BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan penduduk, artinya jika angka harapan hidup meningkat, maka derajat kesehatan penduduk juga meningkat serta memperpanjang usia harapan hidupnya. Fenomena peningkatan angka harapan hidup di Indonesia yang terjadi menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pada tahun 1980, usia harapan hidup (UHH) masyarakat Indonesia hanya mencapai 52,2 tahun. Seiring dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia, maka usia harapan hidup mengalami peningkatan pada tahun 2000 menjadi 64,5 tahun dan 68 tahun pada tahun Peningkatan angka harapan hidup juga terjadi di Jakarta. Menurut DKI Jakarta dalam Angka ( ), Pada tahun 2009 angka harapan hidup di Jakarta Selatan menempati peringkat tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi DKI Jakarta yakni 73,33 dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 73,35 tahun, serta pada tahun 2011 menjadi 73,69 tahun. Di balik sisi positif meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia ini, ternyata peningkatan angka harapan hidup dapat menyebabkan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Walaupun terjadi pertambahan populasi penduduk lansia, namun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif, jumlah penduduk lansia ini masih terbilang lebih sedikit. Menurut BKKBN (2011), jumlah penduduk berdasarkan usia di Jakarta Selatan 65,35% pada usia produktif dan 21,70% pada usia tua dari total keseluruhan jumlah penduduk. Oleh karena itu jumlah penduduk lansia yang sedikit ini disertai dengan keterbatasan fisik dan kondisi sosial lingkungan yang dimiliki penduduk lansia, maka mereka dapat dikategorikan sebagai golongan inklusif serta dianggap kaum minoritas oleh sebagian orang. 1

2 Seseorang yang disebut sebagai lansia atau dikatakan telah memasuki masa tua adalah seseorang yang secara kronologis telah berusia 60 tahun keatas (WHO, 2007). Hal ini juga setara dengan pernyataan dalam UU N0.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia, bahwa lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Namun, menurut Tingker (1992) definisi paling umum adalah ketika seseorang telah memasuki masa pensiun karena pada masa inilah seseorang dapat menggunakan simpanan masa tua mereka. Masa pensiun ini melahirkan perdebatan definisi mengenai lanjut usia (tua) karena berbeda negara ternyata memiliki masa pensiun yang berbeda. Seperti di Indonesia memiliki masa pensiun rata-rata 55tahun dan Singapura 60 tahun. Penuaan merupakan hal yang normal terjadi dalam sebuah proses yang dimulai sejak lahir. Bagi kebanyakan orang, menjadi tua berarti mulai beradaptasi dengan perubahan pada struktur dan fungsi tubuh serta kondisi sosial lingkungannya. Perubahan fungsi tubuh seperti mulai menurunnya kecepatan dalam berjalan, stamina dalam beraktivitas, menurunnya daya ingat dan kesehatan yang mulai terganggu. Dari segi ekonomi, penduduk usia tua ini bergantung pada dana pensiun maupun tabungan hari tua mereka, bahkan di beberapa negara beranggapan bahwa penduduk usia tua merupakan beban bagi penduduk usia produktif untuk menanggung biaya hidup mereka. Kemudian, dari segi sosial lingkungan juga mengalami perubahan seperti perasaan sendiri dan terisolasi, membutuhkan teman bicara dan membutuhkan aktivitas untuk mengisi hari-hari tua. Aktivitas yang dilakukan oleh lansia ini jauh menurun bila dibandingkan dengan masa produktifnya, sehingga mengakibatkan aktivitas yang dilakukan oleh lansia cenderung berada di dalam rumah. Padahal, mereka juga memiliki kebutuhan untuk beraktivitas di luar ruangan untuk sekedar bersosialisasi dengan tetangga, jalan-jalan di lingkungan rumah, melakukan latihan fisik atau olahraga ringan maupun duduk-duduk ditaman. Menurut Thompson dalam Suryani (2009), aktivitas yang dilakukan di luar ruangan dapat meningkatkan kemampuan fisik dan kognitif. Aktivitas fisik tersebut bermanfaat bagi kesehatan lansia. 2

