Dari Inovasi hingga Praktik Teladan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dari Inovasi hingga Praktik Teladan"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Tanggapan & Kesiapsiagaan Terhadap Bencana: Dari Inovasi hingga Praktik Teladan 1

2 Tanggapan & Kesiapsiagaan Terhadap Bencana: Dari Inovasi sampai Praktik Teladan Foto Sampul: Para pembangun perempuan menunjukkan sebuah maket perumahan mereka dari lokasi desa baru mereka di Batur, Yogyakarta. Para penduduk desa ini telah direlokasi jauh dari zona merah Gunung Merapi. Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF Laporan ini disusun oleh Sekretariat JRF (Java Reconstruction Fund) dengan kontribusi dari Bank Dunia sebaga Badan Mitra serta tim proyek. Sekretariat JRF dipimpin oleh JRF Manager, Shamima Khan, dengan anggota tim: David Lawrence, Anita Kendrick, Inayat Bhagawati, Lina Lo, Puni Ayu Indrayanto, Shaun Parker, dan Heri Wahyudi Tim ini didukung oleh Amenah Smith, Inge Susilo, dan Olga Lambey. Penulis Kontributor: Rosaleen Cunningham Fotografer: Fauzan Ijazah Penyunting Bahasa: Ivan Lanin Penerjemah: Hindra Cahyadi Rancangan & Tata Letak: Studio Rancang Imaji Percetakan: PT Mardi Mulyo

3 daftar isi Daftar Isi Mengenai JRF Sambutan Ketua Bersama JRF Perjalanan JRF Ringkasan Eksekutif Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Portofolio JRF: Mencapai Hasil yang Signifikan Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat Pemulihan Mata Pencaharian Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Penutupan JRF Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Jawa: Wilayah Rawan Bencana Struktur dan Tata Kelola JRF Peningkatan Kemitraan dan Transparansi melalui Komunikasi Model yang Strategis dan Efektif untuk Rekonstruksi Pascabencana Peristiwa Penting dalam Operasi JRF Kisah JRF 1: Perempuan Bertekad: Kekuatan Semangat Kisah JRF 2: Relokasi Bantul: Menuju Tempat yang Lebih Aman Bab 2 - Portofolio JRF: Beradaptasi dengan Perubahan Kebutuhan, Mencapai Hasil Menyesuaikan Tanggapan JRF dengan Kebutuhan Rekonstruksi Hasil Portofolio: Mencapai Hasil yang Permanen Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat Pemulihan Mata Pencaharian Kisah JRF 3: Penguatan Mata Pencaharian: Bukan Sekadar Uang Kisah JRF 4: Lebih dari Pemulihan: JRF Menciptakan Peluang Baru bagi Masyarakat yang Telah Pulih Bab 3 - Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Alokasi dan Pencairan kepada Proyek Biaya Proyek Pembiayaan JRF Kesimpulan Kisah JRF 5: Masyarakat Merapi: Kehidupan Baru di luar Zona Merah Bab 4 - Penutupan JRF: Pembelajaran yang Didapatkan untuk Hasil Berkesinambungan Kisah JRF 6: Pangandaran Enam Tahun Kemudian: Mempersiapkan Diri Menghadapi yang Terburuk untuk Mencegah yang Terburuk Lampiran Lembar Fakta Lembar Fakta 1: Proyek Perumahan Sementara Lembar Fakta 2: Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) Lembar Fakta 3: Pemulihan Mata Pencaharian di DIY dan Jawa Tengah (Pemulihan Mata Pencaharian JRF GIZ) Lembar Fakta 4: Akses terhadap Pembiayaan dan Pembangunan Kapasitas untuk Usaha Mikro dan Kecil yang Terdampak Gempa (Pemulihan Mata Pencaharian JRF IOM) Daftar Akronim dan Singkatan

4 4 5 Mengenai JRF Mengenai JRF Dibentuk pada tahun 2006, Java Reconstruction Fund (JRF) merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan para donor dengan mandat untuk mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menyusul terjadinya gempa dan tsunami. Uni Eropa, pemerintah Belanda, Inggris, Kanada, Denmark, dan Finlandia, serta Asian Development Bank (ADB) memberikan komitmen lebih dari US$90 juta untuk membantu pembangunan kembali daerah terkena gempa dan tsunami di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Komitmen para donor ini diresmikan melalui penandatanganan perjanjian kontribusi bersama Bank Dunia, yang bertindak sebagai Wali Amanat JRF. JRF membina hubungan kerja erat dengan Pemerintah Indonesia di semua tingkatan. Tim Teknis Nasional (TTN) dan Tim Koordinasi Nasional (National Coordinating Team, NCT) Pemerintah membantu memastikan konsolidasi upaya dalam rekonstruksi Jawa dengan berkoordinasi erat dengan JRF. Setelah mandat NCT dan TTN berakhir pada kuartal ketiga 2008, JRF bekerja bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam koordinasi rekonstruksi secara keseluruhan. Pemerintah daerah menyediakan pengawasan pelaksanaan proyek dan panduan umum. Lokasi Kegiatan JRF Peta Indonesia Jawa Barat Jawa Tengah DIY Lokasi Kegiatan JRF Keberadaan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) menyediakan model positif dan struktur administratif yang memungkinkan pembentukan cepat JRF. Hal ini mencakup kemampuan untuk dengan cepat mengembangkan, membiayai, dan melaksanakan proyek; mengoordinasikan sumber daya internasional untuk tujuan bersama; menghindari duplikasi kerja; menciptakan sinergi; dan mengurangi biaya transaksi untuk donor maupun penerima manfaat. Pemerintah Indonesia menghargai kelenturan dari pendekatan ini. Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan dana ini untuk menambah sumber dayanya dan membiayai rekonstruksi dan pembangunan dengan melaksanakan proyek melalui badan pemerintah dan mitra lain.

5 6 7 Sambutan Ketua Bersama JRF Sambutan Ketua Bersama JRF Dengan gembira kami mempersembahkan laporan terakhir Java Reconstruction Fund (JRF) yang menandai penutupan program rekonstruksi pascabencana yang sangat sukses. Dalam enam tahun terakhir, JRF telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pemulihan dan rekonstruksi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. JRF berhasil memberikan dampak yang besar, khususnya dalam membantu masyarakat membangun kembali rumah dan mata pencaharian mereka menyusul terjadinya beragam bencana, yaitu gempa bumi Mei 2006, tsunami Juli 2006 di Jawa Barat, dan letusan Gunung Merapi di tahun Keberhasilan ini tercapai melalui kepemimpinan Pemerintah Indonesia yang kuat, kemitraan yang luas, dan pengelolaan yang baik atas sumber daya JRF. Koordinasi pemerintah pusat dan tingkat provinsi atas JRF memastikan keselarasan program ini dengan agenda rekonstruksi Pemerintah Indonesia secara keseluruhan. Sumber daya berlimpah yang berasal dari kontribusi para donor dan pengelolaan yang baik atas sumber daya juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan program ini. Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya adalah komunikasi strategis yang memungkinkan JRF untuk terus mempertahankan transparansi dan pertanggungjawaban pada seluruh portofolionya. Dalam kilas balik JRF ini kami juga sangat menghargai pendekatan inovatif yang sekarang menjadi model yang diterima untuk kesiapsiagaan dan rekonstruksi bencana. Dengan memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan dari program rekonstruksi tsunami di Aceh dan Nias, pemerintah dan JRF telah mengadaptasi program dan pendekatan yang pertama kali digunakan di Aceh untuk menanggapi kebutuhan daerah yang unik dan terus berubah di Jawa. Adopsi pendekatan perumahan berbasis masyarakat telah menghasilkan salah satu program rekonstruksi perumahan terbesar yang dilaksanakan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Gabungan peningkatan keterampilan dan akses terhadap pembiayaan telah menghasilkan inovasi dalam pemulihan mata pencaharian. Kegiatan kesiapsiagaan terhadap bencana yang terintegrasi ke dalam semua proyek JRF telah membangun keterampilan dan infrastruktur untuk memberikan posisi yang lebih kuat kepada masyarakat dalam menghadapi bencana pada masa depan. Sebagai penutup, kami menyatakan kekaguman kami terhadap kekuatan dan daya tahan yang ditunjukkan oleh masyarakat Jawa sepanjang proses rekonstruksi. Kami juga berterima kasih kepada seluruh mitra JRF, termasuk donor, pemerintah pusat, pemerintah tingkat provinsi dan daerah, IOM dan GIZ, serta Sekretariat JRF atas upaya mereka dalam memastikan keberhasilan program rekonstruksi. Terlebih penting lagi, kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat atas rasa kepemilikan yang tinggi terhadap program JRF. Kami bangga karena telah bermitra dengan mereka dalam perjalanan pembangunan kembali yang luar biasa ini. Armida S. Alisjahbana Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Stefan Koeberle Kepala Perwakilan Bank Dunia Julian Wilson Kepala Delegasi Uni Eropa Kami gembira karena pengalaman JRF akan terus memberi kontribusi terhadap upaya rekonstruksi, jauh melampaui wilayah operasinya dan lama setelah program berakhir pada bulan Desember Pembelajaran yang didapatkan dari inovasi JRF memberi kontribusi terhadap upaya pemulihan dan rekonstruksi di seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Dengan luas dan dalamnya pengalaman yang didapatkan melalui upaya pemulihan di Jawa dan rekonstruksi lain di seluruh Indonesia pada dekade terakhir, Indonesia mulai mengemuka sebagai salah satu pemimpin dunia dalam upaya tanggap bencana dan rekonstruksi. Kemitraan dan keterlibatan masyarakat telah menjadi salah satu kunci keberhasilan JRF. Anak-anak ini melintasi jalan konblok yang dibangun oleh masyarakat melalui proyek Rekompak. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

6 Perjalanan JRF: Mei: Gempa bumi Jawa Juli: Tsunami Jawa Barat Oktober: Program JRF dibentuk Desember: Proyek Perumahan Sementara IOM & CHF serta permukiman tetap Rekompak dimulai Juni: Proyek Perumahan Sementara IOM selesai Agustus: Proyek Perumahan Sementara CHF selesai Oktober: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM dan GIZ didukung oleh Komite Pengarah JRF Maret: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM dimulai Juni: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Juni 2009 ke Desember 2010 Maret-April: Kajian Paruh Waktu dan penelaahan hasil serta status sementara JRF diselesaikan Mei: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ dimulai Januari: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2010 ke Desember 2011 Oktober-November: Gunung Merapi meletus Juni: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2011 ke Desember 2012 Juni: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM selesai September: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ selesai Mei: Pertemuan akhir Komite Pengarah JRF Juni: Tanggal penutupan Rekompak Desember: Tanggal penutupan program JRF

7 10 11 Ringkasan Eksekutif - Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Ringkasan Eksekutif Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Dukungan Java Reconstruction Fund terhadap pemulihan pascabencana di Jawa berada pada tahun terakhirnya, setelah berhasil memberikan tanggapan terhadap berbagai bencana sesuai dengan kondisi dan perubahan yang ada. JRF didirikan pada tahun 2006 berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia untuk mendukung upaya pemulihan Pemerintah dalam menanggapi bencana yang menimpa Jawa pada bulan Mei dan Juli tahun itu. Sekitar US$94 juta dalam bentuk hibah disediakan oleh tujuh donor. JRF dijadwalkan akan ditutup pada bulan Desember 2011, tapi diperpanjang berdasarkan permintaan Pemerintah untuk menanggapi letusan Gunung Merapi pada akhir 2010 yang memengaruhi banyak wilayah yang sama yang telah tercakup dalam JRF. Dukungan JRF terhadap rekonstruksi setelah terjadinya bencana 2006 selesai pada tahun 2011, dan pelaksanaan kegiatan rekonstruksi pasca- Merapi yang didanai oleh JRF akan selesai pada bulan Juni Program JRF secara keseluruhan akan berakhir pada tanggal 31 Desember Pemerintah Indonesia dikenal luas dengan pengelolaan rekonstruksi pascabencana di Jawa yang efisien dan efektif. Pemerintah Indonesia terutama dikenal karena keberhasilannya menyelesaikan program ekstensif rekonstruksi perumahan dengan sangat cepat. Lebih dari rumah berhasil dibangun dalam waktu kurang dari dua tahun suatu prestasi yang luar biasa dengan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat yang diadaptasi dari program perumahan inovatif yang diperkenalkan di bawah Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF). Pendekatan strategis JRF terhadap rekonstruksi pascabencana memberi kontribusi kepada keberhasilan ini dan telah membuahkan hasil positif di bidang rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat serta pemulihan mata pencaharian, yang menekankan pengurangan risiko bencana serta pengelolaan dan pembangunan kapasitas daerah untuk dapat menanggapi terjadinya bencana masa depan dengan lebih baik. Hasil akhirnya adalah masyarakat yang lebih kuat dan lebih tangguh, yang lebih siap menghadapi kejadian masa depan. Dukungan teknis yang diberikan melalui proyek pemulihan mata pencaharian yang dilaksanakan oleh IOM telah mendorong perkembangan pertanian organik dan menyediakan akses yang lebih baik kepada pasar. Koleksi IOM Laporan ini adalah laporan tahunan terakhir mengenai program rekonstruksi pascabencana JRF di Jawa yang sangat berhasil. Laporan ini menyajikan kilas balik riwayat dan prestasi program JRF. Judul laporan ini, Tanggapan dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana: Dari Inovasi hingga Praktik Teladan, menyoroti kenyataan bahwa JRF sebagai instrumen untuk koordinasi donor atas bantuan bencana dibangun di atas model perintisan Multi Donor Fund untuk

8 12 13 Ringkasan Eksekutif - Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Beragam inovasi dalam hal perbaikan perumahan, infrastruktur masyarakat, dan mata pencaharian berdampak secara signifikan dan positif terhadap kehidupan para penerima manfaat. Aceh dan Nias (MDF). Di bawah JRF, model ini diadaptasi dan disempurnakan, baik untuk program secara keseluruhan maupun portofolio proyeknya. Pembelajaran dan pendekatan yang diambil dari pengalaman JRF dalam rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat, pemulihan mata pencaharian, serta pengurangan risiko bencana sekarang diterapkan ke dalam program pemerintah di seluruh Indonesia. Pengalaman ini juga dianggap sebagai model praktik teladan untuk program pascabencana dalam konteks lain di seluruh dunia. Portofolio JRF: Mencapai Hasil yang Signifikan Hasil signifikan telah tercapai di bawah JRF dalam rekonstruksi masyarakat dan rehabilitasi mata pencaharian. Portofolio ini terdiri dari tiga proyek di bidang perumahan dan infrastruktur masyarakat, serta dua proyek pemulihan mata pencaharian. Berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia, strategi JRF mengikuti pendekatan bertahap yang mengatasi kebutuhan perumahan dan mata pencaharian berdasarkan prioritas dan sensitivitas terhadap waktu. Dukungan awal difokuskan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan pemulihan masyarakat, sedangkan dukungan selanjutnya difokuskan untuk mengatasi pemulihan ekonomi. JRF telah memastikan adanya faktor pengurangan risiko bencana pada semua aspek programnya. Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat JRF mengikuti pendekatan multitahap untuk rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat yang menghasilkan rekonstruksi yang efisien dan tepat waktu. Tempat penampungan sementara yang aman dan tahan lama, yang jumlahnya mencapai hampir unit, disediakan pada tahap awal rekonstruksi. Pergeseran ke pembangunan hunian tetap terjadi relatif cepat. Kegiatan ini usai dilaksanakan pada Maret Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) menyediakan mekanisme siap pakai dalam membantu masyarakat yang terkena dampak letusan Gunung Merapi 2010, dan dukungan JRF terhadap proyek diperpanjang dengan pemberian tambahan. Secara keseluruhan, JRF akan menyelesaikan sekitar struktur rumah inti tahan gempa saat program berakhir. Intervensi pengurangan risiko bencana dalam proyek JRF telah menciptakan masyarakat yang tangguh dan dapat menghadapi bencana masa depan dengan lebih baik. JRF telah membantu 310 desa dalam mengembangkan Rencana Pembangunan Permukiman (RPP) yang menekankan pengurangan risiko bencana melalui proyek Rekompak. Proses RPP telah mendorong keterlibatan kelompok marginal yang lebih besar dalam rekonstruksi rumah dan infrastruktur masyarakat serta perencanaan terhadap bencana masa depan. Infrastruktur masyarakat, seperti jembatan, jalan, dinding penahan, jalur evakuasi, serta saluran irigasi dan drainase diidentifikasi dan dibangun melalui proses RPP. Pemerintah daerah memperluas perencanaan permukiman masyarakat dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri dalam tahap replikasi. Keterlibatan masyarakat yang lebih besar menghasilkan kepuasan penerima manfaat yang tinggi atas aset infrastruktur yang disediakan. Pemulihan Mata Pencaharian JRF menyelesaikan program pemulihan mata pencahariannya yang inovatif pada tahun 2011 untuk pendekatan komprehensif dan terintegrasi terhadap revitalisasi ekonomi. Dua Proyek Pemulihan Mata Pencaharian JRF yang dilaksanakan oleh International Organization for Migration (IOM) serta Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dari Jerman adalah sarana utama pemerintah untuk memulihkan ekonomi setelah terjadinya gempa bumi dan tsunami Bekerja sama dengan pemerintah daerah, proyekproyek ini membuahkan hasil signifikan dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Proyek-proyek mata pencaharian JRF telah mengembangkan pendekatan inovatif dalam mengatasi kebutuhan pemulihan ekonomi dalam konteks rekonstruksi pascabencana. Kegiatan proyek berfokus pada penggantian aset, penyediaan bantuan teknis dan peningkatan keterampilan usaha, serta peningkatan akses terhadap pembiayaan kepada lebih dari UMKM di daerah bencana. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah meningkatkan akses terhadap pembiayaan untuk UMK yang terkena dampak bencana dengan menyediakan US$5 juta dalam bentuk pinjaman kepada lebih dari penerima manfaat, yang sebagian besar sebelumnya dianggap tidak dapat menerima pinjaman bank. Dana pinjaman bergulir yang disediakan dengan pembiayaan JRF akan terus mendukung UMKM yang terkena dampak bencana selama sekurangnya sepuluh tahun setelah proyek ditutup, dan akan diawasi oleh lembaga keuangan pemerintah Permodalan Nasional Madani (PNM). Proyek GIZ juga membangun kapasitas di sektor perbankan daerah untuk menangani pinjaman bermasalah, dan mengembangkan bahan pelatihan yang akan melanjutkan dampak melampaui masa proyek. Pembangunan kapasitas untuk meningkatkan kesinambungan hasil dan memasyarakatkan Lebih dari rumah dibangun melalui program Rekompak. Masyarakat adalah pemeran utama dalam proses pembangunan seperti bapak ini di Desa Batur, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

9 14 15 Ringkasan Eksekutif - Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Mitra pelaksana JRF, GIZ dan IOM, merancang proyek-proyek mata pencaharian yang inovatif di berbagai kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta Koleksi Sekretariat JRF kegiatan pengurangan risiko bencana merupakan fokus penting di kedua proyek ini. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian berhasil memulihkan banyak UMKM ke tingkat operasi sebelum gempa atau lebih baik dan memberikan dampak signifikan kepada pendapatan penerima manfaat, terutama bagi perempuan. Proyek-proyek ini melampaui targetnya dan membuahkan hasil positif, setelah meningkatkan pendapatan penerima manfaat sekurangnya 70%. Perempuan yang bekerja di industri rumah tangga sangat merasakan dampak gempa, dan dukungan JRF menyediakan sumber daya dan keterampilan kepada wirausaha perempuan ini untuk tidak saja melanjutkan kembali kegiatan mata pencaharian mereka sebelumnya, tapi juga meningkatkan usaha dan pendapatan mereka. Lebih dari 40% penerima manfaat proyek IOM dan GIZ adalah perempuan, sebuah angka yang melampaui target. Pengalaman ini dapat memberi kontribusi pembelajaran penting untuk upaya merehabilitasi mata pencaharian dalam konteks pascabencana lain. Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Penggunaan sumber daya keuangan sepenuhnya diperkirakan tercapai pada tanggal penutupan JRF bulan Desember Tujuh donor telah memberikan kontribusi sebesar US$94,1 juta kepada JRF, dengan tambahan US$4,5 juta diperkirakan berasal dari pendapatan yang dihasilkan investasi dana JRF selama masa pendanaan. Bagian terbesar portofolio JRF telah dialokasikan untuk pemulihan perumahan dan infrastruktur masyarakat yang mencapai US$77,4 juta atau 82% dari dana JRF. Delapan belas persen (US$17,2 juta) dialokasikan untuk proyek yang berfokus pada pemulihan mata pencaharian. Semua dana proyek telah sepenuhnya disalurkan dan digunakan. Penggunaan lebih dari 99% dana yang tersedia merupakan prestasi keuangan luar biasa untuk program yang memiliki lingkup seluas dan karakteristik sekompleks ini. Dana JRF telah dikelola dengan baik oleh Wali Amanat, Badan Mitra, dan Badan Pelaksana, menghasilkan penggunaan dana yang transparan dan berkualitas tinggi, serta diperkirakan tidak ada dana yang tersisa. Peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam mempercepat arus dana, mengelola pembiayaan proyek secara efisien, dan mengambil keputusan pengelolaan keuangan dengan cepat telah memberi kontribusi signifikan kepada status keuangan portofolio JRF yang mengesankan. Penutupan JRF Secara keseluruhan, hasil luar biasa telah tercapai melalui JRF dan prospek kesinambungannya tampak positif. JRF dianggap sebagai model yang sangat efektif bagi rekonstruksi pascabencana. Masyarakat yang terkena dampak bencana 2006 menunjukkan bahwa mereka sekarang lebih siap menghadapi bencana yang sering terjadi di Jawa. Inovasi yang dikembangkan melalui JRF menyajikan pembelajaran untuk situasi pascabencana masa depan di Indonesia dan di seluruh dunia. Pengalaman JRF menyediakan pembelajaran untuk menghadapi berbagai jenis bencana gempa bumi, tsunami, longsor, dan letusan gunung berapi. Dengan mengambil pembelajaran dari pengalaman di Aceh dan Jawa, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Indonesia Multi Donor Fund Facilty for Disaster Recovery (IMDFF-DR) sebagai dana siaga untuk kegiatan tanggapan dan pencegahan bencana. Model rekonstruksi perumahan Rekompak digunakan dalam program pemerintah yang ada agar siap menghadapi bencana masa depan, dan Sekretariat MDF dan JRF menerbitkan buku mengenai model Rekompak untuk berbagi pengalaman dengan khalayak internasional. Pembelajaran mengenai pencegahan dan pengurangan risiko serta tanggapan diterapkan di seluruh Indonesia, dan praktik teladan ini dapat memberikan informasi mengenai dukungan pascabencana secara global sekaligus menjadi sumber berharga untuk pertukaran pengetahuan Selatan-Selatan. Produk yang menyoroti pengalaman utama dan praktik teladan dari pengalaman JRF dan MDF sedang dikembangkan agar pembelajaran dari keberhasilan Indonesia yang luar biasa dalam rekonstruksi pascabencana dapat dibagikan ke seluruh dunia. Inovasi yang dikembangkan melalui JRF menyajikan pembelajaran untuk situasi pascabencana masa depan di Indonesia dan di seluruh dunia.

10 16 17 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Bab 1 JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Seorang fasilitator Rekompak memaparkan beberapa opsi rumah dalam sebuah pertemuan masyarakat bagi para warga desa yang terdampak letusan Merapi di Cangkringan. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Jawa: Wilayah Rawan Bencana Pada dini hari tanggal 27 Mei 2006, gempa berukuran 5,9 skala Richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan beberapa bagian provinsi Jawa Tengah. Gempa bumi yang menimpa salah satu wilayah terpadat di Asia ini menelan lebih dari korban jiwa dan menghancurkan lebih dari rumah. Bencana ini berdampak besar terhadap perumahan, bangunan sektor swasta, dan perekonomian. Kerusakan dan kerugian total akibat gempa ini diperkirakan mencapai sekitar Rp. 29,1 triliun, atau US$3,1 miliar. Skala bencana ini setara dengan gempa yang menimpa Gujarat, India tahun 2001 dan Pakistan tahun Tim gabungan yang dipimpin Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pemerintah Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta masyarakat internasional, termasuk Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) 1, Japan Bank for International Cooperation (JBIC), United Nations Development Programme (UNDP), UN Habitat, dan lainnya, mempersiapkan penilaian awal kerusakan dan kerugian (Damage and Loss Assessment, DaLA) yang menentukan kebutuhan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi secara keseluruhan. Kerusakan terbesar terkonsentrasi pada tiga sektor: perumahan, usaha kecil dan menengah (UKM), dan sektor sosial. Kabupaten Bantul dan Klaten terkena dampak terparah gempa. Kerusakan terhadap rumah perorangan mencapai lebih dari 60% dari total kerusakan dan kerugian sejumlah US$1.6 miliar. Usaha kecil dan menengah, yang sebagian besar berbasis rumah tangga di sektor kerajinan yang penting di wilayah ini, juga sangat terpengaruh dampak bencana. Aset produktif dan bangunan sektor swasta terkena dampak parah dengan perkiraan kerusakan mencapai US$1 miliar, selain kerugian dalam pendapatan. Kerusakan pada sektor sosial, terutama kesehatan dan pendidikan, diperkirakan mencapai US$425 juta. Semua sektor lain, termasuk infrastruktur, menderita kerugian yang relatif lebih kecil. Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2, bersama dengan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten, memimpin tanggapan darurat. Keputusan Presiden No. 6/2006 membentuk Tim Koordinasi Nasional setelah terjadi 1 GTZ saat ini dikenal sebagai GIZ (Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit). 2 Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BNPB), atau Bakornas PB. Bakornas PB dibentuk tahun 1979 dan menjadi BNPB tahun 2008.

11 18 19 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Gunung Merapi mengeluarkan asap dan abu melatari pemandangan Candi Prambanan, Yogyakarta. Lebih dari orang diungsikan selama letusan Merapi JRF mendukung upaya tanggap rekonstruksi awal terhadap letusan dengan memperpanjang masa proyek Rekompak. Kantor Berita Antara untuk Sekretariat JRF gempa bumi di Jawa untuk mengoordinasikan dan melaksanakan upaya rekonstruksi. Tim Teknis Nasional (TTN), yang beranggotakan badan pemerintah terkait, dibentuk untuk mendukung peran dan fungsi Tim Koordinasi Nasional. Pemerintah Indonesia meminta bantuan lembaga donor untuk upaya rekonstruksi. Pada pertemuan Consultative Group on Indonesia (CGI) ke-15 yang diselenggarakan tanggal 14 Juni 2006, DaLA awal disajikan, dan Menteri Keuangan meminta para donor untuk memobilisasi dukungan melalui dana perwalian multidonor, serupa dengan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF). Para donor menggalang dana sebagai tanggapan terhadap gempa dan permintaan Pemerintah, dan Java Reconstruction Fund (JRF), yang dikelola Bank Dunia, dibentuk pada bulan Oktober Kemudian, pada tanggal 17 Juli 2006, gempa bumi dasar laut besar kedua melanda pantai selatan Jawa. Gempa yang mencapai 7,7 skala Richter ini memicu tsunami yang menyebabkan kerusakan luas. Tsunami menimpa pantai selatan Jawa Barat, menelan lebih dari 650 korban jiwa dan menyebabkan lebih dari orang mengungsi. Kerusakan dan kerugian mencapai sekitar US$110.3 juta. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merupakan wilayah yang terkena dampak terparah, menderita kerusakan dan kerugian sekitar US$95 juta. Di sepanjang pantai Ciamis saja, hampir keluarga mengungsi. Berdasarkan permintaan pemerintah, pemulihan Jawa Barat juga disertakan dalam mandat JRF. Pada tanggal 26 Oktober 2010, bencana kembali melanda wilayah ini saat Gunung Merapi, gunung berapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah, meletus. Letusan ini diikuti oleh tujuh letusan besar lain, dengan yang terakhir terjadi tanggal 11 November Bersama kerusakan besar atas perumahan dan infrastruktur setempat, letusan ini dilaporkan menimbulkan 260 korban jiwa dan lebih dari 500 korban luka. Sekitar orang mengungsi ke lebih dari 640 lokasi berbeda. Penilaian Kebutuhan Pascabencana (Post Disaster Needs Assessment, PDNA) dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan didukung oleh Bank Dunia, dan temuan awal disajikan pada pertemuan Komite Peninjau Teknis (Technical Review Committee, TRC) JRF pada tanggal 25 November Berdasarkan penilaian dan PDNA awal oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah daerah, Pemerintah Indonesia mengidentifikasi perumahan sementara dan permanen, infrastruktur darurat (termasuk air dan sanitasi), serta rehabilitasi mata pencaharian sebagai prioritas kebutuhan. Berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia, donor JRF setuju untuk memperpanjang tanggal penutupan dan cakupan JRF untuk menanggapi letusan Merapi. Struktur dan Tata Kelola JRF JRF diatur oleh Komite Pengarah yang beranggotakan perwakilan dari pemerintah dan donor. Komite Pengarah bertanggung jawab untuk (i) menetapkan prioritas strategis; (ii) menyetujui proposal pembiayaan proyek; (iii) meninjau kemajuan penggunaan dana; (iv) memastikan koherensi dan kolaborasi dengan rencana aksi pemerintah; serta (v) memantau kemajuan berdasarkan kerangka kerja hasil JRF. Komite Pengarah juga berfungsi sebagai forum untuk dialog kebijakan bersama pemerintah mengenai hal terkait dengan upaya rekonstruksi dan pembangunan. Bappenas memimpin Komite Pengarah, bersama dengan Uni Eropa sebagai donor terbesar, dan Bank Dunia sebagai Wali Amanat. Bank Dunia memainkan peran pengawasan atas semua proyek JRF. Komite Pengarah didukung oleh Komite Peninjau Teknis (Technical Review Committee, TRC). TRC, bersama perwakilan pemerintah daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, menyediakan tinjauan teknis atas proposal proyek dan kegiatan program, mengawasi kemajuan pelaksanaan, dan memberikan rekomendasi kepada Komite Pengarah.

12 20 21 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi JRF adalah contoh keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengelola rekonstruksi pascabencana secara efektif dan efisien. Operasi harian JRF dikelola oleh Sekretariat bersama dengan MDF untuk Aceh dan Nias. Melalui keahlian dan staf bersama dengan MDF untuk Aceh dan Nias, skala efisiensi berhasil dicapai sehingga menghasilkan penurunan biaya administrasi program. Tugas khusus Sekretariat mencakup pengawasan dan evaluasi portofolio JRF, koordinasi kegiatan JRF, serta pengelolaan dananya. Kualitas portofolio JRF terus ditingkatkan melalui peningkatan kegiatan pengawasan dan evaluasi rutin. Peningkatan Kemitraan dan Transparansi melalui Komunikasi Komunikasi yang baik merupakan hal penting dalam keberhasilan JRF. Pendekatan komunikasi strategis yang kuat memungkinkan JRF menerapkan tata kelola yang baik melalui peningkatan transparansi dan pertanggungjawaban, sekaligus memperkuat partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap proyek. Kegiatan seperti pembangunan jaringan koordinasi, pelaksanaan kegiatan penjangkauan masyarakat, peningkatan hubungan dengan media, serta pengelolaan umpan balik telah memperkuat kemitraan yang merupakan landasan keberhasilan program JRF. Pada tahap awal JRF, pembentukan berbagai jaringan komunikasi untuk meningkatkan koordinasi dijadikan prioritas. JRF memainkan peran penting dalam mengoordinasikan berbagai sumber daya internasional untuk mendukung agenda pemulihan pascabencana pemerintah. Dengan menggunakan struktur tata kelola serupa dengan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) serta dipimpin oleh Pemerintah Indonesia, Komite Pengarah tidak hanya berfungsi sebagai badan pengambil keputusan, tapi juga berfungsi sebagai forum untuk dialog kebijakan mengenai hal-hal terkait upaya rekonstruksi dan pembangunan. Sekretariat JRF menggunakan komunikasi strategis untuk pengelolaan kegiatan dan pelaporan kepada pemangku kepentingan Pemangku kepentingan ini mencakup donor, Pemerintah Indonesia (pemerintah pusat dan provinsi), penerima manfaat, mitra dan badan pelaksana, serta media. Berbagai platform komunikasi strategis dibentuk untuk terus menyampaikan informasi kepada pemangku kepentingan dan untuk memberikan kesempatan mendiskusikan kemajuan dan tantangan dalam mendukung pengambilan keputusan. Platform ini mencakup format pelaporan rutin, fasilitasi pertemuan, dan kunjungan lokasi langsung. Acara khusus juga diadakan untuk menandai tonggak atau memperingati kejadian penting. Bersamaan dengan masa pelaksanaan penuh kegiatan proyek JRF, permintaan terhadap transparansi dan pertanggungjawaban meningkat. Kegiatan penjangkauan masyarakat berfungsi tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman atas proyek, tapi juga meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki. Kerangka komuni- kasi di tingkat proyek mencakup serangkaian kegiatan, mulai dari diskusi interaktif sampai penyebaran informasi satu arah. Contohnya mencakup situs web proyek, nawala, selebaran, brosur dan poster, serta lokakarya dan dialog yang terintegrasi ke dalam kegiatan pembangunan kapasitas atau forum diskusi masyarakat. Mekanisme penanganan keluhan yang efektif mendorong transparansi di tingkat proyek. Setiap proyek bertanggung jawab membentuk sistem penanganan keluhannya sendiri untuk pencatatan dan tindak lanjut atas pertanyaan, keluhan, dan umpan balik. Sistem ini dipublikasikan melalui papan pengumuman, poster, dan alat komunikasi lain. Sebagian besar pertanyaan yang diterima terkait dengan penargetan dan kelayakan manfaat program, pengelolaan dan alokasi hibah, serta kerangka waktu pelaksanaan. Keluhan yang diterima relatif sedikit, dan keluhan biasanya ditangani dan diatasi melalui diskusi dan komunikasi langsung dengan pihak terkait. Media merupakan mitra penting JRF. Sejak JRF dimulai, media telah memainkan peran penting dalam memberi informasi kepada masyarakat mengenai program dan prestasinya, serta menyediakan media interaksi dan partisipasi di antara pemangku kepentingannya. Media umum, seperti televisi, radio, dan surat kabar, Kemitraan antara pemerintah daerah dan nasional serta masyarakat internasional membantu memperkuat upaya pemerintah dalam membangun kembali rumah serta memulihkan mata pencaharian di Jawa. Koleksi Sekretariat JRF

13 22 23 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi JRF mengadopsi pendekatan bertahap terhadap rekonstruksi. Dukungan awal berfokus pada pemberian rumah dan fasilitas lingkungan. Rumah ini dibangun sebagai bagian dari tanggapan erupsi Merapi. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF telah mendukung program dan proyek secara keseluruhan melalui lebih dari 450 pemberitaan yang positif. Media sosial baru, seperti Facebook dan YouTube, juga memainkan peran dalam mempromosikan JRF sekaligus meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan. sesuai untuk skala, lingkup, dan sifat bencana. Menggunakan pembelajaran dari rekonstruksi Aceh, Pemerintah Indonesia menetapkan strategi yang jelas untuk rekonstruksi, khususnya untuk perumahan, serta menetapkan agenda dan pendekatan umum untuk diikuti oleh semua mitra. rakat, sementara dukungan selanjutnya berfokus untuk mengatasi pemulihan ekonomi di wilayah yang terkena dampak bencana. Pengambilan keputusan yang ramping dan efisien menghasilkan keseimbangan yang mengesankan antara kecepatan dan kualitas yang dicapai oleh Pemerintah Indonesia dan mitra pembangunan dalam rekonstruksi Jawa. Komitmen kuat pemerintah menghasilkan upaya rekonstruksi cepat yang terkoordinasi dengan baik. Pemerintah nasional mendelegasikan pelaksanaan rekonstruksi kepada dua gubernur untuk memastikan adanya rasa memiliki di tingkat daerah. Hal ini juga memungkinkan provinsi untuk merancang strategi yang sesuai dengan masyarakatnya masing-masing. Dukungan yang diberikan oleh TTN kepada Tim Koordinasi Nasional untuk mengoordinasikan rekonstruksi sangat penting bagi kecepatan dan efektivitas proses rekonstruksi. TTN menyatukan berbagai pe-mangku kepentingan dalam pertemuan koordinasi bulanan sampai penutupannya di tahun Masyarakat internasional juga memainkan peran penting dalam memperkuat upaya pemerintah dan organisasi masyarakat sipil nasional dalam tanggap darurat. Bauran seimbang mitra pelaksana memberi kontribusi terhadap kinerja JRF yang mantap. Dengan menciptakan kemitraan yang kuat bersama pemerintah, masyarakat, dan LSM yang melaksanakan proyek, JRF dapat memanfaatkan keunggulan komparatif dan bauran keterampilan yang diberikan oleh setiap mitra, tergantung pada lingkungan dan kebutuhan pelaksanaan. Keunggulan ini mencakup fleksibilitas dalam arus dana, rasa memiliki yang kuat di berbagai tingkatan berbeda, dan penyelesaian masalah yang efektif hingga ke akarnya. Kemitraan yang diciptakan melalui JRF akan terus memperkuat kesiapan dan tanggapan bencana di Jawa sampai program berakhir pada bulan Desember Rekonstruksi terus diuntungkan dari kepemimpinan pemerintah nasional dan daerah yang kuat. Pendekatan JRF terhadap rekonstruksi memiliki efek penggandaaan yang besar dengan pembelajaran untuk program pemulihan pascabencana pada masa depan. Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan JRF sedang didokumentasikan bersama dengan pembelajaran dari MDF untuk Aceh dan Nias, dan semua ini akan dipublikasikan bersamaan dengan acara penutupan bersama untuk JRF dan MDF untuk Aceh dan Nias. Model yang Strategis dan Efektif untuk Rekonstruksi Pascabencana JRF adalah contoh keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengelola rekonstruksi pascabencana secara efektif dan efisien. Dukungan rekonstruksi ini dipimpin oleh Pemerintah Indonesia dan berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah dari sejak awal. Pemerintah Indonesia bekerja melalui kementerian terkait dalam mengoordinasikan dan melaksanakan program rekonstruksi, pendekatan yang terbukti JRF mengadopsi pendekatan bertahap terhadap rekonstruksi sejalan dengan strategi Pemerintah Indonesia. Strategi dan portofolio Java Reconstruction Fund selaras dengan Rencana Aksi Nasional untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang berfokus pada pemulihan perumahan dan infrastruktur umum, serta revitalisasi masyarakat dan perekonomian regional. Dukungan awal berfokus untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, perumahan, dan pemulihan masya- Komunikasi yang baik memperkuat kemitraan. Hal ini adalah salah satu kunci keberhasilan program JRF.

14 24 25 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Peristiwa Penting dalam Operasi JRF 2006 Oktober : Desember Tanggal mulai proyek : 2007 JRF dibentuk. Tiga proyek perumahan dan pemulihan masyarakat telah disetujui oleh Komite Pengarah. Proyek Perumahan Sementara IOM: Desember Proyek Perumahan Sementara CHF: Desember Rekompak: Desember Antara 2009 : dan 2011 Komite Pengarah menyetujui pembiayaan tambahan untuk tiga proyek JRF: Pada tahun 2009, US$11,6 juta dialokasikan kepada Rekompak untuk melaksanakan kegiatan terkait PRB melalui perencanaan tata ruang masyarakat. Pada awal 2011, US$3,5 juta dialokasikan kepada Rekompak untuk kegiatan yang memenuhi kebutuhan korban Merapi. Pada tahun 2011, total US$2 juta dialokasikan kepada dua proyek pemulihan mata pencaharian untuk meningkatkan skala dalam mencapai lebih banyak penerima manfaat dan melaksanakan strategi penutupan. Oktober : Tanggal penutupan : proyek 2008 Juni : Tanggal mulai proyek : 2009 Komite Pengarah menyetujui nota konsep untuk dua proyek pemulihan mata pencaharian. Proyek Perumahan Sementara IOM: 30 Juni Proyek Perumahan Sementara CHF: 31 Agustus Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Juni 2009 menjadi Desember Proyek pemulihan mata pencaharian yang baru disetujui memerlukan masa pelaksanaan yang lebih lama daripada yang tersedia untuk memaksimalkan dampak. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM: Maret & 2011 Januari 2010 : Juni 2011 : Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2010 menjadi Desember Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu yang memadai untuk (1) menyelesaikan pelaksanaan dan memenuhi kebutuhan rekonstruksi yang tersisa seperti yang diidentifikasi oleh Pemerintah Indonesia dan prioritas Pemerintah Daerah; (ii) memperkuat kapasitas pemerintah daerah; dan (iii) memastikan adanya strategi penutupan untuk keberlanjutan dan transfer aset JRF. Menyusul terjadinya letusan Gunung Merapi, tanggal penutupan JRF diperpanjang ke Desember Hal ini merupakan tanggapan permintaan Pemerintah untuk membantu dengan rekonstruksi masyarakat yang terkena dampak bencana berupa abu vulkanis dan aliran lahar. Maret - April : Tanggal mulai proyek : Kajian Paruh Waktu dan Pelaksanaan Inventarisasi selesai. Temuan dan rekomendasi utama: Proyek sangat relevan dan dibutuhkan, serta sepenuhnya sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia atas upaya rehabilitasi dan pemulihan. Sejalan dengan Deklarasi Paris, harmonisasi donor ditingkatkan melalui penggunaan model dana perwalian multidonor. Penggunaan Pengurangan Risiko Bencana akan semakin meningkatkan keberlanjutan upaya rekonstruksi. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ: Mei Tanggal : Penutupan Proyek 2012 Tanggal : Penutupan Proyek 31 Desember : Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM : 30 Juni Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ: 30 September Rekompak: 30 Juni Program JRF akan berakhir.

15 Kisah JRF Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi 1 2 Perempuan Bertekad: Kekuatan Semangat Sedikit demi sedikit, saya membangun kembali toko saya. Setiap minggu saya pergi ke BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan) membawa sedikit tabungan saya sebesar Rp per minggu (sekitar US$15). BUKP dapat melihat kemajuan saya mulai dari nol sampai memiliki catatan kredit yang baik sehingga dua tahun lalu, saat saya memerlukan tambahan modal untuk membeli lebih banyak persediaan untuk toko saya, mereka menawarkan pinjaman kepada saya. Sekarang saya menjual kasur dan menambah jumlah barang yang saya simpan, seperti minyak dan gula. Berikutnya, saya berencana untuk menjual kompor dan lemari. Saya belum pernah meminjam uang sebelumnya, tapi saya tidak takut karena bunga pinjamannya rendah. Jika tidak ada BUKP, saya tidak akan bisa mendapatkan persediaan ini. Walaupun Ibu Eny memiliki naluri berbisnis yang baik, peluangnya mendapatkan pinjaman dari tempat lain sangat kecil. Ia dianggap tidak bisa mendapatkan pinjaman oleh lembaga keuangan formal karena tidak 1. Ibu Eny menyiapkan ikan asin untuk dijual di tokonya. 2. Kelompok pengusaha kecil perempuan di Bokoharjo. Pada saat usaha lele mereka hancur karena gempa, para perempuan ini bangkit dengan memanfaatkan kredit mikro yang disediakan melalui proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF Eny Herianti adalah pemilik toko kelontong di desa Sumberharjo, kabupaten Sleman, dekat Yogyakarta. Saat terjadi gempa 2006, sebagian besar rumah di desanya hancur, termasuk rumah dan toko yang ia jalankan bersama orang tuanya. Perlahan tapi pasti, Ibu Eny mulai membangun kembali usahanya dengan bantuan dari proyek Pemulihan Mata Pencaharian JRF yang dilaksanakan oleh GIZ. memiliki jaminan dan catatan pembayaran pinjaman. JRF menyalurkan dana kepada usaha mikro yang terkena gempa, seperti Ibu Eny, melalui lembaga keuangan mikro dan koperasi, termasuk BUKP. Pada bulan Juni 2011, proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah memberikan pinjaman kepada lebih dari penerima manfaat, yang sebagian besar seperti Ibu Eny, sebelumnya dianggap tidak dapat menerima pinjaman bank. Dana untuk pinjaman ini berasal dari dana pinjaman bergulir yang dibentuk melalui hibah dari Java Reconstruction Fund. Ibu Eny menambahkan sambil berbisik, Dalam enam bulan terakhir, banyak lintah darat yang mendekati saya, tapi mereka tidak akan berhasil karena sekarang saya adalah agen BUKP masyarakat dapat meminta bantuan saya; saya membantu mereka mengisi formulir pendaftaran dan mereka pun dapat menyimpan tabungan di BUKP melalui saya. Pak Udin, petugas bagian kredit BUKP Prambanan mengatakan, Sebagian besar orang yang meminjam dari kami memiliki visi atau impian mereka sendiri. Tanpa fasilitas kredit kami, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk mewujudkannya. Pak Udin menjadi petugas bagian kredit tidak lama setelah terjadi gempa. Ia mengatakan bahwa efek terburuk gempa adalah hilangnya modal bagi usaha kecil. Namun setelah masyarakat berhasil melepaskan diri dari trauma awal, mereka kembali mandiri dan mulai mengajukan permohonan pinjaman kepada kami. Ia menyatakan hal serupa dengan Ibu Eny mengenai lintah darat, Kami sangat berhasil menekan keberadaan rentenir atau lintah darat yang datang saat masyarakat membutuhkan dana. Hal yang paling menyenangkan dari pekerjaan ini adalah dapat dengan tulus membantu masyarakat dan menyediakan modal untuk membantu mereka memulai usaha dan kehidupan yang lebih baik. Proyek GIZ secara aktif mencari LKM (lembaga keuangan mikro) yang berpengalaman dalam pemberian pinjaman kelompok, seperti BUKP. Pinjaman dari dana bergulir JRF juga tersedia di cabang-cabang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi. Di desa Bokoharjo, (dusun Marangan), BPR Danagung telah membantu kelompok koperasi perempuan setempat sejak Kelompok ini didirikan 30 tahun lalu dan memiliki 69 anggota. Mereka memiliki ikatan kuat sebagai kelompok, dan menyatakan bahwa semangat merekalah yang membuat mereka istimewa. Selama bertahun-tahun, 20 anggota mereka berhasil menjalankan usaha peternakan ikan beternak ikan lele. Ibu Pujiati, ketua kelompok, menjelaskan bagaimana keadaan berubah setelah terjadi gempa: Usaha ternak lele kami sangat terpengaruh gempa. Sebagian besar dari 12 dasar kolam retak dan airnya keluar, sehingga tentunya semua ikan dan telurnya mati. Saat kami mencoba memperbaikinya, jamur telah menginfeksi kolam, sehingga semua ikan baru mati. Kami mencobanya selama setahun, tapi setelah tiga kali gagal panen, kami menyadari bahwa ini adalah waktunya untuk mencoba usaha baru. Hal yang dikagumi Pak Harso, petugas bagian kredit BPR Danagung dari mereka adalah kemauan dan kemampuan mereka untuk mencoba hal baru: Ibu Puji adalah contoh baik dari semangat yang mereka bicarakan. Setelah usaha ikan lele berakhir, ia memulai penggilingan padi. Ia lalu menyadari bahwa mesin giling bergerak lebih berguna karena dapat mengambil beras dari pelanggan. Ia pun membeli mesin ini dan semakin mengembangkan usahanya. Saat orang lain mulai menirunya, ia merasa bahwa persaingan sudah terlalu banyak, jadi ia beralih ke perkebunan cabai. Perempuan lain pun sama mereka beralih saat melihat peluang baru, saat mereka melihat pasar berubah. Mereka tidak diam saja jika usaha tersebut tidak berjalan. Pak Harso telah mengenal para perempuan ini sejak 2003, saat mereka mendapatkan pinjaman pertama dari BPR Danagung. Kami membangun hubungan yang sangat baik dengan mereka selama ini. Inilah mengapa pinjaman terakhir kami melalui GIZ dan JRF mencapai Rp. 48 juta (sekitar US$5.300). Mereka tidak pernah tidak membayar cicilan, bahkan saat terjadi gempa. Catatan pembayaran pinjaman mereka selalu baik. Tingkat bunga pinjaman rendah yang ditetapkan GIZ di bawah proyek JRF setelah gempa sangat berguna bagi para peminjam, ujar Pak Harso. Tingkat bunga ini bahkan lebih rendah daripada tingkat bunga BPR sendiri, dan memungkinkan para perempuan memiliki cadangan modal. Dukungan kepada lembaga keuangan ini akan berlanjut melalui dana pinjaman bergulir yang ditetapkan oleh JRF. PNM (Permodalan Nasional Mandiri), lembaga keuangan milik negara, telah bermitra dengan GIZ dalam proyek Pemulihan Mata Pencaharian di bawah JRF dan akan terus mengelola dana bergulir untuk sekurangnya sepuluh tahun setelah proyek berakhir. Pak Harso menyatakan, Sebagai petugas bagian kredit, saya merasakan kepuasan yang sangat besar saat bekerja dengan kelompok ini. Orang lain datang dan pergi, tapi kelompok ini memiliki arti khusus buat saya. Tingkat bunga pinjaman yang rendah semakin memberdayakan mereka. Semangat mereka pun semakin kuat.

16 28 s 29 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Kisah JRF Kampung Baru memiliki jalur evakuasi dengan penanda yang jelas, serta akses yang lebih baik kepada air bersih, pasar, serta layanan-layanan publik seperti sekolah. 2. Ibu Tukijem terus memelihara tanamannya di desanya yang lama, namun kini tinggal di Kampung Baru yang berjarak aman dari kawasan rawan longsor. Heri Wahyudi untuk Sekretariat JRF Relokasi Bantul: Menuju Tempat yang Lebih Aman Ibu Tukijem adalah salah satu warga sepuh dusun Jatirejo, di desa Wukirsari, kabupaten Bantul, dan seingatnya, desanya selalu terkena longsor. Dia dan para perempuan sepuh lain di desanya telah mengalami sekurangnya enam longsor besar dalam hidup mereka, saat lumpur sungai yang menyeret rumah dan pepohonan. Gempa 2006 juga mengakibatkan longsor. Namun, longsor kecil semakin sering terjadi setiap tahun saat musim hujan. Longsor terbaru terjadi pada awal tahun ini, bulan Januari Penyebabnya bukanlah penggundulan hutan, melainkan hujan dan kualitas tanah, serta tebing terjal yang mengelilingi desa tersebut. Ibu Tukijem masih suka mengunjungi rumah lamanya pada siang hari untuk memelihara tanaman cabai, walaupun sekarang ia tinggal di kampung baru bersama dengan 35 keluarga lain. Seperti halnya warga lain yang mengungsi, Ibu Tukijem sepakat dengan petugas desa untuk tidak kembali ke tempat tinggalnya, kecuali untuk menggarap lahannya. Berbeda dengan masyarakat lain yang tinggal di wilayah berbahaya yang berisiko tinggi, warga Jatirejo tidak perlu diminta untuk pindah. Sejak 2004, mereka telah mengajukan petisi kepada pemerintah daerah untuk mendukung relokasi. Bayu Bintoro adalah kepala desa, atau Pak Lurah, Wukirsari, dan ia menjelaskan sejarah panjang relokasi, Setiap musim hujan saya mengkhawatirkan nasib dusun-dusun di Wukirsari, sampai saya tidak bisa tidur. Sya tahu para kepala desa akan berjaga malam selama musim hujan, meningkatkan kewaspadaan, dan menenangkan masyarakat. Pada tahun 2004, masyarakat meminta tanah desa dialokasikan untuk relokasi. Selama beberapa tahun berikutnya, warga dan Pak Lurah mendatangi semua saluran resmi sampai ke tingkat kabupaten untuk mendapatkan dokumen dan otorisasi yang tepat untuk transfer lahan yang sah. Lahan harus dinilai dan survei geologis pun dilakukan. Pada tahun 2008, JRF mulai mendukung proyek ini melalui proses Rencana Pembangunan Permukiman (RPP) yang dilaksanakan oleh Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas, atau Rekompak. Pembangunan rumah dimulai pada tahun Pak Sogiman, seorang pembuat wayang, adalah salah seorang pengungsi yang telah menjalani relokasi. Setiap musim hujan, kami tidak bisa tidur pada malam hari karena takut terjadi longsor. Namun, di musim kemarau, kami kekurangan air, ujarnya menjelaskan. Pada suatu malam setahun lalu, saat terjadi hujan lebat, sebatang pohon yang tumbuh di atas bukit di belakang rumahnya tumbang, meluncurkan bebatuan dan tanah. Longsor menimpa rumah dan menghantam kamar tidurnya. Keluarganya menyelamatkan diri, dan ia berbisik, Kami tidak punya keberanian lagi. Ia, istri, dan anakanak mereka lega karena sekarang tinggal di tempat yang aman dan ia pun menyebutkan kelebihan lainnya. Ia menyatakan bahwa usahanya meningkat karena sekarang para pembeli lebih mudah menghubunginya, sehingga pendapatannya sedikit meningkat. Akses untuk mendapatkan air tidak lagi menjadi masalah, dan anak-anak lebih mudah pergi ke sekolah. Beberapa anggota masyarakat pun berpartisipasi dalam pelatihan kesiapsiagaan dan perencanaan terhadap bencana, walaupun hal ini masih perlu disampaikan kepada seluruh anggota masyarakat. Rambu-rambu evakuasi secara jelas terlihat di kampung baru, dan beberapa latihan simulasi telah dilakukan, misalnya latihan menghadapi longsor dan gempa bumi. Pelatihan diperluas hingga pengajaran cara untuk membantu evakuasi orang yang paling berisiko, misalnya orang yang memiliki masalah mobilitas ( cabut pintu dari kosen dan simpan sehingga dapat digunakan untuk menggotong orang, ) ujar Pak Sogiman menjelaskan. Lebih banyak lagi keluarga yang harus direlokasi pada tahun-tahun mendatang. Sementara itu, dengan dukungan JRF melalui Rekompak, tindakan mitigasi bagi masyarakat yang masih menghadapi ancaman longsor telah dilakukan - dinding penahan dibangun, sebagian jembatan diperkokoh, dan tepi sungai diperkuat. Setelah melewati banyak malam penuh kegelisahan, Pak Lurah yakin bahwa setelah melihat hasil positif dari relokasi yang dibantu oleh Rekompak, pemerintah daerah dan provinsi akan berkomitmen dalam merelokasi keluarga yang paling berisiko ke tempat yang lebih aman.

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Catatan Pengetahuan 1 Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Mengadopsi Pendekatan Berbasis Masyarakat untuk Pemulihan Pasca Bencana: Pelajaran dari

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN 2011. Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana

JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN 2011. Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN 2011 Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN 2011 Terus Membangun dari Kesuksesan:

Lebih terperinci

Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN 2011 Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara

Lebih terperinci

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Catatan Pengetahuan 5 Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF): Landasan bagi Rekonstruksi melalui Kemitraan

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh

Lebih terperinci

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Catatan Pengetahuan 4 Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Lebih dari Sekadar Mengarusutamakan: Memajukan Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan

Lebih terperinci

Latar Belakang. Dalam rentang waktu antara 2004 dan 2010, beberapa bencana alam yang cukup parah melanda Indonesia:

Latar Belakang. Dalam rentang waktu antara 2004 dan 2010, beberapa bencana alam yang cukup parah melanda Indonesia: Latar Belakang Tentang Bencana Alam Dalam rentang waktu antara 2004 dan 2010, beberapa bencana alam yang cukup parah melanda Indonesia: 26 December 2004: Gelombang Tsunami terdahsyat sepanjang sejarah

Lebih terperinci

Catatan untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Catatan Pengetahuan 2 Catatan untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Meningkatkan Kapasitas: Pengalaman dari Aceh dan Nias Pascabencana Gempa bumi dan tsunami

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Catatan Pengetahuan 3 Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Rekonstruksi Infrastruktur Pasca Bencana yang Efektif: Pengalaman dari Aceh dan Nias Mengingat

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang sebagai proses yang bertentangan dengan konsep partisipasi masyarakat yang bersifat bottom-up.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian i RINGKASAN EKSEKUTIF Pada tanggal 27 Mei, gempa bumi mengguncang bagian tengah wilayah Indonesia, dekat kota sejarah, Yogyakarta. Berpusat di Samudera Hindia pada jarak sekitar 33 kilometer di selatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN 1. LATAR BELAKANG PROYEK

KERANGKA ACUAN 1. LATAR BELAKANG PROYEK KERANGKA ACUAN Lembaga Pelaksana Kegiatan Peningkatan Kapasitas & Penyuluhan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta 16 Mei 2012 1. LATAR BELAKANG PROYEK Organisasi Internasional

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU TATANAN KELEMBAGAAN PB DI DAERAH PUJIONO CENTER, 3 JUNI 2017 RANIE AYU HAPSARI Peran Serta Masyarakat SFDRR: Prioritas 1 (Memahami Risiko Bencana):

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH terjadi. 2 Setiap bencana yang timbul perlu dilakukan penanggulangan guna meminimalisir PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH kendarinews.com I. PENDAHULUAN adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT OPERASIONAL DAN UNIT PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta dan Perencanaan Partisipatif Dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Tingkat Kampung A. Kondisi Kebencanaan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Koordinasi merupakan suatu tindakan untuk mengintegrasikan unit-unit pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam hal penanggulangan bencana

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

Kemitraan untuk Mencapai Keberlanjutan

Kemitraan untuk Mencapai Keberlanjutan Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Kemitraan untuk Mencapai Keberlanjutan Multi Donor Fund - Laporan Kemajuan Desember 2011

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1570, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. Pencabutan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana LAMPIRAN Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Lampiran 1. Aspek dan Indikator Desa/Kelurahan Tangguh Aspek Indikator Ya Tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

Lebih terperinci

Bab 1 Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan

Bab 1 Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Bab 1 Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Dengan ikut serta dalam acara yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 Pada 2016, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 258,7 juta jiwa dan sekitar 85 persen

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN 2010 MENINGKATKAN KETANGGUHAN MASYARAKAT DEMI TERWUJUDNYA MASA DEPAN YANG MANDIRI. Public Disclosure Authorized

LAPORAN PERKEMBANGAN 2010 MENINGKATKAN KETANGGUHAN MASYARAKAT DEMI TERWUJUDNYA MASA DEPAN YANG MANDIRI. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized LAPORAN PERKEMBANGAN 2010 MENINGKATKAN KETANGGUHAN MASYARAKAT DEMI TERWUJUDNYA MASA DEPAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skripsi ini menganalisis tentang partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana terutama

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1903, 2017 BNPB. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana. PERATURAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin

Lebih terperinci

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan KODE UNIT : O.842340.031.01 JUDUL UNIT : MemfasilitasiPengkajianRisikoBencana DESKRIPSIUNIT : Unit ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk membuat daftar prioritas risiko

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 1 abad (1900-2012), tercatat lebih dari 212,000 orang meninggal, lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dan keadaan gawat darurat telah mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat secara signifikan, terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Berdasarkan data dunia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Enam Tahun Setelah Tsunami: Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Laporan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan 1/6 Penandatanganan Nota Kesepahaman Tunjukkan Peran Penting Pemerintah

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT KERANGKA ACUAN Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT 1. Format Pelatihan Hotel Splash Bengkulu (tgl. 15 dan 17 Oktober 2014) dan di Aula Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci