BAB I PENDAHULUAN. perbankan pada beberapa produknya. warga masyarakat tidak paham sama sekali tentang dunia perbankan. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perbankan pada beberapa produknya. warga masyarakat tidak paham sama sekali tentang dunia perbankan. 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik kehidupan sehari-hari terjadi bermacam-macam transaksi pembayaran yang disebabkan adanya beraneka ragam transaksi bisnis, seperti jual-beli dan jasa, pembelian dan pelunasan, penanaman modal dan lain sebagainya. Alat pembayaran yang digunakan juga beraneka ragam, diantaranya dengan uang tunai, cheque, bilyet giro, credit card, cash card (kartu ATM), dan lain sebagainya, ini sudah tentu berkat bantuan pihak perbankan pada beberapa produknya. Di negara berkembang, seperti Indonesia misalnya, pemahaman tentang bank di negeri ini baru setengah-setengah. Sebagian masyarakat hanya memahami bank sebatas tempat menyimpan dan meminjam uang saja. Bahkan terkandang sebagai masyarakat sama sekali belum memahami secara utuh, sehingga pandangan tentang bank sering diartikan salah. Selebihnya banyak warga masyarakat tidak paham sama sekali tentang dunia perbankan. 1 Masyarakat Indonesia belakangan ini mulai terbiasa menggunakan alat pembayaran non tunai untuk berbagai keperluan pembayaran, antara lain menggunakan kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM dari produk perbankan. Penggunaan kartu pra-bayar diyakini akan menjadi tren mekanisme pembayaran pada waktu mendatang, misalnya untuk membayar bahan bakar 1 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 1. 1

2 2 di pompa bensin, tiket jalan toll, pembelian barang dan lainnya. Semua proses alat pembayaran tersebut dapat diproses oleh berbagai sistem pembayaran seperti bank dan non bank seperti perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam kemajuan teknologi untuk membantu kemudahan masyarakat. 2 Alat pembayaran tunai muncul karena adanya kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi yang dapat dipenuhi, namun pemakaian pembayaran dengan cara tunai juga tidak sepenuhnya bisa tergantikan oleh alat pembayaran non-tunai. Mengapa?, karena dalam kondisi tertentu pemakaian uang tunai masih terbilang efisien dibandingkan dengan penggunaan instrumen non tunai. Proses dalam bertransaksi pembayaran memang dapat mudah dan sederhana, tapi juga tidak sulit, ini karena tergantung pada sulit atau tidaknya transaksi ekonomi yang menyebabkan terjadinya suatu pembayaran sebagai penyelesaian bisnis. 3 Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai tempat atau suatu lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat (dalam bentuk deposit atau tabungan) dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan beberapa jasa dan produknya bank yang lain kepada masyarakat. 4 Sedangkan menurut undangundang yang dimaksud dengan bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan Mei 2010, pukul WIB. 3 Azhar Abdullah Chalik, Lalu Lintas Pembayaran Dalam dan Luar Negeri, PT. Intermedia, Jakarta, 1992, hlm Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm

3 3 menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. 5 Kompetisi antar bank dalam peluncuran produk-produk perbankan, umumnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan produk perbankan dan teknologi di luar negeri. Akhirnya dapat dilihat banyaknya produk-produk dan jasa perbankan yang ditawarkan perbankan kepada masyarakat sekarang ini, seperti kartu ATM, bilyet giro, kartu kredit dan lain sebagainya. Tentunya kepastian dan keamanan serta kenyamanan dari pengguna suatu produk perbankan menjadi salah satu faktor yang penting untuk masyarakat guna memercayainya dan yakin dalam menggunakan produk perbankan yang ditawarkan tersebut. 6 Adanya tuntutan zaman dan kemajuan tekhnologi, lambat laun usahausaha di daerah akan membutuhkan jasa-jasa perbankan sejalan dengan perkembangan lalu lintas pembayaran dengan cek, bilyet giro, kartu ATM, kartu kredit, dan lain sebagainya. E.E Perry memberikan suatu definisi tentang mesin uang tunai sebagai berikut: Mesin uang tunai adalah sebuah mesin yang dirancang untuk memberikan kemudahan bagi nasabah untuk mendapatkan uang tunai dalam jumlah kecil pada saat bank tutup, dan mesin ini dijalankan dengan sistem komputer serta menggunakan suatu alat bantu berupa kartu magnetic. 7 Pengertian kartu ATM adalah suatu kartu plastik magnetic yang digunakan untuk melakukan pengambilan uang tunai, 5 Lihat UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 6 Wijayanto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, PT. Pustaka Umum Grafiti, Jakarta, 1993, hlm E.E. Perry, Sistem Perbankan Modern, PT. Hanindita, Yogyakarta, 1990, hlm. 84.

4 4 pembayaran rekening, transfer uang, pengecekan saldo, dan penggantian nomor PIN. Dalam Penjelasan Umum Peraturan Perbankan ada fungsi utama bank yaitu sebagai wahana pendukung pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat, disamping itu bank juga berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat (funding) serta menyalurkan kembali berupa pemberian kredit (lending) sehingga bank mempunyai kedudukan sebagai perantara uang (financial intermediary) masyarakat. 8 Dua fungsi bank tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, artinya setiap bank pasti akan menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana masyarakat yang telah terkumpul akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga bank berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankan tersebut. Sebagai lembaga keuangan bank juga mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang nasional, mendorong kegiatan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Ditinjau dari definisi tersebut ternyata di Indonesia banyak lembaga lain yang juga menghimpun dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat namun tidak disebut bank, misalnya koperasi simpan pinjam, BMT, dsb. 9 8 Surach Winarni, Bahan Kuliah Hukum Perbankan, FH UII, Jogjakarta, 2007, tidak diterbitkan, hlm Ibid.

5 5 Ditinjau dari fungsi ekonomis bank adalah lembaga yang menerima simpanan dan menawarkan rekening dengan hak istimewa yang memberikan pinjaman. 10 Bank mempunyai fungsi financial intermediary, bank akan mengambil uang dari nasabah yang menyimpan uangnya di bank tersebut (investor) kemudian bank akan menanamkannya kembali (menginvestasikan) antara lain dengan memberikan kredit kepada masyarakat yang memerlukannya, sehingga bank juga disebut sebagai intuisi yang berada diantara investor dan investasi. 11 Belakangan ini bisnis perbankan telah berkembang dengan sangat pesat, selain menghimpun dana dan menyalurkan dana untuk kepentingan masyarakat, bank melengkapi dirinya dengan berbagai jasa yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabahnya. Kelengkapan jasa yang dimiliki suatu bank bertujuan agar nasabah loyal dan tidak melirik bank yang lain sehingga bank berlomba-lomba menambah berbagai produk layanan serta meningkatkan informasi teknologi dari waktu ke waktu. Menurut Pheng, perbankan sekarang sudah masuk pada era modern sehingga harus melengkapi dengan berbagai aktifitas jasa keuangan. 12 Kartu ATM ini hanyalah merupakan salah satu fasilitas bank yang diberikan kepada nasabah untuk mempermudah kepentingannya, dengan kartu ATM ini nasabah memperoleh fasilitas yang lebih modern dibanding dengan membawa buku tabungan untuk mengambil uang tunai pada bank yang 10 Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan Koperasi Indonesia dalam Perkembangan, TPK, Gunung Mulya, Jogjakarta, 1986, hlm Surach Winarni, loc.cit. 12 Ibid, hlm. 203.

6 6 bersangkutan. Sehubungan dengan penggunaan kartu ATM ini, pihak bank mengeluarkan suatu kartu tunai (cash card) sebagai alat bantu dalam proses penyediaan uang tunai mesin ATM, yang mana kartu ATM tersebut dimasukkan ke dalam lubang yang harus dimasukkan ke dalam mesin ATM. Mesin ini secara komputerisasi hanya dapat menerima perintah bayar dari orang yang menjadi pemegang kartu ATM pada bank yang bersangkutan. Adanya kartu ATM ini para nasabah tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah yang cukup banyak, cukup hanya dengan membawa kartu ATM sehingga seorang nasabah bisa merasa lebih aman serta praktis untuk digunakan. Seandainya seorang nasabah membutuhkan uang tunai untuk melakukan transaksi tertentu dan/atau transaksi yang membutuhkan uang sesegera mungkin, maka cukup dengan mendatangi mesin-mesin ATM terdekat yang sudah banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk membayar transaksi tertentu tersebut. Mesin ATM bekerja selama 24 jam penuh, dengan sistem elektronis total, artinya semua prosedur atau sistematika kerjanya tidak lagi menggunakan kertas untuk mengisi blanko, namun dengan menggunakan tombol-tombol komputer untuk memasukkan data penabung dan jumlah uang yang akan diambil. Dalam hal ini masih juga membutuhkan tenaga manusia untuk menjaga keamanan pengambilan uang tunai dari mesin ATM ini. Datadata dan identitas penabung akan dicatat secara cermat oleh mesin ATM, sehingga kecil kemungkinan untuk seseorang yang bukan nasabah bank yang

7 7 bersangkutan dan/atau bukan pemilik kartu ATM untuk mengambil uang melalui kartu ATM orang atau nasabah lain. Mesin ini dihubungkan secara otomatis dengan bank untuk mencatat jumlah pengambilan uang tabungan yang dilakukan oleh penabung/nasabah bank tersebut. Adanya hal tersebut, bank dapat secara langsung mencatat saldo akhir dari setiap penabung/nasabah yang menggunakan jasa ATM ini. Seandainya saldo akhir sudah berada dibawah saldo minimal, maka secara otomatis komputer akan memberitahukan kepada penabung bahwa uang yang dimilikinya di dalam tabungannya sudah habis batas saldo minimal, sesuai dengan ketentuan pada masing-masing bank. Bank sendiri akan memberitahukan kondisi keuangan penabung dengan menerbitkan suatu laporan rekening atau kondisi keuangan penabung yang dikirimkan kepada penabung setiap akhir bulan. 13 Mengenai saldo minimal Ir. Sigit Trihartono memberikan definisi sebagai berikut: Saldo minimal adalah saldo atau posisi laporan keuangan terakhir yang ditentukan oleh peraturan bank terhadap tabungan atau penyimpanan uang yang dilakukan oleh para nasabah bank bersangkutan. 14 Dalam praktek penggunaan kartu ATM oleh nasabah, pihak bank memiliki dan menggunakan sistem jaringan pengamanan yang berlapis-lapis guna menjaga keamanan uang nasabah yang disimpan di bank yang bersangkutan. Adanya PIN (Personal Identification Number), yaitu nomor pengambilan nasabah yang telah dipilih oleh nasabah itu sendiri, yang mana nomor ini 13 Ir. Sigit Trihartono, Tanya Jawab Masalah Perbankan, CV.ANEKA, Yogyakarta, 1995, hlm Ibid, hlm. 12.

8 8 tersimpan di dalam kartu ATM sehingga hanya nasabah saja yang mengetahui nomor pengambilan tersebut. Pertumbuhan ATM ini diperkenalkan pada penghujung tahun 1960-an dan telah disambut baik oleh para nasabah bank, popularitas ATM ini terutama dikarenakan kemudahan dan keluwesan yang diberikannya, diantaranya nasabah dapat memperoleh uang tunai, melakukan deposit atau membayar pinjaman, memindahkan uang dari rekening satu ke rekening lainnya (transfer) dan memperoleh infomasi tentang saldo tabungannya. Banyak bank yang telah mengembangkan jaringan ATM bersama dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya, jaringan ini dapat bersifat nasional dan internasional. Dikarenakan penghematan skala dan kemudahan yang diperoleh, maka para nasabah lebih cenderung ke arah nasional dan internasional. Pada saat ATM ini baru di luncurkan, mesin ATM pada umumnya ditempatkan di dinding-dinding bank, akan tetapi dalam perkembangannya saat ini mesin ATM ini juga dapat ditemukan di lapangan terbang, perguruan tinggi, toko serba ada, dan pusat-pusat pertokoan. Pada saat ini, ATM mempunyai pengaruh yang baik atas biaya yang dikenakan kepada nasabah terutama disebabkan biaya administasi terhadap transaksi yang dilakukan nasabah oleh bank. 15 Saat ini ATM berkembang dengan sangat pesat, namun ada saja pelanggan atau nasabah yang tidak ingin berurusan dengan mesin ATM ini. Sampai saat ini terdapat 122 bank di Indonesia dan banyak bank yang 15 Edward. W. Reed and Edward K. Gill, Buku Bank Umum, Edisi Keempat, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hlm. 294.

9 9 mengembangkan elektronik banking khususnya fasilitas ATM yang pada kenyataannya mampu menarik minat nasabah untuk memilikinya. Pada pertengahan 1983, jumlah mesin ATM sudah mencapai mesin, selain itu setiap bank sudah mulai menghubungkan ATM mereka dengan ATM milik lembaga-lembaga lainnya untuk menciptakan jaringan lokal, regional dan bahkan jaringan nasional melalui mana para nasabah dari setiap lembaga yang turut serta boleh menggunakan rekening-rekening mereka. 16 Di dalam perkembangannya para nasabah semakin banyak yang ingin memiliki kartu ATM, maka pihak bank sendirilah yang melakukan beberapa tindakan-tindakan untuk menarik masyarakat untuk menjadi nasabah dan menabung di bank yang bersangkutan. Pada praktek sehari-hari sehubungan dengan penggunaan kartu ATM (cash card) ini, terdapat beberapa pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pihak bank (issuer) selaku penerbit kartu ATM dan nasabah/pemegang kartu ATM (card holder). Kedua belah pihak itu mengadakan suatu perjanjian, yang mana pihak pemegang kartu ATM (cardholder) mengikatkan dirinya dengan surat perjanjian berbentuk formulir permohonan kartu ATM pada bank, dan pihak bank memberikan persyaratan-persyaratan serta ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh pihak pemegang kartu ATM (card holder) tersebut. Adanya surat perjanjian tersebut maka pemegang kartu ATM (cardholder) terikat untuk menggunakan kartu ATM sesuai dengan 16 Stephen, M. Goldfeld and Lester. V. Chandler, Ekonomi Uang dan Bank, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta, 1988, hlm. 33.

10 10 kepentingannya, sedangkan pihak bank memberikan pelayanan melalui pengambilan uang tunai dengan mesin ATM. Dilihat dari hubungan hukum tersebut, kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan. Dari segi pemegang kartu (cardholder) keuntungan yang diperolehnya yaitu nasabah tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak saat bepergian sehingga aman dan praktis. Sedangkan dari segi penerbit kartu (issuer) keuntungan yang diperoleh yaitu dengan adanya nasabah yang menabung, maka bank tersebut dapat mengumpulkan dana sesuai dengan fungsinya dan sekaligus sebagai alat promosi bagi bank yang bersangkutan. Di Indonesia saat ini, para nasabah bank sudah banyak yang memiliki kartu ATM. Penggunaan kartu ATM ini meningkat dari tahun ke tahun bahkan seorang nasabah/penabung bisa menjadi pemegang lebih dari satu kartu ATM. Hal itu tentu saja bisa dilakukan jika nasabah tersebut juga memiliki rekening tabungan di bank lain, yang mana antara satu bank dengan bank yang lainnya terdapat perbedaan dalam pemberian fasilitas dan pelayanan sehubungan dengan penggunaan kartu ATM. Salah satu wujud dari keberadaan kartu ATM yang diterbitkan oleh bank nasional atau bank milik pemerintah di Indonesia yaitu kartu ATM BATARA yang dikeluarkan oleh Bank BTN, yang mana Bank BTN merupakan salah satu bank yang besar dan memasarkan penggunaan kartu ATM bagi nasabah yang menabung. Bank BTN ini memiliki banyak kantorkantor cabang di seluruh wilayah Indonesia dan menyediakan fasilitas ATM,

11 11 penggunaan kartu ATM BATARA ini cukup banyak diminati oleh para nasabah di Indonesia. Sampai pada saat ini, kehadiran cash card (kartu tunai) di Indonesia belum ada suatu peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang penggunaan ATM, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), maupun peraturan perbankan lainnya belum mengatur secara khusus. Sehingga hal ini kurang menjamin dan melindungi kepentingan hukum para pihak yang terlibat dalam penggunaan kartu ATM, apabila terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan pengoperasian ATM. Pada prakteknya, seringkali terjadi atau timbul permasalahanpermasalahan sehubungan dengan penggunaan ATM. Kasus-kasus yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diantaranya adalah keluhan-keluhan dari pihak nasabah atau pemegang kartu ATM (cardholder), antara lain: Pertama, Saldo nasabah berkurang, sementara nasabah merasa tidak menarik atau mengambil uang tabungannya. Kedua, Pada saat melakukan transaksi dengan ATM uang tidak keluar dari mesin ATM. Ketiga, Nasabah mengeluh karena mesin ATM tidak dapat digunakan atau rusak. Keempat, Kartu ATM tertelan mesin ATM tanpa diketahui penyebabnya. Kelima,Kartu rusak sehingga tidak bisa digunakan. Keenam, Pemegang kartu ATM lupa akan nomor PINnya. Dari beberapa permasalahan yang timbul, kepentingan para pihak yang terlibat dalam penggunaan ATM ini sangatlah perlu mendapat perhatian.

12 12 Menyadari pentingnya peranan perbankan dalam bidang perekonomian, pemerintah mengupayakan pihak perbankan agar supaya perbankan Indonesia efektif dan efisien dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam memberikan suatu pelayanan-pelayanan yang baik dan lancar kepada nasabah, sehingga nasabah merasa senang dan aman untuk menyimpan uangnya di bank. Semakin banyaknya pemegang kartu ATM ini, maka meningkat pula transaksi dengan menggunakan mesin ATM. Dalam hal ini, pada prakteknya akan muncul permasalahan-permasalahan seperti diatas. Berangkat dari kasuskasus tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan kartu ATM dan tanggung jawab dari pihak bank berkenaan dengan penerbitan kartu ATM. Bank BTN merupakan salah satu bank besar dan terbaik yang ada di Indonesia yang memiliki banyak cabang di seluruh nusantara khususnya kota Yogyakarta, dimana Bank BTN ini juga memasarkan dan memberikan fasilitas ATM kepada nasabahnya dan nasabahnya pun juga hampir semuanya menggunakan kartu ATM yang diterbitkan oleh Bank BTN ini. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut ke dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul: TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK DALAM PENERBITAN KARTU AUTOMATIC TELLER MACHINE (ATM) DAN PERMASALAHAN YANG TIMBUL SERTA CARA PENYELESAIANNYA DI BANK BTN YOGYAKARTA.

13 13 B. Rumusan Masalah 1) Bagaimanakah hak dan kewajiban pemegang kartu ATM (cardholder) serta pihak bank (Issuer) sehubungan dengan penerbitan kartu ATM? 2) Bagaimanakah bentuk tanggung jawab dan penyelesaian permasalahan yang timbul oleh pihak bank sehubungan dengan penerbitan kartu ATM? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui hak dan kewajiban pemegang kartu ATM (cardholder) serta pihak bank (issuer) sehubungan dengan penerbitan kartu ATM. 2) Untuk mengetahui tanggung jawab dan penyelesaian permasalahan yang timbul oleh pihak bank sehubungan dengan penerbitan kartu ATM. D. Tinjauan Pustaka Di Indonesia saat ini belum ada peraturan yang mengatur secara khusus mengatur tentang penerbitan kartu ATM dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ATM. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, maupun perundang-undangan perbankan serta peraturan lainnya tidak dijelaskan secara tegas dan jelas. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sendiri hanya mengatur tentang lahirnya suatu perjanjian kartu ATM merupakan perwujudan pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu menganut azas kebebasan dan hal membuat perjanjian (beginsel der contractsvrijheid/kebebasan berkontrak), bahwa: Segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

14 14 membuatnya. 17 Maksud dari pasal ini tidak lain bahwa setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak. Dalam prakteknya azas kebebasan berkontrak yang dimaksud tersebut tidaklah berarti kebebasan tanpa adanya suatu batasan. Di negara yang menganut sistem Common Law (Inggris dan Amerika Serikat), azas kebebasan berkontrak merujuk pada dua azas umum (General Principle) yaitu: Azas yang pertama, mengemukakan bahwa hukum tidak membatasi syarat-syarat yang boleh diperjanjikan oleh para pihak, azas tersebut tidak membebaskan berlakunya syarat-syarat suatu perjanjian karena syarat-syarat perjanjian tersebut kejam atau tidak adil bagi salah satu pihak. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup azas kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri isi perjanjian yang ingin mereka buat. Azas umum yang kedua, mengemukakan bahwa Pada umumnya seseorang menurut hukum tidak dapat dipaksa untuk memasuki suatu perjanjian. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa azas kebebasan berkontrak meliputi kebebasan bagi para pihak untuk menentukan dengan siapa dia ingin atau tidak ingin membuat perjanjian. 18 Di negara dengan sistem Common Law, kebebasan berkontrak dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dicantumkan di dalam suatu kontrak dan public policy yang berhubungan dengan nilai-nilai kepatutan yang hidup di dalam 17 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Ctk. Kesembilan belas, PT. Intermasa, Jakarta, 1984, hlm Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta,1993 hlm. 39.

15 15 masyarakat. Bila suatu kontrak melanggar peraturan perundang-undangan dan/atau public policy tersebut, maka kontrak tersebut menjadi tidak sah atau batal demi hukum. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang secara tegas menentukan tentang berlakunya azas kebebasan berkontrak bagi perjanjianperjanjian yang dibuat menurut hukum Indonesia. Dari pasal 1320 ayat (4) jo 1337 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa asalkan bukan kausa yang dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, maka setiap orang bebas untuk memperjanjikannya. Dari uraian tersebut diatas, maka azas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian di Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut: 1) Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian. 2) Kebebasan untuk memilih pihak mana dengan siapa ia ingin membuat perjanjian. 3) Kebebasan untuk menentukan atau memilih kausa dari perjanjian yang akan dibuatnya. 4) Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian. 5) Kebebasan untuk menentukan suatu bentuk perjanjian. 6) Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional), maksud ketentuan yang opsional yaitu hanya untuk memberikan aturan yang berlaku bagi perjanjian yang dibuat para pihak bila memang para pihak belum mengatur

16 16 atau tidak mengatur secara tersendiri, agar tidak terjadi kekosongan pengaturan mengenai hal atau materi yang dimaksud. 19 Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan definisi tentang perjanjian yang menyatakan bahwa: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 20 Menurut R. Setiawan rumusan pasal 1313 BW tersebut perlu diadakan perbaikan mengenai definisi tersebut, yaitu: 1) Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan perbuatan hukum. Karena kata perbuatan yang tercakup dalam pasal 1313 BW tersebut mengandung makna perbuatan yang dilakukan secara sukarela dan/atau perbuatan melawan hukum. 2) Menambah kata atau saling mengikatkan dirinya dalam pasal 1313 BW. Sehingga perumusan persetujuan adalah suatu perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkannya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Persetujuan selalu merupakan perbuatan bersegi dua atau jamak, dimana untuk itu diperlukan kata sepakat para pihak. Akan tetapi, tidak semua perbuatan hukum yang bersegi dua merupakan persetujuan, misalnya pemilihan umum. 21 Menurut Subekti, perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji 19 Ibid, hlm R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Ctk. Ketiga puluh empat, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 2004, hlm R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Ctk. Keempat, Bina Cipta, Bandung, 1987, hlm. 49.

17 17 untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbulah suatu ikatan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Suatu perikatan itu merupakan suatu hubungan hukum antara dua orang (pihak) atau lebih, dimana satu pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal kepada pihak yang lain. Sedangkan pihak lain itu, berkewajiban memberikan atau memenuhi tuntuan tersebut. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 22 Sementara itu R. Wirjono Projodikoro menyatakan bahwa Perjanjian merupakan sebagai suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua belah pihak, dimana salah satu pihak berjanji dan dianggap berjanji untuk memberikan sesuatu hal sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji tersebut. 23 Ketentuan yang mengatur bentuk perjanjian kartu ATM tidak diterangkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, undang-undang perbankan, dan peraturan lainnya baik tertulis maupun lisan. Namun, dalam kenyataannya setiap issuer/bank selalu menyediakan blanko atau formulir permohonan menjadi pemegang kartu ATM, dimana isinya telah ditetapkan terlebih dahulu (standartform) oleh pihak bank issuer yang disebut juga sebagai perjanjian baku atau perjanjian adhesi. Perjanjian baku ialah perjanjian yang hampir semua klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Yang 22 Subekti, Hukum Perjanjian, Ctk. Kedua belas, PT. Intermasa, Jakarta, 1990, hlm A. Qirom Syamsudin M, Pokok-pokok Hukum Perjanjian beserta Perkembangannya, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1985, hlm. 8.

18 18 belum dibakukan hanyalah beberapa hal saja, seperti harga, jumlah, warna, tempat, waktu dan beberapa hal lainnya yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. Beberapa contoh penggunaan perjanjian baku di dalam berbagai transaksi yaitu polis asuransi, perjanjian jual beli mobil, perjanjian credit card, formulir perjanjian kartu ATM, serta transaksi-transaksi perbankan lainnya. Perlu diketahui pula bahwa kartu ATM bukanlah merupakan surat berharga karena tidak memenuhi syarat-syarat kumulatif/fungsi dari surat berharga, yaitu: 1) Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang). 2) Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah atau sederhana). 3) Sebagai surat bukti hak tagih. Yang dimaksud dengan surat berharga disini, yaitu surat ini diterbitkan bukan sebagai pemenuhan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang, melainkan sebagai bukti diri bagi pemegangnya sebagai orang yang berhak atas apa yang tersebut di dalamnya. Surat berharga ini juga tidak dapat diperjualbelikan karena tujuan penerbitannya bukan untuk diperjualbelikan, bukan untuk pembayaran. 24 Berkaitan dengan kedua hubungan hukum antara bank dengan nasabah, terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan yaitu yang menyangkut bentuk dari masing-masing hubungan hukum itu sendiri. Berkaitan dengan bentuk dari masing-masing hubungan hukum itu sendiri adalah menyangkut 24 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga, Ctk. Keempat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 3-6.

19 19 pertanyaan apabila terjadi sengketa atau permasalahan antara pihak yang tersangkut dalam masing-masing hubungan hukum itu, ketentuan-ketentuan dari lembaga hukum apa yang harus diterapkan untuk menyelesaikan sengketa itu. Berkaitan dengan sifat masing-masing hubungan hukum itu adalah yang menyangkut pertanyaan selain merupakan hubungan kontraktual yang dilandasi azas-azas umum dari hukum perjanjian, apakah ada azas-azas khusus yang berlaku bagi masing-masing hubungan hukum itu bukan sekedar merupakan hubungan hukum itu, sehingga masing-masing hubungan hukum itu bukan sekedar merupakan hubungan kontraktual biasa. Hubungan hukum kontraktual yang ada antara bank dengan nasabah tersebut adalah suatu hubungan yang kompleks yang pada dasarnya terdapat dalam kebiasaankebiasaan (custom and usage) yang berlaku dalam dunia perbankan. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah penyimpan dana dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan, yang berisikan ketentuan dan syarat-syarat umum yang harus disetujui oleh nasabah penyimpan dana. Nasabah sebagai pemegang kartu ATM tersebut melakukan penyimpanan uangnya di suatu bank tertentu, sehingga dengan kata lain mempunyai simpanan dana pada bank yang bersangkutan. Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan yang dimaksud dengan simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam

20 20 bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 25 Menurut Sutan Remy Sjahdeini, hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana dalam praktik perbankan yang selama ini telah berlangsung cocok sekali dengan konstruksi hubungan hukum atau perjanjian pinjam-meminjam, khususnya perjanjian peminjaman dengan bunga. Dalam hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana, bank sebagai peminjam harus mengembalikan uang tersebut kepada nasabah penyimpan dana. Secara umum hubungan hukum antara bank dengan nasabah peminjam dana dapat dilihat sebagai perjanjian pinjam-meminjam atau perjanjian peminjaman uang, karena hubungan tersebut merupakan perjanjian pinjammeminjam, maka sesuai dengan ketentuan pasal 1755 BW, dana yang disimpan oleh nasabah adalah dana milik bank yang selama dalam penyimpanan bank. Selama dalam penyimpanan bank, dengan kata lain sebelum ditagih oleh nasabah, maka bank boleh menggunakan dana tersebut untuk segala keperluannya seperti layaknya seorang pemilik dana, baik itu untuk pemberian kredit maupun investasi lainnya. Diterimanya formulir permohonan calon nasabah untuk menjadi cardholder oleh pihak issuer/bank, maka terjadilah hubungan hukum antara bank/issuer dengan nasabah/cardholder. Hubungan hukum tersebut adalah dibuatnya perjanjian kartu ATM, dalam hal ini issuer memberikan fasilitas kartu ATM kepada cardholder setelah calon nasabah sebagai pemohon telah 25 Pasal 1 angka 5 undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

21 21 memenuhi dan menyetujui syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan bank yaitu dengan mengisi dan menandatangani formulir permohonan. Adanya pengisian dan persetujuan oleh calon nasabah pada formulir mengenai ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban pemegang kartu ATM tersebut, maka perjanjian tersebut secara yuridis adalah sah. E. Metode Penelitian Untuk membahas permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka penulis akan menggunakan beberapa metode ilmiah, sehingga nantinya memperoleh data yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dari segi ilmiah. Metode-metode tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Obyek Penelitian Tentang bagaimanakah hak dan kewajiban pemegang kartu ATM (cardholder) serta pihak bank (Issuer) dan bentuk tanggung jawab dan penyelesaian permasalahan yang timbul oleh pihak bank sehubungan dengan penerbitan kartu ATM. 2. Subyek Penelitian Dalam penelitian responden yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian adalah: a. Pimpinan Bank BTN Cabang Kota Yogyakarta. b. Customer Service Bank BTN Cabang Kota Yogyakarta. 3. Sumber data Penulis di dalam melakukan penelitian ini memperoleh datanya menggunakan dua macam sumber data, yaitu sebagai berikut:

22 22 a. Data Lapangan, yaitu penulis dalam menghimpun data atau mengumpulkan data yang diperoleh dari Kantor Bank BTN selaku penerbit kartu ATM melalui hasil wawancara. b. Data Kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data sekunder ini, penulis memperolehnya melalui mempelajari buku-buku literatur, majalah dan surat kabar yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti oleh penulis. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data di lapangan adalah sebagai berikut: a. Interview (wawancara) Wawancara ini dilakukan dengan pihak bank yang berwenang memberikan data dan keterangan sehubungan dengan penerbitan kartu ATM, wawancara ini dilakukan secara lisan yang mana penulis menyiapkan pertanyaan-pertanyaan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh data yang lebih banyak dalam waktu yang cukup singkat. b. Studi Dokumentasi Sumber data diperoleh dari bahan-bahan tertulis dan penulis hanya menuliskan kembali dan mentransfer bahan tersebut ke dalam skripsi ini, sehingga penulis dapat mengetahui hubungan hukum kedua belah pihak antara pemegang kartu ATM (cardholder) dan pihak bank (Issuer) selaku penerbit kartu ATM serta hak dan kewajiban masingmasing pihak.

23 23 5. Bahan Hukum Bahan Hukum Primer: a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Bahan Hukum Sekunder: a. Literatur Bahan Hukum Tersier: a. Kamus b. Ensiklopedia 6. Teknik Analisa Data Berdasarkan data yang diperoleh dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik analisa deskriptif analitis, yaitu dengan menggambarkan dan mengemukakan semua data yang diperoleh baik dari kepustakaan, majalah, internet maupun dari lapangan. Kemudian dilakukan penganalisaan guna menjawab masalah-masalah yang diajukan dan mencari jalan keluar yang diharapkan pada akhirnya akan didapat suatu skripsi ilmiah.

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan yang tidak akan dapat hidup secara individual. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan untuk mendapatkan sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin pesatnya perkembangan bidang pengetahuan dan teknologi, di era yang modern ini membuat bank semakin berperan penting dalam kehidupan masyarakat, yaitu menjaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemajuan. Dunia perekonomian yang serba maju, secara psikologis berpengaruh pula

I. PENDAHULUAN. kemajuan. Dunia perekonomian yang serba maju, secara psikologis berpengaruh pula I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan masyarakat dewasa ini memang sangat pesat dan mengagumkan. Diantaranya terlihat bahwa kebutuhan masyarakat dari hari ke hari selalu mengalami kemajuan. Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dalam kehidupan manusia. Rumah sebagai tempat berlindung dari segala cuaca sekaligus sebagai tempat tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Negara berkembang maupun negara maju, perbankan adalah suatu industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Negara berkembang maupun negara maju, perbankan adalah suatu industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Negara berkembang maupun negara maju, perbankan adalah suatu industri yang sangat penting dalam perekonomian guna menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi

Lebih terperinci

Oleh : IWAN BAYU AJI NIM : C

Oleh : IWAN BAYU AJI NIM : C PENGGUNAAN BILYET GIRO DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN ( STUDI DI BANK BTN SOLO ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat. Banyaknya produk barang dan/atau jasa yang ditawarkan para pelaku usaha kepada masyarakat sama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi yang semakin canggih telah banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini produk perbankan telah berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini terlihat cukup baik di semua sektor ekonomi. Badan Usaha Milik Negara maupun badan usaha milik swasta atau badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara berkesinambungan yang dilaksanakan bersamaan oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PENERBITAN KARTU KREDIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PADA BANK BNI SYARIAH CABANG PADANG Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang perekonomian yang menjalankan kegiatannya didasarkan kepada kepercayaan masyarakat dan bank

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA 0 PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan guna Mencapai Derajat Hukum dan Ilmu Hukum pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan Secara Umum Pada subab ini menjelaskan pengertian bank secara umum, jenis-jenis bank. Teori-teori yang ada di landasan teori ini mendukung dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang dibentuk karena pihak yang satu telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN.  hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : AGUSRA RAHMAT BP. 07.940.030

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerataan pembangunan di segala bidang pada umumnya merupakan salah satu dari tujuan utama pembangunan nasional. Dalam rangka melindungi segenap Bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebenarnya tidak terdapat dalam KUHD maupun perundang-undangan lainnya, namun kita dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaturan Surat Berharga Sebelum kita sampai pada pengaturan mengenai surat berharga, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari surat berharga, mengenai pengertian

Lebih terperinci

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank BAB II KONDISI PERUSAHAAN 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank 2.1.1 Pengertian dan Tujuan Bank Definisi Bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK 2.1. Pengertian dan Fungsi Bank Bank adalah "suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (Financial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha diikuti dengan perkembangan perbankan sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tak dapat di pungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tak dapat di pungkiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tak dapat di pungkiri lagi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu di perlukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang membantu perkembangan ekonomi suatu negara. Tumbuhnya perkembangan bank secara baik dan sehat akan mendorong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam mendukung kegiatan ekonomi yang berkesinambungan. Masyarakat sangat memerlukan bantuan dana karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN

SYARAT DAN KETENTUAN SYARAT DAN KETENTUAN 1. DEFINISI (1) Bank adalah PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk., yang berkantor pusat di Bandung, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor-kantor cabangnya, meliputi kantor cabang,

Lebih terperinci

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti

Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti Syarat dan ketentuan 1. Definisi Dalam syarat dan ketentuan ini, kecuali apabila konteksnya menentukan lain, istilah-istilah berikut ini memiliki arti sebagai berikut: a. "Angsuran" adalah besar pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit).

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasmir (2003) mengemukakan perbankan merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam menunjang dan memajukan pembangunan nasional karena fungsi utama bank adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian atau langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN AKAD TABUNGAN HAJI PADA BANK RIAU KEPRI SYARI AH CABANG PEKANBARU. Diajukan Oleh : DEKKY ADITYA K. PUTRA

PELAKSANAAN AKAD TABUNGAN HAJI PADA BANK RIAU KEPRI SYARI AH CABANG PEKANBARU. Diajukan Oleh : DEKKY ADITYA K. PUTRA PELAKSANAAN AKAD TABUNGAN HAJI PADA BANK RIAU KEPRI SYARI AH CABANG PEKANBARU Diajukan Oleh : DEKKY ADITYA K. PUTRA 07 140 062 PROGRAM KEKHUSUSAN: HUKUM BISNIS (PK II) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan zaman saat ini telah banyak mengalami perubahan yang sangat pesat, dimana hal ini dapat di lihat dari meningkatnya perkenomian. Seiring

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank bukanlah suatu hal yang asing dalam masyarakat di suatu negara. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi

BAB I. Pendahuluan. setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Bank, baik bank sentral maupun bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut BAB I PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian dunia yang dewasa ini sedang mengalami perubahan pesat yang cukup mendasar menuju kepada sistem ekonomi global yang lebih efektif dan efisien. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Syariah telah berkembang di Indonesia sejak tahun 90-an. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat pada tahun 1992. Setelah terbukti

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang sedang dialami negara Indonesia sekarang ini, tidak semua orang mampu memiliki sebuah rumah

Lebih terperinci

UNISKA TABUNGAN

UNISKA TABUNGAN UNISKA - 2016 TABUNGAN A. Pengertian Tabungan adalah simpanan dana masyarakat atau pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat syarat tertentu yang telah di sepakati antara

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI Airlangga ABSTRAK Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU ANALISA HUKUM TERHADAP BEBERAPA KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KEANGGOTAAN KARTU KREDIT PERBANKAN DITINJAU DARI SUDUT KUH PERDATA DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: IRDANURAPRIDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan investasi serta perdagangan. Bank mempunyai peranan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan investasi serta perdagangan. Bank mempunyai peranan sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern. Serta meningkatnya kebutuhan masyarakat, dalam kegiatan bisnis dan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ditanamankan pada sektor produksi dan investasi, di samping

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk ditanamankan pada sektor produksi dan investasi, di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Tugas utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana

Lebih terperinci

GIRO. Alat atau sarana yang digunakan dalam lalu lintas pembayaran giral, yaitu surat berharga atau surat dagang seperti: 1.

GIRO. Alat atau sarana yang digunakan dalam lalu lintas pembayaran giral, yaitu surat berharga atau surat dagang seperti: 1. GIRO Giro adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan. Sedangkan menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perbankan memiliki peran penting dalam pembangunan khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah satu lembaga pembiayaan yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali ) SKRIPSI PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali ) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Serta Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO A. Pengertian Deposito Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Lebih terperinci

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

Ronny Kusnandar ISSN Nomor TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR) BERKAITAN DENGAN JAMINAN Oleh: Ronny Kusnandar, SH, SpN Dosen tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Kredit merupakan salah satu program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI Persyaratan dan Ketentuan Dengan menggunakan kartu, berarti Anda telah memahami, menerima, dan terikat pada ketentuan dan syarat yang tercantum berikut ini. Pasal 1. DEFINISI 1.1 BANK MEGA CARD CENTER

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

FERY PRAMONO C

FERY PRAMONO C TANGGUNG JAWAB PENERBIT TERHADAP PENERBITAN BILYET GIRO YANG TIDAK ADA DANANYA (Study di BNI Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Persyaratan guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang semakin maju ini adanya lembaga perbankan sangat di butuhkan oleh masyarakat di Indonesia. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK DAN NASABAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK DAN NASABAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK DAN NASABAH 2.1 Tinjauan Umum mengenai Bank Bank sudah ada sejak dahulu, bahkan pada saat jaman sebelum masehi, mengingat uang atau alat tukar-menukar dan proses barter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang, antara lain dalam kegiatan masyarakat khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang, antara lain dalam kegiatan masyarakat khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting di berbagai bidang, antara lain dalam kegiatan masyarakat khususnya di bidang financial, serta kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci