FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PASIEN RAWAT INAP MELARIKAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA ANIN PADANG TAHUN 2014.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PASIEN RAWAT INAP MELARIKAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA ANIN PADANG TAHUN 2014."

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PASIEN RAWAT INAP MELARIKAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA ANIN PADANG TAHUN Zulham Efendi* ABSTRAK Penderita gangguan jiwa meningkat dari tahun ke tahun. Permasalahan yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa adalah kejadian pasien rawat inap melarikan diri. Pada survey awal penelitian didapatkan kejadian pasien rawat inap melarikan diri dari bulan Januari sampai September 2010 sebanyak 71 kejadian dengan rata rata 8 orang per bulan. Faktor yang berhubungan dengan pasien rawat inap melarikan diri adalah kondisi pasien, dukungan keluarga, perilaku perawat, dan fasilitas rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian pasien rawat inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang tahun Jenis penelitian ini yaitu korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelaahan dua variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah kondisi pasien, dukungan keluarga perilaku perawat dan variabel dependen yaitu kejadian melarikan diri. Penelitian ini dilakukan dua bulan dari bulan Januari sampai Maret 2011 di seluruh ruangan rawat inap RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara accidental dengan jumlah 30 responden. Data analisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil penelitian didapat bahwa ada hubungan bermakna antara kondisi pasien dengan kejadian pasien melarikan diri dengan p value = 0,003, ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kejadian pasien melarikan diri dengan p value = 0,016, ada hubungan bermakna antara perilaku perawat dengan kejadian pasien melarikan diri dengan p value = 0,010. Berdasarkan hasil penelitian disarankan Rumah Sakit untuk melakukan sosialisasi SOP atau penyuluhan tentang penanganan pasien gaduh gelisah agar kejadian melarikan diri dapat dicegah. Selain itu Rumah Sakit perlu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan perawat dalam membantu pasien jiwa serta mensosialisasikan terhadap keluarga pasien untuk dapat memberikan dukungan

2 berupa kunjungan ataupun motivasi moral agar pasien mau untuk dirawat di RSJ. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat variabel variabel lain yang berhubungan dengan kejadian pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa anin. Kata kunci : Pasien, melarikan diri, rumah sakit jiwa Alamat Korespondensi Zulham Efendi, M.Kep Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi- Siteba Padang PENDAHULUAN World health organization(who) memperkirakan gangguan jiwa yang cukup berat akan dialami sekurangkurangnya 10% penduduk dunia, sedangkan survey kesehatan mental rumah tangga di Indonesia yang di laksanakan oleh Bahar dkk(1995) menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk mengalami gangguan jiwa (Hawari, 2006). Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Ikatan Dokter Ahli Jiwa Indonesia (IDAJI, 2001) jumlah penyakit gangguan kesehatan jiwa di Indonesia saat ini mencapai 264 orang per 1000 penduduk, yang berarti setiap rumah tangga mempunyai satu orang anggota keluarga dengan gangguan kesahatan jiwa mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Berdasarkan standar WHO, angka ini berarti kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah yang serius (Jurnal Kesehatan, 2001). Data kasus penyakit tidak menular Sumatera Barat tahun 2005 didapatkan bahwa kasus tertinggi adalah gangguan mental dan perilaku menyimpang yaitu sebanyak kasus. Kota padang mendapatkan urutan tertinggi di Sumatera Barat untuk kasus ini sebanyak 9375 kasus, surat pencatatan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP DKK Padang, 2005). Seiring meningkatnya gangguan jiwa, perkembangan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia juga meningkat dari sejak zaman dahulu. Pasien di rawat dengan cara di asingkan jauh-jauh dari keluarga dan masyarakat, sedangkan sekarang perawatan ada

