KASUS-KASUS TERKAIT PERMASALAHAN KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH YANG TELAH DIATUR DALAM PRINSIP PBI DAN SEBI (GENERIC CASES)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KASUS-KASUS TERKAIT PERMASALAHAN KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH YANG TELAH DIATUR DALAM PRINSIP PBI DAN SEBI (GENERIC CASES)"

Transkripsi

1 1. Proyek infrastruktur strategis 1. Proyek infrastruktur sebagaimana diatur dalam PBI No.16/21/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehatian-Hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank 2. Dinyatakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah sebagai proyek infrastruktur strategis yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kementerian/lembaga terkait kepada pemilik proyek dan 3. Persetujuan Bank Indonesia diberikan setelah dilakukan asesmen. Pasal 10 ayat (3) huruf b Perjanjian tertulis hanya dapat dilakukan untuk proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan Bank Indonesia Mendapat rekomendasi kementerian/instansi terkait Pemilik proyek menyampaikan pernyataan tertulis bahwa proyek infrastruktur infrastruktur strategis Telah terdapat perjanjian penjualan produk atau jasa dari proyek infrastruktur strategis sejak awal pembangunan proyek Proyek infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, termasuk pengembangan tenaga listrik yang berasal dari panas bumi, transmisi atau distribusi tenaga listrik. 2. Transaksi dengan Pihak Asing di Wilayah NKRI Transaksi antara: - penduduk dengan bukan penduduk; - BUT dengan perusahaan di dalam negeri; - Perusahaan perwakilan luar negeri dengan perusahaan di dalam negeri; - Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan perusahaan di dalam negeri, yang dilakukan di wilayah NKRI. Prinsip teritorial telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern. Kewajiban menggunakan Rupiah berlaku untuk setiap pihak yang bertransaksi di wilayah NKRI. Status pihak yang melakukan transaksi (misal bukan penduduk/but/perwakilan luar negeri/penanaman modal asing) tidak mengecualikan kewajiban penggunaan Rupiah. - Pembelian avtur oleh maskapai asing di bandara. - Jasa kepelabuhanan di terminal internasional pelabuhan Indonesia. - Transaksi barang/jasa turis luar negeri di wilayah NKRI. - Pembelian bahan baku oleh BUT yang melaksanakan proyek di dalam negeri. - Pembelian bahan baku di dalam negeri oleh Perusahaan PMA. 3. Transaksi di Wilayah NKRI namun Pembayaran Kewajiban menggunakan Rupiah melekat pada 1

2 Luar Negeri transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI. Transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI namun dibayarkan ke/dari/di luar negeri. Pembayaran dilakukan ke/dari/di luar negeri tidak meniadakan kewajiban menggunakan Rupiah. Pembayar dan/atau penerima pembayaran yang Prinsip teritorial telah ditegaskan dalam melakukan transaksi di wilayah NKRI wajib - Pembelian avtur oleh maskapai asing yang SEBI Ekstern. menggunakan Rupiah. Dalam hal terdapat dibayar dari kantor pusat maskapai asing. penggunaan valas maka dilakukan melalui konversi - Pembayaran jasa kepelabuhanan dari kantor pusat perusahaan pelayaran di luar negeri. kurs melalui sistem perbankan/nonperbankan. 4. Transaksi di Wilayah NKRI melalui Agen Transaksi perdagangan barang/jasa dari luar negeri yang dilakukan melalui agen di dalam negeri. - Pembelian barang antara perusahaan di dalam negeri dengan importir/agen di dalam negeri. - Pembelian tiket pesawat ke luar negeri melalui travel agent. - Pemesanan hotel melalui travel agent. - Pembelian paket wisata/umrah melalui travel agent. 5. Free Trade Zone/Kawasan Berikat Transaksi dengan perusahaan yang berkedudukan di kawasan perdagangan bebas (free trade zone)/kawasan berikat (bonded zone). - Transaksi perdagangan (misal bahan baku) antara sesama perusahaan di kawasan FTZ/kawasan berikat. - Transaksi perdagangan (misal barang bahan baku/hasil produksi) antara perusahaan di kawasan FTZ/kawasan berikat dengan perusahaan di luar kawasan FTZ/kawasan berikat. 6. Gaji Tenaga Kerja Asing/Ekspatriat Gaji Tenaga Kerja Asing (ekspatriat) yang bekerja di wilayah NKRI. 1. Hubungan kerja dan pembayaran gaji langsung dari perusahaan dalam negeri. Perdagangan internasional terdiri atas perdagangan barang (ekspor/impor) dan jasa yang lintas batas negara (cross border supply dan consumption abroad). Prinsip teritorial telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern Pasal 4 jo. Pasal 8 ayat (1) PBI Perdagangan internasional terdiri atas perdagangan barang (ekspor/impor) dan jasa yang lintas batas negara (cross border supply dan consumption abroad). Prinsip teritorial telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern. Transaksi antara pihak di dalam negeri dengan agen di dalam negeri merupakan transaksi di wilayah NKRI sehingga wajib menggunakan Rupiah. Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah hanya diberikan terhadap pihak yang terkait langsung dengan kegiatan ekspor/impor. Adapun transaksi antara agen secara langsung dengan penjual/pembeli luar negeri diperbolehkan menggunakan valas karena merupakan transaksi perdagangan internasional. Kewajiban menggunakan Rupiah berlaku untuk setiap pihak yang bertransaksi di wilayah NKRI. Kedudukan perusahaan di kawasan FTZ/Kawasan Berikat tidak mengecualikan kewajiban penggunaan Rupiah, karena kawasan tersebut masih merupakan bagian dari wilayah NKRI sehingga tetap wajib menggunakan Rupiah (asas teritorial). 1. TKA yang memiliki hubungan kerja dan pembayaran gaji langsung dari perusahaan dalam negeri merupakan transaksi di wilayah NKRI sehingga wajib menggunakan Rupiah. 2. TKA yang bersifat penugasan merupakan transaksi 2

3 Tuan A, warga negara asing, bekerja di PT B di Indonesia dan gajinya dibayarkan ke rekening Tuan A di Indonesia (onshore account) atau di luar negeri (ofshore account) 2. Hubungan kerja dan pembayaran gaji tidak langsung dari luar negeri (penugasan). Tuan A ditugaskan oleh perusahaan XYZ Ltd. (berkedudukan di Amerika Serikat) di PT B dalam rangka penugasan selama 1 tahun. Selama Tuan A ditugaskan di PT B, gaji Tuan A dibayarkan oleh XYZ Ltd. ke rekening Tuan A di Amerika Serikat. 7. Transaksi dalam rangka APBN menggunakan valas 1. Pungutan atau setoran yang dikenakan Pemerintah dalam valas. Pembayaran Visa on Arrival, setoran pajak dalam valas, dan Dana Kompensasi TKA dalam valas. 2. Pembayaran pemerintah menggunakan dalam rangka APBN. - Pembayaran proyek pemerintah dalam valas. - Pembayaran biaya kepesertaan organisasi internasional melalui cabang organisasi internasional tersebut di Indonesia. 8. Pembiayaan dalam valas di Wilayah NKRI antar Perusahaan Pemberian pinjaman dari perusahaan dalam negeri kepada perusahan (nonbank) dalam negeri lainnya. - PT A memberikan pinjaman kepada PT B di wilayah NKRI. - PT X (perusahaan PMA) memberikan pinjaman kepada PT Y di wilayah NKRI. - PT AA (perusahaan PMA) menerima pinjaman dari PT Z di wilayah NKRI. - Induk perusahaan di wilayah NKRI memberikan Pasal 4 jo. Pasal 8 ayat (1) PBI Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah, yaitu perdagangan internasional yang terdiri atas perdagangan barang (ekspor/impor) dan jasa yang lintas batas negara (cross border supply dan consumption abroad). Prinsip teritorial telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern Pasal 4 huruf a jo. Pasal 6 PBI Transaksi dalam rangka APBN dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah. Transaksi dalam rangka APBN telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern Pasal 4 huruf e jo. Pasal 9 PBI Pembiayaan internasional dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah, dengan ketentuan bahwa pemberi pembiayaan atau penerima pembiayaan salah satunya berkedudukan di luar negeri. yang lintas batas wilayah negara (cross border supply) sehingga tetap dapat dibayarkan menggunakan valas. Transaksi dalam rangka APBN masuk dalam transaksi yang dikecualikan dalam Pasal 4 huruf a PBI). Beberapa contoh transaksi dalam rangka APBN meliputi: - pembayaran utang luar negeri; - pembayaran utang dalam negeri dalam valuta asing; - belanja barang dari luar negeri; - belanja modal dari luar negeri; - penerimaan negara yang berasal dari penjualan surat utang negara dalam valuta asing; dan - transaksi lainnya dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, seperti setoran pajak, visa on arrival, dan penerimaan negara bukan pajak. Pemberian pinjaman antara perusahaan (nonbank) di wilayah NKRI bukan merupakan transaksi pembiayaan internasional sehingga tetap wajib dilakukan menggunakan Rupiah. Status sebagai PMA tidak mengenyampingkan ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah, tetap wajib dilakukan menggunakan Rupiah. Pinjaman dari induk perusahaan bagi perusahaan nonpenanaman modal tetap wajib dilakukan menggunakan Rupiah. Transaksi antara induk perusahaan (penanam modal) kepada perusahaan penanaman modal diperkenankan menggunakan valas sebagaimana 3

4 pinjaman kepada anak perusahaan di wilayah NKRI (status perusahaan non penanaman modal). - Induk perusahaan di wilayah NKRI memberikan pinjaman kepada anak perusahaan di wilayah NKRI (status perusahaan penanaman modal). 9. Hibah dalam valas di Wilayah NKRI Hibah yang dilakukan oleh perusahaan penanaman modal asing/perwakilan lembaga asing di wilayah NKRI. - Pembayaran CSR perusahaan PMA kepada panti asuhan di wilayah NKRI. - Bantuan dana kepada sekolah dari NGO Internasional cabang Jakarta. 10. Transaksi antar Pulau Transaksi antar pulau dalam rangka ekspor/impor menggunakan SKBDN. - PT A di Batam membeli Sawit dari PT B di Dumai menggunakan kapal laut. Pasal 4 huruf b jo. Pasal 7 PBI Hibah internasional dilakukan oleh pemberi hibah/penerima hibah yang salah satunya berkedudukan di luar negeri. Prinsip teritorial telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern. Pasal 5 huruf a PBI Kegiatan usaha bank dalam valas dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah. Pasal 4 jo. Pasal 8 ayat (1) PBI Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah, yaitu perdagangan internasional yang terdiri atas perdagangan barang (ekspor/impor) dan jasa yang lintas batas negara (cross border supply dan consumption abroad). diatur dalam Pasal 5 huruf c PBI jo. Pasal 8 ayat (3) UU Mata Uang). Hibah dalam valas yang dilakukan di wilayah NKRI wajib dalam Rupiah. Status pihak pemberi/penerima hibah sebagai perusahaan penanaman modal asing/perwakilan lembaga asing di wilayah NKRI tidak mengecualikan kewajiban penggunaan Rupiah (prinsip teritorial). Produk SKBDN valas masuk dalam kategori kegiatan kegiatan usaha bank dalam valas, sehingga produk SKBDN valas dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah. SKBDN diterbitkan sesuai dengan underlying dokumen transaksi (perjanjian) sehingga apabila perjanjian tersebut disepakati dengan menggunakan valuta asing (valas) maka SKBDN dterbitkan dalam valas. SKBDN dalam rangka penerusan kegiatan perdagangan internasional (ekspor/impor) diperbolehkan. 11. Pemberian Jasa Konsultasi kepada/dari Pihak di Luar Negeri Pemberian jasa konsultasi dari/kepada pihak di luar negeri, yang hasil konsultasinya disampaikan melalui Pemberian jasa konsultasi dari/kepada pihak di luar neeri, yang hasil konsultasinya disampaikan melalui telepon, , surat, dsb, merupakan bentuk perdagangan internasional cross border supply. 4

5 telepon, , surat, dsb. Pasal 4 huruf c jo. Pasal 8 ayat (1) huruf b PBI - Penggunaan jasa konsultan hukum Indonesia Transaksi jasa internasional dapat oleh Perusahaan di luar negeri. dilakukan secara cross border supply - Penggunaan jasa riset pasar dari peneliti ekonomi di Indonesia oleh Perusahaan di luar negeri. atau consumption abroad (Pasal 4 huruf c jo. Pasal 8 ayat (1) huruf b PBI). - Penggunaan jasa konsultan politik luar negeri Prinsip telah ditegaskan dalam SEBI. oleh politikus di dalam negeri. 12. Kegiatan Usaha Bank dalam Valas Produk bank dan fee based income bank dalam valas. - Tarif transfer dana bank dalam valas. - Kredit valas, termasuk provisi dan biaya administrasi dalam valas. - Fee L/C dalam valas. Pasal 5 PBI Kegiatan usaha bank dalam valas yang dilaksanakan berdasarkan UU Perbankan dikecualikan kewajiban penggunaan Rupiah. Kegiatan usaha bank dalam valas telah ditegaskan dalam SEBI Ekstern. Produk bank dan fee based income bank dalam valas diperbolehkan menggunakan valas sesuai ketentuan dalam UU Perbankan. 13. Kegiatan Reasuransi dalam Valas 1. Kegiatan reasuransi dalam valas dari perusahaan asuransi di dalam negeri kepada perusahaan asuransi di luar negeri. Jasindo mereasuransikan pertanggungan asuransi pesawat terbang milik Garuda Indonesia dalam valas kepada perusahaan asuransi di luar negeri. 2. Kegiatan reasuransi dalam valas dari perusahaan asuransi di dalam negeri kepada perusahaan asuransi di luar negeri. Bumi Wiyata mereasuransikan pertanggungan bangunan kantor milik PT. BBB dalam valas kepada perusahaan asuransi di dalam negeri lainnya. Pasal 4 huruf c jo. Pasal 8 ayat (1) huruf b PBI Transaksi jasa internasional dapat dilakukan secara cross border supply atau consumption abroad (Pasal 4 huruf c jo. Pasal 8 ayat (1) huruf b PBI). Prinsip telah ditegaskan dalam SEBI. Kegiatan reasuransi dari/ke luar negeri merupakan kegiatan perdagangan jasa internasional. Risiko yang ditanggung perusahaan asuransi dialihkan kepada perusahaan lainnya ke/dari luar negeri sehingga terjadi perpindahan risiko yang lintas batas negara (cross border supply). Adapun untuk reasuransi kepada perusahaan asuransi lainnya di dalam negeri tidak masuk dalam kategori perdagangan internasional, karena risiko yang dialihkan masih terjadi di wilayah NKRI. 3. Kegiatan reasuransi dalam valas dari perusahaan di luar negeri kepada perusahaan asuaransi di dalam negeri. Perusahaan asuransi CCC Ltd di Vietnam mereasuransikan pertanggungan bangunan pabrik 5

6 milik PT. XYZ di Batam dalam valas kepada Asuransi Sinar Mas. 14. Pencantuman Harga Menggunakan Valas atau Dual Quotation (Rupiah dan Valas) Pencantuman harga menggunakan valas (single quotation valas atau dual quotation Rupiah dan valas) - Pencantuman harga valas dalam kontrak dalam USD : misal 1 (unit) truck = USD. - Pencantuman harga valas dalam invoice (dual quotation) misal: 1 unit mesin = IDR / USD Pencantuman Harga di Media Online Pencantuman harga atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan di wilayah NKRI melalui media online menggunakan valas dan/atau dual quotation. - Pencantuman tarif kamar hotel di Indonesia di website hotel. - Pencantuman harga sewa apartemen di Indonesia pada media iklan internet. - Pencantuman jasa konsultasi di website konsultan. - Pencantuman harga jual mobil di Indonesia di situs penjualan mobil. 16. Formulasi Harga Menggunakan Acuan Harga Internasional yang Menggunakan Valas Pelaku usaha mengatur harga suatu transaksi berdasarkan formulasi dengan memperhitungkan acuan harga internasional/valas, namun harga akhir dan pembayaran dilakukan dengan menggunakan Rupiah. Apakah hal tersebut melanggar ketentuan pencantuman harga hanya dalam Rupiah? Apakah dianggap dual quotation? Pasal 11 PBI Rupiah ditegaskan dalam SEBI. Pasal 11 PBI Rupiah ditegaskan dalam SEBI. Pasal 11 PBI Rupiah ditegaskan dalam SEBI. Pencantuman harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah, sehingga tagihan harus dalam Rupiah. Pencantuman harga dalam valas atau dua kuotasi (dual quotation) walaupun pembayarannya dalam Rupiah tidak diperbolehkan. Pencantuman harga barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah juga berlaku atas penawaran barang dan/atau jasa di Indonesia pada media online. Rupiah yang dimaksud dalam PBI dan SEBI adalah harga yang digunakan dalam transaksi. Penggunaan harga acuan dalam valas (misal MOPS) dalam bentuk formulasi harga bukan merupakan bentuk pelanggaran pencantuman harga, sepanjang harga transaksi hanya dalam Rupiah. 6

7 - Perusahaan penjual BBM menyuplai BBM untuk keperluan industri dengan mengacu pada formulasi harga,sbb: Price = MOPS (dalam mata uang SGD) * Margin * Quantity * Kurs Acuan (SGD/IDR). 17. Perjanjian Tertulis mengenai Transaksi Menggunakan Valas yang Telah Ditandatangani Sebelum 1 Juli 2015 Perjanjian tertulis mengenai transaksi menggunakan valas yang telah ditandatangani sebelum 1 Juli 2015, bagaimana pembayarannya setelah 1 Juli 2015? - Perjanjian jual beli 100 unit mesin pada tanggal 1 Juni 2015 antara PT A (Penjual) dan PT B (Pembeli) dengan harga mesin USD 1000/mesin. PT A mengiriman secara bertahap sebanyak 10 unit selama 10 bulan. PT B akan melakukan pembayaran sesuai dengan jumlah yang telah dikirimkan. - Perjanjian sewa-menyewa gedung kantor pada tanggal 1 Juni 2015 berdurasi 1 tahun. 18. Dokumen Pemesanan dan Tagihan Pembayaran Dokumen pemesanan dan perintah/tagihan pembayaran yang mencantumkan harga dalam valas 1. Purchase order pemesanan dalam valas. Variasi kasus: PO dibuat sebelum 1 Juli 2015, namun pengiriman dan/atau pembayaran setelah 1 Juli PO dibuat setelah 1 Juli 2015 tanda didasari perjanjian sebelum 1 Juli PO dibuat setelah 1 Juli 2015 yang isinya mengacu sepenuhnya dengan isi perjanjian yang ditandatangani sebelum 1 Juli PO dibuat setelah 1 Juli 2015 yang isinya mengacu sepenuhnya dengan isi perjanjian Pasal 11 PBI Pasal 21 PBI Perjanjian menggunakan valas yang telah disusun sebelum 1 Juli 2015 tetap berlaku hingga berakhirnya perjanjian tertulis tersebut. Perubahan dan perpanjangan perjanjian tersebut disesuaikan dengan PBI. Penegasan materi pencantuman harga dan perjanjian tercantum dalam SEBI Ekstern. Pasal 11 PBI Pasal 21 PBI Perjanjian menggunakan valas yang telah disusun sebelum 1 Juli 2015 tetap berlaku hingga berakhirnya perjanjian tertulis tersebut. Perubahan dan perpanjangan perjanjian tersebut disesuaikan dengan PBI. Penegasan materi pencantuman harga dan perjanjian tercantum dalam SEBI Ekstern. Perjanjian tertulis yang telah memuat detil transaksi menggunakan valas sebelum tanggal 1 Juli 2015 diperbolehkan tetap berlaku hingga berakhirnya perjanjian tertulis tersebut. Pembayaran yang dilakukan setelah 1 Juli 2015 atas perjanjian sebelum tanggal 1 Juli 2015, masih diperbolehkan menggunakan valas. Transaksi wajib disesuaikan dalam mata uang Rupiah dalam hal terdapat perpanjangan dan/atau perubahan perjanjian (mengenai subjek, objek, kuantitas objek, dan/atau harga objek). Dokumen pemesanan dan perintah/tagihan pembayaran merupakan salah satu bentuk perjanjian tertulis (yang bersifat sederhana). Perjanjian turunan yang dibuat setelah tanggal 1 Juli 2015 dari suatu perjanjian umum yang ditandatangani sebelum tanggal 1 Juli 2015 tidak dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah. Apabila PO dan Invoice yang berdiri sendiri atau mengatur hal baru (terkait harga, kuantitas, dsb) dibandingkan perjanjian yang mendasarinya (yang dibuat sebelum 1 Juli 2015) maka wajib dalam Rupiah apabila ditandatangani setelah 1 Juli Apabila PO dan Invoice sama persis dengan perjanjian yang mendasarinya (yang dibuat sebelum 1 Juli 2015), maka hal dimaksud bukan merupakan perjanjian baru. 7

8 yang ditandatangani sebelum 1 Juli 2015, namun memuat substansi baru terkait objek dan harga. 2. Invoice tagihan dalam valas. Varian kasus: Invoice dibuat sebelum 1 Juli 2015 dan dibayarkan setelah 1 Juli Invoice dibuat dan dibayarkan setelah 1 Juli Transaksi Investor/Penanam Modal dalam Valas. 1. Penyerahan deviden dalam valas. PT A berstatus PMA membayarkan deviden menggunakan valas kepada pemegang saham 2. Penyertaan/Pemberian modal dalam valas. Tuan A selaku investor/penanam modal memberikan suntikan modal dalam valas kepada di PT B yang berstatus PMA. 3. Perolehan hasil penjualan saham PT PMA dalam valas. Saham milik Tuan A dijual sebagian kepada Tuan B menggunakan valas. Transaksi menggunakan valas yang dilakukan berdasarkan undang-undang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah (Pasal 5 huruf c PBI) Pembagian deviden, penyertaan, dan pemerolehan hasil penjualan perusahaan penanaman modal boleh menggunakan valas. UU Penanaman Modal membolehkan kegiatan transaksi dalam valas antara Penanam Modal dengan perusahaan penanaman modal. Adapun ketentuan dalam Pasal 8 ayat (3) UU Penanaman Modal sebagai berikut: Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing, antara lain terhadap: a. modal; b. keuntungan, bunga bank, deviden, dan pendapatan lain; c. dana yang diperlukan untuk: 1. pembelian bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, atau barang jadi; atau 2. penggantian barang modal dalam rangka melindungi kelangsungan hidup penanaman modal; d. tambahan dana yang diperlukan bagi pembiayaan penanaman modal; e. dana untuk pembayaran kembali pinjaman; f. royalti atau biaya yang harus dibayar; g. pendapatan dari perseorangan warga negara asing yang bekerja dalam perusahaan penanaman modal; h. hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal; i. kompensasi atas kerugian; j. kompensasi atas pengambilalihan; k. pembayaran yang dilakukan dalam rangka bantuan teknis, biaya yang harus dibayar untuk jasa teknik dan manajemen, pembayaran yang dilakukan di bawah kontrak proyek, dan pembayaran hak atas 8

9 kekayaan intelektual; dan l. hasil penjualan aset. Ketentuan Pasal 8 UU Penanaman Modal tidak berlaku untuk transaksi yang dilakukan oleh PT PMA kepada perusahaan lainnya (selain penanam modal). 20. Pengenaan Sanksi PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah 1. Pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah tunai Toko A menjual laptop menggunakan valas dan dibayar secara tunai oleh pembeli. Restoran B mengenakan harga kepada pelanggannya dan dibayar secara tunai. Bagaimana sanksinya? 2. Pelanggaran kewajiban penggunana Rupiah nontunai Toko X menjual alat berat kepada PT Y dalam valas dan dibayar melalui transfer. Hotel ABC mengenakan tarif dalam valas kepada PT DEF yang menyewa kamar dan ruangan untuk kegiatan seminar, dan dibayar secara nontunai. Bagaimana sanksinya? 3. Pelanggaran pencantuman harga Travel Agen XYZ mencantumkan harga paket wisata menggunakan valas dalam iklan. PT AA mencantumkan harga valas dalam invoice yang disampaikan kepada pelanggannya. Pasal 11 PBI Pasal 17 PBI Pelanggaran kewajiban penggunaan Rupiah secara tunai dikenakan sanksi sesuai Pasal 33 UU Mata Uang Pasal 18 PBI Pelanggaran atas kewajiban penggunaan Rupiah secara nontunai dikenakan sanksi administratif berupa: teguran tertulis, kewajiban membayar (1%dari nilai transaksi atau maks.1%), dan/atau larangan ikut dalam lalu lintas pembayaran. Pasal 19 Pelanggaran kewajiban pencantuman harga dikenakan sanksi teguran tertulis. Prinsip pengenaan sanksi ditegaskan dalam SEBI Ekstern. Bagaimana sanksinya? 21. Pembukuan dalam Valas Pasal 1 angka 4 penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Pelanggaran terhadap kewajiban penggunaan Rupiah secara tunai dikenakan sanksi pidana UU Mata Uang, terhadap setiap pihak yang bertransaksi. Pelanggaran terhadap kewajiban penggunaan Rupiah secara nontunai: - Dikenakan sanksi sesuai Pasal 18 kepada setiap pihak yang melanggar berdasarkan pengawasan BI. - Sanksi kewajiban membayar dilakukan secara pendebetan pada rekening di BI (apabila memiliki rekening di BI) dan/atau rekening BI yang ditunjuk oleh BI. - Larangan lalu lintas pembayaran dapat diberikan seperti larangan transfer, penggunaan cek dan bilyet giro, dsb. - Pemberian sanksi berdasarkan judgement pengawas BI, dengan mengoptimalkan fungsi pembinaan. Pelanggaran terhadap kewajiban pencantuman harga hanya dalam Rupiah dikenakan sanksi teguran tertulis kepada pelanggar (pelaku usaha yang mencantumkan harga dalam valas). PBI ini mengatur penggunaan Rupiah pada transaksi di wilayah NKRI dan tidak melarang 9

10 Sesuai dengan ketentuan pemerintah, PT. A telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan untuk dapat melakukan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang selain Rupiah. Apakah hal tersebut tidak bertentangan dengan PBI ini? 22. Kurs Acuan Kurs yang digunakan pelaku usaha untuk menghitung harga Rupiah dari barang dan/atau jasa yang semula ditawarkan dalam valuta asing. 23. Kurs Acuan Apabila Transaksi dilakukan Pada Hari Libur Bagaimana untuk transaksi yang dilakukan pada hari libur? 24. Akses Informasi JISDOR Dimanakah informasi tentang kurs JISDOR dapat diperoleh, agar para pihak dapat mengonversi harga dalam valas menjadi Rupiah setiap harinya? 25. Pencantuman Informasi Referensi Kurs Penantuman referensi kurs untuk konsumen luar negeri agar dapat mengetahui besaran nilai valuta asing yang ditawarkan dalam Rupiah. - Tarif kamar hotel ,-/malam* Ket: berdasarkan referensi kurs yang berlaku Pasal 11 PBI Pasal 11 PBI Pasal 11 PBI Pasal 11 PBI Pasal 11 PBI pembukuan menggunakan valas. Pembukuan tidak masuk dalam kategori transaksi atau pencantuman harga barang/jasa yang diatur dalam PBI ini. Perusahaan yang ada di Indonesia diperkenankan melakukan pembukuan dalam valas dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku. Kurs yang digunakan pelaku usaha untuk menghitung harga Rupiah dari barang dan/atau jasa yang semula ditawarkan dalam valuta asing adalah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR). Transaksi yang dilakukan pada hari libur maka menggunakan kurs JISDOR pada hari kerja sebelumnya. Website Bank Indonesia ( Kurs JISDOR diumumkan setiap hari kerja pada pukul WIB. Penyedia barang dan jasa dapat mencantumkan informasi exchange rate yang digunakan yaitu JISDOR. Contoh klausul menggunakan JISDOR: Tarif kamar hotel ,-/malam* Ket: berdasarkan kurs acuan JISDOR pada tanggal penawaran. Harga dapat disesuaikan sewaktu-waktu sesuai kurs yang berlaku. 10

11 pada tanggal penawaran. Harga dapat disesuaikan sewaktu-waktu sesuai kurs yang berlaku. ---o0o--- 11

Pedoman Tanya Jawab Ketentuan Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI

Pedoman Tanya Jawab Ketentuan Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI Pedoman Tanya Jawab Ketentuan Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI DKSP - September 2015 DAFTAR PERTANYAAN TERKAIT KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH Gaji Ekspatriat 1. Apakah ekspatriat yang bekerja di

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11 1 11/DKSP TANGGAL 1 JUNI 2015 PERIHAL KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. UMUM 1. Apa saja pertimbangan

Lebih terperinci

No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA FREQUENTLY ASKED QUESTIONS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 1 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Apa saja pertimbangan diterbikannya

Lebih terperinci

PBI No.17/3/PBI/2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

PBI No.17/3/PBI/2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia PBI No.17/3/PBI/2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Pidato Kenegaraan Presiden RI Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2015 Guna mendorong penguatan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SEBI No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

SEBI No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia SEBI No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia POKOK-POKOK KETENTUAN I. Ketentuan Umum II. Kewajiban Pencantuman Harga Barang dan/atau

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban No.94, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Lindung Nilai. Transaksi Swap. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5881) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

No transaksi di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akan memberikan tambahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dimanahal ini berpotens

No transaksi di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia akan memberikan tambahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dimanahal ini berpotens TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5683 PERBANKAN. BI. Rupiah. Penggunaan. Kewajiban. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 70) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Pihak Domestik. Bank. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5926) PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/8/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No.116, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Domestik. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5701). PERATURAN BANK

Lebih terperinci

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta No.212, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Transaksi Valuta Asing. Bank Umum. Domestik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5581) PERATURAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/6/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN

Lebih terperinci

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru No.117, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Asing. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5702). PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Transaksi SWAP. Lindung Nilai. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5583) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14 TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 49/DPM TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14 14/DPM PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.223, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank. Domestik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5743). PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh :

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : 1 KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Oleh : Dewi Bunga, S.H., M.H. Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract The currency is legal tender

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 37 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 37 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 37 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan Bank Indonesia adalah

Lebih terperinci

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/2/DPM tanggal 28 Januari 2014 perihal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/7/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan ketiga atas Pera

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan ketiga atas Pera No.224, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Rupiah. Bank Asing. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5744). PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/21/PBI/2012

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

2015, No.70 2 Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah

2015, No.70 2 Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran berwenang mengatur kewajiban penggunaan Rupiah LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.70, 2015 PERBANKAN. BI. Rupiah. Penggunaan. Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5683) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera No.394, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5651)

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 14 / PBI / 2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/20/PBI/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/20/PBI/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/20/PBI/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/19/PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/15/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

Lebih terperinci

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 394) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan Dalam Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan terdapat kebijakan akuntansi perusahaan yang diterapkan terhadap seluruh transaksi

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank No. 7/23/DPD Jakarta, 8 Juli 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank Sehubungan dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14 TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 49/DPM TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14 14/DPM PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN

Lebih terperinci

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/14/DPM tanggal 17 September

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 18/35/DPPK PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING 1. Q : Apa latar belakang dikeluarkannya SE No.18/35/DPPK tentang Transaksi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/22/PBI/2014 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DAN PELAPORAN KEGIATAN PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Lebih terperinci

No. 18/11/DEKS Jakarta, 12 Mei Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah

No. 18/11/DEKS Jakarta, 12 Mei Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah No. 18/11/DEKS Jakarta, 12 Mei 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Prinsip Syariah Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/2/PBI/2016 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

No.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/15/DPM perihal Transaksi Valuta

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.173, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Nilai. Lindung. Swap. Transaksi. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5920) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.

No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia. No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia. Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kewajiban Pelaporan. Dikecualikan. Transaksi Keuangan Tunai. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL JAKARTA

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/20/PBI/2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/13/PBI/2003 TENTANG POSISI DEVISA NETO BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

Booklet Tanya Jawab PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/14/PBI/2005 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 7/23/DPD SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN

Booklet Tanya Jawab PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/14/PBI/2005 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 7/23/DPD SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN Booklet Tanya Jawab PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/14/PBI/2005 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 7/23/DPD SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 7/44/DPD TENTANG PEMBATASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/16/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN

Lebih terperinci

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan BAB I KETENTUAN UMUM 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

Lebih terperinci

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N 8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N Perihal : Hubungan Rekening Giro Antara Bank Indonesia Dengan Pihak Ekstern --------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial. BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.129, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Devisa. Bank. Nasabah. Lalu Lintas. Pemantauan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5897) PERATURAN

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/19/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/19/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/19/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing Sehubungan dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 6 /PBI/2010 TENTANG TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT CHINESE YUAN TERHADAP SURAT BERHARGA RUPIAH BANK KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, 1 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/13/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

No.17/50/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.17/50/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA 1 No.17/50/DPM Jakarta, 21 Desember 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/15/DPM tanggal 17 September

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14

TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14 TANYA JAWAB SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO.17/ 7/49 49/DPM TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/14 14/DPM PERIHAL TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 37 /PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/13/PBI/2003 TENTANG POSISI DEVISA NETO BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Lalu Lintas. Devisa. Prinsip Kehati-Hatian. Pelaporan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 397) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB VI JASA-JASA BANK

BAB VI JASA-JASA BANK BAB VI JASA-JASA BANK Semakin lengkap jasa bank yang diberikan kepada nasabah maka akan semakin baik, dalam arti jika nasabah akan melakukan suatu transaksi perbankan, cukup di satu bank saja. 6.1. TUJUAN

Lebih terperinci

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 22 /PBI/2008 TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Single Rate Forward Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Transaksi. USD. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4979)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Transaksi. USD. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4979) No.30,2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Transaksi. USD. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4979) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/4/PBI/2009

Lebih terperinci

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA INDONESIA JADWAL KOMITMEN SPESIFIK JADWAL KOMITMEN HORISONTAL DALAM AFAS Sektor

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter, pemantauan stabilitas sistem keuangan,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemantauan

Lebih terperinci

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK : D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61,2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Repurchase Agreement. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5127) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PBI 17/ AGUSTUS 2016

IMPLEMENTASI PBI 17/ AGUSTUS 2016 IMPLEMENTASI PBI 17/3 2015 24 AGUSTUS 2016 Latar Belakang 1. Sebagai wujud kepatuhan kepada Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku, oleh pelaku usaha hulu migas. 2. Tetap menjaga keberlangsungan

Lebih terperinci