3 Selain untuk kesehatan lansia, melakukan aktivitas di luar ruangan bagi lansia dapat menurunkan tingkat depresi dan mengurangi perasaan terisolasi oleh lingkungannya melalui interaksi sosial yang terjadi dengan tetangga di luar ruangan. Aktivitas sederhana yang dilakukan oleh lansia seperti berolahraga ringan yang bermanfaat bagi kesehatan dan interaksi sosial yang terjadi ini dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Akan tetapi hal ini dapat terwujud apabila kondisi luar ruangan di lingkungan sekitar rumah nyaman bagi lansia, karena tidak jarang keluarga dari lansia tidak memperbolehkan lansia untuk bepergian sendiri melakukan aktivitas di luar ruangan. Berdasarkan hal tersebut, peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan mewujudkan kota yang ideal adalah dengan mewadahi seluruh kebutuhan bagi masyarakatnya termasuk dalam penyediaan fasilitas pendukung bagi lansia demi keberlangsungan hidup mereka yang lebih baik. Seperti, mewujudkan lingkungan luar ruangan yang nyaman dan aman bagi lansia. Sehingga, lansia dapat beraktivitas di luar ruangan dengan mandiri tanpa pengawasan keluarga. Pada era 1990an sudah mulai bermunculan fasilitas di luar ruangan untuk memenuhi kebutuhan lansia. Pencetus pertama adalah China pada tahun 1995 menyediakan pusat kebugaran (fitness centre) untuk para lansia yang dibangun di taman kota. Hal ini di karenakan kebugaran fisik dan harga diri orang tua telah mengakar kuat dalam budaya China. Sehingga pemerintah menyediakan fasilitas ini dengan berasas hukum Physical Health Law of the People s Republic of China bersama dengan Outline of Nationwide Physical Fitness Program, sehingga menjadikan pusat kebugaran ini dapat dipergunakan oleh segala usia. (Outdoor Fitness, 2009). Perkembangan selanjutnya di Finlandia tahun 2003, The University of Lapland bekerjasama dengan Lappset, produsen peralatan bermain, merancang dan membangun taman bermain untuk penduduk lansia. (Rovaniemi Polytechnic, 2004). Di Tokyo, Jepang juga tidak ketinggalan, pada tahun 2004 terdapat Nursing Care Prevention Park. merupakan taman bermain untuk lansia. Hal ini disebabkan penduduk usia anak-anak di Jepang lebih sedikit dari penduduk usia tua, lebih dari 20% populasi penduduk di Jepang berusia diatas 65 tahun. 3

4 Pemerintah daerah setempat membuat kebijakan dengan pembongkaran taman bermain anak dan mengubahnya menjadi taman latihan untuk pensiunan. (Ping Magazine, 2007). Terinspirasi dari China, di Berlin, Jerman juga membangun Senior Citizens Playground pada tahun (The Times UK, 2007). Hal yang sama juga dibangun di Tsawwassen, British Columbia, Kanada, sebuah taman Wellness Park ini didanai oleh pemerintah provinsi, Taman yang ditujukan untuk penduduk usia tua ini sedang dibangun dalam 18 komunitas di seluruh British Columbia pada tahun (ActNowBC, 2010). Sampai pada tahun 2008, sebuah Older People s Play Area dibuka di Manchester, Inggris. Sebuah taman dengan konsep yang sama, taman untuk penduduk usia tua (Guardian, 2008). Keberadaan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah untuk penduduk usia tua di beberapa negara tersebut menjadi cukup populer di kalangan lansia dan salah satu inovasi yang sangat disambut baik oleh para lansia disana. Peralatan olahraga yang biasa ditempatkan di dalam ruangan ini ditempatkan di ruang terbuka ternyata menghasilkan hal-hal positif bagi lansia. Manfaat dari aktivitas fisik yang mereka lakukan ini dapat mengurangi berbagai resiko penyakit, meningkatkan koordinasi motorik halus, menjaga keseimbangan dan mengurangi penurunan kognitif. Selain itu, karena ditempatkan di luar ruangan, memberikan rasa sejuk, damai dan mengurangi perasaan terisolasi. Hal ini menimbulkan terbentuknya interaksi sosial antar sesama lansia pada saat mereka melakukan aktivitas fisik. Konsep penyediaan ruang untuk penduduk usia tua agar dapat beraktivitas di luar ruangan yang memberikan banyak manfaat juga diadopsi di Indonesia. Surabaya, salah satu kota yang memberikan ruang untuk penduduk usia tua dengan memberi nama Taman Lansia dengan luas m2 ini terletak di Jalan Kalimantan. Sedikit berbeda dengan negara-negara yang telah disebutkan sebelumnya, di Taman Lansia ini tidak ada peralatan olahraga untuk orang tua, namun fasilitas yang tersedia ramah orang tua seperti adanya jalur refleksi, jalur khusus untuk kursi roda, pohon yang rindang dan kursi taman. Keberadaan taman lansia ini sudah cukup bermanfaat bagi lansia, terbukti dengan kehadiran lansia 4

5 pada pagi dan sore hari untuk melakukan berbagai aktivitas (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2013). Taman Lansia di kota lainnya di Indonesia hadir di Jakarta. Sebuah taman hasil revitalisasi pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Jl. Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini juga salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap penduduk usia tua. Pemerintah melakukan re-desain taman biasa menjadi Taman Lansia Langsat. Konsep yang masih sama, penyediaan ruang bagi para lansia ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lansia akan ruang yang nyaman dan aman untuk beraktivitas. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasi persepsi dan tingkat kepentingan lansia serta hubungan antara persepsi dan tingkat kepentingan tersebut untuk menghasilkan atribut apa saja yang menjadi prioritas dan perlu untuk dipertahankan agar Taman Langsat dapat dimanfaatkan oleh lansia sebagai ruang aktivitasnya dapat maksimal. 1.2 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana persepsi dan tingkat kepentingan lansia terhadap atribut Taman Langsat sebagai ruang aktivitas luar ruangan lansia? 2. Bagaimana hubungan antara Persepsi dan Tingkat Kepentingan Lansia terhadap atribut Taman Langsat? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mengidentifikasi persepsi dan tingkat kepentingan lansia terhadap atribut Taman Langsat sebagai ruang aktivitas di luar ruangan bagi Lansia. 2. Mengidentifikasi hubungan antara Persepsi dan Tingkat Kepentingan lansia terhadap Atribut Taman Langsat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat bagi ilmu pengetahuan untuk menambah referensi penelitian mengenai hubungan antara persepsi dan tingkat kepentingan taman. Dalam bidang 5

6 perencanaan, penelitian ini bermanfaat sebagai pertimbangan untuk pengembangan Taman Langsat selanjutnya dan dapat dijadikan referensi serta rekomendasi dalam perencanaan taman khusus lansia pada kota lainnya di Indonesia. 1.5 Batasan Penelitian Batasan Lokasi Batasan lokasi penelitian ini adalah pada Taman Lansia Langsat di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang memiliki luas 3,3 Hektar. Alasan pemilihan lokasi karena taman ini merupakan salah satu taman yang di revitalisasi oleh Pemerintah dengan sasaran utama Lansia dan hanya satu-satunya taman lansia di Jakarta. Selain itu, taman lansia ini juga memiliki karakteristik lokasi yang berada di kawasan perkotaan dengan padat hunian disekitarnya. Gambar 1.1 Peta Jakarta Selatan Gambar 1.2 Lokasi Penelitian Sumber: Google Maps, diakses pada 23 Desember Batasan Fokus Batasan fokus penelitian ini adalah identifikasi persepsi dan tingkat kepentingan lansia terhadap atribut Taman Langsat untuk menghasilkan atribut apa saja yang menjadi prioritas dan perlu untuk dipertahankan agar Taman Langsat dapat dimanfaatkan oleh lansia sebagai ruang aktivitasnya dapat maksimal. 6

7 1.5.3 Batasan Temporal Batasan waktu penelitian ini adalah selama satu bulan melihat kondisi dilapangan dan pengumpulan informasi. Selanjutnya penulisan laporan hasil penelitian dan olah informasi yang didapatkan selama kurang lebih tiga bulan. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian ini menitikberatkan pada identifikasi hubungan persepsi dan tingkat kepentingan lansia terhadap atribut taman agar pemanfaatan Taman Langsat sebagai ruang aktivitas luar ruangan lansia dapat maksimal. Penelitian ini menggunakan metode deduktif-kuantitatif dengan metode analisis Importance- Performance Analysis. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai taman yang berfokus pada lansia telah beberapa dilakukan, namun belum ada penelitian dengan fokus, lokus, dan metode yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Suryani (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Ruang Luar bagi Lansia dalam Skala Perkotaan ini membahas sejauh mana ruang luar bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup lansia dan elemen apa saja yang dibutuhkan. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan menggunakan dua lokasi penelitian yaitu Monumen Nasional, Jakarta dan Lapangan Bung Karno. Peneliti ini menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat lebih mendetail. Penelitian mengenai taman lansia lainnya dilakukan oleh Ahmad (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi Kebijakan (Studi Tentang Optimalisasi Peran Publik pada Taman Lansia di Jl.Cilaki Kota Bandung) ini mendeskripsikan kondisi taman lansia sebagai salah satu bentuk implementasi kebijakan. Penelitian ini meninjau dari segi manajemennya atau peran publik yaitu pemerintah. Jika Suryani (2009) membahas mengenai sejauh mana ruang luar dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup lansia dan elemen apa saja yang dibutuhkan, kemudian Ahmad (2010) membahas mengenai manajemen atau peran publik terhadap taman lansia di Bandung, maka lain lagi dengan Mawarsari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Kriteria Lokasi Taman bagi Masyarakat 7

8 Lanjut Usia di Kota Surabaya. Penelitian ini berfokus pada kriteria lokasi taman yang sesuai bagi masyarakat lanjut usia di Kota Surabaya. Menurut peneliti ini bahwa Taman Lansia yang ada di Surabaya tidak cukup untuk mewadahi kebutuhan bagi para lansia dalam skala Kota Surabaya. Sehingga hasil dari ketiga penelitian ini pun berbeda. Ketiga penelitian tersebut menjadi inspirasi peneliti dalam mengambil lokasi taman lansia. Lokasi yang diambil peneliti berbeda dengan ketiga penelitian tersebut. Kemudian, peneliti mengambil lokasi di Taman Lansia Langsat, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Ternyata pada lokasi yang sama pernah dilakukan penelitian oleh Windiyasti (2012). Penelitian ini berjudul Hubungan antara Livabilitas dengan Seting Fisik Ruang Terbuka Publik (Studi Kasus: Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan). Tesis ini dilakukan pada lokasi yang sama dengan lokasi peneliti, namun fokus pada tesis ini adalah mengidentifikasi hubungan antara livabilitas dengan seting ruang terbuka publik dan metode yang digunakan adalah kuantitatif-kualitatif dengan software Depthmap. Tesis ini juga menghasilkan rekomendasi desain yang berkaitan dengan livabilitas pada taman tersebut. Dari segi metode, peneliti mengambil referensi dari penelitian Priyamitra (2012) dan Daniastri (2013). Penelitian Priyamitra (2012) berjudul Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Pembangunan Kanal Banjir Timur Paket-29. Penelitian ini tidak ada hubungannya dengan lansia maupun dengan taman, namun peneliti menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk menganalisis menggunakan Important-Performance Analysis. Penelitian ini berfokus pada persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembangunan Kanal Banjir Timur Paket-29 yang berlokasi di Jakarta Timur. Sementara, penelitian Daniastri (2013) berjudul Penilaian Pengunjung Terhadap Tingkat Kinerja Atribut Taman Alun Kapuas Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini juga menjadi referensi peneliti terkait metode yang digunakan yaitu Importance Performance Analysis pada lokasi taman. Penilaian dan tingkat kepentingan juga berdasarkan persepsi pengunjung dan menghasilkan analisis kuadran kartesius. Perbedaan pada peneliti adalah 8

9 perbedaan lokasi dan juga fokus responden jika dalam penelitian ini seluruh pengunjung sebagai responden, peneliti berfokus pada responden lansia dan pembahasan juga difokuskan pada atribut untuk lansia. Terakhir, penelitian terkait lansia dan hubungannya dengan kota adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2013) yang berjudul Komparasi Implementasi Konsep Kota Ramah Manula (Age-Friendly City) di London, Inggris dan New York City, Amerika Serikat. Penelitian ini membandingkan implementasi Konsep Kota Ramah manula pada dua lokasi yang berbeda, yakni di London, Inggris dan New York City, Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan metode content analysis. Peneliti terinspirasi pada konsep kota ramah manula yang terdiri dari berbagai aspek, sehingga peneliti mencoba meneliti salah satu aspek yang mendukung konsep tersebut yang telah ada dan diterapkan di Jakarta yaitu sebuah ruang terbuka untuk lansia yaitu taman lansia. Berdasarkan penjabaran beberapa penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesamaan penelitian yang sama persis dilakukan oleh peneliti. Peneliti hanya mengambil penelitian-penelitian tersebut untuk dijadikan referensi dan dalam setiap penelitian tersebut terdapat perbedaan baik dari segi fokus, lokasi maupun metode. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian tugas akhir ini dibagi menjadi enam bab. Pada setiap bab akan dijelaskan secara garis besar sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah dan tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Peneliti juga menuliskan batasan penelitian untuk memperjelas lokasi, fokus dan waktu dilakukannya penelitian ini serta keaslian penelitian untuk menunjukkan tidak ada peneliti sebelumnya yang memiliki kesamaan fokus lokasi dan metode yang dilakukan oleh peneliti. 9

10 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi kajian teori yang digunakan peneliti sebagai dasar dilakukannya penelitian ini. Pada bab ini juga terdapat kerangka teori untuk mempermudah dalam penjelasan teori yang digunakan peneliti. 3. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi metode penelitian, unit amatan dan unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini, metode analisis serta metode pengumpulan data. Sehingga pada bab ini diketahui jumlah sampel yang digunakan peneliti serta metode pengolahan data penelitian. 4. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Bab ini berisi deskripsi yang menjelaskan wilayah yang menjadi lokasi penelitian. Deskripsi secara umum sampai pada deskripsi sejarah dan aktivitas di lokasi penelitian tersebut. 5. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi paparan hasil penelitian dan pembahasan dari analisis peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Pembahasan di jabarkan menggunakan metode yang telah dijelaskan pada Bab III. 6. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memaparkan kesimpulan yang ditarik peneliti berdasarkan keseluruhan penjabaran dari bab-bab sebelumnya serta saran menurut pandangan peneliti untuk peneliti selanjutnya serta saran untuk peningkatan kualitas di lokasi penelitian. 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kualitas kesehatan akan berdampak pada peningkatan angka harapan hidup suatu negara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging structured population ) karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan, pembahasan dan temuan yang dihasilkan dalam kasus ruang publik anak di Kota Yogyakarta ini dapat dirumuskan bab kesimpulan dan saran meliputi ringkasan temuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Fenomena pemanasan bumi, penurunan kualitas lingkungan, dan bencana alam menyadarkan pentingnya keberlanjutan kota demi kelangsungan

Lebih terperinci

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua bukanlah pilihan, melainkan suatu kepastian yang akan dialami setiap orang yang memiliki kesempatan hidup lebih lama, hanya saja yang membedakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya arsitektur selalu bertujuan untuk menunjang dan mendukung kehidupan penggunanya. Pengguna karya arsitektur juga sering disebut sebagai user. User bisa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Fire Gym merupakan sebuah fitness centre pertama di Cimahi yang berada di Jl. Jend. Sudirman E-64 Cimahi. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak fitnes-fitness centre pesaing yang mulai hadir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena dalam aktivitas perkotaan yang terjadi secara terus menerus. Urbanisasi akan membawa pembangunan perkotaan sebagai tanggapan dari bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir di setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu ada unsur bermainnya. Itulah mengapa salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada dasarnya adalah tempat bermukim bagi suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Namun selain tempat bermukim suatu komunitas, kota juga merupakan tempat dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Bungkul yang merupakan salah satu taman kota di Surabaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Bungkul yang merupakan salah satu taman kota di Surabaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai macam aktivitas mulai rekreasi, olahraga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota. Ruang terbuka publik merupakan lahan yang tidak terbangun dengan penggunaan tertentu, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II 2.1 Desain TINJAUAN PUSTAKA Desain adalah suatu proses kreatif yang merespon suatu kondisi dengan berkonsenterasi pada ide, arti, dan nilai-nilai. Desain lanskap adalah pembentukan suatu bentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan tempat di mana berbagai kalangan dengan berbagai macam latar belakang berkumpul untuk melakukan interaksi sosial, mulai dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif pada anak usia dini. Hal ini diungkapkan oleh Ketua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi gaya hidup di kota-kota besar memaksa orang untuk bekerja lebih keras. Beban pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam hidup. Usia lanjut pasti akan dialami oleh semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan kota dari tahun ke tahun turut memengaruhi suhu perkotaan. Laporan United Nation tahun 2005 menyebutkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aksesibilitas merupakan sistem jaringan dari ruang kawasan baik dalam lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Salah satu variabel untuk mengetahui tingkat aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010

BAB I PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Data Statistik Kenaikan Angka Lansia Sumber: Badan Pusat Statistik,2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan pola hidup di masyarakat pun mulai berubah baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat masa kini tentunya menganut sistem pola hidup modern terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi pola ruang, kebiasaan bahkan aktifitas masyarakat setempat. Pengaruh ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I - 1

Bab I Pendahuluan I - 1 Bab I Pendahuluan I.1 LATAR BELAKANG Upaya revitalisasi pusat kota seringkali menjadi permasalahan apabila kawasan revitalisasi tersebut memiliki bangunan cagar budaya, khususnya pada negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan istilah bagi orang-orang yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, baik itu pada jenjang diploma, sarjana, magister, maupun doktor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di Surakarta yang memanjang dari persimpangan Jalan Tentara Pelajar hingga Pusat Pergudangan Pedaringan.

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan manusia selain sandang pangan dan papan adalah sebuah rekreasi. Rekreasi dimana mereka bisa menghilangkan kepenatan mereka dan mencari suasana

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan yang terjadi di perkotaan diiringi dengan tingginya kebutuhan penduduk akan hunian menjadikan kawasan kota berkembang menjadi kawasan yang padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi untuk penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kurang

Lebih terperinci

STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEPENTINGAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK (RTP) YANG AKSESSIBEL BAGI MASYARAKAT DIFABEL

STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEPENTINGAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK (RTP) YANG AKSESSIBEL BAGI MASYARAKAT DIFABEL STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEPENTINGAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK (RTP) YANG AKSESSIBEL BAGI MASYARAKAT DIFABEL (Studi Kasus : Alun-Alun Utara Solo) TUGAS AKHIR Oleh KUKUH DESTANTO

Lebih terperinci

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Difabel adalah different abbility people yang berarti orang dengan kebutuhan khusus. Menurut Pakar John C. Maxwell, difabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sukabumi merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Barat, daerah kota Sukabumi meliputi wilayah seluas 48 km2. Kota Sukabumi terbagi atas tujuh

Lebih terperinci

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota Dicko Quando Armas (1), Tubagus M. Aziz Soelaiman (2) dominoharvard_insert@yahoo.com (1) Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Kampus sebagai Generator Pertumbuhan Kawasan. Ketika sebuah kampus Perguruan Tinggi berdiri pada suatu kawasan, maka dapat dipastikan akan berdatangan para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada perkembangan zaman saat ini, olahraga bagi orang-orang yang tinggal di kota-kota besar bukan lagi menjadi kebutuhan untuk tetap sehat saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional memberikan dampak peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya

Lebih terperinci

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat secara luas, ini terbukti dengan banyak tumbuh berkembangnya tempat-tempat olahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai aktivitas. Hal ini terbilang wajar mengingat Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang terkenal dengan gudegnya, masyarakatnya yang ramah, suasana yang damai tentram, nyaman dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan Hakim (19 91) dimana ruang terbuka merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan Hakim (19 91) dimana ruang terbuka merupakan elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai kota tidak mungkin terlepas dari kebutuhan akan ruang, terutama ruang terbuka, karena menurut Shirvani (1985) ruang terbuka merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Terhadap Objek Studi Penelitian English First (EF)

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Terhadap Objek Studi Penelitian English First (EF) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Saat ini belajar Bahasa Inggris bukan hanya suatu kewajiban, melainkan suatu kebutuhan yang tak bisa dihindari lagi. Kesadaran masyarakat akan perlunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah SD Plus Al-Ghifari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah SD Plus Al-Ghifari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah SD Plus Al-Ghifari SD Plus Al-Ghifari adalah usaha jasa pendidikan sekolah tingkat dasar yang bernaung dibawah Yayasan Al-Ghifari. SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengalihan fungsi lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota semakin banyak terjadi pada saat sekarang. Hal ini seiring dengan permintaan pembangunan berbagai

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Definisi Permasalahan Pada saat ini telah berkembang pengasuhan dengan metode daycare. Arti dari daycare sendiri seringkali merujuk pada jasa perawatan bagi anak - anak. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini bangunan komersial semakin marak di Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan adanya pusat belanja (shopping center) yang merambah

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA MODEL JALUR PEDESTRIAN KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA Studi Kasus : Kawasan Alun - Alun Bandung ABSTRAK Perkembangan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Spa Bayi. Surabaya sebagai kota terbesar ke-2 di Indonesia dengan populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Spa Bayi. Surabaya sebagai kota terbesar ke-2 di Indonesia dengan populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Spa Bayi Surabaya sebagai kota terbesar ke-2 di Indonesia dengan populasi penduduk mencapai sekitar 3, 110,187 orang di tahun 2012 merupakan kota yang mampu beradaptasi

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH (INDEKS MASSA TUBUH) SISWA KELAS XI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

2015 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH (INDEKS MASSA TUBUH) SISWA KELAS XI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebugaran jasmani yang baik bagi setiap individu dapat menunjang proses dan hasil belajar siswa, terlebih dapat mendukung pula prestasi-prestasi lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pengembangan suatu kota umumnya ditandai dengan pembangunan fisik yang saling terintegrasi dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kota tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR PEMLHAN LOKAS RUMAH TNGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH D SURABAYA TMUR Nadira 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program Studi Pascasarjana Arsitektur Alur Perencanaan Real Estat, nstitut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia (SDM) yang sehat secara fisik diharapkan menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Daya Manusia (SDM) yang sehat secara fisik diharapkan menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia terus melakukan pembangunan di semua bidang kehidupan sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dangsina moeloek dan Dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D, latihan fisik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dangsina moeloek dan Dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D, latihan fisik dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitness merupakan olahraga untuk membentuk tubuh yang ideal, menghasilkan paru sehat, melatih dan menghasilkan otot pada tubuh. Menurut Dr. Dangsina moeloek

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberikan kesimpulan sebagai berikut : prosedur pelayanan di UPTSA tergolong mudah sehingga kualitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberikan kesimpulan sebagai berikut : prosedur pelayanan di UPTSA tergolong mudah sehingga kualitas BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan komposisi pengunjung yang menggunakan jasa pelayanan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Masa tua adalah bagian dari kehidupan. Namun demikian, tidak semua

BABI PENDAHULUAN. Masa tua adalah bagian dari kehidupan. Namun demikian, tidak semua BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa tua adalah bagian dari kehidupan. Namun demikian, tidak semua orang dapat mencapai masa tua karena berbagai sebab yang mengakibatkan individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Kegiatan ini dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka mengakibatkan terjadi penurunan

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.

Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda. B A B. I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda. Media sebagai sarana bermainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah serta masyarakat umum. Salah satu masalah yang sangat umum sekarang adalah meningkatnya

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Terutama bagi remaja, internet menjadi suatu kegemaran tersendiri dalam

Lebih terperinci

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Rata-rata usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2010-2015 ialah 70,1 tahun, hal tersebut telah menunjukkan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Semakin maju peradaban suatu tempat maka semakin maju juga pola pikir masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan adanya fenomena gaya hidup sehat masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. / negara asal seseorang, misalnya; seorang penutur bahasa Indonesia yang tinggal

BAB I PENDAHULUAN. / negara asal seseorang, misalnya; seorang penutur bahasa Indonesia yang tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Bahasa Asing Bahasa asing merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan di tanah air / negara asal seseorang, misalnya; seorang penutur bahasa Indonesia yang tinggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perkotaan merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Sebagai suatu lingkungan binaan, kota selalu diisi oleh manusia dengan berbagai kepentingan

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Judul REDESAIN KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat

Lebih terperinci