3 yang dilakukan di rumah oleh keluarga. Peran keluarga sangat diperlukan dalam memberikan tindakan dan perawatan. Apabila keluarga tidak sanggup lagi merawatnya, umumnya keluarga membawa ke rumah sakit. Pelayanan di rumah sakit, ada rawat jalan dan rawat inap hal ini berhubungan dengan berapa lama pasien di rawat. Menurut Ismani nilai (2000) mengatakan pelayanan kesehatan pada pasien jiwa harus di lakukan secara optimal sebab sebagai manusia mereka juga punya hak memperoleh tindakan perawatan, pengobatan medis, psikologi dan fungsional. Agar pelayanan kesehatan menjadi optimal pada penderita yang dirawat di rumah sakit, diharapkan kerja sama antara petugas kesehatan (khususnya perawat yang selalu dekat dengan pasien), dukungan keluarga, fasilitas rumah sakit yang memadai dan bagi pemberi pelayanan kesehatan khususnya perawatan sebaiknya memiliki pendidikan yang luas dan mempunyai masa kerja yang panjang. Menurut Azwar (1994) apabila harapan ini tidak tercapai maka akan terjadi kegagalan dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa sehingga pasien merasa kurang nyaman dalam masa rawatan. Segala upaya akan di lakukan pasien untuk keluar dari rawatan karena keadaan gelisah tertentu seperti pulang paksa dan tindakan melarikan diri. Menuntut Ayup (2002) pasien melarikan diri karena kurang perhatian dari keluarga. Menurut Riandini (2006) pasien melarikan diri karena fasilitas yang kurang baik. Menurut Azwar (1994) menyimpulkan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ketidaknyamanan pasien, sehingga pasien keluar dari rawatan sebelum diizinkan pulang, yaitu dari kondisi pasien, dukungan keluarga, perilaku perawat, fasilitas rumah sakit. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 10 November di Rumah Sakit Jiwa Prof HB. Sa anin Padang diketahui bahwa kejadian pasien rawat inap yang melarikan diri dari bulan Januari sampai September 2010 sebanyak 71 kejadian dengan rata-rata 8 orang per bulan (11%). Sedangkan berdasarkan standar pelayanan minimal RSJ insiden melarikan diri 95% per bulan ( Depkes RI, 2007 ). Informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan delapan orang perawat ruangan, yang diambil secara acak di RSJ Prof. HB. Sa anin Padang menyatakan yang menyebabkan pasien melarikan diri, didapatkan jawaban yang bervariasi, antara lain: menjawab kurangnya kunjungan keluarga pasien, fasilitas RSJ yang kurang memadai, pasien lari dalam keadaan gelisah, kurangnya pelayanan yang diberikan perawat, dan sebagian ada juga yang menjelaskan mereka haus akan perhatian dari keluarga mereka sendiri yang umumnya jarang mengunjungi mereka saat dirawat inap di RSJ. dan menurut delapan orang pasien yang pernah melarikan diri diwawancarai, didapatkan jawaban dari mereka antara lain mereka menjawab kurangnya

4 kunjungan keluarga yang membuat mereka merasa tidak diperdulikan lagi oleh keluarganya, kemudian fasilitas RSJ yang kurang memadai sehingga menyebabkan mereka lebih leluasa untuk kabur dari rumah sakit tersebut, lalu pasien mengaku mereka lari dalam keadaan gelisah yang membuat mereka berusaha untuk kabur dari RSJ, dan kebanyakan dari mereka juga menjawab kurangnya pelayanan yang diberikan perawat dan tidak sedikit juga yang mengaku diperlakukan tidak baik oleh perawat tersebut seperti membentak, menghardik ataupun memaki mereka. Kasus pasien melarikan diri menimbulkan banyak permasalahan, diantaranya adanya dampak terhadap pasien yang lari tersebut, apabila tidak pulang ke keluarga si pasien akan menjadi gelandangan, bagi pasien perempuan rawan untuk diperkosa. Hal ini menimbulkan ketidak percayaaan keluarga terhadap pelayanan rumah sakit. Apabila hal ini tidak diatasi, bisa menurunkan mutu pelayanan rumah sakit karena salah satu indikator pelayanan minimal di RSJ adalah tidak adanya pasien yang melarikan diri di RSJ tersebut (DirJend. bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 2009). METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adapalh penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian pasien melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa RSJP Dr.HB.Sa anin Padang. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang melarikan diri tahun Sampel diambil secara accidental yaitu responden yang diambil minimal 30 sampel yang sesuai dengan kriteria peneliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kejadian Pasien Melarikan Diri Tabel 1Distribusi Frekuensi Kejadian Pasien Rawat Inap Melarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang No Kejadian Melarikan Diri Frekuensi ( f ) Persentase ( % ) 1 Tinggi 22 73,3 2 Rendah 8 26,7

5 Jumlah Berdasarkan tabel 1 didapat hasil penelitian bahwa dari 30 orang responden yang pernah melarikan diri yang kejadian melarikan diri tergolong tinggi sebanyak 22 orang (73,3%).Pasien melarikan diri adalah pasien yang meninggalkan ruangan atas kemauan sendiri tanpa sepengetahuan atau seizin petugas rumah sakit seperti Dokter dan Perawat (Standar Keperawatan RSJ Prof. Dr. HB. Sa anin, Padang, 2005). Menurut Maramis (1995) menyatakan pasien melarikan diri adalah suatu reaksi yang dilakukan dalam keadaan frustasi dan penolakan dari tempat lingkungan yang ditempati. Pasien bisa melakukan semalam atau lebih. Menurut analisa peneliti kejadian melarikan diri merupakan keadaan dimana pasien yang merasa tidak nyaman sewaktu berada dalam ruang rawatan sehingga meninggalkan ruangan atas kemauannya sendiri dan tanpa sepengetahuan perawat yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa. Kondisi pasien yang pernah melarikan diri dan kembali dirawat di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang tersebut mengalami banyak tekanan psikis dari dalam dirinya sendiri maupun pemikiran diluar baik itu dari keluarga atau masalah masalah yang didapatnya dimasyarakat. pasien yang sulit beradaptasi dengan lingkungan Rumah Sakit yang tergolong keras didapatnya dari sesama pasien maupun perawat perawat yang bertugas, hal ini menyebabkan keadaan pasien gelisah dan membuatnya tidak betah berada didalam lingkungan Rumah Sakit sehingga mengakibatkan pasien tersebut akan berusaha melarikan diri dari rumah sakit tersebut. Selain itu stresor pasien didapat juga dari besarnya keinginan pasien untuk berkumpul bersama keluarganya seperti orang tua, istri, anak dan anggota anggota keluarga lainnya yang pernah dekat dengan pasien. Dengan tekanan yang begitu besar akan membuat pasien ingin melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa.. 2. Kondisi pasien Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kondisi Pasien Rawat Inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang No Kondisi Pasien Frekuensi ( f ) Persentase (%) 1 Baik 12 40,0 2 Tidak baik 18 60,0 Jumlah

6 Berdasarkan tabel 2 diperoleh data bahwa dari 30 orang responden didapat 18 (60,0%) responden dalam kondisi keadaan tidak baik sewaktu melarikan.kondisi ini bisa terjadi sebagaimana yang dijelaskan oleh peneliti lain Yulita (2006) yang menyatakan sebagian besar klien berobat di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang berada dalam kondisi kedaruratan psikiatri. Begitu juga instalasi rawat inap, sewaktu waktu klien bisa menampilkan perilaku yang tidak diduga dan klien berada dalam kondisi kedaruratan psikiatri diantaranya keadaan gaduh gelisah. Menurut teori Perubahan perilaku dan kepribadian yang mundur dapat timbul oleh berbagai keadaan diantaranya adalah pasien dalam keadaan yang gaduh gelisah (Maramis,1995). Teori tersebut dipertegas oleh Tengker (2001) perawatan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan ketegangan pada diri pasien. Menurut peneliti kondisi pasien melarikan diri tidak baik karena banyak rutinitas Rumah Sakit yang tidak disukai oleh pasien seperti terapi aktivitas kelompok (TAK), pelayanan Rumah Sakit yang tidak baik dan proses lamanya rawatan pasien tersebut sehingga keadaan tersebut yang mengakibatkannya gelisah dan membuat pasien tidak nyaman berada diruang rawatan inap Rumah Sakit Jiwa. 3. Dukungan Keluarga Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pada Pasien Rawat Inap Yang MelarikanDiri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang No Dukungan Keluarga Frekuensi ( f ) Persentase (%) 1 Positif 8 26,7 2 Negatif 22 73,3 Jumlah Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa 30 responden yang pernah melarikan diri. 22 orang respon```den yang mendapat dukungan keluarganya negatif terdapat sebanyak 22 orang (73,3%). Menurut Maramis (1995) keluarga atau anggota yang lain dari kelompoknya akan menolong individu pasien keluar dalam krisis. Untuk mendapatkan cara-cara penyelesaian sesuai dengan fungsi keluarga itu sendiri berupa perhatian dan dorongan

7 motivasi kepada anggota keluarganya tersebut. Menurut Niven (2002) keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu. Pertolongan yang dapat diberikan pada keluarga yang sakit berupa kunjungan keluarga dan pembiayaan perawatan. Menurut peneiliti dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi perkembangan psikologis pasien karena keluarga merupakan orang yang dekat dengan pasien dan keluarga dapat memotivasi pasien untuk kembali hidup secara normal namun hasil dilapangan membuktikan masih minimnya dukungan keluarga terhadap pasien rawat inap di RSJ Prof. HB. Sa anin Padang sehingga mempengaruhi besarnya angka kejadian melarikan diri itu sendiri. Pada waktu krisis yang dialami oleh pasien keluarga merupakan unsur terpenting bagi pasien. Kejenuhan yang didapat pasien mengakibat besarnya keinginan pasien untuk berkumpul bersama keluarga, dan minimnya kunjungan keluarga ke Rumah Sakit jiwa dapat memicu pasien untuk berusaha melarikan diri dari Rumah Sakit jiwa oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan atau anjuran terhadap keluarga keluarga pasien untuk bersedia menjadwalkan kunjungan kepada pasien minimal dua kali dalam sebulan sehingga selain itu menambah motivasi kesembuhan pada pasien hal tersebut juga dapat meminimalisir kejadian melarikan diri di Rumah Sakit Jiwa. 4. Perilaku Perawat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Perawat Dengan Kejadian PasienRawatDi RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang No Perilaku Perawat Frekuensi ( f ) Persentase (%) 1 Baik 14 46,7 2 Tidak Baik 16 53,3 Jumlah Berdasarkan tabel 4 diperoleh data bahwa dari 30 responden yang pernah melarikan diri menyatakan perilaku perawat Tidak Baik ada 16 orang ( 53,3%). Menurut Notoatmodjo Perilaku perawat adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Hal sesuai dengan pernyataaan Illyas (1999) yang menyampaikan perilaku yang berhubungan dengan tugas-tugas pekerjaan harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan dan tugas.

8 Menurut analisa peneliti perilaku perawat merupakan salah satu pengaruh terbesar terhadap perkembangan kesehatan pasien karena perawat adalah faktor penghubung pasien untuk mempercepat kesembuhannya. selain itu perawat juga tergolong orang yang akan sering bercengkrama dengan pasien melalui metode-metode perawat itu sendiri, baik itu berupa pendekatan psikologis atau terapi-terapi lain yang digunakan untuk mempercepat perkembangan kesehatan pasien dengan kata lain sikap perawat yang tidak bersahabat dengan pasien akan menghambat kesembuhan pasien itu sendiri dan menambah stressor pada pasien sehingga menimbulkan keinginan pasien untuk malarikan diri dari ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa. Petugas kesehatan yang berada di Rumah sakit Jiwa yang dijumpai sekarang ini masih banyak yang bertutur kata kasar kepada pasien maupun kepada keluarga pasien. bahkan masih suka berperilaku tidak baik kepada pasien sehingga itu dapat membuat keadaan psikologis pasien semakin memburuk dan itu juga sangat mempengaruhi tingginya kejadian melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa. 5. Hubungan Kondisi Pasien Dengan Kejadian Melarikan Diri Tabel 5. Hubungan Kondisi Pasien Dengan Kejadian Pasien Rawat InapMelarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang Tahun 2011 No Kejadian Kondisi Pasien Rendah Tinggi Total F % F % f % 1 Baik ,0 2 Tidak Baik ,0 Jumlah 8 26, , ,0 P value = Berdasarkan tabel 5 hasil penelitian didapatkan bahwa diantara 12 responden yang kondisi pasien baik sebanyak 7 responden (58,3%) rendah kejadian melarikan diri dan dari 18 responden yang kondisi pasien tidak baik sebanyak 17 responden (94,4%) tinggi kejadian melarikan diri. Setelah dilakukan uji statistik chisquare didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara kondisi pasien dengan kejadian pasien melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang ( p < 0,05 ). Kondisi ini bisa terjadi sebagaimana yang dijelaskan oleh peneliti lain Yulita (2006) yang menyatakan sebagian besar

9 klien berobat di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang berada dalam kondisi kedaruratan psikiatri. Begitu juga instalasi rawat inap, sewaktu waktu klien bisa menampilkan perilaku yang tidak diduga dan klien berada dalam kondisi kedaruratan psikiatri diantaranya keadaan gaduh gelisah, Seseorang yang dihadapkan dengan situasi baru, perlu melakukan adaptasi. Mekanisme yang dilakukan terhadap adaptasi tersebut diantaranya ada yang menghindari situasi baru tersebut. Dimatteo dan Friedman (1982) menyatakan hospitalisasi bisa membuat individu kehilangan hampir semua kontrol terhadap kehidupan mereka. Menurut Stuart (2001) proses rawat inap dapat menimbulkan trauma pada pasien. Apabila pasien sudah dinyatakan sembuh, keluarga harus menjemput untuk dibawa pulang. Jika tidak dilakukan akan melanggar perwujudan terhadap hak keleluasaan pribadi pasien. Menurut Setiati (2001) menyatakan dampak pasien dirawat lama akan menyebabkan terjadinya peningkatan stress dan timbulnya perasaan kesepian pada pasien. Kemudian pernyataan ini dilengkapi oleh peneliti lain Nydia (2001) menyatakan bahwa hari perawatan yang lama akan meningkatkan kecemasan dan terjadi perubahan perilaku pasien termasuk hal melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa. Pernyataan teori diatas sama dengan hasil penelitian yang diperoleh, agar hal tersebut dapat diatasi, diperlukan tindakan terapeutik secara tepat seperti mencoba mengintensifkan pertemuan dengan pasien supaya bisa melihat perkembangan dari perilaku pasien gaduh gelisah kekeadaan yang tenang. Apabila tidak diatasi keadaan gaduh gelisah maka akan mengancam keselamatan jiwa klien maupun sesama pasien di lingkungan Rumah Sakit Jiwa. Serta diperlukan adanya komunikasi perawat pada keluarga yang memberikan informasi sewaktu pasien masuk RSJ, bahwa kalau pasien sudah dinyatakan sembuh keluarga harus segera menjemput untuk segera dibawa pulang. Apabila keluarga tidak menjemput bisa menimbulkan trauma pada pasien dan pasien bisa menganggap bahwa dia sudah dibuang oleh keluarga di Rumah Sakit Jiwa. Menurut peneliti kondisi pasien sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian pasien melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa karena dengan kondisi pasien yang gelisah menumbuhkan keberanian untuk melakukan segala hal salah satunya berupa melarikan diri. Ditambah lagi lingkungan Rumah Sakit yang sangat tidak bersahabat menambah kejenuhan pada diri pasien itu sendirian. 6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Melarikan Diri

10 Tabel 6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Pasien RawatInap Melarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang No Kejadian Dukungan Total Rendah Tinggi Keluarga F % F % f % 1 Positif ,0 2 Negatif ,0 Jumlah 8 26, , ,0 P value = Berdasarkan tabel 6 Hasil penelitian didapatkan data bahwa diantara 8 responden yang dukungan keluarganya positif sebanyak 5 responden (62,5%) rendah kejadian melarikan diri dan dari 22 responden yang dukungan keluarganya negatif sebanyak 19 responden (86,4%) tinggi kejadian melarikan diri. Setelah dilakukan uji statistik chisquare didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kejadian pasien melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang ( p < 0,05 ). Pasien yang tidak dikunjungi keluarga dalam masa rawatan akan mempengaruhi emosional dan tingkah laku pasien. Kecemasan dan ketidaknyamanan akan timbul pada pasien. Dipertegas oleh teori Gottlieb (1993) menyatakan dukungan sosial berupa saran, bantuan, kunjungan yang diberikan oleh orang orang yang akrab dengan subjek dalam lingkungan sosial sangat mempunyai keuntungan emosional yang tinggi. Pernyatakan teori diatas sama dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu terhadap besarnya persentase dukungan keluarga negatif membuat angka kejadian melarikan diri meningkat hal ini disebabkan karena besarnya pengaruh dukungan keluarga terhadap proses melarikan diri pada pasien rawat inap. Pasien melarikan diri umumnya dikarenakan besarnya keinginan mereka untuk bertemu dengan anggota keluarga atau kurangnya motivasi yang pasien dapat dari keluarga sehingga pasien merasa tidak lagi dibutuhkan oleh keluarganya tersebut dan itu membuat stressor tersendiri kepada pasien rawat inap membuat mereka gaduh gelisah dan mencoba untuk melarikan diri dari Rumah Sakit. Dukungan keluarga juga akan memotivasi pasien untuk mau dirawat dan tidak lagi berusaha untuk melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa karena dia akan merasa diangggap dan dibutuhkan didalam keluarga tersebut dengan anggapan tersebut juga akan membantu kelancaran proses kesembuhan pasien.

11 7. Hubungan Perilaku Perawat Dengan Kejadian Melarikan Diri Tabel 7. Hubungan Perilaku Perawat Dengan Kejadian Pasien Rawat InapMelarikan Diri Di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang No Kejadian Perilaku Perawat Rendah Tinggi Total f % f % f % 1 Baik 7 50,0 7 50, ,0 2 Tidak Baik ,0 Jumlah 8 26, , ,0 P value = Berdasarkan tabel 7 Hasil penelitian didapatkan data bahwa diantara 14 responden yang mendapatkan perilaku perawat baik sebanyak 7 responden (50,0%) sama besar angka kejadian melarikan dirinya dan dari 16 responden yang perilaku perawat tidak baik sebanyak 15 responden (93,7%) tinggi kejadian melarikan diri. Setelah dilakukan uji statistik chisquare didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara perilaku perawat dengan kejadian pasien melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang ( p < 0,05 ).Menuruti Green (2001) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor predisposisi yang akan berpengaruh pada perilaku seseorang. Sebagian mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin kuat keinginan untuk

12 memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya. Penelitian yang telah dilakukan oleh syafrizal (2006) menyatakan bahwa perawat yang berpendidikan rendah apabila tidak ditambah dengan pengetahuan dan pengalaman yang banyak, maka akan mengalami kesulitan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, sehingga pasien yang menerima pelayanan perawatan juga merasa kurang nyaman. Pernyataan teori diatas sama dengan hasil penelitian yang diperoleh. Dalam melakukan perawatan pasien Rumah Sakit Jiwa Perawat mengikuti pelatihan tentang penanganan kegawat daruratan pasien jiwa dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi khusus jiwa sehingga akan mengurangi resiko pasien rawat inap melarikan diri dari Rumah Sakit Jiwa. Perilaku perawat yang tidak baik seperti menghardik, melepas tanggung jawab, memaksakan keinginan dan mengabaikan kerja sama dengan pasien saat melakukan komunikasi ataupun saat aktivitas perawatan lainnya akan membuat pasien tidak betah berada dilingkungan Rumah Sakit sehingga akan membuat angka kejadian melarikan diri juga meningkat karena dengan keadaan yang tidak nyaman besar kemungkinan pasien mempunyai keinginan untuk melarikan diri dari rawatan inap Rumah Sakit Jiwa. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Lebih banyak responden (73,3%) yang kejadian melarikan dirinya tergolong tinggi. b. Lebih dari separoh responden (60,0%) dalam kondisi tidak baik sewaktu melarikan diri. c. Lebih banyak responden (73,3%) melarikan diri mendapatkan dukungan keluarga yang negatif. d. Lebih dari separoh responden (53,3%) melarikan diri mendapatkan perilaku perawat yang tidak baik. e. Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi pasien dengan kejadian pasien rawat inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang. f. Terdapat hubungan yang bermakna anatara dukungan keluarga dengan kejadian pasien rawat inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang. g. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku perawat dengan kejadian pasien rawat inap melarikan diri di RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang 2. Saran a. Bagi pihak RSJ. Prof. HB. Sa anin Padang menambah SDM perawat, agar jumlah perawat

13 yang dinas sesuai dengan jumlah pasien. b. Bagi kepala bidang keperawatan dan kepala ruangan, supaya disetiap ruangan disosialisasikan SOP tentang penanganan pasien gaduh gelisah agar perawat yang bertugas mengerti cara penanganan pasien gaduh gelisah, sehingga pasien melarikan diri dapat dicegah. c. Bagi pelaksanaan perawatan, agar terus mengikuti pelatihan yang terkait dengan penanganan kegawat daruratan untuk penyegaran dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi khusus jiwa sehingga meningkatkan pelaksanaan perawatan yang professional. d. Bagi pelaksana perawatan agar terus melakukan komunikasi kepada keluarga pasien agar keluarga mengunjungi pasien minimal dua kali dalam sebulan dan kunjungan tersebut diperlukan oleh pasien untuk mempercepat kesembuhannya. Azwar, Asrul, (2000), Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : IDI Harold. L. Kaplan. MD. (2002), Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika Hawari, Dadang. (2001), Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : Gaya Baru Illyas,Y. (1999), Kinerja Teori Penilaian Dan Penelitian. Jakarta : FKMUI Ingram, I, M, (1995). Catatan Kulias Psikiatri. Jakarta : EGC Kaplan, MD&Harold, L. (2002). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Erlangga Maramis,WF. (2003). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Erlangga DAFTAR PUSTAKA Niven,Neil. (2002).Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2002), Metide Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

14 Dadang. Hawari. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : Gaya Baru Suharsini.Arikunto. (2002), Prosedur.Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta Purwadianto.A, (2006), Gambaran Perilaku : Pedoman Penatalaksanaan Kritis Edisi3.Jakarta : Bina Rupa Aksara RSJ.Prof. HB. Sa;anin Padang.(2005). Standar Keperawatan RSj.Prof.Hb.Sa anin Padang. Padang Setiati. Dkk, (2000). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Stuart.G.W. (1987), Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Walfer, Laurence, (1999), Administrasi Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC

Penelitian Keperawatan Jiwa

Penelitian Keperawatan Jiwa SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN TERHADAP KLIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RSJ PROF. HB SAANIN PADANG TAHUN 2010 Penelitian Keperawatan Jiwa YULIANA

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun

Lebih terperinci

Etlidawati 1, Salmiwati 2.

Etlidawati 1, Salmiwati 2. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN PRILAKU KEKERASAN DENGAN KEKAMBUHAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS. JIWA PROF. DR. HB. SA ANIN PADANG. Etlidawati 1, Salmiwati 2 1,2 Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU TAHUN 2014 ALINI Dosen STIKes Tuanku

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016 FAKTOR RISIKO KEJADIAN GANGGUAN ANXIETAS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMPANA KOTA KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2016 Muh. Jusman Rau 1, Abd. Rahman 2, Gilang Ramadhan Randalembah 1 1. Bagian Epidemiologi,Program

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE RITA YUSNITA Mahasiswi D-III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA T.SUDIAN Mahasiswa Prodi S Kesehatan Masyarakat STIKES U Budiyah Inti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT Devi Shintana O S* Cholina Trisa Siregar** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Staf Pengajar Departemen

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (581-592) TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR Rini Suharni, Indarwati

Lebih terperinci

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 9, No 2, April 2015: 59-63 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG ALAMANDA RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Cemas merupakan merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap hari. Kejadian yang satu dengan yang lain dapat saling mempengaruhi. Demikian juga keluarga yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV 05.07.02 KEDIRI Mulazimah Akademi Kebidanan PGRI Kediri mulazimah@gmail.com ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN Muhammad Itsna Zaim Abstrak Pemerintah meningkatkan fungsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan terdapat beberapa staf diantaranya dokter, perawat,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA BANJARMASIN Ika Mardiatul Ulfa 1, Hariadi Widodo 2, Siti Zulaiha 2 1 AKBID Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah lingkungan tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *) ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO Arief Fardiansyah 1 *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DI RUANGAN PERAWATAN JIWA RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROPINSI SULAWESI TENGAH Sugeng Adiono Politeknik Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut UU No.36 tahun 2009 adalah "Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 8, No 2, April 2014 : 76-81 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 Masnona Noviria 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Marniati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh E-mail: marniati_skm@yahoo.co.id Abstrak Kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Gangguan jiwa adalah respon maladaptive dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma local

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin

Lebih terperinci

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen

Lebih terperinci

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017 Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 251-089 e-issn : 258-1398 Vol. 2, No 2 Februari 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA WELAS ASIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 menyatakan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari seseorang dengan kualitas hidup

Lebih terperinci

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G

HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G HUBU GA DUKU GA KELUARGA DE GA KEPATUHA KO TROL BEROBAT PADA KLIE SKIZOFRE IA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMI O GO DOHUTOMO SEMARA G Regina Indirawati * ), Anjas Surtiningrum ** ), Ulfa Nurulita ***

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Rumah sakit tidak membedakan pelayanan terhadap orang sakit dengan

Lebih terperinci

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius kesehatan mental di Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan kesehatan nasional. Meskipun masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani

Lebih terperinci

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap

Lebih terperinci

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI (OLAHRAGA) TERHADAP ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS REJOSO KEDIRI RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI JUDUL

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana S -1 Keperawatan Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara invasif yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Setiap aktivitas yang dilakukan tentu memerlukan komunikasi. Tidak terkecuali seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa adalah salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju, modern dan industri. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI PEMUKIMAN NELAYAN KENAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal HUBUNGAN PENYAJIAN MAKANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ANUNTALOKO PARIGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 1) Megawati 1) Bagian Gizi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 217 Hasrul, Rini Muin Kutipan: Hasrul,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tren terkini dalam penyakit jiwa memiliki hubungan kausatif yang signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang ditimbulkannya dengan pengangguran

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.

Lebih terperinci