Batas minimum Residu pada tahun 2010, yaitu 12 Komoditas yaitu Strowberry, Petsai, Kubis, Buncis, Brokoli, Mentimun, Bayam Jepang (Horinzo), Wortel, Salada, Blumkol,Sosin, Cabai Paprika;. 7. Penanganan daerah rawan pangan Penanganan daerah rawan pangan dilaksanakan melalui pencegahan kerawanan pangan untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah untuk itu perlu dilakukan pemetaan SKPG yang merupakan bahan untuk mengambil kebijakan penanganan daerah rawan pangan secara dini analisa hingga akhir tahun 2010 belum baru terlaksana 1 pemetaan ditingkat Kabupaten Bandung, terlaksana dari target 32 peta untuk pemetaan di tingkat kecamatan rawan pangan berdasarkan pemetaan b. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisir dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, perndapatan dan kesajahteraan, meningkatkan kesadaran serta pelestarian lingkungan. 1. Tersusunnya Programa Penyuluhan Programa Penyuluhan pada mulai Tahun 2009 hingga 2010 dapat tersusun sebanyak 32 buku atau sebesar 100 persen dari target 32 buku. Programa Penyuluhan tersebut terdiri dari Renstra BKP3 Tahun

20 Sabilulungan programa penyuluhan tingkat kecamatan sebanyak 31 buku dan tingkat kabupaten sebanyak 1 buku. 2. Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan (RKT) Penyuluhan Rencana Kerja Tahunan pada Tahun 2009 mencapai 145 buku atau sebesar 100 persen, yaitu RKT penyuluhan yang disusun oleh 145 penyuluh PNS. Adapun Rencana Kerja Tahunan pada Tahun 2010 mencapai 240 buku atau sebesar 100 persen, yaitu RKT penyuluhan yang disusun oleh penyuluh PNS dan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluhan Pertanian (THL-TBPP). 3. Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi Data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi pada Tahun 2009 mencapai 145 peta atau sebesar 100 persen, yaitu data peta wilayah yang disusun oleh 145 penyuluh PNS. Adapun pada Tahun 2010 data peta wilayah mencapai 240 peta atau sebesar 100 persen, yaitu data peta wilayah yang disusun oleh penyuluh PNS dan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluhan Pertanian (THL-TBPP). 4. Terdesiminasinya informasi teknologi secara merata Informasi teknologi perikanan yang terdesiminasi sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2010 masing-masing sebanyak 3 buah, yaitu informasi teknologi pembenihan, pembesaran dan pengolahan atau mencapai 100 persen. Komoditas yang diusahakan yaitu ikan mas, lele, dan nila. Informasi teknologi pertanian yang terdesiminasi sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2010 masing-masing sebanyak 9 buah, yaitu informasi teknologi budidaya dan pengolahan atau mencapai 100 persen. Komoditas yang diusahakan yaitu padi, jagung, sayuran, buah-buahan, kopi, teh, cengkeh, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Informasi teknologi peternakan yang terdesiminasi sejak Tahun 2008 dan Tahun 2009 masing-masing sebanyak 8 buah, dan Tahun 2010 sebanyak 10 buah, yaitu informasi teknologi budidaya dan pengolahan atau mencapai 100 persen. Komoditas yang diusahakan yaitu sapi perah, sapi potong, kerbau, domba, kambing, ayam ras, ayam buras, itik, puyuh, dan kelinci. Informasi teknologi kehutanan yang terdesiminasi sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2010 masing-masing sebanyak 3 buah, yaitu informasi teknologi vegetatif, sipil teknis dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu atau mencapai 100 persen. Komoditas yang diusahakan yaitu jamur kuping dan madu. 5. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada Tahun 2008 mencapai 17 kelompok atau sebesar 34 persen dari target 50 kelompok, Tahun 2009 mencapai 28 kelompok atau sebesar 56 persen dari target 50 kelompok dan Tahun 2010 mencapai 53 kelompok atau sebesar 106 persen dari target 50 kelompok. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama melalui Program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) mulai Tahun 2008 hingga Tahun 2009 masing-masing mencapai 53 kelompok atau sebesar 100 persen dari target 53 kelompok. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama melalui Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) pada Tahun 2010 mencapai 5 kelompok atau sebesar 50 persen dari target 10 kelompok. Renstra BKP3 Tahun

21 Sabilulungan Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama melalui Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) pada Tahun 2009 mencapai 3 desa atau sebesar 100 persen dari target 3 desa dan Tahun 2010 mencapai 1 desa atau sebesar 100 persen dari target 1 desa. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama melalui Desa Mandiri Pangan (Demapan) pada Tahun 2010 mencapai 8 desa atau sebesar 100 persen dari target 8 desa. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama melalui Lumbung Pangan hingga akhir Tahun 2010 belum terealisasi target 10 kecamatan. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama peternakan mulai Tahun 2008 hingga Tahun 2010 masing-masing mencapai 32 kelompok atau sebesar 100 persen dari target 32 kelompok. Tumbuh-kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama perikanan mulai Tahun 2008 hingga Tahun 2010 masing-masing mencapai 12 kelompok atau sebesar 100 persen dari target 12 kelompok. 6. Terwujudnya kemitraan usaha pelaku utama dan pelaku usaha yang menguntungkan Terwujudnya kemitraan usaha perikanan yang menguntungkan mulai Tahun 2009 hingga Tahun 2010 belum terealisasi. Terwujudnya kemitraan usaha pertanian yang menguntungkan mulai Tahun 2009 mencapai 1 kemitraan atau 100 persen dari target 1 kemitraan dan Tahun 2010 mencapai 5 kemitraan atau 100 persen dari target 5 kemitraan. Terwujudnya kemitraan usaha peternakan yang menguntungkan mulai Tahun 2008 hingga Tahun 2010 masing-masing mencapai 1 kemitraan atau 100 persen dari target 1 kemitraan. Terwujudnya kemitraan usaha kehutanan yang menguntungkan Tahun 2009 mencapai 2 kemitraan atau mencapai 100 persen dari target 2 kemitraan dan Tahun 2010 mencapai 3 kemitraan atau 100 persen dari target 3 kemitraan. 7. Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi dan sarana produksi Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha perikanan, pertanian, peternakan dan kehutanan ke lembaga keuangan, informasi dan sarana produksi Tahun 2008 mencapai 53 akses atau mencapai 117,78 persen dari target 45 akses, Tahun 2009 mencapai 53 akses atau mencapai 112,77 persen dari target 47 akses dan Tahun 2010 mencapai 53 akses atau mencapai 100 persen dari target 53 akses. Tabel 6.Jenis dan Sumber Data Untuk Analisis Situasi Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten Bandung No Indikator Jenis data Sumber data 1 Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi+jagung+ubi kayu+ubi jalar Produksi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar tahun Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 2 Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan 3 Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai (untuk analisis tingkat kecamatan) Perbandingan Jumlah Rumah Tangga dan RT Miksin (PPLS 2008) Panjang Jalan Menurut Kualitas dan Desa/Kelurahan Bappeda Kab. Bandung dalam Angka (BPS) Renstra BKP3 Tahun

22 Persentase panjang jalan rusak di desa (untuk analisis tingkat desa) 4 Persentase rumah tangga tanpa akses listrik Keluarga Pengguna Listrik dan Telepon menurut Desa/kelurahan 5 Angka harapan hidup saat lahir Rekapitulasi PWS KIA Kab. Bandung 6 Berat badan balita di bawah standar Balita dan Status Gizi (underweight) menurut desa/kelurahan 7 Perempuan buta huruf Jumlah penduduk dan penduduk yang buta huruf menurut desa 8 Rumah tangga tanpa akses ke air bersih Rekapan Hasil Survey Perumahan Lingkungan (SPL) Air Bersih di Kabupaten Bandung tahun 2009 Jumlah tenaga kesehatan 9 Persentase RT yang tinggal >5 km dari fasilitas kesehatan menurut Desa/kelurahan 10 Deforestasi hutan Kawasan Hutan di Kabupaten Bandung dan Potensi hutan Rakyat di Kabupaten Bandung tahun 2009 Kab. Bandung dalam Angka (BPS) Dinas Kesehatan Kab. Bandung dalam Angka (BPS) Survei Sosial Ekonomi Kab. Bandung dan Kecamatan dalam Angka (BPS) Dinas Kesehatan Kab. Bandung dalam Angka (BPS) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan 11 Bencana alam Rekapitulasi Laporan Bencana Alam Banjir, Longsor, Angin Putting Beliung dan Musibah Kebakaran di Wilayah Kabupaten Bandung tahun 2009 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 12 Penyimpangan curah hujan - 13 Persentase daerah puso Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan d. Analisis Kerentanan terhadap Kerawanan Pangan Kronis 1) Berdasarkan Ratio Ketersediaan Pangan Rasio ketersediaan pangan serealia menyatakan perbandingan konsumsi normatif penduduk (300 gram) dengan ketersediaan pangan serealia.jika nilai tersebut lebih besar dari 1, maka daerah tersebut mengalami defisit pangan serealia.rasio ketersediaan pangan terdapat pada Lampiran 3.Berikut disajikan Tabel 7 yang menunjukkan persentase kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan prioritas indikator ketersediaan pangan serealia. Tabel 7 Jumlah dan persentase kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan prioritas indikator ketersediaan pangan serealia tahun 2009 Prioritas Kecamatan Desa N % n % Jumlah Renstra BKP3 Tahun

23 No Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebanyak 17 kecamatan (54.84%) dengan jumlah penduduk 1,480,768 jiwa dan 143 desa (51.81%) tergolong prioritas utama (prioritas 1,2,3). Kecamatan tersebut adalah Pasir Jambu, Ciwidey, Rancabali, Dayeuhkolot, Margaasih, Bojongsoang, Kertasari, Cimenyan, Margahayu, Baleendah, Cimaung, Majalaya, Banjaran, Katapang, Ibun, Cileunyi, dan Cilengkrang. Untuk rincian kecamatan dan jumlah desa yang tergolong prioritas utama dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kategori Prioritas Kecamatan, Jumlah dan Nama Desa Prioritas Utama Berdasarkan Indikator Ketersediaan Pangan di Kabupaten Bandung Tahun 2009 Kecamatan Indikator Ketersediaan Rasio Priorita s Jumlah desa/kelurahan prioritas utama Nama Desa/Kelurahan Prioritas utama 1 Soreang (dari 10 desa) Soreang, Cingcin,Pamekaran, Sekarwangi, Sadu 2 Pasir Jambu Semua desa 3 Ciwidey Semua desa 4 Nagreg Rancabali (dari 5 desa) Alam Endah, Sukaresmi, Cipelah 6 Margaasih Semua desa 7 Bojongsoang Semua desa 8 Dayeuhkolot (dari 6 desa) Sukapura, Citeureup, Cangkuang kulon & wetan 9 Banjaran (dari 11 desa) Banjaran, Banjaran wetan, Ciapus, Margahurip, Kamasan, Tajursari, Kiangroke, Sindangpanon 10 Pameungpeuk (dari 6 desa) Sukasari, Langonsari, Bojongmanggu 11 Pangalengan (dari 13 desa) Pulosari, Sukamanah, Banjarsari, Pangalengan, Margamukti, Wanasuka, Margamulya 12 Katapang (dari 7 desa) Gandasari, Pangauban, Katapang, Cilampeni 13 Majalaya (dari 11 desa) Majalaya, Majasetra, Bojong, Padamulya, Sukamukti, Sukamaju, Wangisagara 14 Ciparay (dari 14 desa) Mekarsari, Mangunharja, Serangmekar, Gunung leutik 15 Pacet (dari 13 desa) Nagrak, Maruyung, Girimulya 16 Kertasari Semua desa 17 Cicalengka (dari 12 desa) Panenjoan, Waluya, Cicalengka wetan & Kulon, Tenjolaya 18 Cikancung (dari 9 desa) Cikasungka, Tanjunglaya 19 Rancaekek (dari 13 desa) Rancaekek wetan, Nanjung Mekar, Rancaekek kulon, Bojongloa, Jelegong 20 Paseh (dari 12 desa) Cipaku, Sukamanah, Sukamantri 21 Ibun (dari 12 desa) Karyalaksana, Talun, Tangulun, Sudi, Cibeet, Lampegan 22 Cileunyi (dari 6 desa) Cinunuk, Cibiru Hilir, Cimekar, Cibiru wetan 23 Cimenyan Semua desa Renstra BKP3 Tahun

24 24 Margahayu (dari 5 desa) Margahayu Selatan, Kel. Sulaeman 25 Cilengkrang (dari 6 desa) Giri Mekar, Jati Endah 26 Baleendah Semua desa 27 Arjasari Cimaung Semua desa 29 Solokanjeruk Cangkuang (dari 7 desa) Ciluncat 31 Kutawaringin (dari 11 desa) Padasuka, Jelegong Kabupaten Bandung Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rasio ketersediaan pangan Kabupaten Bandung adalah 0.99.Nilai tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung berada dalam keadaan surplus rendah (prioritas 4). Hal tersebut berarti ketersediaan pangan serealia Kabupaten Bandung telah cukup memenuhi kebutuhan normatif penduduknya dengan produksi netto pangan serealia Kabupaten Bandung adalah 306,171.8 ton, yang berasal dari produksi netto jagung, ubi jalar dan ubi kayu berturut-turut adalah 164,855.3 ton, 51,098.8 ton, 11,632.5 ton, dan 7, ton. Meskipun demikian, ketersediaan pangan di beberapa kecamatan maupun desa/kelurahan masih belum dapat memenuhi kebutuhan normatif penduduknya.hal itu ditunjukkan masih terdapat kecamatan dan desa/kelurahan yang memiliki nilai rasio ketersediaan pangan serealia yang tergolong defisit, baik itu defisit rendah (prioritas 3), defisit sedang (prioritas 2) ataupun defisit tinggi (prioritas 1) (Tabel 7). Kecamatan yang ketersediaan pangan serealianya tergolong surplus (prioritas 6) belum tentu memiliki desa/kelurahan yang ketersediaan pangannya mencukupi.hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 8 yang menunjukkan jumlah dan persentase desa/kelurahan berdasarkan tingkat prioritas.kecamatan yang tergolong surplus pangan adalah Kecamatan Paseh namun masih memiliki desa/kelurahan yang tergolong defisit tinggi yaitu desa Cipaku dan Sukamanah.Kemudian di Kecamatan Cikancung terdapat 1 desa, yaitu desa Cikasungka. Kecamatan yang memiliki desa/kelurahannya tergolong prioritas 1 terbanyak adalah Kecamatan Pasir Jambu. Desa/kelurahan yang memiliki rasio ketersediaan pangannya tinggi (defisit tinggi) adalah Lengkong di kecamatan Margaasih.Skor prioritas setiap kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan indikator ketersediaan pangan serealia dapat dilihat pada lampiran. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa, meskipun ketersediaan di tingkat Kabupaten melimpah/surplus belum tentu terdistribusi dengan baik ke wilayah Kecamatan hingga desa/kelurahan.hal ini diduga karena masih terdapat infrastuktur yang belum tersedia secara optimal untuk mendistribusikan pangan-pangan tersebut.kecamatan, desa/kelurahan yang memiliki ketersediaan pangan yang surplus dapat mendistribusikan pangan tersebut kepada kecamatan, desa/kelurahan yang tergolong defisit. 2) Berdasarkan Indikator Kemiskinan Kemiskinan merupakan indikator ketidakmampuan untuk mendapatkan cukup pangan, karena rendahnya kemampuan daya beli atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar,seperti, makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan lain-lain (BKP 2008).Data tentang indikator kemiskinan terdapat pada Lampiran 3.Daerah-daerah yang kemiskinannya tinggi harus segera ditangani, supaya tidak terjadi kerawanan pangan.tabel 14 menunjukkan jumlah/ presentase kecamatan dan desa/kelurahan berdasarkan prioritas indikator kemiskinan. Renstra BKP3 Tahun

Katapang Baleendah Solokanjeruk SOREANG Pameungpeuk Cangkuang Arjasari Ciparay Majalaya Paseh Cikancung Nagreg Banjaran Cimaung Pacet Ibun Pangalengan Kertasari Strategis 2016-2020 Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ketahanan Pangan dan Pertanian masih merupakan prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung dalam RPJMD 2011-2015 yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. ALAMAT Badan Ketahanan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan RENCANA STRATEGIS PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG 2011-2015 TUJUAN Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian dan wilayah sentra produksi Menciptakan sistem produksi

Lebih terperinci

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung

Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Usulan Program dan Kegiatan dari Para Pemangku Kepentingan Tahun 2015 Kabupaten Bandung Dinas Tenaga Kerja NO PELATIHAN LOKASI KECAMATAN DESA volume (org) Pagu 1 2 3 4 5 6 1 LAS LISTRIK ARJASARI KECAMATAN

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG sebagai Dokumen ROADMAP KECAMATAN, dimana, berdasarkan (1) luas, (2) jumlah desa dan (3) jumlah penduduk. LANDASAN PENYUSUNAN ROADMAP Pasal 223 Desa/kelurahan.

Lebih terperinci

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa

DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN Besaran Satuan Kecamatan Desa DAFTAR KEGIATAN SKPD YANG DILAKSANAKAN DI WILAYAH TAHUN ANGGARAN 2015 Kode Rekening Nama Kegiatan/ Sub Kegiatan 1 14 01 15 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 1 14 01 15 02 Pendidikan

Lebih terperinci

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung

Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Laporan Tahun 2013 Terwujudnya Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat dan Kualitas SDM Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Bandung Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pekerjaan Jasa Konsultansi STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU Pada bagian ini akan dijelaskan analisis mengenai analisis strategi pengembangan kawasan industri

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB

PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB PROFIL DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB Gedung Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat ALAMAT Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat beralamat di Jl. Majapahit No. 29 Mataram

Lebih terperinci

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan UU No.23 Tahun 2014 3 Indikator - Jumlah Penduduk - Luas Wilayah - Jumlah Desa/Kelurahan Klasifikasi : Tipe A (beban besar) Tipe B (beban kecil) 6 Dimensi 28 Aspek (Kreasi Tim: Pemetaan Pembanguna) Intervensi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016-2021 Renstra Dispakan DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Soreang 40911 (022) 5891695 dispakan@bandungkab.go.id KATA

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 10 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI, KEPALA BADAN, SEKRETARIS, SUB BAGIAN, BIDANG DAN SUB BIDANG PADA BADAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Potensi pertanian di Indonesia tersebar secara merata di seluruh

Lebih terperinci

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN A. Tugas Pokok dan Fungsi PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Kabupaten Lumajang sejalan dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah lebih mengutamakan pelaksanaan desentralisasi

Lebih terperinci

REKAPITULASI KASUS DAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) BENCANA DAN PENYAKIT TAHUN 2016

REKAPITULASI KASUS DAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) BENCANA DAN PENYAKIT TAHUN 2016 REKAPITULASI KASUS DAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) BENCANA DAN PENYAKIT TAHUN 2016 NO JENIS KASUS / KLB WILAYAH KERJA KECAMATAN PERIODE KLB POPULASI JUMLAH KASUS MENURUT UMUR JUMLAH PUSKESMAS DESA/TEMPAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Pangan Nomor: 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NO 1. Dipertahankannya ketersediaan pangan yang cukup, meningkatkan kemandirian masyarakat, pemantapan ketahanan pangan dan menurunnya

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 - 2-3. 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI BARITO UTARA Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN Indikator Kinerja Program Tolok Ukur. Target (Vol & Satuan)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN Indikator Kinerja Program Tolok Ukur. Target (Vol & Satuan) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN SKPD : BADAN KETAHANAN PANGAN No. /Keg / Sub Keluaran Rencana Tahun Hasil Capaian 2015 Perkantoran 3.530.000 4.325.000 1. PROGRAM SETIAP Penyediaan Jasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 s/d 2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT BADAN KETAHANAN PANGAN Garut, 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami persembahkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki faktor geografis yang baik untuk membudidayakan tanaman

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Dalam rangka menetapkan arah dan acuan pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan Pangan Kabaupaten Musi Rawas dan menindaklanjuti

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN KETAHANAN PANGAN Jl. Panglima Batur Timur Banjarbaru Kalimantan Selatan Telp. 0511-4772471-4778047

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program kegiatan dalam Renstra DISHANPAN 213-218 merupakan penjabaran dari RPJMD Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Republik Indonesia pada Konfrensi Dewan Ketahanan Pangan tanggal 25 mei 2010, yang menyatakan pentingnya cadangan pangan nasional maupun daerah yang cukup, memadai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki matapencaharian dalam sektor pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan sektor yang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA SKPD) TAHUN ANGGARAN 06 Organisasi / SKPD :..0. BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN Halaman dari 8.. KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam

DATA PROFIL SKPD. 3. ALAMAT Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN (DKP2) Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare Pagar Alam Telepon (0730) 623 545 Faximili (0730) 623 545 Email : dkpppagaralam@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2018 i RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2017 disusun sebagai salah satu bentuk

Lebih terperinci

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL

RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN BANTUL RINCIAN TUGAS Kepala Badan Kepala Badan mempunyai tugas : a. memimpin penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan sesuai

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, April 2016 Kepala, Ir. Fuad Asaddin, M.Si. Nip KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan SPM Bidang Ketahanan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia paling utama, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola Konsumsi adalah susunan tingkat kebutuhan seseorang atau rumahtangga untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam menyusun pola konsumsi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERWUJUDAN VISI...SINERGI PEMBANGUNAN PERDESAAN... DALAM SIKLUS PERENCANAAN TAHUNAN UU 25/2004; PP 8/2008 & PMDN 54/2010 Penetapan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PEKANBARU DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN PURWOREJO Menimbang a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA. 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Rencana strategis (Renstra) instansi pemerintah merupakan langkah awal

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan RENJA Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Tahun Lalu dan Capaian Renstra. a. Pelaksanaan Program dan Kegiatan pada Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana arah RPJMD Kabupaten Bandung Tahun 2010 2015 dan RKPD Kabupaten Bandung Tahun 2012, Kabupaten Bandung berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan karena dikaruniai kondisi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI KOTABARU,

Lebih terperinci

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju

Lebih terperinci

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BKP LAHAT RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2014-2018 PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Lahat mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci